Вы находитесь на странице: 1из 6

Seekor singa sedang tidur dengan lelap di dalam hutan, dengan kepalanya yang

besar bersandar pada telapak kakinya. Seekor tikus kecil secara tidak sengaja
berjalan di dekatnya, dan setelah tikus itu sadar bahwa dia berjalan di depan
seekor singa yang tertidur, sang Tikus menjadi ketakutan dan berlari dengan
cepat, tetapi karena ketakutan, sang Tikus malah berlari di atas hidung sang
Singa yang sedang tidur. Sang Singa menjadi terbangun dan dengan sangat marah
menangkap makhluk kecil itu dengan cakarnya yang sangat besar.
"Ampuni saya!" kata sang Tikus. "Tolong lepaskan saya dan suatu saat nanti saya
akan membalas kebaikanmu."
Singa menjadi tertawa dan merasa lucu saat berpikir bahwa seekor tikus kecil
akan dapat membantunya. Tetapi dengan baik hati, akhirnya singa tersebut
melepaskan tikus kecil itu.
Suatu hari, ketika sang Singa mengintai mangsanya di dalam hutan, sang Singa
tertangkap oleh jala yang ditebarkan oleh pemburu. Karena tidak dapat
membebaskan dirinya sendiri, sang Singa mengaum dengan marah ke seluruh
hutan. Saat itu sang Tikus yang pernah dilepaskannya mendengarkan auman itu
dan dengan cepat menuju ke arah dimana sang Singa terjerat pada jala. Sang
Tikus kemudian menemukan sang Singa yang meronta-ronta berusaha
membebaskan diri dari jala yang menjeratnya. Sang Tikus kemudian berlari ke
tali besar yang menahan jala tersebut, dia lalu menggigit tali tersebut sampai
putus hingga akhirnya sang Singa dapat dibebaskan.
"Kamu tertawa ketika saya berkata akan membalas perbuatan baikmu," kata sang
Tikus. "Sekarang kamu lihat bahwa walaupun kecil, seekor tikus dapat juga
menolong seekor singa."
Kebaikan hati selalu mendapat balasan yang baik.

Di sebuah peternakan, tinggalah dua ekor ayam jantan. Mereka menjadi pejantan
untuk semua ayam betina yang ada di peternakan itu. Tapi sayangnya, ayam
jantan yang satunya selalu bersikap serakah. Dia ingin menjadi satu-satunya yang
menguasai daerah itu. Sedangkan ayam jantan yang ke dua bersikap lebih sabar.
Walaupun dia sering di hina, di caci, dan di perlakukandengan semena-mena oleh
ayam jantan yang satunya, dia tak mudah terpancing.
Hingga pada suatu hari, sebuah kejadian tak bisa di elakan. Ketika sedang asik
mencari makan di pekarangan peternakan, tiba-tiba ayam jantan ke dua di
terjang oeh ayam jantan serakah yang pertama. Untuk membela diri, ayam jantan
ke dua pun mencoba malakukan perlawanan sekuat tenaga. Tapi karena sifatnya
yang cinta damai dan tak suka berkelahi, ahirnya dia pun lari untuk mengalah dan
bersembunyi di balik tumpukan jerami.
Melihat awanya lari tunggang anggang, ayam jantan yang sombong tersebut
merasa sangat puas. Apa agi mereka di lihat oleh para ayam betina yang dari tadi
mencari makan di sekitar mereka. Hal tersebut membuat ayam jantan yang
sombong itu menjadi besar kepala dan semakin membanggakan dirinya. Tak ada
yang bisa mengalahkan aku di sini. Aku adalah ayam terkuat yang patut menguasai
dan menjadi raja di sini..cukkurukuuukkk.. katanya sambil berkokok.
Tak puas hanya dengan hal itu, dia berniat mengumumkan kemenanganya agar di
ketahui oeh seuruh penghuni peternakan. Dengan sombongnya dia mengepakan
sayap dan melompat ke atap. Dari atap peternakan, dia berteriak-teriak
menyombongkan diri dan menantang siapa saja yang berani melawanya. Sifat
sombong telah membuat dia lupa, bahwa di atas langit masih ada langit. Ternyata
secara tak sengaja, ada seekor elang yang sedang mencari mangsa lewat di atas
peternakan itu.

Melihat si ayam jago yang berteriak-teriak sombong di atas atap, memberi


kesempatan untuk si elang menyambar dan membawa ayam jago itu ke sarangnya
menjadi santapan anak-anaknya yang tengah lapar. Berahir sudah riwayat ayam
jago yang sombong itu. Sedangkan ayam jago yang satunya kini menjadi ayam jago
tunggal yang menguasai daerah peternakan. Sifatnya yang suka mengalah dan
cinta damai, ternyata mampu menyelamatkan dia dari bahaya. Dan mendapat ke
dudukan yang sebelumya tak pernah dia bayangkan. Dan itu adalah balasan bagi
orang-orang yang mau bersabar.
Nah, para adik-adik dan kaka-kaka pembaca sekalian, semoga ada hikmah yang
dapat kita petik dari kisah dongeng sederhana ini. Kita harus belajar untuk
menjadi orang yang baik, dan ebih baik dari pada hari kemarin. Karena kebaikan
pasti akan mendapat balasan yang baik pula. Meski sebelum itu kita harus lebih
bersabar pada ujian yang datang

Dahulu kala, seekor rubah bercerita kepada seekor serigala mengenai kekuatan
manusia yang tidak terkalahkan oleh hewan manapun, dan mampu membela dirinya
dengan banyak cara.
Serigala pun berkata, "Jika saya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan
yang dinamakan manusia, saya akan membuktikan bahwa saya lebih kuat dari
mereka."
"Aku bisa mempertemukan kamu dengan manusia apabila kamu mau," kata rubah.
"Datanglah ke sini pagi-pagi besok, aku akan menunjukkan kepadamu bagaimana
yang dinamakan dengan manusia."
Pemburu menembakkan senapannyaSang Serigala pun datang pada pagi hari dan
sang rubah membawanya ke suatu jalan di mana ada seorang pemburu yang setiap
pagi lewat di jalan tersebut.
Pertama lewatlah seorang tentara tua yang telah pensiun. "Apakah itu yang
disebut dengan manusia?" tanya sang Serigala.
"Tidak," jawab sang Rubah.
Setelah itu lewatlah seorang anak kecil yang sedang pergi ke sekolah. "Apakah
itu yang dinamakan manusia?"
"Tidak, tapi suatu saat ia akan menjadi manusia."
Akhirnya lewatlah seorang pemburu dengan senapan laras ganda yang
disandarkan di punggungnya, dan belati yang digantungkan pada pinggangnya.
Sang Rubah berkata ke serigala, "Lihat, itulah yang disebut dengan manusia,
engkau boleh menyerangnya, tetapi tunggu sampai saya telah bersembunyi
terlebih dahulu."
Serigala kemudian bergegas menyerang manusia tersebut. Ketika sang Pemburu
melihat serigala, ia berkata pada dirinya sendiri,

"Sangat disayangkan senapan saya tidak terisi peluru," ia pun menembak wajah
sang Serigala dengan senapannya yang terisi mesiu tetapi tidak terisi peluru.
Serigala yang terkejut, menarik wajah yang terasa sakit karena tembakan
senapan, tetapi sang Serigala tidak membiarkan dirinya menjadi takut, dan mulai
menyerang kembali. Saat itu sang Pemburu menembakkan larasnya yang berikut.
Serigala menahan rasa sakitnya, dan bergegas menyerang pemburu kembali.
Tetapi sang Pemburu menarik belati yang tergantung di pinggangnya dan
memberikan beberapa kali sayatan di kanan dan kiri serigala. Sang Serigala
menjadi terluka di sekujur tubuhnya dan akhirnya berlari melolong kembali ke
tempat persembunyian sang Rubah.
"Nah, saudara serigala," kata sang Rubah, "bagaimana hasil pertemuanmu dengan
manusia?"
"Ah!" Jawab serigala, "Saya tidak pernah bisa membayangkan kekuatan manusia
yang sesungguhnya! Pertama, manusia mengambil tongkat dari bahunya, dan
meniupnya sehingga saya merasakan sesuatu yang menyakitkan terbang ke
wajahku, kemudian dia meniup tongkat tersebut sekali lagi, dan saya merasakan
sesuatu yang menyakitkan terbang ke hidung saya seperti petir dan hujan badai;
ketika saya cukup dekat dengannya, ia menarik sebuah tulang rusuknya yang
berwarna putih dari sisinya, dan dia memukul saya dengan rusuk itu, dan jika saya
tidak berlari secepat mungkin, saya pasti akan tergeletak mati di sana."
"Sekarang engkau telah merasakan akibat dari mulut besarmu." kata sang Rubah
sambil tertawa.

Seorang pedagang, menuntun keledainya untuk melewati sebuah sungai yang


dangkal. Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah mengalami
satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh ketika
mereka berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut. Ketika pedagang
tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya beserta muatannya ke pinggir
sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang dimuat oleh keledai telah
meleleh dan larut ke dalam air sungai. Gembira karena merasakan muatannya
telah berkurang sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai
merasa sangat gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang
Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai
itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan
akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.
Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali
ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang
sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai,
sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat
pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat
tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah
dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons
yang dimuatnya menyerap air sungai.

Вам также может понравиться