Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Expand Messages
pedepokan
Apr 9, 2006
Sabtu, 08 April 2006
Celupan Ilahi
Oleh : A Ilyas Ismail
Dalam pengertiannya yang umum (generik), Islam mengandung makna
kepatuhan dan kepasrahan manusia secara total kepada Allah SWT.
Doktrin kepatuhan kepada Allah SWT ini dapat dipandang sebagai
hakikat atau intisari dari ajaran semua agama samawi yang dibawa
oleh para Nabi sejak dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW.
Dalam pengertian ini, semua Nabi dan Rasul Allah disebut Muslim,
yaitu orang yang tunduk patuh serta berserah diri secara total pada
kehendak Allah SWT. Sikap mental Islam inilah yang dipesankan oleh
Allah SWT kepada para Nabi dan seluruh kaum beriman.
''Katakanlah (hai orang-orang Mukmin), Kami beriman kepada Allah dan
apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada
Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya'qub, dan anak cucunya, dan apa yang
diberikan kepada Musa dan Isa, serta apa yang diberikan kepada nabinabi dari Tuhan-nya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di
antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. '' (QS AlBaqarah: 136).
Doktrin Islam berupa sikap mental tunduk patuh kepada Allah SWT
seperti dikehendaki ayat di atas disebut Allah SWT sebagai shibghah
Allah SWT yang secara harfiah berarti celupan Allah SWT. Shibghah
Allah SWT ini dipandang sebagai celupan terbaik, tanpa tandingan,
karena mampu membentuk pribadi Muslim yang tunduk patuh serta
bersujud hanya kepada-Nya. ''Shibghah Allah, dan siapakah yang lebih
baik shibghah-nya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami
menyembah.'' (QS Al-Baqarah: 138).
Menurut ulama tafsir Al-Razi, agama Islam dinamakan shibghah Allah
SWT atau celupan Ilahi karena dua alasan. Pertama, seperti celupan,
agama itu harus meresap atau diresapi hingga menembus ke lubuk hati
yang paling dalam. Kedua, seperti celupan, agama itu harus membentuk
jati diri, sosok, bahkan warna (citra) diri yang khas karena iman
dan kepatuhannya yang tulus kepada Allah SWT.
TASAWUF
Istilah Sufi diambil dari bahasa Arab yaitu saf yang
berarti suci bersih. Sebutan Sufi diberi kepada mereka
yang hati dan jiwanya suci bersih dan disinari dengan
cahaya hikmah, tauhid, dan 'kesatuan dengan Allah.
Itulah hal yang menyebabkan seseorang disebut sebagai
Sufi. Penyebab lainnya yang mernbuat mereka
dianugerahi gelar Sufi ialah karena mereka dapat
berhubungan batin dengan para sahabat Nabi yang diberi
gelar "sahabat-sahabat yang berpakaian bulu kambing
biri-biri."
Gelar itu diberikan mungkin juga karena mereka
berpakaian kasar yang dibuat dari bulu domba (dalam
bahasa Arab disebut Suf) ketika mereka berada di
peringkat awal suluk (perjalanan menuju Allah dalam
din). Dan pakaian yang rnereka kenakan sepanjang hayat
itu bertambal di sana-sini.
Pada keadaan zahirnya, mereka tampak miskin, papa, dan
suka merendah diri. Begitu pula dengan kehidupan
keseharian mereka di dunia kurang makan, kurang minum,
kurang tidur, bahkan segala kesenangan dan kemewahan
dunia mereka tinggalkan. Cara hidup mereka sehari-hari
sangat wara'. Hikmah kebijaksanaan mereka terpantul
Firman Allah:
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam
taman- taman dan sungai-sungai. Di tempat yang
disenanginya, yakni di sisi Tuhan Yang Kuasa"
(Al-Qamar. 54-55).
Tempat itu adalah tempat Hakikat yang sebenarnya,
Hakikat bagi segala hakikat, tempat kesatuan dan
keesaan dengan Allah Swt. Itulah tempat makhluk yang
dinamakan 'hamba' untuk bertatap muka dengan Khaliq
yang disembahnya sebagai 'Tuan', tempat yang
dikhususkan bagi para Nabi, para Waliullah, dan para
kekasih Allah. Allah beserta orang yang benar.
Wujud Diri dan Sirrus-sirr
Wujud diri yang paling halus ialah perasaan ruhani
yang muncul di dalam batin yang disebut dengan
Sirrus-sirr, yakni rahasia dari rahasia. Hal ini dapat
dirasakan oleh siapa pun yang telah diberi karunia
oleh Allah. Nabi Musa a.s. meninggalkan keluarganya
ketika beliau melihat api di lereng bukit Thursina.
Apakah yang beliau lihat sebenarnya? Mata kepalanya
melihat api, yakni Naar, tetapi mata hatinya melihat
cahaya, yakni Nur. Mata kepalanya melihat makhluk
(khalqan), tetapi mata hatinya metihat Al-Haqq
(Haqqan) sesuai dengan firman Allah Swt.:
"Dia berkata kepada keluarganya, 'Tunggulah di sini!
Sesungguhnya aku melihat api di sana!'(Thaha: 10).
Api itu menarik perhatian Nabi Musa a.s. dan hatinya
terkesiap. Karena itu beliau pergi ke tempat api itu
berada dan berusaha mengambil percikan apinya. Beliau
memerintahkan anak dan isterinya supaya menunggu di
tempatnya hingga beliau kembali.
Sebenarnya panggilan ruhani telah menjemputnya dari
tempat yang tinggi (lereng bukit Thursina) dan menarik
Nabi Musa a.s. untuk datang ke tempat itu, sehingga
beliau sanggup meningalkan anak isterinya di tempat
yang gelap-gulita di padang pasir yang luas. Itulah
takdir yang sudah ditentukan Tuhan untuk menarik
ahlullah ke tempat yang sudah ditentukan dan pada masa
yang telah ditentukan pula.
Wahai hukum! Tetaplah di tempatmu. Wahai ilmu! Majulah
dengan nama Allah. Wahai diri yang rendah! Tetaplah di
tempatmu. Wahai hati dan sirr, marilah ke mari dan
beranjaklah.
Alangkah ruginya mereka yang tidak memahami dan tidak
mencintai peristiwa ini, yang tidak percaya karena
sesuatu
pasti
binasa,
kecuali
Allah"
(Al-Qasas:
88).
Untuk menyadari Yang Haqq diperlukan keridhaan dan izin Allah. Apabila kita berbuat
sesuatu karena Allah dan perbuatan itu sesuai dengan keridhaan dan izin-Nya, kita akan dekat
dengan Dia. Kemudian kita akan merasakan semuanya lenyap, kecuali rasa 'bersatu' antara
Yang Ridha (Allah) dengan yang diridhai (insan), karena jika Allah tidak mengizinkan
sesuatu terjadi, walaupun manusia menghendakinya, apa yang diinginkan manusia itu tidak
akan pernah terlaksana. Hal itu dapat dibuktikan melalui firman Allah Swt. yang berbunyi:
"Apabila hamba-hamba-Ku bertanya padamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku Dekat! "
(Al-Baqarah.
186).
Jelasnya, Allah Dekat kepadanya karena taqarrub hamba itu kepada Allah Swt. Dan taqarrub
itu harus dilakukan dengan mengenyampingkan 'ghairullah', yakni yang selain Allah, dalam
batinnya.
Jika seseorang bertindak dan hidup untuk ghairullah, berarti ia menyekutukan Allah. Ia
meletakkan ghairullah di tempat Allah. Perbuatan ini adalah dosa yang paling besar, yang
tidak diampuni Allah karena ia telah berbuat syirik atau menyekutukan Allah dengan
ghairullah.
Orang
yang
berbuat
syirik
akan
binasa.
Apabila seseorang lenyap, yakni dalam keadaan fana', maka ia akan sampai kepada peringkat
'bersatu'
dengan
Allah.
Firman
Allah:
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman- taman dan sungai-sungai.
Di tempat yang disenanginya, yakni di sisi Tuhan Yang Kuasa" (Al-Qamar. 54-55).
Tempat itu adalah tempat Hakikat yang sebenarnya, Hakikat bagi segala hakikat, tempat
kesatuan dan keesaan dengan Allah Swt. Itulah tempat makhluk yang dinamakan 'hamba'
untuk bertatap muka dengan Khaliq yang disembahnya sebagai 'Tuan', tempat yang
dikhususkan bagi para Nabi, para Waliullah, dan para kekasih Allah. Allah beserta orang yang
benar.
Hilmy Nadya
on 2 September 2014
1426
Comments (0)
Please log in to add your comment.
Report abuse
Transcript of AL WAKIIL dan AL MATIIN
Ibnu Faris menjelaskan bahwa materi dasar dari nama ini (yaitu huruf mim, ta dan nun-red)
menunjukkan kekokohan pada sesuatu, yang disertai (makna) tinggi
Al-Fairz Abadi menjelaskan di antara makna dasar kata ini adalah permukaan bumi yang
sangat kokoh dan tinggi
Imam Ibnul Atsr mengatakan, (Arti nama Allh) al-Matn adalah Yang Maha Kuat dan
Kokoh, yang dalam melakukan semua perbuatan-Nya, Allh Azza wa Jalla tidak merasa
susah, berat maupun payah
Segala (daya dan) kekuatan hanya milik Allh Azza wa Jalla , tidak akan ada orang yang
mendapatkan kemenangan kecuali orang yang ditolong-Nya serta tidak akan ada yang
mendapatkan kemuliaan kecuali orang yang dimuliakan-Nya. Orang yang tidak ditolong oleh
Allh Azza wa Jalla pasti akan kalah dan orang orang yang dihinakan-Nya pasti akan hina
Pengertian
Makna al-Matin adalah Yang Maha sangat kuat.Dia (Maha Mampu) memberlakukan
perintah dan ketentuan-Nya kepada semua makhluk-Nya (tanpa ada satupun yang mampu
menghalangi). Dia mampu memuliakan siapapun yang dikehendaki-Nya dan mampu
menjadikan hina siapapun yang dikehendaki-Nya. Allh Azza wa Jalla mampu menolong
siapa yang dikehendaki-Nya serta tidak menolong siapa yang dikehendaki-Nya.
Pengertian
Q. S Al - A'raf : 183
Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.
Q.S Az - Zariyat : 58
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat
Kokoh.
Dalil Aqli
Allah adalah Maha Sempurna dalam kekuatan dan kekukuhan-Nya. Kekukuhan dalam
prinsip sifat-sifat-Nya, tidak akan Allah melemahkan suatu sifat-Nya, sebagaimana manusia.
Maha Sempurna Allah SWT dari sifat manusiawi. Allah juga maha kukuh dalam kekuatankekuatan-Nya. Oleh karena itu, sifat Al-Matin adalah kehebatan perbuatan yang sangat kokoh
dari kekuatan yang tidak ada taranya. Dengan begitu, Kekukuhan Allah yang memiliki
rahmat dan azab terbukti ketika Allah memberikan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
Tidak ada apapun yang dapat menghalangi rahmat ini untuk tiba kepada sasarannya.
Demikian juga tidak ada kekuatan yang dapat mencegah pembalasan-Nya. Kemurkaan dan
azab-Nya akan mengenai sasaran tanpa meleset sedikitpun atau sekalipun. Seorang hamba
harus mengharapkan agar semua kebaikan dan keindahan datang dari Allah SWT dan hanya
takut kepada azab Allah SWT. Dengan demikian, semua rasa takut yang lain hilang dari hati
hamba-hamba-Nya yang telah tertambat kepadaTuhan mereka.
Kita harus memiliki pendirian / prinsip yang kuat dan kokoh dalam menyikapi suatu urusan
Jangan plin-plan dan gegabah dalam mengambil suatu keputusan
Kita harus memiliki tujuan hidup yang jelas dan kuat
Pengertian
Dalil Naqli dan Aqli
AL MATIIN
Penerapan