Вы находитесь на странице: 1из 23

MAKALAH

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


(HAM)
(Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan)

Disusun Oleh :
Syafrina Mareta Sari

NIM : 101311223003

Nurus Sakinah Rojabiyah NIM : 101311223004

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2013 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) sesuai
waktu yang ditentukan.
Tujuan pokok dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas matrikulasi
pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan tujuan umumnya untuk memberikan
beberapa informasi pengetahuan tentang Negara Hukum dan HAM bagi para
pembacanya, selain itu juga dapat berfungsi sebagai bahan referensi pembelajaran
perkuliahan khususnya bidang studi Kewarganegaraan.
Penyusun menyimpulkan masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penelitian ini, oleh karena itu Penyusun memohon kepada para pembaca untuk dapat
memberikan tanggapan atau masukan maupun saran yang sifatnya membangun agar
makalah ini menjadi lebih baik.

Surabaya, September 2013

Penyusun

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... .....

KATA PENGANTAR..........................................................................

ii

.....

DAFTAR ISI............................................................................................
BAB I

iii

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................

1.2 Tujuan................................................................................................

1.3 Rumusan Masalah.................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 NEGARA HUKUM
2.1.1 Pengertian Negara Hukum..............................................................

2.1.2 Ciri-ciri Negara Hukum..................................................................

2.1.3 Tipe Negara Hukum.......................................................................

2.1.4 Indonesia Sebagai Negara Hukum....................................................

2.2 HAK ASASI MANUSIA (HAM)


2.2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)...

10

2.2.2 Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global.

12

2.2.3 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia

13

2.2.4 Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM

15

BAB III KESIMPULAN...

18

BAB IV PENUTUP ...

19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

20

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah Negara Hukum baru dikenal pada Abad XIX tetapi konsep Negara Hukum
telah lama ada dan berkembang sesuai dengan tuntutan keadaan. Dimulai dari zaman
Plato hingga kini, konsepsi Negara Hukum telah banyak mengalami perubahan yang
mengilhami para filsuf dan para pakar hukum untuk merumuskan apa yang dimaksud
dengan Negara Hukum dan hal-hal apa saja yang harus ada dalam konsep Negara
Hukum.
Pemerintahan berdasarkan hukum adalah suatu prinsip yang menyatakan bahwa
hukum adalah otoritas tertinggi dan bahwa semua warga negara termasuk para pejabat
dan pemerintah tunduk pada hukum dan sama-sama berhak atas perlindungannya. Dalam
tradisi negara liberal dikatakan bahwa kebebasan sipil dan hak-hak sipil (yang mencakup
kebebasan berpikir dan berpendapat, kebebasan berkumpul dan berserikat, kebebasan
beragama serta kebebasan pers) akan sulit diwujudkan jika hukum di sebuah negara tidak
diberlakukan secara tegas dan pada semua orang, termasuk pejabat pemerintah. Dengan
kata lain, supremasi hukum dalam rule of law merupakan unsur utama yang mendasari
terciptanya masyarakat yang demokratis dan adil.
Dengan demikian, perbedaan yang kuat dan lemah tidak lagi memainkan
peran. Orang dapat memperoleh apa yang menurut hukum menjadi haknya, apakah dia
kuat ataupun lemah. Secara sederhana, supremasi hukum bisa dikatakan bahwa
kekuasaan pihak yang kuat diganti dengan kekuasaan berdasarkan keadilan dan rasional.
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu
yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan
dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih
diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa
dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
1

orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam
usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Dalam makalah dengan topik Negara Hukum dan hak asasi manusia (HAM) ini
akan diuraikan dengan singkat perkembangan konsep Negara Hukum dan HAM,
rumusan konsep Negara Hukum dan HAM dari para pakar.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk menambah pengetahuan tentang Negara Hukum.
b. Untuk mengetahui ciri-ciri Negara Hukum.
c. Untuk mengetahui tipe Negara Hukum.
d. Untuk mengetahui landasan tentang Indonesia sebagai Negara Hukum
e. Untuk menambah pengetahuan tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
f. Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global
g. Untuk mengetahui Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia
h. Untuk mengetahui contoh-contoh pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
1.3 Rumusan Masalah
a. Apa yang di maksud dengan Negara Hukum?
b. Apa ciri-ciri Negara Hukum?
c. Apa tipe Negara Hukum?
d. Bagaimana Indonesia sebagai Negara Hukum?
e. Apa pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)?
f. Penjelasan Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global?
g. Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia?
h. Apa saja contoh-contoh pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)?

BAB II
2

PEMBAHASAN
2.1. NEGARA HUKUM
2.1.1 Pengertian Negara Hukum
Negara Hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus
dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur dalam negara hukum,
yaitu pertama, hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan
kekuasaan melainkan berdasarkan suatu norma objektif yang juga mengikat pihak yang
memerintah. Kedua, norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara
formal, melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan idea hukum. Hukum menjadi
landasan tindakan setiap negara. Ada empat alasan mengapa negara menyelenggarakan
dan menjalankan tugasnya berdasarkan hukum yaitu:
1.
2.
3.
4.

Demi kepastian hukum


Tuntutan perlakuan yang sama
Legitimasi demokrasi
Tuntutan akal budi

Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya


sejauh berdasarkan hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam hukum
itu. Dalam negara hukum, tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai
dengan kebenaran dan untuk memastikan kebenaran, maka semua pihak berhak atas
pembelaan atau bantuan hukum.
Ditinjau dari sudut sejarah, pengertian Negara Hukum berbeda-beda, berdasarkan
sisitemnya diantaranya yaitu Negara Hukum Eropa Kontinental dan Negara Hukum
Anglo Saxon (Rule of Law).

1. Negara Hukum Eropa Kontinental


Negara Hukum Eropa Kontinental ini dipelopori oleh Immanuel Kant. Tujuan
negara hukum menurut Kant adalah menjamin kedudukan hukum dari individu-individu
dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini, maka menurut Kant Negara harus
3

mengadakan pemisahan kekuasaan yang masing-masing mempunyai kedudukan yang


sama tinggi dan sama rendah tidak boleh saling mempengaruhi dan tidak boleh saling
campur tangan satu sama lain. Konsep negara hukum ini dikenal dengan negara hukum
liberal atau negara hukum dalam arti sempit atau nachtwakerstaat. Dikatakan negara
hukum liberal karena Kant dipengaruhi oleh paham liberal yang menentang kekuasaan
absolute raja pada waktu itu. Dikatakan negara hukum dalam arti sempit karena
pemerintah hanya bertugas dan mempertahankan hukum dengan maksud menjamin serta
melindungi kaum Boujuis (tuan tanah) artinya hanya ditujukan pada kelompok tertentu
saja. Dikatakan Nechtwakerstaat (Negara Penjaga Malam) karena negara hanya berfungsi
menjamin dan menjaga keamanan sebagaimana pendapat John Locke mengenai fungsi
negara yaitu:
1) Legislatif
2) Eksekutif
3) Federatif (Pertahanan Keamanan)
analisis surat keputusan bersama menteri agama, jaksa agung dan menteri dalam
negeri tentang jemaah ahmadiyah dikaji dari ilmu perundang undangan , grace olivia
udiata, UI fKH jakarta 2012
2. Negara Hukum Anglo Saxon (Rule of Law)
Negara Anglo Saxon tidak mengenal negara hukum atau rechtstaat, tetapi
mengenal atau menganut apa yang disebut dengan The Rule of Law atau Pemerintahan
oleh Hukum atau Goverment of Judiciary.
Rule of Law (Rol) adalah sebuah konsep hukum yang sesungguhnya lahir dari sebuah
bentuk protes terhadap sebuah kekuasaan yang absolute disebuah negara. Dalam rangka
membatasi kekuasaan yang absolute tersebut maka diperlukan pembatasan-pembatasan
terhadap kekuasaan itu, sehingga kekuasaan tersebut ditata agar tidak melanggar
kepentingan asasi dari masyarakat, dengan demikian masyarakat terhindar dari tindakantindakan melawan hukum yang dilakukan oleh penguasa.
Rule of Law pada hakekatnya adalah memposisikan hukum sebagai landasan
bertindak dari seluruh elemen bangsa dalam sebuah negara. Rule of Law dapat
dilakasanakan dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia karena salah satu ciri dari
4

Rule of Law (negara hukum) adalah terlindunginya Hak Asasi Manusia di negara yang
bersangkutan.
Asal usul Rule of Law merupakan satu doktrin dalam hukum yang muncul pada abad
19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Kehadirannya dapat
dikatakan sebagai reaksi dan koreksi terhadap negara absolute yang telah berkembang
sebelumnya. Negara absolute sebagai perkembangan keadaan di Eropa yaitu negara yang
terdiri atas wilayah-wilayah otonom. Negara absolute (sebagai negara modern) menyerap
kekuasaan menyerap kekuasaan yang semula ada pada wilayah-wilayah ke dalam satu
tangan yaitu tangan raja.
Rule of Law lahir dengan semangat yang tinggi bersama-sama dengan demokrasi,
parlemen dan sebagainya, kemudian Rule of Law mengambil alih akomodasi yang
dimiliki ancient regime yang terdiri dari golongan-golongan ningrat, prajurit dan
kerajaan. Munculnya keinginan untuk melakukan pembatasan yuridis (mennurut
hukum/secara hukum) terhadap kekuasaan, pada dasarnya disebabkan oleh politik
kekuasaan yang cenderung korup. Hal ini dikhawatirkan akan menjauhkan fungsi dan
peran negara bagi kehidupan dan masyarakat. Atas dasar pengertian tersebut maka
terdapat keinginan yang sangat besar untuk melakukan pembatasan terhadap kekuasaan
secara normatif, untuk menghindari kekuasaan yang dispotik.
Dalam hubungan inilah maka kedudukan konstitusi sangat penting bagi kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu lahirlah negara konstitusi yang melahirkan doktrin Rule of
Law, inilah awal dari kelahiran Doktrin Egalitarian dalam hukum yang menjadi ciri
utama Rule of Law. Disinilah kemudian Rule of Law merupakan doktrin dengan
semangat dan idealisme keadilan yang tinggi seperti supremasi hukum dan kesamaan
setiap orang di depan hukum.
2.1.2 Ciri-ciri Negara Hukum
1.

Ciri Negara hukum Eropa Kontinental


Menurut Kant untuk dapat disebut sebagai Negara hukum harus memiliki dua unsur

pokok, yaitu:
1) Adanya perlindungan HAM.
2) Adanya pemisahan kekuasaan.
5

Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata model Negara hukum ini belum


memuaskan dan belum dapat mencapai tujuan kalau hanya dua unsur tersebut tidaklah
cukup. Maka Negara hukum sebagai paham liberal berubah ke paham Negara
kemakmuran (Welvaarstaat atau Social Service Staat) yang dipelopori oleh Friedrich
Julius Stahl. Menurut Stahl Negara hukum harus memenuhi empat unsur pokok, yaitu:

1)
2)
3)
4)

Adanya perlindungan HAM.


Adanya pemisahan kekuasaan.
Pemerintah haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum.
Adanya peradilan administrasi.

Pada suatu Welvaarstaat tugas pemerintah adalah mengutamakan seluruh kepentingan


rakyat. Dalam mencampuri urusan kepentingan rakyat pemerintah harus dibatasi oleh
undang-undang. Apabila timbul perselisihan antara pemerintah dengan rakyat akan
diselesaikan oleh peradilan administrasi yang berdiri sendiri. Peradilan ini memenuhi dua
persyaratan yaitu yang pertama, tidak memihak ke pihak manapun dan yang kedua,
petugas-petugas peradilan harus terdiri dari orang-orang yang ahli dalam bidang-bidang
tersebut.

2. Ciri Negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law)


Menurut A.V. Dicey, Negara hukum harus memiliki 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:
1) Supremacy of Law (Supremasi Hukum).
Dalam suatu Negara hukum, maka kedudukan hukum merupakan posisi tertinggi.
Kekuasaan harus tunduk pada hukum, bukan sebaliknya hukum tunduk pada kekuasaan,
maka kekuasaan dapat membatalkan hukum, dengan kata lain hukum hanya dijadikan
alat untuk membenarkan kekuasaan. Hukum harus menjadi tujuan untuk melindungi
kepentingan rakyat.
6

2) Equality Before The Law (Kedudukan Sama/Sederajat dimata Hukum).


Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum adalah sama
(sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni pemerintah berfungsi mengatur
dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang diatur berpedoman satu, yaitu
undang-undang. Bila tidak mempunyai persamaan hukum maka orang yang mempunyai
kekuasaan akan merasa kebal hukum. Pada prinsipnya Equality Before The Law adalah
tidak ada tempat bagi backing yang salah, melainkan undang-undang merupakan backing
(bantuan/dorongan) terhadap yang benar.
3) Human Right (Hak-hak Manusia dalam UU).
Human Right meliputi 3 hal pokok, yaitu:
1. The Right to Personal Freedom (Kemerdekaan Pribadi)
Yaitu hak untuk melakukan sesuatu yang dianggap baik bagi dirinya tanpa
merugikan orang lain.
2. The Right of Discussion (Kemerdekaan Berdiskusi)
Yaitu hak untuk mengemukakan pendapat dan mengkritik dengan ketentuan
yang bersangkutan, juga harus bersedia mendengarkan pendapat dan menerima
kritik dari orang lain.
3. The Right of Public Meeting (Kemerdekaan Mengadakan Rapat)
Kebebasan ini harus dibatasi jangan sampai menimbulkan kekacauan atau
memprovokasi. Paham Dicey ini adalah merupakan kelanjutan dari ajaran John
Locke yang berpendapat bahwa manusia sejak lahir sudah mempunyai hak-hak
azasi & tidak seluruh hak-hak azasi diserahkan kepada Negara dalam kontrak
sosial.
Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum Anglo Saxon
adalah keduanya mengikuti adanya Supremasi Hukum. Perbedaannya adalah pada
Negara Anglo Saxon tidak terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri sehingga
siapa saja yang melakukan pelanggaran akan diadili pada peradilan yang sama,

sedangkan Negara hukum Eropa Kontinental terdapat peradilam administrasi yang berdiri
sendiri.
Selanjutnya konsep Rule of Law dikembangkan dari ahli hukum (International
Comunition of Jurits) Asia Tenggara & Asia Pasifik yang berpendapat bahwa Rule of
Law harus mempunyai syarat/ciri sebagai berikut:
a. Perlindungan Konstitusional.
b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
c. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
d. Pemilihan umum yang bebas.
e. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi.
f. Pendidikan civics (kewarganegaraan/politik)
Adapun ciri Negara hukum menurut Montesquieu, yaitu:
a. Perlindungan HAM.
b. Ditetapkan suatu ketatanegaraan suatu negara.
c. Membatasi kekuasaan & wewenang organ-organ negara.
2.1.3. Tipe Negara Hukum
Ada 3 tipe Negara hukum, yaitu:
1.

Tipe Negara Hukum Liberal.


Tipe Negara hukum Liberal ini menghandaki supaya Negara berstatus pasif artinya

bahwa warga Negara harus tunduk pada peraturan-peraturan Negara. Penguasa dalam
bertindak sesuai dengan hukum. Disini kaum Liberal menghendaki agar penguasa dan
yang dikuasai ada suatu persetujuan dalam bentuk hukum, serta persetujuan yang menjadi
penguasa.
2.

Tipe Negara Hukum Formil atau Division of Power.


Negara hukum Formil yaitu Negara hukum yang mendapatkan pengesahan dari

rakyat, segala tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum tertentu, harus berdasarkan
undang-undang. Negara Hukum formil ini disebut juga dengan Negara demokratis yang
berlandaskan Negara hukum.
3.

Tipe Negara Hukum Materiil atau Sparation of Power.


8

Negara Hukum Materiil sebenarnya merupakan perkembangan lebih lanjut


dari Negara Hukum Formil; tindakan penguasa harus berdasarkan undang-undang
atau berlaku asas legalitas yaitu dalam negara hukum Materiil tindakan dari penguasa
dalam hal mendesak demi kepentingan warga Negara dibenarkan bertindak menyimpang
dari undang-undang atau berlaku asas Opportunitas.
2.1.4 Indonesia sebagai Negara Hukum
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal
1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara
Hukum. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan
semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa negara Indonesia
adalah dan harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian
Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai
berikut:
1.

Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia
berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka
(Machtsstaat).

2.

Sistem Konstitusional yaitu Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum


dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat

yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk dalam
wilayah Eropa Kontinental. Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara
hukum materiil, yang dapat dilihat pada Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain
yang dapat dijadikan landasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yakni pada
Bab XIV tentang Perekonomian Negara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD
1945, yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas
perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.
Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip
sebagai berikut:
9

1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional.


2. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi.
3. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi.
4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD
1945).
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR).
6. Sistem pemerintahannya adalah Presidensil.
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif).
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD
1945).
2.2 HAK ASASI MANUSIA (HAM)
2.2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu
manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia.Menurut John Locke HAM adalah hakhak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha sebagai hak yang kodrati. Dalam
pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Ruang lingkup HAM meliputi:
a. Hak pribadi seperti, hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lainlain
b. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada
10

c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan, serta
d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.
Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi,
dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab
bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun
Militer),dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.
2.2.2 Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global
Sebelum konsep HAM diritifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai
HAM ,yaitu:
a. Ham menurut konsep Negara-negara Barat
1) Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak.
2) Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas.
3) Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.
11

4) Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.


b. HAM menurut konsep sosialis
1) Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat
2) Hak asasi tidak ada sebelum Negara ada
3) Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki

c. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:


1) Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya.
2) Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap
kepala keluarga
3) Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban
sebagai anggota masyarakat.
d. HAM menurut konsep PBB;
Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor
Roosevelt dan secara resmi disebut Universal Decralation of Human Rights.
Universal Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai:
Hak untuk hidup
Kemerdekaan dan keamanan badan
Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum
Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana
Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara
Hak untuk mendapat hak milik atas benda
Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
Hak untuk bebas memeluk agama
Hak untuk mendapat pekerjaan
12

Hak untuk berdagang


Hak untuk mendapatkan pendidikan
Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat
Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.
2.2.3 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia
Tanggal 10 Desember diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia Sedunia.
Tanggal ini dipilih untuk menghormati Majelis Umum PBB yang mengadopsi dan
memproklamasikan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, sebuah pernyataan global
tentang hak asasi manusia pada 10 Desember 1948. Hari tersebut setiap tahunnya
diwarnai berbagai aksi dari berbagai kalangan. Pelanggaran HAM masih banyak terjadi.
Hal tersebut terlihat dengan angka pelanggaran HAM yang tidak berkurang. Human
Right Watch (HRW) serta Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
(Kontras) mencatat, jumlah pelanggaran HAM pada 2011-2012 ada 600 kasus. Jumlah ini
meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan periode 2010-2011 yang hanya 250 kasus.
Hal sama dicatat oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Selama
periode 2007-2012, terdapat ribuan pengaduan kasus pelanggaran HAM di Indonesia.
Skala pengaduan kasus dari tahun ke tahun selalu tinggi. Pada 2008, jumlah pengaduan
yang diterima sebanyak 4.843 kasus, pada 2009 (5.853), pada 2010 (6.437), pada 2011
(6.358), dan pada 2012 (kurun waktu Januari hingga Juni) terdapat 2.847 kasus. Kasuskasus itu belum termasuk pelanggaran HAM berat masa lalu yang menjadi perhatian
publik.
Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan
perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat di
pisahkan, baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai
dengan pasal 1 (3), pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan
HAM harus dilakukan melalui suatu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan
pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan hubungan antar negara serta hukum
internasional yang berlaku.
13

Penghormatan terhadap hukum dan hak asasi manusia merupakan suatu


keharusan dan tidak perlu ada tekanan dari pihak manapun untuk melaksanakannya.
Pembangunan bangsa dan negara pada dasarnya juga ditujukan untuk memenuhi hak-hak
asasi warga negara. Hak asasi tidak sebatas pada kebebasan berpendapat ataupun
berorganisasi, tetapi juga menyangkut pemenuhan atas keyakinan, hak atas pangan,
pekerjaan, pendidikan, kesehatan, hak memperoleh air dan udara yang bersih, rasa aman,
penghidupan yang layak, dan lain-lain. kesemuanya tersebut tidak hanya merupakan
tugas pemerintah tetapi juga seluruh warga masyarakat untuk memastikan bahwa hak
tersebut dapat dipenuhi secara konsisten dan berkesinambungan.
Progaram penegakan hukum dan hak asasi manusia bertujuan untuk melakukan
tindakan preventif dan korektif terhadap penyimpangan norma hukum, norma sosial, dan
pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di dalam proses penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Penegakan hukum dan hak asasi manusia
menjadi tumpuan dalam rangka merebut kembali kepercayaan masyarakat terhadap
hukum dengan mengutamakan tiga agenda yaitu, pemberantasan korupsi, antiterorisme,
serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu,
penegakan hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan
konsisten.
Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut:
1. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 20042009 sebagai gerakan nasional
2. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga
yang fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia
3. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di
depan hukum melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk
memetuhi / menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta
konsekuen

14

4. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi


manusia dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika
masyarakat dapat berjalan sewajarnya.
5. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana,
Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi.
6. Peningkatan penegakan hukum terhadap pemberantasan tindak pidana terorisme
dan penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.
7. Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip / lembaga negara
serta badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.
8. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan
hukum dan HAM.
9. Pengembangan sistem manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
10. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka
mewujudkan proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan
biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
2.2.4 Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM
Setiap manusia selalu memiliki dua keinginan, yaitu keinginan berbuat baik, dan
keinginan berbuat jahat. Keinginan berbuat jahat itulah yang menimbulkan dampak pada
pelanggaran hak asasi manusia, seperti membunuh, merampas harta milik orang lain,
menjarah dan lain-lain. Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi
antara aparat pemerintah dengan masyarakat dan antar warga masyarakat. Namun, yang
sering terjadi adalah antara aparat pemerintah dengan masyarakat. Apabila dilihat dari
perkembangan sejarah bangsa Indonesia, ada beberapa peristiiwa besar pelanggaran hak
asasi manusia yang terjadi dan mendapat perhatian yang tinggi dari pemerintah dan
masyarakat Indonesia, seperti :
1. Kasus Tanjung Priok (1984)
15

Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar yang
berawal dari masalah SARA dan unsur politis. Dalam peristiwa ini diduga terjadi
pelanggaran HAM dimana terdapat rarusan korban meninggal dunia akibat
kekerasan dan penembakan.
2. Kasus terbunuhnya Marsinah (1994)
Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivitas yang hak-hak pekerja di
PT Catur Putera Surya, Porong Jawa Timur. Dia meninggal secara mengenaskan
dan diduga menjadi korban pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan
dan pembunuhan.
3. Kasus terbunuhnya wartawan Udin (1996)
Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang wartawan dari
harian Bernas yang diduga diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya
ditemukan sudah tewas.
4. Peristiwa Aceh (1990)
Peristiwa yang terjadi di Aceh sejak tahun 1990 telah banyak memakan korban,
baik dari pihak aparat maupun penduduk sipil yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh
diduga dipicu oleh unsur politik dimana terdapat pihak-pihak tertentu yang
menginginkan Aceh merdeka.
5. Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998)
Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa (penculikan) terhadap
para aktivis yang menurut catatan Kontras ada 23 orang (1 orang meninggal, 9
orang dilepaskan, dan 13 orang lainnya masih hilang).
Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Lingkungan Sekitar
1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih
pembinaan yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu
mata kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada
setiap mahasiswa.

16

3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap


para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir
jalan sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
4. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu
jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak,
sehingga seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan
bakatnya.
5. Kasus Babe yang telah membunuh anak-anak yang berusia di atas 12 tahun, yang
artinya hak untuk hidup anak-anak tersebut pun hilang
6. Masyarakat kelas bawah mendapat perlakuan hukum kurang adil, bukti nya jika
masyarakat bawah membuat suatu kesalahan misalkan mencuri sendal proses
hukum nya sangat cepat, akan tetapi jika masyarakat kelas atas melakukan
kesalahan misalkan korupsi, proses hukum nya sangatlah lama
7. Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri mendapat
penganiayaan dari majikannya
8. Kasus pengguran anak yang banyak dilakukan oleh kalangan muda mudi yang
kawin diluar nikah

BAB III
KESIMPULAN

17

Negara hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan


kekuasaan, dan pemerintahannya berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar) bukan
absolute (kekuasaan yang tidak terbatas.
Ciri-ciri Negara Hukum:
1.

Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan, negara tidak dapat

bertindak sewenang-wenang, tindakan negara oleh hukum.


2. Azas legalaitas; setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah
diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati oleh pemerintah atau aparatnya.
3. Pemisahaan kekuasaan; agar hak-hak asasi iu betul-betul terjamin oleh pemisahan
kekuasaan.
Tipe Negara Hukum:
1. Tipe Negara Hukum Liberal
2. Tipe Negara Hukum Formiil
3. Tipe Negara Hukum Materiil
Indonesia sebagai Negara Hukum tertera pada Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu
kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. Dalam
kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana
setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau
suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM,
pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM
sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
BAB IV
PENUTUP

18

Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi Negara Hukum dan
Hak Asasi Manusia (HAM) yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan - kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penyusun pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Cipto Handoyo, Hestu dan Y. Thresianti. 1996. Dasar-Dasar Hukum Negara


19

Hasyim, 2012. Supremasi Hukum dalam Konsep Negara Hukum.


http://wandyhasyim.blogspot.com/2012/04/konsep-negara-hukum-republikindonesia.html. Diakses pada tanggal 6 September 2013.
Ismatullah, Dedi dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Hukum Negara (Refleksi
Kehidupan Ketatanegaraan di Republik Indonesia). Jakarta: CV. Pustaka Setia.
Nisa,

2013.
Gejolak
dan
Solusi
HAM
di
Indonesia.
https://www.facebook.com/permalink.php?id=187401471347610&story_fbid=38
4845091603246. Diakses pada tanggal 8 September 2013.

Susetyo, 2013. Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia. http://ivanbudisusetyoppfiaub.blogspot.com/2012/05/penegakan-hak-asasi-manusia-di.html .

Diakses pada tanggal 8 September 2013.


Veronica, 2010. Hak Asasi Manusia. http://ohbaru.blogspot.com/2013/03/makalahtentang-hak-asasi-manusia.html. Diakses pada tanggal 7 September 2013.

20

Вам также может понравиться