Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract :
Amid the rise of industrial oil palm plantations in Indonesia appear
negative issues regarding oil palm plantations ranging from land clearing, the
environment, communities and workplace safety issues. In terms of health and
safety PT Lake King, Pinang City has a lot to make improvements but still high
levels of workplace accidents can be seen from injury frequency ratio increasing
from 2011 to 2012 ie from 82.48 to 78.36 into the company's expectations for
Zero Accident has not been achieved. This study aims to look at the role of the
system in relation to the behavior SMK3 safely (safety behavior) PT. Lake King,
Pinang City to formulate the company's strategy to achieve a Zero Accident. The
population in this study were all employees of Lake King with sampling
techniques such as simple random sampling. Based on the statistical analysis of
the overall application management system K3 positive effect on Behavioral
Safety, this is in accordance with the results of statistical tests that the value of F
= 37.146 is greater than F table = 2.71, in other words if the company wants to
achieve zero accident with a growing awareness of behaving safely ( safety
behavior), then the company needs to implement a management system K3
thoroughly and comprehensively. While the formulation of strategies to achieve
the Zero Accident prepared using SWOT analisia.
Keywords: Zero Accident, Safety Behavior.
Abstrak :
Ditengah maraknya industri perkebunan sawit di Indonesia muncul isu
negatif mengenai perkebunan kelapa sawit mulai dari pembukaan lahan,
lingkungan hidup, masyarakat sekitar dan masalah keselamatan kerja. Dalam hal
keselamatan dan kesehatan kerja PT Tasik Raja, Kota Pinang telah banyak
melakukan pembenahan namun tingkat kecelakaan kerja masih tinggi ini dapat
86
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
dilihat dari rasio kekerapan cidera yang terus meningkat dari tahun 2011 sampai
tahun 2012 yaitu dari 78,36 menjadi 82,48 sehingga harapan perusahaan untuk
Zero Accident belum tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran sistem
SMK3 dalam kaitannya dengan perilaku selamat (safety behavior) karyawan PT.
Tasik Raja, Kota Pinang guna merumuskan strategi perusahaan untuk mencapai
Zero Accident. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Tasik
Raja dengan teknik pengambilan sampel berupa simple random sampling.
Berdasarkan analisa statistik secara keseluruhan penerapan sistem Manajemen K3
berpengaruh positif terhadap Perilaku Keselamatan, hal ini sesuai dengan hasil uji
statistik bahwa nilai Fhitung = 37,146 lebih besar dari Ftabel = 2,71 dengan kata lain
jika perusahaan ingin menggapai zero accident dengan menumbuhkan kesadaran
berperilaku selamat (safety behavior), maka perusahaan perlu menerapkan sistem
Manajemen K3 secara menyeluruh dan komprehensif. Sedangkan rumusan
strategi untuk mencapai Zero Accident disusun menggunakan analisia SWOT.
Kata Kunci : Zero Accident, Safety Behavior
PENDAHULUAN
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu
pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan,
penyelenggaraan perkebunan di Indonesia didasarkan atas asas manfaat dan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta berkeadilan, sehingga
tujuan penyelenggaraannya diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan negara, meningkatkan penerimaan devisa
Negara, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah,
dan daya saing, memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam
negeri, dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
ISPO, pentingnya pelaksanaan sistem keselamatan dan kesehatan kerja
melalui penerapan SMK3. Isu keselamatan kerja dalam dunia perkebunan
tampaknya merupakan hal yang cukup pelik. Beberapa kejadian kecelakaan kerja
muncul akibat dari pekerja itu sendiri, seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja, kurangnya pengetahuan tentang keselamatan kerja. Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan untuk
menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman, serta
terbebas dari resiko bahaya yang mungkin timbul dan pada gilirannya perusahaan
akan memperoleh pekerja yang sehat dan produktif (Depnaker RI, 2000).
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
87
Pertimbangan diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang tercantum dalam Permenaker No. 05/MEN/1996 adalah:
1. Bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian besar disebabkan oleh
faktor manusia dan sebagian kecil oleh faktor teknis
2. Bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun
orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi
dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan SMK3,
3. Bahwa dengan penerapan SMK3 dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam
era globalisasi perdagangan.
Tahapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja meliputi 4
(empat) kegiatan yaitu: (1) perencanaan identifikasi bahaya, penilaian, pengendalian resiko; (2) perundang-undangan, seluruh undang-undang dan peraturanperaturan yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja; (3) tujuan/
sasaran manajemen, (4) indikator kerja. Keempat hal tersebut yang dituangkan
dalam perencanaan SMK3 perusahaan (Tunggal I.W. dan Tunggal A.W., 1996).
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di sektor industri masih belum
menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan
kerja yang relatif masih tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi
pada industri skala menengah dan kecil, sedangkan pada industri besar dan
strategis lainnya pelaksanaan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja umumnya cukup baik dan angka kecelakaan relatif kecil karena didukung oleh kemampuan sumberdaya manusia dan dana yang tersedia. Agar kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja tidak terjadi, maka perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian yang efektif dan efisien melalui penerapan program K3 yang berkesinambungan. Namun pengendalian secara teknis tekhnologi pada sumber bahaya itu
sendiri yang paling efektif (Siswanto, 2003). Sesuai dengan Pasal 2 Permenaker
No.05/MEN/1996, tujuan dan sasaran penerapan SMK3 adalah menciptakan suatu
sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Di Indonesia disadari bahwa pelanggaran tentang norma K3 masih sering
ditemukan di lapangan. Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
menyebutkan, sampai tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja
meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Sementara, menurut data
Internasional Labor Organization (ILO), di Indonesia rata-rata per tahun terdapat
99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat
fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup (Suara Pembaharuan: Ancaman
Kecelakaan Kerja, 2013). Perusahaan yang beroperasi di Indonesia belum
menerapkan program K3, hal ini dapat dilihat dari sekitar 169.000 perusahaan
yang terdaftar, serta 25.000 perusahaan dengan jumlah karyawan di atas 100
88
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
orang, ternyata yang meraih penghargaan zero accident hanya 66 atau 0.26%
perusahaan (Santoso, Gempur., 2008). Kondisi nihil kecelakaan atau zero accident
tidak dapat tercapai tanpa diiringi penerapan yang benar dan jujur terhadap Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, bahkan pada perusahaan yang
mendapat sertifikat bendera emas masih terjadi kecelakaan (Tarigan, 2008).
Menurut Heinrich HW & D. Peterson (1980) bahwa sekitar 80% kecelakaan kerja
disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe action) dan hanya 20% oleh
kondisi yang tidak aman, sehingga pengendaliannya pun harus bertitik tolak dari
perbuatan yang tidak aman dalam hal ini adalah perilaku manusia.
PT. Tasik Raja, Kota Pinang yang merupakan salah satu perusahaan perkebunan dan pengolahan minyak kelapa sawit yang berlokasi di dearah Labuhan
Batu, Sumatera Utara dan memperkerjakan lebih dari 1.200 orang karyawan.
Sebagaimana perusahaan perkebunan lainna, PT. Tasik Raja, Kota Pinang berusaha untuk menekan agar tidak terjadi kecelakaan kerja (zero accident), seperti
membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dimana
panitia ini yang berusaha membuat program kesehatan dan keselamatan kerja
karyawan guna menghindari dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Meskipun
demikian, tetap saja terjadi kecelakaan kerja yang menimpa para pekerja, khususnya pemanen.
Meskipun perusahaan sudah berdiri sejak tahun 1993, namun sayangnya
kesadaran manajemen dalam membentuk manajemen keselamatan kerja baru
diwujudkan pada tahun 2011, dimana pada tahun ini dibentuk team safety
dibawah Departmen Environment Healthy and Safety (EHS). Data perusahaan
mencatatkan tingkat kecelakaan kerja pada perusahaan tahun 2011-2012 sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1
No
1
2
Tahun
2011
2012
2,080
2,080
Jumlah
Karyawan
(c)
1,178
1,195
Rasio Kekerapan
Cidera
(d) = a x
1.000.000
bxc
78.36
82.48
89
Karyawan dikali Jumlah Jam Kerja (Setahun). Rasio kekerapan cidera yang baik
adalah nol atau nihil, dan ini yang harus dipertahankan oleh perusahaan selama
minimal 3 (tiga) tahun atau satu juta jam kerja agar mereka bisa meraih sertifikat
Zero Accident dari Mennakertrans cq. Dirjen Binawas melalui Pemda Kab./Kota
setempat.
Dari kesimpulan diatas kehilangan waktu bekerja (loss time) akibat
kecelakaan kerja meningkat dari tahun 2011 ke tahun 2012, yakni sebesar 7%..
Lebih daripada itu bagaimana komitment perusahaan terhadap pemenuhan
kriteria SMK3 agar dapat dicapat nihil kecelakaan kerja dan sertifikat bendera
emas. Untuk itu perusahaan melalui team EHS harus melakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan kesadaran baik manajemen maupun karyawan untuk
pentingnya faktor keselamatan dalam bekerja. Berdasarkan pemaparan di atas,
penulis ingin mengangkat tema kecelakaan kerja di PT. Tasik Raja ke dalam gladi
karya, dimana penulis ingin menganalisa strategi penerapan SMK3 di PT. Tasik
Raja, Kota Pinang terhadap pekerja di perkebunan agar tercapai nihil kecelakaan
kerja (zero accident).
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, terlihat bahwa usaha
manajemen perusahaan untuk menekan angka kecelakaan kerja belum berhasil
secara maksimal membuat nihil kecelakaan kerja, sehingga dirasa perlu untuk
mengkaji apa penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan bagaimana penerapan
system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja guna mencapai angka nihil
kecelakaan kerja di PT. Tasik Raja, Kota Pinang.
TINJAUAN TEORI
Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).
Keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau berdasarkan aspek secara yuridis adalah
upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di
tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat
kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien.
Peninjauan dari aspek teknis keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah ilmu
pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang disebut SMK 3 (Soemaryanto, 2002).
K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang
memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara
aman dan efisien, jika ditinjau dari efek teknis K3 adalah ilmu pengetahuan dan
90
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
91
92
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
93
Penyebab Utama
III. Gejala
IV. Kontak
V. Kerugian
94
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
Dimana :
n
=
N
=
e
=
ukuran sampel
ukuran populasi
nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (10%)
Atas dasar rumus tersebut, jumlah sampel yang ditetapkan dengan nilai
kritis 10%, adalah adalah 92 orang karyawan PT. Tasik Raja, Kota Pinang.
Sedangkan yang menjadi sampel penelitian adalah para karyawan yang terdaftar
di buku personalia PT. Tasik Raja, Kota Pinang. Adapun metode dalam pengambilan sampel adalah simple random sampling dengan kriteria pengambilan
sampel:
1. Merupakan karyawan tetap (minimal level SKU atau Syarat Ketentuan
Umum)
2. Sudah bekerja minimal selama 1 (satu) tahun.
Metode Analisis Data
Hasil penelitian utama dalam penelitian dicapai dengan menggunakan
analisa korelasi, yakni dengan menggunakan analisa regresi berganda (multiple
regression analysis), sedangkan untuk melihat hubungan masing-masing faktor
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
95
= Sosialisasi K3
= Pelatihan K3
= Pengawasan
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
1.
2.
3.
4.
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
97
4. Menyiapkan SDM yang kompeten di bidangnya dan mengerti serta memahami prosedur K3. Hal ini diperoleh dengan cara proses rekrutmen dan atau
melalui pembinaan terhadap karyawan
Berdasarkan interview dengan Manajer SDM PT Tasik Raja, Kota Pinang ia
menyatakan bahwa sistem penerimaan karyawan sudah diatur di dalam SOP
tentang Penerimaan Karyawan yang tertuang dalam SOP No: AEP/SP/
HRD/01. Proses rekrutmen dilakukan berdasarkan kompetensi yang harus
dimiliki kandidat, berupa: aspek pengetahuan (pendidikan), aspek keterampilan (pengalaman bekerja) dan aspek sikap kerja (integritas).
Manajer HR PT Tasik Raja, Kota Pinang selanjutnya menyatakan bahwa
karyawan yang sudah lulus seleksi akan dilakukan pembinaan, baik Pembinaan operasional kerja maupun pengembangan kepribadian dan termasuk di
dalamnya adalah pembinaan mengenai pentingnya kesehatan dan keselamatan
kerja, dimana hal ini bukan tanggung-jawab perusahaan semata, namun turut
juga peran aktif karyawan untuk melaksanakannya.
Melibatkan serikat pekerja/buruh guna berkonsultasi terhadap kemungkinan resiko kecelakaan kerja
Pelaksanaan Rencana K3
Dalam tahapan ini manajemen telah melaksanakan berbagai perencanaan
K3 sebagai berikut:
1. Menyusun Struktur Panitia Pembina K3 (P2K3) (Struktur terlampir).
2. Membentuk Environment, Health and Safety Departmen pada tahun 2011 dan
menyediakan SDM yang kompeten melalui:
1) Rekrut kandidat yang paham tentang K3 terutama di perusahaan perkebunan.
2) Melatih karyawan yang sudah ada.
Berdasarkan interview dengan Manajer EHS beliau menyatakan bahwa
Departmen ini bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan SMK3 di perusahaan,
baik dari perencanaan, pelaksanaan, review dan pengambilan keputusan.
Mereka juga sering melakukan sosialisasi baik secara formal maupun non
formal guna mengingatkan kembali kepada karyawan betapa pentingnya
memperhatikan faktor keselamatan dalam bekerja. Secara formal dilakukan
melalui pelatihan dan atau briefing kepada karyawan dan seara non formal
dilakukan dengan turun ke lapangan serta melaksanakan dialog bagi karyawan
yang tidak perduli terhadap keselamatan bekerja.
3. Membuat Standard Operating Procedure (SOP) dan Work Instruction (WI)
yang berkaitan dengan K3.
4. Melakukan sosialisasi dan komunikasi tentang K3 baik dalam lingkungan
perusahaan maupun untuk kebutuhan eksternal perusahaan.
98
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
NAMA
UNIT KERJA
BEJANA UAP
Eferedi Siregar
PMKS
Irfan Rambe
PMKS
Ilham Mujiarto
PMKS
Syahrial
PMKS
Jamri
PMKS
WELDER
Sulman Purba
PMKS
Fajar Siddik Siregar
PMKS
Jumadi
PMKS
Andi Susanto
PMKS
Indra Sakti Hasibuan
Estate
MAULANA SAPUTRA Estate
MEKANIK MOTOR
M. Syukur
PMKS
LISTRIK
Dedi Kurniawan
PMKS
Didik Andika
Estate
ERWIN SYAHPUTRA Estate
OPERATOR ALAT BERAT
Wagimin
PMKS
Sakri
PMKS
Dadi
Estate
Suhartono
Estate
Saring
Estate
Tonang Siregar
Estate
Ahmad Sunarto
Estate
Sutresno
Estate
SARA SIRAIT
Estate
M. NUH HARAHAP
Estate
SUADI
Estate
ZULPAN NASUTION Estate
AHLI K3
M. Azri
Estate
TMK
20.99.0055
20.99.0056
20.12.0123
30.98.0041
20.01.0092
30-Apr-99
24-May-99
30-Sep-12
09-Mar-98
03-Sep-01
Operator Boiler
Helper Operator Boiler
Helper Operator Boiler
Operator Sterilizer
Operator Sterilizer
20.93.0002
20.01.0087
20.05.0107
20.02.0104
30.96.0030
40.13.0295
11-Nov-93
17-Feb-01
14-Mar-05
17-Oct-02
1-Sep-00
5-Feb-13
Mandor Workshop
Mekanik Las
Mekanik Las
Mekanik Las
Mekanik Las
TUKANG LAS
20.01.0094
3-Sep-01
Mekanik Motor
20.99.0059
30.12.0494
40.06.0082
30.90.0010
20.95.0006
30.01.0090
30.02.0123
30.04.0142
30.06.0230
30.07.0269
01-Feb-95
01-Nov-08
01-Mar-07
01-Nov-08
01-Nov-08
17-Jan-11
30.05.0216
40.92.0001
JABATAN
Sertifikasi
Sudah
Belum
NRP
40.09.0117
16-Mar-92
01-Dec-99
05-Feb-93
05-Jan-07
30.90.0215
40.98.0008
30.93.0016
99
100
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
101
2.
3.
4.
5.
6.
102
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
103
katkan safety behavior melalui kompetisi innovation challenge yang berhubungan dengan K3, terutama yang berkaitan dengan 6M (Machine, Method,
Man Power, Measurement, dan Mother Nature).
2. Manajemen perusahaan harus menganalisa biaya investasi guna melengkapi
standar SMK3, meskipun diawal kelihatan besar tetapi dampak dari permasalahan ini seperti Teori Gunung Es-nya Herzberg, dimana jika dilihat
secara permukaan dampaknya tidak besar, tetapi jika terus menerus dibiarkan,
ini akan meledak sehingga menyebabkan biaya yang besar, jauh melebihi
biaya investasi untuk K3.
3. Manajemen perlu memasukkan SMK3 sebagai salah satu strategi operasional
(proses bisnis internal) ke dalam Corporate Strategy sehingga strategi ini akan
diturunkan (cascading) ke seluruh level pemangku jabatan, mulai dari Top
Level Management hingga ke karyawan tingkat paling bawah (SKU), dan ini
menjadi bagian dari Key Performance Indicator karyawan, divisi/department
dan perusahaan (Corporate), sehingga kita bisa tahu bagaimana proses kendali
(control process) dan mengukur keberhasilan penerapan SMK3.
DAFTAR PUSTAKA
Ancaman Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih Tinggi (Rabu, 9 Oktober 2013).
Artikel
Online:
http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/
ancaman-kecelakaan-kerja-di-indonesia-masih-tinggi/43132
Angkat, Sahrial, 2008, Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada
Pekerja Bangunan Perusahaan X. Tesis. Medan: Sumatera Utara.
Priatna, Benny L. dan Umar Fahmi Achmadi, 1991, Pencegahan Kecelakaan
Kerja pada Sektor Informal. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di
Indonesia, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Heinrich, H. W., Petersen, D., & Roos, N. 1980. Industrial Accident Prevention A Safety Management Approach. New York: McGraw-Hill
Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Penerbit PT. Rineka
Cipta.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang
Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian
Sustainable Palm Oil/ISPO)
Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
104
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
JURNAL AL IRSYAD
Vol. V, No. 1, Januari Juni 2015
105