Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata dermatitis berarti adanya inflamasi pada kulit. Seborrhea
biasa disebut dengan Dermatitis seboroik (DS) atau Seborrheic
eczema merupakan penyakit yang umum, kronik, dan merupakan
inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh pruritus, berminyak, bercak
merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang menutup daerah
inflamasi pada kulit kepala, muka, dan telinga. Daerah lain yang jarang
terkena, seperti daerah presternal dada. Beberapa tahun ini telah
didapatkan data bahwa sekurangkurangnya 50% pasien HIV terkena
dematitis seboroik. Ketombe berhubungan juga dermatitis seboroik,
tetapi tidak separah dermatitis seboroik. Ada juga yang menganggap
dermatitis seboroik sama dengan ketombe.
DS adalah dermatosis papuloskuamosa kronik yang biasanya
mudah ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini dapat
menyerang anak-anak paling sering pada usia di bawah 6 bulan
maupun dewasa. DS dikaitkan dengan peningkatan produksi sebum
pada kulit kepala dan folikel sebasea terutama pada daerah wajah dan
badan. Jamur Pityrosporum
ovalekemungkinan
merupakan
faktor
mengakibatkan
reaksi
inflamasi,
baik
akibat
produk
konsep
dalam
keperawatan
penyakit
dermatitis
seboroik?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Medis
1. Defenisi
Seborrhea disebut pula dengan dermatitis seboroik yaitu kelainan
kulit berupa peradangan superfisial dengan papuloskuamosa yang
kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik yakni
daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala,
alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus,
selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seboroik didapatkan
kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuama yang kering
atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai
ukuran disertai adanya krusta.
Istilah dermatitis seboroik (D.S.) dipakai untuk segolongan
kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi dan bertempat
predileksidi tempat-tempat seboroik.
Dermatitis seboroik (DS) adalah penyakit kulit dengan peradangan
superfisialis kronis, dengan predileksi pada area seboroik, yang remisi
dan eksaserbasi.
Area seboroik yaitu bagian badan yang banyak kelenjar sebasea
(kalenjar lemak) yaitu: kepala (Scalp, telinga, saluran telinga,
belakang telinga, leher), muka (alis mata, kelopak mata, glabella,
lipatan nasolabial, bibir, kumis, pipi, hidung, janggut/ dagu), badan atas
( daerah presternum, daerah interskapula, areolae mammae) dan
pelipatan-pelipatan (ketiak, pelipatan bawah mammae, umbilicus,
pelipatan paha, daerah anogenital dan pelipatan pantat).
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit pada daerah yang
banyak mengandung kelenjar sebasea.
kelainan
state) yang
konstitusi
rupanya
berupa status
diturunkan,
seboroik (seborrhoic
bagaimana
caranya
belum
kelompok
sehat.
Pengaruh
hormonal
seharusnya
yang
erat
terlihat
karena
kemampuan
untuk
3. Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda
radang akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan
bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau
bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat
mengering menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi,
papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit
stadium kronis.
Pada umumnya dermatitis seboroik memiliki gejala seperti berikut ini:
Kulit bersisik berwarna putih atau kuning terjadi di area kulit yang
berminyak selain kulit kepala, seperti wajah, ketiak, telinga, dan
dada.
4. Patofisiologi
Seboroik merupakan keadaan terjadinya produksi sebum (sekret
dari kelenjar sebasea) yang berlebihan pada daerah dimana kelenjar
tersebut
berada
dalam
jumlah
besar
atas,daerah
malar[pipi],telinga,aksila,dibawah
payudara,lipat
10
mengompresnya
dengan
air
hangat
untuk
membantu
meredakannya.
Cukurlah
kumis
atau
jenggot
untuk
membantu
meredakan
gejalanya.
11
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Dermatitis seboroik (DS0 memiliki predisposisi genetic,hormonehormon,status nutrisi, infeksi,dan sires emosional memengaruhi
perjalanannya.Remisi dan eksaserbasi keadaan ini harus dijelaskan
kepada pasien.
Untuk memudahkan pengkajian karena ada variasi klinis, maka
pengkajian dibagi menjadi pengkajian bayi dan orang dewasa .Pada
bayi terbagi dalam tiga bentuk,yaitu cradle cap,glabrous(daerah lipatan
dan tengkuk),dan generalisata (penyakit leiner) yang terbagi menjadi
familial dan non-familial.sementara pada orang dewasa ,berdasarkan
daerah lesinya,dermatitis seboroik terjadi pada kulit kepala (pitiriasis
sika
dan
lipatan
inflamasi),wajah(blefaritis
nosolabial,area
marginal,konjungtivitas,daerah
jenggot,dahi
,alis),daerah
(aksila,inframamma,umbolikus,intergluteal,paha),
pitiriasiform),
dan
fleksura
badan
(petaloid,
generalisata(eritroderma,ertroderma
eksiolatif).
dengan
batas
yang
tidak
jelas,
eritema
ringan
dan
12
13
histopatologi
bagian
epidermis
bergantung
dijumpai
pada
stadium
parakeratorosis
dan
folikuler,
seta
adanya
skuama
dan
krusta
yang
yang
digunakan,
meliputi
pengobatan
14
15
dari
terpi
oral
bromide
dapat
membantu
bromide,nikel
sulfat,dan
sodium
klorida
dapat
yang
berat
dapat
setelah 10 miggu.Pada
diberikan
kortikorsteriod
Intervensi
Beritahukan pasien/orang terdekat
Rasional
Informasi
menambah
dibutuhkan
untuk
kejelasan efektivitas
16
pengobatan
dan
dapat dilakukan.
komplikasi.
Pasien perlu
diingatkan
dermatitis
seboroik
mencegah
bahwa
merupakan
timbul.Tujuan
terapinya
tetap
terkendali.Pasien
didorong
program
agar
mematuhi
terapinya.Pasien
yang
tubuhnya
dengan
harus
kepekaan
dan
menghindari
sekunder
mengekspresikan
perasaannya.
infeksi Pasien dan
menjaga
orang
kondisi
tua
harus
kulit
dan
untuk
obat
harus
penyakit berulang.
Dukungan positif akan memberikan
17
resiko
serangan
penyakit berulang.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
18
19