Вы находитесь на странице: 1из 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah yang sering dialami peserta didik perlu mendapat perhatian yang serius
dikalangan pendidik. Kondisi bermasalah pada aspek fisik motorik seperti halnya tangan
kidal, berjalan pincang, buta, tuli, bisu, gemuk akan membawa dampak negatif baik terhadap
diri siswa sendiri maupun terhadap lingkungannya. Misalnya akan timbul kecemasan, frustasi,
kurang percaya diri, minder atau bahkan mogok sekolah. Untuk mencegah dampak negatif
yang lebih jelek, seorang guru atau konselor harus mewasdainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perilaku bermasalah aspek fisik motorik pada anak SD/MI?
2. Apakah pengertian konseling realitas?
3. Bagaimana cara mengatasi perilaku bermasalah aspek fisik motorik dengan menggunakan
konseling realitas?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat mengetahui perilaku bermasalah aspek fisik motorik pada anak SD/MI.
2. Agar dapat mengetahui bimbingan konseling realitas.
3. Agar dapat mengetahui cara mengatasi perilaku bermasalah aspek fisik motorik dengan
menggunakan konseling realitas.

BAB II
PEMBAHASAN
1

A. Perilaku Bermasalah Pada Aspek Fisik Motorik


Kata masalah dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) berarti sesuatu yang harus
diselesaikan (dipecahkan). Masalah merupakan sesuatu yang menghambat, merintangi, atau
mempersulit seseorang untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu (Winkel, 1985). Kondisi
bermasalah pada aspek fisik motorik seperti halnya permasalahan tangan kidal, berjalan
pincang, buta, tuli, bisu, terlalu gemuk atau kurus dan berambut keriting. Semua ini
meninbulkan masalah bila lingkungannya tidak sebangun. Contohnya jika anak memiliki
rambut keriting berada ditempat banyak anak yang berambut lurus, maka salah satu kejadian
yang sering kali ada ialah anak yang berambut keriting akan diejek teman-temannya sehingga
akan mengakibatkan ia minder.1 Perilaku negatif ini akan muncul karena siswa kurang
sanggup mencari jalan keluar untuk memecahkan kesulitannya. Karena itu perlu adanya
bimbingan dari orang lain yang berpengalaman dan profesional dari seorang konselor.2
B. Contoh Perilaku Bermasalah Pada Aspek Fisik Motorik
1. Tangan kidal
Penyebab tangan kidal adalah dominasi belahan otak kanan daripada otak kiri ,
sehingga anak cenderung menggunakan tangan kirinya untuk mengerjakan banyak hal.
Sebagian orang masih mempersepsikan orang yang bertangan kidal secara negatif atau
orang yang tidak sopan.
2. Buta, tuli dan bisu
Kondisi cacat fisik buta, tuli dan bisu biasanya masuk kesekolah luar biasa. Mereka
biasanya merasa terasingkan dengan lingkungan sosialnya. Banyak diantara mereka yang
pesimis karena menganggap dirinya telaah tertutup pintu gerbangnya untuk beraktualisasi
diri.
3. Terlalu gemuk
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki berat badan tidak
seimbang atau gemuk berpotensi besar terserang penyakit jantung. Permasalahanya bukan
hanya minder dengan teman-temannya tetapi juga persoalan fisik yang terancam
kesehatannya.
4. Berambut keriting
Anak-anak yang berambut keriting biasanya akan sering mendapat ejekan dari temantemannya. Meskipun hanya bercanda saja,namun jika hal itu berlangsung dalam jangka
1Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
hal. 4
2 Elvi Muawanah, Bimbingan Konseling Islam di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal.
25
2

waktu yang lama maka rasa percaya diri pada diri anak akan luncur. Akibatnya, ia akan
kehilangan kepercayaan diri, minder, pemalu dll.3
C. Konseling Realitas
Konseling realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif
sederhana, dan bentuk bantuan langsung kepada konseli. Prinsip dari konseling realitas adalah
seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dari terapis untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.4
Glasser menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan fisiologis seperti
makan, pakaian, dan papan. Dalam teori kepribadian konseling realitas glasser menyatakan
bahwa kebutuhan mendasar setiap manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis, mencintai dan
dicintai dan dihargai atau disebut kebutuhan identitas.
Identitas merupakan cara seseorang untuk melihat dirinya sendiri sebagaimana ia melihat
orang lain dalam pergaulan lingkungan sosialnya. Contoh anak yang terpenuhi kebutuhan
dasarnya sendiri yaitu kebutuhan cinta dan penghargaan akan menggambarkan dirinya
sebagai anak yang berhasil dan bahagia sebaliknya anak yang tidak terpenuhi kebutuhan
dasarnya (cinta dan penghargaan) akan menggambarkan dirinya sebagai anak yang gagal.
Faktor yang dapat mempengaruhi identitas seorang anak ialah orang tua dan pergaulan
dengan teman-temannya. Namun kebutuhan terhadap cinta dan penghargaan terbesar yang
diharapkan anak-anak ialah dari kedua orang tuanya. Anak yang terpenuhi kebutuhan
dasarnya akan menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Indikasi sikap bertanggung jawab
akan muncul sifat-sifat keberanian. Berani menolak terhadap lingkungan sosial yang tidak
diharapkan dan berani melakukan perombakan secara bertanggung jawab atas hal-hal yang
tidak diinginkannya. Dengan demikian konseling realitas memandang perilaku klien dari
sudut pandang realitas secara objektif.
1. Hakikat manusia dalam pandangan konseling realitas
Dalam pandangan konseling realitas , klien atau manusia diasumsikan sebagai berikut:
a. Segala perilaku manusia selalu didorong oleh motivasi untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis dan psikisnya yang paling mendasar yakni cinta dan penghargaan.
b. Gagal atau berhasilnya seorang klien jika mampu memenuhi kebutuhan dasarnya
tersebut.
c. Klien adalah individu yang mampu bertanggung jawab atas perilakunya.

3 Suyadi, Buku Pegangan Bimbingan Konseling Untuk PAUD, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), hal.
264
4 Afifudin, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hal. 261
3

d. Besar kecilnya keberhasilan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sangat


menentukan besar kecilnya pandangan terhadap dirinya sendiri. Pandangan atas
dirinya tersebut akan menentukan identitas dirinya berhasil atau tidak.
2. Perilaku bermasalah dalam konseling realitas
Objek konseling atau terapi konseling realitas adalah perilaku yang tepat atau tidak
tepat semata. Perilaku yang tepat atau tidak tepat ditentukan oleh terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan mendasar kliennya yakni cinta dan penghargaan. Glasser membuat Indikator
terhadap orang-orang yang mempunyai perilaku bermasalah atau kurang tepat
diantaranya: keterasingan, penolakan diri, irasionalitas, kaku, subjektif, lemah, kurang
bertanggung jawab, dan sering menolak kenyataan.
3. Tujuan konseling realitas
Tujuan utama konseling realitas ialah membuat kliennya mempunyai identitas
keberhasilan secara penuh. Dalam hal ini tugas konselor adalah membantu kliennya
dalam menemukan identitas dirinya.konselor harus mampu menunjukkan teknik-teknik
atau cara bagaimana kliennya dapat bersosialisasi, bertanggung jawab dan berfikir secara
rasional tentang dirinya sendiri.
4. Kriteria seorang konselor atau psikiater dalam konseling realitas sebagai berikut:
a. Hendaknya lebih mengutamakan segenap kemampuan kliennya
b. Harus mampu menahan diri atas berbagai permintaan kliennya.
c. Harus mampu bersifat empatik dan sensitif terhadap kliennya.
d. Harus mampu menjalankan proses konseling dengan baik, terutama ketika proses
interview berjalan. Seorang konselor harus mampu menjalin komunikasi sportif dan
penuh motivasi kepada kliennya.
5. Tahapan dalam konseling realitas
a. Fokus pada person
dengan cara pengenalan secara mendalam dan komprehensif antara konselor dan
klien.
b. Fokus pada perilaku
Harus dipusatkan pada perilaku klien. Seorang konselor harus yakin dapt mengubah
perilaku klien yang tidak tepat menjadi perilaku yang tepat.
c. Fokus pada saat ini
Dalam hal ini konselor tidak perlu mempedulikan masalalu klien. Yang perlu
dilakukannya mengamati perilaku klien yang terakhir dilakukan.
d. Mempertimbangkan nilai
Setelah ditemukan teknik untuk mengubah perilaku, seorang konselor perlu untuk
mempertimbangkan nilai dalam diri klien.
e. Melakukan perencanaan
4

Konseling realitas beranggapan bahwa proses konseling harus mampu melahirkan


sederetan rencana yang realistis sehingga perilaku klien menjadi lebih baik dan
akhirnya ia memiliki identitas diri sebagai orang yang berhasil.
f. Komitmen
Konselor berupaya memotivasi kliennya agar dapat berkomitmen terhadap
perencanaan yang dibuat.
g. Menolak alasan
Walaupun klien telah berkomitmen terhadap rencana yang telah dibuat dan juga
melakukannya, tetapi sering kali ia gagal dan kecewa. Konselor tidak perlu
menanyakan alasanya namun membuat perencanaan baru sebagai tanggapan atau
respon terhadap kegagalan kliennya.
h. Tidak ada sanksi
Tidak boleh ada hukuman atau sanksi dalam konseling realitas.
D. Cara Mengatasi Perilaku Bermasalah Aspek Fisik Motorik
Selama proses konseling, konselor membantu konseli untuk menilai kembali tingkah
lakunya dari sudut bertindak secara tanggung jawab dan menjadi pengalaman belajar
menilai diri sendiri dan dan menggantikan tingkah laku yang keliru dengan tingkah laku
yang tepat. Konselor harus memberikan pujian bilamana konseli mulai bertindak secara
tepat dan mencela bial konseli tidak bertindak secara bertanggung jawab. Kalau konseli
ingin menikamati kebahagiaan dalam hidup, dia harus bersikap dan bertindak dengan
penuh tanggung jawab ditengah-tengah medan kenyataan hidup. 5
1. Tangan kidal
Fokus pada klien, fokus konselor dengan klien harus dilakukan dengan penuh
kehangatan dan hubungan empatik, sehingga anak akan membuka diri dan mau

mencurahkan pengalaman negatifnya berkaitan dengan tangan kidalnya tersebut


.konselor fokus untuk mengubah perilaku klien.
Konselor berusaha mengeksplorasi pengalaman-pengalaman anak terkait tangan
kidalnya, misalnya apakah anak tersebut pernah ditanya terkait tangan kidalnya atau
apakah ia sering dipaksa untuk menggunakan tangan kanan untuk melakukan banyak

hal dll?
Banyak orang masih berpendapat bahwa bertangan kidal itu dipandang negatif
bahkan menganggap orang tersebut tidak sopan. Terdapat berbagai pendapat tangan
kidal itu pengaruh keturunan atau kesalahan dari kebiasaan. Mempunyai tangan kidal
dapat diketahui pada usia 3 tahun keatas ditunjukan apabila menggambar anak akan
menyeret tangan kanannya. Hal ini dapat diatasi dengan pendidik lebih aktif untuk

5 Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Grasindo, 1997), hal.429
5

mendekati anak. Pendidik berusaha untuk mengeksplor penyebab anak sering


menggunakan tangan kirinya. Membuat anak lebih dekat dan terbuka untuk
menceritakan berbagai hal terhadap pendidik. Pendidik memberikan penjelasan bahwa
memiliki tangan kidal bukan sesuatu kekurangan, bahkan banyak orang yang
bertangan kidal dapat sukses.
2. Buta, tuli dan bisu
Kondisi fisik ini berbeda dengan anak-anak kekurangan lainnya karena anak buta, tuli dan
bisu tidak dapat bersekolah di sekolah pada umumnya. Mereka akan menganggap
terasing dari lingkungan dan berfikiran tidak dapat beraktualisasi diri. Hal ini dapat
diatasi dengan pendidik mendekati anak yang mengalami cacat ini. Pendidik berusaha
mengeksplor pengalaman buruk yang pernah dialami anak terkait dengan cacat yang
dialami seperti diejek karena tidak dapat melihat. Pendidik dapat mendekati anak secara
hangat dengan menggunakan isyarat untuk mengungkapkan pengalaman yang dihadapi.
Pendidik dapat menghapuskan pengalaman negatif dan memberikan pengertian bahwa
harus sabar menerima keadaan fisik sebagai anugrah dari Tuhan

3. Terlalu gemuk
Konseling memandang bahwa anak anak yang terlalu gemuk, berpotensi menimbulkan
prilaku bermasalaj di kemudian hari. Terlalu gemuk berpotensi terserang penyakit
jamtung. Akibatnya ia akan tersiksa dengan membatasi diri terhadap makanan makanan
yang bergizi tinggi karena takut berat badannya meroket. Di samping itu ia selalu minder
dalam menghadapi pelajaran pelajaran tertentu, seperti oalhraga lari, lompat dan lain
lain.
Dalam hal ini cara mengatasi hal tersebut ada empat tahap yaitu :
a. Karena klien masih anak anak yang belum mempunyai keberanian yang cukup untuk
dating kepada gurunya, maka tahap awal yang di lakukan seorang guru adalah lebih
aktif mendatangi anak didiknya. Disamping itu karena penyebab gemuk ada kaitannya
dengan menu makanan dari kedua orang tua maka guru pun perlu saling komunikasi
dan bekerjasama dengan wali murid.
b. Guru mulai mengeksplorasi dan meng observasi pengalaman negative peserta
didiknya khususnyadengan berat badannya yang terlalu gemuk, misalnya apakah anak
tersebut pernah ditertawakan oleh teman temannya karena badan terlalu gemuk ?
dan lain sebagainya. Tetapi pada tahap ini anak masih bersikap kaku dan sedikit
tertutup dalam mengeksplorasi dirinya
6

c. Guru lebih intens dan emapatik dalam menjalin komunikasi kepada peserta didiknua
yang terlalu gemuk sehingga peserta didik lebih terbuka
d. Guru berusaha menghilangkan dan menghapus pengalaman negatif yang di alami oleh
peserta didiknya tentang badannya yang terlalu gemuk. Guru memberikan pengertian
dan pemahaman bahwa badan yang terlalu gemuk bisa di ubah dengan cara pola
makan dan hidup sehat
4. Berambut keriting
Banyak anak anak berambut keriting di sekolah mendapat ejekan dan hinaan mengenai
fisknya karena mayoritas rambut di sekolahnya berambut lurus. Cara yang di lakukan guru
untuk memberikan konseling terhadap anak tersebut sama dengan anak yang memiliki
berat badan yang lebih.6

BAB III
KESIMPULAN
Masalah merupakan sesuatu yang menghambat, merintangi, atau mempersulit seseorang
untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu (Winkel, 1985). Kondisi bermasalah pada
aspek fisik motorik seperti halnya permasalahan tangan kidal, berjalan pincang, buta, tuli,
bisu, terlalu gemuk atau kurus dan berambut keriting. Semua ini meninbulkan masalah
bila lingkungannya tidak sebangun.
Glasser menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan fisiologis seperti
makan, pakaian, dan papan. Dalam teori kepribadian konseling realitas glasser
menyatakan bahwa kebutuhan mendasar setiap manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis,
mencintai dan dicintai dan dihargai atau disebut kebutuhan identitas.
Identitas merupakan cara seseorang untuk melihat dirinya sendiri sebagaimana ia melihat
orang lain dalam pergaulan lingkungan sosialnya. Contoh anak yang terpenuhi kebutuhan
dasarnya sendiri yaitu kebutuhan cinta dan penghargaan akan menggambarkan dirinya
sebagai anak yang berhasil dan bahagia sebaliknya anak yang tidak terpenuhi kebutuhan
dasarnya (cinta dan penghargaan) akan menggambarkan dirinya sebagai anak yang gagal.
Dengan demikian konseling realitas memandang perilaku klien dari sudut pandang realitas
secara objektif.
Fokus pada person
6 Suyadi,Op.cit hal.263 - 276
7

Fokus pada perilaku


Fokus pada saat ini
Mempertimbangkan nilai
Komitmen
Menolak alasan
Tidak ada sanksi

DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004).
Elvi Muawanah, Bimbingan Konseling Islam di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Suyadi, Buku Pegangan Bimbingan Konseling Untuk PAUD, (Jogjakarta: Diva Press, 2009).
Afifudin, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012).
Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Grasindo, 1997).

Вам также может понравиться