Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah yang sering dialami peserta didik perlu mendapat perhatian yang serius
dikalangan pendidik. Kondisi bermasalah pada aspek fisik motorik seperti halnya tangan
kidal, berjalan pincang, buta, tuli, bisu, gemuk akan membawa dampak negatif baik terhadap
diri siswa sendiri maupun terhadap lingkungannya. Misalnya akan timbul kecemasan, frustasi,
kurang percaya diri, minder atau bahkan mogok sekolah. Untuk mencegah dampak negatif
yang lebih jelek, seorang guru atau konselor harus mewasdainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perilaku bermasalah aspek fisik motorik pada anak SD/MI?
2. Apakah pengertian konseling realitas?
3. Bagaimana cara mengatasi perilaku bermasalah aspek fisik motorik dengan menggunakan
konseling realitas?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat mengetahui perilaku bermasalah aspek fisik motorik pada anak SD/MI.
2. Agar dapat mengetahui bimbingan konseling realitas.
3. Agar dapat mengetahui cara mengatasi perilaku bermasalah aspek fisik motorik dengan
menggunakan konseling realitas.
BAB II
PEMBAHASAN
1
waktu yang lama maka rasa percaya diri pada diri anak akan luncur. Akibatnya, ia akan
kehilangan kepercayaan diri, minder, pemalu dll.3
C. Konseling Realitas
Konseling realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif
sederhana, dan bentuk bantuan langsung kepada konseli. Prinsip dari konseling realitas adalah
seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dari terapis untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.4
Glasser menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan fisiologis seperti
makan, pakaian, dan papan. Dalam teori kepribadian konseling realitas glasser menyatakan
bahwa kebutuhan mendasar setiap manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis, mencintai dan
dicintai dan dihargai atau disebut kebutuhan identitas.
Identitas merupakan cara seseorang untuk melihat dirinya sendiri sebagaimana ia melihat
orang lain dalam pergaulan lingkungan sosialnya. Contoh anak yang terpenuhi kebutuhan
dasarnya sendiri yaitu kebutuhan cinta dan penghargaan akan menggambarkan dirinya
sebagai anak yang berhasil dan bahagia sebaliknya anak yang tidak terpenuhi kebutuhan
dasarnya (cinta dan penghargaan) akan menggambarkan dirinya sebagai anak yang gagal.
Faktor yang dapat mempengaruhi identitas seorang anak ialah orang tua dan pergaulan
dengan teman-temannya. Namun kebutuhan terhadap cinta dan penghargaan terbesar yang
diharapkan anak-anak ialah dari kedua orang tuanya. Anak yang terpenuhi kebutuhan
dasarnya akan menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Indikasi sikap bertanggung jawab
akan muncul sifat-sifat keberanian. Berani menolak terhadap lingkungan sosial yang tidak
diharapkan dan berani melakukan perombakan secara bertanggung jawab atas hal-hal yang
tidak diinginkannya. Dengan demikian konseling realitas memandang perilaku klien dari
sudut pandang realitas secara objektif.
1. Hakikat manusia dalam pandangan konseling realitas
Dalam pandangan konseling realitas , klien atau manusia diasumsikan sebagai berikut:
a. Segala perilaku manusia selalu didorong oleh motivasi untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis dan psikisnya yang paling mendasar yakni cinta dan penghargaan.
b. Gagal atau berhasilnya seorang klien jika mampu memenuhi kebutuhan dasarnya
tersebut.
c. Klien adalah individu yang mampu bertanggung jawab atas perilakunya.
3 Suyadi, Buku Pegangan Bimbingan Konseling Untuk PAUD, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), hal.
264
4 Afifudin, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hal. 261
3
hal dll?
Banyak orang masih berpendapat bahwa bertangan kidal itu dipandang negatif
bahkan menganggap orang tersebut tidak sopan. Terdapat berbagai pendapat tangan
kidal itu pengaruh keturunan atau kesalahan dari kebiasaan. Mempunyai tangan kidal
dapat diketahui pada usia 3 tahun keatas ditunjukan apabila menggambar anak akan
menyeret tangan kanannya. Hal ini dapat diatasi dengan pendidik lebih aktif untuk
5 Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Grasindo, 1997), hal.429
5
3. Terlalu gemuk
Konseling memandang bahwa anak anak yang terlalu gemuk, berpotensi menimbulkan
prilaku bermasalaj di kemudian hari. Terlalu gemuk berpotensi terserang penyakit
jamtung. Akibatnya ia akan tersiksa dengan membatasi diri terhadap makanan makanan
yang bergizi tinggi karena takut berat badannya meroket. Di samping itu ia selalu minder
dalam menghadapi pelajaran pelajaran tertentu, seperti oalhraga lari, lompat dan lain
lain.
Dalam hal ini cara mengatasi hal tersebut ada empat tahap yaitu :
a. Karena klien masih anak anak yang belum mempunyai keberanian yang cukup untuk
dating kepada gurunya, maka tahap awal yang di lakukan seorang guru adalah lebih
aktif mendatangi anak didiknya. Disamping itu karena penyebab gemuk ada kaitannya
dengan menu makanan dari kedua orang tua maka guru pun perlu saling komunikasi
dan bekerjasama dengan wali murid.
b. Guru mulai mengeksplorasi dan meng observasi pengalaman negative peserta
didiknya khususnyadengan berat badannya yang terlalu gemuk, misalnya apakah anak
tersebut pernah ditertawakan oleh teman temannya karena badan terlalu gemuk ?
dan lain sebagainya. Tetapi pada tahap ini anak masih bersikap kaku dan sedikit
tertutup dalam mengeksplorasi dirinya
6
c. Guru lebih intens dan emapatik dalam menjalin komunikasi kepada peserta didiknua
yang terlalu gemuk sehingga peserta didik lebih terbuka
d. Guru berusaha menghilangkan dan menghapus pengalaman negatif yang di alami oleh
peserta didiknya tentang badannya yang terlalu gemuk. Guru memberikan pengertian
dan pemahaman bahwa badan yang terlalu gemuk bisa di ubah dengan cara pola
makan dan hidup sehat
4. Berambut keriting
Banyak anak anak berambut keriting di sekolah mendapat ejekan dan hinaan mengenai
fisknya karena mayoritas rambut di sekolahnya berambut lurus. Cara yang di lakukan guru
untuk memberikan konseling terhadap anak tersebut sama dengan anak yang memiliki
berat badan yang lebih.6
BAB III
KESIMPULAN
Masalah merupakan sesuatu yang menghambat, merintangi, atau mempersulit seseorang
untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu (Winkel, 1985). Kondisi bermasalah pada
aspek fisik motorik seperti halnya permasalahan tangan kidal, berjalan pincang, buta, tuli,
bisu, terlalu gemuk atau kurus dan berambut keriting. Semua ini meninbulkan masalah
bila lingkungannya tidak sebangun.
Glasser menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan fisiologis seperti
makan, pakaian, dan papan. Dalam teori kepribadian konseling realitas glasser
menyatakan bahwa kebutuhan mendasar setiap manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis,
mencintai dan dicintai dan dihargai atau disebut kebutuhan identitas.
Identitas merupakan cara seseorang untuk melihat dirinya sendiri sebagaimana ia melihat
orang lain dalam pergaulan lingkungan sosialnya. Contoh anak yang terpenuhi kebutuhan
dasarnya sendiri yaitu kebutuhan cinta dan penghargaan akan menggambarkan dirinya
sebagai anak yang berhasil dan bahagia sebaliknya anak yang tidak terpenuhi kebutuhan
dasarnya (cinta dan penghargaan) akan menggambarkan dirinya sebagai anak yang gagal.
Dengan demikian konseling realitas memandang perilaku klien dari sudut pandang realitas
secara objektif.
Fokus pada person
6 Suyadi,Op.cit hal.263 - 276
7
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004).
Elvi Muawanah, Bimbingan Konseling Islam di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Suyadi, Buku Pegangan Bimbingan Konseling Untuk PAUD, (Jogjakarta: Diva Press, 2009).
Afifudin, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012).
Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Grasindo, 1997).