Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang terdiri dari satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan pada lapisan terluarnya serta dapat
dihasilkan dari metabolisme normal sel tubuh (Robbins SL dan Kumar V, 2007 ;
Pham-Huy et al, 2008). Kondisi berlebihan radikal bebas akan menyebabkan
kerusakan komponen biokimia sel, seperti lipid, protein, dan DNA yang akan
menghambat fungsi normal sel dalam tubuh manusia (Veskoukis et al, 2011).
2.1.1 Jenis Radikal Bebas
Jenis radikal bebas yang dihasilkan oleh tubuh dibagi menjadi 2 kelompok
besar, yaitu reactive oxygen species (ROS) dan reactive nitrogen species (RNS).
komponen
berbagai
macam
molekul yang berasal dari nitrit oksida (NO) (Martinez, 2009). NO merupakan
molekul yang mengandung elektron tidak berpasangan dan termasuk dalam RNS
primer (Valko et al, 2006). RNS berperan dalam fungsi fisiologis tubuh manusia,
seperti pada sel otot polos, cardiomyocytes, platelet, sel syaraf, dan sel
juxtaglomerulus. Meskipun RNS memiliki peran penting dalam tubuh, namun
kondisi berlebihan dari RNS akan menyebabkan cedera dan kematian sel yang di
induksi oleh stres nitrosatif (Martinez, 2009).
Stress nitrosatif dapat menyebabkan reaksi nitrosilasi yang dapat mengubah
struktur protein sehingga menghambat fungsi normal protein. Stress nitrosatif ini
dapat terjadi ketika pembentukaan RNS dalam sistem melebihi kemampuan
sistem untuk menetralkan dan menghilangkan RNS (Valko et al, 2006). Adapun
macam macam RNS sebagai berikut:
Tabel 2.2 Macam macam RNS (Rahman et al, 2012)
menjadi tahapan inisiasi, propagasi, dan terminasi. Berikut uraian dari tahapan
pembentukan radikal bebas (Winarsi, 2007 ; Nurhabiba, 2014) :
a. Tahap inisiasi
Merupakan tahapan awal pembentukan radikal bebas dengan pemanjangan
rantai radikal bebas dimana radikal bebas cenderung bertambah banyak dengan
oksidatif. Dalam keadaan yang berlebihan akan menimbulkan stres.
R1 H + OH R1 +H2O
b. Tahapan propagasi
Merupakan tahapan pemanjangan rantai radikal bebas dimana radikal bebas
cenderung bertambah banyak dengan reaksi rantai dengan molekul lain.
R2 H + R1 R2 + R1 H
R3 H + R2 R3 + R2 H
c. Tahapan terminasi
Merupakan tahapan dimana terjadi reaksi radikal bebas dengan radikal bebas
lain atau antara radikal bebas dengan penangkap radikal. Reaksi ini mengubah
radikal bebas menjadi radikal bebas stabil dan tidak reaktif yang menyebabkan
propagasinya rendah sehingga tidak ada radikal bebas baru yang terbentuk dalam
tahapan ini dan rantai menjadi putus.
R1 + R1 R1 R1
Obesitas
Genetik
tirosin
Defek pada UCP 2
Hiperinsulinemia akut
R2
+ R1
Pi3 Kinase
R2 R1
Endapan amilin
R2 + R2 R2 R2 dst.
Esterifikasi ceremide
Sintesis
otot
Penurunan Uptake glukosa ke
dalamglikogen
sel
spingoshine
O2 + e - + H+
HO2
O2 + 2H + e
H2O2 + e
Autooksidasi glukosa
+
Sorbitol
Tabel 2.3 menunjukkan reaksi redoks dalam
menghasilkan berbagai macam ROS.
Ages
reaksi dismutasi untuk membentuk hidrogen peroksida dan oksigen (Flora, 2009).
Hidrogen peroksida kemudian bereaksi dengan berbagai agen pereduksi (e +) untuk
membentuk radikal hidroksil (the Harber Weiss reaction) (Florence, 1995).
Tahapan akhir dari reaksi redoks diatas yaitu pembentukan air oleh Cu, Zn-SOD,
dan atau Mn-SOD (Flora, 2009).
Sumber lain radikal hidroksil dalam sistem biologi yaitu anion peroksinitrit
(ONOO-) yang merupakan Activated Oxygen Species (AOS) yang reaktif. Anion
peroksinitrit dibentuk dari radikal superoksida dan radikal nitrit oksida (Florence,
1995) :
O2- + NO
2.1.3
ONOO-
Radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh (endogen) maupun luar tubuh
(eksogen). Adapun rinciannya sebagai berikut :
Radikal Bebas Endogen
Radikal bebas endogen merupakan radikal bebas yang berasal dari dalam
tubuh sendiri yang meliputi :
Autooksidasi
Autooksidasi merupakan produk dari proses metabolisme aerobik. Molekul
yang mengalami autooksidasi berasal dari katekolamin, hemoglobin, sitrokom C
yang tereduksi, dan thiol. Autooksidasi dari molekul diatas akan menghasilkan
reduksi dari oksigen pada radikal dan pembentukan reaktif oksigen. Superoksida
merupakan bentukan awal dari radikal bebas. Ion ferrous (FeII) juga dapat
kehilangan elektronnya melalui oksigen untuk membuat superoksida dan Fe III
melalui autooksidasi (Halliwell dan Gutteridge, 1999).
Oksidasi enzimatik
Sistem enzim dari dalam tubuh dapat menghasilkan radikal bebas dalam
jumlah yang cukup bermakna, meliputi xanthine oxidase (activated ischemia
reperfusion), prostaglandin synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase, dan amino
acid oxidase. Enzim myeloperoxidase merupakan hasil dari aktivasi netrofil yang
memanfaatkan hidrogen peroksida untuk oksidasi ion klorida menjadi suatu
oksidan yang kuat (Arief, 2006).
10
Inflamasi
Selama proses inflamasi terjadi proses fagositosis diperantarai oleh makrofag
dan neutrofil. Sel radang tersebut harus membentuk radikal bebas agar dapat
memfagositosis bakteri (Pham-Huy et al, 2008). Pada tahap pertama bakteri akan
masuk ke dalam fagosome dan berdifusi ke dalam lisosome. Pada membran
lisosome terdapat enzim Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
(NADPH) oksidase yang berfungsi mengkatalisis pembentukan superoksida.
Reaksi ini membutuhkan oksigen dalam jumlah besar sehingga disebut
respiratory burst. Selanjutnya enzim superoxide dismutase (SOD) akan mengubah
superoksida menjadi hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida selanjutnya akan
menghancurkan bakteri. Neutrofil menghancurkan bakteri menggunakan enzim
myeloperoksidase. Enzim ini mengkatalisis reaksi antara hidrogen (Arief, 2006).
Respiratory burst
Respiratory burst merupakan terminologi yang digunakan untuk
menggambarkan proses dimana sel fagositik menggunakan oksigen yang besar
selama
fagositosis.
Penggunaan
oksigen
dapat
diperhitungkan
dalam
11
Ion metal transisi adalah elemen dimana salah satu bentuk ionnya pada
orbital tidak terisi penuh. Besi dan tembaga merupakan ion metal transisi yang
terdapat di dalam tubuh manusia. Ion metal transisi ikut dalam reaksi Harber
Weiss, dimana reaksi ini dapat menghasilkan radikal hidroksil (Arief, 2006).
Organella Subseluler
Organella subseluler seperti mitokondria, kloroplas, mikrosome, peroksisome
dan nuklei dapat menghasilkan radikal bebas jenis superoksida (O2-). Mitokondria
merupakan penghasil utama energi dalam sel sehingga disebut the powerhouse of
the cell. Energi yang dihasilkan berbentuk adenosine trifosfat (ATP) melalui suatu
rantai transpor elektron dan oksigen merupakan rantai terakhir penerima elektron.
Adanya
kerusakan
pada
sistem
transport
elektron
pada
mitokondria
12
13
Berikut ini merupakan gambar produksi radikal bebas di dalam sel yang
terjadi dalam mitokondria, membran plasma, retikulum endoplasmik, lisosom,
peroksisom, dan inti sel (Kumar et al., 2004).
Gambar 2.1 Sumber Radikal Bebas Endogen dan Eksogen (Kumar et al., 2004)
14
menjadi tidak berpasangan dan tidak stabil (Halliwel dan Gutteridge, 1999 ;
Arief, 2006). Reaksi dari radikal bebas tersebut akan terjadi secara berantai dan
menyebabkan efek pada komponen biologi sel tubuh manusia yang meliputi :
Peroksidasi Lemak
Dalam membran sel terdapat asam lemak tak jenuh ganda atau poly
unsaturated fatty acid (PUFA), yang akan bereaksi dengan radikal bebas sehingga
mampu menyebabkan kerusakan oksidatif. Proses kerusakan oksidatif tersebut
dinamakan peroksidasi lemak. Radikal bebas hidroksil (OH) merupakan radikal
bebas oksigen yang sangat reaktif, yang dapat menyerang PUFA dari fosfolipid
membran antara lain seperti asam arakhidonat (Bast, 1991; Winarsi, 2007).
Peroksidasi lemak merupakan mekanisme dari trauma sel (Mardiani, 2008).
Mekanisme peroksidasi lemak yang diperantarai oleh ROS mempunyai tiga
komponen utama reaksi, yaitu inisiasi (pencetusan), propagasi (perambatan), dan
terminasi (penghentian) (Fang et al, 2002 ; Winarsi, 2007). Mekanisme reaksi nya
sebagai berikut (Halliwell, 1994 ; Winarsi, 2007), reaksi yang pertama, radikal
hidroksil akan menarik atom H dari rantai PUFA, terbentuk radikal karbon :
H
- C - + X
- XH + -C
Radikal karbon
Kedua, radikal karbon akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksil:
O2
- C - + O2
-CRadikal peroksil
15
Ketiga, radikal peroksil yang terbentuk akan menyerang PUFA berikutnya untuk
membentuk radikal karbon baru, dan reaksi akan berlanjut secara berantai :
O2
H
H2O
- C - + - C
-C-+-C
Peroksida lipid
O2
- C - + O 2
- C - , dan seterusnya
Akhir reaksi berantai adalah terputusnya rantai PUFA menjadi komponen toksik.
Komponen yang diproduksi dalam proses tersebut meliputi alkanes,
malanoaldehyde (MDA), dan isoprotanes. Ketiga komponen utama dari hasil
peroksidasi lemak digunakan sebagai petanda dalam uji peroksidasi lemak pada
beberapa penyakit, seperti penyakit neurodegeneratif, ischemic reperfusion injury,
dan diabetes (Lobo, 2010).
Kerusakan Protein
Protein dan asam nukleat lebih bertahan terhadap serangan radikal bebas
daripada PUFA. Radikal bebas sangat jarang menyerang protein kecuali sangat
ekstensif atau apabila kerusakannya berpusat pada daerah tertentu dalam protein
tersebut (Arief, 2006). Radikal bebas akan mendorong terjadinya oksidasi pada
residu asam amino, formasi ikatan silang protein-protein, dan menyebabkan
fragmentasi protein (Droge, 2002). Produk dari kerusakan oksidatif protein terdiri
dari kelompok reaktif yang mampu berkontribusi pada kerusakan membran dan
beberapa fungsi sel. ROS mampu merusak protein dengan memproduksi karbonil
dan modifikasi dari asam amino lain, termasuk pembentukan methionine sulfoxide
dan peroksida protein. Kerusakan oksidatif pada protein dapat mempengaruhi
16
aktivitas enzim, reseptor, dan transpor membran. Selain itu kerusakaan oksidatif
mampu mempengaruhi mekanisme stabilitas panas dan kerentanan proteolisis
yang memicu terjadinya penuaaan (Lobo, 2010).
Kerusakan DNA
Banyak penelitian membuktikan bahwa DNA dan RNA merupakan komponen
yang mudah mengalami kerusakan oksidatif, namun kemungkinan kerusakan
DNA menjadi suatu reaksi berantai sangat kecil, sama halnya seperti protein.
Kerusakan DNA biasanya terjadi jika ada lesi pada susunan molekul DNA, yang
apabila tidak dapat teratasi dan terjadi sebelum replikasi maka akan terjadi suatu
mutasi. Mutasi DNA yang terjadi karena kerusakaan oksidatif berperan pada
berkembangnya berbagai macam penyakit, termasuk kanker (Arief, 2006 ; Lobo,
2010).
2.2
Antioksidan
Secara umum antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat menghambat atau
17
18
19
20
Terpenoid
Terpenoid adalah suatu senyawa yang tersusun oleh molekul isopren CH 2C(CH3)-CH-CH2. Terpenoid terdiri dari beberapa macam senyawa seperti
monoterpenoid dan seskuiterpenoid yang bersumber dari minyak atsiri yang
mudah menguap, diterpenoid, tetraterpenoid yang kurang menguap, triterpenoid,
dan sterol yang tidak menguap. Tetraterpenoid (karotenoid) adalah pigmen larut
lemak yang berfungsi melindungi lipid dari peroksidasi. Alfa karoten mampu
melawan radikal peroksil, radikal hidroksil, dan radikal anion superoksida (Flora,
2009). Tetraterpenoid juga hadir dalam bentuk hidrokarbon tak jenuh, misalnya
likopen. Likopen merupakan salah satu sumber antioksidan dan antiproliferatif
dengan menurunkan angka insidensi kanker prostat serta kanker payudara.
Sumber makanan utama yang mengandung likopen adalah tomat (Pham-Huy et
al, 2008).
Sintetik
Antioksidan sintetik yang sering digunakan yaitu, Butylated hydroxyanisole
(BHA), Butylated hidroxytoluene (BHT), Propylgalate (PG), dan Tert-Butyl
Hydroquinone (TBHQ) (Stoia dan Oancea, 2010). BHA digunakan sebagai
antioksidan dalam pangan. BHA sangat mudah mengalami degradasi oleh panas
dan irradiasi oleh sinar UV. BHT biasanya ditambahkan dalam bahan pangan guna
mencegah
terjadinya
proses
autooksidasi.
BHT
merupakan
antioksidan
21
Gambar 2.3. Stuktur BHA, BHT, TBHQ, dan PG (Bursato et al, 2014)
SOD
22
CAT
2H2O + O2
(Flora, 2009)
GPx
GSSH + 2H2O
(Flora, 2009)
Oleh karena itu itu glutation peroksidase dan katalase dapat mencegah akumulasi
radikal superoksida dan hidrogen peroksida sehingga radikal hidroksil tidak
terbentuk (Hariyatmi, 2004).
Nonenzimatik
Antioksidan non ezimatik merupakan antioksidan yang terdapat dalam
makanan dan diperoleh melalui makanan sehari-hari atau konsumsi suplemen
tambahan.
23
Banyak peran asam askorbat dalam melawan radikal bebas. Namun, adanya ion
logam transisi seperti besi dan tembaga, menyebabkan asam askorbat menjadi
senyawa pro -oksidan, dengan berperan sebagai agen pereduksi dan menghasilkan
radikal superoksida, hidrogen peroksida, serta radikal hidroksil (Halliwel, 1994).
Manfaat bagi kesehatan yang dihasilkan oleh asam askorbat yaitu dapat
digunakan sebagai anti aterogenik, anti karsinogenik, dan sebagai imodulator.
24
Efek positif lain dari asam askorbat yaitu dapat mengurangi insidensi kanker
lambung dan mencegah kanker paru serta kanker kolorektal. Sumber asam
askorbat berasal dari buah-buahan yang masam, sayuran hijau, dan tomat (PhamHuy et al, 2008).
Gam
bar 2.4 Struktur Kimia Vitamin E (Murray RK et al, 2003)
T + LOOH
kemudian bentuk radikal -tocopherol direduksi menjadi bentuk semula (tocopherol) dengan bantuan asam askorbat,
T+ askorbat
25
26
Merusak molekul sasaran yang rusak berat dan menggantinya dengan yang
baru.
27
ambar 2.6
G
Mekanisme Pemberian Elektron oleh Senyawa Antioksidan dalam
Menetralisir Radikal Bebas (Craig, 2005)
disebabkan oleh kemunduran fungsi organ tubuh seiring dengan proses penuaan
(Handajani et al, 2009). Penyakit degeneratif ini erat hubungannya dengan stres
oksidatif yang merupakan kondisi dimana produksi senyawa reaktif atau Reactive
Oxygen Species (ROS) berlebihan tanpa diimbangi antioksidan yang memadai.
Adanya stres oksidatif pada tiap komponen biokimia akan sel menjadi dasar
berkembangnya penyakit degeneratif (Monroy, 2013).
2.3.1 Dasar Teori Penuaan dan Penyakit Degeneratif
Perkembangan modern teori biologi penuaan membagi teori penuaan
menjadi dua kategori, yaitu teori program dan teori kerusakaan atau kesalahan
28
29
Teori Endokrin
Teori ini berdasarkan peranan sistem hormon bagi fungsi organ tubuh. Jam
biologis bertindak melalui hormon untuk mengontrol laju penuaan. Hormon akan
berefek pada pertumbuhan, metabolisme, temperatur, inflamasi, dan stres. Dengan
bertambahnya usia, tubuh memproduksi hormon dalam jumlah kecil, yang pada
akhirnya mengganggu berbagai sistem tubuh. Misalnya mana wanita menopause
30
akan terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron (Goldman dan Klantz,
2007).
Teori Imunologi
Pada teori ini sistem kekebalan tubuh diprogram untuk menurun dari waktu ke
waktu, yang mengarah pada peningkatan kerentanan terhadap penuaan, timbulnya
penyakit, dan kematian. Disregulasi dari sistem imun akan berperan dalam
perkembangan penyakit kardiovaskular, alzheimer, inflamasi, dan kanker (Jin,
2010).
Teori Kerusakan atau Kesalahan
Teori kerusakan atau kesalahan menekankan bahwa kondisi stres dari
lingkungan akan menyebabkan kerusakan kumulatif di berbagai tingkatan
sehingga terjadilah proses penuaan (Jin, 2010). Teori ini terdiri dari beberapa sub
teori, meliputi :
31
Pada teori ini dijelaskan bahwa semakin besar metabolisme basal oksigen
suatu organisme, maka semakin pendek rentang hidup organisme tersebut.
Radikal bebas dan berbagai produk metabolisme mempunyai peran dalam proses
penuaan. Sebagai contoh, hewan mempunyai metabolisme basal yang cepat
daripada pada manusia, misalnya burung mempunyai rentang hidup yang lebih
pendek daripada manusia (Jin, 2010).
Teori Cross-linking
Menurut teori ini, akumulasi dari reaksi lintas protein menyebabkan kerusakan
sel dan jaringan, sehingga memperlambat proses tubuh yang mengakibatkan
penuaan. Sebagai contohnya, reaksi glikosilasi non - enzimatik terjadi ketika
molekul glukosa melampirkan protein sehingga menyebabkan reaksi rantai kimia
dan menimbulkan perubahan struktural pada protein. Hal ini terlihat pada jaringan
ikat yang kehilangan fleksibilitasnya serta adanya perubahan mikrovaskular di
arteri (Jin, 2010).
32
sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh
yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA, lemak, dan protein (Suryohudoyo,
2000). Dengan bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal
bebas semakin mengambil peranan penting, sehingga dapat mengganggu
metabolisme sel dan merangsang mutasi sel, yang pada akhirnya menyebabkan
kanker atau kematian. Selain itu radikal bebas juga merusak kolagen dan elastin
yang merupakan suatu protein untuk menjaga kulit tetap lembab, halus, fleksibel,
dan elastis. Jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat paparan radikal bebas,
terutama pada daerah wajah, dimana mengakibatkan lekukan kulit dan kerutan
yang dalam akibat paparan yang lama oleh radikal bebas (Goldman dan Klatz,
2007).
Teori Kerusakan Somatis DNA
Berdasarkan teori ini, DNA akan mengalami kerusakan terus menerus
sepanjang siklus hidup organisme. Semakin tua usia sel somatis akan
berhubungan dengan semakin banyaknya mutasi genetik. Sebagian besar
kerusakan DNA akan diperbaiki oleh sistem pertahanan tubuh, namun beberapa
kerusakan akan menumpuk sebagai polimerasi DNA. Kerusakan DNA
mitokondria akan menyebabkan disfungsi mitokondria. Dalam teori ini, proses
penuaan terjadi akibat tidak seimbangnya perbaikan kerusakan DNA dan
banyaknya kerusakan yang terus diproduksi oleh DNA (Jin, 2010).
2.3.2 Stres Oksidatif Pada Penyakit Degeneratif
Terjadinya proses penuaan dan penyakit degeneratif berhubungan dengan
peningkatan kadar ROS dalam tubuh. Sel dalam tubuh mampu mengubah ROS
menjadi komponen kurang reaktif dalam kadar normal, namun dalam kadar
berlebihan ROS akan menjadi semakin reaktif dan berperan dalam perkembangan
33
Aterosklerosis
34
Obesitas
Pada kondisi obesitas, stres oksidatif dihasilkan dari akumulasi trigliserida
intraseluler. Trigliserida intraseluler mampu meningkatkan produksi radikal
superoksida dalam transpor elektron melalui penghambatan transporter adenosin
nukleotida pada mitokondria. Mekanisme penghambatan ini menimbulkan
penurunan adenosin difosfat (ADP), yang kemudian mereduksi aliran proton
melalui reaksi sintesis adenosin trifosfat (ATP) (reaksi ATP membutuhkan ADP
sebagai substrat). Sebagai hasilnya, elektron terbentuk dalam rantai transpor
elektron, sehingga dapat mengurangi O2 dan meningkatkan bentuk radikal
superoksida (O2-). Stres oksidatif pada obesitas juga diperantai oleh adanya kadar
adiposit dan preadiposit yang berlebihan, dimana adiposit merupakan sumber
sitokin inflamasi. Sitokin merupakan stimulus potensial dalam memproduksi ROS
yang diperantarai oleh kehadiran makrofag dan monosit (Rahman et al, 2012).
Diabetik Nefropati
35
2.4
: Plantae (Tumbuhan)
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Dilleniidae
: Malvales
: Malvaceae (suku kapas-kapas)
: Urena
: Urena lobata L.
: Urena americana L. f, Urena grandiflora DC, Urena
trilobata Vell., Urena lobata L, Urena diversifolia
Schumach (Institute of Systematic Botany, 2003).
36
37
fleksibel. Ada beberapa bagian akar yang terbuka di atas tanah dan beberapa lagi
tumbuh kesamping dari arah tumbuhan (Dixa singh, 2010).
2.4.3
U.lobata memiliki kandungan nutrisi dan non nutrisi yang dirinci sebagai
berikut :
Kandungan Nutrisi
Kandungan kalori dalam 100 gr daun Urena lobata adalah 54 kalori (FAO,
2013). Rincian dari kandungan nutrisi tumbuhan dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 2.5 Kandungan Nutrisi Urena lobata (FAO, 2013)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kandungan
Karbohidrat
Protein
Serat
Lemak
Kalsium
Fosfor
Abu
Nilai (gr)
12.8
3.2
1,8
0,1
0,558
0,067
2.1
Efek farmakologi U.lobata dibagi berdasarkan data empirik dan uji pra klinik
pada penelitian sebelumnya. Adapun rinciannya sebagai berikut :
38
39
dihasilkan tanaman ini melalui mekanisme penurunan kadar glukosa darah dan
juga mengakibatkan penurunan produksi ROS sehingga kerusakan oksidatif dapat
dihambat (Rajesh, 2011; Kalaivanam et al 2006).
Pada uji pra klinik lain, pemberian dekokta daun Urena lobata mampu
meningkatkan kadar superoxide dismutase (SOD) dan menurunkan kadar
malonyldehid (MDA) ginjal dan hepar tikus diabetes mellitus tipe 2 (Kinanti et al,
2015 ; Suciwulansari, 2015). Hal ini dikarenakan dekok daun Urena lobata
memiliki kandungan senyawa antioksidan dan antidiabetik. Efek antioksidan dari
dekok daun Urena lobata dikendalikan oleh senyawa aktif tanin, saponin, dan
flavonoid (Omonkhua A dan Onaogbe, 2011). Tanin berperan sebagai scavenger
H2O2, sehingga H2O2 tidak mampu masuk ke dalam membran sel untuk
menghasilkan produk oksigen reaktif seperti OH dan asam hipoklorin. OH
bersifat sangat toksik karena merusak sel dan memperoksidasi lipid untuk
menghasilkan MDA (Forest Research Institute of Malaysia, 2003 ; Rajesh, 2011).
Saponin berfungsi sebagai antioksidan melalui peningkatkan pembentukan SOD
dan katalase, merubah oksigen yang reaktif menjadi hidrogen peroksida yang
meningkatkan ekspresi gen dari katalase untuk merubah kelebihan peroksida
menjadi air, sehingga peroksida tidak reaktif lagi (Smith et al, 2014). Sedangkan
flavonoid berperan sebagai pendonor ion hidrogen dan menetralisir radikal bebas,
meningkatkan ekspresi gen antioksidan endogen sehingga terjadi peningkatan gen
yang berperan dalam sintesis enzim SOD, serta menghambat ikatan oksidan dan
logam untuk menghasilkan senyawa yang lebih reaktif (Rajesh, 2011 : Inoue,
2001).
40
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Laurales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Cinnamomum
Spesies
Sinonim
: Cinnamomum burmannii
: Cinnamomum chinense
2.5.2
41
pertulangan daun melengkung, saat masih muda warna daun merah pucat, setelah
tua berubah warna menjadi hijau. Bunga tanaman ini majemuk, bentuk malai,
tumbuh di ketiak daun, berambut halus dengan tangkai mencapai panjang 4-12
mm, benang sari dengan kelenjar ditengah tangkai sari, mahkota panjang 4-5 mm,
serta berwarna kuning. Buahnya buni, panjang kurang lebih 1 cm, warna buah
ketika masih muda hijau setelah tua berwarna hitam. Biji kecil-kecil, bulat telur,
masih muda berwarna hijau setelah tua menjadi hitam. Akar tanaman berjenis akar
tunggang berwarna warna coklat (BPOM RI, 2008).
2.5.3
Kandungan zat aktif pada Cinnamomum burmanii dibagi menjadi dua macam,
yakni kandungan nutrisi dan kandungan non nutrisi. Berikut rincian kandungan
tersebut :
Kandungan Nutrisi
Secara kimia, Cinnamomum burmannii mirip dengan Cinnamomum cassia
(Ravindran et al., 2004). Komposisi kayu manis terdiri dari:
Tabel 2.6 Kandungan Nutrisi Penghasil Energi C.burmannii (Gul dan Safdar,
2009)
No
1.
2.
3.
4.
5.
Kandungan
Karbohidrat
Protein
Serat
Lemak
Abu
Nilai (%)
52
3.5
33
4
2.4
42
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kandungan
Zat besi
Zinc
Kalsium
Chromium
Magnesium
Fosfor
Nilai (mg/g)
7
2.6
83.8
0.4
85.5
42.2
disebut
sebagai
methylhydroxychalcone
polymers
(MHCP)
43
44
45
46
kompleks
ferric
iron
dan
2,3,5-triphenyl-1,3,4-triaza-2-
47
Daya hambatan terhadap radikal DPPH dinyatakan sebagai (%) inhibisi. Persen
inhibisi dapat dihitung melalui rumus :
48
2,2-azobis(2-methylpropionamidine)
dichloride
(ABAP).
Radikal
hidroksil dibentuk selama besi dan asam askorbat didorong reaksi fenton.
Sedangkan peroksinitrit diproduksi oleh dekomposisi 3-morpholinosydnonimine
N-ethylcarbamide (SIN-1) (Lichtenthaler et al, 2003).