Вы находитесь на странице: 1из 13

Fisiologi Kehamilan

1. Organ yang Terkait dengan Fisiologi Kehamilan


Dengan terjadinya sebuah kehamilan maka seluruh genitalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam
perkembangannya mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan
progesteron yang menyebabkan perubahan pada:
A. Rahim atau Uterus

Gambar 1.

Uterus

yang membesar
Uterus akan
bulan

pertama

progesteron

di

yang

membesar
bawah
kadarnya

pada

bulan-

pengaruh estrogen dan


meningkat. Pembesaran ini

pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus; di samping


itu, serabut-serabut kolagen yang adapun menjadi higroskopik akibat
meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti
pertumbuhan janin. Bila ada kehamiln ektopik, uterus akan membesar
pula, karena pengaruh hormon-hormon itu. Begitu pula endometrium
menjadi desidua. Berat uterus normal lebih kurang 30 gram; pada akhir

kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram dengan


panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm.
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus seperti
buah alpukat agak gepeng. Pada kehamilan 16 minggu, uterus
berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti
bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus
dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui antara lain untuk
membentuk diagnosis, apakah wanita tersebut hamil fisiologik, hamil
ganda atau menderita penyakit seperti mola hidatidosa dan sebagainya.
Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengadakan
hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama
membuat ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Hal ini dikenal
dalam obstetri sebagai tanda hegar.
B. Serviks Uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan
karena hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan
dengan adanya hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi
lunak. Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat yang
terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya
sedikit mengandung jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai
fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat partus serviks akan
membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan
tekanan bagian bawah janin kebawah. Sesudah partus, serviks akan
tampak berlipat-lipat dan tidak menutup seperti spinkter.
Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini
mungkin pada kehamilan, akan tetapi yang memeriksa hendaknya
2

berhati-hati dan tidak dibenarkan melakukannya dengan kasar,


sehingga dapat mengganggu kehamilan. Kelenjar-kelenjar di serviks
akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak.
Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan
cairan pervaginam lebih banyak. Pada keadaan ini sampai batas
tertentu masih merupakan keadaan fisiologik.
C. Vagina (liang senggama) dan Vulva

Gambar 2. Tanda

Chadwick pada vagina


Hipervaskularisasi

mengakibatkan vagina dan


dan

agak

vulva tampak lebih merah

kebiru-biruan

tampak livide. Pembuluh-

(chadwick).

Warna

pembuluh

porsio

darah

alat

genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena


oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut menigkat.
Apabila

terjadi

kecelakaan

pada

kehamilan/persalinan

maka

perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat mengakibatkan kematian.


D. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16
minggu. Korpus luteum graviditas berdiameter kira-kira 3 cm.
Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Seperti telah
3

dikemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan


progesteron. Lambat-laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta. Dalam
dasawarsa terakhir ini ditemukan pada awal ovulasi hormon relaxin,
suatu immunoreactive inhibin dalam sirkulasi maternal. Diperkirakan
korpus luteum adalah tempat sintesis dari relaxin pada awal
kwhamilan. Kadar relaxin di sirkulasi maternal dapat ditentukan dan
meningkat dalam trimester pertama. Relaxin mempunyai pengaruh
menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga term.
E. Mammae

Gambar

3.

Mamae

Mamma
akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin,
estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu.
Estrogen
progesteron

menimbulkan

hipertrofi

menambah

sistem

sel-sel

saluran,

sedangkan

pada

mamma.

asinus

Somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula


dan

menimbulkan

perubahan

dalam

sel-sel,

sehingga

terjadi

pembuatan kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin. Dengan demikian


mamma dipersiapkan untuk laktasi. Di samping ini, di bawah pengaruh
4

progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak di sekitar


kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar.
Papila mamma akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam,
seperti seluruh areola mamma karena hiperpigmentasi. Glandula
Montgomery tampak lebih jelas menonjol di permukaan areola
mamma. Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat
keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum
ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi.
F. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
b) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi
retro-plasenter.
c) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.
Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran
darah, yaitu:
1) Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah
lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam
pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada hamil 32
minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25-30%
sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.
Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya
hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu,
sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil
5

beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja jantung


sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh dalam
dekompensasio kordis. Pada postpartum terjadi hemokonsentrasi
dengan puncak hari ketiga sampai kelima.
2) Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan
sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah
sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel
darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml.
Dengan hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin
tinggi dan dapat mencapi 4 kali dari angka normal.
3) Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk
dapat memnuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan
diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur hamil
32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan
kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih
dalam sekitar 20-25% dari biasanya.
4) Sistem pencernaan Terjadi peningkatan asam lambung karena
pengaruh estrogen.
5) Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan
tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan
sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya
kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir

kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu panggul,


keluhan itu akan timbul kembali.
6) Perubahan pada kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae
gravidarum.
7) Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami
perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi
untuk

pertumbuhan

janin

dan

persiapan

pemberian

ASI.

Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5


kg. Sebgaian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah,
dan cairan ekstraselular. Pada kehamilan normal akan terjadi
hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh kenaikan kadar insulin,
hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia.
Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan
perkembangan

janin.

Beberapa

peneliatian

dan

menunjukkan

kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin


terhambat. (Prawirohardjo, 2008).
2. Proses Kehamilan
Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada spermatozoa, ovum,
pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi.
Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen
fimbria infundibulum tuba kearah ostium tuba abdominalis, dan disalurkan
terus kearah medial. Kemudian jutaan spermatozoa ditumpahkan diforniks
7

vagina dan disekitar porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu
spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa
ratus spermatozoa dapat sampai ke bagian ampula tuba dimana
spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi, dan
hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapasitasi) untuk
membuahi. Pada spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA
dinukleus, dan kaputnya lebih mudah menembus dinding ovum oleh
karena diduga dapat melepaskan hialuronidase (Sarwono, 2008).

Gambar 4. ProsesFertilisasi sampai Implementasi


Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder)
dan spermatozoa yang biasanya berlangsung diampula tuba. Fertilisasi
meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan
ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang
telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran
sel ovum. Untuk mencapai ovum, sperma harus melewati korona radiata
8

(lapisan sel diluar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein
ekstraselular), yaitu lapisan yang menutupi dan mencegah ovum
mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Spermatozoa yang telah
masuk ke vitelus kehilangan membran nukleusnya, yang tinggal hanya
pronukleusnya,

sedangkan

ekor

spermatozoa

dan

mitokondrianya

berdegenerasi. Itulah sebabnya seluruh mitokondria pada manusia berasal


dari

ibu

(maternal).

Masuknya

spermatozoa

kedalam

vitelus

membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk proses


pembelahan selanjutnya (pembelahan mieosis kedua) sesudah anafase
kemudian timbul telofase dan benda kutub (polar body) kedua menuju
ruang perivitelina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang
haploid. Pronukleus spermatozoa juga telah mengandung jumlah
kromosom yang haploid (Sarwono, 2008).
Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zigot
yang terdiri atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia
terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom otosom dan 2 kromosom
kelamin; pada seorang laki-laki satu X dan satu Y. sesudah pembelahan
kematangan, maka ovum matang mempunyai 22 kromosom otosom serta 1
kromosom X. Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom
otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan,
sedangkan yang memiliki 44 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan
1 kromosom Y akan tumbuh sebagai janin laki-laki. Dalam beberapa jam
setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat
berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam
9

amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahanpembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar, dan selama tiga hari
terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada
dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitelus,
sehingga volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh
morula. Dengan demikian, zona pelisida tetap utuh, atau dengan kata lain,
besarnya hasil konsepsi tetap utuh. Dalam ukuran yang sama ini hasil
konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisial tuba (bagiabagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan kearah kavum uteri oleh
arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula
yang disebut blastokista, suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah
trofoblas dan dibagian dalamnya disebut massa inner cell ini berkembang
menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan
demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas.
Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan
keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormon kehamilan, proteksi
imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta,
dan kelahiran bayi. Sejak tropoblas terbentuk, produksi hormon human
chorionic gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan
bahwa endometrium akan menerima (resesif) dalam proses implantasi
embrio (Sarwono, 2008).
Setelah proses implantasi selesai, maka pada tahap selanjutnya
akan terbentuk amnion dan cairan amnion. Amnion pada kehamilan aterm
10

berupa sebuah membran yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah
membran janin paling dalam dan berdampingan dengan cairan amnion.
Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi sekitar hari ke-7 atau
ke-8 perkembangan mudigah. Secara jelas telah diketahui bahwa amnion
tidak sekedar membran avaskular yang berfungsi menampung cairan
amnion. Membran ini aktif secara metabolis, terlihat dalam transpor air
dan zat terlarut untuk mempertahankan homeostatis cairan amnion, dan
menghasilkan berbagai senyawa bioaktif menarik, termasuk peptida
vasoaktif, faktor pertumbuhan dan sitoin (Cunningham, 2006).
Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat
plasma ibu. Pada awal trimester kedua, cairan ini terutama terdiri dari
cairan ekstrasel yang berdifusi melalui kulit janin sehingga mencerminkan
komposisi plasma janin. Volume cairan amnion pada setiap minggu gestasi
cukup berbeda-beda. Secara umum, volume cairan meningkat 10 ml
perminggu pada minggu ke-8 dan meningkat sampai 60 ml perminggu
pada minggu ke-21, dan kemudian berkurang secara bertahap hingga
kembali ke kondisi mantap pada minggu ke-33. Dengan demikian, volume
cairan biasanya meningkat dari 50 ml pada minggu ke-12 menjadi 400 ml
pada pertengahan kehamilan dan 1000 ml pada kehamilan aterm
(Cunningham, 2006).
Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga
amnion ini akan meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan
kehamilan sampai menjelang aterm, saat terjadi penurunan volume cairan
amnion pada banyak kehamilan normal. Cairan amnion ini berfungsi
11

sebagai bantalan bagi janin, yang kemungkinan perkembangan sistem


muskuloskletal dan melindungi pertahanan suhu dan memiliki fungsi
nutrisi yang minimal (Cunningham, 2006).

12

Daftar Pustaka
Ii, B. A. B. (2005). No Title, 641.
Komunikasi, I., Dan, O., Kerja, K., & Bott, R. (2014). Universitas sumatera utara.
Igarss 2014, (X), 15. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

13

Вам также может понравиться