Вы находитесь на странице: 1из 10

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN

KEJADIAN KEPUTIHAN REMAJA PUTRI DI


SMA NEGERI 01 CIGOMBONG
KABUPATEN BOGOR
TAHUN 20151
Yulianti2, Ainul Hidayati3
ABSTRAK
Latar Belakang : Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan
perhatian khususnya di kalangan remaja, menurut WHO (2010) bahwa 75% perempuan dunia
termasuk remaja mengalami keputihan diduga pula kecemasan mengakibatkan terjadinya
keputihan, sabardi (2009) menggemukakan bahwa kondisi tubuh yang cemas , tegang kelelahan
dan kurang istirahat dapat menimbulkan keputihan.
Tujuan : untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian keputihan di SMA
Negeri 01 Cigombong tahun 2015.
Metode : jenis penelitian ini adalah deskriftif analitik dengan desain penelitian cross sectional.
Cara pengambilan sample dalam penelitian ini adalah teknik random sampling dengan jumlah
sample 125 respondent. Pengumpulan data diperoleh dengan melakukan penyebaran menggunakan
kuesioner.
Hasil : berdasarkan hasil yang didapat mayoritas remaja putri mengalami tingkat kecemasan
ringan sebanyak 117 respondent atau (93,6%) dan mayoritas pada kejadian keputihan sebanyak
104 respondent atau (83,2%) didapatkan nilai uji statistic = 0,003 yang artinya terdapatnya
hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian keputihan.
Simpulan : Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian keputihan di SMA Negeri
01 Cigombong tahun 2015.
Saran : agar meningkatkan penyuluhan serta pemberi informasi tentang keputihan dan kecemasan,
sehingga kecemasan dan kejadian keputihan tidak semakin tinggi.
Kata kunci

: Tingkat Kecemasan, kejadian Keputihan, Remaja Putri

Daftar pustaka

: 25buku (2005-2012) , 18 browsing, 8 jurnal

Jumlah halaman

: 95 halaman, 4 tabel

Judul.

Nama Mahasiswa.

Dosen Pembimbing.

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN

KEJADIAN KEPUTIHAN REMAJA PUTRI DI


SMA NEGERI 01 CIGOMBONG
KABUPATEN BOGOR
TAHUN 20151
Yulianti2, Ainul Hidayati3
ABSTRAK
Bagkground: reproductive health is an important issue to get attention, especially among
teenagers, according to WHO (2010) that 75% of women the word including teenegers experience
vaginal discharge, allegedly also whiteness is a result of flour albus, sabardi (2009) suggested
that the condition of the body are always tense, anxiety, fatigue,and lack of rest can cause vaginal
flour albus.
Objective : to know the correlation between the incidence of anxiety with flour albus in teenegers
in SMA Negeri 01 Cigombong Kabupaten Bogor Tahun 2015.
Methods : this research type is descriptif analitic with cross sectional study design. The metods of
taking sampling in this study is technicque of random sampling with sample size of 125 respondent
the deployment using the enclosed questionnaire.
Result :
Conclusions : There is a relationship between the level of anxiety wih flour albus in teenegers in
SMA Negeri 01 Cigombong kabupaten Bogor tahun 2015.
Suggestion : to improve education and the means of giving information about the whiteness and
anxiety, so that incidence of teenage not the higher.
Keywords
: anxiety level, flour albush
Biblliografy
: 25 book (2005-2012), 18 browsing, 9 journals.
Number of page : 95 pages, 4 tabel
1
The title
2
Diploma Student STIKes Wijaya Husada
3
Lecturer

Pendahuluan

Masa remaja adalah satu masa


transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa,
yang biasanya dimulai dari usia 14 tahun

pada putra dan 12 tahun pada putri. Masa

wanita

remaja bahasa aslinya disebut adolescence,

minimal satu kali dalam hidupnya dan 45%

berasal dari bahasa latin adolescere yang

di antaranya mengalami keputihan sebanyak

artinya tumbuh kembang untuk mencapai

dua kali atau lebih. Kondisi seperti ini bisa

kematangan.

merupakan

dicegah dengan melakukan kebiasaan vulva

segmen perkembangan individu yang sangat

hygiene yang baik, sedangkan kebiasaan ini

penting, yang diawali dengan matangnya

sendiri merupakan perilaku yang harus

organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu

dibiasakan oleh setiap individu dan disertai

bereproduksi. Masa remaja memiliki dua

dengan pengetahuan, untuk itu tenaga

periode yaitu periode masa pubertas dan

kesehatan

Fase

remaja

periode masa remaja adolenssence.


Kematangan pada remaja banyak
mengalami

perubahan,

perubahan

yang

terjadi pada remaja yaitu dari faktor internal


maupun faktor eksternal. Factor internal
meliputi

umur,

jenis

kelamin,

fisik,

psikologis, sistem kardiovasculer dan sistem


musculoskeletal.2
Perubahan

ini

kadang-

kadang

menimbulkan rasa cemas, takut, malu,


merasa dirinya menjadi lain dan remaja pun
binggung, karena mereka tidak mengetahui
pengetahuan
mendapatkan

yang

cukup
informasi

dan

tidak
yang

memadaitentang kesehatan reproduksi.3


Masalah kesehatan yang dapat
dijumpai pada masa remaja khususunya
remaja perempuan adalah perubahan bentuk
tubuh, adanya jerawat atau acne, gangguan
emosional, gangguan miopi, adanya kelainan
kifosis, penyakit infeksi, dan keputihan 6.
Menurut (WHO, 2010) bahwa
sekitar 75% perempuan di Dunia pasti akan
mengalami keputihan paling tidak sekali
seumur hidup nya, dan sebanyak 45% akan
mengalami dua kali atau lebih, sedangkan
wanita Eropa yang mengalami keputihan
sebesar 25% . Di Indonesia sebanyak 75%

untuk

pernah

mengalami

mempunyai

mendidik

pentingnya

keputihan

peranan

penting

masyarakat

hygiene

yang

tentang

baik

untuk

mencegah keputihan melalui penyuluhan


Berdasarkan data statistik Indonesia tahun
2008 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 1524 tahun berperilaku tidak sehat, ini
merupakan

salah

satu

keputihan.7
Keputihan

atau

penyebab
floour

dari
albus

merupakan masalah yang cukup serius


dialami

wanita,

keputihan

tidak

menyebabkan kanker, namun salah satu


gejala kanker mulut rahim.
Sabardi tahun 2009 dalam Setyana
(2013) mengemukakan bahwa kondisi tubuh
yang selalu tegang, cemas, kelelahan dan
kurang

istirahat

dapat

menimbulkan

keputihan. Semua organ tubuh kinerjanya


dipengaruhi dan dikontrol oleh otak, maka
ketika reseptor otak mengalami kondisi
stres, hal ini dapat menyebabkan terjadinya
perubahan

dan

keseimbangan

hormon-

hormon dalam tubuh dan hal ini dapat


menimbulkan terjadinya keputihan.3
Kecemasan bisa berpengaruh buruk
pada seseorang jika frekuensi timbulnya
sering kali. Kecemasan dapat timbul dengan
sendirinya atau bergabung dengan gejala

gejala lain dari berbagai gangguan emosi.


Kecemasan suatu keadaan emosional yang
ditandai

oleh

perasaan-perasaan

rangsangan
tegang

fisiologis,
yang

Tidak cemas

6,4

Cemas

117

93,6

Total

125

100

tidak

menyenangkan, dan perasaan ketakutan, dan


prasangkaan (firasat)11
Tujuan

penelitian

ini

adalah

Diketahuinya hubungan tingkat kecemasan


dengan kejadian keputihan remaja putri di
SMA Negeri 1 Cigombong Tahun 2015.

Dari hadil tabel 1 distribusi frekuensi tingkat


kecemasan remaja putri di SMA Negeri 01
Cigombong tahun 2015 diketahui sebagian
besar mengalami kecemasan sebanyak 117
respondent atau (93,6%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi kejadian
keputihan remaja putri di SMA Negeri 01

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah
penelitian
deskriptif
analitik
Rancangan
penelitian
menggunakan
rancangan cross sectional merupakan
rancangan penelitian dengan melakukan
penggukuran atau pengamatan pada saat
yang bersamaan (sekali waktu)36.
Penelitian ini dilakukan di SMA
Negeri 01 Cigombong Kab. Bogor pada
tanggal 28 oktober. Populasi yang didapat
sebnayak 181 siswi, sampel yang diambil
sebanyak 125 yang sesuai dengan kriteria ,
pengambilan sample menggunakan teknik
teknikRandom Sampling. Pengolahan data
dan analisa data menggunakan computer
program SPSS for windows seri 20. Analisa
terdiri dari analisis univariat dan bivariate
dengan menggunakan uji Chi-Square.
HASIL PENELITIAN
Pengambilan data dan penelitian di lakukan
pada tanggal 28 Oktober 2015 di SMA
Negeri 01 Cigombong kepada 125
respondent remaja putri.
Tabel I Distribusi Frekuensi tingkat
kecemasan remaja putri di SMA Negeri
01 Cigombong Tahun 2015.

no

Tingkat
kecemasan

Frekuensi

Presentase
%

Cigombong Tahun 2015.


no

Keputihan

Frekuensi

Presentasi

Ya

104

83,2

tidak

21

16,8

total

125

100

Dari tabel 2 Distribusi frekuensi


kejadian keputihan di SMA Negeri
01 Cigombong tahun 2015 diketahui
bahwa sebagian besak remaja putri
mengalami
kejadian
keputihan
sebanyak 104 respondent atau
(83,2%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi
Hubungan Tingkat Kecemasan
Dengan
Kejadian
Keputihan
remaja putri Di SMA Negeri 01
Cigombong Tahun 2015.
Tingkat
kecema
san
Tidak
cemas

P
value

Kejadian keputihan
f

tidak
f
%

Total
f
%

37,5

ya

62,5

100

0,003

cemas

101

86,3

16

13,7

117

100

total

114

91,2

11

8,8

125

100

dari tabel 3 distribusi frekuensi


hubungan tingkat kecemasan dengan
kejadian keputihan remaja putri di
SMA Negeri 01 Cigombong Tahun
2015 diketahui bahwa 8 respondent
dalam tingkat kecemasan tidak
cemas 3 respondent atau 37,5 %
mengalami
keputihan
dan
5
respondent atau 62,5% tidak
mengalami keputihan, dan sebanyak
117 respondent dalam kategori
tingkat kecemasan cemas 101
respondent atau 86,3 % mengalami
keputihan dan 16 repondent atau 13,7
% tidak mengalami keputihan.
Hasil uji Statistik didapatkan nilai p
value =0,003 yang artinya p value
<0,05. Jadi hipotesis nol ditolak yang
artinya ada hubungan antara tingkat
kecemasan
dengan
kejadian
keputihan remaja putri di SMA
Negeri 01 Cigombong tahun 2015.

PEMBAHASAN.
1. Tingkat kecemasan remaja
putri di SMA Negeri 01
Cigombong.
Dari
hasil
penelitian
diketahui dari bahwa sebagian
besar remaja putri mengalami
kecemasan
sebanyak
117
respondent atau (93,6%). Dan
sebagian kecil tidak mengalami
kecemasan
sebanyak
8
respondent atau (6,4%).
Penelitian
yang
telah
dilakukan oleh Tiara Permata
Sari (2013), menyatakan remaja

lebih
banyak
mengalami
kecemasan ringan dari 72
respondent remaja putri usia 1518
tahun,
56
mengalami
kecemasan
dalam
kategori
kecemasan ringan (80,5%), 5
respondent tidak mengalami
kecemasan (6,94%), dan 9
respondent dalam kecemasan
sedang (12,5%).
Kecemasan adalah suatu
keadaan
tegang
yang
berhubungan dengan ketakutan,
kekhawatiran, perasaan-perasaan
bersalah, perasaan tidak aman
dan kebutuhan akan kepastian.
Kecemasan
pada
dasarnya
merupakan
sebuah
respons
terhadap apa yang terjadi atau
antisipatif, namun faktor dinamik
yang
dapat
mempercepat
kecemasan tidak disadari14.
Dari hasil penelitian peneliti
tidak mendapatkan kesenjangan
antara teori dengan hasil,
diketahui bahwa sebagian besar
remaja
putri
mengalami
kecemasan
sebanyak
117
respondent atau (93,6%), gejala
yang sering dirasakan oleh
remaja ialah cemas, gugup,
memiliki firasat buruk, takut
dengan pemikiran sendiri, sulit
beristirahat, gelisah, gemetar,
sulit untuk memulai tidur, tidur
tidak nyeyak, terbangun malam
hari, bermimpi buruk, sering
buang air seni muka tegang dan
nadi cepat, hal ini diketahui
dalam kuisoner yang diisi oleh
respondent pada kuesoner tingkat
kecemasan.

2.

3.

Kejadian keputihan remaja


putri di SMA Negeri 01
Cigombong.
Dari hasilkejadian keputihan
diketahui sebagian besar Remaja
Putri di SMA Negeri 01
Cigombong
tahun
2015
mengalami kejadian keputihan
sebanyak 104 respondent atau
(83,2%) dan sebagian kecil tidak
mengalami kejadian keputihan
sebanyak 21 respondent atau
(16,8%).
Dikutif dari hasil penelitian
Christine Winnie Kumendong
Tulus (2013) didapatkan hasil
kejadian keputihan menunjukkan
bahwa 56 respondent (87,5%)
mengalami keputihan dan 8
respondent
(12,5%)
tidak
mengalami keputihan.
Keputihan atau flour albus
adalah cairan yang berlebihan
yang
keluar
dari
vagina.
Keputihan bisa bersifat fisiologis
(dalam keadaan normal ) namun
bisa bersifat patologis (karena
penyakit ). Dan keputihan tidak
mengenal batasan usia18
Dari hasil yang telah didapat
keputihan yang terjadi tidak jauh
berbeda, yaitu (83,2%) dengan
data penelitian sebelumnya yang
dilakukan di indonesia sebanyak
75% wanita didunia menggalami
keputihan paling tidak sekali
seumur hidup7.
Hubungan Tingkat Kecemasan
dengan Kejadian Keputihan
Remaja Putri di SMA Negeri
01 Cigombong tahun 2015.
Dari hasil penelitian yang
telah dilaksanakan kepada 125
respondent, 8 respondent dalam
kategori tingkat kecemasan tidak
cemas 3 respondent atau (37,5%)

mengalami kejadian keputihan


dan 5 respondent atau (62,5%)
tidak
mengalami
kejadian
keputihan. Dan dari total 117
respondent
dalam
kategori
tingkat
kecemasan
Cemas
sebanyak 101 respondent atau
(86,3%) mengalami kejadian
keputihan dan 16 respondent atau
(13,7%)
tidak
mengalami
keputihan.
Hasil uji Statistik didapatkan
nilai p value =0,003 yang artinya
p value <0,05. Jadi hipotesis nol
ditolak
yang
artinya
ada
hubungan
antara
tingkat
kecemasan dengan kejadian
keputihan remaja putri di SMA
Negeri 01 Cigombong tahun
2015Dalam hasil uji statistic
didapatkan nilai p value =
0,003dan artinya p value < 0,05
yang artinya adanya hubungan
antara Tingkat kecemasan dengan
Kejadian keputihan remaja putri
di SMA Negeri 01 Cigombong.
Adanya hubungan diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nur Rohmah Prihartanti
(2010), diperoleh p-value 0,000 <
0,05
Hal ini berarti tingkat
kecemasan dapat digunakan
sebagai
prediktor
untuk
memprediksi kejadian keputihan
pada remaja putri.
Hal ini didukung dengan teori
yang menunjang sebagai berikut
Kondisi Stres Kondisi tubuh yang
selalu tegang, cemas, kelelahan
dan kurang istirahat dapat
menimbulkan keputihan25. Semua
organ
tubuh
kinerjanya
dipengaruhi dan dikontrol oleh
otak, maka ketika reseptor otak
mengalami kondisi stres, hal ini
dapat menyebabkan terjadinya

perubahan dan keseimbangan


hormon-hormon dalam tubuhdan
hal ini dapat menimbulkan
terjadinya keputihan30
Berdasarkan
pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa
tingkat kecemasan yang banyak
dialami oleh remaja putri adalah
kecemasan
ringan
namun
kejadian keputihan yang dialami
oleh mereka hampir seluruh
remaja
putri
mengalami
keputihan meski dalam keputihan
yang normal. Dan semakin
tingginya tingkat kecemasan
seseorang maka akan semakin
tinggi pula angka kejadian
keputihan

A. KESIMPULAN
1. Tingkat kecemasan remaja
putri di SMA Negeri 01
Cigombong
tahun
2015
bahwa sebagian besar remaja
purti mengalami kecemasan
sebanyak 117 respondent atau
(93,6%). San sebagaian kecil
tidak mengalami kecemasan
sebanyak 8 respondent atau
(6,4%).
2. Kejadian Keputihan di SMA
Negeri
01
Cigombong
diketahui bahwa sebagaian
besar remaja putri di SMA
Negeri 01 Cigombong tahun
2015 mengalami kejadian
keputihan sebanyak 104
respondent atau (83,2%) dan
sebagian
kecil
tidak
mengalami
kejadian
keputihan
sebanyak
21
respondent atau (16,8%).

3. Pada
hasil
penelitian
didapatkan hasil H0 ditolak
yang artinya Ada Hubungan
antara Tingkat Kecemasan
dengan Kejadian Keputihan
Remaja Putri di SMA Negeri
01 Cigombong yang hasilnya
= 0.003 , p< 0,05.
B. SARAN
1. Bagi instansi SMA Negeri 01
Cigombong
Diharapkan kepada pihak
SMA Negeri 01 Cigombong
dapat
memberikan
penyuluhan serta memberi
informasi
kesehatan
reproduksi kepada remaja
putri,
yang
dapat
berkolaborasi dengan petugas
kesehatan, khususnya dalam
pencegahan
keputihan
ataupun penanganan agar
kejadian keputihan pada
remaja tidak menjadi semakin
tinggi

DAFTAR PUSTAKA
1. Yusuf,
syamsu.
2007.
Psikologi
Perkembangan
Anak dan Remaja. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
2. Wong, D.2009. Buku Ajar
Keperawatan
Pediatrik.
(wongs essential of Pediatric
Nursingedisi:6. Jakarta : EGC.

3.

4.

5.
6.

7.

8.

Setyana (2013) dengan judul


Analisis Faktor Eksogen Non
Infeksi Yang Mempengaruhi
Kejadian Keputihan Pada
Mahasiswi Di Fakultas Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
jtptunimus-gdl-weningcitr5497-3-bab2new.
Diunduh
pada tanggal 23 agustus 2015,
pada pukul 12;15
Boyke, Dian nugraha. 2008.
Jangan
sepelekan
keputihan./--http://dokter.us/jangansepelekan-keputihan-dr.boykedian-nugrahaspog/accesedonapril.2008,
diunduh 2 september 2015,
pukul 19;25
Kinanti, S .2009. Rahasia
Pintar Wanita. Jogyakarta :
Aulia Publishing
Hidayat, Aziz,A.
2008
.Ketrampilan Dasar Praktik
Klinik Cetakan II. Jakarta :
Salemba
Maghfiroh,
K.
2010.
Hubungan
pengetahuan
tentang keputihan dengan
penanganan keputihan pada
siswi pondok pesantren Darul
Hasanah
kali
kondang
Demak. 2010. DIII Kebidanan
:universitas muhammadiyah
semarang (UNIMUS) (karya
tulis ilmiah) .
Egan, M dan Lipsky .2009.
About
Us
:
vaginitis
[internet].
Chicago
:
Northwestern
University
Medical School, Terjemahan:
Siti
Nurul
Qomariyah.
Available
from
http://www.kesrepro.info/?
q=node/315. diacces tanggal 2

september 2015. Pukul 19;57


WIB.
9. Clayton,
caroline.
2008.
Keputihan dan infeksi jamur
kandida lain, Alih bahasa
oleh adji darma dan Fx
budiyanto. Jakarta : Arcan
10. Hawari, Dadang. (2008).
Manajemen Stres Cemas dan
Depresi.
Jakarta
:
FK
Universitas Indonesia.
11.
2011.
Manajement
Stress, Cemas, dan Depresi.
Jakarta:salemba medika.
12. Wiramihardja, A sutardo.
2007Pengantar
Psikologi
Abnormal. Bandung : PT
Rendika Aditama.
13. Nevid , Jeffrey S. dkk .2005.
Psikologi Abnormal Edisi
kelima jilid 1/2, Jakarta :
Erlangga
14. Semium, yustinus. 2006.
Kesehatan Mental. Yogyakarta
: Penerbit Kanisius.
15. Durrand,V M. 2007. Barlow
essesnsial
Of
AbnormalPsichology.
Yogyakarta: pustaka Pelajar.
16. Desti.
2013.
Tingkat
kecemasan siswi kelas VII
dalam menghadapi menarche
di SMP Warga Surrakarta
tahun
2013.digilib.unimus.ac.id/fil
es/disk/137/jtpunimus-gdl681-5. Di unduh pada tanggal
23 agustus 2015 pukul 12.45
WIB
17. Tawi , m. 2012. Pengukur
Tingkat
Kecemasan.
http;/scribd.com/doc12941359
71/cara-menggukur-tingkatkecemasan. Diunduh tanggal
20 september 2015.

18. Kusmiran, E. 2012. Cara


Mudah
Atasi
Keputihan
Remaja dan Wanita. Jakarta :
Salemba Medika
19. Manuaba, Ida Agus. 2009.
Memahami
Kesehatan
Reprouksi Wanita. Jakarta :
Arcan
20. Joseph, H.K dan Nugroho, M.
2010.Catatan
Kuliah
Ginekologi
dan
Obstetri
(Obsgyn). Yogyakarta : Nuha
Medika
21. Tiara.
2013.
Tingkat
Kecemasan Remaja Putri
Dalam
Menghadapi
Keputihan
Di
SMA
Gondangrejo tahun 2013.
http://digilib.unimus.ac.id/files
/disk1/150/jtptunimus-gdlmaulidadwi-7484-4-daftarpa.pdf / diunduh pada tanggal
20 september 2015 pukul
19.21 WIB.
22. Indarti,
2011.
Panduan
kesehatan
Wanita.
Jakarta:Pustaka Pembangguan
Swadaya.
23. Suratno, 2005. Perkembangan
Kreatifitas anak Usia Dini.
Jakarta : depdiknas.
24. Notoadmojo,2005.
Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
25. Pribakti, 2010. Tips dan Trik
Merawat Organ Intim. Jakarta
: Sagung Seto.
26. Sukarti. 2005. Hubungan
Pengetahuan,
Sikap
dan
Praktek Personal Hygiane
dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri Di Desa
Winong
Kecamatan
Penawangan
Kabupaten
Brobogan
Tahun

2005.http://digilib.unimus.ac
.id/files/disk1/104/jtptunimusgdl-sukartia2a-5155-3bab2.pdf diunduh tanggal 4
september 2015 pukul : 13;02.
27. Kinasih, Neyla. 2012. Wanita
Pintar
Kesehatan
dan
Kecantikan. Bantul : Araska.
28. Soebachman.A.
(2012).Rahasia
Pintar
Kesehatan Wanita. Yogyakarta
:IN
AzNA
Book.
http://repository.usu.ac.id/bitst
ream/123456789/39184/2/Ref
erence.pdf.diakses
pada
tanggal 15 septemb er2015
29. Suryana.
2009.hubungan
antara
perilaku
membersihkan
daerah
kewanitaan dan stres dengan
kejadian keputihan pada
mahasiswi di Fakultas Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
related:digilib.ump.ac.id/down
load.php?id=3112. Diunduh
pada tanggal 15 september
2015. Pukul 12;13
30. Silalahi, U. 2012. Metode
penelitian sosial. Bandung :
PT. Refika Aditama.
31. Suparyanto.2010.KonsepKepu
tihan.http;//scribd.com/doc/85
320924/dr.suparyono.konsepkeputihan.html. diakses pada
tanggal 20 september 2015,
pukul : 12;35 WIB.
32. Susmiati. 2009. hubungan
antara
perilaku
membersihkan
daerah
kewanitaan dan stres dengan
kejadian keputihan pada
mahasiswi di Fakultas Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah
Purwokerto.http://digilib.um

p.ac.id/files/disk1/20/jhptumpump-gdl-windyaguss-975-2babii.pdf,
diunduh
pada
tanggal 21 september 2015.
Pukulo 19;23 WIB.
33. Bahari, Hamid. 2012. Cara
Mudah
Atasi
Keputihan.
Jakarta: Buku Biru
34. Wangmuba.
(2009).KecemasandanPsikolo
gi.http://wangmuba.com/tag/k
ecemasan.
Retreved
25
september 18;30 WIB
35. Arikunto.
(2006).Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek Jakarta : Rineka
Cipta.
36. Notoadmodjo,
2010.Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.

37. Hidayat, Aziz Alimul. 2008.


Keterampilan Dasar Klinik
Cetakan II. Jakarta :Salemba
38. Hidayat, 2011. Menyusun
skripsi dan tesis edisi Revisi.
Bandung : Informatika
39. Azwar, S. 2007. Penyusun
skala psikologi.Yogyakarta :
pustaka belajar.
40. Budiarto , 2003.Biostatistik
Kedokteran dan kesehatan
masyarakat. Jakarta : EGC
41. Sabri, Luknis & Hastono, S.P.
(2006). Statistik kesehatan,
Edisi 1., Jakarta : Raja
Grafindo Persada.

Вам также может понравиться