Вы находитесь на странице: 1из 17

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

REFERAT
AGUSTUS 2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

PLASENTA PREVIA

Disusun Oleh:
Devi Ratna Pratiwi, S.Ked
10542018410
Pembimbing:
dr. H. Umar Malinta, Sp.OG (K)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia, rahmat,kesehatan, dan
keselamatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan referat ini dengan judul Plasenta
Previa
Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepanitraan Klinik di
Bagian Obstetri dan Genikologi. Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas referat ini.
Namun berkat bantuan, saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta teman-teman
sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada
dr. H. Umar Malinta, Sp. OG (K) selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses
penyusunan tugas ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan referat ini. Akhir kata, penulis berharap agar referat ini dapat memberi manfaat
kepada semua orang.

Makassar, Agustus 2016

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:


2

Nama

: Devi Ratna Pratiwi, S. Ked.

Stambuk

: 10542 0155 10

Judul Referat

: Plasenta Previa

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Obstetri
dan Genikologi kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Agustus 2016


Pembimbing

(dr. H. Umar Malinta, Sp. OG (K))

DAFTAR ISI
SAMPUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR . iii


DAFTAR ISI .. iv
BAB I PENDAHULUAN .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..

A. ANATOMI PLASENTA . 2
B. DEFINISI ..................................................................................................
......... 2
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.

KLASIFIKASI ....
EPIDEMIOLOGI .
ETIOLOGI ..
FAKTOR RESIKO .
PATOFISIOLOGI ...
GAMBARAN KLINIS
DIAGNOSIS

3
4
4
4
5
6
7

BAB III PENANGANAN ..

BAB IV KOMPLIKASI DAN PROGNOSI ..

11

PERSPEKTIF ISLAM

13

DAFTAR PUSTAKA

14

BAB I
PENDAHULUAN
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu
atau lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur kehamilan diatas 28 minggu maka
sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.1
Perdarahan antepartum digolongkan sebagai berikut yaitu perdarahan yang ada
hubungannya dengan kehamilan yaitu plasenta previa, solusi plasenta, perdarahan pada plasenta
4

letak rendah, pecahnya sinus marginalis dan vasa previa. Perdarahan yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan yaitu pecahnya varices vagina, perdarahan polip serviks,
perdarahan perlukan seviks, perdarahan karena keganasan serviks. 1
Frekuensi perdarahan antepartum sekitar 3% sampai 4% dari semua persalinan. Kejadian
plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh kasus perdarahan
antepartum plasenta previa merupakan penyebab terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian
perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan terlebih dahulu.1,2
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi
setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak
mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu sebabnya
adalah plasenta previa. Oleh sebab itu, perlulah keadaan ini diantisipasi seawal-awalnya selagi
perdarahan belum sampai ketahap yang membahayakan ibu dan janinnya. Antisipasi dalam
perawatan prenatal adalah sangat mungkin oleh karena pada umumnya penyakit ini berlangsung
perlahan diawali gejala ini berupa perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanpa disertai
rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tertentu, tanpa trauma. Sering disertai oleh kelainan
letak janin atau pada kehamilan lanjut bagian bawah janin tidak masuk ke dalam panggul, tetapi
masih mengambang di atas pintu atas panggul, perempuan hamil yang ditengarai menderita
plasenta previa harus segera dirujuk dan diangkut ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan
pemeriksaan dalam karena perbuatan tersebut memprovokasi perdarahan berlangsung semakin
deras dengan cepat.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PLASENTA
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal
lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap
pada kehamilan 16 minggu dengan ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan
kearah korion.4

Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke
atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri
lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada
implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali.
Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk
menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas.4
B. DEFINISI
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias =
jalan). Jadi yang di maksud adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Ostium
Uteri Internium).3,4
Plasenta previa adalah suatu kehamilan di mana plasenta berimplantasi abnormal
pada segmen bawah rahim, menutupi ataupun tidak menutupi ostium uteri internum,
sedangkan kehamilan itu sudah viable ataupun hidup di luar rahim (usia kehamilan >20
minggu dan/atau berat janin >500 gram).3,4

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan
fisiologik. Seiring dengan perkembangan kehamilan, pendataran serta pembukaan servix.
Klasifikasi plasenta previa dapat berubah. 5
Secara umum plasenta previa diklasifikasikan menjadi:6,7,8
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
6

2. Plasenta previa parsialis atau lateralis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rumah sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium
uteri internum. Jarak yang lebih 2 cm dianggap plasenta letak normal.

Normal

Plasenta Previa

Klasifikasi Plasenta Previa


D. EPIDEMIOLOGI
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia di
atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal.
Uterus bercacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Pada beberapa Rumah Sakit Umum
Pemerintah dilaporkan insiden berkisar 1,7% sampai 2,9%. Di negara maju insidennya lebih
rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas
tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ulrasonografi dalam obstetric yang memungkinkan
deteksi lebih diri, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi.3
7

E. ETIOLOGI
Plasenya previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometrium
yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi
desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada :3
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek.


Mioma uteri
Kuretasi yang berulang
Umur lanjut
Bekas seksio sesarea
Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain.
Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompesasi dengan hipertrofi
plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari).
Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis

bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga


menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.3
F. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa adalah:9
1. Umur penderita
Umur muda karena endometrium masih belum sempurna.
Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur.
2. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
3. Endometrium yang cacat
Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek
Bekas operasi, bekas kuretage atau plasenta manual
Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip
Pada keadaan malnutrisi
G. PATOFISIOLOGI
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga
lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
menghalangi pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan
8

maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan
melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasentanya yang
berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua
sebagai tapak plasentas. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan
membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat plasenta laserasi
itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus
dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada
plasenta previa betapun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu
relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak
mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimiliki sangat minimal, dengan
akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan
akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar
dari plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh
karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap,
maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan
berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa
rasa nyeri (painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan
terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu
pada bagian terbawah yaitu pada istium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta previa
parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai
persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung kebih banyak pada
perdarahan berikutnya. Untuk berjaga-jaga mencegah syok hal tersebut perlu di
pertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu
tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat
perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah
mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk hematom retroplasenta yang mampu merusak
jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan
demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.3
Hal lain yang perlu di perhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis
mudah diinvasi pertumbuhan vili dari tropoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat dari
dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta, bahkan plasenta
9

perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa smpai menembus ke buli-buli dan ke rektum
bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang
sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek
oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat di sana. Kedua kondisi ini berpotensi
meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam
kala ketiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna (retention placentae), atau
setelah uri terlepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik.3
H. GAMBARAN KLINIK
Gejala plasenta previa yang paling khas adalah perdarahan yang tidak disertai nyeri
dan tanpa kontraksi rahim. Hal ini biasanya tidak terjadi sebelum mendekati akhir trimester
kedua dan belakangan ketiga leher rahim menipis, meregang dan menyebabkan plasenta
mengendur. Beberapa penilitian berpendapat bahwa sejumlah besar keguguran spontan
terjadi lokasi plasenta di bawah, yang berarti plasenta previa.3
Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim
sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.10
Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa
lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateral
dan marginal serta robekannya marginal, sedangkan plasenta letak rendah, robekannya
beberapa sentimeter dari tepi plasenta.10
Juga harus dikemukakan bahwa plasenta previa mungkin sekali terjadi perdarahan
pascapersalinan karena :
1. Kadang-kadang plasenta lebih erat melekat pada dinding rahim (plasenta akreta).
2. Daerah perlekatan luas.
3. Kontraksi segmen bawah rahim kurang sehingga mekanisme penutupan pembuluh darah
pada insersi plasenta tidak baik.
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada ostium, dan
merupakan porte d' entree yang mudah tercapai. Lagi pula biasanya pasien anemis karena
perdarahan sehingga daya tahannya lemah.
I. DIAGNOSIS

10

Diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada gejala klinik, pemeriksaan


khusus, dan pemeriksaan penunjang.9
1. Anamnesa plasenta previa9
a. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
b. Sifat perdarahan
- Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
- Tanpa sebab yang jelas
- Dapat berulang
c. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin.
2. Pada inspeksi dijumpai:9
a. Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
3. Pemeriksaan fisik ibu9
a. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
b. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma
c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
- Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal
- Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat
- Daerah ujung menjadi dingin
- Tampak anemis
4. Pemeriksaan khusus kebidanan.9
1. Pemeriksaan palpasi abdomen
- Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur
-

kehamilan
Karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat dijumpai kelainan

letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.


2. Pemeriksaan denyut jantung janin
- Bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim.
3. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera
mengambil tindakan. Tujuan pemeriksan dalam untuk:
- Menegakkan diagnosis pasti
- Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya
memecahkan ketuban
4. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan ultrasonografi
- Menegakkan diagnosis
Diagnosis plasenta previa (dengan perdarahan sedikit) yang diterapi ekspektatif
ditegakkan dengan pemeriksaan USG. Dengan pemeriksaan USG transabdominal ketepatan
diagnosisnya mencapai 95-98%. Dengan USG transvaginal atau transperineal (translabial),
11

ketepatannya akan lebih tinggi lagi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga dapat
dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta termasuk plasenta previa.10,11

BAB III
PENANGANAN
Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga, dirawat
di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena pendarahan yang
banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau tranfusi
darah. 3,5,6
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :
1. Keadaan umum pasien, kadar hb.
2. Jumlah perdarahan yang terjadi.
3. Umur kehamilan/taksiran BB janin.
4. Jenis plasenta previa.
5. Paritas dan kemajuan persalinan
1. Penanganan Ekspektif 3,5,6
Kriteria : - Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
- Perdarahan sedikit
- Belum ada tanda-tanda persalinan
- Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Rencana Penanganan :
1. Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis
2. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin
3. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
4. Awasi tanda vital ibu, perdarahan, dan detak jantung janin.
2. Penanganan aktif 3,5,6
Kriteria : - Umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
- Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.

12

- Ada tanda-tanda persalinan.


- Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.
Pengelolaan plasenta previa tergantung dari banyaknya perdarahan, umur kehamilan
dan derajat plasenta previa. Setiap ibu yang dicurigai plasenta previa harus dikirim ke rumah
sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi. Sebelum penderita syok,
pasang infus NaCl/RL sebanyak 2 -3 kali jumlah darah yang hilang. Jangan melakukan
pemeriksaan dalam atau tampon vagina, karena akan memperbanyak perdarahan dan
menyebabkan infeksi.
Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah:
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak atau
untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat
melukakan pertolongan lebih lanjut.
3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.

13

BAB IV
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
A. KOMPLIKASI3
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan
fatal.
1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik , maka pelepasan plasenta
dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan perdarahan
yang terjadi itu tidak dapat di cegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini
yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos ke
dalam miometrium bahkan sampai perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta
inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang
perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk kedalam miometrium.
Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal mengalami akreta atau inkreta
akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang
sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi
pada uterus yang pernah seksio sesarea. Dilaporkan plasenta akreta terjadi 10% sampai
35% pada pasien yang pernah seksio sesarea satu kali, naik menjadi 60% sampai 65%
bila telah seksio sesarea 3 kali.

14

3. Seviks dan segmem bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial
untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu harus sangat berhatihati pada semua tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak
melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan
tangan pada pada retensio plasenta.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih
sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm.
6. Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan selain matamasa
rawatan yang lebih lama, adalah beresiko tinggi untuk solusi plasenta (resiko relatif 3,8),
seksio sesarea (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8), pendarahan pasca persalinan (RR
1,7), kematian maternal akibat perdarahan (50%) dan disseminated intravascular
coagulation (DIC) 15,9 %.
B. PROGNOSIS3
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan USG di
samping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah sakit
kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berpesan terutama bagi kasus yang pernah
melahirkan dengan seksio sesesarea atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang
diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil dengan pasritas tinggi dan usia tinggi berkat
sosialisasi program keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa.
Dengan demikian, banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun, nasib janin masih
belum terlepas dari kompliksai kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena
intervensi seksio sesarea. Karena kelahiran prematur belum sepenuhx bisa dihindari
sekalipun tindakan konservatif diberlakukan. Pada suatu penelitian yang melibatkan 93.000
persalinan oleh Crane dan kawan-kawan (1999) dilaporkan angka kelahiran prematur 47%.
Hubungan hambatan pertumbuhan janin dan kelainan bawaan dengan plasenta previa belum
terbukti.

PERSPEKTIF ISLAM
QS. Al- Ahqaf (46:15)
15







Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah
dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau
dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".
78

Dan Allah yang mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu dalam keadaan tidak tahu apa-apa,
lalu Allah menjadikan untuk kamu pendengaran, penglihatan, dan akal fikiran agar kamu
bersyukur (QS.16:78)

DAFTAR PUSTAKA
16

1. Manuaba I.B.G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC; 1998. hal. 253-7
2. Sastrawinata S. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi II. Jakarta. EGC; 2005.
hal. 83-91
3. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009. hal. 495-502
4. http://www.scribd.com/doc/86345062/makalah-plasenta-previa
5. Mochtar, R. Perdarahan Antepartum (Hamil Tua). Dalam: Lutan, D (Ed). Sinopsis Obstetri.
Edisi 2. Jilid 1. Jakarta: EGC; 1998: 269-287.
6. Chalik, T. Perdarahan pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Dalam: Saifuddin, A.,
Rachimhadhi ,T., dan Wiknjosastro, G. (Eds). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Edisi Keempat. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008: 493-521.
7. Thornburg, L and Queenan, R. Third-Trimester Bleeding. In: Evans, AT. Manual of
Obstetrics. 7th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2007: 154-158.
8. Ko, P and Yoon, Y. Placenta Previa. 2009. New York University Medical School. Available
from:

http://emedicine.medscape.com/article/796182-overview

(Accessed

at

25nd

september 2012).
9. Manuaba I.B.G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC; 1998. hal. 253-7
10. Yoon Y, Placenta previa, Available at http://www.emedicine.com/emerg/topic427.html.
Accessed on Februari 15, 2012
11. Dinata F. Plasenta previa. Available from URL:http//www.google.com/. Accessed on
Februari 15

17

Вам также может понравиться