Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
tidur.
Posisi tubuh seperti kepala lebih rendah, tengkurap, fleksi, ekstrim panggul
ketidak berdayaan).
Rangsangan berbahaya, misalnya tertekuknya selang kateter, nyeri saat
tindakan medis).
3. Patofisiologi
Ruang kranial yang kaku berisi jaringan otak (1400 g), darah (75 ml), dan cairan
serebrospinal (75 ml). Volume dan tekanan pada ketiga komponen ini selalu berhubungan
dengan keadaan keseimbangan. Keterbatasan ruang ini untuk ekspansi di dalam tengkorak
akibat adanya peningkatan salah satu dari komponen yang menyebabkan perubahan pada
volume lain, dengan mengubah posisi atau menggeser CSS, meningkatkan absorpsi CSS, atau
menurunkan volume darah serebral. Tanpa adanya perubahan, tekanan intracranial akan naik.
Peningkatan TIK secara signifikan menurunkan aliran darah dan menyebabkan iskemia. Bila
terjadi iskemia komplet dan lebih dari 3 sampai 5 menit, otak akan menderita kerusakan yang
tidak dapat diperbaiki. Pada keadaan iskemia serebral, pusat vasomotor terstimulasi dan
tekanan sistemik meningkat untuk mempertahankan aliran darah. Keadaan ini selalu disertai
dengan lambatnya denyutan pembuluh darah dan pernapasan yang tidak teratur. Perubahan
dalam tekanan darah, frekuensi nadi dan pernapasan adalah gejala klinis yang penting, yang
memperlihatkan peningkatan TIK.
Konsentrasi karbondioksida dalam darah dan dalam jaringan otak juga berperan dalam
pengaturan pengaturan aliran darah serebral. Tingginya tekanan karbon dioksida parsial
menyebabkan dilatasi pembuluh darah serebral, yang berperan penting dalam peningkatan
aliran darah serebral dan peningkatan TIK, sebaliknya menurunnya PaCO 2 menyebabkan
vasokontriksi. Menurunnya darah vena yang keluar dapat meningkatkan volume darah
serebral yang akhirnya menyebabkan peningkatan TIK.
Edema atau pembengkakan serebral terjadi bila air yang ada peningkatan di dalam sistem
saraf pusat. Adanya tumor otak dihubungkan dengan produksi yang berlebihan dari hormon
antidiuretic, yang hasilnya terjadi retensi urin. Bahkan adanya tumor kecil dapat
menimbulkan peningkatan TIK yang besar. Walau peningkatan TIK sering dihubungkan
dengan dengan cedera kepala, namun tekanan yang tinggi dapat terlihat sebagai pengaruh
sekunder dari kondisi lain seperti tumor otak, perdarahan subaraknoid, keracunan dan
ensepalopati virus. Sehingga peningkatan tekanan TIK adalah penjumlahan dari proses
fisiologik. Peningkatan TIK dari penyebab apapun mempengaruhi perfusi serebral dan
menimbulkan distorsi dan bergesernya otak.
Tekanan perfusi serebral (TPS) dihitung dengan mengurangi nilai TIK dari tekanan arteri
rerata (TAR). Nilai normal TPS adalah 60 sampai 150 mmHg. Mekanisme autoregulator dari
otak, mengalami kerusakan akan menyebabkan TPS lebih dari 150 mmHg atau kurang dari
60 mmHg. Pasien dengan TPS kurang dari 50 mmHg memperlihatkan disfungsi neurologis
yang tidak dapat pulih kembali. Hal ini terjadi disebabkan oleh penurunan perfusi serebral
yang mempengaruhi perubahan keadaan sel dan mengakibatkan hipoksia serebral. Pathway
terlampir
(Smeltzer, 2011)
4. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin (2009), manfestasi klinis yang dapat terjadi pada pasien dengan peningkatan
TIK adalah sebagai berikut:
a. Penurunan tingkat kesadaran.
Penurunan derajat kesadaran dikarenakan :
Sebagian besar otak terbentuk dari sel-sel tubuh yang sangat khusus, tetapi
sensitif terhadap perubahan kadar oksigen. Respon otak terhadap tidak
mencukupinya kebutuhan oksigen terlihat sebagai somnolen dan gangguan
dan letargi.
b. Perubahan pupil (pada awalnya akan konstriksi kemudian secara frogresif akan
mengalami dilatasi dan tidak beraksi terhadap cahaya.
c. Perubahan tanda-tanda vital.pada awalnya tekanan darah akan meningkat sebagai
respon terhadap iskhemik dari pusat motor di otak, kemudian akan
menurun.denyut nadi akan cepat dan irregular, temperatur biasanya normal,
kecuali infeksi.
d. Disfungsi motorik dan sensorik.
yang
disebut
trifleksi
(triple
fleksion).
Trifleklsiterjadi
akibat
pompa
jantung
yang
tercermin
dengan
semakin
karena
herniasi
otak
sering
menyebabkan
disrithmia
pada
l. Papiledema
Tergantung keadaan yang ada, pail oedema dapat terjadi akibat PTIK, atau
memang sudah ada sejak awal. Papiloedema akibat PTIK tak akan terjadi
seandainya belum menjadi tingkat yang sangat tinggi. Tetapi perlu diingat bahwa
tak adanya papiloedema tak beraarti tak ada PTIK. Pada beberapa orang dapat ada
jika PTIK terjadi secara bertahap. Papiledema
perbesaran blindspot
dilakukan pada saat pengeluaran CSS, karena bila pengeluaran CSS berlebihan
dapat menyebabkan kolaps ventrikel.
d. Mengontrol demam
Kontrol suhu dilakukan dengan mencegah tingginya suhu, karena demam
meningkatkan metabolisme serebral dari ukuran bentuk edema serebral. Strategi
dalam menurukan suhu mencakup pemberian obat antibiotik dan menggunakan
selimut dingin.
e. Menurunkan kebutuhan metabolisme
Penurunan kebutuhan metabolism selular dapat juga dilakukan melalui pemberian
barbiturat dosis tinggi, bila pasien tidak responsif terhadap pengobatan
konvensional.
Untuk mengetahui dan memonitor tekanan intrakranial, dapat digunakan metode non invasif
atau metode invasive (Allan, 2012).
a. Metode non invasif
Penurunan status neurologi klinis dipertimbangkan sebagai tanda peningkatan
TIK. Bradikardi, peningkatan tekanan pulsasi, dilatasi pupil normalnya
TIK melalui fontanel terbuka. Sistem serat optik digunakan ekstra kutaneus.
Dengan manual merasakan pada tepi kraniotomi atau defek tengkorak jika
ada, dapat juga memberi tanda.
b. Metode invasif
Monitoring intraventrikular menjadi teknik yang popular, terutama pada klien
dengan
ventrikulomegali.
Keuntungan
tambahan
adalah
dapat
juga
h. Hindari posisi atau aktivitas yang mungkin meningkatkan TIK seperti memutar
kepala klien, posisi supine, dan fleksi leher.
1. Minimalkan pengisapan (suction) atau rangsanan lainnya yang dapat
meningkatkan TIK
2. Jaga posisi kepala, tinggikan sekitar 30 derajat untuk mengurangi tenanan
vena jugularis dan penurunan TIK
i. Gunakan monitoring TIK untuk mengetahui peningkatan TIK (di atas 20 mmHg
persisten 15 menit atau lebih sesuai peningkatan TIK)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian (terlampir)
2. Diagnosa Prioritas
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d kerusakan neurologis d.d takipnea
b. Penurunan curah jantung b. d perubahan kontraktilitas d.d perubahan EKG
c. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak d.d. trauma kelapa
3. Analisa data
Pengkajian
DS:
DO:
Pasien mengalami
cedera
pada
servikal
C1-C2,
RR
30x/menit
DS:
Pasien mempunyai
riwayat
penyakit
jantung
DO:
Terjadi perubahan
pada
EKG
(ventrikel fibrilasi)
Pohon masalah
Cedera servikal
Diagnosa
Ketidakefektifan
pola nafas
C1 - C2
Ekspansi paru
Penurunan curah
jantung
DS:
Risiko
ketidakefektifan
mengalami
perfusi jaringan
subdural hematoma
otak
cedera kepala berat
Gangguan autoregulasi
Gangguan metabolisme
Edema otak
DAFTAR PUSTAKA
Allan, R. (2012). What Is The Ideal Head Position For Patients With Large Strokes diakses
dari neurology.j.watch.org/cgi/content/full/2002/412/1
Batticaca, F. B. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika
Corwin, Elizabeth J. (2009). Patofisiologi : Buku Saku Ed. 3. Jakarta: EGC
Delp & Manning. (2004) . Major diagnosis fisik . Jakarta: EGC
Diklat Yayasan Ambulance Gawat Darurat 118. (2010). Basic Trauma Life Support and Basic
Cardiac Life Support Edisi Ketiga. Yayasan Ambulance Gawat Darurat 118
Ellen Barker. ( 2012 ). Neuroscience Nursing a spectrum of Care, edisi ke-2,Mosby,inc St
Louis.Missouri.
Gilbert, Gregory., DSouza, Peter., Pletz, Barbara. (2009). Patient Assessment Routine
Medical Care Primary And Secondary Survey. San Mateo County EMS Agency.
Lombardo, D. (2005). Patient
asessment.