Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Produk Agroindustri
Oleh
Kelompok 3 :
1.
2.
3.
4.
5.
Kania Hafidza H
Sekar Ayu Setyorini
Ruri Aruntika S
Zaid Muhammad
I Gede Indra AP
F34130111
F34150118
F34159003
F34150105
F34150108
PENDAHLUAN
Latar Belakang
Kelapa (Cocos nucifera L.) dikenal sebagai pohon kehidupan. Daging
buahnya dilapisi kulit tipis, dilindungi tempurung keras, sabut tebal dan kulit luar
yang halus permukaannya (Roberto et al., 1996). Kelapa merupakan pohon yang
mempunyai berbagai kegunaan dan potensi serta mudah didapati di Pilipina,
Malaysia dan Indonesia. Air kelapa digunakan untuk minuman dan nata de coco.
Daging kelapa diproses untuk pengeluaran santan kelapa dan digunakan untuk
masakan. Kelapa juga diproses menjadi kelapa parut, serbuk kelapa, kosmetik dan
untuk bahan-bahan kedokteran.
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk
mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat
pada suatu zat makanan dari bahan pangan. Analisis proksimat dilakukan untuk
mengetahui komponen utama dari suatu bahan. Untuk makanan, komponen utama
umumnya terdiri dari kadar air, kadar abu, karbohidrat, protein serta lemak (Hui,
2006). Analisis ini menjadi perlu untuk dilakukan karena menyediakan data
kandungan utama dari suatu bahan makanan. Faktor lain adalah karena analisis
proksimat dalam makanan berkenaan dengan kadar gizi dari bahan makanan
tersebut. Kadar gizi perlu diketahui karena berhubungan dengan kualitas makanan
tersebut. Selain itu, analisis proksimat umumnya tidak mahal dan relatif mudah
untuk dilakukan (Ensminger, 1994). Praktikum ini dilakukan untuk menentukan
kadar proksimat kelapa. Kadar proksimat yang diteliti berupa kadar air, kadar abu,
kadar lemak, kadar protein dan kadar pati.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan menganalisis zat-zat yang terkandung dalam bahan
dan produk agroindustri.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah oven pengeringan,
cawan aluminium, neraca/timbungan, timbangan, tanur, cawan porselin ,
enlemeyer, buret, mortar, otoklaf, kertas saring, labu takar, labu ukur, dan labu
soxlet. Sedangkan bahan yang digunakan adalhah biji kedelai.
Metode
1
Kadar air
Start
Timbang 1-2 gr
bahan
Ditimbang dan
dimasukkan ke
dalam cawan
Didinginkan pada
desikator, lalu
ditimbang
Hasil pengamatan
Dikeringkan dalm
oven pada suhu
100-105 deracat
celcius selama 3-5
jam
End
Kadar abu
Start
1-2 gram
bahan
Ditimbang
Dipijarkan
dalam tanus
sampaui
diperoleh abu
Dikeringkan dalam
desikator dan
ditimbang
3. Kadar serat
Start
1 gram
bahan
Dimasukkan
kedalam
elenmeyer 500
Ditimban
g
Ditimbahkan
100 ml H2SO4
0.32 N
Hasil pengamatan
End
Didingkan, lalu
ditambahkan 50ml
NaOH 1.25 N
Dihidrolisis
kembali didalam
otoklaf
Start
Bahan
Kertas saring
dicuci berturutturut dengan air
panas
Kertas saring
dikeringkan dan
dihitung hasil
pengamatan
Dinetralkan
dengan NaoH
40%
Hasil pengamatan
Dimasukkan
kedalam labu
takar 250 ml
End
Ditambahkan 25
ml larutan luf
schroll
Didinginksn
dibawah air
mengalir (jangan
dikocok)
Diekstraksi
selama 4 jam
Ditambahkan
20 ml H2So4
25%
Dititrasi denngan
Na2S2O2
0.1 N dengan
indikator
dipanaskan kembali,
untuk mematikan lemak
dan pelarutnya
Hasil pengamatan
End
Hitung
presentasi
terhadap
Ditambahkan 0.5 ml
pereaksi D dikocok lalu
dibiarkan kembali selama
30 menit
Hasil pengamatan
6. Kadar protein
Hasil pengamatan
Start
1 ml fitrat contoh
yang telah disaring
End
Ditambahkan 5 ml
pereaksi c
Didinginkan lalu
dinetralkan dengan NaoH
45% sebanyak 0.17 ml
Kadar Air ( ) =
13,8
2. Kadar Abu
Kadar Abu ( )=
0,14 gram
x 100
2 gram
7
3. Kadar Serat
Kadar Serat ( )=
49,25
4. Uji Luff Schroll
Kadar Pati ( )=
a x 0.9 x p
x 100
mg conto h
6 x 0,9 x 25
x 100
1000
13,5
15,35
( 42,7 ) x 0.2 x 14
x 100
0 , 11000
3,64
20,93
Pembahasan
Pada prinsipnya bahan pangan terdiri atas dua bagian, yaitu air dan bahan
kering yang dapat diketahui melalui pemanasan pada suhu 105C. Selanjutnya
bahan kering ini dapat dipisahkan antara kadar abu dan kadar bahan organik
melalui pembakaran dengan suhu 500C (Sutardi 2004).Abu sendiri terdiri dari
unsur mineral, namun bervariasinya kombinasi unsur mineral dalam bahan pangan
asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk
menentukan jumlah unsur mineral tertentu.Analisa kadar abu bertujuan untuk
memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu bahan pangan. Kandungan
abu suatu bahan pakan menggambarkan kandungan mineral pada bahan tersebut.
Analisis kadar abu dilakukan dengan pemanasan di dalam tanur. Sebelum
dimasukkan ke dalam tanur, cawan porselen berisi sampel kelapa dibakar terlebih
dahulu hingga tidak berasap. Massa sampel yang diuji adalah 2 gram, dengan
massa cawan porselen 17,92 gram. Setelah pemanasan di dalam tanur, massa
cawan porselen beserta abunya adalah 17,93 gram. Melalui hasil pengurangan,
didapatkan bahwa massa abu adalah 0,01 gram. Jika dihitung presentasenya, kadar
abu adalah 0,5%. Menurut Runtunuwu et al. (2011), kadar abu pada kelapa
berkisar antara 0,89% hingga 1,19%. Ada sedikit perbedaan antara hasil uji
dengan literatur. Hal ini dapat disebabkan perbedaan sampel yang diuji, seperti
perbedaan usia kelapa dan jenis kelapa.
Selain itu, kami melakukan pengujian terhadap kadar lemak dari buah
kelapa. Lemak adalah zat organic hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air.
Unsur penyusun lemak adalah karbon, hydrogen, oksigen, fosforus, dan nitrogen.
Kandungan lemak dalam suatu bahan tidak sama dengan kandungan bahan lain.
Hal ini disebabkan lemak yang terkandung dalam suatu bahan merupakan
pengemulsi dan pengisi dari suatu bahan (Danuarsa 2006). Lemak kasar
dihasilkan dari ekstraksi klorofil, xantofil, dan karoten. Lemak kasar terdiri dari
lemak dan pigmen. Zat-zat nutrient yang bersifat larut dalam lemak seperti
vitamin A, D, E, dan K terhitung sebagai lemak kasar. Kandungan lemak suatu
bahan pangan dapat ditentukan dengan metode soxhlet (Soerjono 1990).
Prinsip kerja dari uji lemak kasar yaitu melarutkan lemak yang terdapat
dalam bahan dengan pelarut lemak selama 3- 8 jam. Lemak yang terekstraksi
terakumulasi dalam wadah pelarut kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan
cara dipanaskan dakam oven bersuhu 105oC. pelarut akan menguap, sedangkan
lemak tidak menguap dan tertinggal di dalam wadah. Lalu lemak yang tertinggal
dalam wadah ditentukan beratnya (AOAC 1990). Dari praktikum yang telah kami
lakukan, kami mendapatkan persen lemak kasar sebanyak 51%. Hal ini tidak
bersesuaian dengan literatur SNI 01-2904-1996/Rev 1992 yang menyatakan
bahwa kadar lemak kasar yang terdapat dalam buah kelapa sebanyak 12% untuk
mutu 1 dan 15% untuk mutu 2.
Kami juga melakukan pengujian terhadap kadar pati. Pati atau amilum
adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih,
tawar dan tidak berbau. Barangkali tidak ada satu senyawa organik lain yang
tersebar begitu luas sebagai kandungan tanaman seperti halnya pati. Dalam jumlah
besar, pati dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penympanan
sementara dari produk fotosintesis. Pati juga tersimpan dalam bahan makanan
cadangan permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar
tanaman menahun dan umbi. Pati merupakan 50-65% berat kering biji gandum
dan 80% bahan kering umbi kentang. Pati berbentuk granul atau butir-butir kecil
dengan lapisan-lapisan yang karakteristik. Lapisan-lapisan ini serta ukuran dan
bentuk granul seringkali khas bagi beberapa spesies tanaman sehingga dapat
digunakan untuk identitas tanaman asalnya (Claus et al 1970).
Pengujian terhadap kadar pati dilakukan melalui Uji Luff Schoorll untuk
mengidentifikasikan kadar pati yang terdapat dalam buah kelapa. Prinsip dari
pengujian Luff Schoorll adalah monosakarida akan mereduksikan CuO dalam
larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI
berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan
larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah
Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar
penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium
(I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H 2SO4) dalam
larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih
akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I 2 yang setara
jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Winarno 2007). I2 bebas ini
selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan
membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika
dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum
sebelum titik ekivalen.
Percobaan yang telah kami lakukan menunjukan kadar pati sebesar 54%.
Hasil ini menunjukkan ketidaksesuaian dengan literatur SNI 01-2904-1996/Rev.
1992 yang menyatakan bahwa kadar pati yang terdapat dalam buah kelapa sebesar
13,53%.
PENUTUP
Simpulan
Analisis proksimat memberikan informasi terkait kadar air, kadar abu,
kadar serat, kadar pati, kadar lemak, dan kadar protein. Analasis proksimat
mampu memberikan evaluasi umum yang baik terhadap suatu makanan ataupun
produk pertanian. Data yang diperoleh dengan analisis proksimat sangat berguna
dalam penanganan ataupun pemanfaatan bahan-bahan pertanian. Data kadar air
dapat menentukan desain sebuah kemasan untuk memperpanjang umur
simpannya. Kadar abu suatu makanan bias mengindikasikan adanya bahan aditif
pada makanan tersebut. Kadar lemak sangat penting diketahui untuk mencegah
timbulnya zat yang toksik akibat oksidasi. Data kadar pati dapat berkontribusi
dalam masalah kesehatan seperti penyakit gula (diabetes). Data kadar serat
menunjukkan jumlah makanan yang tidak tercerna dalam tubuh. Data kadar
protein dapat berguna sebagai informasi alternative sumber protein.
Saran
Analisis proksimat digunakan untuk mengetahui kandungan zat
suatu produk agroindustri, sehingga dapat diketahui kualitas produk atau bahan.
Maka dari itu dapat dilakukan penanganan pasca panen dan diolah menjadi
produk yang lebih berharga. Diharapkan kita bisa memilih kualitas produk dan
mempertahan kualitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno FG. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.
Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.
Sudarmadji, Slamet. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
UGM Press.
Claus EP, Tyler VE, Brady LR. 1970. Pharmacognosy. Lea-Febiger(US):
Churchill Livingstone.
Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI 01-2904-1996/Rev.1992. Jakarta(ID):
Badan Standarisasi Nasional.
Danuarsa. 2006. Analisis proksimat dan asam lemak pada beberapa
komoditas buah. Buletin Teknik Pertanian. 1(11): 97-112.
Soerjono M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis Dan Evaluasi Pangan.
Yogyakata(ID): Universitas Gadjah Mada.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Handito, D,. Yasa,I.W.S., dan Alamsyah, A., 2014. Petunjuk Praktikum Biokimia
Umum. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Mataram.