Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Contoh 1
10.000.000
112.800.000
600.000
9.400.000
58.500.000
54.300.000
2.500.000
645.000
3.145.000
262.083
Contoh 2
Bambang Yuliawan pegawai pada Tahun 2016 di
perusahaan PT. Yasa Buana, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji sebulan Rp 10.000.000,00.
PT Yasa Buana mengikuti program Jamsostek,
premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Premi
Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja
dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30%
dari gaji.
PT Yasa Buana menanggung iuran Jaminan Hari
Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji
sedangkan Bambang Yuliawan membayar iuran
Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap
bulan.
Disamping itu PT Yasa Buana juga mengikuti
program pensiun untuk pegawainya.
PT Yasa Buana membayar iuran pensiun untuk
Bambang Yuliawan ke dana pensiun, yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 100.000,00,
sedangkan Bambang Yuliawan membayar iuran
pensiun sebesar Rp 50.000,00.
10.000.000
50.000
Kecelakaan Kerja
(0.50 % x
10.000.000)
Premi Jaminan
30.000
Kematian Kerja
(0.30 % x
10.000.000)
Jumlah Penghasilan Bruto Sebulan
Pengurangan :
Biaya Jabatan
500.000
(5 % x
10.080.000,
maksimal
500.000)
Iuran Pensiun
50.000
Iuran Jaminan
200.000
Hari Tua
(2 % x
10.000.000)
Jumlah Pengurangan
Penghasilan Neto Sebulan
(10.080.000 750.000)
Penghasilan Neto Setahun
(9.330.000 x 12)
PTKP Setahun :
10.080.000
750.000
9.330.000
111.960.000
WP Sendiri
54.000.000
Status Kawin
4.500.000
Jumlah PTKP Setahun
Penghasilan Kena Pajak Setahun
(111.960.000 58.500.000)
PPh Pasal 21 Terutang :
5 % x 50.000.000 =
15 % x 3.460.000 =
PPh Pasal 21 Terutang Setahun
PPh Pasal 21 sebulan
(3.019.000 : 12)
58.500.000
53.460.000
2.500.000
519.000
3.019.000
251.583
Rp. 4.000.000,00
Rp.
200.000,00
Rp. 3.800.000,00
Rp. 45.600.000,00
Rp. 36.000.000.00
Rp. 9.600.000,00
Rp.
480.000,00
Rp.
Rp.
40.000,00
10.000,00
Rp. 3.900.000,00
Rp.
39.000,00
Rp.
11.700,00
Rp. 3.950.000,00
Rp. 197.535,00
Rp. 25.000,00
Rp. 78.000,00
Rp.
300.535,00
Rp. 3.650.000,00
Rp.43.801.980,00
Rp. 42.000.000,00
Rp. 1.801.980,00
Rp. 1.801.980,00
5% x Rp. 1.801.000,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp. 90.050,00 : 12
PPh Pasal 21 sehari :
Rp. 7.505,00 : 26
Rp.90.050,00
Rp. 7.505,00
Rp. 289,00
Catatan :
Pembulatan dilakukan sebelum penghitungan Pajak PPh Pasal 21 dengan tarif. Atau
Pada Penghasilan Kena Pajak Setahun. Dibulatkan tiga angka penuh kebawah.
Definisi
Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan bila bekerja, menurut
jumlah hari bekerja, menurut jumlah unit hasil pekerjaan, dan menurut penyelesaian suatu
pekerjaan. Penghasilan pegawai tidak tetap berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan,
upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan. Berikut merupakan pengertian dari
jenis pegawai tidak tetap:
1. Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan secara harian.
2. Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan secara mingguan.
3. Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.
4. Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.
PPh 21 pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang penghasilannya kurang dari Rp 450.000
per hari tidak dikenakan pemotongan penghasilan. Berikut ini adalah ketentuan Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP), Penghasilan Kena Pajak (PKP), tarif PPh 21 dan perhitungan PPh 21
pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas.
pekerjaan yang dihasilkan, atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi
kerja.
Perhitungan PPh 21 pegawai tidak tetap / tenaga kerja lepas dengan jumlah penghasilan
kumulatif dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp 8.200.000,-, PPh Pasal 21
dihitung dengan menerapkan Pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan
atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.
Kesimpulan
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tentang PTKP 2016, PPh 21 pegawai tidak
tetap atau tenaga kerja lepas yang penghasilannya kurang dari Rp 450.000 per hari tidak
dikenakan pemotongan penghasilan.
Hitung otomatis dan akurat PPh 21 Anda sekarang! Lebih hemat waktu dan mudah! Lengkap
dengan fitur BPJS, perhitungan gaji bersih dan gaji kotor, metode perhitungan karyawan tetap
dan tidak tetap, serta sudah diperbarui dengan PTKP 2016, berikut pembetulan otomatisnya dan
bisa langsung e-filing gratis!
1) Adin Sugandi (tidak kawin) bekerja pada PT Suka Makmur dengan memperoleh gaji sebesar
Rp 3.000.000,- sebulan. Pada bulan Juli 2014 memperoleh THR sebesar Rp 7.500.000,- Setiap
bulan Adin Sugandi membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 100.000,Cara menghitung PPh Pasal 21 atas THR tersebut adalah:
a. PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR (penghasilan setahun)
Gaji setahun (12 x Rp 3.000.000,-)
= Rp 36.000.000,-
THR
= Rp 7.500.000,-
= Rp 43.500.000,-
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 43.500.000
= Rp 2.175.000,-
= Rp 1.200.000,-
Jumlah Pengurangan
Rp 3.375.000,-
Rp 40.125.000,-
PTKP (TK/0)
Rp 24.300.000,-
PKP
Rp 15.175.000,-
Rp
758.750,-
= Rp 36.000.000,-
= Rp 36.000.000,-
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 36.000.000
= Rp 1.800.000,-
= Rp 1.200.000,-
Jumlah Pengurangan
Penghasilan neto setahun
Rp 3.000.000,Rp 33.000.000,-
PTKP (TK/0)
Rp 24.300.000,-
PKP
PPh Pasal 21 terutang
Rp 8.700.000,Rp
435.000,-
= Rp 323.750,-
Jadi, pada bulan Juli 2014 Adin Sugandi mendapatkan penghasilan bruto sebesar Rp
10.500.000,- dan atas penghasilan bruto tersebut dipotong PPh Pasal 21 :
atas gaji rutinnya > Rp 435.000/12
atas THR-nya
Jumlah
2) Asep Rusdiana (K/1) merupakan seorang karyawan pada PT Serbaguna dengan gaji perbulan
sebesar Rp 5.000.000,- per bulan. Asep membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan sebesar Rp 250.000 sebulan. Asep merupakan
karyawan pada PT Serbaguna tersebut yang baru mulai bekerja pada bulan Maret 2014. Pada
bulan Juli 2014, Asep mendapatkan THR sebesar dua kali gaji per bulannya.
Perhitungan PPh Pasal 21 atas THR nya adalah:
a. PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR (Penghasilan setahun)
Gaji setahun (10 x Rp 5.000.000,-)
= Rp 50.000.000,-
THR
= Rp 10.000.000,-
= Rp 60.000.000,-
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 60.000.000
= Rp 3.000.000,-
= Rp 2.500.000,-
Jumlah Pengurangan
Penghasilan neto setahun
Rp 5.500.000,Rp 54.500.000,-
PTKP (TK/0)
Rp 28.350.000,-
PKP
PPh Pasal 21 terutang
Rp 26.150.000,Rp
1.307.500,-
= Rp 50.000.000,= Rp 50.000.000,-
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 50.000.000
= Rp 2.500.000,-
= Rp 2.500.000,-
Jumlah Pengurangan
Penghasilan neto setahun
Rp 5.000.000,Rp 45.000.000,-
PTKP (TK/0)
Rp 28.350.000,-
PKP
PPh Pasal 21 terutang
Rp 16.650.000,Rp
832.500,-
= Rp 475.000,-
Jadi, pada bulan Juli 2014 Asep Rusdiana mendapatkan penghasilan bruto sebesar Rp
15.000.000,- dan atas penghasilan bruto tersebut dipotong PPh Pasal 21 :
atas gaji rutinnya > Rp 832.500,-/12
atas THR-nya
Jumlah
Saat Pemotongan
PPh Pasal 21 atas THR harus dipotong pada saat dibayarkan (Pasal 10 ayat (1) PER31/PJ/2012)
Cara Penyetoran
PPh Pasal 21 atas THR disetorkan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) dengan kode
akun pajak dan kode jenis setoran sama dengan PPh Pasal 21 bulanan, yaitu :
Kode Akun Pajak (KAP)
= 411121
100
Cara Pelaporan
PPh Pasal 21 atas THR dilaporkan bersamaan dengan pelaporan pemotongan PPh Pasal 21
bulanan masa pajak THR dibayarkan. Dalam contoh kasus di atas, PPh Pasal 21 atas THR
dilaporkan di SPT Masa Juli 2014, digabungkan dengan pemotongan PPh Pasal 21 atas gaji dan
tunjangan rutin bulan Juli.
Yang harus dilaporkan paling lambat tanggal 20 Agustus 2014.
Sehingga yang akan dilaporkan di Formulir 1721-I SPT Masa PPh Pasal 21 adalah jumlah bruto
gaji dan THR, dan PPh terutangnya merupakan penjumlahan antara PPh Pasal 21 atas gaji
sebulan dan atas THR.
Gaji
Pengurangan:
1. Biaya jabatan: 5% x Rp
3.500.000,00
2. luran Pensiun
Rp 3.500.000,00
Rp175.000,00
Rp100.000,00(+
)
Rp
275.000,00(-)
Rp 3.225.000,00
Rp38.700.000,00
Rp
24.300.000,00
Rp
2.025.000,00(+)
Rp
26.325.000,00(-)
Rp
12.375.000,00
Rp
257.815,00
Rp
237.500,00
Catatan:
*) PPh 21 sebulan yang sudah dipotong telah dihitung sebelumnya dengan besaran
gaji sebelum kenaikan yakni sebesar Rp.4.063,00
PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai yang Berhenti Bekerja di Tahun Berjalan dan PPh
Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai yang baru Bekerja di Tahun Berjalan
Hmmm....jika dilihat dari judulnya, Berhenti atau Mulai Bekerja. Di sini artinya adalah mengacu
kepada pegawai yang berhenti di tahun berjalan, dan pegawai yang mulai bekerja di tahun
berjalan. Jika diperhatikan banyak sekali di dalam suatu perusahaan yang mengalami hal ini.
Yaitu proses keluarnya seorang pegawai dari suatu perusahaan, dan masuknya seorang pegawai
di dalam suatu perusahaan. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap perhitungan pajak, kususnya
PPh Pasal 21. Bisa jadi, nilai PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai yang baru berhenti dan atau
masuk bekerja di tahun berjalan akan terjadi lebih bayar dan kecil kemungkinan terjadi kurang
bayar. Nah sebagai praktisi pajak di suatu perusahaan sangat perlu memperhatikan hal ini.
Sebagai contoh, berikut ini akan saya sediakan kasus perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan
pegawai yang baru berhenti bekerja di tahun berjalan, serta perhitungan PPh Pasal 21 atas
penghasilan
pegawai
yang
baru
masuk
bekerja.
PT. kuat dot com terdapat seorang pegawai yang agak bandel. Sudah didiamkan akan tetapi
pegawainya ngeyel. Sudah diperingati namun pegawainya tetap saja membandel. Maklum
pegawai tersebut masih muda dan memiliki kejiwaan yang labil. Akhirnya di akhir bulan Agustus
2014, PT kuat dot com memberikannya SPT (Surat Peringatan Terakhir).hehehe..Pegawai
tersebut tidak terima, dan akhirnya dia mengundurkan diri pada tanggal 1 September 2014.
Selama bekerja di PT kuat dot com, dia hanya menerima gaji saja sebesar Rp4000.000 per bulan.
Selain itu, meskipun dia bandel, akan tetapi dia rajin membayar Iuran Hari Tua sebesar
Rp200.000 perbulan. Dia belum menikah, dan telah memiliki NPWP. Bagaimanakah perhitungan
PPh
Pasal
21
atas
pegawai
tersebut?
jreng
jreng
jreeeng....
Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas pegawai yang berhenti bekerja di tahun berjalan, hal yang
pertama kali harus diketahui adalah PPh Pasal 21 perbulan pegawai yang berhenti tersebut. Maka
kita pertama kali harus menghitung PPh 21 perbulannya. Dan perhitungan PPh Pasal 21 atas
pegawai yang berhenti di tahun berjalan tersebut adalah sebagai berikut :
Gaji Sebulan
Pengurang
a. Biaya Jabatan
b.Iuran Hari Tua
Jumlah Pengurang
Neto
Neto Disetahunkan
PTKP
PKP
PPh 21 Setahun
PPh 21 Sebulan
Rp 4.000.000
Rp4000.000 x 5% = Rp200.000
Rp200.000
Rp 400.000
Rp 3.600.000
Rp3.600.000 x 12
Rp43.200.000
TK.0
Rp24.300.000
Rp43.200.000 Rp24.300.000 Rp18.900.000
Rp18.900.000 x 5%
Rp 945.000
Rp945.000/12
Rp
78.750
Jreng jreng jreeeeeng.....akhirnya telah diketemukan PPh Pasal 21 sebulannya. Nah, kalo sudah
ketemu sekarang saatnya untuk menghitung PPh Pasal 21 di akhir masa kerjanya. Bagaimana sih
cara menghitungnya..? Simak dan perhatikan tabel perhitungan berikut ini.
Gaji Pokok
Pengurang
a.Biaya Jabatan
b.Iuran Hari Tua
Jumlah Pengurang
Neto 8 Bulan
PTKP
PKP
Rp4.000.000 x 8
Rp32.000.000 x 5%
Rp200.000 x 8
Rp1.600.000
Rp1.600.000
TK.0
Rp32.000.000
Rp 3.200.000
Rp28.800.000
Rp24.300.000
Rp 4.500.000
PPh 21 Terutang
PPh 21 Jan-Agus
PPh 21 Yg Tlh
Dibayar
PPh 21 Kurang/Lebih
Rp4.500.000 x 5%
Jan s/d Juli
Rp78.750 x 7
Rp225.000
Rp551.250
Rp
Rp
Rp
225.000
225.000
551.250
(Rp
326.250)
Jreng jreng jreng...ketemu deh hasilnya. Ternyata Nilai PPh Pasal 21 atas pegawai yang berhenti
tersebut terjadi "Lebih Bayar" sebesar Rp326.250. Nah, pada saat pegawai tersebut berhenti,
kelebihan setor PPh Pasal 21 tersebut harus diserahkan kepada pegawai tersebut bersamaan
dengan
bukti
potong
PPh
Pasal
21
formulir
1721-A1
akhir
masanya.
Untuk mengisi kekosongan pegawai di PT kuat dot com, maka PT kuat dot com memanggil
seorang pegawai baru melalui surat-surat lamaran kerja yang masuk. Dipanggillah seorang
pegawai baru yang bernama Venus dengan perjanjian gaji sebesar Rp3.000.000 perbulan dan
mulai bekerja pada tanggal 5 September 2014. Dan Venus baru akan mengikuti Asuransi Hari
Tua awal tahun 2015. Si Venus ternyata sudah menikah di tahun 2013 dan belum dikaruniai
seorang anak dikarenakan belum berani. Maklum penghasilannya masih belum menentu, dan
dari awal Januari 2014 dia belum pernah bekerja. Maklum lowongan kerja sulit dia dapatkan.
Dan ketika diterima sebagai pegawai di PT kuat dot com, senangnya bukan main, dan dia
berjanji langsung akan membuat anak..hehehe...Dari kasus tersebut, bagaimanakah perhitungan
PPh
Pasal
21
nya?
Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai yang baru masuk di tahun berjalan
dan tidak ada kewajiban sejak awal tahun, perhitungan tidak ribet dan relatif mudah lho. Untuk
menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima Venus, silahkan perhatikan tabel
berikut ini.
Gaji Sebulan
Pengurang
a.Biaya Jabatan
b.Iuran Hari Tua
Jumlah Pengurang
Neto Sebulan
Neto 4 Bulan
Neto Disetahunkan
PTKP
PKP
PPh Pasal 21 Setahun
PPh 21 Tahun 2014
PPh 21 Sebulan
Rp 3.000.000
Rp3.000.000 x 5%
(Belum ikutan)
Sep s/d Des
Rp11.400.000 x 12/4
K.0
Rp7.875.000 x 5%
4/12 x Rp393.750
1/4 x Rp131.250
Rp150.000
Rp0
Rp2850.000 x 4
Rp 150.000
Rp 2.850.000
Rp11.400.000
Rp34.200.000
Rp26.325.000
Rp 7.875.000
Rp 393.750
Rp 131.250
Rp
32.812
Nah, sudah deh selesai. Jadi sudah kita ketahui bahwa PPh Pasal 21 perbulan atas penghasilan
yang diterima si Venus adalah sebesar Rp32.812.
Rp
17.500.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan :5% x Rp17.500.000,00
Rp
875.000,00
Rp
500.000,00(+
)
Rp
1.375.000,00(-)
Rp
16.125.000,00
Contoh :
Gunawan (berNPWP) bekerja pada PT Xiang Malam sebagai pegawai tetap sejak 1
September 2014. Gunawan menikah tetapi belum punya anak. Gaji sebulan adalah
sebesar Rp8.000.000,00 dan iuran pensiun yang dibayar tiap bulan sebesar
Rp150.000,00. Gunawan hanya memperoleh penghasilan berupa gaji. Hitung PPh
Pasal 21 untuk bulan September 2014 !
Contoh :
Christoper Philip (K/3), warga Negara Selandia Baru mulai bekerja 1 September
2014. la bekerja di Indonesia s.d. Agustus 2016. Selama Tahun 2014 menerima gaji
per bulan Rp20.000.000,00. Christoper Philip hanya memperoleh penghasilan
berupa gaji. Hitung PPh Pasal 21 untuk bulan September 2014 !
Penutup
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Kewajiban pajak subjektif bagi WNI yang berada di Indonesia dimulai sejak
dilahirkan, sedangkan Kewajiban pajak subjektif bagi WNA adalah ketika WNA
tersebut berada di Indonesia lebih dari 183 hari, atau berniat menjadi WNI.
2. WNI yang bekerja di pertengahan tahun penghitungan PPh Pasal 21 nya
hanya atas jumlah bulan WP tersebut bekerja, sebagai contoh WP bekerja
pada bulan September maka yang dihitung hanya bulan September sampai
dengan bulan Desember yaitu 4 (empat) bulan.
3. Sedangkan WNA yang bekerja di pertengahan tahun penghitungan PPh Pasal
21nya harus disetahunkan..
Referensi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan
2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 31/PJ/2012 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan
Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan,
Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 43/PJ/2011 tentang Penentuan
Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri
Contoh :
Gunawan (berNPWP) bekerja pada PT Xiang Malam sebagai pegawai tetap sejak 1
September 2014. Gunawan menikah tetapi belum punya anak. Gaji sebulan adalah
sebesar Rp8.000.000,00 dan iuran pensiun yang dibayar tiap bulan sebesar
Rp150.000,00. Gunawan hanya memperoleh penghasilan berupa gaji. Hitung PPh
Pasal 21 untuk bulan September 2014 !
Contoh :
Christoper Philip (K/3), warga Negara Selandia Baru mulai bekerja 1 September
2014. la bekerja di Indonesia s.d. Agustus 2016. Selama Tahun 2014 menerima gaji
per bulan Rp20.000.000,00. Christoper Philip hanya memperoleh penghasilan
berupa gaji. Hitung PPh Pasal 21 untuk bulan September 2014 !
Penutup
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Kewajiban pajak subjektif bagi WNI yang berada di Indonesia dimulai sejak
dilahirkan, sedangkan Kewajiban pajak subjektif bagi WNA adalah ketika WNA
tersebut berada di Indonesia lebih dari 183 hari, atau berniat menjadi WNI.
2. WNI yang bekerja di pertengahan tahun penghitungan PPh Pasal 21 nya
hanya atas jumlah bulan WP tersebut bekerja, sebagai contoh WP bekerja
pada bulan September maka yang dihitung hanya bulan September sampai
dengan bulan Desember yaitu 4 (empat) bulan.
3. Sedangkan WNA yang bekerja di pertengahan tahun penghitungan PPh Pasal
21nya harus disetahunkan..
Referensi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan
2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 31/PJ/2012 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan
Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan,
Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 43/PJ/2011 tentang Penentuan
Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri
Rp 3.500.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan : 5% x Rp3.500.000,00
Rp
175.000,00
Rp
2. luran pensiun 4 x Rp100.000,00 = Rp
100.000,00(+
400.000,00
)
Rp 275.000,00(-)
Penghasilan neto
Rp 3.225.000,00
Dasar Hukum:
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi
Berikut diberikan contoh-contoh menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 bagi Bukan
Pegawai seperti Komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap, Contoh penghitungan
PPh Pasal 21 atas pembayaran penghasilan kepada mantan pegawai, contoh menghitung Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 berstatus bukan pegawai yang menerima penghasilan yang bersifat
berkesinambungan, contoh menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 berstatus bukan
pegawai yang menerima penghasilan yang tidak berkesinambungan, contoh menghitung Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 berstatus bukan pegawai sehubungan dengan pemberian jasa ydan/
atau melakukan penyerahan material/ bahan yang dalam pemberian/ penyerahan jasanya/
material/ bahan memperkerjakan orang lain sebagai pegawainya , serta contoh menghitung Pajak
Rp 2.500.000,00
Rp 750.000,00(+)
Rp 3.250.000,00
Apabila dalam tahun kalender yang bersangkutan, dibayarkan penghasilan kepada mantan
pegawai lebih dari 1 (satu) kali, maka PPh Pasal 21 atas pembayaran penghasilan yang
berikutnya dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah
penghasilan bruto kumulatif yang diterima dengan memperhitungkan penghasilan yang telah
diterima sebelumnya
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi
Menghitung PPh Pasal 21 atas jasa dokter yang praktik di rumah sakit dan/atau klinik
Contoh
dr. Gober, Sp.JP merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan praktik di Rumah Sakit
Jantung Koklok dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien
akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya
sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada dr. Gober, Sp.JP pada setiap akhir
bulan. Selain praktik di Rumah Sakit Jantung Koklok, dr. Gober, Sp.JP juga melakukan praktik
sendiri di klinik pribadinya. dr. Gober, Sp.JP telah memiliki NPWP dan pada tahun 20xx, jasa
dokter yang dibayarkan pasien dari praktik dr. Gober, Sp.JP di Rumah Sakit Jantung Koklok
adalah sebagai berikut:
Apabila dr. Gober Sp.JP tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 21 terutang adalah sebesar
120% dari PPh Pasal 21 terutang sebagaimana contoh di atas.
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi
Contoh
Nadin adalah petugas dinas luar asuransi dari PT. Lawas. Suami Nadin telah terdaftar sebagai
Wajib Pajak dan mempunyai NPWP, dan yang bersangkutan bekerja pada PT. Haru. Nadin telah
menyampaikan fotokopi kartu NPWP suami, fotokopi surat nikah dan fotokopi kartu keluarga
kepada pemotong pajak. Nadin hanya memperoleh penghasilan dari kegiatannya sebagai petugas
dinas luar asuransi, dan telah menyampaikan surat pernyataan yang menerangkan hal tersebut
kepada PT Lawas. Pada tahun 20xx, penghasilan yang diterima oleh Nadin sebagai petugas
dinas luar asuransi dari PT. Lawas adalah sebagai berikut:
Dalam hal Nadin tidak dapat menunjukkan fotokopi kartu NPWP suami, fotokopi surat nikah
dan fotokopi kartu keluarga dan Nadin sendiri tidak memiliki NPWP, maka perhitungan PPh
Pasal 21 dilakukan sebagaimana contoh di atas namun tidak memperoleh pengurangan PTKP
setiap bulan, dan jumlah PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar 120% dari PPh Pasal 21
yang seharusnya terutang dari yang memiliki NPWP sebagaimana penghitungan berikut ini:
Dalam hal suami Nadin atau Nadin sendiri telah memiliki NPWP, tetapi Nadin mempunyai
penghasilan lain di luar kegiatannya sebagai petugas dinas luar asuransi, maka perhitungan PPh
Pasal 21 terutang adalah sebagaimana contoh di atas, namun tidak dikenakan tarif 20% lebih
tinggi karena yang bersangkutan atau suaminya telah memiliki NPWP.
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi
Contoh
Jukri melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Gogrok dengan fee sebesar
Rp5.000,000,00. Tentukan PPh 21!
Pembahasan
Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar: 5% x 50% Rp5.000.000,00 =
Rp125.000,00
Dalam hal Jukri tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang terutang menjadi
sebesar:
120% x 5% x 50% Rp5.000.000,00 = Rp150.000,00
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi
Jatil melakukan jasa perawatan AC kepada PT Gugur dengan imbalan Rp10.000.000,00. Jatil
mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan upah harian masing-masing
sebesar Rp180.000,00. Upah harian yang dibayarkan untuk 5 orang selama melakukan pekerjaan
sebesar Rp4.500.000,00. selain itu, Jatil membeli spare part AC yang dipakai untuk perawatan
AC sebesar Rp1.000.000,00. Tentukan PPh 21!
Pembahasan
Penghitungan PPh Pasal 21 terutang adalah sebagai berikut:
Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Jatil, dapat diketahui
bagian imbalan bruto yang merupakan upah yang harus dibayarkan kepada pekerja
harian yang dipekerjakan oleh Jatil dan biaya untuk membeli spare part AC, maka jumlah
imbalan bruto sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT
Gugur atas imbalan yang diberikan kepada Jatil adalah sebesar imbalan bruto dikurangi
bagian upah tenaga kerja harian yang dipekerjakan Jatil dan biaya spare part AC,
sebagaimana dalam contoh adalah sebesar:
Rp10.000.000,00 - Rp4.500.000,00 - Rp1.000.000,00 = Rp4.500.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Gugur atas penghasilan yang diterima Jatil adalah sebesar:
5% x 50% x Rp4.500.000,00 = Rp112.500,00
Dalam hal Jatil tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT Gugur
menjadi:
120% x 5% x 50% x Rp4.500.000,00 = Rp135.000,00
Dalam hal PT Gugur tidak memperoleh informasi berdasarkan perjanjian yang dilakukan
atau dokumen yang diberikan oleh Jatil mengenai upah yang harus dikeluarkan Jatil atau
pembelian material/bahan, PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Gugur adalah jumlah
sebesar :
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Rp 2.500.000,00
Rp22.500.000,00(+)
Rp25.000.000,00
PPh 21 untuk Poiman dihitung dengan cara yang ditunjukkan dengan langkahlangkah berikut ini.
Contoh kedua tentang menghitung uang pesangon, uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan secara bertahap.
Dana pensiun PT. Boi membayarkan Uang Manfaat Pensiun yang dibayarkan
sekaligus sebesar
20% x Rp 300.000.000,00 = Rp 60.000.000,00.
Kedua, menghitung PPh Pasal 21 yang terutang atas Uang Pesangon :
0% x Rp
50.000.000,00
Rp 0,00
5% x Rp
50.000.000,00
Rp 2.500.000,00
15% x Rp
400.000.000,00
Rp 60.000.000,00
25% x Rp
100.000.000,00
Rp 25.000.000,00
(+)
Jumlah
Rp 87.500.000,00
Selanjutnya menghitung PPh Pasal 21 yang terutang atas 20% dari manfaat
pensiun yang dibayarkan secara
sekaligus :
0% x Rp
50.000.000,00
Rp 0,00
5% x Rp
10.000.000,00
Rp 500.000,00
(+)
Jumlah
Rp 500.000,00
Rp 0,00
5% x Rp
50.000.000,00
Rp 2.500.000,00
15% x Rp
140.000.000,00
Rp 21.000.000,00
(+)
Jumlah
Rp 23.500.000,00
Rp 2.500.000,00
15% x Rp
70.000.000,00
Rp 10.500.000,00
(+)
Jumlah
Rp 13.000.000,00
Rp219.608.000,0
0
PTKP (TK/3)
-untuk WP Sendiri
Rp
24.300.000,00
-tambahan 3 anak
Rp
6.075.000,00(+)
Rp
30.375.000,00 (-)
Penghasilan Kena
Pajak
Rp189.233.000,0
0
Rp
2.500.000,00
15% x
Rp139.233.000,00
Rp20.
884.950,00(+)
Total
Rp23.384.950,0
0
Rp
109.192.000,00
PTKP (TK/3)
-untuk WP Sendiri
Rp
24.300.000,00(-)
Penghasilan Kena
Pajak
Rp 84.892.000,00
Rp
2.500.000,00
15% x
Rp34.892.000,00
Rp
5.233.800,00(+)
Total
Rp
7.733.800,00
berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan (PH), contoh kasus yang
diberikan di sini adalah Zukri. Zukri dalam tahun 20XX menerima atau memperoleh
penghasilan neto sebesar Rp219.608.000,00. Zukri berstatus kawin pisah harta dan
mempunyai 3 (tiga) orang anak, sedangkan isterinya menerima atau memperoleh
penghasilan neto dari usaha sebesar Rp109.192.000,00. PPh 21 dihitung untuk
masing-masing suami dan istri.
Penghasilan Neto Suami
Rp219.608.000,0
0
Rp109.192.000,0
0(+)
Penghasilan neto
gabungan
Rp328.800.000,0
0
PTKP
-untuk WP Sendiri
Rp
24.300.000,00
-tambahan karena
menikah
Rp
2.025.000,00
-tambahan 3 anak
Rp 6.075.000,00(+)
Rp
32.400.000,00 (-)
Rp 2.500.000,00
15% x
Rp200.000.000,00
Rp30.000.000,00
25% x
Rp46.600.000,00
Rp11.600.000,00
(+)
Total
Rp44.100.000,00
Rp
296.400.000,00
PPh 21
Untuk SPT Suami (Rp219.608.000,00/ Rp328.800.000,00) x
Rp44.100.000,00 =
Rp29.454.722,63
Rp14.645.277,37
Rp
50.625.000,00 (-)
Rp
199.375.000,00
PPh 21 terutang:
5% x Rp
50.000.000,00
Rp 2.500.000,00
15% x 149.375.000
Rp 22.406.250,00
(+)
Total
Rp 24.906.250,00
Dengan demikian untuk masing-masing suami dan istri pengenaan pajaknya adalah
- Suami:
(100.000.000,00/250.000.000,00) x Rp24.906.250 = Rp 9.962.500
- Isteri :
(150.000.000,00/250.000.000,00) x Rp24.906.250 = Rp 14.943.750
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Komyang adalah seorang atlet bulutangkis professional Indonesia yang bertempat tinggal di
Jakarta. la menjuarai turnamen Indonesia Open dan memperoleh hadiah sebesar
Rp200.000.000,00.Tentukan PPh 21!
Pembahasan
PPh Pasal 21 yang terutang atas hadiah turnamen Indonesia Open tersebut adalah:
5% x Rp50.000.000,00
15% x Rp150.000.000,00
PPh Pasal 21 yang harus
dipotong
Rp 2.500.000,00
Rp22.500.000,00(+)
Rp25.000.000,00