Вы находитесь на странице: 1из 4

KEGUNAAN MTA DALAM PENANGANAN GIGI TETAP

DENGAN APEKS TERBUKA YANG NON VITAL


Swapnil J Kolhe*, Meenal N Gulve **

ABSTRAK
Apeksifikasi adalah suatu proses untuk merawat dan mempertahankan gigi tetap dengan apeks
terbuka yang kehilangan vitalitas pulpa. Kebanyakan dokter gigi menggunakan kalsium
hidroksida untuk apeksifikasi. Namun, Mineral Trioxide Aggregate memiliki beberapa
keuntungan seperti, teknik satu langkah dan dapat mengeras pada kondisi lembab. Artikel ini
memperlihatkan 2 kasus perawatan gigi menggunakan aplikasi apical plug dengan MTA untuk
tujuan apeksifikasi.
Kata kunci: Mineral trioxide aggregate, gigi dengan apeks terbuka, gigi non-vital, apeksifikasi
PENDAHULUAN
Apeksifikasi merupakan suatu metode untuk merangsang barrier kalsifikasi pada akar dengan
apeks terbuka atau merangsang pertumbuhan akar gigi yang belum menutup sempurna yang
mengalami nekrosis pulpa. Meskipun berbagai material digunakan untuk merangsang
pembentukan barrier apikal, kalsium hidroksida merupakan bahan yang paling banyak
digunakan. Mengingat bahan tersebut memiliki beberapa kekurangan seperti perawatan yang
lama dan kunjungan yang banyak, penutupan apeks yang belum pasti, dan melemahnya dentin
radikular gigi karena kontak terus-menerus dengan kalsium hidroksida, maka penggunaan apical
plug lebih praktis. Kelemahan-kelemahan ini menyebabkan digunakannya Mineral Trioxide
Aggregate untuk mengisi ujung apikal. Penggunaan MTA untuk apeksifikasi dapat
mempersingkat jangka waktu perawatan dengan hasil yang lebih baik dan meningkatkan
kepuasan pasien. Pada artikel ini, 2 kasus klinis akan dibahas. Kedua kasus merupakan gigi
insisif sentral yang mengalami gangguan pertumbuhan radikular yang disebabkan oleh trauma.
KASUS 1
Anak laki-laki berusia 8 tahun mengalami trauma pada gigi insisif sentral rahang atas kanan
setahun yang lalu. Pemeriksaan klinis didapatkan pasien mengalami fraktur Ellis kelas III. Pasien
tidak mengeluhkan adanya rasa sakit pada daerah trauma. Tes vitalitas dinyatakan negatif.
Mobilitas tidak ada. Pemeriksaan radiografik memperlihatkan gigi dewasa dengan apeks terbuka
lebar dan terdapat area radiolusen di dekat apeks gigi (Gambar 1A). Pengisian informed consent
dilakukan oleh orangtua pasien. Setelah pemasangan rubber dam dan dilakukan buka kavum,
panjang kerja didapatkan.

Saluran akar dibersihkan secara mekanik dengan menggunakan instrumen intrakanal dan irigasi
natrium hipoklorit 5%. Lalu saluran akar dikeringkan dengan paperpoint steril dan kalsium
hidroksida diaplikasikan pada saluran akar dengan intracanal capillary point. Setelah 1 minggu,
kalsium hidroksida dibersihkan dari saluran akar dengan melakukan irigasi natrium hipoklorit
5% dilanjutkan dengan irigasi menggunakan air steril.
Saluran akar dikeringkan dengan menggunakan paperpoint steril. Campuran MTA pada
saluran akar (4-5 mm) diaplikasikan untuk menciptakan apical plug. Setelah penempatan MTA
plug, campuran dari MTA tersebut di adaptasikan pada dinding saluran menggunakan Schilders
posterior plugger. Pemeriksaan radiografis dapat dilakukan untuk mengetahui letak atau posisi
dari campuran MTA tersebut (Fig.1B).
Cotton pellet yang sudah dibasahi oleh larutan steril diletakkan pada kamar pulpa lalu
kavitas ditutup dengan menggunakan Cavit (3M ESPE). Setelah satu minggu, Cavit dan cotton
pellet dibuang dan pengerasan dari MTA di tes secara perlahan. Selanjutnya dilakukan obturasi
saluran akar dengan gutta-percha termoplastik dan sealer saluran akar. Gigi pada bagian koronal
ditutup dengan resin komposit (Fig.1C).
Pada 1 dan 2 tahun setelah follow-up, secara klinis memperlihatkan fungsi klinis yang
adekuat, tidak adanya gejala klinis (voluntary and induce pain), tidak adanya pembengkakkan
pada daerah sinus bagian labial dan palatal. Pemeriksaan radiografik pada 1 tahun setelah followup (Fig.1D) memperlihatkan adanya pengurangan daerah radiolusen pada periapikal dan setelah
2 tahun daerah radiolusen pada periapikal telah hilang (Gambar 1E).
KASUS 2
Pasien perempuan berusia 12 tahun dirujuk ke dokter gigi, terlihat adanya pembengkakan pada
labial insisif sentral. Pada pemeriksaan klinis, kedua gigi insisif sentral rahang atas telah
dilakukan preparasi buka kavum. Terdapat pembengkakan pada labial di sekitar gigi insisif
sentral. Pembengkakan terlokalisasi dan terlihat jelas.

Pasien mengalami trauma 2 tahun yang lalu. Sebelumnya pasien tidak mengeluhkan adanya
gejala, sejak minggu lalu mulai terasa nyeri dan terjadi pembengkakan, sehingga pasien
mengunjungi dokter gigi untuk melakukan perawatan. Dokter gigi mencoba melakukan
perawatan saluran akar satu minggu yang lalu. Pada pemeriksaan radiografi, kedua gigi
memperlihatkan apeks terbuka lebar dengan adanya radiolusen pada periapikal. Terdapat
gambaran radioopak di sekitar daerah apikal, menunjukkan adanya kalsium hidroksida (Gambar
2A). Pemeriksaan klinis setelah 6 bulan memperlihatkan tidak adanya mobilitas, rasa sakit dan
pembengkakan. Pemeriksaan radiografi memperlihatkan adanya pengurangan gambaran
radiolusen pada periapikal (Gambar 2D).
PEMBAHASAN
Waktu yang diperlukan untuk pembentukan barrier apikal menggunakan kalsium hidroksida
cukup lama. Beberapa kekurangan dari kalsium hidroksida pada apeksifikasi antara lain: jangka
waktu perawatan lama, memerlukan beberapa kali kunjungan, dan meningkatkan resiko fraktur
gigi. Saluran akar rentan terhadap infeksi berulang karena hanya ditutup tambalan sementara.
Dengan teknik MTA apical plug, obturasi dapat dilakukan setelah disinfeksi saluran akar jangka
pendek dengan kalsium hidroksida. MTA terdiri dari partikel hidrofilik trikalsium silikat,
trikalsium aluminat, trikalsium oksida, oksida silikat, dan bismut oksida. MTA memiliki
kelarutan yang rendah dan radiopaksiti yang sedikit lebih besar dari dentin. Bahan ini
memperlihatkan sealability yang baik, biokompatibilitas, adaptasi dengan marginal dan setting
time yang tepat. MTA juga dapat digunakan untuk menjaga kelembaban dalam saluran akar. Hal
ini penting pada keadaan gigi dengan pulpa nekrotik dan inflamasi lesi periapikal karena salah
satu masalah yang ditemukan dalam kasus ini adalah adanya eksudat pada ujung akar. Namun,
penerapan MTA harus didahului dengan kalsium hidroksida sementara untuk membatasi infeksi
bakteri pada gigi. Dalam kasus ini MTA ditempatkan dibagian apikal dengan menggunakan
Schilders posterior plugger untuk mencegah ekstrusi dari material. Gambaran klinis dan
radiografi setelah follow-up memperlihatkan adanya penyembuhan pada daerah apikal dan mulai
terjadi pembentukan jaringan keras di apikal pada gigi insisif sentral.

KESIMPULAN
Karena keuntungan-keuntungan sifat yang dimiliki MTA dibandingkan dengan material
konvensional lainnya, MTA dapat digunakan pada kasus-kasus tertentu untuk apeksifikasi.
Awalnya, kalsium hidroksida digunakan sebagai bahan pengisi sementara untuk memberikan
aksi bakterisidal yang efektif namun MTA dapat dijadikan pilihan yang baik untuk apeksifikasi
dengan adanya penambahan keuntungan yaitu terapi dapat selesai lebih cepat.

Вам также может понравиться