Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Penvakit trofoblas ialah penyakit yang mengenai sel-sel trofoblas dimana terjadi
suatu keabnormalan konsepsi plasenta yang disertai sedikit atau bahkan tanpa
perkembangan janin. Di dalam tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu
hamil. Di luar kehamilan sel-sel trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium,
karena itu penyakit trofoblas yang berasal dari kehamilan disebut sebagai Gestational
Trophoblastic Disease, sedangkan yang berasal dari teratoma disebut Non Gestational
Throphoblastic Disease.1
Penyakit trofoblas mempunyai potensi yang cukup besar untuk menjadi ganas dan
menimbulkan berbagai bentuk metastase keganasan dengan berbagai.
Prevalensi mola
hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dibandingkan dengan negaranegera Barat. Di negara-negara Barat dilaporkan 1:2000 kehamilan. Frekuensi mola
umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi sekitar 1: 120 kehamilan. Di Amerika Serikat
dilaporkan insidensi mola sebesar 1 pada 1000-1200 kehamilan. Di Indonesia sendiri
didapatkan kejadian mola pada 1 : 85 kehamilan. 1
Di negara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas akibat
mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini dan terapi yang
tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian akibat mola masih cukup tinggi yaitu
berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola hidatidosa biasanya disebabkan oleh
karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah jantung dan tirotoksikosis. 2
1.2 Rumusan Masalah
Penulisan Clinical report Session ini membahas mengenai tinjauan pustaka dan
laporan kasus tentang Mola Hidatidosa.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman terkait Mola Hidatidosa.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan pada makalah ini adalah tinjauan pustaka yang merujuk ke
berbagai literatur dan hasil pemeriksaan pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kehamilan mola (mola hidatidosa) ialah kehamilan yang berkembang tidak wajar
yang ditandai secara histologis dengan abnormalitas dari villi koriales yang berupa proliferasi
trofoblas dan edema struma villi. Jaringan trofoblast pada villus, berploriferasi, dan
mengeluarkan hormon yaitu hCG dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.
Gambaran yang diberikan ialah seperti buah anggur. 1
2.2 Epidemiologi
Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120
kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di Indonesia, mola
hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan insiden yang tinggi (data RS di
Indonesia, 1 per 40 persalinan), faktor risiko banyak, penyebaran merata serta sebagian besar
data masih berupa hospital based. 1
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko
Hingga saat ini, belum diketahui penyebab kejadian mola hidatidosa. Beberapa faktor
risiko telah teridentifikasi berpengaruh terhadap patogenesis mola hidatidosa. Faktor-faktor
tersebut menghasilkan proliferasi tak terkontrol pada trofoblas. 3
Mola Hidatidosa memiliki faktor risiko, yaitu: 3
1. Usia reproduksi
Mola hidatidosa dapat terjadi pada semua wanita dalam masa reproduksi. Kehamilan
pada usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami
2.
MH.
Status gizi
Status gizi dianggap berpengaruh terhadap kejadian Mola Hidatidosa. Mola Hidatidosa
sebagai suatu kehamilan abnormal yang berasal dari ovum patologis. Keadaan tersebut
disebabkan oleh adanya defisiensi protein berkualitas tinggi (highclass protein).
Beberapa peneliti mengaitkan hal ini dengan kenyataan bahwa di Asia banyak kejadian
Mola Hidatidosa pada penduduk yang termasuk golongan sosioekonomi rendah dengan
tingkat konsumsi protein yang minim. Secara empiris, teori tersebut didukung dengan
tingginya angka kejadian Mola Hidatidosa pada beberapa daerah dengan pola konsumsi
rendah protein, seperti di Indonesia dan Filipina. Meski demikian, teori tersebut belum
menjawab kenyataan bahwa terdapat daerah-daerah dengan angka kejadian Mola
Hidatidosa tinggi pada penduduk yang mengonsumsi protein tinggi, seperti seperti di
Alaska dan Hawai. Defisiensi asam folat dan histidine pada wanita hamil juga dianggap
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian Mola Hidatidosa. Pada wanita
dengan defisiensi asam folat dan histidine, terutama pada hari ke-13 dan 21 kehamilan,
akan mengalami gangguan pembentukan thymidine, yang merupakan bagian penting
dari DNA. Akibat kekurangan gizi ini akan menyebabkan kematian embrio dan
2
pula yang dapat menerangkan mengapa terjadi variasi dalam insidensi secara regional.
3.
Riwayat Obstetri
Menurut WHO, riwayat obstetrik juga mempengaruhi kejadian Mola Hidatidosa. Hal ini
disebabkan pada wanita dengan riwayat Mola hidatidosa sebelumnya berisiko
mengalami Mola hidatidosa pada kehamilan selanjutnya. Begitu pula pada wanita
dengan riwayat melahirkan gemelli. Namun, multiparitas bukan merupakan faktor risiko
4.
Mola Hidatidosa.
Suku bangsa dan Ras
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa insidensi pada wanita kulit hitam lebih rendah
dibandingkan yang lain. Insidensi Mola hidatidosa pada wanita Asia lebih tinggi dari
wanita Eropa.
5.
Genetik
Hasil penelitian sitogenetik menunjukkan bahwa pada kasus Mola hidatidosa lebih
banyak ditemukan kelainan balance translocation dibandingkan dengan populasi
normal. Pada wanita dengan kelainan sitogenik tersebut lebih banyak mengalami
gangguan meiosis berupa nondisjunction sehingga lebih banyak ovum kosong atau ovum
dengan inti inaktif.
2.4 Patogenesis
Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa yaitu karena tidak sempurnanya
peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik yaitu : hasil pembuahan dimana
embrionya mati pada umur kehamilan 3 5 minggu dan karena pembuluh darah villi tidak
berfungsi maka terjadi penimbunan cairan di dalam jaringan mesenkim villi. 1
Analisis sitogenetik pada jaringan yang diperoleh dari kehamilan mola memberikan
beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini. Kebanyakan mola hidatidosa adalah mola
lengkap dan mempunyai 46 kariotipe XX. Penelitian khusus menunjukkan bahwa kedua
kromosom X itu diturunkan dari ayah. Secara genetik, sebagian besar mola hidatidosa
komplit berasal dari pembuahan pada suatu telur kosong (yakni, telur tanpa kromosom)
oleh satu sperma haploid (23 X), yang kemudian berduplikasi untuk memulihkan komplemen
kromosom diploid (46 XX). Hanya sejumlah kecil lesi adalah 46 XY. 4,5
Pada mola yang tidak lengkap atau sebagian, kariotipe biasanya suatu triploid,
sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX atau 69 XYY. Kadangkadang terjadi pola mozaik. Lesi ini, berbeda dengan mola lengkap, sering disertai dengan
janin yang ada secara bersamaan. Janin itu biasanya triploid dan cacat. 4,5
Gambar 2.1. Susunan sitogenetik dari mola hidatidosa. A. Sumber kromosom dari mola lengkap. B.
Sumber kromosom dari mola sebagian yang triploid5
Gambaran
Kariotipe
Mola Komplit
46,XX atau 46,XY
Mola Parsial
Umumnya 69,XXX
atau 69,XXY (tripoid)
Patologi
Edema villus
Proliferasi trofoblastik
Janin
Amnion, sel darah
merah janin
Gambaran klinis
Diagnosis
Ukuran uterus
Kista teka-lutein
Penyulit medis
Penyakit pascamola
Kadar hCG
Difus
Bervariasi, ringan s/d berat
Tidak ada
Tidak ada
Bervariasi,fokal
Bervariasi, fokal,
ringan s/d sedang
Sering dijumpai
Sering dijumpai
Gestasi mola
50% besar untuk masa
kehamilan
25-30%
Sering
20%
Tinggi
Missed abortion
Kecil untuk masa
kehamilan
Jarang
jarang
<5-10%
Rendah tinggi
Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya dan teraba
lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak teraba bagian janin.
3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara khas
tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat yang
sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta yang kembar pada kehamilan
mola hidatidosa komplit. Pada salah satu plasentanya sementara plasenta yang lainnya
dan janinnya sendiri terlihat normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan
perubahan mola inkomplit yang luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang
hidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus
dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat
sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut
bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan
atau tanpa stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu
kecil untuk menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut
trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti
lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja
(koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola hidatidosa
metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan dan sebagian terlihat
menghilang spontan yang dapat terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa
minggu atau bulan kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan
menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan pengobatan yang efektif.
5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum mola
tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan. Ekspulsi
spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilan sekitar 16 minggu, jarang
lebih dari 28 minggu.
2.7 Diagnosis
1.
Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,
perdarahan
pervaginam
berulang
cenderung
berwarna
coklat
dan
kadang
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi :
3.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kadar B-hCG
BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml
Beta HCG serum > 40.000 IU/ml
Berikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang menjadi parameter
dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.
4.
Pemeriksaan Imaging
a. Ultrasonografi
2.8 Penatalaksanaan
1. Evakuasi
a. Perbaiki keadaan umum.
Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
b.
c.
7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan
sisa-sisa jaringan.
d.
Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun,
Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih5
2. Pengawasan Lanjutan
Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral
pil.
Keadaan Serviks
c. Laboratorium
10
2.9 Prognosis
Dinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas akibat
mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini dan terapi yang
tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian akibat mola masih cukup tinggi yaitu
11
berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola hodatidosa biasanya disebabkan oleh
karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah jantung dan tirotoksikosis. 3
Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi keganasan trofoblastik
gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap dilakukan pengawasan lanjut yang ketat,
karena hampir 20% dari pasien mola hidatidosa berkembang menjadi tumor trofoblastik
gestasional. 3,5
Pada 10-15% kasus mola akan berkembang menjadi mola invasive, dimana akan
masuk kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan menimbulkan perdarahan dan komplikasi
yang lain yang mana pada akhirnya akan memperburuk prognosisnya. Pada 2-3% kasus mola
dapat berkembang menjadi korio karsinoma, suatu bentuk keganasan yang cepat menyebar
dan membesar. 2,5
2.10
Komplikasi
Infeksi sekunder
12
BAB III
LAPORAN KASUS
Seorang pasien umur 27 tahun masuk KB IGD RSUD M Zein Painan tanggal 20-122016 pukul 15.00 WIB kiriman puskesmas dengan diagnosa abortus mola post kuretase 2
kali.
Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan sejak 1 hari yang lalu.
Riwayat Menstruasi:
Menarche 13 th, siklus teratur, lamanya 5-7 hr, 2-3x ganti duk sehari, nyeri (-).
13
Th 2012, Laki-laki , BBL 3300 gr, aterm, SC, Dokter SpOG. Hidup
: sedang
Sianosis : (-)
Kesadaran
: cmc
BMI: 24 (normoweight)
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Edema : -/-
Frekuensi jantung
: 89x/menit
Anemis: +/+
Frekuensi nafas
: 20 x/menit
TB
: 155 cm
Suhu
: 36 C
BB
: 60 kg
Kepala
Mata
THT
Leher
Thorak
14
: Status ginekologis
Genitalia
: Status ginekologis
Ekstremitas
Status ginekologis
Mata
Abdomen :
I : Perut tampak sedikit membuncit, sikatrik (+) bekas SC
P : TFU setinggi 1 jari diatas simfisis
NT (-) NL (-) DM (-)
Pe : Timpani
Aus: BU(+) N
Genitalia :
I
Inspekulo :
Vagina : Tumor (-), laserasi (-) fluksus (+)
Tampak darah menumpuk di forniks posterior
Portio: nullipara sebesar jempol tangan dewasa, tumor (-), lasereasi (-) fluksus (+)
tampak darah mengalir dari kanalis servikalis, OUE tertutup
VT :
Vagina : Tumor (-)
Portio : nullipara sebesar jempol tangan dewasa, tumor (-), OUE tertutup
CUT : antefleksi sebesar telur angsa
AP : lemas kiri kanan
CD : tidak menonjol
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah : Hb
: 8,4 gr %
Leukosit
: 17.700/mm
Trombosit
: 451.000/mm
Hematokrit
: 29 %
Golongan darah : A Rh +
PT / APTT
: 7,4 / 20,5
Urinalisa
15
BJ : 1010
Protein : +
pH : 6
Glukosa : (-)
Leukosit :1-2
Bilirubin (-)
Eritrosit : +++
Urobilin normal
Slinder : (-)
Kristal ; (-)
Epitel : 2-5
USG
Kontrol KU, VS
IVFD RL 20 gtt
Inj ceftriakson 2 x 1
Inj. Transamin 3 x 1
Inj. Vit K 3 x 1
Inj. Vit C 3 x 1
16
Kes
TD
Nd
Nf
Sdg
CMC
110/70
88
24
37
Abdomen :
I : Perut tampak sedikit membuncit
P : NT (-) NL (-) DM (-)
Pe : Timpani
Aus: BU(+) N
Genitalia :
I
IVFD RL 20 gtt
Inj ceftriakson 2 x 1
Inj. Transamin 3 x 1
Inj. Vit K 3 x 1
Inj. Vit C 3 x 1
Transfusi darah PRC 2 unit
Tanggal 22-12-2016 Pukul 08.00
S/ keluar darah dari kemaluan (-), mual(-), muntah(-) sakit kepala (+), BAB dan BAK
normal
O/
17
KU
Kes
TD
Nd
Nf
Sdg
CMC
110/80
80
20
37
Abdomen :
I :Perut tampak sedikit membuncit
P : NT (-) NL (-) DM (-)
Pe : Timpani
Aus: BU(+) N
Genitalia :
I
IVFD RL 20 gtt
Inj ceftriakson 2 x 1
Inj. Transamin 3 x 1
Inj. Vit K 3 x 1
Inj. Vit C 3 x 1
BAB IV
PEMBAHASAN
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang
membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah
sebagai segugus buah anggur. Mola dapat mengandung janin (mola parsial) atau tidak
18
terdapat janin di dalamnya (mola komplit). Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor
faktor yang dapat menyebabkan antara lain, faktor ovum, imunoselektif dari tropoblast,
keadaan sosioekonomi yang rendah, paritas tinggi, kekurangan protein, infeksi virus dan
factor kromosom yang belum jelas.1,5
Pada kasus ini, faktor resiko terjadinya kehamilan mola kemungkinan dikarenakan
keadaan sosioekonomi yang rendah, sehingga kekurangan asupan protein dan asam folat.
Kemungkinan penyebab lain masih belum dapat diidentifikasi.
Pada pasien ini, ciri-ciri mola yang dapat dilihat antara lain perdarahan dari uterus
yang merupakan gejala utama pada kasus, gejala ini bervariasi mulai dari spoting sampai
perdarahan yang banyak. Pada pasien ini sudah ditegakkan mola hidatidosa oleh Sp.OG dan
sudah dikuret 2x. Ukuran uterus yang lebih besar dari usia kehamilan normal tidak dapat
dinilai dikarenakan telah dikuret 2x. Selain itu, gejala lain yang ditampakkan pasien yang
dapat digali dari anamnesis yaitu hiperemesis gravidarum saat pasien belum dikuret, dimana
1,5 bulan sebelumnya pasien mengeluhkan mual muntah, hal ini merupakan salah satu
manifestasi klinis yang ditimbulkan mola akibat peningkatan kadar beta HCG. Pasien
disarankan memeriksakan beta HCG, tapi karena keterbatasan biaya pasien tidak
memeriksakan beta HCG.
Hasil pemeriksaan didapatkan status generalis, tekanan darah normal dan frekuensi
nadi dalam batas normal. Status lokalis, didapatkan konjungtiva anemis,hal ini sesuai dengan
pemeriksaan hb didapatkan nilai 8,4gr%,
normal. Pemeriksaan ginekologi, TFU satu jari di atas simfisis karena sudah dilakukan
kuretase 2x, djj tidak dinilai, balotement (-), dan tidak teraba bagian janin. Hasil pemeriksaan
dengan inspekulo dan VT semakin mempertegas diagnosis, dimana dengan inspekulo dapat
terlihat jaringan mola. Pada VT tidak teraba jaringan mola dan korpus uteri dengan
konsistensi lunak. Pasien ditransfusi karena hemoglobin rendah untuk perbaikan keadaan
umum. Setelah perbaikan keadaan umum, pasien disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit
19
tingkat lanjut untuk konsul ke bagian ongkologi kebidanan karena dicurigai mola invasif. Jika
titer beta HCG meningkat maka diterapi dengan kemoterapi atau histerektomi.
BAB V
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohadjo S, Wiknjosastro H. 2009. Mola Hidatidosa. Ilmu Kandungan. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo: Jakarta
2. Manuaba I.B.G.F, Manuaba, I.D.C. 2007. Penyakit Trofoblas, dalam: Pengantar Kuliah
Obstetri. EGC: Jakarta
3. John T. 2006. Gestational Throphoblastic Disease. The American College of
Obstetricians and Gynecologists. Lippincott Williams & Wilkins. Diakses
dari
http://www.utilis.net/Morning%20Topics/Gynecology/GTN.PDF
21