Вы находитесь на странице: 1из 2

Kasus

Ners Sony bekerja di sebuah rumah sakit dan tinggal di daerah pedesaan. Saat di rumah dia
melakukan praktik dengan menerima pasien dari masyarakat sekitarnya. Semakin lama
pasiennya bertambah banyak. Saat praktik dia memberikan pengobatan sesuai dengan
pengalamannya saat bekerja di rumah sakit. Pada suatu hari datang Tn. Ahmad dengan
keluhan mual, muntah, pusing, dan panas. Ners Sony kemudian memberikan injeksi dan obat
kepada pasien. Setelah 2 jam di rumah, Tn. Ahmad mengalami kejang dan tidak sadarkan
diri. Keluarga panik dan akan melaporkan Ners Sony ke polisi.
Pembahasan
Berdasarkan kasus di atas terkait praktik keperawatan yang dilakukan oleh Ners Sony,
terdapat beberapa hal yang dapat dianalisis dari segi hukum keperawatan, antara lain:
1.

Praktik Mandiri
Sesuai dengan UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan khususnya pasal 19 terkait
izin praktik, disebutkan pada ayat (1) perawat yang menjalankan praktik keperawatan
wajib memiliki izin. Dalam ayat (2), disebutkan bahwa izin sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIPP. Pada kasus Ners Sony diatas tidak disebutkan
apakah Ners Sony telah memiliki SIPP atau belum. Apabila Ners Sony belum memiliki
SIPP, sudah jelas bahwa dia melanggar pasal 19 UU No. 38 Tahun 2014 tentang

2.

Keperawatan terkait izin praktik.


Jenis Layanan
Dalam pasal 28 ayat (3) UU No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan disebutkan bahwa
praktik keperawatan harus didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi,
dan standar prosedur operasional. Dalam kasus, Ners Sony terbiasa memberikan
pengobatan kepada pasiennya hanya berdasarkan pengalamannya selama bekerja di
rumah sakit yang sudah jelas bukan merupakan wewenang perawat. Ners Sony juga
melakukan injeksi kepada salah satu pasiennya hingga akhirnya pasien kejang. Dalam
kasus tidak disebutkan jenis obat yang telah diberikan kepada pasien dan apa yang telah
di injeksikan hingga mengalami kejang, sehingga tidak dapat dianalisis apakah Ners
Sony melakukan injeksi obat golongan apa, atau mungkin hanya vitamin. Dilihat dari
kasus, pasien datang dengan keluhan mual, pusing, muntah dan panas. Kondisi pasien
merupakan kondisi darurat yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan
penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan. Tindakan perawat dalam keadaan darurat

diatur secara legal sebagaimana tercantum dalam UU No. 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan Pasal 30 ayat (1) butir (g) yaitu memberikan tindakan pada keadaan gawat
darurat sesuai dengan kompetensi. Dalam pasal 35 ayat (1) UU No. 38 Tahun 2014 juga
berbunyi dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat
melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya. Tindakan
yang dilakukan Ners Sony dapat dibenarkan sepanjang obat yang telah diberikan kepada
pasien memang sesuai dengan kondisi pasien, sehingga Ners Sony dapat terhindar dari
tuntutan hukum yang dilayangkan oleh keluarga pasien. Hal yang perlu dianalisis lagi
dari pihak keluarga adalah apa yang sudah diberikan kepada pasien selama dua jam
setelah berobat ke Ners Sony termasuk makanan yang dikonsumsi oleh pasien. Tuntutan
malpraktik yang ditujukan kepada Ners Sony belum bisa dibuktikan karena pada kasus
tidak dijelaskan dengan rinci terkait proses pemberian injeksi dan apa yang telah
3.

diinjeksikan.
Aspek tenaga medis
Dalam kasus diatas tidak dicantumkan apakah di desa tempat Ners Sony tinggal dekat
dengan puskesmas atau tidak, terdapat tenaga medis atau tidak. Apabila daerah tempat
tinggal Ners Sony adalah daerah pedalaman yang sangat jauh dari fasilitas pelayanan
kesehatan dan tidak terdapat tenaga medis, maka tindakan Ners Sony sesuai dengan pasal
33 UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, dimana sesuai ayat (1) yaitu
pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (1) huruf f merupakan penugasan Pemerintah yang dilaksanakan pada
keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu wilayah tempat
Perawat bertugas. Menyambung pasal 33 ayat (1), dalam pasal 33 ayat (4) disebutkan
dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Perawat berwenang melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam
hal tidak terdapat tenaga medis; merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem
rujukan; dan melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat
tenaga kefarmasian.

Вам также может понравиться