Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I.Pendahuluan
1.
Tujuan
Dalam praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mengetahui persiapan pengoperasian steam engine
b. Mampu mengoperasikan steam engine
c. Mampu melaksanakan percobaan antara lain
-
Perhitungan SHP
Perhitungan BHP
2.
DASAR TEORI
2.1
Prinsip kerja
Dalam mesin uap dengan panas yang diperoleh dari pembakaran bahan
bakar dalam suatu ketel digunakan untuk merubah air sehingga menjadi uap
dengan tekanan dan suhu tertentu. Uap demikian ini sudah mempunyai tenaga
tekanan (potensial), uap yang mempunyai daya usaha tempat ini disalurkan
kedalam silinder yang di dalamnya terdapat torak beserta batang toraknya, kepala
silang, batang penggerak dan engkol ini dapat berubah ke tenaga mekanik, jadi
dalam mesin uap terdapat suatu peralihan tenaga tunggal yaitu dari tenaga tempat
ke tenaga mekanik.
2.
4.
Pr
SP
ST
D
Pr
Keterangan:
Pr = Tekanan rata-rata dalam Kg/cm2
S = Panjang langkah dalam m
D = Diameter torak dalam cm
A = Luas Torak ( m2 )
Untuk selanjutnya usahanya:
A = Pr x S x F
( Kg.m )
(Kg.m/Menit)
m = Randasemen mesin
RUMUS
Dalam perhitungan digunakan rumus rumus yang sama, sehingga hanya
memasukkan saja, rumus rumus tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tekanan Efektif rata-rata :
Pr =
Pin
(1 log r ) ( Pb Pout ) .......................(bar)
r
2. Volume Silinder
Vs = { ( As + ( As Ac ) } s ( m3 )
3. Untuk Silinder Ganda
Vs = 2 x Vs....( m3 )
4. Daya effektif
Pe = Pr x Vs x n.( Watt )
5. Konsumsi Uap
M uap =
M con
.. ( Kg/s )
t con
6. Daya condenser :
P cond = M uap x Ca x (t2 t3 ).. ( KW )
7. Daya pendinginan air :
P pa = Ma x Ca x ( t2 t4 ).................. ( KW )
8. Daya listrik :
PL = V x I ..............( Watt )
9. Effisiensi Total
T =
PL
...............( % )
Pe
Dimana :
PI = Inlet pressure
Pb = 1 bar (14,5 lb/sq in) tekanan atmosfer
r
V2
= 5 , untuk mesin ini
V1
As = 0,0572 m2
Ac = 0,01032 m2
S = 0,0508 m
n = Rps, jumlah putaran perdetik
Ca = Nilai kalor uap panas = 4,178 KJ / Kg
Ma = 0,467 m3 /h xl h/3600 detik
V = Voltage
I
= Arus
3.
4. PROSEDUR KERJA
1. Menghidupkan boiler sampai tekanan 10 bar
2. Menghidupkan air pendingin
3. Menutup katup-katup yang ke arah kalorimeter, steam engine, dan super
heater.
4. Menghidupkan aliran listrik.
5. Melumasi steam engine
6. Membuka katup utama yang ada pada steam engine
7. Membuka katup cabang yang ada pada steam engine
8. Menekan tombol warm up yang kearah solenoid valve, agar solenoid valve
membuka dan uap masuk ke steam engine, kemudian biarkan mesin
selama 5 menit agar uap masuk.
9. Meneklan tombol start maka steam engine akan menyala.
10. Mencatat data-data hasil percobaan pada table yang sudah tersedia
5. RANGKAIAN PERCOBAAN
Speed
Pin
Temperatur
Vcond.
Time
Pout
load
(Rps)
(bar)
( C )
(liter)
Cond.
(bar)
(%)
(dtk)
Engine
Alternator
10
22,8
5,4
15
123,3
25
384,5
T1
T2
T3
T4
5,5
100
75
25
15
0,94
60
167,2
100
85
20
12
0,9
599
5,5
100
85
35
15
0,9
Keterangan :
T1 = Steam In
T2 = Steam Out
T3 = Condensor Out
T4 = Condensor In atau Cooling Water Ou
Pin
( 1 + ln r ) ( Pb Pout )
r
= 2,87-1
= 1,87 bar
2. Vs1
= { As + ( As Ac ) } S
= {( 0,0572 ) + ( 0,0572 ) ( 0,01032 ) } 0,0508
= 0,000529 m3
3. Vs
= 2 x Vs
= 2 x 0,000529
= 0,01058 m3
4. Pe
Alternator
= Pr x Vs x n
= (1,87 x 100.000 Pa) x 0,01058 m3 x 22,8
0,1
12
60
0,1
13
60
0,1
15
= 45.066 Watt
5. PL
= V x I
= 5 ( 12 )
= 60 Watt
6. T
Pl
Pe
Perhitungan 1 ( P load = 15 %)
1. Pr
Pin
( 1 + ln r ) ( Pb Pout )
r
= 2,87-1
= 1,87 bar
2. Vs1
= { As + ( As Ac ) } S
= {( 0,0572 ) + ( 0,0572 ) ( 0,01032 ) } 0,0508
= 0,000529 m3
3. Vs
= 2 x Vs
= 2 x 0,000529
= 0,01058 m3
4. Pe
= Pr x Vs x n
= (1,87 x 100.000 Pa) x 0,01058 m3 x 12,3
= 24.340 Watt
5. PL
= V x I
= 6 ( 12 )
= 72 Watt
6. T
Pl
Pe
Perhitungan 1 ( P load = 25 %)
1. Pr
Pin
( 1 + ln r ) ( Pb Pout )
r
= 2,87-1
= 1,87 bar
2. Vs1
= { As + ( As Ac ) } S
= {( 0,0572 ) + ( 0,0572 ) ( 0,01032 ) } 0,0508
= 0,000529 m3
3. Vs
= 2 x Vs
= 2 x 0,000529
= 0,01058 m3
4. Pe
= Pr x Vs x n
= (1,87 x 100.000 Pa) x 0,01058 m3 x 3,8
= 7520 Watt
5. PL
= V x I
= 7 ( 15 )
= 105 Watt
6. T
Pl
Pe
IV PEMBAHASAN
Uap bertekanan 10 bar dari steam supply line dialirkan ke steam engine
dengan membuka steam flow control valve. Kemudian cooling water condenser
dinyalakan dan steam engine dinyalakan. Sebelum dinyalakan pastikan bahwa load
pada steam engine pada posisi 0 % dan bagian bagian yang bergerak pada steam
engine seperti connecting rod, crank shaft, dsb diberi pelumas agar tidak cepat
berkarat (korosi). Sebelum uap dimasukkan ke dalam steam engine, steam trap
valve dibuka dahulu untuk membuang air kondensasi uap yang terjebak. Setelah itu
valve ditutup kembali. Kemudian drain valve ditutup agar uap tidak keluar.
Steam engine yang digunakan mempunyai tekanan kerja 5,5 bar. Jadi
sebelum masuk ke steam engine, uap diatur tekanannya melalui pressure regulating
valve yang sudah diset pada tekanan 5,5 bar. Mekanisme pengaturan pressure
regulating valve ini sama dengan sistem mur, yaitu diatur dengan memutar mur
bagian atas valve. Jika pressure uap yang masuk ke steam engine melebihi tekanan
kerjanya maka secara otomatis uap akan dibuang melalui pressure relief valve.
Untuk memulai pengoperasian steam engine, terlebih dahulu steam engine
di ON kan. Kemudian tombol warm up ditekan sesaat sebagai pemanasan gerak
dari piston pada steam engine. Penekanan tombol warm up dilakukan berulang
ulang sampai piston benar benar panas dan siap untuk dioperasikan. Setelah
selesai, tombol start ditekan untuk memulai pengoperasian steam engine. Setelah
steam engine aktif, pencatatan variabel data yang diperlukan untuk perhitungan
dilakukan seperti (temperatur condenser dan steam, putaran mesin dan alternator,
tekanan, air condensate, tegangan serta arus). Pencatatan ini dilakukan dengan 3
variasi beban agar dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat adanya perubahan
beban.
Setelah selesai digunakan, kembalikan beban (load) steam engine ke posisi
semula yaitu 0 % secara perlahan lahan. Kemudian steam flow control valve
ditutup untuk menghentikan supply uap ke steam engine. Setelah itu tombol stop
ditekan untuk menghentikan pengoperasian steam engine dan power supply di OFF
kan. Drain valve kemudian dibuka untuk membuang uap dan air kondensasi dari
steam engine. Valve uap buang juga dibuka untuk membuang uap ke udara. Valve
uap buang harus dibuka secara perlahan lahan agar tidak terjadi STEAM HUMER.
Karena uap yang dibuang merupakan uap yang bertekanan besar, bila dibuka secara
spontan dan cepat maka dapat membahayakan konstruksi pipa. Pipa terutama
sambungan pipa dapat bergetar yang dapat merusak pipa itu sendiri. Setelah selesai
digunakan, steam engine dibersihkan dan kemudian diberi pelumas lagi pada bagian
yang selalu bergerak agar tidak cepat berkarat (korosi).
V KESIMPULAN
Dari data hasil perhitungan di atas semakin besar persen beban P load maka
efisiensi steam engine juga semakin besar karena tegangan dan arus yang di
hasilkan oleh alternator semakin besar, sehingga daya listrik yang dihasilkan
semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
1. G.Cusson Ltd. Kalorimeter Instructioanal Manual Hand Book England 1
December 1986, 2 march 1987.
2. M.J. Djokosetyadjo Ketel Uap PT Pradnya Paramita, Jakarta 1999.
3. Maridjo Petunjuk Praktikum Mesin Konversi Penerbit Pusat
4. Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung 1995
BOILER
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Boiler
merupakan
suatu
peralatan
yang
digunakan
untuk
1.2.
Tujuan
Tujuan Instruksional Umum :
a.
b.
Mahasiswa dapat
b.
c.
d.
BAB II
DASAR TEORI
2.1.
Pengertian Boiler
Boiler adalah pesawat yang berfungsi untuk menghasilkan uap.
Dengan kata lain adalah boiler merupakan bagian dari pesawat uap. Uap
yang dihasilkan dari boiler masih bersifat jenuh atau Saturated Steam. Uap
yang dihasilkan oleh boiler ini dapat diaplikasikan untuk beberapa hal, yaitu
:
a.
b.
Sebagai Pengering
c.
d.
Penyulingan, dll
Jadi pada intinya uap jenuh (Saturated Steam) yang dihasilkan oleh
boiler digunakan untuk proses produksi. Beberapa pabrik atau perusahaan
yang banyak menggunakan boiler adalah :
Rumah Sakit
Pabrik Kertas
PLN
Pabrik Gula
Pabrik Tepung, dll
Boiler yang menghasilkan uap jenuh (Saturated Steam) disebut
dengan Boiler bertekanan rendah (Low Pressure Boiler) yang mana tekanan
yang dihasilkan adalah 15 bar, dengan kapasitas yang besar. Sedangkan
kapasitas adalah produksi uap tiap jamnya.
2.2.
2.
Water Gauge (Sight Glass) yang berfungsi untuk mengetahui level air
dalam boiler.
3.
4.
Blow Down Valve mempunyai fungsi untuk membuang air yang berada
di dalam boiler saat proses pembakaran awal yang ada di dalam boiler.
Sehingga dapat menghindari terjadinya peluapan air di dalam boiler
yang mengembang karena pemanasan.
5.
Water Column adalah kolom air yang berfungsi sebagai level switch,
yang terdiri dari Feed Water Off, Feed Water On dan Cut Burner
(Burner Off)
Burner
Off
FW On
FW Off
1
3
Sigh
Control
Glass Boiler
Panel
Cara kerja dari valvevalve yang ada pada water column ini adalah
sebagai berikut :
1) V5 dan V4
Harus dibuka karena V5 dan V4 ini mewakili level air yang ada
pada sight glass yang menunjukkan level air yang ada di dalam
boiler.
2) V3 Harus ditutup karena jika V3 air yang ada di dalam boiler akan
keluar semua
3) V1 dan V2
Harus ditutup karena jika dibuka maka uap yang ada didalam water
column akan keluar lewat V1 dan airnya akan keluar lewat V2. V1
dan V2 ini digunakan sebagai checking valve untuk mengetahui
apakah V5 dan V4 buntu atau tidak yaitu dengan cara membuka V1
dan V2 dan apabila tidak keluar uap dan air maka V5 dan V4 buntu.
6.
Burner
Burner adalah alat yang berfungsi sebagai penyemprot bahan bakar cair
misalnya solar, residu, dll. Pada pabrik gula penggunaan Burner sangat
ditekan karena dengan penggunaan Burner berarti menggunakan bahan
bakar yang beli, sedangkan pabrik gula adalah produsen bahan bakar
padat yaitu bagasse. Oleh karena itu harus diupayakan agar mois atau
kandungan air pada bagasse sekecil mungkin. Namun demikian
peralatan Burner harus tetap dipasang, karena pada sebelum tersedia
bahan bakar bagasse maka Burner harus digunakan. Selain itu mungkin
terjadi gangguan pada pada peralatan bahan bakar bagasse pada saat
operasi.
7.
8.
2.3.
Jenis-jenis boiler :
Berdasarkan bahan
Jenis boiler berdasarkan bahan bakar dapat dikelompokkan menjadi :
- Boiler bahan bakar padat
- Boiler bahan bakar cair
- Boiler bahan bakar gas
Berdasarkan posisi air dan gas panas
Jenis boiler berdasarkan posisi air dan gas panas dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
- Boiler pipa air ( water tube )
- Boiler pipa api ( fire tube )
- Boiler kombinasi
Berdasarkan tekanan
Jenis boiler berdasarkan tekanan dapat dibagi menjadi :
- Boiler tekanan rendah
- Boiler tekanan sedang
- Boiler tekanan tinggi
Berdasarkan sirkulasi
Jenis boiler berdasarkan sirkulasi air dapat dibagi atas :
- Boiler sirkulasi alami
- Boiler sirkulasi paksa
2.4.
Kualitas air tersebut tidak sama walaupun menggunakan sumber air sejenis,
hal ini dipengaruhi oleh lingkungan asal air tersebut. Sumber mata air
sungai umumnya sudah mengalami pencemaran oleh aktivitas penduduk
dan kegiatan industri, oleh sebab itu perlu dilakukan pemurnian.
Air umpan boiler harus memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan
agar tidak menimbulkan masalah-masalah pada pengoperasian boiler. Air
tersebut harus bebas dari mineral-mineral yang tidak diinginkan serta
pengotor-pengotor lainnya yang dapat menurunkan efisiensi kerja dari
boiler.
Feed water harus memenuhi persyaratan tertentu seperti yang
diuraikan dalam tabel di bawah ini :
NALCOH. Reference
2.5.
2.6.
Karakteristik Boiler
2.8.
2.9.
Ada juga beberapa sistem treatment air bahan baku boiler yang
menggunakan Demin. Demin atau Demineralisasi digunakan untuk
menghilangkan mineral-mineral yang ada di dalam boiler, yaitu dengan
menggunakan Resin (pasir kering), Anion yang berupa (NaOH), Kation
yang berupa (HCl) dan penggunaan Mixbed.
Yang digunakan sebagai parameter air bahan baku boiler untuk
menghindari korosi atau untuk meningkatkan performance boiler, yaitu
dengan :
2.10.
pH
Hardness
Conductivity
Pemeliharaan Boiler
Boiler yang berperan dalam proses pengubahan air menjadi uap
memerlukan perlakuan dan perawatan khusus. Masalah yang timbul pada
boiler umumnya disebabkan oleh perlakuan air umpan boiler yang tidak
memenuhi persyaratan. Untuk perawatan dan pemeliharaan boiler dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Proses Commisioning awal
Proses persiapan awal yang dilakukan baik terhadap boiler
yang baru ataupun boiler yang sudah lama adalah suatu pemeriksaan
utama yang terdiri dari proses penghilangan kerak ataupun material
asing pada boiler setelah uji hidrostatik dan pemeriksaan pada
kebocoran boiler. Ketel dioperasikan dengan cara pendidihan yang
menggunakan larutan alkali untuk menghilangkan material-material
yang mengandung minyak dan deposit-deposit yang lain. Selama
pendidihan, boiler dioperasikan pada tekanan rendah yang dijaga
setengah dari tekanan penuh. Waktu pendidihan lebih kurang 24 jam.
Untuk boiler tekanan tinggi pembersihan secara kmia dengan
mengurangi zat-zat dilakukan untuk menghilangkan kerak. Setelah
secara
kimia
harus
dilakukan
dibawah
yang keras. Pembersihan asam jika dibuat oleh orang yang tidak
kompeten dapat menyebabkan kelebihan zat-zat kimai pada boiler.
Setelah pencucian dengan asam, dinetralkan dengan larutan alkali dan
terakhir kali boiler dioperasikan pada pemanasan tekanan rendah
dengan larutan inert.
Pada saat ketel dihentikan uttuk periode yang lama sekitar 1
atau 2 bulan. Metode storage kering dianjurkan untuk melindungi
boiler dari serangan korosi. Ini memerlukan pembersihan dan
pengeringan yang seksama terhadap boiler dan penutup semua lubang
juga menghilangkan air dan udara diruangan boiler dan alat-alat
pengukur tekanan. Penampang material penyerap air ditempatkan
untuk membersihkan kelembapan yang rendah. (Pedoman Efisiensi
Energi
untuk
Industri
di
Asia
www.energyefficiencyasia.org/2010/01/20/)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.
Boiler Unit
b.
Gloves
c.
3.2.
a.
Air PDAM
b.
c.
d.
Prosedur Kerja
Start Up Boiler
Prosedur start up boiler adalah:
1
10
11
2.
Katub
uap
buang
dibuka
secara
perlahan-lahan
untuk
4.
5.
6.
7.
3.3.
3.4.
Prosedur Keselamatan
Dalam boiler tekanan maksimumnya adalah 10 bar jika hal ini
tercapai akan berfungsi beberapa keselamatan antara lain :
BAB IV
ANALISA dan PEMBAHASAN
4.1.
Pembahasan
Dari hasil percobaan didapatkan adanya data yang fluktuatif mengenai
temperature udara yang diambil tiap menitnya, yaitu antara 32oC 37 oC.
Fluktuasi ini terjadi dikarenakan adanya panas yang dihasilkan oleh boiler
sehingga berpengaruh terhadap suhu udara luar. Fluktuasi suhu udara ini
sangat kecil sekali sehingga tidak begitu berpengaruh terhadap efisiensi dari
boiler.
Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa efisiensi boiler adalah
42,237 %. Besar atau kecilnya efisiensi yang dimiliki oleh suatu boiler
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara teoritis, faktor-faktor tersebut
dapat diketahui dari rumus yang digunakan dalam perhitungan efisiensi
boiler. Faktor-faktor tersebut adalah Mass Feed Water Flow Rate (Mw) yang
mana semakin besar Mw yang digunakan oleh Boiler saat pengoperasiannya
maka akan semakin besar efisiensi yang dihasilkan oleh boiler. Mass Feed
Water Flow Rate (Mw) sendiri dipengaruhi oleh banyaknya air yang
terkonsumsi saat pengoperasian boiler tiap jamnya. Yang mana semakin
besar konsumsi air yang digunakan tiap jamnya maka akan semakin besar
pula (Mw) dari boiler dan itu berarti akan semakin besar pula efisiensi dari
boiler itu sendiri.
Mass Fuel Flow Rate (Mf) juga berpengaruh terhadap efisiensi dari
boiler itu sendiri. Karena (Mf) berbanding terbalik maka semakin besar (Mf)
maka semakin kecil efisiensi yang dimiliki oleh boiler. (M f) sendiri
dipengaruhi oleh debit bahan bakar atau bnyaknya konsumsi bahan bakar
tiap jamnya dan massa jenis dari bahan bakar yang digunakan. Karena baik
debit bahan bakar maupun massa jenis dari bahan bakar yang digunakan
berbanding lurus dengan (Mf) maka semakin besar debit bahan bakar dan
semakin besar massa jenis dari bahan bakar yang digunakan maka akan
semakin besar pula (Mf) dan ini berarti efisiensi boiler akan semakin kecil.
Selain itu faktor dari entalphi uap (hg) dan air (hf) juga berpengaruh
dalam menentukan besar kecilnya efisiensi dari boiler. Yang mana semakin
besar perbandingan antara (hg) dan (hf) yang mana apabila (hg) semakin
besar pula maka akan semakin besar pula efisiensi dari Boiler. Hal itu
dikarenakan besarnya nilai pengurangan antara (hg) dengan (hf) berbanding
lurus dengan efisiensi boiler. Faktor yang juga menentukan besarnya nilai
efisiensi yang dimiliki oleh boiler adalah besarnya nilai kalor dari bahan
bakar yang digunakan, yang mana semakin besar nilai kalor dari bahan
bakar yang digunakan semakin besar maka akan semakin kecil efisiensi
yang dihasilkan oleh boiler. Hal itu dikarenakan besarnya nilai kalor bahan
bakra yang digunakan berbanding terbalik dengan efisiensi boiler.
Dari beberapa macam faktor dari segi teoritis yang mempengaruhi
efisiensi boiler dapat dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor
apa saja yang dapat menentukan efisiensi boiler. Jika dilihat dari segi teoritis
diketahui ada faktor Mass Fuel Flow Rate (Mf) dan Mass Feed Water Flow
Rate (Mw) maka pada dasarnya dapat diketahui bahwa semakin besar
konsumsi bahan bakar yang digunakan untuk menguapkan sejumlah air
tertentu dalam waktu tertentu dan suhu tertentu maka dapat menunjukkan
kurang baiknya efisiensi dari boiler itu sendiri. Dari sini dapat diketahui
bahwa efisiensi boiler dipengaruhi oleh kualitas air, bahan bakar, dan
performance fisik dari boiler itu sendiri.
Kualitas air (feed water) yang digunakan tergantung dari treatment
yang digunakan yang mana semakin baik treatment yang digunakan maka
akan semakin baik pula kualitas air yang digunakan sebagai feed water.
Dengan kualitas feed water yang baik berarti feed water yang digunakan
memiliki nilai kekerasan yang rendah (lebih soft) serta tidak mengandung
mineral-mineral atau kotoran lain yang dapat menurunkan performance dari
boiler. Selain itu juga memiliki pH netral (mendekati = 7) untuk mencegah
terjadinya korosi pada boiler karena pH yang asam ataupun basa. Ini berarti
dengan kualitas feed water yang baik berarti bahwa feed water yang
digunakan akan lebih mudah diuapkan sehingga tidak membutuhkan
konsumsi bahan bakar yang lebih besar untuk menguapkan sejumlah air
pada waktu tertentu dan suhu tertentu. Karena dengan hal ini bisa
menurunkan konsumsi bahan bakar maka berarti dapat menurunkan (Mf)
yang digunakan. Karena (Mf) berbanding terbalik dengan besarnya efisiensi
boiler ini berarti dengan turunnya nilai (Mf) maka akan semakin besar
efisiensi yang dimiliki oleh boiler.
Selain itu juga faktor bahan bakar yang mempengaruhi efisiensi dari
boiler itu sendiri adalah titik bakar dari bahan bakar yang digunakan. Karena
semakin tinggi titik bakar dari suatu bahan bakar maka berarti bahan bakar
tersebut memiliki kemampuan yang baik untuk menguapkan air dengan
waktu yang relative lebih cepat sehingga bahan bakar yang digunakan untuk
menguapkan air dalam jumlah tertentu pada suhu dan waktu tertentu adalah
semakin sedikit dan ini dapat memperbesar efisiensi yang dimiliki oleh
boiler. Selain itu juga harus dilihat nilai kalor dari bahan bakar tersebut
karena apabila perbandingan antara kemampuan bahan bakar untuk
menguapkan air pada waktu, jumlah dan suhu tertentu dengan nilai kalor
bahan bakar tersebut adalah semakin besar. Dalam artian dengan
menggunakan bahan bakar dengan titik bakar yang lebih tinggi beberapa
tingkat dari sebelumnya justru dapat menaikkan nilai kalor bahan bakar
tersebut beberapa kali maka ini justru dapat menurunkan efisiensi dari boiler
itu sendiri. Oleh karena itu penggunaan jenis bahan bakar juga
mempengaruhi efisiensi dari boiler itu sendiri.
Sedangkan faktor yang juga penting dalam penentuan efisiensi dari
boiler adalah performa fisik dari boiler tersebut. Maksudnya bahan yang
digunakan untuk membuat boiler adalah bahan yang mudah menghantarkan
panas tetapi memenuhi syarat-syarat kemanannya. Jika dilihat lebih jauh
lagi maka faktor maintenance juga mempengaruhi efisiensi dari boiler yang
mana jika boiler tidak dibersihkan pada jangka waktu tertentu maka akan
banyak terdapat kerak-kerak yang menempel pada dinding boiler. Kerakkerak yang menempel pada dinding boiler (pipa apinya ataupun pipa airnya)
akan menghambat penghantaran panas. Sehingga untuk menguapkan air
dalam jumlah dan waktu tertentu dibutuhkan konsumsi bahan bakar yang
lebih banyak dan hal ini berarti semakin menurunkan efisiensi dari boiler itu
sendiri.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
boiler adalah pesawat yang berfungsi untuk menghasilkan uap. Dengan kata
lain adalah boiler merupakan bagian dari pesawat uap. Uap yang dihasilkan
dari boiler masih bersifat jenuh atau Saturated Steam. Sehingga sebelum
melakukan pengoperasian sebaiknya melakukan pengecekan terhadap
safety equipment yang ada untuk melindungi boiler terhadap bahaya tekanan
tinggi yang dihasilkan ketika pengoperasian boiler.
DAFTAR PUSTAKA
G.Cusson Ltd. Kalorimeter Instructioanal Manual Hand Book England 1
December 1986, 2 march 1987.
Maridjo Petunjuk Praktikum Mesin Konversi Penerbit Pusat Pengembangan
Pendidikan Politeknik, Bandung 1995.
M.J. Djokosetyadjo Ketel Uap PT Pradnya Paramita, Jakarta 1999.
KALORIMETER
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali industri yang menggunakan boiler. Boiler-boiler
tersebut menggunakan bahan bakar untuk menghasilkan energi yang kemudian
digunakan untuk memanaskan air dan mengubah fase air menjadi uap air. Untuk
memisahkan kandungan air dalam uap tersebut maka digunakan alat yang bernama
kalorimeter.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor atau energi
panas. Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama
kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor. Kalor
merupakan energi yang ditransfer dari suatu benda ke benda yang lain karena
adanya perbedaan temperatur.Ketika dua buah benda yang mempunyai temperatur
yang berbeda diletakan saling bersentuhan,kalor akan mengalir seketika dari yang
panas ke yang dingin.Aliran kalor yang seketika itu selalu dalam arah yang
cenderung menyamakan temperatur.Jika kedua benda tersebut disentuhkan cukup
lama sehingga temperatur keduanya sama,keduanya dikatakan dalam keadaan
ketimbangan termal,dan tidak ada lagi kalor yang mengalir di antarnya.
Pada praktikum ini kita diajarkan untuk mengerti, memahami dan
sekaligus mengaplikasikan kalorimeter yang terdapat pada boiler di PPNS. Hal
tersebut sangat berguna bagi kita, sebagai ilmu tambahan untuk bekal ke dunia kerja
nantinya.
1.4. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum :
a.
b.
Mahasiswa
akan
dapat
mengukur,
menghitung,
menganalisa
f.
g.
h.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Kombinasi pemisahan dan penyeratan kalorimeter digunakan untuk
menentukan kualitas uap (tingkat kekeringan uap). Pemisah kalorimeter merupakan
alat untuk memisahkan kandungan air dari uap melalui proses mekanis. Proses
mekanis tersebut adalah sebagai berikut :
1. Uap basah yang masih mengandung air dilewatkan pada pemisah kalorimeter,
karena perapatan air lebih besar dari uap, maka air akan cenderung terlempar
dari uap. Air ini dikumpulkan dan jumlahnya dapat diukur.
2. Sedang uap yang relative tidak mengadung air dialirkan ke throttling
calorimeter, sehingga tekanannya turun tekanan setelah throttling menjadi
sedikit dibawah temperatur atmosfer. Ini menyebabkan uap menjadi kering.
Dengan pengukuran temperatur dan tekanan akhir uap, maka tingkat
kekeringan uap dapat dihitung. Karena jenis kalorimeter tersebut mempunyai
keterbatasan, maka digunakan kombinasi pemisah dan throttling kalorimeter.
a. Dryness fraction (kualitas uap)
Dryness fraction dari uap didefinisikan sebagai jumlah uap kering yang
terdapat didalam campuran uap basah.
Dryness Fraction =
b. Sparating Kalorimeter
Disini terjadi proses mekanika dimana pemasukan uap kalorimeter dibuat
mengalir secara seri terhadap sudut tumpul sehingga momen inersia dari air
menyebabkan mereka terpisah dari alirannya.
Xs =
Wt
Wt Ws
Dimana :
Wt = Berat dari uap kering yang diisikan ke dalam kalorimeter
Ws = Berat air yang dipisahkan didalam kalorimeter dalam waktu
yang sama
xt
hfg1
hg2
cp
t2
ts2
2.2.
Rumus
1.
2.
Pemisahan Calorimeter
Didalam kondisi yang sebenarnya tidak semua air dapat
dipisahkan dari uap yang masuk kedalam kalorimeter. Jika berat uap
kering yang keluar dari kalorimeter = Wt dan berat air yang dipisahkan
dalam kalorimeter pada waktu yang sama = Ws, maka fraksi uap yang
diukur melalui pemisah kalorimeter ini ( Xs ) adalah :
Xs =
3.
Wt
Wt Ws
Penyeratan Calorimeter
Memberikan aliran suatu fluida melalui throttling orifice dari
tekanan tinggi P1 ke tekanan rendah P2. dari persamaan energi aliran
hg 2 Cp(t 2 ts 2) hfl
hfgl
Dimana :
hfl
Xt
hfgl
Cp
T2
Ts2
4.
Wt w
dan W Wt (t - Xt)
Wt
(Ws Wt ) (Ws w)
(Ws Wt )
Wt w
tetapi w = Wt (1 - Xt)
Ws Wt
Wt Wt (1 Xt )
Wt Ws
WtXt
Wt Ws
Wt
Xt
Wt Ws
atau,
2.3.
= Xs x Xt
Perhitungan
Dalam perhitungan diperlukan tabel uap air untuk menentukan nilai
persamaan berikut :
Xs
Wt
Ws Wt
Xt =
hg 2 Cp(t 2 ts 2) hfl
hfgl
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
1.
2.
3.
4.
Thermometer
5.
6.
Tabel uap
3.2
Prosedur Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mengukur hal tersebut sebanyak lima kali dalam interval waktu yang sama.
8.
9.
BAB IV
ANALISA dan PEMBAHASAN
4.1.
Analisa
Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka dapat dianalisa bahwa
semakin tinggi tekanan uap yang masuk, maka suhu uap semakin tinggi
pula. Suhu uap akan semakin menurun setelah dilakukan throttling.
Semakin tinggi tekanan uap yang masuk, maka jumlah air kondensat akan
semakin tinggi pula.
4.2.
Pembahasan
Uap bertekanan yang disuplai dari boiler ke kalorimeter kemudian
diukur. Pada kalorimeter terdapat separator untuk menampung uap basah
dan throtling untuk menampung uap kering. Dimana pada keduanya
dipasang pengindera (detektor) temperatur yang kemudian diinterlock
dengan temperatur meter untuk mengetahui suhunya. Pada throtling
terdapat sistem air pendingin (cooling) yang digunakan untuk
mengkondensasikan uap. Kemudian pengukuran dimulai dengan membuka
valve dari steam supply ke kalorimeter selama waktu yang ditentukan yaitu
5 menit. Kemudian suhu dari uap yang masuk ke separator dan uap yang
masuk ke throtling dicatat.
Selain itu tekanan uap pada pipa utama juga dicatat. Setelah 5 menit
uap di suplai ke kalorimeter, valve ditutup dan ditunggu sampai tekanan uap
mencapai 0 bar atau mendekati 0 bar. Ini untuk memberikan waktu kepada
uap untuk berkondensasi sehingga dapat diukur jumlah air condensatenya.
Setelah mecapai 0 bar, valve untuk mengalirkan air kondensasi dari
separator dibuka dan kemudian air kondensasinya ditampung dan diukur.
Selain itu air kondensasi yang berasal dari throtling juga diukur. Ternyata
jumlah air condensate dari separator lebih sedikit dibandingkan air
condensate pada throtling. Ini dikarenakan pada throtling menggunakan
sistem cooling water untuk mempercepat kondensasi dari uap yang masuk
sehingga jumlah air condensatenya lebih banyak.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Uap yang dihasilkan dari boiler dapat dikondensasikan menggunakan
kalorimeter sehingga dapat diketahui tingkat kekeringan uap dan
kualitas uap.
2. Dapat mengetahui kualitas uap dan kadar air yang terkandung dalam uap
tersebut.
3. Dengan menggunakan calorimeter suhu dari uap yang keluar dari boiler
dapat diketahui sehingga dapat diperhitungkan tindakan safety apa saja
yang harus dilakukan ketika akan mengoperasikan calorimeter.
DAFTAR PUSTAKA
G.Cussons Ltd. 1986. Boiler, Instructional manual Hand Book. England 1
December 1986, 2 march 1987.
M.J Djokosetyardjo. 1999. Ketel Uap. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Mardjo. 1995. Petunjuk Praktikum Mesin Konversi. Bandung : Penerbit Pusat
Pembangan Pendidikan Politeknik
STEAM TURBINE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya turbin uap dioperasikan secara kontiniu dalam
jangka waktu yang lama. Masalah-masalah pada turbin uap yang akan
berujung pada berkurangnya efisiensi dan performansi harus bisa dideteksi
dan dimonitor selama beroperasi.
Performansi dari turbin uap dipengaruhi berbagai faktor termasuk
komponen-komponen dari turbin uap dan sistem kontrol/instrumentasi
yang bekerja selama beroperasi.
B. Tujuan Percobaan
1. Dapat mengoperasikan turbin uap.
2. Mengetahui fungsi atau turbin uap dan prinsip kerjanya.
3. Membuat daftar simbol parameter-parameter yang digunakan dalam
satuan SI.
4. Melaksanakan kalibrasi beban torsi yang diberikan.
5. Pada putaran turbin konstan dan pemilihan jumlah nossel ukur
tekanan temperature uap, torsi, temperatur kondensor, laju aliran
kondensat, temperatur air pendingin masuk dan keluar dan laju
aliran air pendingin.
6. Menghitung konsumsi uap, penyerapan panas, panas perpindahan
pada air pendingin, kerja poros, efisiensi dan kerugian radiasi.
7. Menggambar karakteristik-karakteristik : kerja listrik, kerja poros,
konsumsi uap, konsumsi uap spesifik, dan efisiensi thermal dengan
tekanan inlet, nossel sebagai variabel.
8. Menggambar diagram panas sitem turbin uap.
9. Menggambar drop tekanan kedalam diagram Moller atau diagram
entalpi-entropi.
10. Melaksanakan deail perhitungan.
11. Membuat laporan percobaan performansi turbin uap.
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian Turbin Uap
Turbin Uap adalah salah satu komponen dasar dalam pembangkit
listrik tenaga uap. Dimana komponen utama dari sistem tersebut yaitu:
Ketel, kondensor, pompa air ketel, dan turbin itu sendiri. Uap yang
berfungsi sebagai fliuda kerja dihasilkan oleh ketel uap, yaitu suatu alat
yang berfungsi untuk mengubah air menjadi uap.
Siklus ideal yang terjadi didalam turbin adalah siklus Rankine : Air
pada siklus 1 dipompakan, kondisinya adalah isentropik s1=s2 masuk ke
boiler dengan tekanan yang sama dengan tekanan di kondenser tetapi
boiler menyerap panas sedangkan kondenser melepaskan panas,
kemudian dari boiler masuk ke turbin dengan kondisi super panas h3=h4
dan keluaran dari turbin berbentuk uap jenuh dimana laju aliran massa
yang masuk ke turbin sama dengan laju aliran massa keluar dari turbin,
ini dapat digambarkan dengan menggunakan diagram Ts berikut:
kerja selama proses siklus tersebut berrlangsung. Jadi untuk proses Siklus 1 - 2- 2
- 3 -3 4 1
Dengan rumus:
W = T dS
2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi mempunyai tiga tahap, yaitu masingmasingnya terdiri dari baris sudu tetap dan dua baris sudu gerak.
Sudu bergerak turbin reaksi dapat dibedakan dengan mudah dari
sudu impuls karena tidak simetris, karena berfungsi sebagai nossel
bentuknya sama dengan sudu tetap walaupun arahnya lengkungnya
berlawanan.
Ciri-ciri turbin ini adalah :
-
Sehingga
turbin
tersebut
terjadi
distribusi
kecepatan/tekanan.
Klasifikasi turbin berdasarkan Proses Penurunan Tekanan Uap.
Turbin Kondensasi
Tekanan keluar trurbin kurang dari 1 atm dan dimasukkan
kedalam kompresor.
Turbin Ekstraksi.
Didalam turbin ini sebagian uap dalam turbin diekstraksi untuk
proses pemanasan lain, misalnya proses industri.
D. Rumus Teori
a. Laju aliran uap (ms)
Ms
()
= h1 h 2
(Kj/s)
(KW)
(KW)
(KW)
(KW)
(KW)
(/)
()
SCC =
l. Effisiensi isentropik ()
isent =
(%)
(%)
(%)
(%)
mek =(12)
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAAN
A. Peralatan Percobaan
1. Unit boiler atau sistem generator.
2. Unit superheater (jika diperlukan untuk digunakan).
3. Rangkaian pengujian turbin uap.
4. Thermometer.
5. Manometer.
6. Torque meter.
7. Speed meter.
8. Time digital.
9. Ammeter dan voltmeter.
10. Diagram MOLLIER (untuk perhitungan)
B. Prosedur Percobaan
1. Pengoperasian unit turbin uap.
a. - Operasikan boiler (lihat prosedur pengoperasian
boiler).
- Suplai power ke turbin.
- Hidupkan unit cooling tower.
- Suplai udara kompress guna keperluan safety
mekanis.
b. - Pemeriksaan sebelum operasi.
- Pastikan dinamometer loading switch ON dalam
posisi ABSORB.
- Set potensiometer beban untuk kontrol torsi ke
minim.
- Periksa alat-alat ukur ke posisi nol kecuali indikator
temperature.
- Periksa katub-katub ke posisi yang mungkin.
C. Titik-titik Pengukuran
Titik titik pengukuran pengambilan data-data dapat dilihat
dari diagram skema berikut (skema gambar dibalik)
Keterangan-keterangan notasi :
T1 = Temperature condesate
(0C)
(0C)
(0C)
(0C)
(0C)
(0C)
(0C)
P1 = Tekanan nosel
(bar)
(bar)
P3 = Tekanan kondenser
(bar)
(bar)
(bar)
Contoh Data
II
III
IV
Percobaan
Nozzle inlet
(bar) P1
2,9
5,6
6,8
Steam line
(bar)P2
4,6
5,7
8,6
Condenser
(bar)P3
-0,8
Glandseal
(bar)P4
Turbin exhaust
(bar)P5
-0,8
Temperature
(0C)T1
48
57
63
65
Turbin exhaust
(0C)T2
67
104
104
104
(oC)T3
31
32
33
34
Condenser steam
(0C)T4
71
104
103
103
(0C)T5
28
28
28
28
kondensat
inlet
Cooling water inlet
(0C)T6
152
164
170
171
(0C)T7
161
165
171
180
Putaran
(rpm)N
3946
3425
3852
3990
Gaya
(N)F
20,3
8,3
8,6
8,7
Tegangan medan
(V) Vf
280
280
280
280
Tegangan jangkar
(V)Va
315
280
310
320
Arus jangkar
(A)Ia
Nozzle inlet
temperature
Steam line
temperature
BAB IV
ANALISA DATA
Sebagai Contoh perhitungan, diambil Contoh data untuk kondisi berbeban.
1. Konsumsi uap teorotis (ms)
Ms = A x c x
(mm2)
(m3/kg)
(bar abs)
P = tekanan nozzel
V = volume spesifik
uap
C =
konstanta
0,0368
Untuk
nozzel
no.31
2
60
2 3946 20,3 0,25
60
5532,11
= 2,09711
= 2637 kj/menit
12. Konsumsi Uap Spesifik (SSC)
SSC =
=
2,17 60
= 62,09 kg/kwh
2,09711
260,4
125,83
260,4
x 100% = 48,32%
=
125,83
=
260,4
= 48,2%
4.
5.
6.
7.
= 5967,5 kj/menit
= 5989,2 5967,5
= 21,7 kj/menit
= 4807 kj/menit
= 5707,1 kj/menit
= 125,83 kj/menit
= 5967,5 (5707,1+125,83)
= 134,57 kj/menit
8.
9.
I
II
III
IV
0,4897 0,3016
0,3136
0,2408
2,17
3,60
3,84
4,43
5967,5
9972
10675
12293
5707,1
9684
10329,6 11916,7
260,4
288
345,6
376,3
998,2
1116
1344
1572,4
435,39
857,4
1011,23 1203,63
4807
6409,3 8011,67
9614
5271,71 8826,26 9318,37 10713,07
5532,11 9114,26 9663,97 11089,37
2097
74423
867,26
908,78
2637,97 12246 11142,98 12202,48
62,09
290,2
265,66
292,48
26,09
25,8
25,71
23,93
48,32
15,50
15,06
14,49
2,27
0,49
0,54
0,49
4,71
3,16
3,58
3,39
48,2
15,51
15,08
14,45
2182,4
485
536,9
554,3
5989,2 9999,0 10694,4 12315,4
21,7
18
19,2
22,4
134,57
43,35
293,56
321,77
464,71
2416,96
1306,7
1099,07
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Instrucion Manual Steam Turbin
Steam Turbin
www.academia.edu