Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur tertentu
suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak terlarut merupakan contoh lain
dari keadaan kesetimbangan dinamik (Moechtar, 1989). Suatu larutan mempunyai panas
pelarutan. Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis panas pelarutan suatu senyawa
harus diukur pada proses pelarutan tak berhingga, tetapi dalam prakteknya pelarut yang
ditambahkan jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi timbul perubahan panas ketika
ditambahkan lebih banyak pelarut. (Effendi, 2003).
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan
bahan lain dalam larutan itu,dan pada komposisi pelarutnya.Terlebih penting adalah
perubahan kelarutan dengan suhu. Umumnya dapat dikatakan bahwa kelarutan endapan
bertambah besar dengan kenaikan suhu, meskipun dalam beberapa hal yang istimewa
(seperti kalium sulfat) terjadi hal yang sebaliknya. Laju kenaikan dengan suhu berbeda-beda
dalam beberapa hal sangat kecil sekali dalam hal-hal lainnya sangat besar (Vogel, 1990).
Panas pelarutan yang dihitung ini adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan
dilarutkan dalam larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda dengan panas
pelarutan untuk larutan encer yang biasa terdapat dalam tabel panas pelarutan. Pada
umumnya panas pelarutan bernilai (+), sehingga menurut vant hoff kenaikan suhu akan
meningkatkan jumlah zat terlarut (panas pelarutan (+)) = endotermis. Sedangkan untuk zat
zat yang panas pelarutannya (-) adalah eksotermis. Kenaikan suhu akan menurunkan jumlah
zat yang terlarut.
Kelarutan zat menurut suhu sangat berbeda beda. Pada suhu tertentu larutan jenuh
yang bersentuhan dengan zat terlarut yang tidak larut dalam larutan itu adalah sebuah
contoh
mengenai
kesetimbangan
dinamik.
Karena
dihadapkan
dengan
sistem
METODE
Praktikum panas pelarutan asam borat dan asam oksalat ini dilakukan pada 26
Oktober 2016, bertempat di Laboratorium Kimia Fisika FMIPA Unnes. Variabel bebas
dalam praktikum ini adalah jumlah asam borat yang dilarutkan dan suhu pelarutan asam
oksalat. Sedangkan variabel kontrolnya adalah jumlah air yang digunakan dalam pelarutan
asam borat dan volume larutan jenuh asam oksalat. Sehingga Variabel terikatnya adalah
suhu pelarutan asam borat dan volume NaOH yang terpakai untuk titrasi larutan jenuh
asam oksalat.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum panas pelarutan asam borat dan
asam oksalat yaitu, asam borat (H3BO3) yang berasal dari produsen Merck jenis pro analisis,
asam oksalat (H2C2O4) berasal dari produsen Merck jenis pro analisis, natrium hidroksida
(NaOH) dari Merck jenis pro analisis, aquades yang diproduksi oleh Lab Kimia Fisik
FMIPA Unnes, dan indikator phenolptalein (pp) ) yang diproduksi langsung dari
Laboratorium Kimia Fisik FMIPA Unnes. Total asam borat yang dibutuhkan 3,500 gram
dan asam oksalat yang dibutuhkan sebanyak 1,2607 gram dan 2,00 gram serta NaOH
dibutuhkan sebanyak 4 gram. Sedangkan alat-alat yang digunakan yaitu, kaca arloji,
spatula, neraca analitik, gelas beker 100 mL merk Pyrex 2 buah, gelas beker 250 mL 3 buah.
Selain itu ada pengaduk kaca, labu ukur merk Pyrex ukuran 20 mL dan 100 mL, pipet tetes
3 buah, pipet volume pyrex (5 mL, 10 mL, dan 25 mL) dan ball pipet. Gelas ukur pyrex (20
mL), labu erlenmeyer pyrex 100 mL 2 buah, tabung reaksi pyrex 4 buah (10 mL), corong
kaca, buret 50 mL, statif dan klem. Termometer alkohol 2 buah, botol gelap, penjepit, kaki
tiga, kasa, plastik dan lampu spirtus.
Praktikum pelarutan asam borat dan asam oksalat, diawali dengan pembuatan
larutan NaOH dan larutan asam oksalat. NaOH yang dibutuhkan sebanyak 4 gram dan asam
oksalat dihidrat sebanyak 1,2607 gram. Larutan NaOH 1 M dibuat sebanyak 100 mL.
Mula-mula NaOH ditimbang sebanyak 4 g kemudian dilarutkan dengan aquades dalam
beker glass. Setelah larut, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan
aquadest sampai tanda batas. Selanjutnya pembuatan larutan asam oksalat 0,5 M sebanyak
20 mL. Kristal Asam Oksalat ditimbang sebanyak 1,2607 g kemudian dilarutkan dengan
aquadest dalam beker glass. Setelah larut, dimasukkan ke dalam labu ukur 20 mL dan
ditambahkan aquadest sampai tanda batas. Setelah itu, larutan NaOH distandarisasi dengan
asam oksalat yang telah dibuat. Larutan NaOH dimasukkan ke dalam buret 50 mL dan
disiapkan 10 mL Asam Oksalat ke dalam Erlenmeyer. Larutan asam oksalat dalam
erlenmeyer ditetesi indikator pp sebanyak 2 tetes, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH
dalam buret sampai muncul warna merah muda. Titrasi dilakukan secara duplo. Langkah
selanjutnya yaitu penentuan panas pelarutan asam borat. Asam borat yang akan dihitung
kelarutannya dibuat 4 sistem berbeda, yaitu 0,25 gram, 0,375 gram, 0,5 gram, dan 0,625
gram. Masing-masing dilarutkan dalam 7,5 gram atau 7,5 mL air dan diaduk. Lalu larutan
ditimbang dan dicatat massanya. Setelah itu dipanaskan hingga asam borat larut sempurna.
Lalu ditunggu dingin dan diamati hingga kristal pertama kali muncul, kemudian diukur
suhunya. Setelah itu ditimbang kembali untuk pengestimasian bobot kehilangan air. Proses
ini dilakukan pada tiap-tiap variasi massa, dan tiap massanya dilakukan duplo. Selanjutnya
yaitu penentuan panas pelarutan asam oksalat. Pertama-tama asam oksalat ditimbang
sebanyak 1 gram sebanyak 2 kali untuk larutan jenuh A dan larutan jenuh B dan
penimbangan erlenmeyer yang akan dimasukkan larutan asam oksalat ke dalamnya. Larutan
asam oksalat jenuh dibuat dengan 1 gram serbuk asam oksalat dihidrat yang dilarutkan
dalam 10 mL air dengan suhu 40oC dengan penangas air panas. Kemudian asam oksalat
jenuh A dijaga suhunya dengan suhu 35oC sedangkan larutan asam oksalat jenuh B suhunya
dijaga hingga 25oC. Setelah itu erlenmeyer berisi 10 mL larutan asam oksalat jenuh
ditimbang kembali dan dicatat massanya. Lalu 5 mL dari masing-masing larutan jenuh asam
oksalat yang telah dibuat diencerkan terlebih dahulu dengan 25 mL air. 10 mL dari masingmasing larutan jenuh dititrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi. Indikator PP
digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi. Titrasi dilakukan secara duplo. Diagram alir
cara kerja praktikum dapat dilihat pada lampiran.
Setelah diperoleh data-data praktikum kemudian dilakukan analisis data. Pada
analisis data untuk panas pelarutan asam borat, dapat dihitung molalitas (m) serta kelarutan
(S) dari tiap-tiap variasi asam borat. Kemudian dibuat grafik hubungan antara konsentrasi
molal terhadap kelarutan dan juga dibuat grafik hubungan antara konsentrasi molal terhadap
1/T. Dari grafik yang diperoleh dapat dihitung panas pelarutan asam borat (H). Pada
analisis data untuk panas pelarutan asam oksalat dapat dihitung terlebih dahulu konsentrasi
(M) dan kelarutannya (S) kemudian dapat dihitung panas pelarutannya (H).
Massa Asam
borat (gram)
Massa Air
(gram)
1
2
3
4
0,2500
0,3750
0,5096
0,6266
3,75
3,75
3,75
3,75
Dari proses pemanasan asam borat yang dilakukan dihasilkan bobot kehilangan air
pada masing-masing konsentrasi seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Massa Larutan & Beker Glass sebelum dan sesudah pemanasan
Tabung
reaksi
Percobaan
Percobaan
Rata-
Percobaan
Percobaan
Rata-
Percobaan Percobaan
rata
rata
rata
21,4420
22,6430
22,0425
21,2948
22,4812
21,8880
0,1472
0,1618
0,1545
II
22,3193
22,2234
22,2713
22,3055
22,1948
22,2501
0,0138
0,0286
0,0212
III
22,3660
22,7829
22,5744
22,3596
22,7415
22,5505
0,0064
0,0414
0,0239
IV
22,5065
22,5898
22,5481
21,5277
22,5319
22,0298
0,9788
0,0579
0,5183
Berdasarkan pada tabel 1 dan 2, didapatkan molalitas asam borat berturut-turut 1,1246
m; 1,6265 m; 2,1703 m; 3,1279 m. Dan kelarutannya sebesar 1,0782 M; 1,6173 M; 2,1564
M; 2,6956 M. Grafik 1 menunjukkan hubungan antara Kelarutan dan Molalitas. Dari grafik
tersebut terlihat bahwa peningkatan molalitas berbanding lurus dengan peningkatan
kelarutan. Grafik 2 menunjukkan hubungan antara konsentrasi molal dengan 1/T. Dari
analisis data dan grafik, dapat dihitung bahwa panas pelarutan asam borat adalah sebesar
+356,504 kJ/mol serta kelarutan asam borat dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu,
maka semakin tinggi pula kelarutannya.
Grafik 1. Grafik Hubungan antara Kelarutan terhadap Konsentrasi molal
3
Kelarutan (M)
2.7
2.5
1.62
1.5
1.08
1
0.5
0
1
1.5
2.5
3.5
Rata-
3.13
3
2.17
f(x)
= - 42877.98x + 136.79
R = 0.78 1.63
2.5
2
1.12
1
0.5
0
0
1/T (K-1)
Suhu akhir (
35
1
2,5
25
2,4
Volume (mL)
2
rata-rata
2,3
2,4
2,3
2,35
Dari data tersebut, terlihat bahwa semakin tinggi suhu, kelarutan asam oksalat juga
semakin meningkat. Hasil analisis data, didapatkan bahwa panas pelarutan asam oksalat
adalah sebesar +0,1752 J/mol. Tanda (+) menunjukkan reaksi berlangsung secara endoterm.
Pada umumnya, kalor atau panas pelarutan adalah positif atau pelarutan suatu zat bersifat
endoterm, dengan demikian menurut Vant Hoff, semakin tinggi suhu maka semakin tinggi
kelarutan suatu zat. Sebaliknya, jika panas pelarutannya negatif atau eksoterm, maka
semakin tinggi suhu jumlah kelarutannya menurun.
Kemudian kelarutan asam oksalat pada suhu 25
lakukan sebesar 0,1175 M. Sedangkan pada suhu 35 , kelarutan asam oksalat sebesar
0,12 M. Dapat dilihat bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori. Semakin tinggi suhu,
maka kelarutannya suatu zat akan semakin tinggi pula.
KESIMPULAN
Dari praktikum panas pelarutan asam borat dan asam oksalat dapat disimpulkan
bahwa kelarutan keduanya dipengaruhi oleh suhu. Pada asam borat, semakin tinggi suhu
maka semakin tinggi pula kelarutannya. Hal ini disebabkan karena panas pelarutannya
sebesar +356,504 kJ/mol yang menandakan reaksi berlangsung secara endoterm. Sama
halnya pada asam oksalat. Semakin tinggi suhu, kelarutan asam oksalat semakin tinggi. Hal
ini karena panas pelarutan asam oksalat sebesar +0,1752 J/mol yang menandakan reaksi
berlangsung secara endoterm.
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R. A., 1991. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga.
Effendi, M., 2003. Materi Kuliah Farmasi Fisika. Makassar: Unhas press.
Martin, A., 1993. Farmafisika 1. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mastuti, E. 2., 2005. Pembuatan Asam Oksalst Dari Sekam Padi. Ekuilibrium, Juni, Vol. 4
No. 1.(I), pp. 13 -17.
Moechtar, 1989. Farmasifisika. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
Vogel, 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT Kalman
Media Pustaka.
Lampiran
Analisis Data
Tabel 1. Penentuan Kelarutan dan H
Komposisi Campuran
H3BO3
Berat Akhir
(gram)
(gram)
Total (gram)
0,2500 + 3,7500
22,0425
21,8880
0,3750 + 3,7500
22,2713
22,2501
0,5096 + 3,7500
22,5744
22,5505
0,6266 + 3,7500
22,5481
22,0298
Perhitungan Molalitas Asam Borat:
gr 1000 gr
1000
m=
Mr
p
Mr ( pbobot air h ilang)
1
m 1=
0,25
1000
=1,1246 m
61,83 (3,750,1545)
m 2=
0,375
1000
=1,6265m
61,83 (3,750,0212)
m 3=
0,50
1000
=2,1703 m
61,83 (3,750,0239)
m 4=
0,625
1000
=3,1279 m
61,83 (3,750,5183)
Selisih rata-rata
(gram)
0,1545
0,0212
0,0239
0,5183
Mr
volume air
1
S 1=
0,25 1000
=1,0782 M
61,83 3,75
S 2=
0,375 1000
=1,6173 M
61,83 3,75
S 3=
0,5
1000
=2,1564 M
61,83 3,75
S4 =
0,625 1000
=2,6956 M
61,83 3,75
Massa Asam
Borat (gram)
Massa Aquades
(gram)
Konsentrasi
Molal (m)
T terbentuk Kristal
Rata-rata (K)
Kelarutan
(M)
I
II
III
0,2500
0,3750
0,5000
3,75
3,75
3,75
1,1246
1,6265
2,1703
315,65
318,15
319,15
1,0782
1,6173
2,1564
IV
0,6250
3,75
3,1279
319,65
2,6956
2.5
2
1.62
1.5
2.5
3.5
Massa Asam
Borat (gram)
Massa Aquades
(gram)
Konsentrasi
Molal (m)
T terbentuk Kristal
Rata-rata (K)
1/T
(K-1)
0,2500
3,75
1,1246
315,65
3,1681.10-3
II
0,3750
3,75
1,6265
318,15
3,1432.10-3
III
0,5000
3,75
2,1703
319,15
3,1333.10-3
IV
0,6250
3,75
3,1279
319,65
3,1284.10-3
3.5
3.13
3
2.5
2.17
f(x)
= - 42877.98x + 136.79
R = 0.78
1.63
1.12
1
0.5
0
0
1/T (K-1)
ln S = y
H
1
=a ,
=x
R
T
C=b
y = ax + b
y = -42878x + 136,7
H
=a
R
-H = a.R
-H = -42878 . 8,3144
= 356504 J/mol = 356,504 kJ/mol
Penentuan Kelarutan dan H Asam Oksalat
Pada suhu 250C = 289.15 K
T1 = 400C + 273.15 = 313.15 K
T2 = 250C + 273.15= 298.15 K
V1N1 = V2N2
2,35 x 1
= 10 x N2
N2
= 0,235 N
0,235
M2
=
2
M2
S
= 0,1175 M
= M = 0,1175 M
S2
T T 1
H=log 2,303 R+ 2
S1
T 2T 1
0,1175
298.15313.15
= log 0,11751 2,303 x 8,3144+ 298.15 x 313.15
= -log (0,1331) x 2,303 x 8,3144 + (-1.606586 x 10-4)
= 0,8758 x 2,303 x 8,3144 + (-1,606586 x 10-4)
= 16,7679 J/mol
Pada suhu 350C = 308.15 K
T1 = 400C + 273.15 = 313.15 K
T2 = 350C + 273.15= 308.15 K
V1N1 = V2N2
2,4 x 1
= 10 x N2
N2
= 0,24 N
0,24
M2
=
2
M2
= 0,12 M
S = M = 0,12 M
S
T T 1
H=log 2 2,303 R+ 2
S1
T 2T 1
0,12
= log 0,121 2,303 x 8,3144 +
308.15313.15
308.15 x 313.15
S2
= log S 1 2,303 R +
T 2T 1
T 2T 1
0,12
= log 0,1175 2,303 x 8,3144 +
308.15289.15
308.15 x 289.15