Вы находитесь на странице: 1из 5

Oleh: Anita Dwi Lestari

Muhammad Furqan
Rahmad Yesa Alfarabi
Rizki Permata Hati
Yessica Cici Roslin

Gugus 50

1. Latar Belakang
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat
pangan adalah

dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara

bersama sama seperti dalam peraturan UU No. 7 tahun 1996 tentang pangan. Dalam UU
tersebut disebutkan pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pengendalian, pengawasan
dan pembinaan, sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi penyediaan,
perdagangan , serta beperan sebagai konsumen yang memperoleh pangan yang cukup dalam
jumlah mutu , aman, bergizi, merata dan terjangkau oleh daya beli mereka.
Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta jiwa dengan angka
pertumbuhan 1.7 % per tahun. Angka tersebut mengindikasikan besarnya bahan pangan yang
harus tersedia. Kebutuhan yang besar jika tidak diimbangi peningkatan produksi pangan
justru menghadapi masalah bahaya latent yaitu laju peningkatan produksi di dalam negeri
yang terus menurun. Sudah pasti jika tidak ada upaya untuk meningkatkan produksi pangan
akan menimbulkan masalah antara kebutuhan dan ketersediaan dengan kesenjangan semakin
melebar.
Dalam upaya meningkatkan pembangunan ketahanan pangan, peranan petani di
pedesaan sangat besar dalam mendukung dan melaksanakan berbagai program yang sedang
dan akan dilaksanakan karena kelompok tani inilah pada dasarnya pelaku utama
pembangunan ketahanan pangan.
Pentingnya pemberdayaan petani tersebut sangat beralasan karena kalau kita
perhatikan keberadaan kelompok tani akhir-akhir ini - terutama sejak era otonomi daerah
dilaksanakan - ada kecenderungan perhatian pemerintah daerah terhadap kelembagaan petani
sangat kurang bahkan terkesan diabaikan sehingga kelembagaan petani yang sebenarnya
merupakan aset sangat berharga dalam mendukung pembangunan ketahanan pangan belum
berfungsi secara optimal seperti yang diharapkan.

Peraturan pemeritahan No. 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan sebagai


peraturan pelaksanaan UU No. 7 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi konsumsi yang
terus menerus berkembang dari waktu ke waktu , upaya penyediaan pangan dilakukan dengan
mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan
budaya lokal mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan , mengembangkan teknologi
produksi pangan, mengembangkan sarana dan prasarana produksi pangan

dan

mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif.


Disamping itu, kerjasama internasional juga dilakukan dalam bidang produksi
perdagangan dan distribusi pangan , cadangan pagan, pencegahan dan penanggulangan
masalah pangan serta riset dan teknologi pangan . Dari uraian diatas terlihat ketahanan
pangan berdimensi sangat luas dan meliatkan banyak sektor pembangunan. Keberhasilan
pembangunan ketahanan pangan sangat ditentukan tidak hanya oleh perfora salah satu sektor
saja tetapi juga oleh sektor lainnya. Dengan demikian sinegi antar sektor , sinergi pemerintah
dan masyarakat ( termasuk dunia usaha ) merupakan kunci keberhasilan pembangunan
ketahahan pangan.

2. Masalah
Indonesia masih mengimpor bahan pangan yang sebenarnya bisa diproduksi sendiri
dengan sumber daya alamnya yang melimpah. Di sisi lain Indonesia hanya mengekspor
beberapa bahan pangan mentah seperti biji kokoa yang tidak bernilai tinggi dan malah
mengimpor kembali barang jadi yang telah diolah negara lain dari bahan pangan yang diekspor tersebut.
Bagaimana upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut?

3.

Solusi / Pandangan

Dalam menyelesaikan masalah ini bukan hanya pemerintah yang berupaya, bukan
hanya pemerintah yang disalahkan, tapi kita sebagai masyarakat pun harus melakukan tindak
andil dalam menyikapinya.
Menurut pendapat kami sebagai mahasiswa, hal ini disebabkan karena kurangnya
tenaga pekerja untuk mengelolah bahan-bahan mentah tersebut menjadi barang jadi.
Kurangnya fasilitas pemerintah untuk mendukung sektor tersebut pun menjadi salah satu
penyebabnya.
Alasan lainnya adalah terlalu banyaknya lahan-lahan yang seharusnya bisa jadi
lapangan pekerjaan para petani malah dialihkan menjadi perumahan atau perkantoran elit.
Alam yang menjadi kurang bersahabat akibat pencemaran yang dilakukan menjadi pengaruh
buruk.
Alangkah baiknya kita sebagai masyarakat harus untuk mengurangi sifat komsumtif
dan sifat ingin instan dalam diri kita. Pemerintah juga harus mendukung serta memfasilitasi
sektor ini. . Contohnya seperti memberi subsidi seperti jaman Soeharto dahulu, tetapi dengan
menggunakan pajak rakyat yang dipungut. Lahan-lahan pertanian juga tidak boleh
dialihfungsikan menjadi kepentingan pribadi atau golongan. Pemerintah juga harus
memfokuskan distribusi hasil-hasil pangan tersebut secara merata untuk semua daerah di
Indonesia. Meskipun negara ini harus mempertahankan kerjasamanya dengan negara lain,
tetapi untuk apa jika kita tidak memanfaatkan sumber daya negara sendiri dan malah
berpangkutangan dengan negara tetangga yang kualitas produk pangannya belum tentu lebih
baik dibanding produk kita.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengusahakan agar terjadi
keanekaragaman makanan pada setiap daerah di Indonesia, maksudnya disini adalah tidak
hanya satu makanan yang menjadi makanan pokok. Contohnya seperti beras atau nasi,

padahal bisa saja diganti dengan umbi atau sagu yang mempunyai kandungan karbohidrat
yang sama. Hal ini dapat membantu para petani pangan tidak kehabisan pekerjaan.
Dari para ahli bidang pangan pun bisa melakukan riset untuk menemukan terobosan
bibit-bibit unggul untuk meningkatkan produksi, bisa melalui cara kultur jaringan,
penyilangan, dan lain-lainnya. Dan hasil riset tersebut bisa digunakan para petani untuk
meningkatkan kualitas serta kuantitas tanamannya.

4. Refrensi
http://indahnyatanimlbaros15.blogspot.co.id/2014/04/makalah-ketahanan-pangan-dankebijakan.html?m=1
https://delfistefani.wordpress.com/2013/12/15/makalah-ketahanan-pangan-2/
http://www.budidayapetani.com/2015/06/makalah-ketahanan-pangan.html?m=1
http://www.rufinaaristyani.blogspot.com

Вам также может понравиться