Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara
dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).
2. KLT merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi berdasarkan
perbedaan daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari
komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran
eluen,
3. Keuntungan KLT yaitu ketepatan penentuan kadar baik karena komponen
yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak. Kerugiannya
memerlukan waktu untuk menentuan sistem eluen yang cocok.
4. Prinsip KLT yaitu pemisahan komponen-komponen berdasarkan
perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut
pengembang.
5. Pembuatan lapis tipis KLT dimulai dari penyerap dituangkan diatas
permukaan plat yang kondisi bentuknya baik, biasanya digunakan plat
kaca / aluminium. Ukuran yang digunakan tergantung pada jenis dari
pemisahan yang akan dilakukan dan jenis dari bejana kromatografi.
Seringkali bentuk plat kaca / aluminium dijual dengan ukuran 20 x 5 cm
atau 20 x 20 cm, dua ukuran ini dianggap sebagai standard.
6. Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan.
7. Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran
kecil dengan diameter partikel antara 10-30 m (Gandjar dan Rohman,

2007). Fasa gerak/eluent yang berperan penting pada proses elusi bagi
larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent).
8. Kerja dengan KLT dimulai dari penyiapan plat, eluen dan sampel,
penotolan, elusi, dan deteksi bercak/noda.
9. Cara mendeteksi bercak ada 2 yaitu menggunakan UV dan campuran zat
kimia tertentu.
10. Terdapat beberapa instrument pada kromatografi lapis tipis diantaranya
adalah detector, monokromator, absorbansi, dan transmitansi.
11. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi
lapisan tipis yang juga mempengaruhi harga Rf adalah :
a. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
b. Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.
c. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
d. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak.
e. Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang
digunakan.
f. Teknik percobaan.
g. Jumlah cuplikan yang digunakan.
h. Suhu
i. Kesetimbangan.
12. Aplikasi KLT pada bidang pangan adalah pada penelitian analisis
kualitastif pewarna rhodamin B dalam sampel saus tomat.

3.2 Saran

Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan Indonesia hendaklah


pemerintah memperhatikan kualitas pangan Indonesia serta agar terus
mengembangkan teknologi yang menunjang pada penelitian dalam bidang

pangan.
Memberikan nuansa baru dalam menambah wawasan pengetahuan yang
memungkinkan mahasiswa berkesempatan untuk memperbaiki cara dan
sikap dalam memahami materi kromatografi lapis tipis.
33

Daftar Pustaka

Arifin, Fury. 2012. Kromatografi Lapis Tipis. http://nonasandha.blogspot.com.


Diakses : 03 Desember 2014
Ayu.

2013.

Analisa

Pengukuran

Kadar

Larutan.

http://s1farmasiayu.blogspot.com. Diakses : 03 Desember 2014


Clark, Jim. 2007. Kromaografi Lapis Tipis. http://www.chem-is-try.org. Diakses
: 03 Desember 2014
Khopkar, SM. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Nurhidayat,

Iim.

2011.

Kromaografi

Lapis

Tipis.

http://sectoranalyst.blogspot.com. Diakses : 03 Desember 2014


Sendana,

Endra.

2013.

Kromatografi

Lapis

http://ndrasendana.blogspot.com. Diakses : 03 Desember 2014

34

Tipis.

Вам также может понравиться