Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KETERANGAN UMUM
Nama
: An. CPB
Jenis Kelamin
: Laki- Laki
Tanggal Lahir
Kiriman dari
: UGD
Dengan diagnosis
Tanggal masuk RS
: 25 November 2016
Tanggal pemeriksaan
: 28 November 2016
Nama Ayah
: Tn. D
Usia
: 29 tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan / Jabatan
: TNI-AD
Alamat
Nama Ibu
: Ny. M
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
Alamat
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
ANAMNESIS KHUSUS
: Kejang
:
ANAMNESIS UMUM
Keluhan muntah dan diare hebat sebelum terjadi kejang tidak ada. Keluhan
sulit makan, minum atau membuka mulut serta riwayat tertusuk paku tidak ada.
Sebelumnya tidak ada riwayat kepala pasien terbentur atau riwayat trauma.
Adanya luka yang tidak terawat tidak ada. Keluhan demam tidak disertai batuk
pilek. keluhan nyeri perut disertai timbul bintik perdarahan di kulit, mimisan, gusi
berdarah, keluar cairan dari telinga pasien tidak ada. Tidak ada riwayat ruam di
anggota tubuh.
Riwayat sakit di keluarga dengan keluhan kejang tidak ada. Pasien lahir
dalam masa kandungan 9 bulan 10 hari, lahir spontan di rumah sakit dibantu oleh
dokter spesialis kadungan, pasien pernah mengalami kuning selama 2 hari saat
usia 1 hari. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit selama mengandung dan ANC
teratur. Pasien lahir dengan berat badan lahir 2500 gram dan panjang badan lahir
50 cm.
Sehari-hari pasien makan 2-3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang, dan sore.
Makanan yang dikonsumsi berupa nasi, lauk pauk, buah, sayur, susu formula dan
ASI. Pasien mendapatkan ASI kurang lebih 5 kali sehari selama 20 menit. Pasien
selalu menghabiskan porsi makanan yang disediakan oleh ibu.
ANAMNESIS TAMBAHAN
1. RIWAYAT IMUNISASI
NAMA
DASAR
BCG
1 bulan
POLIO
0 bulan
2 bulan
4 bulan
6 bulan
DPT
2 bulan
4 bulan
6 bulan
CAMPAK
9 bulan
HEPATITIS B
0 bulan
1 bulan
6 bulan
2. KEADAAN KESEHATAN
Ayah
: Sehat
Ibu
: Sehat
Saudara
:2
: 5 Bulan
: - Bulan
: 7 Bulan
: - Bulan
:11 Bulan
Lain-lain
:-
Bicara 1 kata
: 10 bulan
Bicara 1 kalimat
: - Bulan
Membaca
: - tahun
Menulis
: - tahun
Sekolah
: - tahun
4. GIGI GELIGI
-
Pertama :
5. MAKANAN
UMUR
JENIS MAKANAN
KUANTITAS
KUALITAS
0-4 Bulan
On demand
10-12x/24 jam
Cukup
4-6 Bulan
On demand
10-12x/24 jam
Cukup
6-10 Bulan
3x/hari
Cukup
3x/hari
Cukup
3x/hari
Cukup
saring
10-12 Bulan
keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
1.
PENGUKURAN
Umur
: 1 tahun, 1 bulan
Berat Badan
: 9 Kg
: 76 cm
Status Gizi
: BMI: 15,6
PB/U : 0/-1
BB/U : 0/-1
BB/PB : 0/-1
BMI/U : -1/-2
: 45 cm
LK/U : 0/-1
:
Lingkar Kepala
Lingkar Perut
TANDA VITAL
Respirasi
Suhu
: 36,4C
Nadi
KEADAAN UMUM
Keadaan sakit
Kesadaran
: Kualitatif
Kuantitatif
: CM.
: 15 (E 4 V 5 M 6)
Sesak
Sianosis
: Sentral/perifer (-/-)
Kejang
:-
2. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Rambut
Kuku
Kulit
: Tidak teraba
: Tak ada Kelainan
Mata
Pupil
: Bulat Isokor
Hidung
Telinga
Tenggorokan
Bibir
Mulut
Gigi
Langit-langit
Lidah
3. Leher
Kaku Kuduk
: (-)
: tidak teraba
Lain-lain
4. Thoraks
a.Dinding Dada/Paru
Depan
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
Perkusi
: Bentuk datar
Palpasi
:Soepel
: Timpani
2. Ekstremitas
Akral hangat, CRT <2 detik
3. Susunan Saraf
: (-)
Brudzinsky I/II/III
: (-)
Kernig
: (-)
Laseque
: (-)
Saraf otak
: normal
Motorik
: gerak aktif
Sensorik
: normal
Vegetatif
: normal
Reflek Fisiologis
Reflek Patologis
: Babinsky : -/6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN
25-11-2016
SATUAN
NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
13,0 18,0
Hemoglobin
13,1
g/dL
Eritrosit
4,7
10^6/uL
4,0-5,5
Leukosit
9,4
10^3/uL
6,0-17,5
Hematokrit
33,1
35,0-43,0
Trombosit
MCV,MCH,MCHC
359
10^3/uL
217-497
MCV
71,2
fL
74,0-102,0
MCH
23,9
Pq
23,0-31,0
MCHC
33,5
g/dL
26,0-34,0
RDW
HITUNG JENIS
14,3
10,0-16,0
Basofil
0,3
0,0-1,0
Neutrofil
0,2
1,0-4,0
Segmen
29,9
50,0-80,0
Limfosit
56,8
25,0-50,0
Monosit
12,8
4,0-8,0
RESUME
Pasien anak laki-laki berusia 1 tahun 1 bulan diantar ibunya dengan keluhan
kejang. Ibu pasien mengatakan pasien mengalami kejang mendadak Keluhan ini
baru timbul pertama kali. Kejang didahului oleh demam 39,8 0C saat 3 jam
sebelumnya. Keluhan kejang diawali dengan kaku pada kedua tangan terlebih
7
dahulu, kemudian diikuti kelonjotan seluruh tubuh selama kurang lebih 15 menit.
Kejang hanya timbul satu kali dalam 24 jam dan tidak berulang. Selama kejang,
mata pasien tampak naik keatas. Setelah kejang, pasien sadar, menangis dan
tampak lemas.
Keluhan muntah dan diare hebat sebelum terjadi kejang tidak ada. Keluhan
sulit makan, minum atau membuka mulut serta riwayat tertusuk paku tidak ada.
Sebelumnya tidak ada riwayat kepala pasien terbentur atau riwayat trauma.
Keluhan demam tidak disertai batuk pilek. keluhan nyeri perut disertai timbul
bintik perdarahan di kulit, mimisan, gusi berdarah, keluar cairan dari telinga
pasien tidak ada. Adanya luka yang tidak terawat tidak ada. Tidak ada riwayat
ruam di anggota tubuh.
Riwayat sakit di keluarga dengan keluhan kejang tidak ada. Pasien lahir
dalam masa kandungan 9 bulan 10 hari, lahir spontan di rumah sakit dibantu oleh
dokter spesialis kadungan, pasien pernah mengalami kuning selama 2 hari saat
usia 1 hari. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit selama mengandung. Pasien lahir
dengan berat badan lahir 2500 gram dan panjang badan lahir 50 cm.
Sehari-hari pasien makan 2-3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang, dan sore.
Makanan yang dikonsumsi berupa nasi, lauk pauk, buah, sayur, susu formula dan
ASI. Pasien mendapatkan ASI kurang lebih 5 kali sehari selama 20 menit. Pasien
selalu menghabiskan porsi makanan yang disediakan oleh ibu.
III. PEMERIKSAAN FISIK
3.
PENGUKURAN
Umur
: 1 tahun, 1 bulan
Berat Badan
: 9 Kg
: 76 cm
Status Gizi
: BMI: 15,6
BMI/U : +1 s/d +2 SD:normal
: 45 cm
Lingkat Kepala
TANDA VITAL
Respirasi
Suhu
: 36,4C
Nadi
KEADAAN UMUM
Keadaan sakit
Kesadaran
: Kualitatif
: CM.
Kuantitatif
: 15 (E 4 V 5 M 6)
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala
Mata
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
Perkusi
: Bentuk cembung
Palpasi
:Soepel
: tympani
5. Ekstremitas
Akral hangat, CRT <2 detik
E. DIAGNOSIS KERJA
kejang demam kompleks
9
F. PENATALAKSANAAN
Non-Farmakologi:
Intake Cairan
G. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam
: Ad bonam
Quo Ad Functionam : Ad bonam
H. PENCEGAHAN
Edukasi: Orang tua atau pengasuh anak harus diberi cukup informasi
mengenai penanganan demam dan kejang.
Profilaksis intermittent dilakukan dengan memberikan diazepam dosis 0,5
mg/kg BB perhari, per oral pada saat anak menderita demam.
10
PEMBAHASAN
DEFINISI
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih
dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut
pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya.1
FAKTOR RISIKO
Beberapa faktor yang berperan menyebabkan kejang demam antara lain
adalah demam, demam setelah imunisasi DPT dan morbili, efek toksin dari
mikroorganisme, respon alergik atau keadaan imun yang abnormal akibat infeksi,
perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit (Dewanto et al, 2009)
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah (IDAI, 2009)
- Riwayat kejang demam dalam keluarga
- Usia kurang dari 18 bulan
- Temperatur tubuh saat kejang. Makin rendah temperatur saat kejang makin
sering berulang
11
- Lamanya demam.
Adapun faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah (IDAI, 2009)
- Adanya gangguan perkembangan neurologis
- kejang demam kompleks
- riwayat epilepsi dalam keluarga
- lamanya demam
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oelh suatu proses ekstrakranium.
Terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan 5 tahun dengan mayoritas usia 12 18
bulan dan biasanya terjadi pada hari pertama sakit. Anak yang pernah mengalami
kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang 1
bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari
6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan
kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersama demam.
12
Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui. Namun pada sebagian
besar anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan peningkatan suhu
tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8o Jenis infeksi yang bersumber di luar
susunan saraf pusat yang menimbulkan demam yang dapat menyebabkan kejang
demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi
saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut,
bronchitis, dan infeksi saluran kemih ( Soetomenggolo,2000)
KLASIFIKASI
Kejang demam dibagi menjadi 2 golongan. Terdapat perbedaan kecil
dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang, tingginya demam, usia
penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekaman otak, dan lainnya
(Lumbantobing, 2004). Studi epidemiologi membagi kejang demam menjadi 3
bagian yaitu: kejang demam sederhana, kejang demam kompleks, dan kejang
demam
berulang
(Baumann,
2001).
Berikut
penjelasannya
menurut
- Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko kejang demam, seperti genetik,
menderita penyakit tertentu yang disertai demam tinggi, serangan kejang
pertama disertai suhu dibawah 39 C.
- Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya kejang demam berulang
adalah usia< 15 bulan saat kejang demam pertama, riwayat kejang demam
dalam keluarga, kejang segera setelah demam atau saat suhu sudah relatif
normal, riwayat demam yang sering, kejang demam pertama berupa kejang
demam akomlpeks.
2. Gambaran Klinis, yang dapat dijumpai pada pasien kejang demam adalah:
- Suhu tubuh mencapai 39C.
- Anak sering kehilangan kesadaran saat kejang.
- Kepala anak sering terlempar keatas, mata mendelik, tungkai dan lengan
mulai kaku, bagian tubuh anak menjadi berguncang. Gejala kejang tergantung
pada jenis kejang.
- Kulit pucat dan mungkin menjadi biru.
- Serangan terjadi beberapa menit setelah anak itu sadar.
3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium
- Kejang demam sederhana, tidak dijumpai kelainan fisik neurologi maupun
laboratorium. Pada kejang demam kompleks, dijumpai kelainan fisik neurologi
berupa hemiplegi. Pada pemeriksaan EEG didapatkan gelombang abnormal
berupa gelombang-gelombang lambat fokal bervoltase tinggi, kenaikan
aktivitas delta, relatif dengan gelombang tajam. Perlambatan aktivitas EEG
kurang mempunyai nilai prognostik, walaupun penderita kejang demam
kompleks lebih sering menunjukkan gambaran EEG abnormal. EEG juga tidak
dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian
hari.
MANIFESTASI KLINIS
Kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau
tonik klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti
anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
14
atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang
demam diikuti hemiparesis sementara (Hemeparesis Tood) yang berlangsung
beberapa jam sampai hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh
hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering
terjadi pada kejang demam yang pertama. Kejang berulang dalam 24 jam
ditemukan pada 16% paisen (Soetomenggolo, 2000). Kejang yang terkait dengan
kenaikan suhu yang cepat dan biasanya berkembang bila suhu tubuh (dalam)
mencapai 39C atau lebih. Kejang khas yang menyeluruh, tonik-klonik beberapa
detik sampai 10 menit, diikuti dengan periode mengantuk singkat pasca-kejang.
Kejang demam yang menetap lebih lama dari 15 menit menunjukkan penyebab
organik seperti proses infeksi atau toksik yang memerlukan pengamatan
menyeluruh (Nelson, 2000).
PATOFISIOLOGI
Terjadinya infeksi di ekstrakranial seperti otitis media akut, tonsillitis dan
bronchitis dapat menyebabkan bakteri yang bersifat toksik tumbuh dengan cepat,
toksik yang dihasilkan dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen dan
limfogen. Pada keadaan ini tubuh mengalami inflamasi sistemik. Dan hipotalamus
akan merespon dengan menaikkan pengaturan suhu tubuh sebagai tanda tubuh
dalam bahaya secara sistemik. Disaat tubuh mengalami peningkatan suhu 1C
secara fisiologi tubuh akan menaikkan metabolisme basal 10%-15% dan
kebutuhan oksigen sebesar 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang
hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi
difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan
15
bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya
ambang kejang seeorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada
anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C
sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada
suhu 40C atau lebih. Dari kenyataan inilah dapatlah disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah
sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa
penderita kejang. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul
edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada
daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi (Ilmu Kesehatan
Anak FK UI, 2002).
KOMPLIKASI
1. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada
pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan
kelainan neu- rologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi
pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.
2. Kemungkinan mengalami kematian
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan
PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM
Tujuan pengobatan kejang demam :
16
jalan nafas tetap terbuka. Pakaian dilonggarkan, posisi anak dimiringkan untuk
mencegah aspirasi. Sebagian besar kasus kejang berhenti sendiri, tetapi dapat juga
berlangsung terus atau berulang.
Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2
mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang
praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal.
Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih
dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3
tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila
setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah
sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena
dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari,
dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti
maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.
Pemberian obat rumat
Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri
sebagai berikut (salah satu):
1. Kejang lama > 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
17
3. Kejang fokal/parsial
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
Kejang demam > 4 kali per tahun
Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat
menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus.
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Asam valproat dapat digunakan
untuk menurunkan risiko berulangnya kejang demam, dengan dosis 20-40
mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas
kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Perlu
dipertimbangkan keuntungan dan kerugian pemberian obat antikovulsan rumat.
Efek samping yang harus diperhatikan pada pemberian asam valproat yaitu dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati yang berat terutama bila diberikan pada anak
usia < 2 tahun.
Pemberian Obat Pada Saat Demam
A.
Antipiretik
Pencegahan kejang demam perlu dilakukan karena bila berlangsung terus
menerus dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap. Salah satu cara
pencegahannya ialah dengan memberikan obat antipiretik.
B.
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula dengan
diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC.
Edukasi Pada Orang Tua
18
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih
PROGNOSIS
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan sehingga quo ad
vitam ad bonam. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak
pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini
biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum
atau fokal sehingga qou ad functionam ad bonam. Kejang demam akan berulang
kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam
diantaranya, riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan,
temperatur yang rendah saat kejang dan cepatnya kejang setelah demam. Bila
seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Unit kerja koordinasi neurologi. Konsensun Penatalaksanaan Kejang
Demam. Edisi ke 2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.2006.
2. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002, Buku Kuliah 2 Ilmu
Kesehatan Anak, jakarta; Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
3. Soetomenggolo TS. Kejang demam. Dalam: Soetomenggolo TS,
Ismael S, Panyunting. Neurologi anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI,
2006.
4. Dewanto. 2009. Kejang pada Anak. Dalam. Pohan, 2010. Gambaran
Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu Mengenai Kejang Demam Pada
Anak di Kelurahan Tembung Tahun 2010.
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Kejang Demam Kania Nia. 2007.
Penatalaksanaan Demam pada Anak.
6. Pusponegoro, H.D., Widodo, D.P., Ismael, S., 2006. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam.Badan Penerbit IDAI: 1-15.
7. Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi 3.
Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD, 2005.
8. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Fiva Aprilia
Kadi, edisi ke 5, 2014,
20
21