Вы находитесь на странице: 1из 21

STATUS RUANGAN

KETERANGAN UMUM
Nama

: An. CPB

Jenis Kelamin

: Laki- Laki

Tanggal Lahir

: Bandung, 09 Oktober 2015

Kiriman dari

: UGD

Dengan diagnosis

: Kejang Demam Kompleks

Tanggal masuk RS

: 25 November 2016

Tanggal pemeriksaan

: 28 November 2016

Nama Ayah

: Tn. D

Usia

: 29 tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan / Jabatan

: TNI-AD

Alamat

: Asrama I YON ARMED 4, Kota Cimahi.

Nama Ibu

: Ny. M

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Asrama I YON ARMED 4, Kota Cimahi.

ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
ANAMNESIS KHUSUS

: Kejang
:

Ibu pasien mengeluhkan timbulnya kejang pada anaknya yang timbul


mendadak. Keluhan ini baru timbul pertama kali. Kejang didahului oleh demam
hingga 39,80C saat 3 jam sebelumnya. Keluhan kejang diawali dengan kaku pada
kedua tangan terlebih dahulu, kemudian diikuti kelonjotan seluruh tubuh selama
kurang lebih 15 menit. Kejang hanya timbul satu kali dalam 24 jam dan tidak
berulang. Selama kejang, mata pasien tampak naik keatas. Setelah kejang, pasien
sadar, menangis dan tampak lemas.

ANAMNESIS UMUM

Keluhan muntah dan diare hebat sebelum terjadi kejang tidak ada. Keluhan
sulit makan, minum atau membuka mulut serta riwayat tertusuk paku tidak ada.
Sebelumnya tidak ada riwayat kepala pasien terbentur atau riwayat trauma.
Adanya luka yang tidak terawat tidak ada. Keluhan demam tidak disertai batuk
pilek. keluhan nyeri perut disertai timbul bintik perdarahan di kulit, mimisan, gusi
berdarah, keluar cairan dari telinga pasien tidak ada. Tidak ada riwayat ruam di
anggota tubuh.
Riwayat sakit di keluarga dengan keluhan kejang tidak ada. Pasien lahir
dalam masa kandungan 9 bulan 10 hari, lahir spontan di rumah sakit dibantu oleh
dokter spesialis kadungan, pasien pernah mengalami kuning selama 2 hari saat
usia 1 hari. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit selama mengandung dan ANC
teratur. Pasien lahir dengan berat badan lahir 2500 gram dan panjang badan lahir
50 cm.
Sehari-hari pasien makan 2-3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang, dan sore.
Makanan yang dikonsumsi berupa nasi, lauk pauk, buah, sayur, susu formula dan
ASI. Pasien mendapatkan ASI kurang lebih 5 kali sehari selama 20 menit. Pasien
selalu menghabiskan porsi makanan yang disediakan oleh ibu.

ANAMNESIS TAMBAHAN

1. RIWAYAT IMUNISASI
NAMA
DASAR
BCG
1 bulan
POLIO
0 bulan
2 bulan
4 bulan
6 bulan
DPT
2 bulan
4 bulan
6 bulan
CAMPAK
9 bulan
HEPATITIS B
0 bulan
1 bulan
6 bulan
2. KEADAAN KESEHATAN
Ayah

: Sehat

Ibu

: Sehat

Saudara

:2

Orang yang serumah :


3. PERKEMBANGAN
Berbalik

: 5 Bulan

Duduk tanpa bantuan

: - Bulan

Duduk tanpa pegangan

: 7 Bulan

Berjalan 1 tangan dipegang

: - Bulan

Berjalan tanpa dipegang

:11 Bulan

Lain-lain

:-

Bicara 1 kata

: 10 bulan

Bicara 1 kalimat

: - Bulan

Membaca

: - tahun

Menulis

: - tahun

Sekolah

: - tahun

4. GIGI GELIGI
-

Pertama :

Gigi susu III II I I II


II I I II

5. MAKANAN
UMUR

JENIS MAKANAN

KUANTITAS

KUALITAS

0-4 Bulan

ASI + susu formulla

On demand
10-12x/24 jam

Cukup

4-6 Bulan

ASI +susu formula

On demand
10-12x/24 jam

Cukup

6-10 Bulan

ASI+ SF+ Bubur

3x/hari

Cukup

ASI+ SF +Nasi tim

3x/hari

Cukup

12 Bulan-Sekarang ASI + SF + Makanan

3x/hari

Cukup

saring
10-12 Bulan

keluarga

6. PENYAKIT YANG SUDAH DIALAMI


Campak
Kuning
Batuk Rejan
Cacing
TBC
Kejang
Difteri
Bengek
Tetanus
Eksim
Diare
Kaligata
Demam tifoid
Sakit Tenggorokan
I.

PEMERIKSAAN FISIK

1.

PENGUKURAN

Umur

: 1 tahun, 1 bulan

Berat Badan

: 9 Kg

Panjang Tinggi Badan

: 76 cm

Status Gizi

: BMI: 15,6
PB/U : 0/-1
BB/U : 0/-1
BB/PB : 0/-1
BMI/U : -1/-2
: 45 cm
LK/U : 0/-1
:

Lingkar Kepala
Lingkar Perut
TANDA VITAL

Respirasi

: 36 x/menit, tipe : thoracoabdominal

Suhu

: 36,4C

Nadi

: 120 x/menit, regular, equal, isi cukup

KEADAAN UMUM
Keadaan sakit

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Kualitatif
Kuantitatif

: CM.
: 15 (E 4 V 5 M 6)

Sesak

: PCH (-) Retraksi (-)

Sianosis

: Sentral/perifer (-/-)

Kejang

:-

2. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Rambut

: tak ada kelainan

Kuku

: tak ada kelainan

Kulit

: tak ada kelainan


4

Kelenjar Getah Bening


2. Kepala

: Tidak teraba
: Tak ada Kelainan

Mata

: konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)

Pupil

: Bulat Isokor

Hidung

: Rhinorrhae (-/-), epiktasis (-/-)

Telinga

: Tak ada kelainan

Tenggorokan

:Tonsil : T1-T1 tenang


Faring : Tidak hiperemis

Bibir

: Tak ada kelainan

Mulut

: Gusi berdarah (-)

Gigi

: Tak ada kelainan

Langit-langit

: Tak ada kelainan

Lidah

: Tak ada kelainan

3. Leher
Kaku Kuduk

: (-)

Kelenjar Getah Bening

: tidak teraba

Lain-lain

: tak ada kelainan

4. Thoraks

a.Dinding Dada/Paru
Depan

:
Inspeksi

: Bentuk dan gerak simetris

Palpasi

: Vocal fremitus kanan = kiri

Perkusi

: Sonor kanan = kiri

Auskultasi : VBS kanan = kiri, Wheezing -/-,


Ronkhi -/Belakang :
Inspeksi

: Bentuk dan gerak simetris

Palpasi

: Vocal fremitus kanan = kiri

Perkusi

: Sonor kanan = kiri

Auskultasi : VBS kanan=kiri

b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Batas jantung dbn

Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni regular


5. Perut
Inspeksi

: Bentuk datar

Palpasi

:Soepel

Hepar/Lien: tidak teraba


Perkusi

: Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal


1. Genitalia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelainan

: tak ada kelainan

2. Ekstremitas
Akral hangat, CRT <2 detik
3. Susunan Saraf

Reflek : Reflek cahaya (pupil)


Reflek kornea

: direk +/+, indirek +/+


: normal

Rangsang Meningen : Kaku kuduk

: (-)

Brudzinsky I/II/III

: (-)

Kernig

: (-)

Laseque

: (-)

Saraf otak

: normal

Motorik

: gerak aktif

Sensorik

: normal

Vegetatif

: normal

Reflek Fisiologis

: APR : normal, KPR : normal

Reflek Patologis

: Babinsky : -/6

Chaddock : -/Oppenheim : -/Gordon : -/II.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN

25-11-2016

SATUAN

NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI
13,0 18,0

Hemoglobin

13,1

g/dL

Eritrosit

4,7

10^6/uL

4,0-5,5

Leukosit

9,4

10^3/uL

6,0-17,5

Hematokrit

33,1

35,0-43,0

Trombosit
MCV,MCH,MCHC

359

10^3/uL

217-497

MCV

71,2

fL

74,0-102,0

MCH

23,9

Pq

23,0-31,0

MCHC

33,5

g/dL

26,0-34,0

RDW
HITUNG JENIS

14,3

10,0-16,0

Basofil

0,3

0,0-1,0

Neutrofil

0,2

1,0-4,0

Segmen

29,9

50,0-80,0

Limfosit

56,8

25,0-50,0

Monosit

12,8

4,0-8,0

RESUME
Pasien anak laki-laki berusia 1 tahun 1 bulan diantar ibunya dengan keluhan
kejang. Ibu pasien mengatakan pasien mengalami kejang mendadak Keluhan ini
baru timbul pertama kali. Kejang didahului oleh demam 39,8 0C saat 3 jam
sebelumnya. Keluhan kejang diawali dengan kaku pada kedua tangan terlebih
7

dahulu, kemudian diikuti kelonjotan seluruh tubuh selama kurang lebih 15 menit.
Kejang hanya timbul satu kali dalam 24 jam dan tidak berulang. Selama kejang,
mata pasien tampak naik keatas. Setelah kejang, pasien sadar, menangis dan
tampak lemas.
Keluhan muntah dan diare hebat sebelum terjadi kejang tidak ada. Keluhan
sulit makan, minum atau membuka mulut serta riwayat tertusuk paku tidak ada.
Sebelumnya tidak ada riwayat kepala pasien terbentur atau riwayat trauma.
Keluhan demam tidak disertai batuk pilek. keluhan nyeri perut disertai timbul
bintik perdarahan di kulit, mimisan, gusi berdarah, keluar cairan dari telinga
pasien tidak ada. Adanya luka yang tidak terawat tidak ada. Tidak ada riwayat
ruam di anggota tubuh.
Riwayat sakit di keluarga dengan keluhan kejang tidak ada. Pasien lahir
dalam masa kandungan 9 bulan 10 hari, lahir spontan di rumah sakit dibantu oleh
dokter spesialis kadungan, pasien pernah mengalami kuning selama 2 hari saat
usia 1 hari. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit selama mengandung. Pasien lahir
dengan berat badan lahir 2500 gram dan panjang badan lahir 50 cm.
Sehari-hari pasien makan 2-3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang, dan sore.
Makanan yang dikonsumsi berupa nasi, lauk pauk, buah, sayur, susu formula dan
ASI. Pasien mendapatkan ASI kurang lebih 5 kali sehari selama 20 menit. Pasien
selalu menghabiskan porsi makanan yang disediakan oleh ibu.
III. PEMERIKSAAN FISIK
3.

PENGUKURAN

Umur

: 1 tahun, 1 bulan

Berat Badan

: 9 Kg

Panjang Tinggi Badan

: 76 cm

Status Gizi

: BMI: 15,6
BMI/U : +1 s/d +2 SD:normal
: 45 cm

Lingkat Kepala
TANDA VITAL

Respirasi

: 36 x/menit, tipe : thoracoabdominal

Suhu

: 36,4C

Nadi

: 120x/menit, regular, equal, isi cukup

KEADAAN UMUM
Keadaan sakit

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Kualitatif

: CM.

Kuantitatif

: 15 (E 4 V 5 M 6)

PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala
Mata

: konjungtiva anemis (-/-) sklera (-/-)

Thoraks

Paru

Inspeksi

: Bentuk dan gerak simetris

Palpasi

: Vocal fremitus kanan = kiri

Perkusi

: Sonor kanan = kiri

Auskultasi

: VBS kanan = kiri, Wheezing -/-, Ronkhi -/-

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Batas jantung dbn

Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni regular


Abdomen
Inspeksi

: Bentuk cembung

Palpasi

:Soepel

Hepar/Lien: tidak teraba


Perkusi

: tympani

Auskultasi : Bising usus (+) normal


4. Genitalia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelainan

: tak ada kelainan

5. Ekstremitas
Akral hangat, CRT <2 detik
E. DIAGNOSIS KERJA
kejang demam kompleks
9

F. PENATALAKSANAAN
Non-Farmakologi:

Intake Cairan

edukasi orang tua :


1 orang tua harus mengecek suhu pasien juka pasien demam
2 ketika demam berikan obat penurun panas
3 sedia obat diazepam per rektal dirumah dan berikan hanya jika pasien kejang
Farmakologi:

parasetamol syrup 3 dd cth, diberikan jika demam 37,50C


diazepam supp 5 mg, diberikan ketika kejang

G. PROGNOSIS

Quo Ad Vitam
: Ad bonam
Quo Ad Functionam : Ad bonam

H. PENCEGAHAN
Edukasi: Orang tua atau pengasuh anak harus diberi cukup informasi
mengenai penanganan demam dan kejang.
Profilaksis intermittent dilakukan dengan memberikan diazepam dosis 0,5
mg/kg BB perhari, per oral pada saat anak menderita demam.

10

PEMBAHASAN
DEFINISI
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih
dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut
pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya.1
FAKTOR RISIKO
Beberapa faktor yang berperan menyebabkan kejang demam antara lain
adalah demam, demam setelah imunisasi DPT dan morbili, efek toksin dari
mikroorganisme, respon alergik atau keadaan imun yang abnormal akibat infeksi,
perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit (Dewanto et al, 2009)
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah (IDAI, 2009)
- Riwayat kejang demam dalam keluarga
- Usia kurang dari 18 bulan
- Temperatur tubuh saat kejang. Makin rendah temperatur saat kejang makin
sering berulang
11

- Lamanya demam.
Adapun faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah (IDAI, 2009)
- Adanya gangguan perkembangan neurologis
- kejang demam kompleks
- riwayat epilepsi dalam keluarga
- lamanya demam
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oelh suatu proses ekstrakranium.
Terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan 5 tahun dengan mayoritas usia 12 18
bulan dan biasanya terjadi pada hari pertama sakit. Anak yang pernah mengalami
kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang 1
bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari

6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan
kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersama demam.

Sebagian besar kejang demam merupakan kejang

demam sederhana, tidak menyebabkan menurunnya IQ, epilepsi, dan


kematian.

Berdasarkan studi populasi, angka kejadian kejang demam di Amerika


Serikat dan Eropa 2-7%, sedangkan di Jepang 9-10%. Dua puluh satu persen
kejang demam durasinya kurang dari 1 jam, 57% terjadi antara 1-24 jam
berlangsungnya demam, dan22% lebih dari 24 jam. Sekitar 30% pasien akan
mengalami kejang demam berulang dan kemudian meningkat menjadi 50% jika
kejang pertama terjadi usia kurang dari 1 tahun. Sejumlah 9-35% kejang demam
pertama kali adalah kompleks, 25% kejang demam kompleks tersebut
berkembang ke arah epilepsi.
ETIOLOGI

12

Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui. Namun pada sebagian
besar anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan peningkatan suhu
tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8o Jenis infeksi yang bersumber di luar
susunan saraf pusat yang menimbulkan demam yang dapat menyebabkan kejang
demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi
saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut,
bronchitis, dan infeksi saluran kemih ( Soetomenggolo,2000)
KLASIFIKASI
Kejang demam dibagi menjadi 2 golongan. Terdapat perbedaan kecil
dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang, tingginya demam, usia
penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekaman otak, dan lainnya
(Lumbantobing, 2004). Studi epidemiologi membagi kejang demam menjadi 3
bagian yaitu: kejang demam sederhana, kejang demam kompleks, dan kejang
demam

berulang

(Baumann,

2001).

Berikut

penjelasannya

menurut

Soetomenggolo (2010) mengenai klasifikasi kejang demam:


- kejang demam kompleks ialah kejang demam yang lebih lama dari 15
menit, fokal atau multiple (lebih dari 1 kali kejang per episode demam).
- Kejang demam sederhana ialah kejang demam yang bukan kompleks.
- Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada lebih dari
satu episode demam. Epilepsi ialah kejang tanpa demam yang terjadi lebih
dari satu kali.
KRITERIA DIAGNOSIS
Beberapa hal dapat mengarahkan untuk dapat menentukan diagnosis
kejang demam antara lain:
1. Anamnesis, dibutuhkan beberapa informasi yang dapat mendukung diagnosis
ke arah kejang demam, seperti: (Dewanto et al, 2009, dalam Pohan, 2010)
- Menentukan adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu
sebelum dan saat kejang, frekuensi, interval pasca kejang, penyebab demam
diluar susunan saraf pusat.
13

- Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko kejang demam, seperti genetik,
menderita penyakit tertentu yang disertai demam tinggi, serangan kejang
pertama disertai suhu dibawah 39 C.
- Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya kejang demam berulang
adalah usia< 15 bulan saat kejang demam pertama, riwayat kejang demam
dalam keluarga, kejang segera setelah demam atau saat suhu sudah relatif
normal, riwayat demam yang sering, kejang demam pertama berupa kejang
demam akomlpeks.
2. Gambaran Klinis, yang dapat dijumpai pada pasien kejang demam adalah:
- Suhu tubuh mencapai 39C.
- Anak sering kehilangan kesadaran saat kejang.
- Kepala anak sering terlempar keatas, mata mendelik, tungkai dan lengan
mulai kaku, bagian tubuh anak menjadi berguncang. Gejala kejang tergantung
pada jenis kejang.
- Kulit pucat dan mungkin menjadi biru.
- Serangan terjadi beberapa menit setelah anak itu sadar.
3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium
- Kejang demam sederhana, tidak dijumpai kelainan fisik neurologi maupun
laboratorium. Pada kejang demam kompleks, dijumpai kelainan fisik neurologi
berupa hemiplegi. Pada pemeriksaan EEG didapatkan gelombang abnormal
berupa gelombang-gelombang lambat fokal bervoltase tinggi, kenaikan
aktivitas delta, relatif dengan gelombang tajam. Perlambatan aktivitas EEG
kurang mempunyai nilai prognostik, walaupun penderita kejang demam
kompleks lebih sering menunjukkan gambaran EEG abnormal. EEG juga tidak
dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian
hari.
MANIFESTASI KLINIS
Kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau
tonik klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti
anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
14

atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang
demam diikuti hemiparesis sementara (Hemeparesis Tood) yang berlangsung
beberapa jam sampai hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh
hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering
terjadi pada kejang demam yang pertama. Kejang berulang dalam 24 jam
ditemukan pada 16% paisen (Soetomenggolo, 2000). Kejang yang terkait dengan
kenaikan suhu yang cepat dan biasanya berkembang bila suhu tubuh (dalam)
mencapai 39C atau lebih. Kejang khas yang menyeluruh, tonik-klonik beberapa
detik sampai 10 menit, diikuti dengan periode mengantuk singkat pasca-kejang.
Kejang demam yang menetap lebih lama dari 15 menit menunjukkan penyebab
organik seperti proses infeksi atau toksik yang memerlukan pengamatan
menyeluruh (Nelson, 2000).

PATOFISIOLOGI
Terjadinya infeksi di ekstrakranial seperti otitis media akut, tonsillitis dan
bronchitis dapat menyebabkan bakteri yang bersifat toksik tumbuh dengan cepat,
toksik yang dihasilkan dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen dan
limfogen. Pada keadaan ini tubuh mengalami inflamasi sistemik. Dan hipotalamus
akan merespon dengan menaikkan pengaturan suhu tubuh sebagai tanda tubuh
dalam bahaya secara sistemik. Disaat tubuh mengalami peningkatan suhu 1C
secara fisiologi tubuh akan menaikkan metabolisme basal 10%-15% dan
kebutuhan oksigen sebesar 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang
hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi
difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan
15

bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya
ambang kejang seeorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada
anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C
sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada
suhu 40C atau lebih. Dari kenyataan inilah dapatlah disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah
sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa
penderita kejang. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul
edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada
daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi (Ilmu Kesehatan
Anak FK UI, 2002).
KOMPLIKASI
1. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada
pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan
kelainan neu- rologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi
pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.
2. Kemungkinan mengalami kematian
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan
PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM
Tujuan pengobatan kejang demam :

Mencegah kejang demam berulang

Mencegah status epilepsi

Mencegah epilepsi dan / atau mental retardasi

16

Normalisasi kehidupan anak dan keluarga


Anak yang sedang mengalami kejang, prioritas utama adalah menjaga agar

jalan nafas tetap terbuka. Pakaian dilonggarkan, posisi anak dimiringkan untuk
mencegah aspirasi. Sebagian besar kasus kejang berhenti sendiri, tetapi dapat juga
berlangsung terus atau berulang.
Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2
mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang
praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal.
Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih
dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3
tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila
setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah
sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena
dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari,
dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti
maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.
Pemberian obat rumat
Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri
sebagai berikut (salah satu):
1. Kejang lama > 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.

17

3. Kejang fokal/parsial
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
Kejang demam > 4 kali per tahun
Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat
menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus.
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Asam valproat dapat digunakan
untuk menurunkan risiko berulangnya kejang demam, dengan dosis 20-40
mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas
kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Perlu
dipertimbangkan keuntungan dan kerugian pemberian obat antikovulsan rumat.
Efek samping yang harus diperhatikan pada pemberian asam valproat yaitu dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati yang berat terutama bila diberikan pada anak
usia < 2 tahun.
Pemberian Obat Pada Saat Demam
A.

Antipiretik
Pencegahan kejang demam perlu dilakukan karena bila berlangsung terus

menerus dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap. Salah satu cara
pencegahannya ialah dengan memberikan obat antipiretik.

Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali diberikan 4

kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.

Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali sehari.

B.

Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam

menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula dengan
diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC.
Edukasi Pada Orang Tua
18

Hal yang dapat disampaikan pada orang tua diantaranya:


1.

Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis


baik.

2.

Memberitahukan cara penanganan kejang

3.

Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

4.

Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus


diingat adanya efek samping,

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang :


1.

Tetap tenang dan tidak panik

2.

Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher

3.

Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.


Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.

4.

Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.

5.

Tetap bersama pasien selama kejang

6.

Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.

7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih
PROGNOSIS
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan sehingga quo ad
vitam ad bonam. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak
pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini
biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum
atau fokal sehingga qou ad functionam ad bonam. Kejang demam akan berulang
kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam
diantaranya, riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan,
temperatur yang rendah saat kejang dan cepatnya kejang setelah demam. Bila
seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
19

sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang


demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar
pada tahun pertama sehingga qou ad sanationam dubia ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Unit kerja koordinasi neurologi. Konsensun Penatalaksanaan Kejang
Demam. Edisi ke 2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.2006.
2. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002, Buku Kuliah 2 Ilmu
Kesehatan Anak, jakarta; Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
3. Soetomenggolo TS. Kejang demam. Dalam: Soetomenggolo TS,
Ismael S, Panyunting. Neurologi anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI,
2006.
4. Dewanto. 2009. Kejang pada Anak. Dalam. Pohan, 2010. Gambaran
Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu Mengenai Kejang Demam Pada
Anak di Kelurahan Tembung Tahun 2010.
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Kejang Demam Kania Nia. 2007.
Penatalaksanaan Demam pada Anak.
6. Pusponegoro, H.D., Widodo, D.P., Ismael, S., 2006. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam.Badan Penerbit IDAI: 1-15.
7. Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi 3.
Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD, 2005.
8. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Fiva Aprilia
Kadi, edisi ke 5, 2014,

20

9. Kliegman RM.Ikterus dan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.


Dalam: Behrman, Kliegman, Arvin, Wahab AS, editor. Ilmu kesehatan
anak nelson. Edisi ke-6. Jakarta.2014:271
10. Stoll BJ, Kliegman RM. Jaundice and hyperbilirubinemia in the
newborn. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke 17. Philadelphia:
Elsevier Saunders. 2006.h. 592-98
11. Sukadi A. Hiperbilirubinemia. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,
Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi. Edisi 1.
Jakarta: IDAI. 2008.h.147-69
12. Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan
Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.

21

Вам также может понравиться

  • Pesanku
    Pesanku
    Документ1 страница
    Pesanku
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Manajemen Han Neg Ok
    Manajemen Han Neg Ok
    Документ40 страниц
    Manajemen Han Neg Ok
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Lapsus Psoriasis Fam (Edit 2)
    Lapsus Psoriasis Fam (Edit 2)
    Документ66 страниц
    Lapsus Psoriasis Fam (Edit 2)
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Jadwal Makan Edit
    Jadwal Makan Edit
    Документ2 страницы
    Jadwal Makan Edit
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Rekomendasi Pengangkutan Limbah B3
    Rekomendasi Pengangkutan Limbah B3
    Документ5 страниц
    Rekomendasi Pengangkutan Limbah B3
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Kusta
    Kusta
    Документ19 страниц
    Kusta
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Jadwal Kegiatan Kelompok Puskesmas
    Jadwal Kegiatan Kelompok Puskesmas
    Документ5 страниц
    Jadwal Kegiatan Kelompok Puskesmas
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Jadwal Makan
    Jadwal Makan
    Документ13 страниц
    Jadwal Makan
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Jadwal Makan Edit
    Jadwal Makan Edit
    Документ2 страницы
    Jadwal Makan Edit
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Diare - 1205
    Diare - 1205
    Документ5 страниц
    Diare - 1205
    Gemmy Sistarina
    Оценок пока нет
  • Lapsus Hiv-Tb Firman Nurrahim
    Lapsus Hiv-Tb Firman Nurrahim
    Документ32 страницы
    Lapsus Hiv-Tb Firman Nurrahim
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Sistem Gastro Entero Hepatologi
    Sistem Gastro Entero Hepatologi
    Документ78 страниц
    Sistem Gastro Entero Hepatologi
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Jadwal Makan
    Jadwal Makan
    Документ13 страниц
    Jadwal Makan
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • DBD
    DBD
    Документ3 страницы
    DBD
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Leaflet LBP
    Leaflet LBP
    Документ2 страницы
    Leaflet LBP
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • INHALASI THERAPY
    INHALASI THERAPY
    Документ60 страниц
    INHALASI THERAPY
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Trauma Toraks 2011 GELS IGD
    Trauma Toraks 2011 GELS IGD
    Документ36 страниц
    Trauma Toraks 2011 GELS IGD
    Sutriaman Wungkul
    Оценок пока нет
  • Morbus Hirschprung (Mega, Irfan) - 2
    Morbus Hirschprung (Mega, Irfan) - 2
    Документ20 страниц
    Morbus Hirschprung (Mega, Irfan) - 2
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Cover Flow Map AMEL
    Cover Flow Map AMEL
    Документ1 страница
    Cover Flow Map AMEL
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Trauma Toraks 2011 GELS IGD
    Trauma Toraks 2011 GELS IGD
    Документ36 страниц
    Trauma Toraks 2011 GELS IGD
    Sutriaman Wungkul
    Оценок пока нет
  • Varises, DVT, BD, Atherosklerosis (Desti-Shintya)
    Varises, DVT, BD, Atherosklerosis (Desti-Shintya)
    Документ53 страницы
    Varises, DVT, BD, Atherosklerosis (Desti-Shintya)
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Referat Bedah Fix
    Referat Bedah Fix
    Документ17 страниц
    Referat Bedah Fix
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Trauma Toraks 2011 GELS IGD
    Trauma Toraks 2011 GELS IGD
    Документ56 страниц
    Trauma Toraks 2011 GELS IGD
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Diplo Pia
    Diplo Pia
    Документ14 страниц
    Diplo Pia
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Appendicitis Akut
    Appendicitis Akut
    Документ19 страниц
    Appendicitis Akut
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • DIPLOPIA
    DIPLOPIA
    Документ19 страниц
    DIPLOPIA
    Sashacantika
    100% (1)
  • Typhoid Fever Treatment
    Typhoid Fever Treatment
    Документ17 страниц
    Typhoid Fever Treatment
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • FIX Prof Rully 2
    FIX Prof Rully 2
    Документ15 страниц
    FIX Prof Rully 2
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • DHF Rabu Ilmiah
    DHF Rabu Ilmiah
    Документ26 страниц
    DHF Rabu Ilmiah
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет
  • Form 1b
    Form 1b
    Документ16 страниц
    Form 1b
    Firman Nurrahim
    Оценок пока нет