Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Putih
Sanitasi
dilatarbelakangi
oleh
Kawasan
Perkotaan
komitmen
Pemerintah
Kabupaten
Kabupaten
Sleman.
Sleman
Kegiatan
untuk
ini
terus
sanitasi
untuk
Keseluruhan
wilayah
Kabupaten
Sleman.
Kemungkinan memburuknya sanitasi dan air bersih yang diakibatkan oleh bencana
vulkanik Merapi adalah pertimbangan untuk melakukan penyusunan review buku putih
sanitasi, dari sebatas kawasan perkotaan di Kabupaten Sleman menjadi seluruh
Kabupaten Sleman |Buku Putih Sanitasi 201
wilayah Kabupaten Sleman. Pertimbangan lain dalam penyusunan review buku putih
adalah kesetaraan informasi tentang sanitasi mutakhir di seluruh wilayah Kabupaten
Sleman. Pemerintah Kabupaten Sleman sangat membutuhkan data dan informasi
sanitasi seluruh kawasan, tidak hanya kawasan perkotaan saja.
Rawan menjadi kawasan rentan sanitasi. Kemampuan atau tepatnya
kecepatan layanan prasarana sanitasi yang ada, khususnya prasarana sanitasi kota
guna melayani kawasan yang tumbuh kembang mengarah ke metropolitan ini jelas
terindikasi kewalahan. Jika dampak tekanan urbanisasi yang sedemikian kuat pada
kawasan perkotaan Kabupaten Sleman kurang begitu terlihat, tak lain disebabkan
antara lain oleh daya dukung wilayah perdesaan dan perkotaan yang masih lumayan
kuat. Namun itu sifatnya sangat sementara, beberapa indikasi lingkungan hidup telah
menunjukkan kawasan ini dapat jatuh menjadi kawasan yang rentan, khususnya terkait
dengan kualitas sanitasinya.
Peran Kabupaten Sleman sebagai kawasan penyangga kualitas lingkungan
hidup. Posisi Kabupaten Sleman yang terbentang mulai dari puncak, lereng atas
hingga dataran kaki Gunung Merapi menjadikan wilayah Kabupaten Sleman menjadi
kawasan penyangga (kualitas lingkungan) bagi kawasan bawahnya, yakni Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Batuan penyusun pada wilayah ketiga pemerintah
kabupaten/kota ini adalah proses struktur dari gunungapi Merapi, berkarakter porus.
Ringkasnya air yang ada mudah diresapkan dan disimpan pada perlapisan akuifer
utara ke selatan. Limbah cair-pun juga akan diperlakukan sama, sehingga pencemaran
pada wilayah Sleman akan sedemikian rupa diloloskan ke wilayah bawahnya, yakni
Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Kondisi ini menjadi salah satu pertimbangan
utama pemerintah Kabupaten Sleman untuk berkomitmen meningkatkan kualitas
pengelolaan sanitasi di wilayahnya, sehingga tidak mencemari air tanah bagi wilayah
bawahnya.
Kerjasama pengelolaan prasarana tiga pemerintah kabupaten/kota. Kondisi
ini telah disadari oleh Pemerintah Kabupaten Sleman. Sejak tahun 1989 bersamasama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul berkomitmen untuk
bekerjasama merencanakan dan mengelola kawasan perkotaan yang tumbuh dalam
satu rencana pengembangan, yakni pengembangan Aglomerasi Perkotaan
Yogyakarta. Panduan dari Departemen Pekerjaan Umum lewat Ditjen Cipta Karya dan
kerjasama teknis dari Swiss Agency for Development Cooperation (SDC) (1989-2003)
dalam format proyek Yogyakarta Urban Development Project (YUDP), telah
menghasilkan rencana jangka menengah pembangunan prasarana perkotaan untuk
kawasan APY. Pengelolaan sampah perkotaan telah dilakukan secara terpusat,
dimana tempat pembuangan akhir (TPA) dibangun di kawasan Sitimulyo-Kecamatan
Piyungan Kawasan APY bagian tenggara, masuk wilayah Kabupaten Bantul.
Demikian juga halnya dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan
Pendowoharjo, Kecamatan Sewon kawasan APY bagian selatan, wilayah Kabupaten
Bantul. Pembangunan 2 instalasi pengolahan sampah dan limbah tersebut
mempertimbangkan lingkungann hidup bawahan, sehingga di tempatkan pada
Kabupaten Sleman |Buku Putih Sanitasi 201
kawasan paling selatan (dan tenggara) dari APY, dimana kemiringan lahan adalah
melandai ke selatan.
Sekber Kartamantul. Pola kerjasama perencanaan hingga pengelolaan
prasarana perkotaan antara Kota Yogyakarta Kabupaten Sleman Kabupaten
Bantul, Pada tahun 2001/2002 dilanjutkan hingga sekarang dalam format Sekretariat
Bersama Yogyakarta Sleman Bantul disingkat Sekber Kartamantul. Kerjasama meliputi
sektor Jalan, Air Bersih, Drainase, Persampahan dan Air Limbah.
Upaya pencapaian MDGs. Sebagaimana diketahui Pemerintah Indonesia
telah mengarusutamakan Millenium Development Goals (MDGs) dalam Rencana
Pembangunan, baik jangka panjang (2005-2025) maupun menengah (2010-2014),
bahkan dalam Rencana Kerja Program Tahunan (RKP). Hal itu merupakan komitmen
Pemerintah Indonesia yang ikut dalam Deklarasi Milenium yang melibatkan
kesepakatan para Kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang
Persatuan Bangsa-Bangsa di New York pada September 2000, yang menegaskan
kepedulian utama masyarakat dunia untuk bersinergi dalam mencapai Tujuan
Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals-MDGs) pada tahun 2015.
Pemerintah Kabupaten Sleman sangat mendukung program pencapaian MDGs dan
ikut serta mengarusutamakan pencapaian MDGs dalam perencanaan pembangunan
yang ada di Kabupaten Sleman. Salah satunya adalah keikutsertaan dalam Program
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), dimana sasaran utamanya
adalah peningkataan proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap
sanitasi layak, baik di kawasan perkotaan maupun perdesaan, dan peningkatan
proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak,
perkotaan dan perdesaan.
Buku Putih Sanitasi sebagai pedoman kebijakan program sanitasi
sekaligus informasi publik. Data informasi sanitasi yang terkumpul sangat
menentukan langkah kebijakan, program hingga rencana tindakan dalam pengelolaan
sanitasi di wilayah Kabupaten Sleman. Data informasi dalam Review Buku Putih
Sanitasi Kabupaten Sleman akan menjadi informasi publik, sehingga masyarakat dan
stakeholders terkait akan mengetahui data dan infomasi yang sama tentang kondisi
terkini dari sanitasi yang ada. Kesamaan data informasi tersebut akan menjadi titik
pandang yang sama dalam menyikapi perencanaan hingga pengelolaan sanitasi di
wilayah Kabupaten Sleman. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sleman disusun dengan
pertimbangan utama memberikan gambaran komprehensif tentang sanitasi Kabupaten
Sleman, baik apa yang telah dilakukan, sedang dilakukan dan yang hendak dituju
dalam pengelolaan sanitasi. Buku Putih Sanitasi ini selanjutnya akan menjadi acuan
dasar dalam penyusunan program Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) di Kabupaten
Sleman.
1.2.
Menurut WHO - Organisasi Kesehatan Dunia dari Perserikatan BangsaBangsa, maka sanitasi diartikan sebagai cara-cara higienis untuk mencegah manusia
Kabupaten Sleman |Buku Putih Sanitasi 201
terkena resiko kotoran guna menaikkan kesehatan. Risiko dapat berupa fisis,
mikrobiologi, biologi atau agen kimiawi. Kotoran penyebab permasalahan kesehatan
berupa tinja binatang dan manusia, sampah, limbah cair domestik dan non domestik,
dan limbah pertanian. Pencegahan hieginis dapat menggunakan solusi rekayasa
seperti penggunaan saluran air limbah atau pengolahan air limbah, atau pemanfaatan
teknologi sederhana seperti kakus dan septik tank, atau praktek-praktek perilaku sehat
seperti mencuci tangan dengan sabun. (WHO)
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) secara umum
sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan
yg baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Sedangkan pengertian
yang lebih teknis adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan penularan penyakit
melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban), pengelolaan air limbah rumah
tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan air limbah), drainase dan sampah
(Bappenas, 2003). Sehingga dengan definisi tersebut dapat dilihat 3 sektor yang terkait
dengan sanitasi adalah sistem pengelolaan air limbah rumah tangga, pengelolaan
persampahan dan drainase lingkungan.
Walaupun sektor air besih/air minum tidak termasuk di dalam sektor-sektor
yang terkait dengan sanitasi, tetapi ketersediaan air bersih sangat mempengaruhi
kondisi sanitasi. Oleh karena itu seringkali sektor air minum disebut beriringan dengan
sistem sanitasi, seperti istilah Water and Sanitation (WATSAN) atau AMPL (Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan).
Istilah Sanitasi biasanya digunakan pada aspek, konsep, lokasi atau strategi
spesifik, seperti:
Sanitasi Dasar, merujuk ke pengelolaan kotoran manusia di tingkat rumah
tangga. Istilah ini digunakan sebagai salah satu indikator pencapaian dalam
MDGs,
Sanitasi On-site, merujuk ke pengumpulan dan pengolahan limbah/sampah
secara setempat, contohnya kakus, septik tank dan imhoff tank
Sanitasi Makanan, merujuk ke ukuran-ukuran hieginis untuk memastikan
keamanan makanan,
Sanitasi Lingkungan, mengarah pada faktor-faktor pengontrol lingkungan
yang mencegah terjadinya penularan penyakit.
Hal ini terkait dengan
katagorisasi dalam pengolahan persampahan, pengolahan air dan air limbah,
pengolahan limbah industri dan control kebisingan dan polusi,
Sanitasi Ekologis, sebuah konsep dan pendekatan daur ulang limbah manusia
dan hewan guna mendapatkan hara alamiah.
untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi
di Kabupaten Sleman.
Tujuan. Penyusunan Buku Putih Sanitasi bertujuan untuk memberikan data
yang valid dan akurat sebagai materi penyusunan kebijakan dalam strategi sanitasi
Kabupaten Sleman, agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis,
terintegrasi, dan berkelanjutan. Buku Putih akan berisi pemetaan kondisi dan profil
sanitasi (sanitation mapping), dimana didalamnya akan ditetapkan zona sanitasi
prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan.
Skala prioritas urutan potensi resiko kesehatan lingkungan dilakukan dengan
menggunakan data sekunder yang tersedia, hasil studi Penilaian Resiko Kesehatan
Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment/EHRA) dan persepsi Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di Kabupaten Sleman.
1.4. Pendekatan Dan Metodologi
pemanfaatan website. Ketersampaian informasi dalam Buku Putih Sanitasi secara luas
ke khalayak umum, khususnya warga di Kabupaten Sleman sangat penting
mendukung upaya-upaya perbaikan-peningkatan layanan sanitasi, baik di kawasan
perkotaan maupun perdesaan.
1.7
Peraturan Perundangan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Administratif
2.1.1
Kabupaten Sleman
Ibukota:
Batas Wilayah
-
7 o 34' 51" LS
Utara:
Timur:
Selatan:
7 o 47' 03" LS
Barat:
110 33'00"BT
Luas wilayah:
574,82 km
Penduduk:
Kepadatan:
Depok),
terendah
593
jiwa/km
di
Kecamatan
17
Desa:
86
Indeks Kesehatan:
82,90
(nasional: 73,68)
Indeks Pendidikan:
84,08
(nasional: 78,88)
Indeks Pendapatan:
66,12
(nasional: 62,71)
77,70
(nasional: 71,76)
Kawasan Perkotaan
10
Kawasan secara harfiah keruangan merujuk pada suatu ruang yang terbentuk
atau terkelompok berdasar luasan pengaruh yang bersifat fungsional daripada merujuk
ke ruang ddalam konteks batasan administratif. Kawasan perkotaan dapat diartikan
sebagai suatu luasan ruang yang mempunyai ciri fungsional kegiatan dengan dominasi
sektor non pertanian.
Dari ke 17 kecamatan di Kabupaten Sleman, sesuai perkembangannya maka
saat ini tercatat ada 9 kecamatan yang berindikasi sebagai kawasan perkotaan,
memang tidak keseluruhan wilayah dari kesembilan kecamatan tersebut sepenuhnya
mempunyai fungsi perkotaan. Ada kecamatan yang sepenuhnya dapat dikelompokkan
sebagai perkotaan, seperti Kecamatan Depok. Ada pula kecamatan yang hanya
kurang dari 25% bersifat perkotaan, seperti Kecamatan Godean, Ngemplak, Kalasan
dan Berbah.
Gambar 2.2 Peta Kawasan Perkotaan Kabupaten Sleman
Sesuai sejarah perkembangannya, perkembangan kawasan perkotaan di
Kabupaten Sleman banyak disebabkan oleh luberan kegiatan perkotaan dari Kota
Yogyakarta. Maka, kecamatan-kecamatan yang bersinggungan langsung dengan
wilayah Kota Yogyakarta adalah kecamatan-kecamatan yang paling cepat berkembang
menjadi kawasan perkotaan. Dalam perkembangan lanjut, tumbuhnya kawasan
perkotaan juga didorong oleh pembangunan kampus pendidikan tinggi dan
perumahan-perumahan baru.
Kawasan perkotaan di Kabupaten Sleman yang dulunya lebih sebagai luberan
urbanisasi dari Kota Yogyakarta, dalam perkembangan terakhir telah tumbuh kembang
sebagai kawasan perkotaan yang mandiri. Skala kegiatan perkotaan yang tumbuh
telah sepadan, bahkan melebihi kegiatan sejenis yang ada di Kota Yogyakarta, seperti
tumbuhnya kampus-kampus berskala regional-nasional (kampus UGM yang nota bene
berada di wilayah Kabupaten Sleman, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas
Kabupaten Sleman |Buku Putih Sanitasi 201
11
:
:
Sidoarum
Sinduadi, Sendangadi, Sumberadi, Tlogoadi, Tirtoadi
Kabupaten Sleman |Buku Putih Sanitasi 201
12
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Sleman
Ngaglik
Depok
Ngemplak
Berbah
Kalasan
:
:
:
:
:
:
Tridadi
Sariharjo, Minomartani
Maguwoharjo, Caturtunggal, Condongcatur
Wedomartani
Kalitirto
Purwomartani
13
14
jenis tanah abu vulkanis muda hasil pelapukan erupsi Gunung Api Merapi; yang
merupakan hasil pelapukan lava, pasir, debu dan puing-puing hasil erupsi Merapi yang
masih sangat sedikit mengalami perkembangan tanah.
Jenis tanah wilayah perencanaan di Kabupaten Sleman berupa Regosol dan
Kambisol yang berstruktur lepas-lepas (porus) dan berkesuburan sedang -baik. Jenis
tanah ini juga dikenal mempunyai tingkat meloloskan (porositas) air yang besar.
Sehingga, di sisi lain mempunyai dampak yang patut diwaspadai untuk kawasan
bawahannya, dimana setiap pembuangan limbah cair pada kawasan hulu (utara) akan
diresapkan dengan cepat ke bagian hilir (selatan), yakni wilayah Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul
15
Kecamatan
Rerata Curah
Hujan Tahunan
(mm/th)
1
2
Berbah
Cangkringan
Bulan
Kering
Bulan
Basah
Q (%)
Klas
2093
2763
3
3
9
9
33.33
33.33
B
B
Basah
Basah
Depok
2252
50,00
Agak Basah
4
5
6
7
8
Gamping
Godean
Kalasan
Minggir
Mlati
2637
2360
2215
2866
2444
3
3
3
3
3
9
9
9
9
9
33.33
33.33
33.33
33.33
33.33
B
B
B
B
B
Basah
Basah
Basah
Basah
Basah
Moyudan
3254
50, 00
Agak Basah
10
11
12
13
14
15
16
Ngaglik
Ngemplak
Pakem
Prambanan
Seyegan
Sleman
Tempel
2776
2641
2959
2161
2353
2647
2561
3
3
3
3
4
3
3
9
9
9
9
8
9
9
33.33
33.33
33.33
33.33
50,00
33.33
33.33
B
B
B
B
C
B
B
Basah
Basah
Basah
Basah
Agak Basah
Basah
Basah
17
Turi
2901
33.33
Basah
No
Tipe Iklim
Sumber: analisa data curah hujan 1987-2001 (Dinas PU, 2002), diadop dari Kirono (2005)
Sumber:
Kirono,2005
16
17
dibatasi oleh dua sungai utama, yaitu Kali Opak di bagian timur dan Kali Progo di
bagian barat. Perbukitan yang membatasi cekungan secara morfologis adalah
rangkaian Perbukitan Kulonprogo dan rangkaian Perbukitan Baturagung. Secara
geologis cekungan Yogyakarta dibatasi oleh dua sesar utama, yaitu sesar sepanjang
Kali Opak di bagian timur dan sepanjang Kali Progo di bagian barat.
Kabupaten Sleman berada pada sisi selatan lereng Gunung api Merapi,
pergerakan air tanahnya secara menyeluruh mengalir dari utara menuju ke selatan.
Muka freatik air tanah terpotong oleh lembah-lembah sungai, sehingga dapat
dimungkinkan munculnya mataair di daerah tersebut. Selain itu mataair sering dijumpai
pada daerah peralihan slope. Peralihan slope ini selain ditandai dengan adanya
mataair juga ditandai dengan adanya perbedaan yang mencolok pada daerah tersebut,
antara lain perubahan/lereng curam ke lereng yang datar, ataupun juga oleh
perbatasan antara penggunaan lahan yang kering dengan areal persawahan. Mata air
di lereng Merapi membentang membentuk jalur melingkar atau sabuk.
Meskipun berada di bawah permukaan tanah, air tanah dapat tercemar.
Sumber pencemaran tersebut dapat berupa penimbunan sampah, kebocoran pompa
bensin, limbah cair dari rumah tangga serta kebocoran tangki septik. Ditengarai pula
bahwa pertanian yang menggunakan pupuk industri dapat memberi dampak
penimbunan logam pada air tanah.
Meningkatnya jumlah permukiman telah mendorong meningkatnya kebutuhan
air untuk domestik, irigasi, industri. Fenomena lapangan menunjukkan makin
banyaknya sumur bor untuk mengeksplorasi air tanah. Memperhatikan jumlah
pemanfaatan air tanah dan sebaran permukiman yang dapat mengganggu
ketersediaan air tanah dan mendorong pencemaran air tanah, kegiatan perlindungan
terhadap daerah resapan air digiatkan.
2.3. Kependudukan
Kabupaten Sleman berdasar Sensus Penduduk 2010 memiliki jumlah penduduk
sebanyak 1.090.567 jiwa dengan jumlah keluarga sebanyak 255.555 KK.
Selengkapnya data kependudukan Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kondisi Kependudukan Kabupaten Sleman
No.
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Moyudan
Minggir
Seyegan
Desa
Sumberrahayu
Sumbersari
Sumberagung
Sumberarum
Sendangmulyo
Sendangarum
Sendangrejo
Sendangsari
Sendangagung
Margoluwih
Luas
ha
631
546
820
765
670
345
598
458
656
500
Build-up
ha
236.42
175.95
299.74
317.88
161.26
151.9
212.02
129.33
227.8
148.08
Penduduk
6,035
7,451
10,706
6,574
6,195
3,362
7,854
4,540
7,296
9,313
Gross
Density
Net
Density
10
14
13
9
9
10
13
10
11
19
26
42
36
21
38
22
37
35
32
63
18
KK
1,939
2,347
3,215
2,096
1,104
1,943
2,243
1,440
2,352
2,602
Rerata
Jiwa/KK
3.1
3.2
3.3
3.1
5.6
1.7
3.5
3.2
3.1
3.6
No.
11
12
13
14
15
16
Kecamatan
Godean
Desa
Margodadi
Margomulyo
Margoagung
Margokaton
Sidorejo
Sidoluhur
17
Sidomulyo
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
Sidoagung
Sidokarto
Sidoarum
Sidomoyo
Balecatur
Ambarketawang
Banyuraden
Nogotirto
Trihanggo
Tirtoadi
Sumberadi
Tlogoadi
Sendangadi
Sinduadi
Caturtunggal
Maguwoharjo
Condongcatur
Sendangtirto
Tegaltirto
Jogotirto
Kalitirto
Sumberharjo
Wukirharjo
Gayamharjo
Sambirejo
Madurejo
Bokoharjo
Purwomartani
Tirtomartani
Tamanmartani
Selomartani
Wedomartani
Umbulmartani
Widodomartani
Bimomartani
Sindumartani
Sariharjo
Sinduharjo
Gamping
Mlati
Depok
Berbah
Prambanan
Kalasan
Ngemplak
Ngaglik
Luas
ha
611
519
518
515
544
519
Build-up
ha
170.8
222.67
190.55
138.61
102.35
130.09
250
332
364
373
302
986
628
400
349
562
497
600
482
536
737
1104
1501
950
522
573
584
620
917
475
655
839
783
540
1205
754
730
895
1244
615
602
444
666
689
609
Penduduk
Gross
Density
Net
Density
8,119
11,354
9,293
6,954
6,337
9,461
13
22
18
14
12
18
48
51
49
50
62
73
2,495
3,259
2,751
2,095
2,007
2,627
3.3
3.5
3.4
3.3
3.2
3.6
68.89
5,873
23
85
1,631
3.6
116.51
129.28
141.39
99.09
584.8
337.7
200.8
173.4
163.2
189
270
187
245
436
792.35
524.28
544.1
177
196.6
147.2
167.2
370
120
151
237
158
179
465.1
150.8
80.44
101.93
198.53
100.24
49.92
86.2
39.4
355.6
74.5
8,775
11,008
16,841
7,574
19,568
21,948
18,371
19,329
17,792
9,331
14,404
11,800
17,515
48,168
81,226
38,439
59,858
17,180
11,386
9,787
12,405
12,587
2,402
3,970
5,086
11,665
11,127
34,253
15,700
14,535
11,630
26,798
11,153
7,176
6,674
7,022
23,900
19,275
26
30
45
25
20
35
46
55
32
19
24
24
33
65
74
26
63
33
20
17
20
14
5
6
6
15
21
28
21
20
13
22
18
12
15
11
35
32
75
85
119
76
33
65
91
111
109
49
53
63
71
110
103
73
110
97
58
66
74
34
20
26
21
74
62
74
104
181
114
135
111
144
77
178
67
259
2,205
2,531
3,522
2,144
4,905
4,823
3,557
3,967
3,910
2,428
3,845
3,356
3,824
6,964
9,212
6,577
7,957
4,077
3,097
2,859
3,376
3,907
883
1,377
1,620
3,571
3,292
6,874
4,289
3,893
3,178
5,943
2,224
2,194
1,866
2,192
3,829
3,466
4.0
4.3
4.8
3.5
4.0
4.6
5.2
4.9
4.6
3.8
3.7
3.5
4.6
6.9
8.8
5.8
7.5
4.2
3.7
3.4
3.7
3.2
2.7
2.9
3.1
3.3
3.4
5.0
3.7
3.7
3.7
4.5
5.0
3.3
3.6
3.2
6.2
5.6
19
KK
Rerata
Jiwa/KK
No.
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
Kecamatan
Sleman
Tempel
Turi
Pakem
Cangkringan
Desa
Minomartani
Sukoharjo
Sardonoharjo
Donoharjo
Caturharjo
Triharjo
Tridadi
Pandowoharjo
Trimulyo
Banyurejo
Tambakrejo
Sumberrejo
Pondokrejo
Mororejo
Margorejo
Lumbungrejo
Merdikorejo
Bangunkerto
Donokerto
Girikerto
Wonokerto
Purwobinangun
Candibinangun
Harjobinangun
Pakembinangun
Hargobinangun
Wukirsari
Argomulyo
Glagahharjo
Kepuhharjo
Umbulharjo
Luas
ha
153
803
938
660
744
578
504
727
579
482
326
292
327
337
539
333
613
703
741
1307
1558
1348
636
552
418
1430
1456
847
795
875
826
57.566
Build-up
ha
117.71
140
505.8
178.3
254.8
312.3
330.2
161.65
223.03
119.66
80.47
79.7
100.72
88.59
209.2
131.39
240.32
277.05
248.42
293.91
502.59
471.4
276.4
219.4
30.1
419.9
143
120.3
51.2
43.5
53.6
18.249
Penduduk
12,908
14,973
21,208
9,349
13,321
16,105
13,848
10,755
8,538
7,026
4,526
4,220
5,530
4,691
10,049
7,243
6,018
8,313
8,314
7,343
9,082
8,573
5,684
5,467
6,661
8,270
9,681
7,059
3,628
3,088
4,721
1.090.567
Gross
Density
Net
Density
84
19
23
14
18
28
27
15
15
15
14
14
17
14
19
22
10
12
11
6
6
6
9
10
16
6
7
8
5
4
6
19
110
107
42
52
52
52
42
67
38
59
56
53
55
53
48
55
25
30
33
25
18
18
21
25
221
20
68
59
71
71
88
60
KK
2,983
3,163
3,830
2,261
4,170
4,554
3,697
3,217
2,643
2,341
1,521
1,368
1,638
1,486
2,895
2,012
1,854
2,514
2,371
2,156
2,568
2,499
1,606
1,484
1,644
2,458
3,033
2,331
1,118
945
1,315
255.555
20
Rerata
Jiwa/KK
4.3
4.7
5.5
4.1
3.2
3.5
3.7
3.3
3.2
3.0
3.0
3.1
3.4
3.2
3.5
3.6
3.2
3.3
3.5
3.4
3.5
3.4
3.5
3.7
4.1
3.4
3.2
3.0
3.2
3.3
3.6
4,2
Kecamatan
Moyudan
Minggir
Seyegan
Godean
Gamping
Mlati
Depok
Berbah
Prambanan
Kalasan
Ngemplak
Ngaglik
Sleman
Tempel
Turi
Pakem
Cangkringan
KabupatenSleman
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
15.071
14.233
22.292
32.876
48.697
51.861
92.552
25.107
23.000
37.738
15.695
15.014
22.741
32.993
48.311
49.357
86.971
25.651
23.837
38.380
30.766
29.247
45.033
65.869
97.008
101.218
179.523
50.758
46.837
76.118
29.148
50.946
30.752
24.406
16.381
17.111
13.809
545.980
29.675
50.667
31.815
24.897
16.671
17.544
14.368
544.587
58.823
101.613
62.567
49.303
33.052
34.655
28.177
1.090.567
21
25,000
06-12
20,000
13-18
15,000
19-22
10,000
23-59
60+
5,000
0
22
45,000
40,000
35,000
30,000
0-5
25,000
06-12
20,000
13-18
15,000
19-22
10,000
23-59
60+
5,000
0
Gambar 2.11 Peta Kepadatan Penduduk Netto di Kabupaten Sleman Tahun 2010
23
@dwi oblo
@dwi oblo
2.4. Pendidikan
Layanan pendidikan tingkat Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi
tersedia dalam jumlah cukup di kawasan perkotaan Kabupaten Sleman, bahkan untuk
perguruan tinggi merupakan konsentrasi pendidikan tinggi di Provinsi DIY. Lebih dari
80% perguruan tinggi di Kabupaten Sleman, terkonsentrasi di kawasan perkotaan.
Tabel 2.4 Jumlah dan Sebaran Fasilitas Pendidikan
di Kawasan Perkotaan Sleman
No
.
Desa
SD
SLTP
SMA
SMK
PT
Balecatur
Ambarketawan
g
Banyuraden
Nogotirto
Trihanggo
10
5
8
9
0
3
2
3
0
1
1
0
0
5
0
0
Tridadi
Sidoarum
Tirtoadi
Sumberadi
Tlogoadi
Sendangadi
Sinduadi
7
7
4
7
4
6
13
3
0
1
0
3
1
4
3
0
0
1
1
1
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sariharjo
Minomartani
8
4
2
0
0
0
0
0
0
0
Caturtunggal
Condongcatur
Maguwoharjo
23
17
14
7
4
5
7
3
6
0
0
0
21
5
5
7
Ngemplak
Wedomartani
8
Berbah
Kalitirto
9
Kalasan
Purwomartani
Perkotaan Kabupaten Sleman
Kabupaten Sleman
7
8
12
180
502
1
1
2
42
104
0
2
1
36
51
0
0
0
2
49
0
0
3
40
48
Kecamatan
Gamping
2
3
Sleman
Godean
Mlati
Ngaglik
Depok
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2007, Kab. Sleman Dalam Angka Tahun 2008, BPS
24
9,2 tahun untuk perempuan. Sedangkan tingkat melek huruf adalah 96,9% untuk lakilaki dan 87,2% untuk perempuan.
2.5
Kesehatan
2002 2003
TAHUN
2004 2005
2006
2007
5,97
7,67
7,67
7,67
78,70
69,31
69,31
69,31
4,64
5,85
5,848
2,591
72
76
72
76
72
76
72,46
76,79
2008
5,81
2009
Prov. DIY
2009
4,08
19
69,31 69,31
104
72,46 72,60
76,79 76,92
72,2
76,1
25
Kecamatan
Moyudan
Minggir
Seyegan
Godean
Gamping
Mlati
Depok
Berbah
Prambanan
Kalasan
Ngemplak
Ngaglik
Sleman
Tempel
Turi
Pakem
Cangkringa
n
Kabupaten Sleman
Penduduk
KK
KK
Miskin
% KK
Miskin
30,766
29,247
45,033
65,869
97,008
101,218
179,523
50,758
46,837
76,118
58,823
101,613
62,567
49,303
33,052
34,655
9,597
9,082
13,202
16,667
21,162
20,417
23,746
13,409
14,650
18,234
14,419
19,532
18,281
15,115
9,609
9,691
2,004
2,889
3,915
3,161
3,038
3,998
2,570
3,072
3,849
4,347
2,996
2,868
5,939
5,221
2,370
1,472
31.2
31.1
29.3
135
21.8
20.2
13.2
26.4
31.3
24.0
24.5
19.2
29.2
30.7
29.1
28.0
28,177
8,742
3,158
31.0
1,090,567
255,555
56,867
23.4
2.7. Perekonomian
2.7.1
PDRB Kabupaten
Perekonomian Kabupaten Sleman berdasarkan sumbangan PDRB jelas
merupakan perekonomian yang condong ke perekonomian yang banyak didominasi
oleh sektor-sektor perkotaan. Sektor perekonomian tersier dan sebagian sektor
sekunder adalah sektor ekonomi perkotaan, seperti perdagangan dan jasa, perhotelan,
restoran, jasa-jasa keuangan, serta jasa-jasa lainnya. Pada tahun 2008, sumbangan
sektor tersier mencapai 57,19% jauh meninggalkan sektor primer yang tinggal 14,75%.
Paradigma perekonomian perkotaan tersebut diperkuat oleh data prosentase
sumbangan PDRB Kecamatan dalam PDRB Kabupaten, dimana tampak jelas nilai
tambah kecamatan-kecamatan yang kuat mengarah ke perekonomian perkotaan
sangatlah dominan.
Tabel 2.7 Prosentase Sektor Ekonomi Dalam PDRB
Kabupaten Sleman |Buku Putih Sanitasi 201
26
Kelompok Sektor
Sektor Primer
2004
2005
2006
2007
2008
15,5
14,77
14,41
13,99
14,75
Sektor Sekunder
26,98
27,67
28,07
28,51
28,06
Sektor Tersier
57,53
57,57
57,52
57,5
57,19
%
Sumber: Analisa PDRB Kecamatan di Kabupaten Sleman, 2009
Gambar 2.14
Prosentase
Sumbangan
Perekonomian
Kecamatan
Dalam PDRB
Kabupaten tahun
2009 Berdasar
Harga Berlaku
Dari
kesembilan
kecamatan
yang
diindikasikan sebagai kecamatan perkotaan, hanya dua kecamatan yang kurang begitu
kuat, yakni Kecamatan Berbah dan Ngemplak. Khusus untuk Kecamatan Depok,
menunjukkan sebagai penyumbang PDRB yang paling besar (16,5%). Hal itu wajar
mengingat konsentrasi kegiatan perkotaan banyak terdapat di Kecamatan Depok,
seperti perguruan tinggi besar (UGM, UNY, UIN, UPN, UAJY, Sadhar, dsb) dan hotelhotel bintang (Sheraton, Jayakarta, Quality, Sahid, dsb), serta mal (Makro-Lotte,
Carrefour, Ambarukmo Plaza).
Sedangkan Kecamatan Sleman terlihat sebagai
penyumbang PDRB nomor dua, hal ini lebih disebabkan Kecamatan Sleman sebagai
pusat pemerintahan Kabupaten Sleman, daripada PDRB yang dihasilkan oleh kinerja
kegiatan ekonomi rill di luar sektor jasa pemerintahan.
2.7.2 PDRB Kecamatan
PDRB per kecamatan di Kabupaten Sleman juga menunjukkan dominasi sektor
tersier, dari 17 kecamatan yang ada hanya Kecamatan Turi dan Cangkringan yang
Kabupaten Sleman |Buku Putih Sanitasi 201
27
Kecamatan Kawasan
Perdesaan
Sumber:
Analisa PDRB Kecamatan di
Kabupaten Sleman, 2009
28
Sumber: Analisa PDRB Kec. di Kab. Sleman atas dasar harga konstan th. 2000, atas dasar harga berlaku 2009
Gambar 2.17 PDRB Per Kapita Per Kecamatan di Kabupaten Sleman Tahun 2009
2.7.4
29
Gambar 2.18 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian per Sektor Ekonomi
per Kecamatan di Kabupaten Sleman Tahun 2009
2.7.5
30
31
Sumber: Perda Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman
Menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan pegawai otonom terdiri dari 236
pegawai berijasah SD, 420 berijasah SMP, 3.376 berijasah SMA, 4.296 pegawai
berijasah DI DIII, dan 4.678 pegawai berijasah DIV S2. Artinya, 69% pegawai
adalah lulusan D1-S2. Komposisi pegawai negeri berdasar jender menunjukkan
pegawai perempuan lebih banyak daripada laki-laki.
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
SD
SMP
SMA
D I - D III D IV - S2
32
2.10
Kecamatan
Godean
Gamping
Mlati
Depok
5
6
Ngemplak
Ngaglik
1.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
1.
2.
3.
1.
1.
2.
3.
Desa
Sidoarum
Ambarketawang
Banyuraden
Nogotirto
Trihanggo
Sinduadi
Sendangadi
Caturtunggal
Condongcatur
Maguwoharjo
Wedomartani
Sariharjo
Sinduharjo
Minomartani
33
Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKW pada hirarki perkotaan
berfungsi sebagai pusat pelayanan dalam lingkup wilayah Provinsi DIY, yakni
kawasan Ibukota Kabupaten Sleman yaitu Kota Sleman yang meliputi seluruh
wilayah administrasi Desa Tridadi Kecamatan Sleman.
c) PKL (Pusat Kegiatan Lokal)
Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKL berfungsi sebagai pusat
pelayanan pada lingkup lokal, yaitu pada lingkup satu atau lebih kabupaten,
meliputi Ibukota Kecamatan: Godean, Prambanan, Tempel, dan Pakem
d) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Meliputi Ibukota Kecamatan Moyudan, Ibukota Kecamatan: Minggir, Seyegan,
Mlati, Berbah, Kalasan, Ngemplak, Ngaglik, Sleman, Turi, dan Cangkringan;
e) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi seluruh pusat pemerintahan desa
yang tidak tercakup di dalam PKN, PKW, PKL, dan PPK.
2.10.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Skala Kabupaten
Rencana sistem jaringan prasarana skala kabupaten dalam RTRW terdiri dari;
Pengembangan sistem prasarana terdiri atas:
a. sistem jaringan energi;
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumber daya air;
d. sistem prasarana pengelolaan lingkungan; dan
e. jalur dan ruang evakuasi bencana.
. Mengingat fokus Buku Putih Sanitasi ini, maka rencana sistem prasarana yang
disampaikan adalah sistem prasarana terkait sanitasi secara langsung, yakni sistem
prasarana jaringan sumber daya air dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
A. Sistem jaringan sumber daya air, terdiri atas:
a. Wilayah sungai;
Wilayah sungai sebagaimana dimaksud berupa Wilayah Sungai (WS) lintas
provinsi Progo - Opak - Serang meliputi:
a) DAS Opak; dan
b) DAS Progo.
b. Sumber air baku;
Sumber air baku meliputi:
a) air tanah; Air tanah berupa pemanfaatan air melalui sumur dalam dan
sumur dangkal.
b) mata air; Mata air meliputi 182 (seratus delapan puluh dua) mata air
tersebar di seluruh kecamatan.
c) embung. Embung meliputi peningkatan dan pengembangan embung
sampai dengan akhir tahun perencanaan sebanyak 42 (empat puluh dua)
buah embung.
c. Jaringan irigasi
d. Sistem pengendali banjir.
Pengendali banjir meliputi peningkatan dan pengembangan bangunan pengendali
banjir lahar meliputi:
Kabupaten Sleman |Buku Putih Sanitasi 201
34
a)
b)
c)
d)
e)
a)
pengendali banjir sungai Krasak sebanyak 23 (dua puluh tiga) sabo dam;
pengendali banjir sungai Boyong sebanyak 56 (lima puluh enam) sabo dam;
pengendali banjir sungai Kuning sebanyak 16 (enam belas) sabo dam;
pengendali banjir sungai Opak sebanyak 5 (lima) sabo dam; dan
pengendali banjir sungai Gendol sebanyak 22 (dua puluh dua) sabo dam.
35
36
2.11
Sekber KARTAMANTUL
Sekretariat Bersama Yogyakarta, Sleman dan Bantul disingkat Sekber
Kartamantul merupakan forum kerja sama yang terdiri dari Kota Yogyakarta,
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Latar belakang dibentuknya Sekber
Kartamantul karena Ketiga Pemerintah Kota dan Kabupaten tersebut berbatasan
langsung, dimana kawasan yang berbatasan telah tumbuh kembang menjadi
perkotaan dengan Kota Yogyakarta sebagai inti pertumbuhan perkotaan. Kawasan
fungsional tersebut menjadi sebuah aglomerasi perkotaan, yakni Aglomerasi Perkotaan
Yogyakarta disingkat APY.
Keputusan Bersama Bupati Bantul, Bupati Sleman dan Walikota Yogyakarta Nomor.
152a Tahun 2004, 02/SKB.KDH/A/2004, 01 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Keputusan Bersama Bupati Bantul, Bupati Sleman dan Walikota Yogyakarta Nomor
04/Perj/RT/2001, 38/Kep.KPH/2001, 03 Tahun 2001 Pembentukan Sekretariat
Bersama Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan antar Kabupaten Bantul,
Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta,
Keputusan Bersama Bupati Bantul, Bupati Sleman dan Walikota Yogyakarta Nomor.
152b Tahun 2004, 03/SKB.KDH/A/2004, 02 Tahun 2004 tentang Pengangkatan
Ketua, Sekretaris&Bendahara Sekretariat Bersama Kartamantul Periode 2004
2006.
Adapun bidang-bidang kerjasama yang dilakukan adalah dalam hal prasarana
persampahan, air limbah, air bersih, jalan, transportasi, drainase, serta bidang tata
ruang dan pengembangan kelembagaan.
TPA Piyungan-Bantul
Dodi Ps,www.eureka-reservation.com
IPAL Sewon-Bantul
Andik Yulianto