Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. Definisi
Struktur bidang adalah struktur batuan yang membentuk geometri bidang. Kedudukan
awal struktur bidang (bidang perlapisan) pada umumnya membentuk kedudukan
horizontal. Kedudukan ini dapat berubah menjadi miring jika mengalami deformasi atau
pada kondisi tertentu, misalnya pada tepi cekungan atau pada lereng gunung api,
kedudukan miringnya
geologi lainnya yang membentuk struktur bidang adalah: bidang kekar, bidang sesar,
bidang belahan, bidang foliasi dll.
2. Istilah-istilah struktur bidang :
- Jurus ( strike ) : arah garis horisontal yang dibentuk oleh perpotongan antara bidang
yang bersangkutan dengan bidang bantu horisontal, dimana besarnya jurus / strike diukur
dari arah utara.
- Kemiringan ( dip ) : besarnya sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang
miring yang bersangkutan dengan bidang horisontal dan diukur tegak lurus terhadap jurus
/ strike . - Kemiringan semu
( apparent dip )
lurus jurus.
- Arah kemiringan : arah tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah
( dip direction )
Pembacaan besarnya dip yang diukur lihat gambar di bawah ini. Misal hasil dari
pembacaan dip adalah 50o.
arah kemiringan yang diukur. Misal hasil dari pembacaan adalah N 275o E.
Pengukuran dip dilakukan dengan cara sama seperti di atas.
Maka notasi kedudukan bidang yang diukur adalah 60o, N 275o E.
C. Menentukan Kedudukan Bidang dari Dua Kemiringan Semu pada Ketinggian yang Berbeda.
D. Menentukan Kedudukan Bidang Berdasarkan Problem Tiga Titik (T h r e e P o i n t
Problems).
E. Melakukan ploting simbol struktur bidang pada peta topografi. Di bawah ini diberikan
petunjuk penyelesaian kasus A E.
A. Menentukan Kemiringan Semu (Apparent Dip).
Suatu bidang ABCD dengan kedudukan N XE / . Berapakah kemiringan semu yang
diukur pada arah N Y E ? Penyelesaian secara grafis :
a. Membuat proyeksi horizontal bidang ABCD pada kedalaman d yaitu dengan
membuat jurus yang selisih tingginya h dengan besar dip .
b. Menggambarkan proyeksi horizontal garis arah N Y E sehingga memotong jurus
yang lebih rendah di titik L ( garis AL ).
c. Membuat garis sepanjang d melalui L dan tegak lurus terhadap garis AL (garis AK).
d. Menghubungkan A dan K, maka sudut KAL adalah kemiringan semunya.
Menentukan kedudukan bidang dari dua kemiringan semu pada ketinggian yang sama.
C. Menentukan Kedudukan Bidang dari Dua Kemiringan Semu pada Ketinggian yang
Berbeda
Pada bidang ABEF di lokasi O (ketinggian 400 m) terukur kemiringan semu l pada
arah N Y E, sedangkan pada lokasi P (ketinggian 300 m) terukur kemiringan semu 2
pada arah N XE. Letak lokasi P terhadap O sudah diketahui. Berapakah kedudukan
bidang ABEF sebenarnya ( true dip )?
Penyelesaian secara grafis: (Gambar 2.5) Langkah kerja :
1. Menggambarkan rebahan kemiringan semu di O dan P sesuai arah dan besarnya.
2. Gambarkan lokasi ketinggian 300 m pada jalur O yaitu lokasi Q.
3. Membuat garis tegak lurus OQ sepanjang d (QR), dan sepanjang 2d (ST).
4. Menggambarkan lokasi ketinggian 200 m pada jalur O yaitu lokasi P.
5. Membuat garis tegak lurus OP sepanjang d sehingga didapat UV.
6. Hubungkan titik Q dan P. Garis ini merupakan strike bidang sebenarnya pada
ketinggian 300 m.
7. Hubungkan titik Q dan S yang merupakan kesejajaran garis QP. Garis ini
merupakan strike bidang sebenarnya pada ketinggian 200 m.
8. Buat garis sejajar QP melalui titik O. Garis ini merupakan strike pada ketinggian
400 m.
9. Buat garis tegak lurus O sehingga didapat garis OW.
10. Buat garis sepanjang d pada garis strike 200 dan sepanjang 2d pada garis strike
300 (WX).
11. Hubungkan titik O dan X. Sudut WOX merupakan nilai dip sebenarnya.
Tahapan menentukan kedudukan bidang dari dua kemiringan semu pada ketinggian berbeda.
D. Menentukan Kedudukan Bidang Berdasarkan Problem Tiga Titik ( T h r e e P o i n t
Problems)
Maksudnya menentukan kedudukan bidang dari tiga titik yang diketahui posisi
dan ketinggiannya. Diketahui tiga titik, masing-masing : A ketinggian 200 m, B
ketinggian 150 m, dan C ketinggian 100 m. Ketiga titik tersebut terletak pada bidang
PQRS, menentukan bidang PQRS.
Penyelesaian sceara grafis: (Gambar 2.6)
a. Menggambarkan kedudukan ketiga
titik
tersebut
sesuai
data
kemudian
b.
c.
CE = EA
Berarti ketinggian E adalah 150 m, maka garis BE merupakan jurus ketinggian 150
d.
e.
f.
A. Struktur Bidang
Penulisan (notasi) struktur bidang dinyatakan dengan dua cara, yaitu:
-
dimana : X : jurus /
Penggambaran simbol struktur bidang (a) dan simbpl struktur garis (b)
Penggambaran kedudukan batuan pada peta lokasi ditunjukkan oleh lokasi 12, 13, dan 14
KEKAR
1. Definisi
Kekar adalah struktur rekahan yang belum/tidak mengalami pergeseran. Kekar dapat
terbentuk baik secara primer (bersamaan dengan pembentukan batuan, misalnya kekar kolom
dan kekar melembar pada batuan beku) maupun secara sekunder (setelah proses
pembentukan batuan, umumnya merupakan kekar tektonik). Pada acara praktikum ini yang
akan dibahas adalah kekar tektonik. Klasifikasi kekar berdasarkan genesanya, dibagi menjadi
:
A. Shear joint (kekar gerus), yaitu kekar yang terjadi akibat tegasan kompresif (compressive
stress).
B. Tension joint (kekar tarik) ,yaitu kekar yang terjadi akibat tegasan tarikan (tension stress),
yang dibedakan menjadi :
a.
2. Analisis Kekar
Secara skematis prosedur yang dilakukan pada pengambilan data lapangan sampai
interpretasi terbentuknya (sejarah terbentuknya) kekar adalah sebagai berikut :
N .............. E
186
10
191
12
187
9
356
177
14
7
N..........E
8
188
181
1
16
13
192
7
185
195
N........E
190
183
3
357
18
197
16
193
15
203
N...........E
189
2
16
4
199
359
179
199
178
172
N.........E
351
174
353
6
21
23
201
24
204
11
3. Membagi sisi paling luar dari busur sesuai dengan pembagian arahnya, dari situ ditarik
garis-garis kearah pusat busur
4. Terakhir memasukkan hasil perhitungan persentase ke dalam gambar sehingga
didapatkan analisa arah umum kekar gerusnya N007E / 30 - N018E / 30
ARAH
N ........ E
N ......... E
05
5 10
10 15
15 20
20 25
25 30
30 35
35 40
40 45
45 50
50 55
55 60
60 65
65 70
70 75
75 80
80 85
85 90
90 95
95 100
100 105
105 110
110 -115
115 120
120 125
125 130
130 -135
135 140
140 145
145 150
150 155
155 160
180 - 185
185 - 190
190 - 195
195 - 200
200 - 205
205 - 210
210 - 215
215 - 220
220 - 225
225 - 230
230 - 235
235 - 240
240 - 245
245 - 250
250 - 255
255 - 260
260 - 265
265 - 270
270 - 275
275 - 280
280 - 285
285 - 290
290 - 295
295 - 300
300 - 305
305 - 310
310 - 315
315 - 320
320 - 325
325 - 330
330 - 335
335 - 340
NOTASI
JUMLAH
160 165
165 170
170-175
175 180
340 - 345
345 - 350
350 - 355
355 - 360
Tabulasi data untuk pembuatan diagram kipas
S E S AR
1. Definisi
Sesar adalah suatu rekahan yang memperlihatkan pergeseran cukup besar dan sejajar
terhadap bidang rekahan yang terbentuk. Pergeseran pada sesar dapat terjadi sepanjang garis
lurus (translasi) atau terputar (rotasi). Dalam praktikum ini, hanya pergeseran translasi yang
di analisis.
2. Anatomi Sesar (unsur-unsur sesar)
A.
Bidang sesar (fault plane) adalah suatu bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang
B.
tergeserkan.
Jurus sesar (strike) adalah arah dari suatu garis horizontal yang merupakan
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
bidang sesar kadang-kadang disebut wrench faults, tear faults atau transcurrent faults.
Dip-slip fault yaitu sesar yang mempunyai pergerakan naik atau turun sejajar terhadap
arah kemiringan sesar.
K.
Oblique-slip fault yaitu pergerakan sesar kombinasi antara strike-slip dan dip-slip.
L.
(Gambar 7.2.)
Slickensides yaitu kenampakan pada permukaan sesar yang memperlihatkan
pertumbuhan mineral-mineral fibrous yang sejajar terhadap arah pergerakan.
Anatomi Sesar
Oblique - slip fault memperlihatkan komponen net slip dan rake dari net slip
Net separation
Net Slip (A A)
3. Klasifikasi Sesar
Sesar dapat diklasifikasikan dengan pendekatan geometri yang berbeda, di mana
aspek yang terpenting dari geometri tersebut adalah pergeseran. Atas dasar sifat
pergeserannya, maka sesar dibagi menjadi :
A. Berdasarkan Sifat Pergeseran Semu (Separation)
a. Strike separation
Left -separation fault
b. Dip separation
Normal -separation fault
b. Dip slip.
Normal -slip fault.
c. Oblique slip.
Normal left -slip fault.
Normal right -slip fault.
Reverse left - slip fault.
Reverse right -slip fault.
Vertikal oblique -slip fault.
Shear Fracture NE / ..
316/52
335/60
318/61
342/58
325/52
345/55
326/48
346/64
333/56
352/58
359/60
353/60
Gash Fracture
248/60
252/70
256/74
257/60
259/72
262/63
NE / ..
262/65
262/68
262/74
266/70
275/67
276/72
Breksiasi N.. E
024
022
021
024
024
205
204
204
025
205
022
027
Penyelesaian :
1. Memplotkan semua data SF dan GF pada kertas kalkir di atas "Polar Equal Area Net"
2. Memplotkan hasil pengeplopatan SF dan GF pada kertas kalkir (nomor 1) pada "Kalsbeek
Counting Net", kemudian mulai menghitungnya
3. Membuat peta kontur berdasarkan hasil perhitungan nomor 2
4. Menghitung prosentase kerapatan data, yaitu (ketinggian/jumlah data) x 100 % (Gambar 7.6.).
5. Membaca arah umum kedudukan dari SF dan GF dari titik tertinggi. Didapatkan arah umum
dari GF N 260 E / 69 dan SF N 348 E/58.
6. Menentukan arah umum dari breksiasi dengan diagram kipas, didapatkan N 024 E (Gambar
7.7.).
7. Kemudian dari ketiga data arah umum tersebut melakukan analisis dengan menggunakan Wulf
Net (Gambar 7.8.). Caranya :
a.
b.
c.
stereonet, kemudian buatlah busur melalui titik 90 tersebut maka didapat bidang bantu (garis
putus-putus).
d.
e.
Mengeplotkan arah umum breksiasi. Kemudian diletakkan pada N-S stereonet. Buatlah
g.
h.
Bidang bantu diletakkan pada N-S stereonet. Perhatikan posisi SF dan GF.
i.
Apabila sudut antara 1'dengan net slip yang diukur sepanjang bidang Bantu mempunyai
Sedangkan sudut antara SF dengan net slip mempunyai kisaran 15-.45, maka
L I P A TA N
1. Definisi
Lipatan merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang ditunjukkan
sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang di dalam
bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan adalah bidang perlipatan,
foliasi, dan liniasi. Berdasarkan proses perlipatan dan jenis batuan yang terlipat, dapat
dibedakan menjadi empat macam lipatan, yaitu :
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
3. Unsur-unsur Lipatan.
Hinge, adalah titik pelengkungan maksimum dari lipatan. Hinge line / axial line
merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik pelengkungan maksimum tersebut.
Sedangkan Hinge surface / Axial surface adalah bidang khayal dimana terdapat semua hinge line
dari suatu lipatan.
Crest, adalah titik tertinggi dari lipatan. Crestal line merupakan garis khayal yang
menghubungkan titik-titik tertinggi pada lipatan tersebut. Sedangkan Crestal surface adalah
bidang khayal dimana terdapat semua Crestal line.
Trough, adalah titik dasar terendah dari lipatan. Trough line merupakan garis khayal yang
menghubungkan titik-titik dasar terendah pada lipatan. Trough surface adalah bidang khayal
dimana terdapat semua trough line pada suatu lipatan.
Plunge, sudut penunjaman dari hinge line terhadap bidang horizontal dan diukur pada
bidang vertikal.
Bearing, sudut horizontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan ini merupakan arah
dari penunjaman suatu hinge line / axial line.
Rake, sudut antara hinge line / axial line dengan bidang / garis horizontal yang diukur
pada axial surface.
B. Metode Interpolasi Higgins (1962) Contoh : Pada lintasan / penampang arah E-W, di
lokasi A dan B dijumpai batas lapisan yang sama dengan kedudukan yang berlawanan. Di
lokasi A kemiringan 400 ke barat dan B miring ke timur sebesar 600.
Permasalahan : Rekontruksi bentuk lipatan daerah tersebut.
Rekontruksi :(Gambar 8.7) 1. Tarik garis tegak lurus dan sama panjang dari A (A-OA) dan B (BD) sehingga berpotongan di titik C. 2. Hubungkabn titik D dan Oa serta buatlah bisektor D-Oa
sehingga memotong garis BD di Ob . 3. Tarik garis Oa-Ob sampai melewati batas busur yans
akan di buat (garis ini merupakan batas busur lingkaran). 4. Buatlah busur dari titik A dengan
pusat di Oa sampai memotong garis Oa-Ob di titik F. 5. Buatlah busur dari titik B dengan pusat
di Ob dan memotong garis Oa-Ob di titik F (busur dari titik A dan titik B bertemu di garis OaOb).
C. Metode Interpolasi Busk (1929) Contoh : Pada lintasan arah E-W dijumpai batas lapisan
yang sama di lokasi A dan D,masingmasing kemiringannya 500 ke timur dan 650 ke
barat. Di lokasi B dan C dijumpai singkapan dengan masing-masing kemiringannya 350
ke barat dan 500 ke timur.
Permasalahan : Rekontruksi bentuk lipatan daerah tersebut.
Rekontruksi :
a. Secara teoritis bentuk lipatan adalah AHIJ dengan pusat lingkaran di O1, O2 dan O3.
b. Buat garis sumbu di A, B, C dan D
c. Buat busur lingkaran dengan pusat O1 dan O3, sehingga memotong garis sumbu
kemiringan di titik H dan K.
d. Melalui H dan K tarik garis HM dan Kt masing-masing tegak lurus pada garis sumbu
kemiringan serta berpotongan di N.