Вы находитесь на странице: 1из 28

STRUKTUR BIDANG

1. Definisi
Struktur bidang adalah struktur batuan yang membentuk geometri bidang. Kedudukan
awal struktur bidang (bidang perlapisan) pada umumnya membentuk kedudukan
horizontal. Kedudukan ini dapat berubah menjadi miring jika mengalami deformasi atau
pada kondisi tertentu, misalnya pada tepi cekungan atau pada lereng gunung api,
kedudukan miringnya

disebut initial dip . Di samping struktur perlapisan, struktur

geologi lainnya yang membentuk struktur bidang adalah: bidang kekar, bidang sesar,
bidang belahan, bidang foliasi dll.
2. Istilah-istilah struktur bidang :
- Jurus ( strike ) : arah garis horisontal yang dibentuk oleh perpotongan antara bidang
yang bersangkutan dengan bidang bantu horisontal, dimana besarnya jurus / strike diukur
dari arah utara.
- Kemiringan ( dip ) : besarnya sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang
miring yang bersangkutan dengan bidang horisontal dan diukur tegak lurus terhadap jurus
/ strike . - Kemiringan semu
( apparent dip )

: sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan

dengan bidang horisontal dan pengukuran dengan arah tidak tegak

lurus jurus.
- Arah kemiringan : arah tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah

( dip direction )

miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dari arah utara.


CARA MENGUKUR KEDUDUKAN STRUKTUR BIDANG :
a. Berdasarkan pengukuran strike/dip
- Pengukuran strike dilakukan dengan menempelkan sisi E kompas pada bidang yang
diukur dalam posisi kompas horizontal (gelembung berada pada pusat lingkaran nivo
mata sapi). Angka azimuth yang ditunjuk oleh jarum N merupakan arah strike yang
diukur (jangan lupa menandai garis strike yang akan dipakai untuk pengukuran dip ).
-

Misal hasil dari pembacaan N 185o E.


Pengukuran dip dilakukan dengan menempelkan sisi W kompas pada bidang yang
diukur dalam posisi kompas tegak lurus garis strike (posisi nivo tabung berada di
atas) . Putar klinometer sampai gelembung berada pada pusat nivo tabung.

Pembacaan besarnya dip yang diukur lihat gambar di bawah ini. Misal hasil dari
pembacaan dip adalah 50o.

cara pembacaan derajat dip


-

Maka notasi kedudukan bidang yang diukur adalah N 185o E/50o.

b. Berdasarkan kemiringan dan arah kemiringan (dip,dip direction)


- Pengukuran arah kemiringan dilakukan dengan menempelkan sisi S kompas pada
bidang yang diukur dalam posisi kompas horizontal (gelembung berada pada pusat
lingkaran nivo mata sapi). Angka azimuth yang ditunjuk oleh jarum N merupakan
-

arah kemiringan yang diukur. Misal hasil dari pembacaan adalah N 275o E.
Pengukuran dip dilakukan dengan cara sama seperti di atas.
Maka notasi kedudukan bidang yang diukur adalah 60o, N 275o E.

A B : Jurus (strike) bidang ABCD diukur terhadap arah utara


: Kemiringan (dip) bidang ABCD diukur tegak lurus AB
: Kemiringan semu (apparent dip)
A O : Arah kemiringan (dip direction)

Pengukuran kedudukan struktur bidang


3. Aplikasi Metoda Grafis untuk Struktur Bidang
Di alam kadang-kadang kedudukan sebenarnya ( true dip ) sulit didapatkan, terutama
pada kondisi bawah permukaan dimana data kemiringan hanya diperoleh dari data pemboran.
Sehingga untuk mengetahui kedudukan sebenarnya digunakan metode grafis.
Aplikasi metode grafis yang akan diterapkan pada praktikum ini meliputi:
A. Menentukan Kemiringan Semu.
B. Menentukan Kedudukan Bidang dari Dua Kemiringan Semu pada Ketinggian yang Sama.

C. Menentukan Kedudukan Bidang dari Dua Kemiringan Semu pada Ketinggian yang Berbeda.
D. Menentukan Kedudukan Bidang Berdasarkan Problem Tiga Titik (T h r e e P o i n t
Problems).
E. Melakukan ploting simbol struktur bidang pada peta topografi. Di bawah ini diberikan
petunjuk penyelesaian kasus A E.
A. Menentukan Kemiringan Semu (Apparent Dip).
Suatu bidang ABCD dengan kedudukan N XE / . Berapakah kemiringan semu yang
diukur pada arah N Y E ? Penyelesaian secara grafis :
a. Membuat proyeksi horizontal bidang ABCD pada kedalaman d yaitu dengan
membuat jurus yang selisih tingginya h dengan besar dip .
b. Menggambarkan proyeksi horizontal garis arah N Y E sehingga memotong jurus
yang lebih rendah di titik L ( garis AL ).
c. Membuat garis sepanjang d melalui L dan tegak lurus terhadap garis AL (garis AK).
d. Menghubungkan A dan K, maka sudut KAL adalah kemiringan semunya.

Menentukan kemiringan semu dengan grafis


B. Menentukan Kedudukan Bidang dari Dua Kemiringan Semu pada Ketinggian yang Sama
Pada bidang ABEF di lokasi O, terukur dua kemiringan semu pada titik C dan D
(ketinggian sama) masing -masing sebesar 1 pada arah N X E dan 2 pada arah N
Y E. Berapakah kedudukan bidang ABEF sebenarnya ( true dip ) ?
Penyelesaian secara grafis:
a. Menggambarkan rebahan masing-masing kemiringan semu sesuai dengan arahnya
dari lokasi O (pada kedalaman d).
b. Menghubungkan titik D dengan C, maka CD merupakan proyeksi horizontal strike
bidang ABEF.

c. Melalui O membuat garis OL tegak lurus CD.


d. Dari L diukur sepanjang d sehingga didapatkan titik K maka sudut KOL (1) adalah
true dip dari bidang ABEF.
e. Kedudukan bidang ABEF adalah N Z E / 1

Menentukan kedudukan bidang dari dua kemiringan semu pada ketinggian yang sama.
C. Menentukan Kedudukan Bidang dari Dua Kemiringan Semu pada Ketinggian yang
Berbeda
Pada bidang ABEF di lokasi O (ketinggian 400 m) terukur kemiringan semu l pada
arah N Y E, sedangkan pada lokasi P (ketinggian 300 m) terukur kemiringan semu 2
pada arah N XE. Letak lokasi P terhadap O sudah diketahui. Berapakah kedudukan
bidang ABEF sebenarnya ( true dip )?
Penyelesaian secara grafis: (Gambar 2.5) Langkah kerja :
1. Menggambarkan rebahan kemiringan semu di O dan P sesuai arah dan besarnya.
2. Gambarkan lokasi ketinggian 300 m pada jalur O yaitu lokasi Q.
3. Membuat garis tegak lurus OQ sepanjang d (QR), dan sepanjang 2d (ST).
4. Menggambarkan lokasi ketinggian 200 m pada jalur O yaitu lokasi P.
5. Membuat garis tegak lurus OP sepanjang d sehingga didapat UV.
6. Hubungkan titik Q dan P. Garis ini merupakan strike bidang sebenarnya pada
ketinggian 300 m.
7. Hubungkan titik Q dan S yang merupakan kesejajaran garis QP. Garis ini
merupakan strike bidang sebenarnya pada ketinggian 200 m.
8. Buat garis sejajar QP melalui titik O. Garis ini merupakan strike pada ketinggian
400 m.
9. Buat garis tegak lurus O sehingga didapat garis OW.
10. Buat garis sepanjang d pada garis strike 200 dan sepanjang 2d pada garis strike
300 (WX).
11. Hubungkan titik O dan X. Sudut WOX merupakan nilai dip sebenarnya.

Tahapan menentukan kedudukan bidang dari dua kemiringan semu pada ketinggian berbeda.
D. Menentukan Kedudukan Bidang Berdasarkan Problem Tiga Titik ( T h r e e P o i n t
Problems)
Maksudnya menentukan kedudukan bidang dari tiga titik yang diketahui posisi
dan ketinggiannya. Diketahui tiga titik, masing-masing : A ketinggian 200 m, B
ketinggian 150 m, dan C ketinggian 100 m. Ketiga titik tersebut terletak pada bidang
PQRS, menentukan bidang PQRS.
Penyelesaian sceara grafis: (Gambar 2.6)
a. Menggambarkan kedudukan ketiga

titik

tersebut

sesuai

data

kemudian

b.

menghubungkan antara lokasi tertinggi (A) dengan lokasi terendah. (C).


Antara A dan C, bagilah menjadi dua bagian dengan pertolongan garis 1, sehingga

c.

CE = EA
Berarti ketinggian E adalah 150 m, maka garis BE merupakan jurus ketinggian 150

d.
e.
f.

m dari bidang PQRS.


Melalui A dan C dapat dibuat jurus 200 m dan 100 m yang sejajar dengan garis BE.
Menentukan kemiringannya dengan menggunakan selisih ketinggian jurus.
Kedudukan bidang PQRS adalah N XE /

Gambar 2.6 Menentukan kedudukan berdasarkan tiga titik.


4. CARA PENULISAN SIMBOL STRUKTUR BIDANG

A. Struktur Bidang
Penulisan (notasi) struktur bidang dinyatakan dengan dua cara, yaitu:
-

Jurus ( strike ) / Kemiringan ( dip )


Besar Kemiringan ( dip ), Arah Kemiringan ( dip direction )

a. Jurus ( strike) / Kemiringan ( dip )


Penulisan struktur bidang dengan cara ini dapat dilakukan berdasarkan sistem
azimuth dan sistem kuadran. Sistem Azimuth: N X E / Y

dimana : X : jurus /

strike , besarnya 0 - 360 Y : kemiringan / dip , besarnya 0- 90 Contoh : N 042 E /


78 (notasi ini menunjukkan struktur bidang yang diukur miring ke arah tenggara) Sistem
Kuadran : ( N / S) A ( E / W) / BC dimana : A : strike , besarnya 0 - 360 B : dip ,
besarnya 0 - 90 C : dip direction , menunjukkan arah kemiringan ( dip) Contoh: N 35
W / 30 SW atau S 35 E / 30 SW. (dalam sistem Azimuth: N 145 E / 30)
b. Besar Kemiringan ( dip ), Arah Kemiringan ( dip direction )
Misalnya dalam sistem Azimuth ditulis dengan notasi N 145 E / 30, maka penulisan
berdasarkan sistem "dip , d i p d i r e c t i o n " dapat ditulis dengan notasi 30, N 2350 E.
Petunjuk praktis : Arah kemiringan / dip direction =jurus + 90 Penggambaran simbol
struktur bidang :
1) Memplot garis jurus, tepat sesuai arah pengukuran pembacaan kompas di titik lokasi
dimana struktur bidang tersebut diukur.
2) Membuat tanda kemiringan ( dip ) digambarkan pada tengahnya dan tegak lurus,
searah jarum jam, dimana panjang tanda kemiringan ( dip ) sepertiga panjang garis
jurus.
3) Tulis besar kemiringan pada ujung tanda kemiringan.

Penggambaran simbol struktur bidang (a) dan simbpl struktur garis (b)

Penggambaran kedudukan batuan pada peta lokasi ditunjukkan oleh lokasi 12, 13, dan 14

KEKAR
1. Definisi
Kekar adalah struktur rekahan yang belum/tidak mengalami pergeseran. Kekar dapat
terbentuk baik secara primer (bersamaan dengan pembentukan batuan, misalnya kekar kolom
dan kekar melembar pada batuan beku) maupun secara sekunder (setelah proses
pembentukan batuan, umumnya merupakan kekar tektonik). Pada acara praktikum ini yang
akan dibahas adalah kekar tektonik. Klasifikasi kekar berdasarkan genesanya, dibagi menjadi
:
A. Shear joint (kekar gerus), yaitu kekar yang terjadi akibat tegasan kompresif (compressive
stress).
B. Tension joint (kekar tarik) ,yaitu kekar yang terjadi akibat tegasan tarikan (tension stress),
yang dibedakan menjadi :
a.

Extension joint, terjadi akibat peregangan / tarikan.

b. Release joint, terjadi akibat hilangnya tegasan yang bekerja.

2. Analisis Kekar
Secara skematis prosedur yang dilakukan pada pengambilan data lapangan sampai
interpretasi terbentuknya (sejarah terbentuknya) kekar adalah sebagai berikut :

Metode statistik dengan satu parameter


Yang dimaksud satu parameter adalah data-data yang akan dibuat diagramnya
hanya terdiri dari satu unsur pengukuran, misalnya data - data jurus dari kekar vertikal,
arah - a r a h (b e a r i n g) l i n i a s i s t r u k t u r s e d i m e n , a r a h l i n i a s i f r a g
m e n b r e k s i s e s a r, a r a h kelurusan gawir, dsb.
Jenis diagram dari metode adalah: a) Diagram kipas b) Diagram roset c) Histogram.
a) Diagram kipas Tujuan diagram ini adalah untuk mengetahui arah kelurusan umum yang
datanya hanya menggunakan satu unsur pengukuran saja (data bearing dan mengabaikan
trend ). Data-data pengukuran dimasukkan dalam suatu tabel sehingga mempermudah
proses dalam pembuatan diagramnya.
Cara Pembuatan Diagram Kipas :
Dari pengukuran dilapangan didapatkan data seperti di bawah ini : Tabel: 5.1. 50 data
pengukuran jurus kekar gerus vertikal.

N .............. E
186
10
191
12
187
9
356
177
14
7

N..........E
8
188
181
1
16
13
192
7
185
195

N........E
190
183
3
357
18
197
16
193
15
203

N...........E
189
2
16
4
199
359
179
199
178
172

N.........E
351
174
353
6
21
23
201
24
204
11

1. Membuat tabulasi data dari data-data di atas.


2. Menentukan jari-jari diagram dengan menjadikan jumlah data terbanyak sebagai jari-jari
maksimum, dalam soal berarti 6 interval dimana tiap interval berharga 4%.

3. Membagi sisi paling luar dari busur sesuai dengan pembagian arahnya, dari situ ditarik
garis-garis kearah pusat busur
4. Terakhir memasukkan hasil perhitungan persentase ke dalam gambar sehingga
didapatkan analisa arah umum kekar gerusnya N007E / 30 - N018E / 30

ARAH
N ........ E

N ......... E

05
5 10
10 15
15 20
20 25
25 30
30 35
35 40
40 45
45 50
50 55
55 60
60 65
65 70
70 75
75 80
80 85
85 90
90 95
95 100
100 105
105 110
110 -115
115 120
120 125
125 130
130 -135
135 140
140 145
145 150
150 155
155 160

180 - 185
185 - 190
190 - 195
195 - 200
200 - 205
205 - 210
210 - 215
215 - 220
220 - 225
225 - 230
230 - 235
235 - 240
240 - 245
245 - 250
250 - 255
255 - 260
260 - 265
265 - 270
270 - 275
275 - 280
280 - 285
285 - 290
290 - 295
295 - 300
300 - 305
305 - 310
310 - 315
315 - 320
320 - 325
325 - 330
330 - 335
335 - 340

NOTASI

JUMLAH

160 165
165 170
170-175
175 180

340 - 345
345 - 350
350 - 355
355 - 360
Tabulasi data untuk pembuatan diagram kipas

Jari jari diagram setengah lingkaran dalam pembuatan diagram roset

Pembagian interval dari pusat busur

Hasil analisis arah umum kekar

S E S AR
1. Definisi
Sesar adalah suatu rekahan yang memperlihatkan pergeseran cukup besar dan sejajar
terhadap bidang rekahan yang terbentuk. Pergeseran pada sesar dapat terjadi sepanjang garis
lurus (translasi) atau terputar (rotasi). Dalam praktikum ini, hanya pergeseran translasi yang
di analisis.
2. Anatomi Sesar (unsur-unsur sesar)
A.
Bidang sesar (fault plane) adalah suatu bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang
B.

tergeserkan.
Jurus sesar (strike) adalah arah dari suatu garis horizontal yang merupakan

C.

perpotongan antara bidang sesar dengan bidang horizontal.


Kemiringan sesar (dip) adalah sudut antara bidang sesar dengan bidang horizontal

D.

dan diukur tegak lurus jurus sesar.


Atap sesar (hanging wall) adalah blok yang terletak diatas bidang sesar apabila

E.
F.

bidang sesamya tidak vertikal.


Foot wall adalah blok yang terletak dibawah bidang sesar.
Hade adalah sudut antara garis vertikal dengan bidang sesar dan merupakan penyiku

G.

dari dip sesar.


Heave adalah komponen horizontal dari slip / separation, diukur pada bidang vertikal

H.

yang tegak lurus jurus sesar.


Throw adalah komponen vertikal dari slip/separation,diukur pada bidang vertikal

I.

yang tegak turus jurus sesar.


Strike-slip fault yaitu sesar yang mempunyai pergerakan sejajar terhadap arah jurus

J.

bidang sesar kadang-kadang disebut wrench faults, tear faults atau transcurrent faults.
Dip-slip fault yaitu sesar yang mempunyai pergerakan naik atau turun sejajar terhadap
arah kemiringan sesar.

K.

Oblique-slip fault yaitu pergerakan sesar kombinasi antara strike-slip dan dip-slip.

L.

(Gambar 7.2.)
Slickensides yaitu kenampakan pada permukaan sesar yang memperlihatkan
pertumbuhan mineral-mineral fibrous yang sejajar terhadap arah pergerakan.

Sifat pergeseran sesar dapat dibedakan menjadi :


a. Pergeseran semu (separation).
Jarak tegak lurus antara bidang yang terpisah oleh gejala sesar dan diukur pada
bidang sesar. Komponen dari separation diukur pada arah tertentu, yaitu sejajar jurus (strike
separation) dan arah kemiringan sesar (dip separation). Sedangkan total pergeseran semu
ialah net separation.
b. Pergesaran relatif sebenarnya (slip)
Pergeseran relatif pada sesar, diukur dari blok satu ke lainnya pada bidang sesar dan merupakan
pergeseran titik yang sebelumnya berhimpit. Total pergeseran disebut Net Slip

Anatomi Sesar

Oblique - slip fault memperlihatkan komponen net slip dan rake dari net slip

Net separation

Net Slip (A A)

3. Klasifikasi Sesar
Sesar dapat diklasifikasikan dengan pendekatan geometri yang berbeda, di mana
aspek yang terpenting dari geometri tersebut adalah pergeseran. Atas dasar sifat
pergeserannya, maka sesar dibagi menjadi :
A. Berdasarkan Sifat Pergeseran Semu (Separation)

a. Strike separation
Left -separation fault

Jika pergeseran ke kirinya hanya dilihat dari satu kenampakan horizontal.


-

Right -separation fault.

Jika pergeseran ke kanannya hanya dilihat dari satu kenampakan horizontal.


-

b. Dip separation
Normal -separation fault

Jika pergeseran normalnya hanya dilihat dari satu penampang vertikal.


-

Reverse -separation fault

Jika pergeseran naiknya hanya dilihat dari satu penampang vertikal.


B. Berdasarkan Sifat Pergeseran Relatif Sebenarnya (Slip)
a. Strike slip.
- Left -slip fault.
Blok yang berlawanan bergerak relatif sebenarnya ke arah kiri.
-

Right -slip fault.

Blok yang berlawanan bergerak relatif sebenarnya ke arah kanan.

b. Dip slip.
Normal -slip fault.

Blok hanging wall bergerak relatif turun.


-

Reverse - slip fault.

Blok hanging wall bergerak relatif naik.

c. Oblique slip.
Normal left -slip fault.
Normal right -slip fault.
Reverse left - slip fault.
Reverse right -slip fault.
Vertikal oblique -slip fault.

4. Contoh Analisis Sesar.


Contoh yang akan diberikan di bawah ini adalah untuk kasus di mana data-data sesar yang
dijumpai di lapangan tidak menunjukkan adanya bukti pergeseran (slip indicator) Misalnya offset
lapisan, drag fold dsb. Data yang didapat berupa unsur-unsur penyerta pada suatu jalur sesar
biasanya terdiri dari kekar-kekar (Shear Fracture/SF dan Gash Fracture/GF) dan Breksiasi.
Contoh Kasus :
Pada Lokasi Pengamatan (LP) 48 di Sungai Lhokseumawe terdapat jalur breksiasi pada
satu satuan batuan yang memiliki sifat fisis cenderung brittle, sehingga berkembang dengan baik
struktur penyerta rekahan terbuka (gash fracture) dan rekahan gerus (shear fracture) yang dapat
dibedakan dengan jelas di lapangan, namun tidak dijumpai bidang sesar. Maka seorang
mahasiswa geologi melakukan pengukuran kekar yang hasilnya sebagai berikut :

Shear Fracture NE / ..
316/52
335/60
318/61
342/58
325/52
345/55
326/48
346/64
333/56
352/58
359/60
353/60

Gash Fracture
248/60
252/70
256/74
257/60
259/72
262/63

NE / ..
262/65
262/68
262/74
266/70
275/67
276/72

Breksiasi N.. E
024

022

021

024

024

205

204

204

025

205

022

027

Penyelesaian :
1. Memplotkan semua data SF dan GF pada kertas kalkir di atas "Polar Equal Area Net"
2. Memplotkan hasil pengeplopatan SF dan GF pada kertas kalkir (nomor 1) pada "Kalsbeek
Counting Net", kemudian mulai menghitungnya
3. Membuat peta kontur berdasarkan hasil perhitungan nomor 2

4. Menghitung prosentase kerapatan data, yaitu (ketinggian/jumlah data) x 100 % (Gambar 7.6.).
5. Membaca arah umum kedudukan dari SF dan GF dari titik tertinggi. Didapatkan arah umum
dari GF N 260 E / 69 dan SF N 348 E/58.
6. Menentukan arah umum dari breksiasi dengan diagram kipas, didapatkan N 024 E (Gambar
7.7.).
7. Kemudian dari ketiga data arah umum tersebut melakukan analisis dengan menggunakan Wulf
Net (Gambar 7.8.). Caranya :
a.

Mengeplotkan kedudukan umum SF dan GF.

b.

Perpotongan antara SF dan GF didapatkan titik 22'

c.

22' diletakkan di sepanjang W-E stereonet, kemudian hitunglah 90 ke arah pusat

stereonet, kemudian buatlah busur melalui titik 90 tersebut maka didapat bidang bantu (garis
putus-putus).
d.

Perpotongan GF dengan bidang Bantu didapatkan titik 1'.

e.

Mengeplotkan arah umum breksiasi. Kemudian diletakkan pada N-S stereonet. Buatlah

busur melalui 22' maka didapatkan bidang sesar.


f.

Perpotongan bidang sesar dengan bidang bantu adalah net slip.

g.

Mengukur kedudukan bidang sesar dan rake net slip.

h.

Bidang bantu diletakkan pada N-S stereonet. Perhatikan posisi SF dan GF.

i.

Apabila sudut antara 1'dengan net slip yang diukur sepanjang bidang Bantu mempunyai

kisaran 45-75, maka pergerakan sesar menuju sudut lancipnya.


j.

Sedangkan sudut antara SF dengan net slip mempunyai kisaran 15-.45, maka

pergeseran sesar menuju sudut tumpulnya.


k.

Mengeplotkan arah pergeseran pada net slipnya (simbol pergeseran sesar).

8. Dari hasil analisis didapatkan sebagai berikut :


Bidang sesar : N 024 E / 74 1 : 34, N 230E
Net Slip : 30, N 195E 2 : 54, N 048E
Rake : 32 3 : 03, N 014E
Gash fracture : N 260E / 69 1 : 26, N 271E

Shear friacture : N 348E/58 2': 54, N 048E


3 : 22, N 196E
9. Penamaan sesar berdasarkan klasifikasi Rickard, 1972 (Gambar 7.9.). Caranya :
merekonstruksi pergeseran sesar berdasarkan net slipnya, apakah naik atau turun dan kiri atau
kanan. Misal slipnya adalah kiri - turun, maka pada diagram Rickard yang ditutup pada bagian
kanan dan naik. Kemudian data dip sesar dan rake net slip dimasukkan. Nama sesar dibaca
sesuai dengan nomor yang terdapat pada kotak.
10. Berdasarkan klasifikasi Rickard, 1972, nama sesarnya adalah Normal Right Slip Fault.
(nomor 11).

L I P A TA N
1. Definisi
Lipatan merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang ditunjukkan
sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang di dalam
bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan adalah bidang perlipatan,

foliasi, dan liniasi. Berdasarkan proses perlipatan dan jenis batuan yang terlipat, dapat
dibedakan menjadi empat macam lipatan, yaitu :
a.
b.
c.
d.

Flexure / competent folding termasuk di dalamnya parallel fold


Flow / incompetent folding termasuk di dalamnya simillar fold
Shear folding
Flexure and Flow folding

Mekanisme gaya yang menyebabkannya ada dua macam :


A. Buckling (melipat) disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan permukaan
lempeng
B. Bending (pelengkungan), disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya tegak lurus
permukaan lempeng

Macam proses perlipatan dan jenis batuan yang terlipat

Mekanisme gaya yang menyebabkan terbentuknya lipatan


2. Jenis-jenis Lipatan.
a. Antiklin, struktur lipatan dengan bentuk convex (cembung) di mana lapisan batuan
yang tua berada di bagian inti antiklin.
b. Sinklin, struktur lipatan dengan bentuk concave (cekung) di mana lapisan batuan
yang muda berada di bagian inti sinklin.
c. Antiform, struktur lipatan seperti antiklin namun umur batuan tidak diketahui.
d. Sinform, struktur lipatan seperti sinklin namun umur batuan tidak diketahui.
e. Sinklin Antiformal, struktur lipatan seperti antiklin dengan lapisan batuan yang tua di
bagian atas dan batuan yang muda di bagian bawah.
f. Antiklin Sinformal, struktur lipatan seperti sinklin dengan lapisan batuan yang tua
dibagian atas dan lapisan batuan yang muda dibawah.
g. Struktur kubah (Dome) yaitu suatu jenis tertentu antiklin di mana lapisan batuan
mempunyai kemiringan ke segala arah yang menyebar dari satu titik.
h. Struktur depresi (Basinal) adalah suatu jenis unik sinklin di mana kemiringan lapisan
batuan menuju ke satu titik.

a.
b.
c.
d.
e.

Antiklin dan Sinklin (penampang melintang),


Antiform dan Sinform (penampang melintang),
Antiklin dan Sinklin dengan penunjaman ganda (kenampakan peta),
Dome dan basin (kenampakan peta),
Antiformal sinklin dan Sinformal Antiklin (dalam penampang melintang), C,O dan S
menunjukan batuan berumur Kambrium, Ordovisium, dan Silur ( Moore, 1992,hal 224 )

3. Unsur-unsur Lipatan.
Hinge, adalah titik pelengkungan maksimum dari lipatan. Hinge line / axial line
merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik pelengkungan maksimum tersebut.
Sedangkan Hinge surface / Axial surface adalah bidang khayal dimana terdapat semua hinge line
dari suatu lipatan.

Crest, adalah titik tertinggi dari lipatan. Crestal line merupakan garis khayal yang
menghubungkan titik-titik tertinggi pada lipatan tersebut. Sedangkan Crestal surface adalah
bidang khayal dimana terdapat semua Crestal line.
Trough, adalah titik dasar terendah dari lipatan. Trough line merupakan garis khayal yang
menghubungkan titik-titik dasar terendah pada lipatan. Trough surface adalah bidang khayal
dimana terdapat semua trough line pada suatu lipatan.
Plunge, sudut penunjaman dari hinge line terhadap bidang horizontal dan diukur pada
bidang vertikal.
Bearing, sudut horizontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan ini merupakan arah
dari penunjaman suatu hinge line / axial line.
Rake, sudut antara hinge line / axial line dengan bidang / garis horizontal yang diukur
pada axial surface.

4. Rekonstruksi Lipatan Rekonstruksi lipatan umumnya dilakukan berdasarkan hasil


pengukuran kedudukan lapisan dari lapangan, atau pembuatan suatu penampang dari peta
geologi. Rekonstruksi lipatan hanya dilakukan pada batuan sedimen dan berdasarkan
pada suatu lapisan penunjuk ( key bed ).
A. Metode Busur Lingkaran (arc method) Metode ini dipakai untuk lipatan pada batuan yang
competent , misalnya lipatan parallel. Dasar dari metode ini adalah anggapan bahwa
lipatan merupakan bentuk busur dari suatu lingkaran dengan pusatnya adalah
perpotongan antara sumbu-sumbu kemiringan yang berdekatan.
Rekonstruksinya dapat dilakukan dengan menghubungkan busur lingkaran secara
langsung bila data yang ada hanya kemiringan dan batas lapisan hanya setempat.
Contoh : Pada lintasan tepat timur-barat dari suatu penyelidikan, didapatkan data pengukuran
kemiringan ( dip lapisan) dengan jurus utara-selatan. Dimulai dari lokasi A paling barat berturutturut sebagai berikut: A=200 E, B=100 W ( A dan B merupakan batas lithologi yang sama),
C=450 W, D=100 W, E=horizontal, F=250 E, G=750 E, H=500 E, I=200 E.
Permasalahan : Rekontruksi bentuk lipatan daerah tersebut.
Rekontruksi :
a. Buat garis sumbu kemiringan lapisan pada setiap lokasi pengukuran
b. Garis-garis sumbu tersebut akan saling berpotongan di titik O1,O2,O3 dst.
c. Maka titik-titik O1,O2,O3 dst tersebut sebagai pusat lingkaran untuk membuat busur
sebagai rekonstruksi lipatannya.
d. Apabila batas-batas lapisannya dijumpai berulang pada lintasan yang akan direkonstruksi,
maka pembuatan busur lingkaran dilakukan dengan intrapolasi.
Rekonstruksi cara interpolasi dapat dikerjakan menurut cara Higgins (1962) dan cara Busk
(1928).

B. Metode Interpolasi Higgins (1962) Contoh : Pada lintasan / penampang arah E-W, di
lokasi A dan B dijumpai batas lapisan yang sama dengan kedudukan yang berlawanan. Di
lokasi A kemiringan 400 ke barat dan B miring ke timur sebesar 600.
Permasalahan : Rekontruksi bentuk lipatan daerah tersebut.
Rekontruksi :(Gambar 8.7) 1. Tarik garis tegak lurus dan sama panjang dari A (A-OA) dan B (BD) sehingga berpotongan di titik C. 2. Hubungkabn titik D dan Oa serta buatlah bisektor D-Oa
sehingga memotong garis BD di Ob . 3. Tarik garis Oa-Ob sampai melewati batas busur yans
akan di buat (garis ini merupakan batas busur lingkaran). 4. Buatlah busur dari titik A dengan
pusat di Oa sampai memotong garis Oa-Ob di titik F. 5. Buatlah busur dari titik B dengan pusat
di Ob dan memotong garis Oa-Ob di titik F (busur dari titik A dan titik B bertemu di garis OaOb).

C. Metode Interpolasi Busk (1929) Contoh : Pada lintasan arah E-W dijumpai batas lapisan
yang sama di lokasi A dan D,masingmasing kemiringannya 500 ke timur dan 650 ke
barat. Di lokasi B dan C dijumpai singkapan dengan masing-masing kemiringannya 350
ke barat dan 500 ke timur.
Permasalahan : Rekontruksi bentuk lipatan daerah tersebut.
Rekontruksi :
a. Secara teoritis bentuk lipatan adalah AHIJ dengan pusat lingkaran di O1, O2 dan O3.
b. Buat garis sumbu di A, B, C dan D
c. Buat busur lingkaran dengan pusat O1 dan O3, sehingga memotong garis sumbu
kemiringan di titik H dan K.
d. Melalui H dan K tarik garis HM dan Kt masing-masing tegak lurus pada garis sumbu
kemiringan serta berpotongan di N.

e. Melalui N tarik garis OP tegaklurus AD (arah lintasan / penampang) sehingga memotong


garis sumbu kemiringan di R dan S. AHIJ, dengan pusat busur lingkaran di R dan S
f. Maka titik R sebagai pusat busur lingkaran dengan jari-jari RK dan titik S sebagai pusat
busur lingkaran dengan jari-jari SH
g. Lipatannya dapat direkonstruksi yaitu AHTKD.

Вам также может понравиться