Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PERCOBAAN III
PARTISI EKSTRAK TUMBUHAN SERAI (CYMBOPOGON CITRATUS)
NAMA
NIM
KELAS
KELOMPOK
ASISTEN
OLEH :
: VIA SILVANA
: O1A1 14 058
:B
: VI (ENAM)
: WISDAYANTI NUR FATMA IMRAN
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
PERCOBAAN III
PARTISI EKSTRAK
A. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui prinsip dasar ekstraksi cair-cair.
2. Melakukan ekstraksi cair-cair komponen kimia dari bahan alam.
B. Teori Umun
Pada ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran
yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut,
banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod, atau logam-logam tertentu
dalam larutan air (Yazid, 2005).
Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk memperlakukan sampel
atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari komponen matrix
yang mungkin menggangu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit. Disamping
itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada didalam
sampel dalam jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan
untuk deteksi dan kuantifikasinya. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan
faes yanglain pelarut organik seperti kloroform atau petroleum eter. Senyawasenyawa yang bersifat polar akan ditemukan didalam fase air,sedangkan
senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut anorganik.
Analit yang tereksasi kedalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali
dengan cara penguapan pelarut, sedangkan analit yang masuk kedalam fase air
seringkali diinjeksikan secara langsung kedalam kolom ( Rohman, 2009).
Prinsip dasar dari ekstrak cair-cair ini melibatkan pengontakan suatu
larutan dengan pelarut (solvent) lain yang tidak saling melarut (immisible)
dengan pelarut asal yang mempunyai densitas yang berbeda sehingga akan
terbentuk dua fasa beberapa saat setelah penambahan solvent. Dalam proses
pengontakan yang terjadi dalam kolom isisan, salah satu cairan didispersikan
dalam bentuk tetesan ke dalam cairan pendispersi teetsan yang disebut dengan
fasa kontinyu. Ekstraksi cair-cair dalam kolom isian memiliki beberapa
keunggulan jika dibandingkan dalam kolom kososng. Keunggulan tersebut
antara lain dapat mempertahankan tetesan dalam ukuran yang kecil dan adanya
turbulensi yang tinggi akibat tetesan bergerak kesela-sela isian dan aliran fasa
kontinyu yang mengalir dari atas ke bawah kolom isian. Hal ini menjadikan
tetesan memiliki luas permukaan kontak yang besar dan kmudian berpindahnya
senaywa terlarut dari salah satu cairan ke cairan lainnya (Mirwan dkk., 2008).
Proses penyarian dapat dikategorikan menjadi 4 tahap yaitu (1)
penyerbukan, pada umumnya proses penyarian akan berjalan dengan baik
apabila permukaan simplisia yang akan bersentuhan dengan penyari diperluas.
Oleh karena itu, semakin halus karena menyebabkan kesulitan pada saat proses
penyarian karena ruang antarsel berkurang. (2) pembasahan, bertujuan untuk
memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada pelarut untuk mengisi poripori simplisia, sehingga mempermudah saat penarikan zat aktif. Dinding sel
tumbuhan yang terdiri dari selulosa. (3) penyarian, zat aktif yang sudah ditarik
oleh pelarut harus melewati dinding sel untuk dikeluarkan dari sel tersebut.
Proses difusi lebih berpengaruh daripada proses osmosis, karena pada proses
difusi pelarut akan melewati pori-pori luar mebran ke dalam sel untuk menarik
zat aktif. Penyarian dipengaruhi oleh derajat kehalusan, serbuk simplisia dan
perbedaan konsentrasi dari pusat sel simplisia sampai ke permukaannya.
Semakin kasar serbuk simplisia konsentrasi zat aktif yang terlarut dan tertinggal
akan semakin banyak, sehingga serbuk simplisia harus dijaga sehalus mungkin
tanpa merusak selnya. (4) pemekatan (penguapan), setelah semua zat aktif
terpisah dari zat yang tidak diinginkan, dilakukan pemekatan dengan cara
penguapan supaya dapat menjadi ekstrak, dilakukan. Pelarut yang digunakan
dapat diuapkan sebagian ataupun seluruhnya. Harus diperhatikan stabilitas dari
zat yang diinginkan. Faktor yang memengaruhi pemekatan yaitu suhu,
kelembapan, waktu, metode penguapan dan konsentrasi (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1986).
Gelas kimia
Batang pengaduk
Corong pisah
Botol Vial
Timbangan analitik
Cawan
Pipet tetes
2) Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
-
Pelarut Metanol
Pelarut n- Heksan
Aquades
Aluminium Foil
Tisu
D. Prosedur Kerja
Fraksi n-heksan
Fraksi metanol
Fraksi metanol
2) Gambar
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
LABORATORIUM
FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALU
OLEO
LABORATORIUM
FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALU
OLEO
LABORATORIUM
FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALU
OLEO
Fraksi Metanol
Fraksi n-heksan
E. Pembahasan
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Ekstrksi adalah suatu proses pemisahan suatu
zat berdasrkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan
lebih mudah larut dalam pelarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai
ketika pelarut organik menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel,
maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini akan berulang
terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar
sel.
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling bercampur
menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.
Bahkan dimana tujuan primer bukan analitis namun preparatif, ekstraksi dengan
menggunakan pelarut merupakan suatu langkah penting dalam mencari senyawa
aktif suatu tumbuhan, dan kadang-kadang digunakan peralatan yang rumit namun
seringkali diperlukan hanya sebuah corong pisah. Seringkali suatu pemisahan
ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit,
pemisahan ekstraksi biasanya bersih dalam arti tak ada analog kospresipitasi
dengan suatu sistem yang terjadi.
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia
diantara dua fase pelarut yang tidak dapat saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya lagi larut pada fase kedua.
Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai
terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase zat cair. Komponen
batang
dari
tumbuhan
serai
(Cymbopogon
citratus)
dengan
menggunakan pelarut yang bersifat polar yiatu methanol dan yang bersifat
nonpolar yaitu n-heksan. Langkah pertama yang dilakukan yaitu ditimbang
sampel sebanyak 5 gram. Setelah sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke
dalam gelas kimia. Ekstrak batang serai tersebut dilarutkan dalam metanol karena
tujuan pelarut yang pertama yaitu sebagai pembawa senyawa-senyawa yang
terdapat pada ekstrak tersebut. Oleh karena itu, methanol selain pelarut polar, juga
termasuk pelarut semi polar yang dapat membawa semua senyawa tersebut.
Selanjutnya diaduk hingga larut dan homogen. Setelah itu, disaring menggunakan
corong pisah dan ditambahkan n-heksan kemudian dikocok dan didiamkan selama
beberapa menit sampai terjadi pemisahan. Dalam proses pemisahan ini, senyawa
yang bersifat nonpolar akan berada dalam fase bawah sedangkan senyawa yang
bersifat polar berada dalam fase atas. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
berat jenis antara methanol dan n-heksan. Berat jenis n-heksan yaitu 0,654 g/ml
lebih kecil dibandingkan dengan metanol 0,79 g/ml. dilakukan hal yang sama
dengan menggunakan pelarut polar berupa air dan pelarut non polar berupa etil
asetat.
Setelah terjadi pemisahan, pelarut tersebut dikeluarkan dari corong pisah
dengan mendahulukan pelarut yang berada dibagian bawah dan dimasukkan
kedalam gelas kimia yang berbeda. Setelah itu pelarut yang sudah mengandung
ekstrak diuapkan untuk mendapatkan ektrak yang bersifat polar dan nonpolar
yang kemudian akan diuji dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) untuk
mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terdapat dalam fase polar dan dalam fase
nonpolar.
F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Prinsip dasar dari ekstrak cair-cair ini melibatkan pengontakan
suatu larutan dengan pelarut (solvent) lain yang tidak saling
melarut (immisible) dengan pelarut asal yang mempunyai
densitas yang berbeda sehingga akan terbentuk dua fasa
beberapa saat setelah penambahan solvent.
2. Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling bercampur
menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut merupakan suatu langkah penting
dalam mencari senyawa aktif suatu tumbuhan, dan kadang-kadang digunakan
peralatan yang rumit namun seringkali diperlukan hanya sebuah corong pisah.
Seringkali suatu pemisahan ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat
diselesaikan dalam beberapa menit, pemisahan ekstraksi biasanya bersih
dalam arti tak ada analog kospresipitasi dengan suatu sistem yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia edisi III . Departemen Kesehatan RI :
Jakarta.
Mirwan, A., Doni R, W. 2008. Pengaruh Isian Jenis Bola Kaca terhadap Dinamika
Tetes dan Koefisien Pindah Massa Ekstraksi Cair-Cair dalam Kolom
Isian. INFO TEKNIK 9(2) :112 - 116 .
Rohman,. A,. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Yazid,. E,. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi. Yogyakarta.