Вы находитесь на странице: 1из 20

GREISEN

Pembentukan endapan greisen berkaitan dengan intrusi batuan beku asam, yaitu
granit. intrusi granit umumnya terjadi pada lempeng benua yang mengalami collision.
Terdapat 2 jenis dari tipe endapan greisen, yaitu: endogreisen dan eksogreisen. Endogreisen
adalah granit yang mengalami greisenisasi, sedangkan eksogreisen adalah greisenisasi pada
host rock.
Metode yang digunakan dalam analisis endapan greisen, antara lain:
-

SEM

Gambar analisis SEM

XRD
Geokimia
Inklusi fluida

Alterasi pada greisen umumnya dicirikan dengan kehadiran mineral-mineral: kuarsaserisit, kuarasa-klorit-serisit, dan kurasa-topaz-serisit. Selain itu, terdapat beberapa alterasi
yang terjadi pada greisen, antara lain:
1

Alterasi albit, berkembang secara lemah dalam porsi apical dari granit True Hill

porfiri. Albit sekunder sering mengganti K-feldspar.


2 K-feldspatisasi dan biotitisasi, berasosiasi dengan vein kuarsa pada lingkungan
3

eksogranitik
Alterasi topaz, biasanya berasosiasi dengan vein kuarsa-topaz-serisit greisen yang
melimpah di kubah C. Topaz dan kuarsa umumnya membentuk selvage dari serisit

sekunder dan kuarsa sekunder dan residual.


Alterasi silisik, berasosiasi dengan seluruh proses greisenisasi. Vein kuarsa dan kuarsa

di tengah vein greisen merupakan umum di lingkungan endogranitik dan eksogranitik


Seritisasi, dapat terjadi akibat reaksi hidrolisis melibatkan mineral primer batuan beku

dan metasomatisme alkali


Kloritisasi, hadir baik dalam vein maupun zona pervasive lokal

Alterasi tourmaline, terbatas hanya pada batuan metasedimen dan berasosiasi dengan

semua tipe alterasi yang ada di lingkungan eksogranitik.


Fluoritisasi, fluorit berasosiasi dengan segala tipe alterasi. Fiksasi fluorin menjadi
fluorit terjadi karena adanya peningkatan aktifitas Ca dalam fluida hidrotermal
pembawa HF hingga alterasi plagioklas.
Mineralisasi greisen dicirikan juga dengan adanya urat kuarsa yang biasanya

dicirikan dengan tekstur vuggy. Mineral-mineral bijih yang umumnya terbentuk pada tipe
endapan greisen adalah kasiterit (Sn), wolframit (W), molybdenite (Mo), bismutinit (Bi),
pirit, sphalerite, kalkopirit, arsenopirit, magnetit, hematit, serta kehadiran scheelite.

DAFTAR PUSTAKA
Breaks, F.W. 1988. The Petrunka W-Be Property-An Archean Holmquistite-bearing Greisen
System. Ontario.
Kellogg, Karl S., dan Charles W. Smith. 1986. Geology and tin-greisen mineralization of the
Akash granite, northern Arabian Shield. Great Britain: Pergamon Press Ltd.
Pirajno, Franco dan Phil N. Bentley. 1985. Greisen-Related Scheelite, Gold And Sulphide
Mineralisation At Kirwans Hili And Bateman Creek, Reefton District, Westland, New
Zealand. New Zealand.
Rojik, Petr. 2005. Tin Deposits at Prebuz and Rolava in the Krusne hory / Erzgebirge, Czech
Republic: classic localities, new challenge. Republik Ceko.
Sinclair, W.D. 1998. Vein-Stockwork Tin, Tungsten. Canada: Geology of Canada no. 8, p.
409-420.
The petrogenesis of a wolframite-bearing greisen in the Vykmanov granite stock, Western
Krun hory pluton (Czech Republic).

VOLCANOGENIC MASSIVE SULPHIDE


Endapan volcanogenic massive sulfide (VMS) (juga dikenal sebagai volcanic-hosted
massive sulphide (VHMS), volcanic-associated massive sulphide (VAMS) or volcanicsedimentary-hosted massive sulphide (VSHMS)) terdiri dari lensa sulfide massif yang
terbentuk di atau dekat dasar laut dari sekitar cairan hidrothermal metalliferous (menurut,
Franklin dkk, 1981; Large, 1992; Large dkk, 2001; Franklin dkk, 2005; Gallery dkk, 2007.)
Endapan ini umumnya polymetalik (Zn-Pb-Cu-Au-Ag) dan merupakan contributor penting
untuk suplai Zn di dunia, memiliki kontribusi 22% bagi sejarah prosuksi Zn di dunia. (Singer,
1995; Gallery dkk, 2007). Endapan VMS berasosiasi dengan aktivitas vulkanisme felsic.
Endapan VMS yang terbentuk pada batuan Arkean sampai sekarang hadir di setiap
benua kecuali Antartika (Franklin dkk, 2005), telah ditambang selama ribuan tahun (Saez
dkk, 1996) dan secara aktif membentuk di dalam dasar laut modern (Hannington dkk, 2005);
mereka merupakan satu dari yang terbaik dalam memahami jenis endapan bijih.
Sekitar 80% dari endapan VMS didunia terjadi di arc-related yang terkait dengan
succession dan sisanya terjadi pada ophiliotik succession yang umumnya adalah perpecahan
back-arc atau cekungan marjinal (Franklin et al, 1999). Dalam lingkungan tektonik endapan
terbentuk pada lingkungan vulkanik yang berkaitan dengan rifting, baik dalam lingkungan arc
atau back-arc, pada kerak ocean atau di dekat zona konvergen dari kerak ocean dengan kerak
kontinental. Namun, kriteria yang digunakan untuk membahas tektonik setting dari VMS
deposit kuno, biasanya terfokus pada komposisi dari batuan asal dan bukan rekontruksi
paleogeographic. Yang terakhir ini memerlukan studi tentang vulkanologi, sedimentologi, dan
structure yang komprehensif. Dengan demikian, tektonik setting kuno dari VMS deposit,
yang terbaik, disimpulkan bahwa ketidakpastian yang dihasilkan dari skala pengamatan, dan
kualitas data geologi dan data geokimia yang tersedia.
Persebaran dari endapan VMS, yaitu pada dasar gunung berapi yang luar biasa tinggi
dengan kandungan logam mulia bernilai, dan kadar anomali elemen (Sn, Hg, Bi, Se, dll) dan
merupakan sumber fluida yang baik dan masuk untuk mendukung komponen cairan
magmatik ke endapan VMS. Komponen cairan magmatik akan mempengaruhi filsafat
eksplorasi dengan mengembangkan kriteria baru dan teknik yang bertujuan untuk
mengungkap sejarah petrogenetic suatu daerah bukan berfokus atribut lain, seperti Alterasi
semiconformable.
Semiconformable alterasi terjadi sangat luas, luasan regional daerah, lebih dari 10
kilometer dan panjang kemenerusanya, dari batuan yang teraltrasi. Zona ini telah diakui dan

didokumentasikan dalam asal succession VMS deposit dimana ia ditafsirkan untuk menjadi
produk dari hidrothermal dasar laut pada sistem konveksi (MacGeehan, 1987; Gibson, et al.,
1983; Skirro and Franklin, 1994). Meskipun beberapa alterasi semiconformable terjadi
perubahan terkait penipisan kandungan logam masih ada ketidakpastian tentang waktu lokasi
dan, karenanya, peran semiconformable alterasi di dalam formasi VMS deposit.
Perubahan yang terkait dengan zona debit yang langsung mendasari semua endapan
VMS telah diteliti secara luas. Ini telah ditunjukkan melalui kedua interaksi fluida suhu tinggi
yaitu cairan hidrotermal (Fe, Mn, selain logam dasar) dan cairan advected lokal (Alterasi Mg)
dengan batu yang bersebelahan. Zona tersebut memberikan indikator halus dari endapan
VMS, dan pada dokumentasi yang mereka lakukan akan meningkatkan penemuan endapan
baru, terutama di medan yang belum terbentuk.
Endapan VMS menunjukan zonasi vertikal dan lateral yang menonjol pada mineralogi
sulfida dan komposisi kimia. zonasi ini ditafsirkan produk dari "zona proses penyulingan"
dimana lebih rendah suhu kumpulan pirit-sfalerit sulfida yang digantikan oleh suhu yang
lebih tinggi yaitu kumpulan kalkopirit-pirhotit (Lydon, 1988). Distribusi emas juga dapat
dijelaskan oleh zona penyulingan. Namun, kadar variasi Au pada endapan VMS yang terjadi
Au-kaya akan endapan VMS dan kurang dipahami. Variasi au mungkin dari efisiensi proses
pemurnian zona, atau variasi dalam kimia dan fisik (mendidih) karakteristik cairan
hidrotermal dan Au terkonsentrasi pada saat Au jenuh dan pada saat curah hujan (Hannington
dan Scott, 1989; Huston dan Besar, 1989).
Endapan VMS merupakan sumber utama dari Zn, Cu, Pb, Ag dan Au, serta sumber
penting untuk Co, Sn, Se, Mn, Cd, In, Bi, Te, Ga dan Ge. Beberapa juga berisi jumlah yang
besar untuk As, Sb, dan Hg.

DAFTAR PUSTAKA
Galley, A.G., Hannington, M.D., and Jonasson, I.R. 2007. Volcanogenic massive sulphide
deposits. Geological Association of Canada, Mineral Deposits Division, Special
Publication No. 5, p. 141-161.
Piercey, Stephen J., dkk. Zinc-rich in Volcanogenic Massive Sulphide (VMS) Deposit.
Gibson, Harold L., James M. Franklin, dan D. Hannington. A genetic model for VolcanicAssociated Massive Sulfide Deposits, an overview of progress made and problems
remaining.

SKARN
Skarn terbentuk akibat adanya hubungan antara batuan karbonat dan intrusi batuan
beku. Intrusi yang menerobos batuan karbonat akan menyebabkan proses metaformisme
kontak pada batuan karbonat, selain itu, fluida panas yang dihasilkan juga akan mengubah
mineral-mineral pada batugamping. Jenis intrusi yang menyebabkan terjadinya skarn, yaitu:
andesit, granite, granodiorit, monzonit, monzodiorit, monzonit kuarsa dan diorite.
Jenis fluida (air magmatik dan air meteorik) akan menyebabkan fase alterasi pada
skarn. Fase alterasi pada skarn ini, yaitu: prograde dan retrograde. Prograde yang terbentuk
pada suhu dan salinitas tinggi dengan mineral anhidrous seperti ganet dan piroksen. Hasil
analisa kestabilan isotop menunjukkan fase prograde didominasi oleh fluida magmatik
dengan terbentuk mineral anhydrous. Fase prograde dapat dipisahkan menjadi 2 proses, yaitu:
1. Prograde isochemical skarns, terjadi saat batuan karbonatan (unit batugamping)
dan unit batuan vulkanik terinstrusi yang menghasilkan formasi batuan hornfels
dan marmer (unit batuan metamorf) dan juga menyebabkan alterasi pada batuan
vulkanik. Pengembangan skarn dikendalikan oleh suhu, komposisi host rock, dan
tekstur.
2. Prograde metasomatic skarns terjadi saat proses penggantian H2O, silika,
alumunium, besi pada saat terjadinya intrusi dan CO2, kalsium, dan magnesium
yang berasal dari batuan sedimen karbonat (Corbett & Leach, 1997). Mineral
garnet, clinopiroksen, tremolit, terbentuk selama proses metasomatik dan
umumnya hasil dari proses replacement pada awal fase metamorfisme dan pada
mineral yang berbutir kasar.
Sedangkan, retrograde yang terbentuk pada suhu dan salinitas rendah membentuk
mineral hidrous seperti epidot, amphibole, klorit dan mineral bijih sulfat. Serta, dari hasil
analisa kestabilan isotop fase retrograde didominasi fluida magmatik - meteorik dengan
mineral anhidrous. Yang dimana proses ini menggambarkan proses leaching dan proses
volatile (Corbett & Leach, 1997). Proses ini merupakan proses uama dalam mineralisasi,
dimana sulfida dan besi oksida hadir sebagai hasil disseminasi, atau di pada urat urat di
dapatkan kehadiran marmer yang masif. Sulfida di di interpreasikan terendapkan pada saat
terjadi penurunan temperatur, dan pada proses solution (khususnya pada marmer), atau pada
saat terjadi proses oksidasi pada fluida.

Mengetahui sumber fluida dari mineral bijih merupakan hal yang penting dan pada
endapan skarn yang berhubungan dengan adanya intrusi magma maka seharusnya
menunggalkan jejak fluida pada saat intrusi.
Metode Penelitian yang umumnya digunakan dalam analisis skarn, antara lain
-

Analisis petrografi
XRD
Studi iklusi fluida
Analisa kestablian isotop

Klasifikasi
Endapan skarn telah diklasifikasikan berdasarkan skala, struktur, penggantian batuan,
dan oleh logam yang ditambang.
a.

Bersadarkan skala
Skarn dibagi menjadi dua kategori, reaction skarn dan replacement skarn.
Reaction skarn, dikenal juga dengan istilah skarn primer (Tilley, 1951) atau skarn
fase magmatik (Partsev, 1974), dapat terbentuk dari reaksi antara intrusi dengan
batuan samping berupa karbonat (terutama dolomit), tetapi sangat kecil. Rentan
skalanya antara milimeter hingga meter.
Pada replacement skarn, dikenal juga dengan istilah skarn sekunder (Watanabe,
1960) atau skarn fase postmagmatik (Partsev, 1974). Rentan skalanya antara
meter hingga ribuan meter atau lebih.

b. Berdasarkan struktur
Replacement skarn dapat dikasifikasikan berdasarkan struktur, hubungannya
dengan intrusi (Burt, 1972 a).
- Normal atau skarn around intrusive; skarn yang telah terangkat ke permukaan,
hadir menggantikan batuan karbonat yang berdekatan dengan tubuh intrusi
kecil.
- Inverse atau intrusive around skarn; skarns terjadi mengganti xenoliths dalam
intrusi besar batolit.
- No intrusive atau skarn along a vein; beberapa skarn terjadi di sepanjang urat
jauh dari pengaru intrusi (mungkin salah satu ada di kedalaman).
c.

Penggantian batuan
- Exoskarn; skarn menggantikan batuan karbonat
- Endoskarn; skarn menggantikan batuan intrusif atau batuan alumina lain.
- Apo-skarn greisn; greisn menggantikan skarn

d. Berdasarkan logamnya
- Fe (magnetit, specularit-jarang)
- Cu (kalkopirit, bornit dan mineral sulfida lain)
- Zn (spalerit)
- W (scheelite) Mineral skarn garnet, kuarsa, hedenbergite, dan fluorite
Mineral penciri pada skarn, antara lain: garnet, tremolite, epidot, hedenbergite, dan
fluorite. Sedangkan, untuk mineral bijih yang terbentuk pada skarn, antara lain: pirit,
kalkopirit, pirhotit, sfalerit, magnetit. Terdapat juga komoditi logam yang ekonomis, seperti
emas (Au), perak (Ag), dan bismuth (Bi).

DAFTAR PUSTAKA
Aye, May Thwe, dkk. 2011. Copper-Gold Bearing Skarn Mineralization at the Batu Hijau
Deposit, Sumbawa Island, Indonesia. Majalah Geologi Indonesia Vol. 26.
Burt, Donald M. 1977. Mineralogy and Petrology of Skarn Deposits. Societa Italiana di
Mineralogia e Petrologia, 33 (2). 859-873.
Hassan, Wan Fuad Wan. On Some Ore and Skarn Minerals of Langkawi.
Illig, Peter dan R. Newberry. Amphibole Au-Cu Skarn and Massive Sulfide Replacement at
the Peak Deposit, Eastern Interior, Alaska. Researchgate.
Liu, Xiujin, Wei Liu, Cuiqin S. 2016. Fluid Metasomatic Genesis of Stratiform Skarn in The
Suoerkuduke Cu-Mo Deposit, East Junggar, NW China. Ore Geology Review 78, p.
239-251.
Meinert, L. D., dkk. 2003. Formation of Anhydrous and Hydrous Skarn in Cu-Au Ore
Deposits by Magmatic Fluids. Economic Geology Vol. 98, p. 147-156.
Ratkin, Vladimir V., Anatoly N. Sokarev, dan Margarita D. Rysantseva. Sn, B and Pb-Zn
Skarn, Vein and Disseminated Deposits in the East Sikhote-Alin, Russia.
Somarin, A. Karimzadeh, dan M. Moayyed. 2002. Granite- and Gabbrodiorite-associated
Skarn Deposits of NW Iran. Ore Geology Reviews, p. 127-138.
Hydrothermal alteration and mineralization of porphyry-skarn deposits in the Geunteut area,
Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia.

RESIDUAL
Residual merupakan salah satu tipe endapan mineral yang terjadi akibat pelapukan
batuan asal. Pelapukan dapat terjadi karena adanya interaksi batuan dengan atmosfer.
Pelapukan secara kimiawi umumnya terjadi pada daerah tropis, karena pada daerah ini
memiliki suhu dan tingkat kelembaban yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelapukan kimiawi menurut Ahmad (2006: bab 5 hal 30) adalah:
1. Kestabilan mineral (struktur kristal, melting points)
2. pH (asam / basa)
3. Reduksi / oksidasi
4. Ukuran butir dan kekar
5. Kecepatan pelarutan
6. Iklim
7. Topografi
8. Waktu
9. Struktur batuan
10. Permukaan air tanah
Proses residual yang terjadi salah satunya adalah lateritisasi. Proses mineralisasi
laterit karena pelapukan kimia biasanya terjadi karena adanya ketidakseimbangan air yang
dekat permukaan, temperature dan aktivitas biologi. Pelapukan kimia dapat berupa proses
hydrolysis, oxidation, hydration dan solution, yang akan menghasilkan mineral baru yang
berbeda dari mineral asalnya.
Perubahan yang terjadi pada batuan ultramafik menjadi laterit pada zona bedrock,
saprolit, transisi dan limonit dengan tahapan sebagai berikut:
Tahap 1: Batuan ultramafik, dominan olivin (forsterit), piroksen (enstantite) dan
serpentin (lizardit), terkekarkan dan terlapukkan daerah sekitar kekar
terlebih dahulu. Mineral serpentine berupa hydrothermal mafic mineral
(Ahmad, 2006), seperti lizardit dan mineral talk. Talk dapat terbentuk
karena ubahan dari serpentin pada temperature 500-625C, karena proses
hydration, dengan reaksi kimia dibawah ini, melepaskan air dan ion Mg
terlarutkan.
Tahap 2: Pelapukan tahap pertama ini akan melepaskan unsur Mg2+ dan Si2+, Fe,
Ni, Al menjadi ion-ion yang bersifat lepas. Mineral olivin akan terlarutkan
lebih dahulu, dilanjutkan oleh piroksen dan serpentin menurut Golightly (di
dalam Ahmad, 2006). Olivin yang lapuk, akan membentuk mineral smectite

atau bisa langsung menjadi goethite, sedangkan pelapukan piroksen dapat


menghasilkan talk atau serpentin.
Tahap 3: Pada tahap ini terjadi proses oksidasi, berupa penambahan O2- , di bagian
atas laterit dekat permukaan. Pengaruh air permukaan menyebabkan PH
lingkungan bagian atas menjadi lebih asam. Fe akan bersenyawa dengan
oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida (Fe3+), membentuk mineral
goethite FeOOH dan hematit Fe2O3. Cobalt hadir dalam jumlah kecil, Al
yang membentuk mineral bauksit menunjukkan pH pembentukan antara 4
8 pada bagian atas laterit.
Tahap 4: Pada tahap ini, unsur-unsur yang bersifat mobile sudah melarut dalam air,
dan tinggal beberapa unsur yang bersifat semi mobile seperti Ni dan Co,
menyababkan pH menjadi lebih bersifat asam. Ni relatif lebih gampang
terlarutkan dari Mn2+ dan Co2+ pada kondisi air permukaan yang bersifat
asam dan akan cenderung turun ke bawah dengan pH nya sedikit lebih basa,
menggantikan ion Mg yang lebih mudah larut dalam mineral serpentine dan
terjadi pengayaan dalam bentuk mineral garnierite yang mengisi rekahanrekahan.
Tahap 5: Ni pada goethite di zona limonit pada pH rendah menjadikannya bersifat
mobilitas rendah dan cenderung turun ke zona transisi dan zona saprolit
yang mempunyai pH lebih alkalin terhadap kedalaman sehingga menjadi
zona pengayaan. Selain itu Ni, yang menggantikan unsur Mg pada mineral
serpentine, membentuk mineral Ni serpentine atau nickeliferous serpentine.
Dalam pembahasan kali ini, unsur ekonomis seperti Ni yang dihasilkan dari proses
lateritisasi memiliki potensi yang lebih besar jika Ni tidak mengalami serpentinisasi daripada
Ni yang mengalami serpentinisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Heru Sigit dan Sari Agustini. Lateritisasi Nikel Pulau Pakal, Kab. Halmahera
Selatan, Provinsi Maluku Utara.

SUPERGENE
Pengayaan supergen merupakan hasil pelapukan yang ekonomis, karena proses oksidasi
dan pencucian dapat menghasilkan konsentrasi bijih yang sangat tinggi. Fenomena ini
mengacu pada proses sekunder, akumulasi logam (misalnya Cu, Zn, Ag, Au, Ni, atau U)
sebagai hasil dari tiga proses penting:
1. oksidasi elektrokimia primer sulfida, oksida atau logam asli (misalnya tembaga
asli Cu (0) ke Cu (II));
2. transportasi dari logam di rilis spesies logam yang larut (misalnya CuSO 40,
AuCl4-); dan
3. reprecipitation dari logam dengan reduksi (misalnya Cu (II) untuk tembaga asli
Cu (0)), oleh jenuh (misalnya Mg2+ dalam endapan magnesit), atau dengan kationexchange (misalnya pertukaran Ni2+ untuk Mg2+ di smectite- atau mineral
serpentine-kelompok).
Secara khusus, proses oksidasi yang mengarah ke pencucian mineral umumnya
dikatalisasi oleh khusus fe- dan bakteri S-oksidasi; proses oksidasi juga aktif dalam zona
surficial vadose. Proses pencucian juga menanggapi perubahan sifat fisikokimia, seperti
tekanan parsial oksigen (pO2) -dan efeknya pada potensi redoks (Eh) -dan aktivitas H + dari
turun larutan air (Sillitoe 2005; Reich et al 2009; Taylor 2011). Proses pengayaan endapan
supergen adalah dicontohkan oleh Santa Rita (Chino) deposito Cu porfiri di New Mexico
(USA). Kebanyakan badan bijih porfiri di hidrolisis seacara bertahap dan oksidasi primer
merupakan kumpulan pirit yang menyebabkan penurunan pH turun air tanah dan pembebasan
sulfur teroksidasi sebagai SO42- anion. Ada gangguan simultan kalkopirit (CuFeS2), yang
menghasilkan Cu2 larut + ion yang diangkut ke bawah, menghadapi kondisi mengurangi
semakin besar jauh ke dalam. Proses ini disertai dengan "capping," pengendapan
oxyhydroxides besi di zona kehabisan dari yang Cu dihapus. Ketebalan tertutupi dan tercuci
yang hasilnya sangat bervariasi namun bisa mencapai beberapa ratus meter pada endapan Cu
porfiri, terutama jika tabel air cukup dalam selama oksidasi supergen dan fase pengayaan
(Taylor 2011). Pengendapan "green oxide" merupakan kumpulan mineral di zona vadose
yang sebagian besar dikendalikan oleh jenis batuan dan pH (Gambar. 3), membentuk tebal
(<200-300 m) lapisan yang mengandung bijih dengan> 1 wt% Cu. Selanjutnya, Cu dan
logam lainnya larut dalam air tanah dapat bermigrasi lateral ketika kondisi hidrolik yang
menguntungkan dan membentuk sesar "eksotis-jenis" deposito Cu-oksida di urutan dari
kerikil yang jauh dari sumber.

Pengayaan dikontrol oleh uplift (pengangkatan), iklim, komposisi batuan asal


(khususnya pirit), dan struktur. Asumsi dua faktor terakhir terpenuhi, agar pengayaan
supergen dapat terjadi perlu adanya keseimbangan antara:
1.

Terjadi pengangkatan yang menyebabkan tersingkapnya sulfida dan terjadi


oksidasi, namun tidak mengalami erosi yang berarti, serta menurunkan muka
airtanah.

2.

Tingkat presipitasi yang menyukupi (> 100 mm/tahun) untuk memelihara airtanah
yang dibutuhkan untuk pencucian, oksidasi, dan presipitasi, serta menjaga
ketinggian muka airtanah.

3.

Sedikitnya pembebanan material sedimen lain yang dapat menghalangi proses


pelapukan oksida dari sulfida dan melepaskan tembaga yang dibutuhkan untuk
pengayaan.

Alunit dan jarosit merupakan produk alterasi yang umum dijumpai pada profil supergen
yang berkembang pada batuan kaya sulfida dengan kondisi asam. Hasil dating dari copper
wad mineral (birnessite dan cryptomelane) diperoleh bahwa mineral ini terbentuk selama
mineralisasi hipogen sebagai komponen alterasi advanced argillic pada lingkungan
epithermal.
Endapan hasil dari alterasi supergen pada zona oksidasi disebut orecretes. Orecretes
dapat dibagi menjadi oxicretes, carbocretes, silicacretes, halcretes, sulcretes, phoscretes,
arsenocretes, dan vanadocretes. Mineralisasi supergen tembaga dan uranium adalah system
model yang mewakili jalur dari bijih primer melalui orecretes paling atas.
Komoditi logam pada endapan supergen, antara lain: bahan pokok (tembaga, emas,
nikel dan besi), unsur tanah jarang (Rare Earth Element/REE), kelompok platinum elemen
(PGE), serta kobalt, berilium, lithium, iodine, telurium, gallium dan renium, dll.

DAFTAR PUSTAKA
Dill, Harald G. Supergene Alteration of Ore Deposits: From Nature to Humans.
Hartley, Adrian J., dan Clive M. Rice. 2005. Controls on Supergene Enrichment of Porphyry
Copper Deposits in The Central Andes: A Review and Discussion. Mineralium
Deposita (2005) 40: 515525.
The Geology and Economical Supergene Metals.

PLACER
Placer didefinisikan oleh Gary et al. (1972) sebagai endapan mineral surficial,
dibentuk oleh konsentrasi mekanik partikel mineral, dari pelapukan. Partikel mekanik
biasanya berasal dari aluvial tetapi juga bisa laut, Aeolian, endapan danau, atau glasial, dan
mineral yang biasanya logam berat seperti emas. definisi ini juga melibatkan (a) pelapukan
mineral utama, dan (b) pengayaan mineral (konsentrasi) bahan utama oleh proses placer.
Sistem pengendapan placer bergantung pada geomorfologi dan geologi daerah
tersebut. Geomorfologi berperan dalam transportasi mineral-mineral placer tersebut. Selain
itu, media transportasi juga berperan sangat penting.
Metode penelitian pada endapan placer umumnya berupa pengambilan sampel, lalu
analisis secara petrografi (SEM), XRD, serta dapat dilakukan analisis kuantitatif dengan
EPMA.
Endapan placer memiliki beberapa tipe yang dapat digolongkan berdasarkan media
transportasinya, antara lain:
1. Marine (Offshore) Placer
Tooms (1970) mengklasifikasikan marine placers kedalam 4 tipe utama, yaitu
submerged alluvial placers, eluvial deposits yang dihasilkan dari pelapukan
lapisan batuan yang mendasari, drowned beach dan dune heavy mineral deposits,
dan marine placer deposits. Kesimpulannya, penerapan kelompok placer,
diusulkan oleh Emery dan Noakes (1968), untuk eksplorasi dasar laut tampaknya
menunjukkan bahwa mineral berat kemungkinan akan terletak di submerged river
channels dan di endapan submerged relict beach jika dekat dengan sumber
utamanya, dan mineral ringan di submerged beaches sekitar dekat pantai. Prospek
terbaik untuk setiap kelompok placers di dasar laut berada di daerah yang
berdekatan dengan daerah dari placers yang ekonomis yang ada di darat.

2. Alluvial (Stream) Placer


Karakteristik dari placer alluvial (Kartashov, 1971)
N
o

Keterangan

Autochthonous
Bawah
Atas-bawah

Allochthonous

Direpresentasikan
oleh

Terjadinya

channel, valley,
terrace dan
watershed placers

valley, terrace,
dan watershed
placers

Berdekatan dengan sumber bijih

point-bar, delta, riverplain,


valley, terrace, dan
watershed
placers
Jauh dari sumber bijih,
terpisah dari
autochthonous placer
oleh zona dispersi
mineral placer.

di dasar dari
alluvium
di dasar sebuah
di cakrawala surficial
perstrative dan
alluvium
dari alluvium perstrative
dalam strata
instrative atau
dan
Konsentrasinya
constrative, di
substrative
dalam strata constrative,
bagian yang
dan di celah-celah
bagian hilir dari placers
sama dari
batuan dasar
autochthonous
lembah sebagai
placers bawah
diterima langsung dari sumber bijih
dibawa oleh sungai
Kandungan
atau pengendapan ulang dari placer
menuju zona
butiran mineral
yang lebih tua dan tidak dibawa oleh
konsentrasi
sungai dari zona konsentrasi
sepanjang waktu
penghancuran
endapan bijih
terakhir ekuilibrium dan
Terakumulasi
primer, banyak
/ atau tahap aggradation
selama
tahapan
pembangunan sungai
pembangunan
sungai
Tahap
downcutting atau
Sebuah enclosing
transisi
Tahap ekuilibrium dan /
alluvium terbentuk
diantaranya
atau aggradation
selama
menuju tahap
kesetimbangan
tidak hancur
dipindahkan ke
enclosing alluvium
tetapi
tingkat bawah
yang dicuci ulang
dipindahkan ke
dari batuan dasar
selama tahap
Hancur
tingkat bawah
baru dan
downcutting
dari batuan dasar
ditambahkan
adalah
baru
kebawah placer
Mekanisme
Bergantung pada sifat
dasarnya tidak tergantung pada sifat
konsentrasi dari
hidrodinamika air
hidrodinamika air mengalir
mineral placer
mengalir
3. Beach Placer

Kebanyakan submerged beach placers marine dasarnya pantai atau submerged


beach

placers.

Tindakan

menampi

gelombang

di

tepi

pantai

dengan

dihilangkannya butir cahaya selalu menghasilkan konsentrasi "lag" deposit


dimana emas magnetit garnet dan berlian adalah contoh yang khas.
4. Elluvial, Residual, and Fossil Placers
Placer eluvial biasanya terletak pada kemiringan bukit dimana material dari
lapisan induknya tidak terintegrasi oleh pelapukan dan menuruni lereng
menghasilkan placer yang berat terkonsentrasi lebih banyak daripada placer yang
lebih ringan. Residual Placer terakumulasi secara in situ diatas sumber batuan
dasarnya dari cassiterite oleh pelapukan kimia dan penghapusan dari mineral
batuannya. Butiran dari fossil placer telah terlitifikasi kuat sehingga harus
ditambang menggunakan metode lode-mining. Sebagai contoh di Pegunungan
Rocky, fossil placer nya mengandung sumber monazite terbesar di Colorado,
sebagai penyertanya yaitu ilmenite, garnet, zircon, tourmaline, magnetite dan
rutile.
Mineral atau material ekonomis yang ditambang pada endapan placer, antara lain:
emas, zircon, platinum-group mineral, perak, pasir hitam, garnet, mineral dengan unsur Fe,
Ti, Cr, monazite, kasiterit, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Dill, Harald G., Berthold Weber, dan Detlev Klosa. 2012. Morphology and mineral chemistry
of monazite-zircon-bearing stream sediments of continental placer deposits (SE
Germany): Ore guide and provenance marker. Journal of Geological Exploration 112 p.
322-346.
Mallik, T.K., V. Vasudevan, P. Aby Verghese, dan Terry Machado. 1987. The Black Sand
Placer Deposits of Kerala Beach, Southwest India. Amsterdam: Elsevier Science
Publisher B.V.
Nayak, Bibhuranjan. Gold in the Beach Placer Sands of Chavakkad-Ponnani, Kerala Coast,
India.
Tolstykh, Nadezhda D., Eugeniy G. Sidorov, Andrey P. Kozlov. 2004. Platinum-Group
Minerals in Lode and Placer Deposit Associated with The Ural-Alaskan-Type
GalMoenan Complex, Koryak-Kamchatka Platinum Belt, Russia. The Canadian
Mineralogist Vol. 42, pp. 619-630.
Usman, E., dan I W. Lugra. Sediment Distribution related to Gold and Silver Placer Deposits
in Offshore of Sambas Besar Estuary, Sambas Regency, West Kalimantan. Bandung:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan.
Formation of Placer Mineral Deposits in High Energy Environments: The Cyprus
Continental Shelf.
Placer Formation and Placer Minerals.
The Garnet Placer Deposit from SE Spain: Industrial Recovery and Geochemical Features.

Вам также может понравиться