Вы находитесь на странице: 1из 33

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.M


DENGAN POST SEKSIO SESAREA OLEH KARENA APB DAN ANEMIA
DI RUANG MELATI RSUP NTB
TANGGAL 30 DESEMBER 2009

OLEH KELOMPOK II:


1. AULIA AMINI
2. SUMARNI
3. FIFI ANDRIANI
4. CITRA SAKTI

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH MATARAM


DIPLOMA KESEHATAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
TAHUN 2010

LANDASAN TEORI

A. PERDARAHAN ANTEPARTUM
a. Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28
minggu. (Rustam M, 1998: 269).
b. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan di atas 28
minggu atau lebih dan sering disebut atau digolongkan perdarahan trimester
ketiga. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998: 253).
c. Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari trektus genitalis setelah kehamilan
28 minggu, yang mungkin disebabkan karena vaginitis, polip serviks, servisitis,
varises vagina dan serviks dan lesi ganas pada vagina atau serviks. (Wagstaff, T.
Ian, 1997: 137)
d. Perdarahan Antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada akhir kehamilan dan
merupakan ancaman serius terhadap kesehatan dan jiwa baik ibu maupun anak.
(M Hakimi, 1995: 425)
Klasifikasi Perdarahan Antepartum dikelompokkan sebagai berikut:
a. Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan:
-

Plasenta previa

Solusi plasenta

Perdarahan pada plasenta letak rendah

Pecahnya sinus marginalis

Pecahnya vasa previa

b. Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan:


-

Pecahnya varises vagina

Perdarahan polipus servikalis

Perdarahan perlukaan serviks

Perdarahan karena keganasan serviks

Komplikasi Perdarahan Antepartum


a. Penyulit (komplikasi) ibu:
- Perdarahan yang hebat, dapat menimbulkan:

1) Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok


2) Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai syok
3) Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma.
b. Gangguan pembekuan darah:
1) Masuknya tromboblastin ke dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan
darah intravaskular dan disertai hemolisis
2) Terjadi penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu
pembekuan darah.
c. Infeksi sepsis
d. Emboli udara
e. Oliguria: Terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan
produksi urin makin berkurang.
Penyakit pada janin:
a. Hypoxia
b. Perdarahan dan shock
c. Menimbulkan asfiksia ringan sampai berat
d. Kematian janin dalam rahim
B. SEKSIO SESAREA

Kaji ulang indikasi. Pastikan bahwa partus pervaginam tidak mungkin

Periksa ulang denyut jantuna dan persentasi janin

Tindakan pencegahan infeksi

Kaji ulang prinsip dasar perawatan operatif

Dapat digunakan anastesia lokal, anastesia spinal, atau anastesi umum

Pasang infuse

Insisi mediana (vertical) dianjurkan pada:


Perlekatan segmen bawah uterus pada bekas seksio sesarea
Letak lintang

Kembar siam
Tumor (mioma uteri) di segmen bawah uterus
Hipervaskularisasi segmen bawah uterus (pada plasentaprevia)
Karsinoma serviks
Jika kepala bayi telah masuk panggul lakukan tindakan tindakan antisevsis pada
vagina

C. NIFAS

Nifas atau masa nifas adalah suatu masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Saifuddin, 2001).

Nifas atau puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal dan dijumpai dua kejadian penting dalam
puerperium, yaitu involusi uterus dan proses laktasi. (Manuaba, 1999).

Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genitali baru pulih kembali
seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Hanifa,1999).

Etiologi
Lahirnya hasil konsepsi.
Periode Nifas
1. Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitala yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
Fisiologi
3

Dalam masa nifas, alat-alat genitala interna maupun eksterna akan


berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahanperubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Disamping
involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi
dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh lactogenic hormone dari
kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma.
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat,segera setelah
plasenta lahir tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat. Uterus menyerupai suatu
buah advokat gepeng berukuran panjang 15 cm dan lebar 12 cm dan lebar 10
cm. Dinding uterus sendiri 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih
tipis daripada bagian lain. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7
cm atas simpiss atau setengah simpisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat
diraba lagi di atas simpisis. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka
yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.
Setelah persalinan uterus seberat 1 kg, karena involusi 1 minggu
kemudian beratnya sekitar 500 gram, pada akhir minggu kedua turun menjadi 300
gram dan segera sesudahnya menjadi 100 gram. Setelah 6 minggu berat uterus
kembali normal mencapai 30-60 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang banyak
hanya ukuran selnya yang berubah. Otot-otot uterus berkontraksi segera post
partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera postpartum
bentuk serviks agak menganga seperti corong . bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi,
sehingga seolah-olah pada pembatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk
semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah.
Setelah 2 hari persalinan desidua yang tertinggal di uterus berdiferensiasi
menjadi dua lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik, terkelupas keluar
bersama lochea dan lapisan basalis tetap utuh menjadi sumber pembentukan

endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat kecuali


tempat palsenta. Seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ke-3.
Segera setelah persalinan tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar
telapak tangan. Pada akhir minggu kedua ukuran diameternya 2-4 cm. Setelah
persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami
trombos. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi
sama atau sekurangnya mendekati sebelum hamil.
Serviks dan segmen bawah rahim menjadi struktur yang tipis, kolaps dan
kendur setelah kala III persalinan. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selama
beberapa hari setelah persalinan porsio masih tampak dimasuki dua jari, sewaktu
mulut serviks sempit, serviks menebal dan salurannya akan terbentuk kembali.
Miometrium segmen bawah rahim yang sangat tipis berkontraksi tapi tidak
sekuat korpus uteri. Beberapa minggu kemudian segmen bawah menjadi isthmus
uteri yang hampir tidak dapat dilihat.
Vagina dan pintu luar vagina akan membentuk lorong berdinding lunak yang
ukurannya secara perlahan mengecil. Rugae terlihat kembali pada minggu ke-tiga,
himen muncul sebagai potongan jaringan yang disebut curunculae mirtiformis.
Pada dinding kandung kencing terjadi oedema dan hyperemia, disamping itu
kapasitasnya bertambah besar dan relatif tidak sensitive terhadap tekanan cairan
intravesika.
Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt
antara sirkulasi ibu dan plasenta. Setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan
tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan
dekompensasi kordis pada penderita-penderita vitium kordis. Untung keadaan ini
dapat diatasi denganmekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya hal ini terjadi pada
hari-hari ke-3 sampai 15 hari post partum.
Laktasi

Sejak kehamilan muda, sudah terdapt persiapan-persiapan pada kelenjarkelenjar mamma untuk menghadapi masa laktasi ini. Perubahan yang terdapat pada
kedua mamma antara lain :
1. Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mamma dan lemak.
2. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan
berwarna kuning (kolostrum)
3. hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mamma.
Pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas. Tanda ini
merupakan pula salah satu tanda tidak pastiuntuk membantu diagnosis
kehamilan.
4. Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap
hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-hormonhipofisis kembali, antara lain
lactogenic hormone (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yangtelah
dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar
berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjarkelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan.
Umumnya produksi air susu baru berlangsung betul pada hari ke 2-3 post
partum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum, yang
merupakan cairan kuning lebih kentaldaripada air susu, mengandung banyak
protein albumin dan globulin. Kadar prolaktin akanmeningkat dengan
perangsangan fisik pada puting mamma sendiri. Dengan menetekkan bayi pada
ibunya akan mengakibatkan peningkatan produksi ASI. Lebih sering ibu
menetekkan lebih meningkatkan pula produksi ASI. Kadar estrogen dan
gonadotropin menurun pada laktasi, akan tetapi akan meningkat lagi pada waktu
frekuensi menetekkan dikurangi umpamanya bila bayi mulai dapat tambahan
makanan.
Perubahan lain pada masa nifas
Bila tidak ada infeksi atau luka-luka jalan lahir yang berarti, wanita yang
baru melahirkan merasa sangat lega. After pains atau mules-mules sesudah partus
akibat kontraksi uterus kadang-kadang sangat mengganggu selama 2-3 hari post

partum. Perasaan mules ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui.
Perasaan sakit itupun timbul bila masih terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sisa
plasenta, atau umpalan darah di kavum uteri.
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 C. Sesudah partus dapat
naik + 0,5 C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38 C. Sesudah 12 jam
pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan
lebih dari 38 C, mungkin ada infeksi.
Nadi berkisar umumnya antara 60-80 denyutan permenit. Segera setelah
partus dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia sedangkan badan tidak
panas, mungkin ada perdarahan berlebihan atau pada vitium kordis pada penderita.
Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu
badan.
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum. Tetapi ini
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain
yang menyertainya dalam 2 bulan tanpa pengobatan. Abdomen, terutama uterus
harus diawasi secara teliti dalam masa nifas. Pada hari pertama post partum, tinggi
fundus uteri kira-kira satu jari di bawah pusat. Setelah 5 hari post partum menjadi
1/3 jarak antara simpisis ke pusat. Dan setelah 10 hari fundus uteri sukar diraba di
atas simpisis. Syarat pada pemeriksaan ini ialah kandung kencing harus kosong.
Lokia adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas. Pada hari pertama dan kedua lokia rubra atau lokia kruenta, terdiri atas darah
segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa,
lanugo, dan mekonium. Hari berikutnya darah bercampur lendir dan disebut lokia
sanguinolenta. Setelah satu minggu, lokia cair tidak berdarah lagi, warnanya agak
kuning, disebut lokia serosa. Setelah 2 minggu, lokia hanya merupakan cairan putih
disebut sebagai lokia alba. Biasanya lokia berbau sedikit amis, kecuali bila terdapt
infeksi, dan kan berbau busuk, umpamanya pada adanya lokiostatis (lokia tidak
lancar keluar) dan infeksi.
D. PERAWATAN PASCA SALIN
1. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8
jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan
duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke4 dan 5 sudah diperbolehkan pulang.
Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buahbuahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang
wanita mengalami kesulitan kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi m. Spphincter ani selama persalinan, juga oleh
karena adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila
kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit
buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi BAB keras dapat diberikan obat
laksans peroral atau per rektal.
5. Perawatan payudara
Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
6. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah
terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma, yaitu :
Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan lemak
bertambah.
8

Keluaran cairan dari duktus laktiferus disebut kolostrum, berwarna kuningputih susu.
Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena
berdilatasi sehingga tampak jelas.
Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang. Maka
timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan
merangsang air susu. Di samping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan
banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
Bila bayi mulai menyusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis
yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise.
Produksi ASI akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uterus akan
lebih sempurna. Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada
bandingannya, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih
sayang antara ibu dan anaknya. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar
(rooming in) atau pada tempat yang terpisah.
Keuntungan rooming in :
Mudah menyusukan bayi
Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi
Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya
7. Cuti hamil dan bersalin
Menurut Undang-Undang, bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti
hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin ditambah 2
bulan setelah persalinan.
8. Pemeriksaan pasca persalinan
Di Indonesia, ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru
boleh keluar rumah setelah habis masa nifas yaitu 40 hari. bagi wanita dengan
persalinan normal hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu

setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus
kembali untuk kontrol seminggu kemudian.
Pemeriksaan postnatal antara lain :
1. Pemeriksaan umum

: tekanan darah, nadi, keluhan, dsb

2. Keadaan umum

: suhu badan, selera makan, dll

3. Payudara

: ASI, puting susu

4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum


5. Sekret yang keluar, misalnya lochia,fluor albus
6. Keadaan alat-alat kandungan
9. Nasehat untuk ibu postnatal
1. Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan
2. Sebaiknya bayi disusui
3. Kerjakan gimnastik sehabis bersalin
4. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk
menjarangkan anak
5. Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.
D.

ANEMIA
A. Pengertian
Anemia pada kehamilan adalah anemia kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah
11 gr% pada trimester I dan 3 atau kadar < 10,5 gr% pada trimester 2 (Saefuddin AB,
2002)
B. Tanda dan Gejala
Keluhan lemah, pucat, mudah pingsan sementara tensi masih dalam batas normal, perlu
dicurigai anemia defesiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi, pucat.
C. Diagnosis anemia pada kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada
anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang,
dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan
Hb, dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli
dapat digolongkan sebagai berikut:
- Hb 11 gr% tidak anemia
- 9 10 gr% anemia ringan

10

7 8 gr% anemia sedang


< 7 gr % anemia berat

Pemeriksaan darah dilakukan niminal dua kali selama kehamilan, yaitu pada
trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu
hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90
tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.
D. Bentuk-bentuk anemia
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai berikut :
a. Kompenen (bahan) yang berasal dari makanan terdiri dari :
Protein, glukosa, dan lemak
Vitamin B12, B6, asam folat, dan vit. C
Elemen dasar : Fe, Ion Cu dan zink
b. Sumber pembentukan darah.
Sumsum tulang
c. Kemampuan resorbsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan
d. Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekiatr 120 hari. Sel-sel darah merah yang
sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk amembentuk sel darah yang
baru.
e. Terjadinya perdarahan kronik (menahun)
Gangguan menstruasi
Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri, polip serviks,
penyakit darah.
Parasit dalam usus : askariasis, ankilostomiasis, teania.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, anemia dapat digolongkan menjadi :
1. Anemia defisiensi besi (kekurangan zat besi)
2. Anemia mengaloblastik (kekurangan viatamin B12)
3. Anemia hemolitik (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari pembentukan).
4. Anemia hipoplastik (gangguan pembentukan sel-sel darah)
Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin
1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan
a. Bahaya selama kehamilan
Dapat terjadi abortus

11

Persalinan prematuritas
Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
Mudah terjadi infeksi
Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
Mola hidatidosa
Hiperemesis gravidaraum
Perdarahan antepartum
Ketuban pecah dini (KPD).
b. Bahaya saat persalinan
Gangguan his kekuatan mengejan
Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar.
Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan
operasi kebidanan.
Kala Uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan pospartum karena atonia uteri.
Kala empat dapat terjadi perdarahan pospartum sekunder dan atonia uteri.
c. Pada kala nipas :
Terjadi subinvolusi utrei menimbulkan perdarahan pospartum
Memudahkan infeksi puerperium
Pengeluarkan ASI berkurang
Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
Anemiaa kala nifas
Mudah terjadi infeksi mamae.
2. Bahaya terhadap janin.
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi
dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Anemia dapat terjadi gangguan
dalam bentuk :
Abortus
Terjadi kematian intrauterin
Persalinan prematuritas tinggi
Berat badan lahir rendah
Kelahiran dengan anemia
Dapat terjadi cacat bawaan

12

Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal


Inteligensia rendah (Manuaba, 1998)
E. Penanganan
Terapi anemia defisiensi besi ialah dengan preparat besi oral atau parenteral.
Terapi oral ialah dengan pemberian preparat besi: fero sulfat, fero gluconat atau Na-fero
bisitrat.
Pemberian peparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan. Efek
samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat Nafero bisitrat
dibandingkan dengan ferosulfat.
Kini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 mg asam
folag untuk profilaksis anemia.
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextcan sebanyak 1000 mg
(20 ml) intravena atau 2 x 10 mg/im pada gluteus, dapat rneningkatkan Hb relatif lebib
cepat yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi: intoleransi besi pada
traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek samping
utama ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila
tak ada reaksi dapat diberikan seluruh dosis (Saefuddin AB, 2002).

13

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.M
DENGAN POST SEKSIO SESAREA OLEH KARENA APB DAN ANEMIA
DI RUANG MELATI RSUP NTB
TANGGAL 30 DESEMBER 2009
I. PENGUMPULAN DATA
A.

DATA SUBYEKTIF

1)

Biodata
1. Biodata
Nama
Umur
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

Istri
Ny. M
35 tahun
Islam
Sasak
SD
Pedagang
Gunung Sari

Suami
Tn. A
43 tahun
Islam
Sasak
SMP
Pedagang
Gunung Sari

Tanggal masuk ruang nifas : 30 Desember 2009 pukul


12.00 wita

Tanggal persalinan

: 30 Desember 2009 pukul

Tanggal pengkajian

: 30 Desember 2009 pukul

10.16 wita

13.00 wita
2)

Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasakan nyeri pada luka operasi dan mengatakan badan terasa
panas dingin.

3)

Riwayat Perjalanan Penyakit:


Ibu datang ke IGD RSU NTB rujukan dari Puskesmas Gunung Sari. Ibu
mengatakan hamil 8,5 bulan disertai dengan keluar darah banyak dari jalan lahir

14

sejak kemarin (29 Desember 2009), dengan diagnosa : G 4P3A0H3, hamil 36


minggu, tunggal, hidup, intrauterine, letkep, k/u ibu dan janin baik dengan APB.
Kemudian pada hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 9,5 gr%. Dari
hasil pemeriksaan tersebut, ibu diberikan tindakan operasi seksio cesarea di R.OK
IRD RSUP NTB. Pada tanggal 30 Desember 2009 pukul 10.16 wita, operasi
selesai dilakukan. Pukul 12.00 wita pasien dipindahkan ke Ruang Nifas Kamar
No.1013.
4)

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu:

N0.

Anak
ke

UK

1
2
3
4

I
II
III
ini

Aterm
Aterm
Aterm
Aterm

5)

Penolong
Tempat
Persalinan persalinan
Dukun
Dukun
Dukun
Dokter

Jenis
persalinan

JK

BBL
(gram)

Umur

Ket.

Spontan
Spontan
Spontan
SC

L
P
P
P

3200
3000
3000
2500

19 thn
15 thn
14 thn

H
H
H
H

Rumah
Rumah
Rumah
RSUP

Riwayat Kehamilan Sekarang

Hamil ke

IV

HPHT

lupa

HTP

Umur kehamilan :

8,5 bulan

ANC

> 4x di puskesmas

Imunisasi TT

2x (lengkap) di puskesmas

Keluhan selama hamil

6)

: tidak ada

Riwayat Persalinan sekarang:

Tempat dan penolong

: R.OK IRD RSUP NTB oleh Dokter SPOG

Jenis Persalinan

: SC

Jenis Anastesi

: Spinal Lumbalis

Komplikasi dalam persalinan: APB

15

Keadaan bayi sekarang

: Bayi lahir tanggal 30 Desember 2009 pukul 10.15

wita , JK permepuan, A-S 7-9, BB 2500 gr, PB 47 cm, bayi dibawa ke


R.NICU.
7)

Riwayat penyakit yang diderita sekarang dan dahulu

Diabetes

Tidak pernah

Hipertensi

Tidak pernah

Malaria

Tidak pernah

Jantung

Tidak pernah

Asma

Tidak pernah

TBC

Tidak pernah

Hiv/AIDS

Tidak pernah

Hepatitis

Dilakukan pemeriksaan HBsAg dengan hasil (-)


/Negatif

8)

Riwayat Biopsikososial Spiritual


a. Biologis
Nutrisi :

hamil

nifas

Komposisi

:nasi, sayur, lauk

nasi, sayur, lauk

Frekuensi

:2-3x sehari

1 porsi habis

Kesulitan

:tidak ada

tidak ada

BAB

: 1x sehari

BAK

:5-7x sehari

UT 300 cc

Kesulitan

: tidak ada

gerak terbatas

Eliminasi

Istirahat
Siang

: 1-2 jam

1 jam

Malam

: 7-8 jam

Kesulitan

: tidak ada

16

Personal hygiene
Mandi

: 2x/hari

Ganti pakaian

: 2x/hari

Gosok gigi

: 2-3x/hari

Keramas

: 2x/mgg

Potong kuku

: bila kuku panjang

b. Psikologis

Respon ibu terhadap bayi : sangat senang

Respon suami, keluarga terhadap bayi dan ibu : sangat senang dan
mendukung kelahiran bayinya.

c. Sosial Ekonomi

Status perkawinan : 1 x lamanya 20 tahun

Riwayat KB : suntikan 3 bulan

Rencana KB: IUD

d. Spiritual
Ibu tidak bisa melakukan kegiatan ibadah karena keterbatasan gerakan.
B. DATA OBJEKTIF
1)

Pemeriksaan Umum

K/U ibu

lemah

Kesadaran

composmentis

Keadaan emosi

TB/BB

149 cm / 71 kg

Tanda-tanda vital :

stabil

Tekanan Darah

80/50 mmHg

Nadi

96 x/menit

Suhu

: 35,2 C

17

Respirsi
2)

: 24 x / menit
Pemeriksaan Fisik

Kepala, rambut, wajah : tidak ada lesi, rambut bersih, tidak ada ketombe,
wajah tidak oedema, konjungtiva pucat, sclera tidak ikterus

Leher ; tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

Payudara : simetris, putting menonjol, colostrum (+), areola


hyperpigmentasi, nyeri tekan (-), masa/benjolan (-), kemerahan (-),
retraksi/dimpling (-)

Abdomen : luka bekas operasi terbungkus kasa steril, nyeri tekan (+), TFU
2 jari bawah pusat, CUT baik.

Genitalia : vulva oedema, varises (-), lochea rubra 40 cc, dower kateter
terpasang, urine tampung 300 ml

Ekstremitas :
Atas

: oedema (-), kuku pucat, infuse terpasang RL 500 ml grojok pada

tangan kanan.
Bawah : oedema(-), varices (-), kaki belum dapat digerakan karena
pengaruh anastesi
3)

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 30 Desember 2009

Pemeriksaan Darah :
Hb

: 9,5 gr %

HBSAg

: (-)

Leukosit

: 11900

Trombosit

: 190000

Cloting Time : 8 menit


Bleeding Time: 1 menit 50 detik
4)

Terapi yang diberikan


18

Injeksi
Ampisilin 1 gr/6 jam (Pukul : 16.00-22.00-04.00 WITA)

Suppositoria
Kaltofren Supp.

Oral
Asam mefenamat 3 x 500 mg

II. INTERPRETASI DATA DASAR


A. Diagnosa :
P4A0H4 Post SC hari I
Dasar :
Ibu mengatakan ini persalinan anak keempat, tidak pernah keguguran.
Ibu mengatakan melahirkan bayi dengan operasi pukul 10.16 wita, JK
perempuan, BB : 2500 gram.
Ibu mengatakan perutnya terasa mules dan nyeri pada luka bekas operasi.
K/U lemah, kesadara composmentis, TD : 80/50 mmHg, N : 96 x/ menit, S :
35,2 C, R : 24x/mnt.
TFU 2 jari bawah pusat, CUT baik, kandung kemih kosong, lochea rubra 40
cc, UT 300 ml.
B. Masalah
Ketidak nyamanan
Dasar : Ibu mengatakan terasa nyeri pada luka jahitan dan badan terasa panas
dingin.
C. Kebutuhan
Menjelaskan penyebab ketidaknyamanan.
III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL/DIAGNOSA POTENSIAL
Perdarahan,Atonia uteri, dan Anemia Berat
Data dasar :
-

Ibu mengatakan melahirkan dengan cara seksio dengan indikasi APB.

19

TFU 2 jari bawah pusat, CUT baik, lochea rubra 40 cc.

Hb 9,5 gr%

IV. KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA

Mandiri

: Observasi TTV, TFU, CUT, perdarahan.

Kolaborasi

: Advice dr. SPOG dalam pemberian injeksi Ampicillin 1 gr/6 jam,

pasang O2 dan pro transfusi darah 4 kolf.


V. RENCANA KEGIATAN
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.
2. Jelaskan ketidaknyamanan yang dirasakan.
3. Observasi keadaan umum ibu, vital sign, TFU, CUT, perdarahan.
4. Anjurkan ibu mobilisasi dini (miring kiri/miring kanan) apabila kakinya sudah
terasa.
5. Anjurkan ibu untuk makan dan minum bila tidak mual dan muntah.
6. Anjurkan ibu untuk meminum obat yang diberikan.
7. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
8. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene.
9. Laksanakan advice dokter (injeksi ampicillin 3x1 gr/6 jam), pasang oksigen 1
liter/menit, dan transfusi darah 4 kolf.
10. Ciptakan suasana yang nyaman.
11. Libatkan keluarga pasien.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal 30 Desember 2009 Pukul 13.30 WITA
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan umum ibu lemah.
2. Menjelaskan ketidaknyamanan yang dialami ibu seperti mules, nyeri pada luka
jahitan adalah hal yang normal terjadi pada masa nifas post SC.
3. Mengobservasi keadaan umum ibu, Vital sign, TFU, CUT, perdarahan, urine
tamping, tetesan infus: K/U ibu lemah, TD : 80/50 mmHg, N: 96 x/mnt, R : 24

20

X/mnt, S: 35,2 C, TFU 2 jari bawah pusat, CUT baik, perdarahan lochea rubra
40 cc, urin tampung 300 cc
4. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini (miring kiri.miring kanan) apabila
kakinya sudah terasa untuk membantu mempercepat involusio uterus
5. Menganjurkan ibu untuk ma/mi bila tidak mual dan muntah agar kondisi ibu
cepat pulih
6. Menganjurkan ibu untuk minum obat yang diberikan (asam mefenamat 3x500
gram) untuk mengurangi rasa nyeri
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup agar kondisi ibu cepat pulih
8. Melaksanakan advice dokter (injeksi ampicillin 3x1/6 jam) pada pukul 16:00,
22:00 dan 04:00 wita dan transfuse darah I kolf dengan jenis darah PC jumlah 200
cc 40 tetes/menit.
9. Menciptakan suasana yang nyaman.
10. Melibatkan keluarga pasien untuk membantu ibu dalam makan dan minum.
VII. EVALUASI
Tanggal 30 Desember 2009 Pukul 14.00 WITA
1. K/U ibu baik, TD= 90/60 mmHg, N= 88 x/mnt , S = 36C , R= 20 x/mnt
2. Perdarahan lochea 20 cc.
3. Ibu sudah makan dan minum habis 1 porsi yang diberikan dari RS, ibu sudah
dapat istirahat , ibu sudah dapat menggerakan kedua kakinya
4. Ibu sudah minum obat yang diberikan.
5. Infus sudah diganti dengan transfuse darah 40 tetes/menit
6. Urin tampung 600 cc

21

CATATAN PERKEMBANGAN (Tanggal 31 Desember 2009)


Pukul 08.00 wita
S:
-

Os.mengeluh pusing dan masih merasakan nyeri pada luka jahitan.

Os.sudah minum obat sesuai anjuran.

Os.sudah di-injeksi Ampicillin 1 gr pukul 04.00 wita

Os.sudah makan dan minum

Os.sudah bisa miring ke kiri dan ke kanan.

k/u ibu lemah, TD 130/90 mmHg, Nadi 84 x/menit, Suhu 36oC.

TFU 2 jari bawah pusat, Cut baik, Lochea Rubra 20 cc, infus masih

O:

terpasang, DC masih terpasang.


-

Pemeriksaan laboratorium, Hb: 5,6 gr%

A:
P4A0H4 Post SC Hari Pertama
P:
-

Observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.

Observasi TFU, CUT, Perdarahan, dan tetesan infus.

Transfusi darah II kolf jenis darah PC 200 cc 40 tetes/menit.

Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

Anjurkan makan dan minum yang cukup.

Anjurkan mobilisasi dini.

22

Ibu bersedia melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.

Pukul 14.00 wita


S:
-

Os.mengeluh pusing dan masih merasakan nyeri pada luka jahitan.

Os.sudah makan dan minum

Os.sudah bisa miring ke kiri dan ke kanan.

k/u ibu lemah, TD 150/100 mmHg, Nadi 88 x/menit, Suhu 35oC.

TFU 2 jari bawah pusat, Cut baik, Lochea Rubra 20 cc, infus masih

O:

terpasang, DC masih terpasang.


-

Pemeriksaan laboratorium, Hb: 5,6 gr%

A:
P4A0H4 Post SC Hari Pertama
P:
-

Observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.

Observasi TFU, CUT, Perdarahan, dan tetesan infus.

Pro transfusi darah satu kolf lagi.

Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

Anjurkan makan dan minum yang cukup.

Anjurkan mobilisasi.

Ibu bersedia melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.

Transfusi darah ketiga dengan jenis darah PC 200 cc 40 tetes/menit.

Pukul 20.00 wita


S:
-

Os. merasakan nyeri pada luka jahitan.

Os.sudah minum obat sesuai anjuran.

Os.sudah makan dan minum

Os.sudah bisa miring ke kiri dan ke kanan.

O:

23

k/u ibu lemah, TD 130/80 mmHg, Nadi 78 x/menit, Suhu 36oC.

TFU 2 jari bawah pusat, Cut baik, Lochea Rubra 20 cc, infus
transfusi masih terpasang, DC masih terpasang.

Pemeriksaan laboratorium, Hb: 5,6 gr%

A:
P4A0H4 Post SC Hari Pertama
P:
-

Observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.

Observasi TFU, CUT, Perdarahan, dan tetesan infus.

Pro transfusi I kolf lagi.

Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

Anjurkan makan dan minum yang cukup.

Anjurkan mobilisasi.

Ibu bersedia melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.

Transfusi darah keempat jenis darah PC 200 cc 40 tetes/menit.

24

CATATAN PERKEMBANGAN (Tanggal 01 Januari 2010)


Pukul 08.00 wita
S:
-

Os.mengatakan sudah tidak pusing lagi.

Os.masih merasakan nyeri pada luka jahitan.

Os.sudah minum obat sesuai anjuran.

Os.sudah makan dan minum

Os.sudah bisa miring ke kiri dan ke kanan.

Os.sudah dirawat bersama bayinya.

k/u ibu baik, TD 120/90 mmHg, Nadi 84 x/menit, Suhu 37oC.

TFU 2 jari bawah pusat, Cut baik, Lochea Rubra 10 cc, infus

O:

transfusi masih terpasang, DC sudah di-up.


A:
P4A0H4 Post SC Hari Kedua
P:
-

Observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.

Observasi TFU, CUT, Perdarahan, dan tetesan infus.

Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

Anjurkan makan dan minum yang cukup.

Anjurkan mobilisasi dini misalnya duduk.

Melakukan cek Hb.

25

Anjurkan untuk menyusui bayi.

Ibu bersedia melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.

Pukul 14.00 wita


S:
-

Os.mengatakan masih nyeri pada luka jahitan, pusing (-).

Os.sudah minum obat sesuai anjuran.

Os.sudah makan dan minum

Os.sudah bisa miring ke kiri dan ke kanan serta sudah dapat duduk.

Os.sudah menyusui bayinya.

k/u ibu baik, TD 120/90 mmHg, Nadi 84 x/menit, Suhu 36,5oC.

TFU 2 jari bawah pusat, Cut baik, Lochea Rubra 20 cc, infus masih

O:

terpasang.
-

Pemeriksaan laboratorium, Hb: 7,8 gr%

A:
P4A0H4 Post SC Hari Kedua
P:
-

Observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.

Observasi TFU, CUT, Perdarahan, dan tetesan infus.

Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

Anjurkan makan dan minum yang cukup.

Anjurkan menyusui bayinya sesering mungkin.

Ibu bersedia melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.

Pukul 20.00 wita


S:
-

Os.mengatakan masih nyeri pada luka jahitan, pusing (-).

Os.sudah minum obat sesuai anjuran.

Os.sudah makan dan minum

Os.sudah bisa miring ke kiri dan ke kanan serta sudah dapat duduk.

26

Os.sudah menyusui bayinya.

k/u ibu baik, TD 130/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, Suhu 36,5oC.

TFU 2 jari bawah pusat, Cut baik, Lochea Rubra 20 cc, infus masih

O:

terpasang.
-

Pemeriksaan laboratorium, Hb: 7,8 gr%

A:
P4A0H4 Post SC Hari Kedua
P:
-

Observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.

Observasi TFU, CUT, Perdarahan, dan tetesan infus.

Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

Anjurkan makan dan minum yang cukup.

Anjurkan menyusui bayinya sesering mungkin.

Ibu bersedia melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.

27

CATATAN PERKEMBANGAN (Tanggal 02 Januari 2010)


Pukul 08.00 wita
S:
-

Os.mengatakan masih nyeri pada luka jahitan, pusing (-).

Os.sudah minum obat sesuai anjuran.

Os.sudah makan dan minum

Os.sudah bisa miring ke kiri dan ke kanan serta sudah dapat duduk.

Os.sudah menyusui bayinya.

k/u ibu baik, TD 130/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, Suhu 36,5oC.

TFU 3 jari bawah pusat, Cut baik, Lochea Rubra 10 cc, infus sudah

O:

di-up.
A:
P4A0H4 Post SC Hari Ketiga
P:
-

Observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.

Observasi TFU, CUT, Perdarahan, dan tetesan infus.

Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

Anjurkan makan dan minum yang cukup.

Anjurkan menyusui bayinya sesering mungkin.

28

Ibu bersedia melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.

Pukul 14.00 wita


S:
-

Os.mengatakan masih sedikit merasakan nyeri pada luka jahitan,


pusing (-).

Os.sudah makan dan minum.

Os.sudah BAK (+) dan BAB (-).

Os.sudah bisa berjalan ke kamar mandi.

Os.sudah menyusui bayinya.

k/u ibu baik, TD 120/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, Suhu 37oC.

TFU 3 jari bawah pusat, Cut baik, Lochea Rubra (-).

O:

A:
P4A0H4 Post SC Hari Ketiga
P:
-

Observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.

Observasi TFU, CUT, Perdarahan.

Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

Anjurkan makan dan minum yang cukup.

Anjurkan menyusui bayinya sesering mungkin.

Ibu bersedia melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.

Pukul 20.00 wita


S:
-

Os.mengatakan nyeri pada luka jahitan sudah agak berkurang.

Os.sudah makan dan minum

Os.sudah bisa berjalan tanpa bantuan.

Os.sudah menyusui bayinya.

k/u ibu baik, TD 110/90 mmHg, Nadi 82 x/menit, Suhu 37,5oC.

O:

29

TFU 3 jari bawah pusat, Cut baik, Lochea Rubra (-).

A:
P4A0H4 Post SC Hari Ketiga
P:
-

Observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.

Observasi TFU, CUT, Perdarahan.

Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

Anjurkan makan dan minum yang cukup.

Anjurkan menyusui bayinya sesering mungkin.

Ibu bersedia melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 03 Januari 2010 pukul 10.00 wita
S:
-

Os.mengatakan sudah tidak ada keluhan.

Os.sudah makan dan minum.

Os.sudah beristirahat yang cukup.

Os.sudah menyusui bayinya sesering mungkin.

Os.mengatakan ingin pulang.

k/u ibu baik, TD 120/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, Suhu 37,5oC.

TFU 3 jari bawah pusat, CUT baik, Perdarahan (-).

O:

A:
P4A0H4 Post SC Hari Ketiga
P:
-

Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan umum ibu


baik.

Menjelaskan tentang pentingnya ASI eksklusif pada ibu.

30

Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya yang terjadi dalam masa


nifas.

Menganjurkan ibu untuk datang kontrol ke petugas pelayanan


kesehatan 1 minggu yang akan datang yaitu pada tanggal 10 Januari 2010.

Ibu bersedia melaksanakan penjelasan yang sudah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1994. Obstetri Patologi. Bandung: Fakultas Kedokteran Padjajaran.
Abdul Bari, Saifuddin. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
John, Rendle-Shorf. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak Jilid 2. Binarupa Aksara: Jakarta
M Hakimi. 1990. Ilmu Kebidanan: Fisiologi dan Patologi Persalinan. Yayasan Essentia
Medica: Jakarta.
Manuaba Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Cetakan I. EGC: Jakarta.

31

Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapios.Mochtar,


Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I, Edisi 2, Cetakan I. EGC: Jakarta

32

Вам также может понравиться