Вы находитесь на странице: 1из 17

BAGIAN IKM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

LAPORAN MANAJEMEN
JANUARI 2017

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT DI


PUSKESMAS LEMBASADA

OLEH
NUR SAFITRI, S.Ked
N 111 14 054

PEMBIMBING:
Dr. dr. M. Sabir, M.Si
PEMBIMBING LAPANGAN
dr. H. Erwin K. Putra B.

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Derajat

kesehatan

merupakan

pecerminan

kesehatan

perorangan,

kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup,


mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup
pengertian yang sangat luas, selain bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya
keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Ditinjau dari hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007,
maka angka kematian neonatal (AKN), angka kematian bayi (AKB) dan angka
kematian balita (AKBA) adalah 19/1000 kelahiran hidup (KH), 34/1000 KH dan
44/1000KH. Artinya, kematian balita (0- 59 bulan) masih tinggi. Untuk itu,
diperlukan kerja keras dalam upaya menurunkan angka kematian tersebut,
termasuk diantaranya peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dalam
menangani balita sakit, utamanya bidan dan perawat serta dokter di Puskesmas
sebagai lini terdepan pemberi pelayanan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah manajemen untuk menangani
balita sakit yang bersifat terpadu yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Terpadu dalam hal ini adalah berarti mencari dan mengobati dengan dipandu buku
bagan MTBS untuk beberapa penyakit yang menyebabkan kematian bayi dan
balita seperti pneumonia, diare, malaria, campak, gizi buruk, dan masalah lainnya
kedalam suatu episode pemeriksaan. Prosedur manajemen kasus disajikan dalam
suatu bagan yang memperlihatkan urutan langkah dan penjelasan cara
pelaksanaannya. Bagan tersebut menjelaskan tentang menilai dan membuat
klasifikasi anak sakit umur 2 bulan-5 tahun, menentukan tindakan dan memberi
pengobatan, memberi konseling bagi ibu, manajemen terpadu balita umur kurang
dari 2 bulan dan memberi pelayanan tindak lanjut.

2. Gambaran Umum Puskesmas

Puskesmas Lembasada memiliki visi Puskesmas Dengan Pelayanan Prima


dan Terintegrasi Menuju Masyarakat Banawa Selatan Sehat. UPT Puskesmas
Lembasada terletak di Desa Lembasada, Kecamatan Banawa Selatan Kab.
Donggala, dengan wilayah kerja seluas 430,7 km meliputi seluruh wilayah kec.
Banawa selatan. UPT Puskesmas Lembasada berjarak 25 km dari ibu kota
Kabupaten Donggala dan 15 km dari ibu kota Kecamatan Banawa Selatan
( Desa Watatu ).
Secara admistarasi Kecamatan Banawa selatan berbatasan dengan :

Kecamatan Banawa Tengah di sebelah utara


Kecamatan Penembani dan Kecamatan Marawola Barat ( Kab. Sigi )

disebelah Timur
Kecamatan Penembani dan Propinsi Sulawesi Barat di sebelah selatan
Selat Makassar di sebelah Barat Kecamatan Banawa Selatan berada
pada posisi 045'53LS - 11932'30BT - 11946'36 BT. Kecamatan
Banawa Selatan terdiri atas 19 desa dengan jumlah penduduk 24627
jiwa berdasarkan data dasar puskesmas.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Per Desa


No Nama Desa

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Tosale
Tongano
Bambarimi
Salumpaku
Lumbumamara
Salungkaenu
Tanahmea
Lalombi
Watatu
Surumana
Mbuwu
Malino
Lumbutarombo
Lumbulama
Ongulara

Jumlah

Peserta

Penduduk

Jamkesmas

( Jiwa)
2208
1412
887
971
1473
1102
1505
1841
2238
1511
1721
926
1331
1070
788

1507
1482
813
736
880
675
531
1100
1170
646
1053
1053
524
808
568

Luas

Rumah
Tangga

12,5
12,8
7,9
56,4
39,9
51,3
32,6
22,1
20,5
8,7
44,9
72,5
6,4
19,2
22,8

560
329
234
269
284
307
447
473
586
386
447
246
331
319
223

16 Lembasada
1161
267
17 Sarumbaya
899
246
18 Salusumpu
804
214
19 Tanampuluh
789
1,530
206
JUMLAH
24627
13.543
6840
Ket: Pada Tahun 2013 Desa Tolongano masih bergabung dengan desa Lembasada,
Desa Bambarimi masih bergbung dengan desa sarumbaya, desa lalombi masih ber
gabung dengan desa salusumpu dan desa malino masih bergabung dengan desa
tanampuluh peserta jamkesmas.
Bentuk geografis wilayah Kecamatan Banawa Selatan berupa daerah
pesisir pantai, persawahan, perkebunan dan daerah pegunungan hampir
semua desa sudah bias di lalui dengan alat transportasi kendaraan roda
empat kecuali Desa Lumbulama dan Desa Ongulara yang hanya bias
ditembus dengan kendaraan roda dua itupun kalau cuaca sedang bersahabat
( tidak hujan dalam waktu lama. Desa lumbulama dan desa ongulara
memiliki karekteritis geografis yang unik, berupa bukit / pegunungan untuk
menghubungkan langsung antar dusun yang didesa tersebut hanya bisah
ditempuh dengan berjalan kaki. Selain dari dua desa tersebut masih ada 1
dusun lino di desa tolongano, akses transportasi yang stabil adalah lewat
jalur air menggunakan perahu bermesin ( ketinting ). Desa terjauh adalah
Desa Ongulara 40 km dari UPT Puskesmas Lembasada.

3. Rumusan Masalah
Pada laporan manajemen kali ini, yang akan dibahas adalah mengenai
Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Lembasada yang merupakan
salah satu kegiatan dari unit kerja kesehatan perorangan di puskesmas lembasada.
Adapun masalah yang akan dibahas kali ini yaitu :
1. Mengetahui kegiatan yang dilakukan pada poli MTBS puskesmas
Lembasada
2. Mengetahui bagaimana alur pelayanan poli MTBS puskesmas Lembasada

3. Mengetahui bagaimana pelaporan dan evaluasi kegiatan poli MTBS


puskesmas Lembasada
4. Mengetahui masalah dan kendala yang dihadapi selama pelaksanaan
kegiatan poli MTBS puskesmas Lembasada

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan
(balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan
tetapi suatu pendekatan/cara penatalaksanaan balita sakit. Konsep pendekatan
MTBS

yang

pertama

kali

diperkenalkan

oleh

WHO merupakan

suatu

bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan


angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara
berkembang.
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar
(Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). Upaya ini
tergolong

lengkap

untuk

mengantisipasi

penyakit-penyakit

yang

sering

menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap

karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya


promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakitpenyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita.
Strategi MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
1. Komponen I: Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam
tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter
dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).
2. Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat
kabupaten/kota).
3. Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam
perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit
(meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat), yang dikenal
sebagai 'MTBS berbasis Masyarakat.'

SEJARAH PENERAPAN MTBS DI INDONESIA


Strategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada tahun
1996. Pada tahun 1997 Depkes RI bekerjasama dengan WHO dan Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) melakukan adaptasi modul MTBS WHO. Modul tersebut
digunakan dalam pelatihan pada bulan November 1997 dengan pelatih dari
SEARO. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia berkembang secara bertahap
dan up-date modul MTBS dilakukan secara berkala sesuai perkembangan
program kesehatan di Depkes dan ilmu kesehatan anak melalui IDAI.
Hingga akhir tahun 2009, penerapan MTBS telah mencakup 33 provinsi,
namun belum seluruh Puskesmas mampu menerapkan karena berbagai sebab:
belum adanya tenaga kesehatan di Puskesmasnya yang sudah terlatih
MTBS, sudah ada tenaga kesehatan terlatih tetapi sarana dan prasarana belum
siap, belum adanya komitmen dari Pimpinan Puskesmas, dll. Menurut data
laporan rutin yang dihimpun dari Dinas Kesehatan provinsi seluruh Indonesia
melalui Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak tahun 2010, jumlah
Puskesmas yang melaksanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%.

Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah


melaksanakan (melakukan pendekatan memakai MTBS) pada minimal 60% dari
jumlah kunjungan balita sakit di Puskesmas tersebut.
LATAR BELAKANG PERLUNYA PENERAPAN MTBS DI INDONESIA
Menurut data hasil Survei yang dilakukan sejak tahun 1990-an hingga saat
ini (SKRT 1991, 1995, SDKI 2003 dan 2007), penyakit/masalah kesehatan yang
banyak menyerang bayi dan anak balita masih berkisar pada penyakit/masalah
yang kurang-lebih sama yaitu gangguan perinatal, penyakit-penyakit infeksi dan
masalah kekurangan gizi.
Penyebab kematian neonatal (bayi berusia 0-28 hari) menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Proporsi penyebab kematian neonatal di Indonesia tahun 2007

Sumber: Badan Litbangkes, Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007


Sedangkan

penyebab

kematian

bayi

dan

anak

balita

menurut

Riskesdas 2007, pada kelompok bayi (29 hari - 11 bulan) dan kelompok anak
balita (12 bulan - 59 bulan) ada dua penyebab kematian tersering yaitu diare dan
pneumonia. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2 Proporsi penyebab kematian bayi dan anak balita di Indonesia tahun 2007

Sumber: Badan Litbangkes, Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007


Penyakit-penyakit penyebab kematian tersebut pada umumnya dapat
ditangani di tingkat Rumah Sakit, namun masih sulit untuk tingkat Puskesmas.
Hal ini disebabkan antara lain karena masih minimnya sarana/peralatan diagnostik
dan obat-obatan di tingkat Puskesmas terutama Puskesmas di daerah terpencil
yang tanpa fasilitas perawatan, selain itu seringkali Puskesmas tidak memiliki
tenaga dokter yang siap di tempat setiap saat. Padahal, Puskesmas merupakan
ujung tombak fasilitas kesehatan yang paling diandalkan di tingkat kecamatan.
Kenyataan lain di banyak provinsi, keberadaan Rumah Sakit pada umumnya
hanya ada sampai tingkat kabupaten/kota sedangkan masyarakat Indonesia banyak
tinggal di pedesaan.
Berdasarkan kenyataan (permasalahan) di atas, pendekatan MTBS dapat
menjadi solusi yang jitu apabila diterapkan dengan benar (ketiga komponen
diterapkan dengan maksimal). Pada sebagian besar balita sakit yang dibawa
berobat ke Puskesmas, keluhan tunggal jarang terjadi. Menurut data WHO, tiga
dari empat balita sakit seringkali memiliki beberapa keluhan lain yang menyertai
dan sedikitnya menderita 1 dari 5 penyakit tersering pada balita yang menjadi
fokus MTBS. Hal ini dapat diakomodir oleh MTBS karena dalam setiap
pemeriksaan MTBS, semua aspek/kondisi yang sering menyebabkan keluhan anak
akan ditanyakan dan diperiksa.

Menurut laporan Bank Dunia (1993), MTBS merupakan jenis intervensi


yang paling cost effective yang memberikan dampak terbesar pada beban penyakit
secara global. Bila Puskesmas menerapkan MTBS berarti turut membantu dalam
upaya pemerataan pelayanan kesehatan dan membuka akses bagi seluruh lapisan
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang terpadu.

CARA PENATALAKSANAAN BALITA SAKIT DENGAN PENDEKATAN


MTBS
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan
MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain
pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi
(malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan
menggunakan algoritma/bagan sederhana yang digunakan oleh perawat dan
bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita.
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) sudah terintegrasi di dalam
pendekatan Manajemen terpadu Balita Sakit (MTBS), maka bagan MTBM
menjadi bagian dari bagan MTBS. MTBM dan MTBS sudah diterapkan di seluruh
provinsi di Indonesia sehingga sudah menjadi milik masyarakat. Banyaknya
permintaan bagan MTBS (termasuk bagan MTBM) oleh Dinas Kesehatan
provinsi/kabupaten perlu dipenuhi

sehingga

perkembangan penerapannya

di

lapangan tidak tersendat. Oleh karena itu masyarakat dan tenaga kesehatan yang
memerlukan dapat

memperbanyak

bagan

ini

untuk

meningkatkan

kelancaran implementasi penerapannya di Puskesmas, Polindes, Poskesdes, Klinik


swasta, Rumah Sakit, dll.

BAB III
PEMBAHASAN
1. Kegiatan yang dilakukan pada poli MTBS puskesmas Lembasada
Kegiatan yang dilakukan di poli MTBS adalah pertama-tama
melakukan anamnesis pada anak usia 0-59 bulan mengenai keluhan
yang diderita pasien oleh bidan atau perawat, kemudian melakukan
pemeriksaan fisik mulai dari keadaan umum, kesadaran, serta tanda
vital pada anak berupa pernafasan, nadi, dan suhu. Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan status gizi anak dengan antropometri yaitu
mengukur tinggi/panjang badan dan berat badan anak. Setelah
dilakukan penilaian, dilakukan klasifikasi penyakit anak berdasarkan
algoritma/buku pedoman MTBS, dan menentukan tindakan dan
memberi pengobatan yang dibutuhkan, jika perlu dilakukan konsultasi
ke dokter dan mendapatkan resep pengobatan. Selain itu, dilakukan
pemberian konseling kepada ibu pasien, materi meliputi kepatuhan

minum obat, menasehati cara pemberian makanan sesuai umur,


memberi nasihat kapan kunjungan ulang atau kapan harus kembali
segera. Pemberian konseling diharapkan ibu pasien/pengantar mengerti
penyakit yang diderita anaknya sehingga mampu mengenali kapan
harus segera membawa anaknya ke petugas kesehatan serta diharapkan
memperhatikan tumbuh kembang anak dengan cara memberikan
makanan sesuai umurnya.
Pengobatan anak sakit dapat dimulai diklinik dan diteruskan
dengan pengobatan lanjutan dirumah. Pada beberapa keadaan, anak
sakit berat perlu dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut,
dalam hal ini dilakukan tindakan pra rujukan sebelum anak dirujuk.
o Adapun standar pelayanan operasional MTBS di puskesmas
lembasada:
1. Menyapa pasien dengan 3S (senyum, salam, sapa)
2. Petugas melakukan anamnesa
3. Petugas melakukan pemeriksaan antropometri
4. Petugas

menanyakan

kepada

orangtua

mengenai

masalah anaknya
5. Petugas memeriksa tanda bahaya umum (tidak mau
minum, atau menyusu, memuntahkan semuanya, letargi,
atau kejang)
6. Jika terdapat tanda bahaya umum, petugas melakukan
tatalaksana rujukan
7. Jika tidak terdapat tanda bahaya umum, petugas
menanyakan tanda bahaya utama
8. Jika terdapat keluhan utama petugas mencatata dalam
formulir MTBS dalam rekam medis pasien, kemudian
petugas melakukan rujukan internal ke poli anak
9. Petugas mencatat hasil pemeriksaan kedalam formulir
MRBS dan rekam medis pasien.

2. Alur pelayanan poli MTBS puskesmas Lembasada

kunjungan MTBS

BALITA SAKIT

pasien datang
ke loket
pendaftaran

pasien pulang

pasien
mengambil obat
di apotik

tata laksana Balita


Sakit sesuai formulir
/ Buku pedoman
MTBS

Konsultasi
dokter dan
pengobatan
RUJUK
Laboratorium Klinik

3. Pelaporan dan evaluasi kegiatan poli MTBS puskesmas Lembasada


-

Pelaporan dan evaluasi kegiatan poli MTBS setiap bulan dilakukan


dilaksanakan. Pelaporan dan evaluasi langsung kepada kepala
puskesmas.

4. Masalah dan kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan poli


MTBS puskesmas Lembasada
-

Input
o Sarana dan prasarana
Dari hasil wawancara yang didapatkan data petugas pengelola
MTBS kelengkapan fasilitas penunjang MTBS masih kurang
terutama

tempat

pemeriksaan

dan

alat.

Pada

tempat

pemeriksaaan dan alat, tidak tersedia ruangan khusus, dimana


bergabung dengan poli KIA, begitupun dengan alat-alat yang

digunakan masih menggunakan alat yang sama dengan poli


KIA. Sedangkan untuk persediaan obat hampir semua obat
untuk penyakit menyangkut MTBS tersedia dan barang cetakan
seperti pengadaan form MTBS sudah tersedia, dimana
pengadaannya berasal dari anggaran pribadi pengelola MTBS,
karena tidak ada anggaran khusus untuk MTBS.
o Tenaga
Dari hasil wawancara yang didapatkan data petugas pengelola
MTBS terdapat 1 petugas pengelola MTBS, yaitu seorang
bidan pengelola yang telah mendapatkan pelatihan MTBM dan
MTBS yang diadakan oleh dinas kesehatan. Menurut
pengelolanya, tenaga masih kurang untuk pelaksanaan MTBS
di puskesmas Lembasada.

Proses
o Hasil observasi menunjukkan puskesmas lembasada telah
menerapkan keterpaduan MTBS sesuai standar pelayanan
operasional

dan

buku

pedoman

MTBS.

Pada

proses

pelaksanaan MTBS di puskesmas lembasada, telah sesuai


dengan alur pelayanan. Keterpaduan disini dimaksudkan
adanya seseorang yang bertanggungjawab dan mengkoordinir
pelaksanaan

MTBS

yang

berfungsi

sebagai

pemeriksa

sekaligus pemberi tindakan dan konseling, sehingga pelayanan


promosi, pencegahan serta pengobatan telah dilakukan dalam
satu strategi yaitu MTBS.
-

Output
o Hasil wawancara dengan pengelola MTBS di puskesmas
lembasada telah sesuai dengan target yang ditetapkan, dimana
didapatkan dari data laporan bulanan MTBS bahwa jumlah

balita sakit yang datang di puskesmas, sama dengan jumlah


kunjungan balita dengan MTBS.

DOKUMENTASI

Gambar 1. Situasi Poli MTBS Puskesmas Lembasada

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah manajemen untuk menangani
balita sakit yang bersifat terpadu yang datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Terpadu dalam hal ini adalah berarti mencari dan mengobati
dengan dipandu buku bagan MTBS untuk beberapa penyakit yang
menyebabkan kematian bayi dan balita seperti pneumonia, diare, malaria,
campak, gizi buruk, dan masalah lainnya kedalam suatu episode
pemeriksaan. Prosedur manajemen kasus disajikan dalam suatu bagan
yang memperlihatkan urutan langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya.
2. Secara umum, gambaran pelaksanaan MTBS di puskesmas lembasada
telah sesuai dengan buku pedoman MTBS di puskesmas lembasada yang
diterbitkan oleh WHO dan IDAI, meskipun masih terdapat kekurangan
didalamnya.
Saran
1. Sumber daya terutama petugas kesehatan perlu ditambah dan dilakukan
pelatihan MTBS sehingga meningkatkan kualitas pengelola MTBS agar
meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat terutama pengenalan
dini terhadap penyakit-penyakit yang menyebabkan kematian pada bayi
seperti pneumonia, diare, malaria, campak, gizi buruk, dan masalah
lainnya, sehingga angka mortalitas dapat dicegah.
2. Meningkatkan dukungan manajemen dari dinas kesehatan untuk
menunjang praktik MTBS, utamanya sumber daya anggaran sehingga bisa
mencukupi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan puskesmas
Lembasada dalam pelaksanaan MTBS.

DAFTAR PUSTAKA

1. UPTD Puskesmas Lembasada. Profil Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas


Lembasada. Palu : UPTD Puskesmas Lembasada; 2015.
2. Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.
3. Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang
disampaikan pada Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak, 2009,
Manajemen Terpadu Balita Sakit.
4. Departemen Kesehatan RI.2010. Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul I
Pengantar, Jakarta.
5. Departemen Kesehatan RI.2010. Pedoman Tatalaksana Penerapan MTBS
di Puskesmas modul 7, Jakarta.
6. Departemen Kesehatan RI.2010. Buku Bagan MTBS, Jakarta.

Вам также может понравиться

  • OCHA PTT
    OCHA PTT
    Документ24 страницы
    OCHA PTT
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Manajemen Obstruksi Jalan Napas
    Manajemen Obstruksi Jalan Napas
    Документ28 страниц
    Manajemen Obstruksi Jalan Napas
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Kti Fix
    Kti Fix
    Документ77 страниц
    Kti Fix
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Klinik Sanitasi
    Klinik Sanitasi
    Документ29 страниц
    Klinik Sanitasi
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Ver Suhardi Koreksi
    Ver Suhardi Koreksi
    Документ3 страницы
    Ver Suhardi Koreksi
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Laporan Tinea Cruris
    Laporan Tinea Cruris
    Документ29 страниц
    Laporan Tinea Cruris
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Yakobus Uddu
    Yakobus Uddu
    Документ5 страниц
    Yakobus Uddu
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • VER Hermansyah
    VER Hermansyah
    Документ4 страницы
    VER Hermansyah
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Wayeni Lampamu
    Wayeni Lampamu
    Документ4 страницы
    Wayeni Lampamu
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Joko Mulyo
    Joko Mulyo
    Документ5 страниц
    Joko Mulyo
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Ikm Tinea Cruris
    Ikm Tinea Cruris
    Документ29 страниц
    Ikm Tinea Cruris
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Cover Daftar Lampiran
    Cover Daftar Lampiran
    Документ10 страниц
    Cover Daftar Lampiran
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • KLINIK SANITASI
    KLINIK SANITASI
    Документ16 страниц
    KLINIK SANITASI
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Laporan Diare Kamonji Sakina
    Laporan Diare Kamonji Sakina
    Документ33 страницы
    Laporan Diare Kamonji Sakina
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Analisis Jenis Pertanyaan Penelitian dan Rumus Besar Sampel
    Analisis Jenis Pertanyaan Penelitian dan Rumus Besar Sampel
    Документ2 страницы
    Analisis Jenis Pertanyaan Penelitian dan Rumus Besar Sampel
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • The Lawyer
    The Lawyer
    Документ3 страницы
    The Lawyer
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • 10) Lampiran 6
    10) Lampiran 6
    Документ1 страница
    10) Lampiran 6
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • RIRIS
    RIRIS
    Документ13 страниц
    RIRIS
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Di Dalam Rekam Medis Terdapat Informasi Yang Menggambarkan Kondisi Medis Saat Ini Dan Terdahulu Dan Pelayanan Kesehatan Yang Telah Pasien Telah Dan Akan Terima Dari Pemberi Pelayanan Kesehatan
    Di Dalam Rekam Medis Terdapat Informasi Yang Menggambarkan Kondisi Medis Saat Ini Dan Terdahulu Dan Pelayanan Kesehatan Yang Telah Pasien Telah Dan Akan Terima Dari Pemberi Pelayanan Kesehatan
    Документ4 страницы
    Di Dalam Rekam Medis Terdapat Informasi Yang Menggambarkan Kondisi Medis Saat Ini Dan Terdahulu Dan Pelayanan Kesehatan Yang Telah Pasien Telah Dan Akan Terima Dari Pemberi Pelayanan Kesehatan
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Anatomi UNTAD praktikum blok
    Anatomi UNTAD praktikum blok
    Документ5 страниц
    Anatomi UNTAD praktikum blok
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Skenario3 Blok13
    Skenario3 Blok13
    Документ3 страницы
    Skenario3 Blok13
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • HISTOLOGI
    HISTOLOGI
    Документ5 страниц
    HISTOLOGI
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Epidemiologi
    Epidemiologi
    Документ2 страницы
    Epidemiologi
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Blok18 Lo1
    Blok18 Lo1
    Документ11 страниц
    Blok18 Lo1
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Hot But Cold
    Hot But Cold
    Документ5 страниц
    Hot But Cold
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • DR - Rosa Jurnal
    DR - Rosa Jurnal
    Документ2 страницы
    DR - Rosa Jurnal
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Interpretasi EKG
    Interpretasi EKG
    Документ40 страниц
    Interpretasi EKG
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Surat Lamaran Pekerjaan
    Surat Lamaran Pekerjaan
    Документ3 страницы
    Surat Lamaran Pekerjaan
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет
  • Atropin Sulfat
    Atropin Sulfat
    Документ9 страниц
    Atropin Sulfat
    Kina Sakina Usman
    Оценок пока нет