Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
LAPORAN MANAJEMEN
JANUARI 2017
OLEH
NUR SAFITRI, S.Ked
N 111 14 054
PEMBIMBING:
Dr. dr. M. Sabir, M.Si
PEMBIMBING LAPANGAN
dr. H. Erwin K. Putra B.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Derajat
kesehatan
merupakan
pecerminan
kesehatan
perorangan,
disebelah Timur
Kecamatan Penembani dan Propinsi Sulawesi Barat di sebelah selatan
Selat Makassar di sebelah Barat Kecamatan Banawa Selatan berada
pada posisi 045'53LS - 11932'30BT - 11946'36 BT. Kecamatan
Banawa Selatan terdiri atas 19 desa dengan jumlah penduduk 24627
jiwa berdasarkan data dasar puskesmas.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Tosale
Tongano
Bambarimi
Salumpaku
Lumbumamara
Salungkaenu
Tanahmea
Lalombi
Watatu
Surumana
Mbuwu
Malino
Lumbutarombo
Lumbulama
Ongulara
Jumlah
Peserta
Penduduk
Jamkesmas
( Jiwa)
2208
1412
887
971
1473
1102
1505
1841
2238
1511
1721
926
1331
1070
788
1507
1482
813
736
880
675
531
1100
1170
646
1053
1053
524
808
568
Luas
Rumah
Tangga
12,5
12,8
7,9
56,4
39,9
51,3
32,6
22,1
20,5
8,7
44,9
72,5
6,4
19,2
22,8
560
329
234
269
284
307
447
473
586
386
447
246
331
319
223
16 Lembasada
1161
267
17 Sarumbaya
899
246
18 Salusumpu
804
214
19 Tanampuluh
789
1,530
206
JUMLAH
24627
13.543
6840
Ket: Pada Tahun 2013 Desa Tolongano masih bergabung dengan desa Lembasada,
Desa Bambarimi masih bergbung dengan desa sarumbaya, desa lalombi masih ber
gabung dengan desa salusumpu dan desa malino masih bergabung dengan desa
tanampuluh peserta jamkesmas.
Bentuk geografis wilayah Kecamatan Banawa Selatan berupa daerah
pesisir pantai, persawahan, perkebunan dan daerah pegunungan hampir
semua desa sudah bias di lalui dengan alat transportasi kendaraan roda
empat kecuali Desa Lumbulama dan Desa Ongulara yang hanya bias
ditembus dengan kendaraan roda dua itupun kalau cuaca sedang bersahabat
( tidak hujan dalam waktu lama. Desa lumbulama dan desa ongulara
memiliki karekteritis geografis yang unik, berupa bukit / pegunungan untuk
menghubungkan langsung antar dusun yang didesa tersebut hanya bisah
ditempuh dengan berjalan kaki. Selain dari dua desa tersebut masih ada 1
dusun lino di desa tolongano, akses transportasi yang stabil adalah lewat
jalur air menggunakan perahu bermesin ( ketinting ). Desa terjauh adalah
Desa Ongulara 40 km dari UPT Puskesmas Lembasada.
3. Rumusan Masalah
Pada laporan manajemen kali ini, yang akan dibahas adalah mengenai
Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Lembasada yang merupakan
salah satu kegiatan dari unit kerja kesehatan perorangan di puskesmas lembasada.
Adapun masalah yang akan dibahas kali ini yaitu :
1. Mengetahui kegiatan yang dilakukan pada poli MTBS puskesmas
Lembasada
2. Mengetahui bagaimana alur pelayanan poli MTBS puskesmas Lembasada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan
(balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan
tetapi suatu pendekatan/cara penatalaksanaan balita sakit. Konsep pendekatan
MTBS
yang
pertama
kali
diperkenalkan
oleh
WHO merupakan
suatu
lengkap
untuk
mengantisipasi
penyakit-penyakit
yang
sering
penyebab
kematian
bayi
dan
anak
balita
menurut
Riskesdas 2007, pada kelompok bayi (29 hari - 11 bulan) dan kelompok anak
balita (12 bulan - 59 bulan) ada dua penyebab kematian tersering yaitu diare dan
pneumonia. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2 Proporsi penyebab kematian bayi dan anak balita di Indonesia tahun 2007
sehingga
perkembangan penerapannya
di
lapangan tidak tersendat. Oleh karena itu masyarakat dan tenaga kesehatan yang
memerlukan dapat
memperbanyak
bagan
ini
untuk
meningkatkan
BAB III
PEMBAHASAN
1. Kegiatan yang dilakukan pada poli MTBS puskesmas Lembasada
Kegiatan yang dilakukan di poli MTBS adalah pertama-tama
melakukan anamnesis pada anak usia 0-59 bulan mengenai keluhan
yang diderita pasien oleh bidan atau perawat, kemudian melakukan
pemeriksaan fisik mulai dari keadaan umum, kesadaran, serta tanda
vital pada anak berupa pernafasan, nadi, dan suhu. Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan status gizi anak dengan antropometri yaitu
mengukur tinggi/panjang badan dan berat badan anak. Setelah
dilakukan penilaian, dilakukan klasifikasi penyakit anak berdasarkan
algoritma/buku pedoman MTBS, dan menentukan tindakan dan
memberi pengobatan yang dibutuhkan, jika perlu dilakukan konsultasi
ke dokter dan mendapatkan resep pengobatan. Selain itu, dilakukan
pemberian konseling kepada ibu pasien, materi meliputi kepatuhan
menanyakan
kepada
orangtua
mengenai
masalah anaknya
5. Petugas memeriksa tanda bahaya umum (tidak mau
minum, atau menyusu, memuntahkan semuanya, letargi,
atau kejang)
6. Jika terdapat tanda bahaya umum, petugas melakukan
tatalaksana rujukan
7. Jika tidak terdapat tanda bahaya umum, petugas
menanyakan tanda bahaya utama
8. Jika terdapat keluhan utama petugas mencatata dalam
formulir MTBS dalam rekam medis pasien, kemudian
petugas melakukan rujukan internal ke poli anak
9. Petugas mencatat hasil pemeriksaan kedalam formulir
MRBS dan rekam medis pasien.
kunjungan MTBS
BALITA SAKIT
pasien datang
ke loket
pendaftaran
pasien pulang
pasien
mengambil obat
di apotik
Konsultasi
dokter dan
pengobatan
RUJUK
Laboratorium Klinik
Input
o Sarana dan prasarana
Dari hasil wawancara yang didapatkan data petugas pengelola
MTBS kelengkapan fasilitas penunjang MTBS masih kurang
terutama
tempat
pemeriksaan
dan
alat.
Pada
tempat
Proses
o Hasil observasi menunjukkan puskesmas lembasada telah
menerapkan keterpaduan MTBS sesuai standar pelayanan
operasional
dan
buku
pedoman
MTBS.
Pada
proses
MTBS
yang
berfungsi
sebagai
pemeriksa
Output
o Hasil wawancara dengan pengelola MTBS di puskesmas
lembasada telah sesuai dengan target yang ditetapkan, dimana
didapatkan dari data laporan bulanan MTBS bahwa jumlah
DOKUMENTASI
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA