Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2.
Tidak
Ya
Judul Penelitian:
PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI DAN VITAMIN C TERHADAP
KADAR HEMOGLOBIN DAN INDEKS SEL DARAH MERAH REMAJA
PUTRI DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI DI PANTI ASUHAN
AISYIAH MUHAMMADIYAH KOTA PADANG
3.
Subyek:
Penderita
Non-Penderita
Hewan
4.
5.
Haid pertama adalah merupakan peristiwa yang paling penting dialami remaja
pada masa pubertas. Terjadinya haid pertama ini banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik faktor endogen maupun eksogen. Dengan munculnya haid pada remaja putri
berarti kehilangan zat besi yang sebelumnya hanya akibat kebutuhan basal dan
pertumbuhan sekarang ditambah dengan kehilangan melalui haid. Meningkatnya
kebutuhan zat besi dan rendahnya asupan zat besi membuat remaja putri rawan terhadap
anemia defisiensi besi ( Krummel et al, 2006 ).
Lebih cepat usia menarche remaja putri berarti semakin cepat siswi
membutuhkan zat besi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya, sehingga
jarak atau rentang usia menarche dan usia siswi sekarang berpengaruh terbadap kadar
Hb jika kebutuhan yang tinggi tidak diimbangi dengan asupan zat besi yang cukup
( Biran, 2005 ).
Kecenderungan kadar Hb rendah banyak terjadi pada siswi dengan rentang usia
menarche dan usia siswi. lebih panjang dibandingkan siswi dengan rentang usia
menarche pendek . Hal ini disebabkan karena siswi lebih lama terpapar dengan haid
setiap bulan dan selain itu siswi masih dalam usia pertumbuhan sehingga kebutuhan zat
besi lebih banyak. Sedangkan pada siswi dengan rentang usia menarche lebih pendek
keterpaparan dengan haid belum begitu lama sehingga kebutuhan zat besinya pun lebih
sedikit untuk menggantikan zat besi yang hilang pada saat haid (Krummel et al, 2006 ;
Biran, 2005 ).
Pola haid dapat diukur berdasarkan siklus haid, lama haid, dan banyaknya haid
terbentuk dalam waktu 4-6 tahun sejak usia haid pepertama. Pada umumnya siklus haid
datang 1(satu) kali sebulan dan berlangsung terus menerus sampai usia kurang lebih 45
tahun ( Biran, 2005 ).
Siklus haid yang teratur setiap bulan menyebabkan kebutuhan zat besi lebih
tinggi untuk menggantikan zat besi yang hilang saat haid. Sedangkan pada siswi dengan
haid tidak teratur kebutuhan zat besinya lebih rendah karena tidak diperlukan secara
mengganti pengeluaran zat besi melalui haid setiap bulan, walaupun masih dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan kebutuhan basal tubuh.
Menurut Biran (2005), lamanya haid yang normal berkisar antara 3-6 ban. Pada
penelitian ini lama hari haid berkisar rata-rata 6,3 1,2 hari dan terdapat 46,4% siswi
dengan lama hari haid > 6 hari.
Menurut Krummel (2006), kehilangan zat besi di atas rata rata dapat terjadi
pada remaja putri dengan pola haid yang lebih banyak dan waktunya lebih panjang.
Meningkatnya kebutuhan zat besi, bila diiringi dengan kurangnya asupan zat besi dapat
berakibat remaja putri rawan terhadap rendahnya kadar Hb akibat defisiensi besi.
Salah satu penyebab kurangnya asupan zat besi adalah karena pola konsumsi
masyarakat Indonesia yang masih didominasi sayuran sebagai sumber zat besi (non
heme iron). Sedangkan daging dan protein hewani lain (ayam dan ikan) yang diketahui
sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron), jarang dikonsumsi terutarna oleh
masyarakat di pedesaan sehingga hal ini menyebabkan rendahnya penggunaan dan
penyerapan zat besi ( Sediaoetomo, 2002 ).
Penyebab lain kekurangan anemia besi pada remaja putri adalah pola makan
yang salah, pengaruh dari lingkungan pergaulan (ingin langsing). Remaja putri yang
kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi yang optimal (kurus, pendek dan
pertumbuhan tulang tidak proposional). Kekurangan zat besi dan gizi lain yang penting
untuk tumbuh kembang, sering sakit-sakitan. Dari kedua masalah status gizi remaja
putri tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya, karena remaja putri
membutuhkan zat gizi untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja putri perlu
suplemen gizi guna meningkatkan status gizi dan kesehatannya ( Sediaoetomo, 2002 ).
Anemia gizi besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri antara
lain cepat lelah, menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit
infeksi, menurunkan kebugaran tubuh, serta menurunkan konsentrasi dan prestasi
belajar. Selain itu dapat juga menurunkan sistem kekebalan tubuh serta mengganggu
pertumbuhan fisik ( Krummel et al, 2006 ). Anemia Defisiensi besi pada masa remaja
bukan saja menurunkan produktifitas tetapi pada gilirannya akan menggiring remaja
putri pada kondisi anemia di masa kehamilan nanti. Ibu hamil yang menderita anemia
akan mempertinggi risiko untuk mengalami keguguran, perdarahan waktu melahirkan,
dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah ( Katelhut et al, 2005 ),
Beberapa penelitian di Indonesia telah melaporkan kejadian anemia defisiensi
besi pada remaja putri.Penelitian Dewi Permaesih tahun 1988 tentang status anemia dan
status besi 108 orang remaja putri Pesantren Putri di Kabupaten Bogor ditemukan
prevalensi anemia sebesar 44,4%. Penelitian Krisdinamurtini tahun 1999 menunjukkan
bahwa prevalensi anemia pada siswi kelas 2 SMU di Kabupaten Bandung sebesar 41 %.
Daerah tingkat II Propinsi Jawa Barat mendapat prevalensi anemia sebesar 42,6%.
Sedangkan penelitian Safyanti tahun 2002 yang dilakukan di SMUN 3 Padang Sumbar
prevalensi anemia remaja putri sebesar 29,2%.
Selain itu penyebab anemia defisiensi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh
yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis dan kehilangan darah karena
menstruasi dan infeksi parasit (cacing). Di negara berkembang seperti Indonesia
penyakit kecacingan masih merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia
defisiensi besi, karena diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setaip harinya
( Nasution, 2004 ).
Upaya perbaikan selama ini lebih terfokus pada ibu hamil, padahal remaja putri
adalah calon ibu yang harus sehat agar melahirkan bayi sehat sehingga akan tumbuh dan
berkembang menjadi SDM yang tangguh dan berkualitas sesuai dengan harapan. Oleh
karena itu untuk memperbaiki keadaan tersebut harus dilakukan pada saat sebelum
kehamilan yaitu pada remaja putri dan wanita usia subur. Agar anemia bisa dicegah atau
diatasi maka harus banyak mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi. Selain itu
penanggulangan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan pencegahan infeksi
cacing dan pemberian tablet Fe yang dikombinasikan dengan vitamin C dapat
meningkatkan kadar Hb darah dalam mengatasi anemia defisiensi besi pada remaja putri
( Depkes RI, 2005 ).
Beberapa penyebab anemia defesiensi besi yang telah dijelaskan, maka
pesantren merupakan salah satu tempat potensial terjadi anemia, karena di pesantren
para siswi tinggal di asrama, mereka cenderung untuk mengkonsumsi menu makanan
yang monoton dan aktivitas fisik yang berlebihan seperti bangun pagi, gotong royong,
sekolah dan kegiatan lainnya. Asupan zat gizi siswi di pesantren yang pernah diteliti
masih dibawah Angka kecukupan gizi yang dianjurkan, rata-rata konsumsi zat besi
hanya 6 mg/hari ( Alamtseir, 2002 ).
Data yang penulis dapatkan dari pengelola Panti Asuhan Putri Aisyiah
Muhammadiyah Kota Padang rata-rata konsumsi Fe para siswa hanya berkisar antara
8,18 - 12,12 mg/hari, yaitu kira-kira 31,5 - 46,6 % dari kecukupan besi yang dianjurkan.
Data ini penulis dapatkan dari daftar menu yang ada kemudian penulis terjemahkan
dengan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
Hipotesa Penelitian
Hipotesa Penelitian ini adalah :
1. Ada perbedaan kadar hemoglobin dan indeks sel darah merah ( MCV,MCH,
MCHC ) pada remaja putri dengan anemia defisiensi besi diantara kelompok
perlakuan ( yang diberi tablet Fe + sumber makanan Vit. C dan tablet Fe +
Vitamin C ), dan dibandingkan kelompok kontrol
( plasebo ) selama 4
minggu.
2. Ada perbedaan Status gizi (Berat Badan dan Tinggi Badan) dan konsumsi zat
gizi ( protein, energi, zat bezi, vitamin C ) pada remaja putri dengan anemia
defisiensi besi diantara kelompok perlakuan ( yang diberi tablet Fe + sumber
makanan Vit. C dan tablet Fe + Vitamin C ), dan dibandingkan kelompok
kontrol ( plasebo ) selama 4 minggu.
METODA PENELITIAN
LOKASI PENELITIAN
- Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan Putri Aisyiah Muhammadiyah di kota
Padang.
- Pemeriksaan kadar Hb dan kadar indeks sel darah merah ( MCV, MCH, MCHC)
dilakukan di Laboratorium Patologi klinik RS M. Djamil.
SAMPEL PENELITIAN
Sebagai sampel penilitian adalah darah yang diambil dari populasi remaja putri yang
telah di- Screening adalah semua siswi putri yang menderita anemia yang berjumlah 30
orang. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple randon
sampling. kemudian dikelompokan menjadi :
1) Kelompok Tablet Fe + makanan sumber vitamin C sebanyak 10 orang
2) Kelompok Tablet Fe + Vit C sebanyak 10 orang
3) Kelompok plasebo sebanyak 10 orang
PENGUMPULAN DATA
Tahapan Kegiatan Pengumpulan Data
Pada penelitian ini diperlukan perijinan yaitu dari Pemda Padang dan Panti Asuhan
Putri Aisyiah Muhammadiyah di kota Padang.dan Laboratorium Patologi Klinik RSMJ
Padang.
Rekruitmen Pelaksana dan Pembaca
Dibutuhkan 1 orang ahli gizi wanita yang sudah terlatih untuk memilih
Memberikan kuesioner dan 1 orang analis wanita yang sudah terlatih (analis
Lab,Patologi Klinik RSMJ) untuk mengabil darah, memeriksa dan membaca hasil
pemeriksaan Hb, Indeks sel darah merah (MCV, MCH, MCHC). Para analis sudah
dipercaya dan labor Patologi Klinik. Pengambilan darah serta intervensi didampingi
oleh seorang dokter sebagai pengawas.
Pelatihan
Tidak perlu dilakukan karena masing-masing analis sudah terlatih sebelumnya.
Prosedur kerja
1. Meminta izin penelitian secara birokrasi kepada Dinas Sosial kota Padang,
kemudian tembusannya dikirim kepada Panti Asuhan Putri Aisyiah
Muhammadiyah Nanggalo kota Padang.
2. Meminta kesedian responden berpatisipasi dalam penelitian ini
3. Menghubungi tenaga laboratorium patologi klinik RS M Djamil yang akan
membantu dalam pemeriksaan kadar Hb dan indeks sel darah merah
( MCV, MCH, MCHC )
4. Meminta persetujuan untuk mengikuti penelitian dari calon sampel.
5. Persiapan pemeriksaan kadar Hb darah dan kadar indeks sel darah merah
( MCV, MCH, MCHC ), dilakukan oleh petugas dan peneliti.
a. Meminta persetujuan untuk mengikuti penelitian dari ibu pengasuh yang
didampingi oleh responden serta disaksikan oleh seorang saksi..
b. Melakukan pemeriksaan kadar Hb pre-intervensi menggunakan metoda
Cyanmetemoglobin, indeks sel darah merah ( MCV, MCH, MCHC ),
dengan alat hitung sel darah otomatis yang dilakukan oleh tenaga analis
dengan prosedur kerja seperti terlampir.
c. Mengelompokkan sampel menurut kriteria anemia dan tidak anemia.
d. Dilakukan pemeriksaan feces kalau ada cacing dikeluarkan.
e. Melakukan wawancara langsung dan kuesioner untuk menentukan pola
haid dan penyakit infeksi.
f. Penimbangan BB dan Mengukur TB untuk menentukan IMT serta Food
Recall 24 jam food Frekuensi kuesioner asupan protein, energi, Fe dan
Vitamin C sebelum perlakuan, dilakukan sendiri oleh peneliti dibantu
oleh Alumni PSIKM Peminatan Gizi
g. Membagi kelompok menjadi tiga kelompok, yang dipilih dengan sistem
random sederhana.
h. Melaksanakan intervensi sesuai dengan kelompok perlakuan.
i. Meminta bantuan pengawasan kepada kepala asrama, guru dan
pengawasan. Juga dilakukan sendiri oleh peneliti dibantu oleh Alumni
PSIKM Peminatan Gizi, dimana peneliti mengontrol setiap tablet Fe dan
vitamin C yang diberikan setiap 3 hari.
j. Memeriksa Kadar Hb dan kadar indeks sel darah merah ( MCV, MCH,
MCHC ) perlakuan pada kelompok Fe + Vit C dan kelompok Fe, dan
plasebo dengan menggunakan metoda Cyanmethemoglobin dan alat
hitung sel darah otomatis .
k. Penimbangan BB dan Mengukur TB untuk menentukan IMT serta Food
Recall 24 jam food Frekuensi kuesioner asupan protein, energi, Fe dan
Vitamin C sesudah perlakuan.
l. Menganalisa hasil pengukuran dengan menggunakan Proporsi, t-test
paired, uji anova dan regresi Logistik ganda.
6.
7.
8.
Bahaya potensial yang langsung atau tidak langsung, segera atau kemudian dan
cara mencegah atau mengatasi kejadian (termasuk rasa nyeri dan keluhan)
Rasa tidak nyaman pada saat pengambilan sampel darah dan efek dari Pemberian
dari tablet Fe seperti mual, muntah, konstipasi diberikan makanan tambahan.
9.
Pengalaman yang terdahulu (sendiri atau orang lain) dari tindakan yang akan
diterapkan.
Penelitian pemberian Fe sudah banyak dilakukun diharapakan tidak ada efek
samping karena diberikan bersama dengan vitamin C.
10.
11.
Bila penelitian ini menggunakan orang sakit dan dapat memberi manfaat untuk
subyek yang bersangkutan, uraikan manfaat itu.
Bagaimana cara memilih penderita/ sukarelawan sehat?
Siswi Panti Asuhan Putri Aisyiah Muhammadiyah di kota Padang tingkat SMP
dan SMU yang berjumlah 100 orang dan mendapat makanan dari
Penyelenggaraan Makanan Banyak Asrama yang berusia 12 - 18 tahun. Sudah
haid teratur, tidak ada cacing. Kemudian dilakukan Screening dengan kriteria
remaja putri yang anemia dengan kadar Hb <12gr/dl..
12. Bila penelitian menggunakan subyek manusia, jelaskan hubungan antara peneliti
utama dengan subyek yang diteliti
Subyek penelitian adalah remaja putri dan hubungan antara subyek dengan
peneliti adalah independen.
13.
14.
Bila penelitian ini menggunakan orang sakit, jelaskan diagnosis dan nama dokter
yang bertanggung jawab merawatnya. Bila menggunakan orang sehat jelaskan
cara pengecekan kesehatannya
Penelitian tidak memakai orang sakit sebagai subyek.
Jelaskan cara pencatatan selama penelitian, termasuk efek samping dan
komplikasi bila ada
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan, keluhan sampel dan wawancara
langsung di lakukan oleh peneliti sendiri dan di bantu oleh ahli gizi. keluhan
sampel waktu intervensi. Komplikasi pada subyek penelitian mual, muntah,
konstipasi
15.
16.
17.
18.
Organisasi Pelaksana
Penelitian ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi Program
Pascasarjana Magister BIOMEDIK Peminatan Reproduksi Kedokteran Universitas
Andalas dengan peneliti sebagai berikut.
Peneliti
: Masrizal Dt. Mangguang, SKM
Pembimbing I
: dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, Phd,SpGK
Pembimbing II
: Prof.Dr.dr.Ellyza Nasrul, SpPK(K)
19.
10