Вы находитесь на странице: 1из 2

BENDA BERSEJARAH ACEH

Provinsi NAD memiliki banyak benda bersejarah peninggalan Kerajaan Aceh,


pahlawan Aceh maupun bangsa yang pernah menjajah Aceh. Sebagian di antaranya
adalah:
Pedang Aman Nyerang, direbut oleh pasukan Belanda pimpinan Letnan Jordans di
Hulu Sungai Serbajadi Tanah Gayo. Aman Nyerang tidak mau menyerah kepada
Belanda dan memilih mengembara di hutan belantara selama 20 tahun sampai
jenggotnya panjang dan berwarna abu-abu. Ketika persembunyiannya diketahui,
maka pada tanggal 3 Oktober 1922 dia disergap dan terbunuh. Pedangnya dibawa
oleh Letnan Jordans ke Belanda dimana menjelang akhir hayatnya ia berpesan pada
putrinya agar pedang tersebut dikembalikan ke Aceh untuk disimpan di Museum
Aceh. Pada tahun 2000 Letnan Jordans meninggal dunia dan putrinya melaksanakan
wasiatnya dengan menyerahkan pedang tersebut melalui Pengurus Yayasan Dana
Peucut di Negeri Belanda kepada Gubernur Aceh Abdullah Puteh pada tanggal 14
Maret 2003.
Stempel Cap Sikureung (Stempel Kerajaan). Keberadaan stempel dalam
Kerajaan Aceh dikenal pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636)
yang merupakan penjiplakan langsung dari Kerajaan Islam Mongol Besar di
Hindustan (India) pada masa pemerintahan Sultan Akbar. Stempel kesultanan Aceh
terbuat dari batu yang diberi nama "Cap Sikureung", yang merupakan stempel
kebanggaan Kesultanan Aceh dari generasi ke generasi. Disebut Cap Sikureung
karena pada stempel tersebut tertera sembilan lingkaran yang diberi sultan yang
pernah memerintah Aceh, dengan komposisi empat lingkaran untuk dan dari dinasti
sendiri, empat lingkaran untuk Sultan Aceh dari dinasti lain yang dipilih menurut
keinginan, dan satu lingkaran di tengah untuk Sultan yang sedang memerintah.
Stempel dibuat dari generasi kegenerasi setiap pergantian sultan dengan
mengikuti mode yang sama. Cap Sikureung bagi kerajaan Aceh juga melambangkan
empat dasar hukom (Alquran, Hadis, Ijma ulama dan qias), dan empat jenis
hukom (hukum, adat, qanun dan reusam) dalam masyarakat Aceh. Selain Cap
Sikureng dikenal stempel-stempel lain, seperti stempel Ulee Balang dan stempel
Kujruen yang diangkat langsung oleh Sultan untuk membantu jalannya roda
pemerintahan. Pada stempel tersebut tertera Ulee Balang/Kujreun dan tahun
jabatannya.
Baje Raja (Baju Raja), terbuat dari sutera berwarna hitam, bagian dalam dilapisi
kain warna merah motif bola-bola kecil. Bagian leher dihiasi motif kaligrafi Lailaha
illallah Muhammadurrasulullah, dibingkai dengan ragam hias tumpal. Keseluruhan
bagian permukaan dan ujung lengan dihiasi dengan sulaman benang emas motif
bulan sabit, bintang pecah delapan, dihiasi bunga-bunga Cap Sikureung bertuliskan
tanda cap Sultan Aceh Darussalam Paduka Sri Sultan Alaiddin Mahmudsyah Johan
berdaulat Zhillullah fil alam (lingkaran tengah) Sultan Johan Syah, Sri Sultan
Ahmadsyah, Sultan Meukuta Alam, Sultanah Taj al Alam, Sultan Ahmadsyah, Sultan
Mahmudsyah dan Sultan Muhammad Syah. Pada bagian bawah cap sembilan, tertulis
datang berlayar dari negeri membawa matahari dengan bulan, ke Negeri Aceh
baladul aman, menjunjung dali yang dipertuan, dengan karunia Malikurrahman,
jikalau ada limpah dermawan, hamba yang masa sejahtera, nyaman akan kesini,
bahwa kesiapan sultan, Sultan Johan Syah Dhillah fil alam membawakan dan
memerintah Aceh Raya kiranya, Amin.

Deureham Kerajaan Pasai


Umumnya berdiameter 10 mm dengan berat 0,50-0,58 gr, terbuat dari emas 17 krt.
Pada sisi muka deureham terdapat kaligrafi yang bertuliskan nama sultan yang
memerintah saat itu, sedangkan sisi belakang tertulis "As-Sultan AI-Adil".
Deureuham Kerajaan Aceh Darussalam
Sri Sultan Iskandar Muda, diameter 14 mm, berat 0,60 gr, mata uang emas
Kerajaan Aceh Darussalam 17 krt, beredar sekitar tahun 1607-1636. Pada sisi muka
terdapat kaligrafi yang berbunyi "Sri Sultan Iskandar Muda", dan sisi belakang
"Johan Berdaulat Bin Ali".
Sultanah Taj al-Alam Safiat ad-Din Syah, diameter 13 mm, berat 0,58 gr, mata
uang Kerajaan Aceh Darussalam l7 krt, beredar sekitar tahun 1641-1675. Pada sisi
muka terdapat kaligrafi yang berbunyi "Paduka Seri Sultanaah Taj al-Alam", sisi
belakang "Safiat ad-Din Syah Berdaulat".
Al - Qur'anul Karim, ukuran 33 x 25 cm, tebal 502 halaman, dari bahan kertas dan
kain, AI-Qur'anul Karim tulisan tangan bahasa dan huruf Arab. Terdapat tiga tempat
ukiran khas Aceh yaitu pada Surat Al-Fatihah, Al-Kahfi dan Al-Ikhlas, tulisan
mempergunakan Khat Naskhi.

Вам также может понравиться