Вы находитесь на странице: 1из 14

PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA

DALAM TUBUH

Pendahuluan
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan
konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH
darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis,
dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari
aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan
ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu: (Fauci S.A, et al., 2009)
1. Pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion
H dan bikarbonat
2. Katabolisme zat organik
3. Disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada
metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian
asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi
normal sel, antara lain: (Fauci S.A, et al., 2009)
1. Perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi
susunan saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. Mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
3. Mempengaruhi konsentrasi ion K
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha
mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara: (Fauci S.A, et al.,
2009)
1. Mengaktifkan sistem dapar kimia
2. Mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan
3. Mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan

Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:


1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama
untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk
perubahan asam karbonat.
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan
intrasel.
Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa
sementera.

Jika

dengan

dapar

kimia

tidak

cukup

memperbaiki

ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru


yang berespons secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah
akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan
tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat
dengan mensekresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam
darah karena memiliki dapar fosfat dan ammonia. (Fauci S.A, et al., 2009)
Ketidakseimbangan asam-basa pula terdiri dari empat kategori, yaitu:
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi.
Pembentukan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan
meningkatkan konsentrasi ion H.
2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan
akibat

hiperventilasi.

Pembentukan

H2CO3

menurun

sehingga

pembentukan ion H menurun.


3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan
ventilasi paru. Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat,
dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan
kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.

4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma


karena defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat
meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntahmuntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnya ion H akan
menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat,
sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut,
fungsi pernapasan dan ginjal sangat penting. (Fauci S.A, et al., 2009)
Keseimbangan asam basa dinilai dan dengan metode HendersonHasselbalch dan metode lainnya adalah metode Stewart. Selama beberapa
decade, penilaian status keseimbangan asam-basa adalah dengan menggunakan
metode Henderson-Hasselbalch. Penilaian dengan menggunakan HendersonHasselbach lebih terfokus pada korelasi pH, pCO2, dan konsentrasi ion
bikarbonat (HCO3). Namun begitu, metode Henderson-Hasselbach memiliki
beberapa

kelemahan,

antara

lain

tidak

dapat

mendeteksi

gangguan

keseimbangan asam basa terutama pada kasus dengan gangguan metabolik


yang kompleks, misalnya pada penderita hipoalbuminemia. (Kurnia R. et al.,
2011)
Pendekatan keseimbangan asam-basa yang saat ini dikembangkan
dikenal dengan metode fisikokimia Stewart. Pendekatan fisikokimia Stewart
dapat menggambarkan dan akurat menentukan adanya kelainan dalam
keseimbangan asam dan basa. Namun, pendekatan ini sangat sulit karena
banyaknya parameter laboratorium yang harus diukur, sehingga menjadi
penyebab terhambatnya aplikasi di tempat dengan sumber daya yang terbatas.
Karena alasan itulah dikembangkan modifikasi pendekatan fisikokimia Stewart.
(Kurnia R. et al., 2011)

Metode Henderson-Hasselbalch
Dalam praktek, kalsifikasi gangguan asam basa didasarkan pada
pengukuran dari perubahan system asam karbonat-bikarbonat, yaitu buffer
utama dari cairan ekstraselular. Karena buffer intraselular dan ekstraselular
berkaitan secara fungsional, pengukuran asam bikarbonat plasma dapat
memberikan informasi yang bermanfaat mengenai buffer tubuh total. Hubungan
antara unsure-unsur bikarbonat biasanya dijelaskan menurut persamaan
Henderson-Hasselbalch: (Fauci S.A, et al., 2009)

pH = pK + log

[HCO3] (mmol/L)
[pCO2] (mm Hg)

Keterangan:
[HCO3] dari ginjal (basa), [pCO2] dari paru (asam)
1. Apabila kadar CO2 meningkat, maka tubuh akan
mengkompensasi dengan meningkatkan kadar sehingga
mencapai pH normal dalam tubuh
2. Apabial kadar HCO3 menurun, maka tubuh akan
mengkompensasi dengan menurunkan kadar CO2 sehingga
dicapai pH normal tubuh.

Asidosis didefinisikan sebagai suatu gangguan yang cenderung


menambah asam atau mengeluarkan basa dari cairan tubuh, sementara alkalosis
merupakan setiap gangguan yang cenderung mengeluarkan asam dan
menambah basa. Gangguan metabolic adalah keadaan-keadaan diman
agangguan primer terletak pada kadar bikarbonat. Karena bikarbonat
meropakan pembilang (numerator) dari rasio garam/asam dari persamaan
Henderson-Hasselbalch, peningkatan bikarbonat menyebabkan peninggian pH
(alkalemia), sementara penurunan kadar bikarbonat menurunkan pH (asidemia).
Gangguan respiratorik adalah keadaan dimana perubahan primer terletak pada

kadar karbon dioksida (asam karbonat). Seperti yang dilihat dari persamaan
Henderson-Hasselbalch, penurunan kadar karbon dioksida menyebabkan
alkalemia, sementara peningkatan kadarnya mengakibatkan asidemia. (Fauci
S.A, et al., 2009)
Masalah utama dalam penilaian gangguan asam basa ditimbulkan oleh
respon-respon kompensasi paru dan ginjal. Perubahan primer pada kadar
karbon dioksida akan merangsang respons kompensasi oleh ginjal yang akan
mengubah bikarbonat plasma kearah yang sama. Sebaliknya, suatu perubahan
primer pada kadar bikarbonat akan merangsang respon komoensasi respiratorik
yang mengubah karbon dioksida plasma kea rah yang sama. (Fauci S.A, et al.,
2009)

Kelainan
Asidosis Metabolik
Alkalosis Metabolik
Asidosis Respiratori
Alkalosis

pH
Turun
Naik
Turun
Naik

Primer
HCO3 turun
HCO3 naik
pCO2 naik
pCO2 turun

Respon Kompensasi
pCO2 turun
pCO2 naik
HCO3 naik
HCO3 turun

Respiratori

Tabel 1 : Kelainan asam basa dan respon kompensasi

Metode Stewart
Penilaian asam basa menurut Stewart (Stewart approach), perbedaan
mendasar:[H+]

dan

[HCO3-]

merupakan

variabel

dependen

yang

konsentrasinya tergantungdari perubahan variable lain (variable independent).


Dalam plasma, ada 3 variabel independent yang mempengaruhi pH:
a) Tekanan parsial CO2 (pCO2).
6

CO2

adalah

sisa

pembakaran.

Bersifat

asam.

sangat

mudah

melewatimembran sel seperti interstisial,membran kapiler dan darah.


Dieksresi melalui paru. Tubuh memiliki banyak receptor CO2. Receptor
ini akan merespon setiap peningkatan pCO2 arteri dengan meningkatkan
ventilasi sehingga pCO2 kembali normal. Antara metode konvensional
dan metode Stewart, tidak banyak perbedaan pandangan dalam menilai
peran pCO2 terhadap pH.
b)

Perbedaan

konsentrasi

kation

kuat

dengan

anion

kuat

(strong

iondifference/SID).

Kation kuat contohnya: natrium, anion kuat contohnya klorida.


SIDmerupakan selisih jumlah total konsentrasi kation kuat dengan anion
kuat dalamlarutan. Sebagai contoh, apabila larutan mengandung Na+,
K+ dan Cl- , maka SID = [Na+ ] + [K+ ] [Cl-]. Nilai SID normal =
38 43 mEq/L.

c)

Konsentrasi dari asam lemah (weak acid), contoh: albumin.

Jumlah total konsentrasi asam lemah dalam plasma. Asam lemah

yangutama dalam plasma adalah protein (Albumin) dan Fosfat.


Oleh karena itu, apabila kita ingin menganalisis asam basa
dengan pendekatan Stewart, kadar elektrolit harus diperiksa bersama
pemeriksaan AGD
Penilaian tradisional asam basa yang sering digunakan pada beberapa

decade yang lalu adalah merupakan metode Henderson-Hasselbalch gagal


untuk mengambil kira kesemua factor yang mempengaruhi konsentrasi
hydrogen ion, oleh itu, metode ini kurang cukup untuk menjelaskan kelainan
metabolism komplek dari fisiologi asam basa. Persamaan HendersonHasselbalch menganggap bahwa HCO3 sebagai variable independent yang
mana

konsentrasinya

yang

menentukan

komponen

metabolic

dari

keseimbangan pH. Konsep ini dipertikaikan oleh Peter Stewart pada akhir tahun
1970an. Pendekatan matematika dari fisiologi asam basa mengganggap cairan

tubuh sebagai system physiochemical, dimana ia terdiri dari beberapa prinsip


berikut: (Greenbaum J. et al., 2005)
1. Netralitas elektrik (Elektroneutrality):
- Semua larutan sejati mempunyai muatan listrik yang netral,
- Didalam larutan aqueous, ion yang bercas positif perlu
seimbang dengan jumlah ion negative. [Jumlah ion (+) =
Jumlah ion (-)]
2. Conservation of mass:
- Untuk bahan yang secara bersamaan wujud dalam bentuk
yang berbeda didalam cairan, seperti bentuk terdisosiasi dan
yang tidak terdisosiasi, jumlahnya tetap konstan kecuali
apabila ditambahi atau dikurangi dari system
3. law of Mass Action:
- Keseimbangan yang dicapai akibat reaksi asosiasi haruslah
cocok.
Berdasarkan Stewart, konsentrasi H+ didalam apa jua jenis larutan
tergantung dari derajat disosiasi dari H+ dan OH-. Hanya tiga variable yang
mempengaruhi disosiasi air, walaupun didalam larutan yang komplek seperti
plasma. Variable independent tersebut adalah pCO 2, jumlah konsentrasi dari
asid lemah [ATOT] dan strong ion difference (SID). Walaupun terdapat
beberapa variable lainnya yang terkait dengan disosiasi dari air dan [H+], namun
ia tidak secara langsung mempengaruhinya, oleh itu, ia dikenali sebagai
variable dependen. Ini termasuk [H+], [OH-], [HA], [A-],[HCO3-] and [CO3 2 -]
dimana kurung kotak menunjukkan konsentrasi. Oleh itu, hanya perubahan
pada variable independen yang dapat mempengaruhi perubahan [H +] atau pH
didalam larutan biological. Perlu diingat bahwa bikarbonat, sebagai variable
independen tidak member pengaruh terhadap perubahan [H +] atau pH. pCO2 .
(Greenbaum J. et al., 2009)

Manipulasi dari pCO2 dengan merubah ventilasi alveolar menyebabkan


perubahan [H+] didalam larutan akueous secara mendadak, ini disebabkan oleh
disosiasi asam karbonik yang irreversible. Ukuran yang kecil dan tingginya
keterlarutan dari CO2 akan memudahkan CO2 untuk masuk diantara
compartment dan merubah [H+] didalam seluruh cairan tubuh. (Greenbaum J. et
al., 2005)
Jumlah konsentrasi asam lemah [ATOT]
Ini merupakan independent kedua. Asam lemah tidah mengalami
disosiasi secara total di dalam cairan biologis. Protein merupakan asam lemah
utama di dalam plasma dan konsentrasinya dikawal olehhepar. Fosfat juga
berkontribusi

dalam

[ATOT],

dimana

ia

menjadi

signifikan

sewaktu

hipoalbuminemia. (Greenbaum J. et al., 2005)


Strong Ion Difference (SID)
Strong ion akan berdisosiasi total didalam larutan akueous. Ion kuat
yang paling penting adalah natrium, kalium, magnesim, kalsium, klorida dan
laktat. Di dalam plasma, secara normalnya didapatkan ekses kation dibanding
anion, ini memberikan SID nilai positif iaitu 40-48 meq. Konsentrasi
miliequivalen menunjukkan muatan dan juga kuantitas ion yang didapatkan.
Elektrokimia alami perlu di maintain, SID mempunyai pengaruh yang kuat
dalam disosiasi air dan [H+]. Konsentrasi ion kuat di dalam tubuh ditentukan
oleh penyerapan usus dan ekskresi dari ginjal pertukaran SID terjadi beberapa
jam. Jumlah SID yang terhitung dikenali sebagai apparent SID (SIDa), ini
berdasarkan ion kuat yang terukur dengan mudahnya. Metode lain untuk
menghitung SID tidak bisa digunakan untuk mengasumsi jenis ion kuat apa
yang terkandung di dalam SID plasma. SID yang terhitung dengan
menggunakan kaedah ini dikenali sebagai effective SID (SIDe) dan berdasarkan
konsentrasi dari bikarbonat dan kontribusi muatan dari fosfat inorganic dan
albumin [A-] di dalam plasma. SIDa dan SIDe perlulah seimbang. Perbedaan

antara SIDa dan SIDe dikenali sebagai strong ion gap (SIG) dan bermaksud
bahwa adanya anion kuat yang lain yang tidak terukur (seperti keto-asid, sulfat
dan urate). SIG adalah sama seperti anion gap yang digunakan untuk mencari
nilai anion yang tidak terukur pada analisis tradisional metabolic asidosis. Tidak
seperti anion gap, SIG tidak dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi albumin
atau laktat, oleh itu ia memberikan representasi yang lebih tepat mengenai
mekanisme yang mengakibatkan asidosis. Secara normalnya, SIG mempunyai
nilai 0, bermaksud didapatkan sangat sedikit kandungan ion kuat di dalam
plasma pada orang normal yang sihat dibanding natrium, kalium, kalsium,
magnesium, klorida dan laktat. (Greenbaum J. et al., 2005)
Pendekatan Stewart dalam keseimbangan asam basa
Prinsip yang penting di dalam teori ini adalah, variable dependent hanya
akan berubah apabila terdapat perubahan pada satu atau lebih variable
independen. Oleh itu, untuk menjelaskan variasi dari [H+] atau pH, perlu
diambil kira pCO2, [ATOT] dan [SID]. Apabila SID meningkat (menjadi lebih
positif), disosiasi air akan berkurang dan konsentrasi H+ akan menurun (pH
meningkat), ini adalah untuk memaintain nilai elektrik alami. Sebaliknya
apabila SID menurun (menjadi kurang positif) konsentrasi H+ akam meningkat
(ph menurun). Beberapa contoh klinis menggambarkan ilustrasi dari efek
perubahan [SID] pada keseimbangan asam basa. Muntah yang berpanjangan
dengan adanya kehilangan asam hidroklorida (HCl) akan menurunkan
konsentrasi plasma klorida dibanding natrium. Akhirnya, meningkatkan SID
dan mengakibatkan terjadinya alkalosis. Berdasarkan hipotesis yang dibuat oleh
Stewart, alkalosis bukan disebabkan oleh kehilangan H+ kerna disosiasi dari air
memberikan suplai H+ yang banyak. Perubahan SID juga menjelaskan bahwa
metabolic asidosis disebabkan oleh infuse cairan normal saline yang
berlebihan. Hiperchloremia terjadi disebabkan oleh tingginya konsentrasi
klorida di dalam saline (150 mmol/L) dibanding dengan konsentrasi klorida

10

didalam

plasma

normal

(100

mmol/L).

penurunan

nilai

SID

akan

mengakibatkan peningkatan disosiasi air dan [H+]. Administrasi dari natrium


bikarbonat untuk mengatasu asidosis dijelaskan secara fisikokimia. Loding dari
natrium diikuti dengan infuse natrium bikarbonat akan meningkatkan [Na +]
plasma dan meningkatkan SID. Disosiasi air di plasma menurun demi untuk
memaintain elektrik alami dan menurunkan konsentrasi H+ bebas. Oleh itu,
bikarbonat digunakan sebagai buffer. Akan tetapi, HCO3- didalam natrium
bikarbonat tidak mempengaruhi pH plasma [HCO3-] adalah variable dependen.
(Greenbaum J. et al., 2005)
Model Stewart menjelaskan fungsi dari ginjal, hati dan usus dalam
mengontrol asam dan basa. Renal mengawal elektrolit plasma, terutama klorida
yang membolehkan manipulasi SID dan pH plasma terjadi. Fungsi hati dan
usus mempengaruhi [ATOT]. Cairan tubuh atau kompartmen yang berbeda tidak
mempunyai pH yang sama. Kompartmen berdekatan meningkatkan pH dengan
cara memanipulasi SID dengan cara mendorong ion kuat menembus membrane
dan bukannya perpindahan H+ atau HCO3-, yang mana kondisi ini dapat
merubah pH. CO2 menembus membrane lipid compartment berdekatan dengan
bebas apabila pCO2 keduanya kurang lebih sama. Oleh itu, perubahan pCO2
membolehkan perubahan [H+] yang cepat dan sama pada semua kompartmen.
Protein tidak dapat melepasi membrane disebabkan oleh saiznya, oleh itu, ia
tidak bisa digunakan untuk meregulasi pH diantara kompartmen. Kesemua
lariutan perlu mencapai keseimbangan, mass conversion dan elektrik alami.
Menghitung nilai variable dependen seperti [H+], memerlukan klinisi untuk
menyelesaikan 4th-order polynomial algebraic expression. Ini menjelaskan
kenapa metode Stewart sulit untuk diaplikasikan dalam praktek sehari-hari dan
kenapa metode tradisional masih digunakan. Namun metode Stewart berguna
dalam menganalisa kelainan asam basa metabolic, terutama yang disebabkan
oleh perubahan {SID} atau [ATOT], atau kedua-duanya sekali. Anion yang tidak
diukur seperti asam laktat dan keto-asid yang muncul pada kondisi patologis

11

mungkin bisa terdeteksi dan dihitung. Klasifikasi kelainan asam basa


berdasarkan variable independen memberikan kefahaman yang jelas mengenai
masalah klinis primer dalam rangka mengarahkan ke terapi yang benar.
(Greenbaum J. et al., 2005)

Klasifikasi Gangguan Keseimbangan Asam-Basa Berdasarkan Prinsip Stewart

I.
II.

Respiratori
Nonrespiratori

(metabolik)
1. Gangguan pd SID
a. Kelebihan/

ASIDOSIS
PCO2 naik

ALKALOSIS
PCO2 turun

[Na] , SID turun

[Na], SID naik

kekurangan air
b. Ketidakseimbangan
anion kuat
i. Kelebihan/ kekurangan [Cl] naik, SID turun
Cl
ii. Ada anion tak

[Cl] turun, SID naik

[UA] naik, SID turun

terukur
2. Gangguan pd Asam
Lemah
i. Kadar albumin
[Alb] naik
[Alb] turun
ii. Kadar phospate
[Pi] naik
[Pi] turun
Tabel 2: Gangguan Keseimbangan Asam Basa

Hasil (+) berarti alkalinisasi, hasil (-) berarti asidisasi.


Kunci:
SID: Na+ - Cl- = 140 102 = 38.
SID < 38 disebut asidosis, SID > 38 disebut alkalosis.
Chloride effect: (+) berarti alkalinisdasi, (-) berarti asidisasi.
Unmeasured anion: harus (+), bila (-) berarti ada yang tidak terukur harus

12

dicari apakah laktat, keton atau lainnya.


Contoh:
1. Gangguan SID, berupa penurunan ClSID = 140 95 = 45, berarti > 36 alkalosis hipokloremik.
2. Akumulasi Chloride.
SID = 140 120 = 20, SID < 38 asidosis hiperkloremik.
3. Hipoalbumin.
Free water: 0
Chloride effect: 0
Albumin effect: 6,7 (albumin lab. = 1,8)
UA: - 8,7.
Kesan: alkalinisasi dari albumin effect
UA: (-) ada anion yang tidak terukur, ternyata laktat adidisasi
Laktat, sedangkan albumin meningkat sebagai kompensasi.

Daftar Pustaka

1. Fauci S. A, Eugene B., 2009, Acid Base Balance, Dennis L, Harrisons


Manual of Medicine 17th Edition, pg 292

13

2. Greenbaum J., Nirmalan M, 2005, Acid base balance: Stewarts


physicochemical approach, Current Anesthesia & Critical Care
3. Kurnia R., Alwi E. H., Hilmanto Dany, 2011, Perbandingan Metode
Fencl-Stewart Disederhanakan Dan Figge-Stewart Dengan Metode
Henderson-Hasselbalch Untuk Diagnosis Asidosis Metabolic, Artikel
penelitian, vol 60

14

Вам также может понравиться