Вы находитесь на странице: 1из 70

BUKU PEDOMAN KEGIATAN MAHASISWA (BPKM)

ETIKA DAN HUKUM DI BIDANG KESEHATAN

Penyusun:
Hadi Pratomo
Siti Farida
Poppy Yuniar
Fitri Ambar Sari
Dian Ayubi

Fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan


Universitas Indonesia
TAHUN AJARAN 2016/2017
0

DAFTAR ISI

PENGANTAR ................................................................................................................... 3
BAB I

INFORMASI UMUM.....................................................................................,.4

BAB II

KOMPETENSI MODUL..................................................................................5

1. Kompetensi .............................................................................................................5
2. Subkompetensi.........................................................................................................5
3. Bagan Alir Kompetensi..........................................................................................6
BAB III BAHASAN DAN RUJUKAN...............................................................................7
BAB IV TAHAP PEMELAJARAN....................................................................................9
BAB V RANCANGAN TUGAS LATIHAN....................................................................10
BAB VI EVALUASI HASIL PEMELAJARAN.............................................................12
BAB VII MATRIKS KEGIATAN LAMPIRAN..............................................................13

PENGANTAR

Buku Panduan Kegiatan Mahasiswa Etika dan Hukum dalam bidang Kesehatan
(Etikum) Fakultas Rumpun Kesehatan Universitas Indonesia merupakan panduan
yang berisi informasi umum, kompetensi mata ajar, bahasan, rujukan, tahap
pemelajaran, dan matrik kegiatan.
Panduan ini ditujukan untuk para mahasiswa Mata Kuliah Fakultas Rumpun
Kesehatan Universitas Indonesia. Dengan adanya buku ini diharapkan proses
pemelajaran dapat berjalan secara baik dan peserta didik dapat mencapai tujuan
serta kompetensi mata ajar sesuai yang telah disepakati. Namun demikian, bila
dirasakan perlu dapat dilakukan adaptasi sesuai dengan kebutuhan khusus tiap
fakultas. Penyusun berharap agar informasi yang terdapat di dalam buku ini dapat
dipelajari dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk keberhasilan
pemelajaran.
Pada kesempatan ini penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak terkait yang telah memfasilitasi dan membantu penyusunan buku ini.

Tim Penyusun

BAB I
INFORMASI UMUM
Nama Program Studi/jenjang : Rumpun Kesehatan / S1
Nama Modul

: Etika dan Hukum dalam bidang Kesehatan.

Kode modul

: --

Semester ke-

: 1 (FK), 3 (FKM)

Jumlah SKS

: 2 SKS

Metoda pemelajaran

: collaborative learning, case based discussion, question


based learning, presentasi pleno

Modul prasyarat

: ---

Pendukung modul

: ---

Integrasi antara modul

: ---

Deskripsi modul

Etika dan Hukum dalam bidang Kesehatan merupakan landasan kerja bagi petugas
kesehatan sebelum melaksanakan tugas profesionalnya. Dalam program pendidikan
sarjana kesehatan, salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh peserta didik
adalah mampu menerapkan etika profesi kesehatan. Oleh karena itu, peserta didik perlu
dibekali dengan pengetahuan berkaitan dengan prinsip etika kesehatan serta
penerapannya dalam praktek sehari-hari.
Selain etika, tenaga kesehatan juga bersinggungan erat dengan hukum terutama yang
terkait dengan bidang kesehatan. Peserta didik perlu memahami aspek legal praktek
kesehatan maupun perundangan serta peraturan lain terkait.
Metode pemelajaran yang digunakan adalah metode pemelajaran aktif dengan
Collaborative Learning dan Case Based Learning disamping ceramah pemantapan dari
nara sumber. Peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam pembahasan setiap topik dan
menyelesaikan penugasan baik individu maupun kelompok. Metode evaluasi meliputi
penugasan mandiri dan kelompok, presentasi kelompok, ujian tulis dan partisipasi dalam
diskusi serta penilaian partisipasi dalam diskusi oleh fasilitator dan peer group. Etika
akademik sangat dijunjung tinggi selama proses pemelajaran dan mempengaruhi proses
penilaian dan keberhasilan belajar peserta didik. Aspek perilaku etika memerlukan
pelatihan kasus dan praktek dalam kegiatan sehari-hari dengan pasien atau melalui kerja
lapangan yang akan dilakukan di fakultas masing-masing dalam modul lanjutan.

BAB II
KOMPETENSI
Kompetensi (Sasaran Pemelajaran)
Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa mampu memiliki kesadaran/ kewaspadaan
moral mengenai aspek etika, dilema etika, dan penerapan etika dalam praktek serta
mampu memahami dan berperilaku menurut hak dan kewajibannya sesuai kebijakan
pelayanan kesehatan Indonesia.
Subkompetensi (Sasaran Pemelajaran Penunjang)
Jika telah menyelesaikan modul ini, apabila diberi kasus terkait etika, mahasiswa mampu:
Menjelaskan kaidah dasar bioetika yang ada dalam kasus beserta alasannya
Menjelaskan dilema etika yang ada dalam kasus menggunakan kerangka logika
prima facie
Menjelaskan konteks prima facie yang ada dalam kasus
Memformulasikan penyelesaian masalah etika dalam kasus
Menjelaskan value based ethics yang ada dalam kasus
Menjelaskan persamaan dan perbedaan kode etik antar profesi/tenaga kesehatan
kesehatan
Apabila diberi kasus terkait hukum kesehatan, mahasiswa mampu:
Menjelaskan aturan hukum terkait kasus
Menjelaskan kategori kasus malpraktek medis

Bagan Alir Kompetensi


Memiliki kesadaran/ kewaspadaan moral
mengenai aspek etika, dilema etika, dan
penerapan etika dalam praktek, serta
mampu memahami dan berperilaku
menurut hak dan kewajibannya sesuai
kebijakan pelayanan kesehatan Indonesia

Mampu menjelaskan
aspek etika, disiplin, dan
hukum dalam praktek
kesehatan

Mampu melakukan
telaah etika dalam
berbagai situasi dan
memberikan saran
pemecahan masalah

Mampu menjelaskan
etika profesi masingmasing tenaga kesehatan

Mampu menjelaskan
value pribadi dan value
orang lain/ lingkungan

Memformulasikan
masalah etika yang ada
dan rencana penyelesaian
dilema etika

Menjelaskan kaidah
dasar bioetika dan prinsip
prima facie

BAB III
BAHASAN DAN RUJUKAN
Bahasan dan Rujukan
Lingkup
bahasan
Etika

Topik
Teori Etika

Kaidah Dasar
Bioetika
Etika dan Etika
Kelompok
Etika antar profesi
Kesehatan

Subtopik
Deontology
Teleology/ Consequentialist
Virtue ethics
Principlism ethics
Beneficence
Nonmaleficence
Autonomy
Justice
Value formation
Value clarification
Cultural value
Ethnocentrism
Etika kedokteran
Etika kedokteran gigi
Etika keperawatan
Etika Farmasi
Etika Kesehatan Masyarakat
(Gizi, KL, K3, dan Kesmas)

Bahan Bacaan
1.

2.

3.
4.

5.

6.

7.

8.

Hukum
Kesehatan

Aturan Undangundang terkait


pelayanan kesehatan
Malpraktik

Beauchamp TL &
Childress JF. Principles
of Biomedical Ethics.
New York : Oxford
University Press. 1994
Bertens, K. (2002).
Etika. Jakarta. Penerbit
PT Gramedia Pustaka
Utama.
Holland, Stephen.
Public Health Ethics.
Polity Press, 2007
Magniz S, Franz.
Etika Dasar,
Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2002
Public Health
Leadership Society,
Principles of the Ethical
Practice of Public
Health, 2002).
Sampurna,
Syamsu, Siswaja.
Bioetika dan Hukum
Kedokteran (Pustaka
Dwipar; 2007)
Veatch RM.
Biomedical Ethics. New
Jersey : Prentice
Hall,Inc. 2000
Buku Kode Etik
masing-masing profesi

UU RI no 29 tahun 2004
tentang Praktek
Kedokteran
UU RI No 36 tahun 2009
tentang Kesehatan,
UU RI No 44 tahun 2009
tentang Rumah sakit ,
Peraturan Menteri
Kesehatan no 290 tahun
2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran,
Peraturan Menteri
Kesehatan no 269 tahun
2008 tentang Rekam
Medis
UULain terkait:
UU RI ttg Hak Azasi
Manusia
UU RI ttg Perlindungan

Konsumen
UU RI ttg Pelayanan Publik
UU RI ttg Kebebasan
Mengeluarkan Pendapat
UURI ttg Keterbukaan
Informasi

Daftar Rujukan
1. Aiken, T.D.(2004). Legal, Ethical, and Political Issue in Nursing.2nd Ed.
Philadelphia:F.A.Davis Co. Hal 1-124
2. Beauchamp TL & Childress JF. Principles of Biomedical Ethics. New York : Oxford
University Press. 1994
3. Bertens, K. (2002). Etika. Jakarta. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
4. Franz Magniz S, Etika Dasar, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002
5. Holland, Stephen. Public Health Ehtics. Polity Press Cambridge, 2007
6. Veatch RM. Biomedical Ethics. New Jersey : Prentice Hall,Inc. 2000
7. Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia (2002)
8. Buku Kode Etik Kedokteran Indonesia.
9. Buku Kode Etik Keperawatan Indonesia.
10. Nilai, Keyakinan dan 12 prinsip etik Kesehatan Masyarakat (Public Health
Leadership Society, Principles of the Ethical Practice of Public Health, 2002).
11. Buku Kode Etik Apoteker dan Pedoman Pelaksanaan (2011).
12. UU RI No. 9 tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum
13. UU RI no 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
14. UU RI No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
15. UU RI No 36 tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan
16. UU RI No. 24 tahun 2007 tentang Penganggulangan Bencana
17. UU RI No. 04 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
18. PP No. 40 tahun 1991 tentang Wabah
19. Peraturan Menteri Kesehatan no 290 tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
20. Peraturan Menteri Kesehatan no 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis
21. Keputusan Dewan Guru Besar Universitas Indonesia Nomor: 001/SK/DGB-UI/2014
Tentang Kode Etik dan Kode Perilaku Sivitas Akademika Universitas Indonesia

BAB IV
TAHAP PEMELAJARAN
Kompetensi/ subkompetensi

Tahap Pemelajaran
O (%)

L (%)

Media Teknologi

U (%)

Menjelaskan
kaidah dasar bioetika
yang ada dalam kasus
beserta alasannya

Menjelaskan
dilema etika yang ada
dalam kasus
menggunakan kerangka
logika prima facie

Menjelaskan
konteks prima facie
yang ada dalam kasus

Memformulasi
kan penyelesaian
masalah etika dalam
kasus

Menjelaskan
Etika dan Etika
Kelompok yang ada
dalam kasus

Menjelaskan
nilai etika sosial budaya
yang ada dalam kasus

Menjelaskan
nilai etika yang ada
dalam dirinya sendiri
serta
membandingkannya
dengan orang lain
Menjelaskan persamaan dan
perbedaan kode etik antar
profesi kesehatan

Kuliah
(20)

CBD
(50)

Pleno
(25)
UAS
(5)

o
o
o
o
o

Ruangan kuliah
Ruangan dan fasilitas diskusi
Kasus Pemicu
Bahan rujukan
Peralatan AV

Kuliah
(20)

CBD
(50)

Role
play
Pleno
(25)
UAS
(5)

o
o
o
o
o

Ruangan kuliah
Ruangan dan fasilitas diskusi
Kasus Pemicu
Bahan rujukan
Peralatan AV

CBD (20)

CBD
(50)

Pleno
(25)
UAS
(5)

Kuliah
(20)

CL (50)

Pleno
(25)

o
o
o
o
o
o
o
o
o

Ruangan kuliah
Ruangan dan fasilitas diskusi
Pemicu diskusi CL
Bahan rujukan
Peralatan AV
Ruangan kuliah
Ruangan dan fasilitas diskusi
Kasus pemicu
Bahan rujukan

Menjelaskan aturan
hukum terkait kasus
Menjelaskan kategori
kasus malpraktek medis

UAS
(5)

o Peralatan AV

BAB V
RANCANGAN TUGAS LATIHAN
A. Tujuan Tugas (Kemampuan akhir yang diharapkan)
Tabel uraian tugas
Kompetensi/
subkompetensi

Objek garapan

Batasan

Memahami
metode
penelaahan dan
refleksi etika

Kaidah dasar bioetika


(teori principlism)

Penyusunan
pengalaman
pribadi
berobat ke
pelayanan
kesehatan.
Dianalisis
dengan
KDB
(Makalah
500 kata)

Individu
Diunggah
di scele

2 minggu

Moral pluralism
(four box method)
kasus kembar siam
(sesi sesi 7 )

Makalah
pembahasan
kasus 1000
kata

Kelompok
Diunggah
di scele

2 minggu

Makalah
1000 kata

Kelompok
Diunggah
di scele

2 minggu

Mampu
Perbedaan etika,
memahami aspek disiplin, dan hukum
etika, disiplin,
Tugas sesi 13
dan hukum
dalam praktek
dan kesehatan

Cara
pengerjaan

Batas
waktu

Deskripsi luaran
tugas yang
dihasilkan
Ketepatan dalam
melakukaan
telaah dan refleksi
etika dalam
masing-masing
profesi

Ketepatan dalam
melakukan telaah
kasus etika dalam
praktek lintas
profesi
Ketepatan
menjelaskan
perbedaan etika,
disiplin, dan
hukum dalam
praktek kesehatan
dan kedokteran

10

B. Kriteria Penilaian
Komponen kognitif:
1. Ketepatan pemahaman teori etika, prinsip etika, peran etika dalam kesehatan
2. Ketepatan analisis masalah menggunakan KDB
3. Ketepatan penyelesaian masalah berdasarkan pertimbangan teori dan prinsip
etika
4. Ketepatan dalam menjelaskan perbedaan dan kaitan etika, disiplin, dan hukum
dalam praktek kesehatan dan kedokteran
5. Ketepatan dalam menjelaskan kebijakan hukum yang berkaitan dengan profesi
masing-masing dalam kaitan dengan praktek kesehatan dan kedokteran
Komponen skills:
1. Kemampuan berargumentasi dalam kerangka prinsip etika
2. Kemampuan berbagi informasi perihal hukum terkait bidang kesehatan
yang berlaku di Indonesia
Komponen afektif:
1. Sikap menghargai dan menghormati perbedaan pendapat
2. Sikap menghargai dan menghormati profesi lain
3. Mematuhi peraturan yang berlaku dalam masyarakatnya
Modul Etika dan Hukum Kedokteran meliputi proses sebagai berikut:
A. Orientasi
Kuliah Interaktif
1. Pengantar Bioetika dan prinsip prima facie
2 jam
2. Pengantar Etika dan Etika dalam Kelompok
2jam
3. Pengantar Hukum Kedokteran dan Kesehatan
2 jam
B. Diskusi Kelompok (Case Based Learning) dan Bermain Peran (Role Play)
Mahasiswa akan diberi kasus yang harus didiskusikan dalam kelompok serta hasilnya
dipresentasikan dalam pleno. Selain itu ada kegiatan role play berdasarkan kasus yang
telah didiskusikan oleh kelompok.
1. DK 1: Memahami kewajiban dan hak mahasiswa UI
2 jam
2. DK 2: Memahami kaidah dasar bioetika
2 jam
2. DK 3: dr Beken
2 jam
3. DK 4: Kasus etika Bayi Kembar Siam
2 jam
4. DK 5: Etika kesehatan masyarakat
2 jam
5. DK 6: Memahami etika profesi / tenaga kesehatan
2 jam
6. DK 7: card game hukum kedokteran dan kesehatan
2 jam
7. DK 8: kasus sesuai masing-masing profesi
2 jam
C. Umpan Balik
Pleno
1. Pleno I
: Kaidah dasar bioetika
2. Role play kasus kembar siam dan Pleno II: VBE

2 jam
2 jam

11

Ujian Formatif yang diselenggarakan melalui SCELE


Mahasiswa juga diwajibkan mengerjakan tugas melalui SCeLE yaitu:
Tugas individu:
1. Menyusun skenario kasus berdasarkan pengalaman pribadi atau keluarga saat
berhubungan dengan dokter, kemudian menganalisisnya dengan menggunakan
kaidah dasar bioetika. Tugas diketik dalam kertas A4, huruf times new roman
ukuran 12, spasi 1,5. Maksimal 500 kata.
Tugas kelompok:
1. Menyusun value clarification / penilaian pribadi dan berdasarkan penilaian
kelompok kasus kembar siam menggunakan tabel yang sudah tersedia.
2. Menyusun ketepatan menjelaskan perbedaan etika, disiplin, dan hukum dalam
praktek

12

BAB VI
EVALUASI HASIL PEMELAJARAN
Evaluasi modul terdiri dari:
1. Evaluasi keberhasilan belajar mahasiswa
a) Ujian sumatif
Mahasiswa harus mengulang ujian apabila nilai <55 dari tiap-tiap ujian sumatif,
terlepas dari nilai akhir (gabungan)
b) Kegiatan Mahasiswa
Diskusi
Tugas Individu
Tugas Kelompok
Mahasiswa diperkenankan mengikuti ujian apabila memenuhi syarat kehadiran 80%
meliputi kegiatan perkuliahan, diskusi, pleno dan role-play. Batas waktu keterlambatan
mahasiswa 15 menit.
Penghitungan nilai
Nilai kognitif:
UAS (SUM 2)
UTS (SUM 1)
Tugas individu
Tugas kelompok
Nilai proses
Penilaian fasilitator
Penilaian sesama

30%
25%
5%
10%
20%
10%

Keterangan :
Ujian formatif berupa pernyataan benar atau salah diselenggarakan melalui Scele
Ujian Sumatif 1 berupa soal essay terstruktur (paper based)
Ujian Sumatif 2 berupa soal pilihan ganda dan diselenggarakan melalui Scele
2. Evaluasi Pemelajaran

Seluruh kegiatan dalam BRP terlaksana


Perubahan jadwal tidak lebih dari 20% dari jadwal kegiatan tertulis
Kurang dari 20% mahasiswa lulus dengan nilai C

13

Kriteria Penilaian
No.
Nilai
1
A
2
A3
B+
4
B
5
B6
C+
7
C
8
D
9
E

Bobot
4.0
3.7
3.3
3.0
2.7
2.3
2.0
1.0
0

Kisaran Nilai
85-100
80-84
75-79
70-74
65-69
60-64
55-59
40-54
0-39

Nilai Batas Lulus= C

14

BAB VII
MATRIKS KEGIATAN (Jumlah mahasiswa = 432)
Minggu

Hari

Tanggal

Selasa

30 Agustus
2016

Selasa

Jumat

Jam

Kegiatan

Deskripsi

Kelengkapan materi

Ruangan

SDM

Keterangan

Kuliah
interaktif I

Penjelasan mata
kuliah etikum,
Pengantar teori
etika, dan Etika
Kelompok

Evaluasi Edom dengan


scele

Auditorium
300-400 org

2 narasumber :

Tugas individu:
Penyusunan
pengalaman
pribadi berobat ke
pelayanan
kesehatan.
Dianalisis dengan
KDB (Makalah
500 kata)

6 September
2016

Kuliah
interaktif II

Kaidah Dasar
Bioetika dan
Prinsip Prima
Facie

2 ruang @
200 org

2 narasumber :
HP, AP

16
September

Diskusi
Online:

Pembahasan
mengenai hak
dan kewajiban
mahasiswa UI,
serta Kode Etik
dan Perilaku
mahasiswa UI

SCELE

2 narasumber

13.0015.00

Hak dan
Kewajiban
Mahasiswa

SK Dewan Guru Besar


UI no 001_2014_Kode
Etik dan Perilaku

SF, YB

SF, FA

17.00-21.00
4

Senin

19
September,
2016

13.0015.00

Selasa

20
September
2016

13.0015.00

Diskusi Panel :
Professionalism
GD I: KDB

Tiap mahasiswa
merangkum:
Hak dan
Kewajiban serta
Kode Etik
Perilaku
mahasiswa dan
diunggah di Scele

Kolaborasi
dengan Modul
HPCC
Pemahaman KDB
Daftar tilik KDB

22 ruangan
diskusi @
20 orang

22 tutor

Satu kelas dibagi


4 kelompok
berdasarkan 4
kaidah

15

Selasa

27
September
2016

13.0015.00

GD II:
dr. Beken

Panduan Kasus dr.


Beken
Daftar tilik KDB

22 ruangan
diskusi @
20 orang

22 tutor

Borang 1: Observasi
proses diskusi oleh
tutor
7

Selasa

4 Oktober
2016

13.0015.00

Pleno I

Kasus dr.Beken

Panduan Kasus dr.


Beken

Pemicu
disesuaikan
dengan kebutuhan
fakultas
2 ruang @
200 org

Daftar tilik KDB


8

Selasa

11 Oktober
2016

13.0015.00

GD III:
kembar
siam

Kembar Siam

Lembar diskusi
Borang 1: Observasi
proses diskusi oleh
tutor

20 menit
terakhir:
pemutaran
video
role play
mahasiswa
yang lalu
9

Selasa

18 Oktober
2016

13.0015.00

Role play +
pleno II

Kasus kembar siam

Pemicu
disesuaikan
dengan kebutuhan
fakultas
Satu kelas dibagi
4 kelompok
berdasarkan 4
kaidah

2 narasumber :
HP, YB
2 moderator :
PY, FA

22 ruangan
diskusi @
20 orang

22 tutor

1. Mhs dibagi
4 kelompok, tiap
kelompok
mengerjakan 1
daftar tilik.
Diakhir sesi mhs
mempresentasikan
hasil diskusi
2. Mahasiswa
menyiapkan role
play sidang etik

Kembar Siam

2 ruang @
200 org

2 narasumber :
AP, OS
2 moderator :
DAT, DNC

Dipilih secara
acak 2-3
kelompok untuk
bermain peran
Ethical Reviewer
Board
(Mootcourt)

16

10

Jumat

21 Oktober

16.0022.00

FORMATIF

SCELE

1 tutor : FA

Soal benar atau


salah

3 ruangan

8 tutor

Soal kombinasi
MCQ dan kasus
Essay terstruktur

22 ruangan
@ 20 orang

22 tutor

Kelas dibagi
menjadi 4
kelompok, setiap
kelompok
mempresentasikan
etika profesi /
tenaga kesehatan
(dokter, dokter
gigi, apoteker,
perawat, ahli
kesmas, ahli gizi,
ahli K3, ahli KL)

15.00-23.00

11

Selasa

25 Oktober
2016

13.0015.00

SUM I

12

Selasa

1 November
2016

13.0015.00

GD IV:
Etika
tenaga
kesehatan

Mahasiswa
mampu melihat
etika yang
universal dan
yang khas.

QBL (Question Base


Learning)
Panduan Diskusi IV:
Memahami Etika
Profesi /Tenaga
Kesehatan
Borang 1: Observasi
proses diskusi oleh
tutor

Referensi: UU RI
no 36 2014
tentang Tenaga
Kesehatan
13

Selasa

8 November
2016

13.0015.00

Etika
Praktek
Kesmas

Nilai, keyakinan
dan etika
praktek kesmas

Panduan diskusi

2 ruang
kuliah @
200 orang

2
Narasumber :
HP, AW/DA

14

Selasa

15
November
2016

13.0015.00

GD V:
Etika
Praktek
Kesmas

Kasus program
kesehatan :

Panduan diskusi

22 ruangan
diskusi @
20 orang

22 tutor

1. Pemberian
Makanan
Tambahan
2. Imunisasi

Kode etik semua


profesi

Etika Praktek
Kesmas

Borang 1: Observasi
proses diskusi oleh
tutor

3. KJS

17

15

Selasa

22
November
2016

13.0015.00

16

Selasa

29
November
2016

13.0015.00

17

Selasa

6 Desember
2016

13.0015.00

Studium
Generale

QBL

Pembahasan
tentang Hukum
dan Pelayanan
Kesehatan
(didahului
dengan

Memahami
hukum
kesehatan:
bedah UU RI No
36 Thn 2009,
tentang
Kesehatan.

Auditorium
RIK

Narasumber:
AS
Mod : HP

Studium Generale

Penugasan
pada
mahasiswa:
membuat
ringkasan
kelommpok
dari hasil
perkuliahan
Borang 1: Observasi
proses diskusi oleh
tutor

22 ruangan
diskusi @
20 orang

22 tutor

Mengingatkan
mahasiswa untuk
mengunggah
tugas ringkasan
kelompok melalui
scele

GD VI:

Panduan card game

22 tutor

card game

Set card game

Hukum
tentang
kedokteran
dan
kesehatan

Borang 1: Observasi
proses diskusi oleh
tutor

22 ruangan
diskusi @
20 orang

UU RI No. 4
tahun 1984
tentang wabah,

Lembar penilaian
sesama

No. 36 tahun 2014


tentang tenaga
kesehatan
UU RI No. 24
tahun 2007
tentang
penanggulangan
bencana
UU RI No. 40
tahun 2004
Tentang SJSN

18

18

Selasa

13 Desember
2016

13.0015.00

Malpraktek
Medis

19

Selasa

20 Desember
2016

13.0015.00

GD VII
Malpraktek
medis

Kuliah interaktif
kelas gabungan

Auditorium

Budi
Sampurna/Dja
ja Surja
Admadja

Malpraktek Medis

22 ruangan
@ 20 orang

22 tutor

Mahasiswa dibagi
kedalam 4
kelompok, tiap
kelompok
mengerjakan 1
kasus pemicu.
Diakhir sesi mhs
mempresentasikan
hasil diskusi

20

21

Selasa

27 Desember
2016

13.0015.00

SUM II

4 ruang
komputer

10 tutor

Remedial

1 ruangan

2 tutor

Soal kombinasi
antara MCQ dan
kasus. Untuk soal
kasus sifat ujian:
open book.
Jumlah soal: 50
Soal kombinasi
antara MCQ dan
kasus.

19

Narasumber kuliah
No Tanggal
Judul
1
30 Agustus
Pengantar modul
2016
Teori etika dan etika
kelompok
2
6 September Kaidah Dasar Bioetika
2016
dan Prinsip Prima
Facie

Narasumber Kelas A Nara sumber Kelas B


Siti Farida
Dr. dr. Yuli Budiningsih Sp.F (K) (YB)
Prof. dr. Hadi
Pratomo, MPH.,
Dr.PH (HP)

Prof. Dr. dr. Agus


Purwadianto, DFM.,
S.H., M.Si.Sp.F (K)
(AP)
Dr. Dian Ayubi, MQIH
(DA)

8 Nopember
2016

Etika Praktek Kesmas

Prof. dr. Hadi


Pratomo, MPH.,
Dr.PH (HP)

22 Nopember
2016

Studium Generale

Prof. Dr. Agus Sardjono, S.H., M.H. (AS)

20 Desember
2016

Kuliah Interaktif
Malpraktik Medis

Mod : Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH., Dr.PH


(HP)

Narasumber Pleno dan Role Play


No Tanggal
Judul
1
4 Oktober Pleno 1
2016

18
Oktober
2016

Pleno II + Role Play

Prof. dr. Budi Sampurna, SpF(K) (BS) / dr.


Djaja Surja Admadja, SpF, SH, PhD

Narasumber Kelas A
Prof. dr. Hadi Pratomo,
MPH., Dr.PH (HP)

Nara sumber Kelas B


Dr. dr. Yuli
Budiningsih, dr, SpF
(YB)

Mod: Popy Yuniar, SKM,


MM (PY))

Mod: dr. Fitri Ambar


Sari, SpF (FA
dr. Oktavinda Safitry,
SpF (OS)
Mod: dr. Dian Novita
Candra, M. Gizi (DNC)

Prof. Dr. dr. Agus


Purwadianto, DFM., S.H.,
M.Si.Sp.F (K) (AP)
Mod: Dr. Dian Ayubi,
SKM, MQIH

20

Tutor Diskusi Kelompok


No
Tutor
1
dr. Erfi Prafiantini, M.Kes (EP)
2
Dr. dr. Neng Tine Kartinah, M. Kes (NTK)
3
dr. Anky Budianti, SpMK (AB)
4
DR. dr. Astrid Widajati Sulistomo, MPH, SpOK
5
dr. Diyah Eka Andayani, Sp. GK. M. Gizi (DEA)
6
dr. Dian Novita Candra, M. Gizi (DNC)
7
Dr. dr. Dhanasari Vidiawati Sanyoto, M.Sc., CMFM (DVS)
8
Desak Gede Budi Krisnamurti, S.Farm., Apt.,
M.Biomed.
9
dr. Zunilda Djanun, SpFK
10 dr. Retno Asti Wardani, M.Epid
11 Prof. Dra. Ratu Ayu Dewi Sartika, Apt., M.Sc
(RA)
12 Prof. Dr. Dr. Kusharisupeni Djokosujono M.Sc. (..)
13 Prof. Dr. Dr. L. Meily Kurniawidjaja, M.Sc.,
Sp.Ok
14 Prof. Dr. Dr. Rachmadhi Purwana, SKM
15 Drs. Bambang Wispriyono, Apt., Ph.D.
16 Drs Anwar Hasan, MPH
17 Dr. Drg. Pradnya Paramita, MARS
18 Ir. Trini Sudiarti, M.Si
19 Dr. Dr. Helda, M.Kes.
20 Artha Prabawa, SKM.,M.Si.
21 Dadan Erwandi, S.Psi.,M.Psi.
22 Puput Oktamianti, SKM, MM
CADANGAN
1
Dr. Dr. Siti Farida, M. Kes (SF)
2
dr. Adisti Dwijayanti, M. Biomed (AD)
3
dr. Fitri Ambar Sari, SpF (FA)
4
Dra. Ari Estuningtyas, Apt, M.Biomed
5
dr. Agustin Kusumayati, PhD
6
Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIH
7
Popy Yuniar, SKM., MM. (PY)

Fakultas
FK

Kode Kelas
EH-1/ K-C.103

FK
FK
FK

EH-2/ K-C.104
EH-3/ K-C.105
EH-4/ K-C.106
EH-5/ K-C.107
EH-6/ K-C.108

FK
FK
FK

EH-7/ K-C.109
FK
FK
FK
FKM

EH-8/ K-C.110
EH-9/ K-C.111
EH-10 /K-C.112
EH-11 /K-C.113

FKM

EH-12 /K-C.114

FKM
FKM
FKM
FKM
FKM
FKM
FKM
FKM
FKM
FKM

EH-13 /K-C.115
EH-14 /K-C.116
EH-15 /K-C.117
EH-16 /K-C.118
EH-17 /K-C.119
EH-18 /K-C.120
EH-19 /K-C.122
EH-20 /K-C.123
EH-21 /K-C.124
EH-22 /K-C.125

FK
FK
FK
FK
FKM
FKM
FKM

Pengelola Modul FKM :


21

1. Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH., Dr.PH (HP)


2. Popy Yuniar, SKM., MM (PY)
3. Dr. Dian Ayubi, SKM., M.QIH (DA)
Pengelola Modul FK
1. Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si.Sp.F (K)
2. Dr. dr. Siti Farida, M. Kes (SF)
3. dr. Fitri Ambar Sari, SpF (FA)
Narasumber kuliah :
1. Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si.Sp.F (K) (AP),
2. Prof. dr. Budi Sampurna, SpF(K) (BS)
3. Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH., Dr.PH (HP)
4. Prof. Dr. dr. Adik Wibowo, MPH (AW)
5. Prof. Dr. Agus Sardjono, S.H., M.H. (AS)
6. Dr. dr. Yuli Budiningsih, SpF (YB)
Tutor
Narasumber pleno
Moderator pleno
Pengawas ujian
Penanggungjawab SCELE
Pengawas remedial
Sekretariat

: 22 orang + 7 orang cadangan


: 6 orang
: 6 orang
: 8 orang
: 2 orang
: 2 orang
: 1 orang

22

BORANG 1: DISKUSI KELOMPOK


Kelompok
: ..........................
Nama Tutor : ..........................
Hari/Tanggal : ..........................
Anggota Kelompok:
1. .............................................
3. .............................................
5. .............................................
7. .............................................
9. .............................................
11. .............................................
13. .............................................
15. .............................................
17. .............................................
19. .............................................

2. .............................................
4. .............................................
6. .............................................
8. .............................................
10. ...........................................
12. .............................................
14. .............................................
16. .............................................
18. .............................................
20. ...........................................

Ringkasan Diskusi

Hal baru yang dipelajari:

Masalah yang tidak dapat dipecahkan

Tanda tangan Tutor

(Lembar ini ditanda tangan oleh Tutor setelah memverifikasi konten terkait dengan tugas yang
diberikan. Setelah ditandatangani form ini dikembalikan pada mahasiswa

23

Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia


BORANG 2: OBSERVASI PROSES DISKUSI OLEH TUTOR
Penilai: ______________

No

Nama Peserta

Sikap/
Tenggang rasa
(Sensitivity)
( 10-20)

Kel:____________________ Tanggal: ______

Partisipasi dlm
diskusi
(Participation)
(10-20)

Pengetahuan
Awal
(Experience)
(10-20)

Keberanian
Argumentasi
(Risk)
(10-20)

Keterbukaan
(Openness)
(10-20)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

24

Jumlah
(50-100)

16
17
18
19
20

Keterangan:

Paraf Tutor :

25

BORANG 3: PENILAIAN SESAMA


Penilaian Ke :
Tanggal
:
Nama penilai :

disiplin

komunikasi

Berbagi info

Argumentas
i
partisipasi

no Nama
mahasiswa

TA: 20

/20

Aspek penilaian
Komentar aktif

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia

BORANG 4: EVALUASI UNTUK TUTOR (EFOM)


TAHUN AKDEMIK 2014
Program
Modul

: RIK-UI 2014
: Etika dan Hukum di bidang Kesehatan

26

Nama Tutor
Semester
Date
Tahun mulai bekerja di UI
No

: .
:1/2
:
:
Komponen yang dievaluasi

Skor
1

A
1
2
3
4
5
6
7
8
9

B
10

Proses
Fasil menunjukkan antusiasme
Fasil selalu tepat waktu
Fasil tetap berada di ruangan selama diskusi
Fasil proaktif memonitor proses diskusi
Fasil bertanya untuk memicu kemampuan berpikir
kritis mahasiswa.
Fasil memberikan kesempatan yang sama pada
tidap mahasiswa untuk mengemukakan pendapat
Fasil aktif mengingatkan anggota kelompok bila
diskusi menyimpang dari topic
Fasil secara aktif mengingatkan mahasiswa untuk
mengevaluasi dan merangkum hasil diskusi
Fasil mengevaluasi proses diskusi dan
memberikan umpan balik
Evaluasi
Fasil selalu memeriksa dan mengembalikan
catatan/log book pada waktunya

Catatan :
Coret (x) pada jawaban yang anda anggap tepat :
1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = setuju
4 = sangat setuju
Keterangan:
1. Tutor selalu gembira, antusias dan bersahabat
2. Tutor selalu tepat waktu
1. Selalu terlambat (pada 100% sesi)
2. Selalu terlambat (lebih dari 50 % sesi)
3. Kadang-kadang terlambat (kurang dari 50% sesi)
4. Selalu tepat waktu
27

3. Tutor selalu berada di ruang diskusi


7.
Muncul hanya di awal dan akhir sesi diskusi
8.
Keluar dari ruangan lebih dari 3 kali
9.
Keluar dari ruangan kurang dari 3 kali
10.
Tetap dalam ruangan selama diskusi
4. Tutor proaktif memonitor proses diskusi: memastikan bahwa diskusi berjalan
sesuai rencana, dan tiap anggota kelompok berpartisipasi dalam diskusi.
5. Tutor bertanya untuk memicu kemampuan berpikir kritis mahasiswa: pertanyaan
tanpa tanpa mengarahkan/mengajarkan .
6. Tutor memberi kesempatan yang sama pada tiap mahasiswa untuk
mengemukakan pendapatnya : secara bijaksana memotivasi mahasiswa yang pasif
dan memantau mahasiswa yang dominan dalam berdiskusi.
7. Apabila diskusi keluar dari topik, Tutor secara aktif mengingatkan kelompok agar
kembali meninjau tujuan/sasaran belajar pemicu yang didiskusikan.
8. Tutor secara aktif menjelaskan pada mahasiswa agar melakukan evaluasi dan
merangkum hasil diskusi.
9. Tutor melakukan evaluasi jalannya proses diskusi dan memberikan umpan balik
terkait dengan proses diskusi yang berlangsung.

28

GD 1: Pendalaman Kaidah Dasar Bioetika


Panduan Diskusi Kelompok
Cara mengerjakan:
o Mahasiswa telah diberikan kasus dan daftar tilik melalui SCELE
o Tiap kelompok berdiskusi mengenai checklist Beneficence, Nonmaleficence,
Autonomi, dan justice melalui kasus yang telah disediakan
o Apabila mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami poin-poin dalam
checklist, mahasiswa dapat bertanya pada tutor kelompok
o Waktu diskusi 100 menit. Apabila sebelum waktu habis mahasiswa telah selesai
dengan keempat KDB, minta mahasiswa untuk mendiskusikan kasus dengan
checklist yang berbeda
o Sepuluh menit terakhir, tutor memberikan rangkuman mengenai pendalaman
Kaidah Dasar Bioetika

Kasus Pemicu Beneficence

Bahan diskusi: BENEFICENCE


Ns. Sitta adalah perawat yang sangat memperhatikan pasiennya. Ia selalu datang lebih
awal di tiap shift agar dapat melayani pasien dengan sebaik-baiknya. Seperti di hari Sabtu
yang hujan deras hari itu, Ns. Sitta tetap hadir limabelas menit sebelum shiftnya untuk
melakukan operan jaga dan membaca status rawat bangsal dengan lebih detil. Ns Sitta
menyapa setiap pasien dengan ramah dan memeriksa tekanan darah, nadi, suhu setiap
pasien dengan teliti sambil menanyakan perasaan dan keluhan mereka saat itu. Ia
kemudian menuliskan semua datanya pada lembar perawatan. Ketika dokter bangsal
datang, Ns. Sitta memberikan laporan hasil pemeriksaannya dan mendiskusikan
kemajuan perawatan pasien serta terapi lanjutan bagi pasien-pasien yang dirawatnya.

Check List Beneficence


29

Kriteria

Ada

Tidak
/Bertentangan

1.

Mengutamakan altruisme (menolong tanpa


pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang
lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat
manusia
3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya
sejauh menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih
banyak dibandingkan dengan keburukannya
5. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia
7. Pembatasan goal-based
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi
pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat-darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium diluar kepantasan
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara
keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus-menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan Golden Rule Principle

Bahan diskusi: NONMALEFICENCE


30

N/A

Dokter Prima adalah seorang Spesialis Bedah di kota Manokat, sebuah Ibu Kota
Kabupaten. Selain berpraktek di RS Kabupaten, ia juga membuka praktek pribadi di
rumhanya pada pagi hari sebelum ke RS dan sore setelah dinas di RS. Suatu pagi
ditempat praktek pribadinya, ia kedatangan seorang pasien dari desa. Pasien itu korban
tabrak lari, ia mengeluh nyeri perut kiri atas akibat benturan dengan sepeda motor yang
menabraknya.
Keadaan pasien saat datang masih sadar. Setelah diperiksa, dokter Prima segera
menganjurkan pasien untuk masuk Rumah Sakit karena harus menjalani pengawasan
lanjut yang ketat (observasi trauma tumpul abdomen), namun pasien menolak.
Karena ia adalah pasien terakhir, dokter Prima kemudian mengajak pasien untuk ke RS
bersama-sama, disertai alasan perlu pemeriksaan darah untuk melihat parah tidaknya
penyakit pasien. Pasien setuju. Dokter Prima berpesan agar hasil pemeriksaan segera
disampaikan padanya.
Hasil pemeriksaan menunjukkan penurunan Hb dan pada pemeriksaan fisik ulang, dr
Prima menemukan perut mulai membesar dan kencang serta abdominal tap positif
(terdapat cairan bebas/darah dalam rongga perut). Dokter Prima menyimpulkan sang
pasien mengalami perdarahan dalam rongga perut yang kemungkinan diakibatkan oleh
ruptur atau robeknya limpa. Dokter Prima langsung menjelaskan keadaan sakit penderita
dan rencana untuk operasi laparatomi. Tapi walaupun sudah dijelaskan bahwa jika tidak
dioperasi maka perdarahan dalam rongga perut akan berlangsung terus dan akan
mengakibatkan kematian, pasien tetap menolak operasi namun bersedia masuk untuk
perawatan.
Beberapa jam kemudian kesadaran pasien makin menurun dan jatuh dalam keadaan tidak
sadar. Tindakan yang harus segera diambil satu-satunya adalah operasi untuk
menghentikan perdarahan. Dokter Prima akhirnya melakukan tindakan operasi. Pasca
operasi pasien membaik dan pulang dalam keadaan sehat.

Check List Nonmaleficence


31

Kriteria

Ada

Tidak
/Bertentangan

1. Menolong pasien emergensi


2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah :
- pasien dalam keadaan amat berbahaya
(darurat)/beresiko hilangnya sesuatu yang penting
(gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan
tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya
mengalami resiko minimal)
6. Mengobati pasien yang luka
7. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan
euthanasia)
8. Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
9. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
10. Mengobati secara proporsional
11. Mencegah pasien dari bahaya
12. Menghindari misrepresentasi dari pasien
13. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena
kelalaian
14. Memberikan semangat hidup
15. Melindungi pasien dari serangan
16. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang
kesehatan / kerumah-sakitan yang merugikan pihak
pasien/keluarganya

32

N/A

Bahan diskusi: AUTONOMI


Pak Didik bekerja sebagai apoteker di Apotik Obat Murah. Hari itu ia melayani seorang
pasien yang datang membawa resep dari dokter ahli penyakit dalam. Pasien meminta Pak
Didik untuk menghitung terlebih dahulu biaya yang harus ia keluarkan untuk menebus
keseluruhan obat. Setelah memberikan hitungan, pak Didik menanyakan apakah pasien
akan menebus keseluruhan obatnya. Ia menjelaskan pada pasien bahwa seluruh obat yang
diberikan adalah obat paten dan bukan obat generik. Pasien kemudian menanyakan
berapa biaya yang perlu ia bayarkan apabila membeli obat generik. Ia juga menanyakan
perbedaan dan persamaan obat paten dengan generik. Setelah memberitahukan hasil
penghitungan dan menjelaskan persamaan dan perbedaan obat paten dan generik, Pak
Didik menanyakan pada pasien, obat jenis apa yang ingin ditebus oleh pasien.

Check List Autonomi


Kriteria

Ada

Tidak
/Bertentangan

1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai


martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
(pada kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil
keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi
pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam
membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien
pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan
pasien

33

N/A

Bahan diskusi: JUSTICE


Drg. Adi adalah dokter gigi umum yang berpraktek di daerah Elit di Menteng. Pasiennya
banyak dan sebagian besar dari kalangan menengah keatas, pasien-pasienny banyak
namun teratur karena dilayani sesuai urutan. Ketika sedang memeriksa pasiennya, tibatiba datang seorang ibu bersama anaknya, Tinoc yang jatuh sehingga giginya patah dan
gusinya berdarah. Petugas loket melaporkan kondisi tersebut pada doikter Ady. Atas
petunjuk drg Ady petugas diminta untuk menginformasikan kondisi tersebut pada pasien
yang lain sebelum ibu tersebut dilayani. Pasien yang tengah menunggu tersebut
menyetujuinya. Setelah dirawat dokter memberi obat yang menurut drg Ady bisa dibeli di
apotik mana saja.

Check List Justice


Kriteria

Ada

Tidak
/Bertentangan

1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal


2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang
telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam
posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,
accessibility, availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan)
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan
kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan
kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian
(biaya, beban, sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang
tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa
alasan sah/tepat
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan
penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA,
status sosial, dll

34

N/A

GD 2: dr. Beken
Panduan Diskusi Kelompok
Cara Mengerjakan:
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok
2. Mahasiswa membahas kasus dr. Beken, untuk menemukan konteks yang memuat
kaidah dasar bioetika, menentukan kaidah dasar bioetika yang ada dalam
peristiwa tersebut, dan menjelaskan alasan yang mendasari pemilihan kaidah
dasar bioetika tersebut.
3. Tiap kelompok diminta untuk mempersiapkan bahan presentasi dalam bentuk
powerpoint untuk semua kaidah dasar bioetika dan prima facie. Narasumber yang
akan menentukan kelompok presentan dan oponen pada hari pleno

35

Bahan diskusi: DR BEKEN


Dokter Beken bekerja di Poliklinik RS sejak 2 tahun yang lalu. Ia adalah dokter umum
yang sangat sibuk, terutama pada hari Sabtu dan Minggu. Ia bekerja di ruang poli yang
cukup luas. Ada dua bed dalam satu poli dan tiap bed dibatasi dengan gorden sehingga dr.
Beken dapat leluasa memeriksa pasiennya dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun
kadang ada kesulitan bila ada pasien yang datang dengan kelainan kulit dimana ia harus
memeriksa pasien dalam keadaan setengah telanjang.
Pada hari Sabtu lalu, sudah ada pasien yang menunggu saat ia datang. dr. Beken
memeriksa pasien sesuai urutan. Pasien pertama, kedua dan ketiga datang dengan keluhan
demam batuk dan pilek. Dokter Beken pun memberikan resep obat dan nasihat untuk
mereka cukup istirahat dan makan makanan bergizi. Ketika keluarga hendak menebus
obat di apotik Rumah Sakit, ternyata persediaan obat sedang kosong. Keluarga pasien
diminta mencari sendiri obat tersebut di apotik luar. Ternyata tanpa persetujuan dr. Beken
oleh apotik obat tersebut diganti dengan obat sejenis namun berbeda merk dagang.
Pasien selanjutnya adalah seorang ibu berusia 60 tahun diantar oleh anak laki-lakinya
datang dengan keluhan nyeri uluhati yang menjalar ke punggung. Merasa tidak yakin
dengan kemungkinan sakit maag yang diderita ibu ini, maka dr. Beken melakukan
pemeriksaan EKG (elektrokardogram) karena kecurigaan terjadi penyempitan pembuluh
darah jantung. Hasil yang diperoleh tidak ada kelainan. Melihat usia, kondisi fisik ibu
yang cukup gemuk serta tekanan darah 140/90 maka dr. Beken memberikan surat rujukan
beberapa pemeriksaan laboratorium. Dr. Beken merujuk ibu tersebut ke LAB KLINIK
Titrasi Cepat, langganannya yang terletak tidak jauh dari Rumah Sakit karena pada hari
libur, lab RS hanya melayani pemeriksaan gawat darurat. Dari Lab Klinik tersebut Dr.
Beken mendapat bingkisan kue yang dia amati ternyata sejajar jumlahnya dengan pasien
yang dia kirim kesitu. Pernah dua bulan yang lalu, dengan 20 pasien yang ia kirim, ia
memperoleh voucher belanja Rp.400.000,- di supermarket terkenal dikotanya.
Pasien pulang dengan membawa obat maag, penenang dan surat permintaan laboratorium
serta diminta datang kembali. Setelah menyelesaikan administrasi ibu tersebut masuk
kembali ke kamar periksa karena merasa ada yang kurang yaitu belum disuntik seperti
yang biasa ia dapatkan bila berobat. Pada saat masuk, tanpa sengaja ibu tadi melihat
pasien laki-laki muda bertato di perut bawah sedang menaikkan celana dalamnya. Anak
muda tadi segera dilayani karena mengaku kerabat perawat RS, sehingga perawat
memasukkan lebih dahulu ke ruang sekat kiri. Ia sempat sepintas melihat celana dalam
tadi bervlek-vlek putih kekuningan. Anak muda tadi memoloti si ibu, dr. Beken meminta
sang ibu keluar menunggu sebentar. Ibu yang agak cerewet tadi minta maaf, namun tanpa
dosa ia nyerocos menanyakan apa penyakit anak muda tadi. Dr. Beken agak terpana
untuk menjawab pertanyaan awam si ibu ini. Ah, Cuma panas dalam di perut, jawab
Beken kalem. Saya suntiknya sambil berdiri saja dok, kalau tiduran takut ketularan
penyakit kelaminnya anak tadi, cerocos sang pasien.
Pasien yang lain adalah seorang wanita muda dan setengah baya. Sebut saja Mbak Modis
dan Ibu Menor. Mbak Modis mengeluh beberapa hari ini badannya panas dingin, mual
dan beberapa kali muntah. Sedangkan Ibu Menor mengeluh kepala pusing berputar-putar.
Dia sudah beberapa kali datang ke dokter yang berbeda-beda dan dikatakan tidak ada
apa-apa, hanya pusing biasa. Dokter terakhir yang dia kunjungi menyarankan dilakukan
CT scan kepala. Kemudian ia datang ke dr. Beken dengan membawa hasil CT scan. Surat

36

keterangan yang terdapat di dalam amplop CT scan tersebut menyatakan kecurigaan


adanya SOL (space occupying lesion). Tanpa penjelasan mengenai isi di dalam surat
keterangan tersebut, dr. Beken memberikan surat rujukan ke Rumah Sakit bagian Saraf.
Sementara Mbak Modis, tak sempat dilakukan pengukuran kadar gula darah, langsung
diberikan resep sakit kencing manis yang sudah langganan ia derita 5 tahun ini. Dr.
Beken hanya memeriksa sekilas dan menyalin resep dari catatan medis yang disodorkan
perawat. Perawat kemudian memberikan penjelasan tentang obat yang diberikan serta
mengingatkan Mbak Modis untuk kembali jika ada keluhan.
Perawat mengingatkan pasien lainnya, Tn. Garputala, 46 tahun dengan muntah berak
belasan kali dan satu lagi seorang pelajar putri, 15 tahun sebut saja Nn. Rani Omnivora
yang ia kenal sebagai anak pertama OKB (orang Kaya Baru) tetangganya, anggota DPRD
salah satu parpol besar.
Garputala adalah hansip setempat yang merasa kurang afdol kalau tidak diperiksa dr.
Beken. Dokter Beken memeriksa pak Garputala, memegang nadinya yang terasa kecil
dan lemah, mencubit kulit perutnya yang ternyata sudah mengendur. Ia pun
menginstruksikan perawat untuk memasang infus dan mencarikan ruang rawat. Tak lupa
ia menitipkan amplop berisi Rp.100.000,- bagi sang hansip. Untuk pegangan ya Pak
Tala, cepat sembuh deh.
Saat mempersilahkan Nn. Rani masuk ke ruang sekat kanan, dr. Beken terkaget karena
serombongan orang menyela masuk sambil menggendong pasien anak laki-laki 9 tahun,
si Amir bin Jufri yang tadi pagi ia khitan, yang datang kembali dalam keadaan berdarah.
Ia menolong Amir dulu selama 45 menit, sementara Rani terpana sendirian karena
perawat juga sibuk membantu dr. Beken mengatasi perdarahan si Amir di ruang sekat
kiri. Beken tak sempat bicara ke Nn. Rani. Para pengantar Amir justru yang meminta
agar Rani sabar menunggu. Tentu sambil mencuri pandang, karena walaupun bukan
bernama Menor, Rani memang menor malam itu.
Setelah selesai dr. Beken akhirnya mendengarkan keluhan Rani. Ia stress karena baru
saja mengambil uang ayahnya tanpa ijin demi menolong sahabatnya untuk aborsi di
klinik Antah Berantah. Dr.Beken menawarkan untuk menjadi mediator menyampaikan
kepada ayah Rani. Toh menurutnya dan menurut Rani, sang anggota DPRD ini cukup
mampu menolong sahabat Rani. Biar uang saku saya dipotong deh dok asal papi tak
nyap-nyap ama saya, kata si manis Rani.
Begitulah keseharian dr. Beken dalam membantu menyelesaikan masalah pasienpasiennya.

37

Kaidah Dasar Bioetika


Panduan Pleno 1

Cara Pengerjaan
1. Mahasiswa tiap kelompok diharapkan mampu menjelaskan penerapan Kaidah Dasar
Bioetika melalui kasus hipotetik dr Beken serta mempertahankan argumen etisnya
masing-masing
2. Apabila waktu memungkinkan, diharapkan semua kelompok dapat mempresentasikan
hasil kerjanya jika tidak minimal 5 kelompok dipilih sebagai presentan dan 5
kelompok sebagai penyanggah
3. Satu kelompok presentan untuk satu kaidah dasar bioetika, demikian pula dengan
kelompok penyanggah
4. Tiap kelompok diberi waktu 7 menit untuk presentasi dan 13 menit diskusi
(Autonomi, justice, nonmaleficence, beneficence, dan prima facie)
5. sepuluh menit terakhir, narasumber memberikan klarifikasi
Contoh pembagian kelompok presentan dan penyanggah
Autonomy
Justice
Nonmaleficence
Beneficence
Prima facie

Presentan
1
3
5
7
9

Penyanggah
2
4
6
8
10

38

Kasus Etik Tim Medis Pemisahan Bayi Kembar Siam


RS Hus-hus Sha-sha Dha-dha (HSD) paling terkenal peralatannya. Lokasinya di
P. Jelita Kepulauan Seribu Jakarta. Serba baru. Investor sekaligus pemiliknya adalah
seorang mantan bankir yang pernah mendekam di penjara 1 tahun penjara akibat korupsi,
namun kini telah tobat. Dalam rangka promosinya, ia berhasil mengkontrak belasan
dokter terkenal se Indonesia selama 1 tahun ini untuk bekerja purna waktu dengan honor
yang pantas. Ia mengumumkan di koran dan segenap media elektronik, termasuk fitur
infotainment, bahwa RS HSD siap melayani pelbagai kasus rujukan apapun, termasuk
bayi kembar siam. Bila perlu bagi yang tak mampu, gratis.
Pinguina-Pinguini adalah seorang bayi kembar dempet thoraco-cephalo complex
usia 3 bulan yang resmi menjadi pasien pertama untuk dipisahkan. Pinguina berjenis
kelamin laki-laki, sedangkan Pinguini perempuan. Ia adalah anak pasangan buruh tani di
desa Minuta Kabupaten Akte Lampung Utara. Kebetulan kembar siam Pinguina-Pinguini
makin ngetop ketika ada putaran kampanye terakhir pemilihan calon Kades setempat.
Dua calon Kades tadi sama-sama berjanji akan membawa ke RS HSD untuk operasi
pemisahan Pinguina-Pinguini.
Dr. Camar, SH, SpF, direktur RS HSD membentuk Tim Operasi Pemisahan
Pinguina-Pinguini (TOP Pa-Pi) yang diketuainya sendiri. Ada 4 bidang dalam TOP Pa-Pi
tersebut, yakni A. Bedah, B. Medik dan C. Intensive Care dan D. Etikolegal. Ia
merangkap Ketua Bidang Etikolegal yang mengurus tentang informed-consent, asuransi
kesehatan istimewa Pinguina-Pinguini, surat keterangan medis pascabedah, publikasi dan
keamanan. Anggotanya adalah KH. Beo, MHum (ustadz), Ms Prenjak MPsi, PhD
(psikolog klinis anak), Manyar MSi, M.Kom (humas).
Sementara itu Ketua Tim Bedah adalah Prof.Dr. Cucakrowo SpBA (K) dengan
wakil Kutilang SpBS (K) dan anggota adalah dr. Nuri SpBT PhD, dr. Belibis SpBP (K),
dr. Kepodang SpTHT-KL (K), drg. Jalak SpBM. Ketua Tim Medik adalah Prof.dr.
Merpati SpA (K) ahli saraf anak, dengan anggota Prof. Dr. Gagak SpGK, dr. Elang B
SpRad (K), dr. Hantu, SpRM (K). Sedangkan Ketua Tim C (Intensive Care) adalah Prof.
dr. Kutilang SpAn (K-I), dengan anggota spesialis patologi klinik, spesialis farmakologi
klinik, sub-spesialis radiologi anak, sub-spesialis jantung anak, dan spesialis
pulmonologi. Di dalam Tim masing-masing terdapat perawat ahli, yang didatangkan dari
Malaysia dan Jakarta.
Dalam pemeriksaan prabedah, nampak bahwa secara MRI dan radiologis, esofagus
dan trakea hingga bronkhus kanan kembar siam tadi terpisah. Hanya bifurkasio trakea ke
arah bronkus kiri masih belum jelas terpisah antara Pinguina dan Pinguini. Demikian pula
ada lobus paru kiri yang melengket antara Pinguina dan Pinguini. Dr. Camar didampingi
para ketua bidang TOP Pa-Pi amat waspada dengan hal ini dan telah menyampaikan
secara jelas ke orangtua bayi dempet bahwa kemungkinan terburuk adalah keduanya tak
tertolong. Kemungkinan berikutnya adalah salah satu bayi akan dikorbankan bila paru
dan bronkus kiri yang melengket tadi tak bisa dipisahkan. Orangtua mengangguk-angguk
saja, termasuk dua balon Kades Minuta yang sama-sama mendampingi mereka. Camar
dalam wawancara pers dalam dan luar negeri mengatakan operasi akan berjalan 9 jam
dan mohon doa restu masyarakat. Dua balon Kades, secara terpisah di depan wartawan
berjanji akan sama-sama membantu finansial warganya.

39

***
Operasi tengah berlangsung 3 jam. Perlengketan salah satu bronkus sudah 80%
dilepas. Tiba-tiba terjadi komplikasi, jaringan distal bronkus dan paru kiri yang
menyatu tadi begitu rapuh. Tim bedah berkonsul dengan Tim Medik dan ICU di meja
operasi. Disimpulkan saat itu tim klinis akan memilih salah satu bayi, sedangkan yang
lain akan dikorbankan. Camar dan tim lain yang tak berada di meja operasi harus
menjelaskan ke orangtua untuk memilih mana bayinya yang diprioritaskan. Kedua
orangtua bingung, bahkan menangis, tak kuasa menyampaikan keputusan. Kebetulan
ayah si bayi didampingi oleh si Polan, balon Kades laki-laki sedusun di Minuta yang
ingin lebih mempertahankan Pinguina, sementara Ibu si bayi didampingi oleh si Fulan,
balon Kades perempuan yang sama-sama dari desa tetangganya, yang lebih membela
Pinguini.
Merespon perkembangan, Polan beradu pendapat dengan Fulan, merasa sebagai
wakil orangtua, di depan TOP Pa-Pi, namun tidak segera kunjung selesai. Nyaris terjadi
baku hantam antar dua balon Kades tersebut. Camar dkk sempat bingung memilih siapa
yang berhak. Keributan tadi terdengar oleh semua anggota TOP Pa-Pi yang berada di
dalam kamar operasi. Namun anehnya, keributanpun menjalar. Cucakrowo ribut
terhadap Merpati karena Cucak lebih memilih Pinguina utk diselamatkan karena
prognosis dari sudut bedah lebih baik (posisi anatomis-fisiologis), sementara Merpati
memilih Pinguini karena dari sudut medik ia lebih baik (mencegah status imunokompromais). Atas usul Camar, mereka sepakat menunda pembedahan di atas meja
operasi selama maksimal 15 menit dalam kondisi masih dibius - untuk menetapkan
skala prioritas. Sudahlah, utamakan Pinguini aja!!!, teriak dr. Belibis SpBP. Kosmetis
lebih elok kalo dia hidup nantinya lanjut spesialis bedah plastik tersebut menghenyakkan
perdebatan Cucakrowo Merpati. Semuanya setuju. Camarpun bersiap untuk
memberitahu keluarganya - bahwa Pinguinilah yang diutamakan untuk diselamatkan.
***
Baik dok, Pinguini yang diutamakan. Saya terima, ujar ibunya spontan, segera
setelah Camar memberitahukan keputusan tim dokter intra-operatif. Sang ibu kembar
siam sambil melirik ke suaminya yang masih nampak kebingungan. Gimana Pak?
tanya Camar ke bapaknya. Tiba-tiba Polan memotong :Kok alasannya kosmetis sih dok?
Saya belum terima !!, kata balon Kades yang seolah berfirasat dirinya bakal kalah.
Belum sempat Camar menjelaskan, tiba-tiba TS spesialis patologi klinik dari Tim C
menghampirinya. Mas, Pinguini HIV-nya positif!!, ujarnya meyakinkan sambil
menjelaskan hasil tersebut baru saja (7 jam masa berlangsungnya operasi) diperoleh
sebagai pelengkap kondisi imuno-kompromaisnya.
Camar segera masuk kembali ke ruang operasi. Disitu ia melihat Prof. Kutilang
tengah mondar mandir. Ketika dihampirinya, Kutilang membisikinya: Saya bingung,
hasil lab HIV (+) ini baru kuterima. Namun anda lihat sendiri, operasi sudah tinggal
menutup jahitan luar saja secara jahitan plastik-rekonstruksi. Kutilang dan Camar samasama tahu bahwa seharusnya pilihan prioritas dijatuhkan kepada Pinguina.
Camar juga terhenyak. bingung mau memberitahu hasilnya kepada ortu ketika tim
bedah sudah mau menutup operasinya dengan operasi plastik masing2.
Camar juga bingung ketika mau memberi tahu balon kades.

40

GD 3: Kasus Etik Tim Medis Pemisahan Bayi Kembar Siam


Panduan Diskusi Kelompok :
Cara Pengerjaan:

Buatlah solusi etik dan atau solusi etikolegal setelah diskusi kelompok berjalan dan
terdapat pendapat kelompok. Ikutilah daftar tilik berikut ini.
ETHICAL PROBLEM SOLVING
Nama Kelompok:

Case Ethical Problem


No.
INSIGHT
Pembelajaran

Alternative Based
on Values System
KDB YG MUNGKIN
KDB +
THEORY ETHICS
E. RELATIVISM
E. DILEMMA

Alternative Decision

Reason

KDB TERPILIH
CHOSEN PRINCIPLE
PRIMA FACIE-ISM
CETERIS P
DEDUCTIVE LOGIC
SOLVING PROBLEM

Jelaskan isu etik (bukan isu medik) dari kasus Pinguina/i dalam setting (tata letak)
sebagai berikut :
Isilah matriks di atas sesuai dengan kisi-kisinya. Matriks dibuat sesuai panduan
(horizontal), dicatat dari kolom kiri ke kanan secara konsisten (lihat metode modifikasi
Howard Brody dan atau etikolegal AP). Pendapat kelompok sesuai dengan teori etik
utama yang disepakati kelompok.
Ethical Problem
: diisi dengan masalah-masalah etik yang ada menurut kelompok
Alternative based on value system :diisi dengan KDB yang mungkin sesuai dengan
maalah etiknya, satu masalah etik bisa muncul beberapa KDB
Alternative decision : diisi dengan satu KDB yang menurut kelompok paling
sesuai/dominan untuk masalah etik tersebut
Reason: alasan kelompok memilih KDB tersebut
Bila masing-masing anggota kelompok masih punya KDB yang berbeda dengan
keputusan kelompok dapat meneruskan mengisi kolom di samping kanan dengan KDB
masing-masing dan alasannya.
Self assesment : adalah pendapat pribadi mahasiswa (bukan pendapat sbg aktor role play)
yang menilai kembali pendapat kelompok. Isinya analisis pendapat pribadi tadi thd
pendapat kelompok (kritik sesuai KDB dan sesuai teori etik yang diyakini).
Verification : suatu value clarification
Reason : alasan kenapa pendapat akhir kelompok menjadi demikian.
Tulislah hasil kelompok. Siapkan presentasi kelompok (tugas kelompok). Pertahankan
argumen atau nilai-nilai etis kelompok anda terhadap argumen kelompok penyanggah.

41

Panduan Role Play Kasus Etik Tim Medis


Pemisahan Bayi Kembar Siam
Role Play Ethical Reviewer Board (Mootcourt)
1. Narasumber menentukan mahasiswa yang akan berperan dalam role play sesuai
panduan, 1 minggu sebelum role play
2. Narasumber memberikan panduan kerangka pemikiran masing-masing tokoh
sesuai panduan. Ingatkan mahasiswa yang akan bermain peran, untuk tidak
memberitahukan pada orang lain perihal panduan tersebut
3. Pada hari role play, ruang kelas ditata sesuai ruang sidang
4. Mahasiswa yang tidak ikut bermain peran wajib memperhatikan jalannya role
play, dan memberikan komentar atau pertanyaan pada kesempatan yang diberikan
oleh narasumber
Tambahan pemain:
1. Ketua Board
2. Ketua Majelis
3. Panitera
4. Saksi Ahli
Yang diharapkan muncul pada skenario III:
i. Bagaimana melakukan sidang ethical reviewer board
ii. Bagaimana menjadi seorang saksi ahli
SKENARIO III SIDANG MKEK
1. Dalam Pleno ditentukan format tokoh (dalam salah satu episode) sbb :
a. Ketua Sidang MKEK (1)
:
b. Sekretaris sidang MKEK (1) :
c. Anggota MKEK (3)
:
d. Dr. Camar (sebagai teradu) :
e. Dr. Cucakrowo (ikut teradu) :
f. Dr Merpati (ikut teradu)
:
g. Dr Belibis
:
h. Prof Kutilang
:
i. Ayah dari kembar dempet Pinguini bayi AIDS (pengadu) :
j. Ibu dari kembar dempet
:
k. Saksi ahli
:
l. Pembela IDI
:
m. Ketua IDI setempat
:

42

2. Intisari aduan : informasi tidak akurat (disesatkan...), merasa tertipu, dll...,


perlakuan membingungkan tim dokter, hutang tetangga karena biaya
tinggal/menunggu perawatan, (berdasarkan KDB autonomi dan justice)
3. Intisari pembelaan : sudah gratis kok masih nuntut, sudah sesuai dengan etika,
janji palsu balon kades bukan salah RS, sudah menurunkan tim terbaik, dll
(berdasarkan KDB nonmaleficence dan beneficence)
4. Sidang MKEK harus seadil-adilnya berdasarkan temuan pelanggaran etik tim
dokter (kalau ada) & dalil2 pembelaannya, serta membuat putusannya
PROSEDUR APA YG HRS DITEMPUH
Langkah
Komite
Medik RS
BHSD
Palu diketok : Cek keabsahan
pengadu
Tertulis/tidak
Pembentukan Tim majelis
Palu diketok : pemeriksaan
bukti2 (rekam medik dll)
Memeriksa pengadu
Memeriksa teradu
Memeriksa saksi ahli
Meminta tanggapan pembela
(setiap saat)
Pengambilan & pembacaan
putusan
Pernyataan banding Tim Dr

Kom
Etika RS
BHSD

MKEK
Wilayah

43

1. Narasumber menentukan mahasiswa yang akan berperan dalam role play sesuai
panduan, sebelum role play dimulai, semua mahasiswa harus mempersiapkan diri
bermain peran (gunakan tabel pengenalan peran dengan KDB)
2. Narasumber memberikan panduan kerangka pemikiran masing-masing tokoh sesuai
panduan. Arahkan mahasiswa untuk:
a. menyusun kalimat yang mengandung KDB
b. melakukan analisis terhadap kalimat yang diungkapkan oleh rekan yang lain
c. memberikan respons terhadap kalimat yang diucapkan pemain lain dengan
kalimat yang mengandung KDB yang tepat
3. Pada hari role play, ruang kelas ditata sesuai ruang diskusi antara tim dokter dan
keluarga pasien
4. Role play terdiri dari 3 babak sesuai cerita yang telah diberikan
5. Mahasiswa yang tidak ikut bermain peran wajib memperhatikan jalannya role play,
dan memberikan komentar atau pertanyaan pada kesempatan yang diberikan oleh
narasumber
Tabel pengenalan peran
no peran
Isu etika/ dilema
etika
1 Pemilik RS
2 Dr Camar
3 Fulan
4
5 Dst

Alasan

Keterangan
tambahan

Pembagian peran
Ada 25 orang yang akan bermain peran, yaitu sebagai:
1. Pemilik RS
:
2. Bapak si Kembar
:
3. Ibu si Kembar
:
4. Calon Kades I (Fulan):
5. Calon Kades II (Polan)
:
6. Dr. Camar, SH, SpF, direktur RS BHSD
:
Anggota tim etikolegal:
1. KH. Beo, Mhum (ustadz)
2. Ms Prenjak MPsi, PhD (psikolog klinis anak)
3. Manyar MSi, M.Kom (humas)
Tim Bedah
1. Prof.Dr. Cucakrowo SpBA (K), ahli bedah anak (ketua)
2. Prof. dr. Kutilang SpBS (K), ahli bedah saraf, (wakil)
3. dr. Nuri A SpBT PhD, ahli bedah thoraks
4. dr. Belibis SpBP (K), ahli bedah plastik
5. dr. Kepodang SpTHT-KL (K)
6. drg. Jalak SpBM, ahli bedah mulut

44

Tim Medik
1. Prof.dr. Merpati SpA (K) ahli saraf anak (Ketua)
2. Prof. Dr. Gagak SpGK
3. dr. Elang B SpRad (K)
4. dr. B. Hantu, SpRM (K)
Tim Intensive care
1. Prof. Dr. Kutilang, SpAn (K-I)
2. dr. Kutilang B SpPK., spesialis patologi klinik
3. dr. Manyar, SpFK (K), spesialis farmakologi klinik
4. dr. Kepodang, SpRad (K), sub-spesialis radiologi anak
5. dr. Nuri, SpJP (K) sub-spesialis jantung anak
6. dr. Elang, SpP (K), FICS, spesialis pulmonologi
Masalah etika yang diharapkan muncul pada babak I:
Kerjasama Tim
Koordinasi antar teman sejawat
Mengetahui standar kompetensi masing-masing spesialisasi
Masalah etika yang diharapkan muncul pada babak II dan III:
Bagaimana cara mengambil keputusan etis secara tim

45

GD 4: Memahami Etika Profesi/Tenaga Kesehatan


Panduan diskusi :
Dalam pelayanan kesehatan, berbagai tenaga kesehatan saling bekerja sama. Tenaga
kesehatan yang terlibat antara lain dokter, perawat, dokter gigi, ahli farmasi, ahli
kesehatan masyarakat, ahli gizi, ahli kesehatan lingkungan, ahli K3. Setiap profesi
memiliki perannya masing-masing dalam proses peningkatan kesehatan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat, maka kita
harus saling mengenal peran masing-masing profesi untuk dapat membangun sinergi.
Dalam diskusi kelompok ini, mahasiswa belajar memahami berbagai profesi/tenaga
kesehatan melalui kode etik yang dimiliki oleh tiap-tiap profesi.
Cara Pengerjaan
1. Mencari dan Membaca kode etik kedokteran Indonesia, kode etik dokter gigi Indonesia,
kode etik perawat Indonesia, kode etik profesi kesehatan masyarakat serta kode etik ahli
farmasi.
2. Mencari perbedaan dan persamaan kode-kode etik tersebut dalam hal:
a.
b.
c.
d.
e.

Kewajiban bagi diri sendiri


Kewajiban bagi teman sejawat
Kewajiban bagi profesi kesehatan lain
Nilai dan keyakinan terkait
Iklan

3. Diskusikan aspek apa saja yang diatur pada profesi/tenaga kesehatan tertentu tetapi
tidak diatur pada profesi/tenaga kesehatan lain
4. Analisis bagaimana persamaan/ perbedaan tersebut dapat mempengaruhi kerjasama
dalam tim antar profesi
5. Hasil diskusi kelompok perlu/ tidak perlu dipresentasikan dalam kelas. Dikumpulkan
paling lambat ...............(bicarakan dengan fasilitator)

46

GD 5: Etika Kesehatan Masyarakat


Panduan Diskusi
Cara Pengerjaan
1. Pada mahasiswa telah dibagikan bahan bacaan, dua buah daftar tilik, dan 3 buah
kasus etika kesehatan masyarakat
2. Mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi nilai dan keyakinan etika kesmas yang
paling menonjol dan harus dipegang menggunakan daftar tilik yang sesuai
3. Mahasiswa diminta untuk mendiskusikan etika praktik kesehatan masyarakat pada
situasi yang ada pada kasus dengan menggunakan daftar tilik
4. Di akhir pertemuan, tutor memberikan umpan balik mengenai etika kesehatan
masyarakat
NILAI , KEYAKINAN DAN 12 ETIKA PRAKTIK KESEHATAN MASYARAKAT
Nilai dan keyakinan dibawah ini merupakan asumsi kunci yang tidak terpisahkan dalam
pandangan kesehatan masyarakat. Hal tersebut mendasari 12 prinsip dari etika praktik
kesehatan masyarakat.
Kesehatan
Manusia memiliki hak terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk menjadi sehat. Kode
etik kesehatan masyarakat mengakui pasal 25 dari Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (HAM) yang menyatakan Setiap orang memiliki hak terhadap standar
kehidupan yang cukup untuk kesehatan diri dan kesejahteraan keluarganya
Masyarakat
1. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat terpisahkan dan saling tergantung
satu dengan yang lainnya. Manusia saling mencari kebersamaan dalam pertemanan,
keluarga dan masyarakat serta saling mempercayai untuk keselamatan dan perjuangan
hidup. Hubungan positif diantara individu dan kerjasama positif diantara lembaga
adalah merupakan tanda dari sebuah masyarakat yang sehat. Hal yang benar bagi
seseorang dan hak orang dalam membuat keputusan bagi dirinya haruslah seimbang
terhadap kenyataan bahwa tindakan dirinya mempengaruhi orang lain.
2. Efektivitas sebuah lembaga atau institusi tergantung sepenuhnya pada kepercayaan
publik terhadap lembaga atau institusi. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
kepercayaan pada sebuah lembaga atau institusi termasuk tindakan yang
menyertainya adalah: komunikasi, kebenaran menyampaikan berita, transparansi
(contoh: tidak menyembunyikan informasi), tanggung jawab/akuntabilitas,

47

kehandalan dan timbal balik. Salah satu bentuk interaksi dan komunikasi dengan
masyarakat yaitu mendengarkan dan berdialog dengan masyarakat.
3. Kerja sama (kolaborasi) merupakan kunci dasar bagi kesehatan masyarakat.
Infrastruktur dari sebuah masyarakat terdiri atas berbagai organisasi dan latar
belakang profesi. Agar efektif, mereka harus bekerja bersama dengan baik. Kerja
sama memungkinkan munculnya tantangan kesehatan masyarakat yang baru.
4. Lingkungan fisik dan manusia saling bergantung satu sama lain. Manusia bergantung
pada sumber daya alam dan lingkungannya. Lingkungan yang rusak dan tidak
seimbang dan lingkungan yang didesain dengan kondisi yang buruk, akan
berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Sebaliknya, manusia dapat menjaga dan
melestarikan lingkungan alami melalui penghematan pemanfaatan sumber daya dan
perlindungan terhadap limbah.
5. Setiap orang dalam masyarakat sebaiknya memiliki kesempatan berkontribusi pada
dialog publik. Kontribusi pada dialog publik dapat terjadi melalui sistem
kepemerintahan yang langsung maupun melalui perwakilan. Dalam proses
pengembangan dan pengevaluasian kebijakan adalah sangat penting untuk melihat
apakah semua yang berkeinginan untuk berkontribusi dalam diskusi memiliki
kesempatan untuk melakukannya, walaupun mereka menyatakan kepeduliannya tidak
selalu terrefleksi dalam kebijakan yang terbentuk.
6. Mengidentifikasi dan mempromosikan kebutuhan kesehatan dasar suatu masyarakat
adalah merupakan kepedulian utama bagi kesehatan masyarakat. Kepedulian utama
kesehatan masyarakat antara lain ditentukan oleh aspek struktur yang
melatarbelakangi bagaimana masyarakat itu dibentuk. Walaupun beberapa program
kesehatan masyarakat yang penting bersifat kuratif namun tidak boleh melupakan
untuk menghilangkan penyebab dasar dan aspek pencegahannya. Struktur sosial dasar
berpengaruh pada aspek kesehatan karena itu yang penting adalah menyelesaikan
akar masalah kesehatan dan mencegahnya. Ini jauh lebih baik daripada
menyelesaikan masalah yang timbul sebagai akibat dari akar masalah tersebut.
Dasar Untuk Bertindak
1. Pengetahuan itu penting dan memiliki kekuatan ilmiah. Melalui riset dan penambahan
pengetahuan kita memperbaiki pemahaman terhadap kesehatan dan cara menjaganya.
Bila pengetahuan tersebut telah diperoleh merupakan kewajiban untuk
membagikannya pada yang lain. Misalnya melalui partisipasi aktif di dalam proses
pembuatan kebijakan, diperlukan informasi yang relevan bagi mereka yang terlibat
didalamnya. Disisi lain, bila ada informasi yang harus dirahasiakan, hal ini juga
merupakan suatu kewajiban untuk melindunginya.

48

2. Ilmu pengetahuan merupakan dasar bagi semua ilmu kesehatan masyarakat. Metode
keilmuan merupakan cara yang obyektif untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
diperlukan agar suatu populasi sehat. Selain itu, metoda keilmuan juga diperlukan
untuk mengevaluasi kebijakan dan program demi melindungi serta meningkatkan
kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan berbagai metode keilmuan baik kuantitatif
maupun kualitatif serta kerja sama antardisplin ilmu.
3. Manusia bertanggung jawab untuk bertindak berdasar pada apa yang mereka ketahui.
Ilmu pengetahuan itu memerlukan tindakan nyata berupa informasi yang
dikumpulkan untuk suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat
harus dapat menterjemahkan informasi yang tersedia menjadi tindakan nyata yang
tepat waktu. Seringkali, riset menjadi kebutuhan untuk mengatasi kesenjangan yang
ada.
4. Tindakan tidak hanya berdasar pada informasi. Dalam beberapa keadaan atau situasi,
tindakan diperlukan walaupun informasi yang diinginkan tidak ada. Disisi lain,
terdapat kebijakan yang dituntut oleh nilai dan martabat seorang manusia walaupun
pelaksanaan hal tersebut tidak efektif dan membutuhkan biaya yang besar. Pada
situasi diatas, tindakan atau kebijakan tetap dilakukan walaupun informasi yang
diperlukan tidak cukup.
12 Prinsip-prinsip Etika Praktik Kesehatan Masyarakat
1. Kesehatan masyarakat harus dapat menyelesaikan secara prinsip penyebab dasar
penyakit, prasyarat untuk sehat dan mencegah dampak kesehatan yang buruk
2. Kesehatan masyarakat dalam melaksanakan kegiatannya dilakukan dengan cara
menghormati hak-hak pribadi atau individu dalam masyarakat.
3. Dalam melakukan advokasi dan bekerja untuk pemberdayaan masyarakat,
kesehatan masyarakat harus berprinsip menjamin bahwa sumberdaya dan kondisi
untuk masyarakat sehat dapat diakses oleh siapapun.
4. Kesehatan masyarakat berupaya melaksanakan kebijakan dan program yang
efektif untuk melindungi, menjaga dan meningkatkan kesehatan.
5. Kebijakan kesehatan masyarakat, program dan prioritas program dikembangkan
dan dievaluasi melalui suatu proses yang menjamin kesempatan untuk
memperoleh masukan dari anggota kelompok atau masyarakat.
6. Kebijakan dan program kesehatan masyarakat harus mampu memadukan
berbagai pendekatan yang mempertimbangkan dan menghormati perbedaan nilai,
kepercayaan dan budaya masyarakat yang bervariasi.
7. Kebijakan dan program kesehatan masyarakat harus bisa diimplementasikan
dengan cara yang tidak merugikan lingkungan fisik dan sosial.
8. Institusi kesehatan masyarakat wajib memberikan informasi kepada masyarakat
untuk membuat keputusan tentang kebijakan dan program, dan mendapatkan
persetujuan masyarakat dalam pelaksanaannya.

49

9. Institusi kesehatan masyarakat wajib bertindak tepat waktu berdasarkan informasi


yang mereka miliki dengan sumber daya dan kepercayaan yang diberikan oleh
publik.
10. Institusi kesehatan masyarakat wajib melindungi kerahasiaan informasi yang
dapat membahayakan individu atau masyarakat. Perkecualian ditentukan oleh
pertimbangan kemungkinan timbulnya bahaya bagi individu atau masyarakat.
11. Institusi kesehatan masyarakat harus bisa menjamin kompetensi profesional para
stafnya.
12. Institusi kesehatan masyarakat dan stafnya terlibat dalam kolaborasi dan afiliasi
yang dapat membangun kepercayaaan masyarakat dan efektivitas institusinya.
Hadi Pratomo. Masukan akhir untuk Naskah Perkembangan Kes Masy di Indonesia
dalam sub bab Nilai, Keyakinan dan 12 Prinsip Etika Kes Masy.
Sumber: Principles of the Ethical Practice of Public Health, Public Health Leadership
Society, 2002).
KASUS 1: PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
Dinas Kesehatan Kabupaten Y memiliki program kesehatan di tahun anggaran 2014
berupa pemberian makanan tambahan pada BALITA, disertai edukasi tentang pentingnya
makanan tambahan, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya Gizi Buruk pada BALITA
. Program tersebut, didasarkan oleh adanya kejadian KEP pada tahun 2013 (Survey
Kesehatan Dasar 2013). Kadinkes menugaskan dr. Dewi sebagai kepala bidang kesehatan
keluarga untuk melaksanakan program tersebut dengan bermitra LSM Bidang Kesehatan.
Dalam pelaksanaannya, dr. Dewi menjalankan program tersebut bermitra dengan LSM yg
menjadi Binaannya, yg bergerak di bidang Politik. Pelaporan hasil kegiatan program
tersebut, sudah diterbitkan sebelum program selesai dilaksanakan.
KASUS 2: IMUNISASI PADA BALITA DI KECAMATAN X
Kecamatan X berpenduduk 30 ribu orang dengan 6000 balita, diantaranya ada 1500 bayi
berusia dibawah satu tahun. Program imunisasi hepatitis B yang dikelola pemerintah
mengharuskan semua bayi baru lahir mendapatkan imunisasi ini melalui pelayanan
kunjungan rumah oleh bidan di desa atau di posyandu atau di puskesmas. Dalam rangka
meningkatkan efektivitas program ini, maka dilakukan upaya penyuluhan oleh petugas
kesehatan kepada masyarakat tentang manfaat imunisasi.
Dari catatan ibu bidan berdasarkan laporan lapangan, terdapat 5 ibu yang melarang
bayinya di imunisasi dengan alasan tidak tega bayinya masih kecil, takut bayinya demam
dan tidak mendapat izin dari kakek nenek si bayi.
KASUS 3: PELAYANAN PUSKESMAS TERHADAP PEMEGANG KJS
Di puskesmas kecamatan D di salah satu Suku Dinas di DKI Jaya melayani kurang lebih
600 pengunjung klinik setiap harinya setelah diberlakukannya BPJS. Dari pagi sebelum
puskesmas buka, pasien sudah menggerombol, tak jarang pula pasien hingga berteriak-

50

teriak minta dilayani dan masih banyak pengunjung walau sudah tiba jam tutup.
Walaupun jumlah pengunjung yang datang banyak jumlahnya setiap hari, tetapi Petugas
yan kes puskesmas tidak bertambah jumlahnya. Bahkan rekam medis milik pasien,
berserakan di meja pendaftaran karena terbatasnya jumlah petugas yang ada. Obat sering
habis dan beberapa pasien terpaksa diberi resep untuk beli obat di luar, sehingga
membuat pasien terpaksa mengeluarkan uang untuk membeli obat tersebut di luar.
Petunjuk pengisian daftar tilik:
Ada/Sesuai
: jika ada kalimat/pernyataan yang sesuai dengan kriteria
Bertentangan
: jika ada pernyataan namun tidak sesuai dengan kriteria
Not Aplicable (NA) : jika tidak ada pernyataan yang menjelaskan kriteria
DAFTAR TILIK
NILAI DAN KEYAKINAN KESEHATAN MASYARAKAT
No.

KRITERIA

Ada/ Bertentangan
Sesuai

NA

Kalimat
Pendukung
Dalam
Kasus/Alasan

Kesehatan
1
Setiap orang punya hak untuk
Sumber Daya yang diperlukan jadi
sehat
2
Manusia mahkluk sosial yang tidak
dapat dipisahkan dan saling
tergantung satu dengan yang lain
3
Efektivitas lembaga Dinas
Kesehatan tergantung pada
kepercayaan publik terhadap
lembaga
-

4
5
6

Kolaborasi sebagai kunci dasar Kes


Masy
Interaksi manusia dengan
lingkungan fisik
Setiap orang memiliki kontribusi
dalam dialog publik
-

Komunikasi
Kebenaran menyampaikan berita
Kehandalan
Mendengar masyarakat
Berdialog dengan masyarakat

Kontribusi pada dialog publik

Identifikasi kebutuhan kesehatan


dasar
-

Program kuratif
Penyebab akar masalah
Aspek preventif

Dasar untuk bertindak


51

Pengetahuan penting dan memiliki


kekuatan ilmiah
-

Penggunaan metoda keilmuan untuk


evaluasi kebijakan dan program
-

10

Metoda kuantitatif
Metoda kualitatif

Menerjemahkan informasi yang akan


menjadi tindakan nyata
-

11

Unsur riset
Kewajiban diseminasi ilmu
Cukupnya informasi untuk
membuat kebijakan
Ada info yang dirahasiakan

Kebutuhan riset

Tindakan dilakukan, tanpa ada


informasi cukup
-

Kebijakan atas dasar nilai dan


martabat manusia, sebenarnya
tidak efektif

52

DAFTAR TILIK
12 PRINSIP ETIKA PRAKTIK KESEHATAN MASYARAKAT
No

Prinsip Etika

Kes. Masy harus dapat


menyelesaikan secara prinsip
penyebab dasar penyakit, prasyarat
untuk sehat dan mencegah dampak
kesehatan yang buruk
Kes. Masy dalam melaksanakan
kegiatannya harus dilakukan dengan
cara menghormati hak-hak pribadi
atau individu dalam masyarakat.
Dalam melakukan advokasi dan
bekerja untuk pemberdayaan
masyarakat, Kes Masy harus
berprinsip menjamin bahwa
sumberdaya dan kondisi untuk
masyarakat sehat dapat diakses oleh
siapapun.
Kes. Masy harus berupaya
melaksanakan kebijakan dan program
yang efektif untuk melindungi,
menjaga dan meningkatkan
kesehatan.
Kebijakan Kes Masy, program dan
prioritas program harus
dikembangkan dan dievaluasi melalui
suatu proses yang menjamin
kesempatan untuk memperoleh
masukan dari anggota kelompok atau
masyarakat.
Kebijakan dan program Kes Masy
harus mampu memadukan berbagai
pendekatan yang mempertimbangkan
dan menghormati perbedaan nilai,
kepercayaan dan budaya masyarakat
yang bervariasi.
Kebijakan dan program Kes Masy
harus bisa diimplementasikan dengan
cara yang tidak merugikan lingkungan
fisik dan sosial.

Ada

Tidak/
NA
Bertentangan

Kalimat
Pendukung
Dalam
Kasus/Alasan

53

10

11
12

Institusi Kes Masy wajib


memberikan informasi kepada
masyarakat untuk membuat
keputusan tentang kebijakan dan
program, dan mendapatkan
persetujuan masyarakat dalam
pelaksanaannya.
Institusi Kes Masy wajib bertindak
tepat waktu berdasarkan informasi
yang mereka miliki dengan sumber
daya dan kepercayaan yang diberikan
oleh publik.
Institusi Kes Masy wajib melindungi
kerahasiaan informasi yang dapat
membahayakan individu atau
masyarakat. Perkecualian ditentukan
oleh pertimbangan kemungkinan
timbulnya bahaya bagi individu atau
masyarakat.
Institusi Kes Masy harus bisa
menjamin kompetensi profesional
para stafnya.
Institusi Kes Masy dan stafnya harus
terlibat dalam kolaborasi dan afiliasi
yang dapat membangun kepercayaaan
masyarakat dan efektivitas
institusinya.

54

Panduan Diskusi
Telaah : UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
1. Jelaskan tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia
2. Apa saja hak dan kewajiban sebagai warga negara yang diatur oleh UU No.
36/2009?
3. Jelaskan perbedaan pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat?
4. a. Sebagai tindak lanjut UU No. 36/2009 ini, apa saja yang akan diatur oleh
Undang-undang, oleh Peraturan Pemerintah, oleh Peraturan Presiden dan oleh
Peraturan Menteri?
b. Bandingkan keduanya, apa pendapat kelompok atas kesesuaian antara materi
yang diatur dan peraturan yang akan dibuat?
Misal: Untuk mengatur syarat dan tata cara pemasangan implan akan diatur
oleh Peraturan Pemerintah, sedangkan pencegahan penyakit menular akan
diatur oleh Peraturan Menteri
c. Peraturan perundangan apa saja yang sudah dibuat untuk butir 4a.
Cara Pengerjaan:
1. Kelas dibagi menjadi empat kelompok
2. Setiap kelompok berdiskusi untuk membahas tugas kelompok
3. Makalah kelompok diunggah ke Scele paling lambat tanggal ....

55

GD 6: Card Game

Panduan Diskusi
1. Fasilitator membuka kegiatan card game.
2. Fasilitator menjelaskan teknik permainan card game, seperti berikut:

Tiap-tiap peserta akan dibagikan kartu-kartu pasal dalam jumlah seimbang


secara acak.

Fasilitator akan mengocok kartu pemicu/kasus dan mempersilahkan salah


satu peserta mengambil kartu pemicu.

Peserta membacakan kartu kasus terpilih dan tiap-tiap peserta lain


menyimak untuk menentukan pasal-pasal apa yang terkait dengan kasus.

Peserta yang merasa kartu pasal yang dipegangnya berkaitan dengan


kasus, dapat mengajukan kartu pasalnya untuk dibahas kelompok.

Tiap-tiap peserta boleh mengajukan kartu pasal yang dipegangnya dan


mengajukan argumentasi tentang pemilihan kartu pasal tersebut berkenaan dengan
pemicu yang terpilih.

Fasilitator dapat melontarkan argumentasi-argumentasi pemicu


apabila jawaban kelompok atau kartu pasal yang seharusnya keluar belum
terbahas. (Fasilitator memiliki kunci kartu pemicu yang harus keluar).

Apabila pembahasan melampaui dari kunci kartu pasal dalam


panduan fasilitator, hal tersebut dapat dibenarkan, selama kelompok dapat
memberikan argumentasi yang logis.

Pada akhirnya akan terpilih jawaban kelompok terhadap pemicu yang


diberikan.

Jawaban tersebut berupa pasal-pasal yang terlibat dalam kasus pemicu


yang terpilih, disertai argumentasi logis dari kelompok terhadap pemicu yang
diberikan.

Apabila waktu masih mencukupi, fasilitator dapat mengocok kembali,


kemudian memilih satu kartu pemicu untuk dibahas (tidak seluruh pemicu harus
terbahas)

Apabila ada pasal dalam panduan yang perlu dibahas namun kartu tidak
ditemukan/ hilang, tutor dapat meminta mahasiswa untuk membuka UU / pasal
tersebut secara langsung (file UU telah dibagikan pada mahasiswa)

Setelah setiap permainan selesai, fasilitator menekankan kembali tujuan dari permainan
card game tersebut.

56

KARTU KASUS
1. Dokter melakukan aborsi terhadap
seorang wanita yang hamil 6 minggu diluar
nikah akibat perkosaan
3. Dokter memeriksa kemaluan seorang
pasien wanita tanpa menggunakan sarung
tangan dan didampingi seorang perawat
perempuan

2. Dokter menerbitkan surat keterangan


sakit untuk sahabatnya yang sedang dalam
pemeriksaan polisi dalam kasus korupsi
4. Seorang dokter spesialis kebidanan
memberikan obat-obatan simtomatik saja
selama dua tahun kepada seorang wanita
yang menderita Ca Cervix hingga akhirnya
bermetastase ke paru dan tulang
6. Dokter menyarankan seorang wanita
yang ingin menggugurkan kandungannya
ke seorang dokter spesialis kebidanan yang
sering mengaborsi

5. Dokter menyuntik pasien kanker paru


stadium IV dengan morfin intravena dosis
tinggi dengan harapan pasien dapat
terbebas dari rasa sakitnya dan tidak lagi
mengalami penderitaan hidup
7. Dokter mengoperasi telinga kiri yang 8. Setelah operasi plastik, hidung pasien
seharusnya telinga kanan yang berakibat menjadi bengkok
pendengaran telinga kiri membaik 10%

9. Dalam suatu khitanan massal, dokter 10. Kain kasa tertinggal dalam vagina
baru lulus mengkhitan seorang anak yang wanita post partum dengan perdarahan
berakibat terpotongnya glands penis anak yang menyebabkan timbulnya vaginitis
tersebut
11. Dokter memberikan terapi infus yang 12. Seorang dokter umum di Jakarta
tidak steril
melakukan suctioning dalam kepada bayi
baru lahir, kemudian bayi tersebut harus
dirawat di ICU
13. Dokter melakukan penjahitan luka 14. Seorang pasien yang menjalani operasi
tanpa anestesi kepada pasien bertato dan sectio cesarea dan dilanjutkan histerektomi
mabuk yang mengalami kecelakaan karena dikenakan biaya untuk dua kali operasi
kebut-kebutan untuk memberi efek jera
15.
Pasien
muntah-muntah
setelah 16. Dokter menjelaskan kepada pasien
meminum obat dan menuntut dokter karena bahwa obat yang diresepkan dari dokter
tidak menjelaskan cara pemakaian obat
lain adalah salah dan mengatakan bahwa
resep darinya adalah yang benar
17. Dokter jaga IGD telah bekerja selama 18. Dokter meresepkan
48 jam dan terlihat lelah sampai hampir tradisional (jamu)
tertidur saat memeriksa pasien

obat-obatan

19. Visite pasien dilakukan larut malam 20. Dokter tidak membuat rekam medis
setelah selesai praktik pribadi
setelah memeriksa pasien

57

21. Dokter umum menggantikan praktek


dokter spesialis penyakit dalam yang telah
memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat
Ijin Praktik tetapi tidak memasang papan
nama
23. Seorang dokter spesialis senior yang
merupakan
pengajar
di
Fakultas
Kedokteran yang telah ber-SIP seumur
hidup berpraktik tanpa Surat Tanda
Registrasi
25. Sebuah klinik 24 jam mempekerjakan
dokter umum baru lulus yang belum
memiliki surat ijin praktik

20. Pasien di Rumah Sakit Jiwa bebas


berkeliaran
hingga
mengganggu
pengunjung

27. Sebuah RS Swasta yang terkenal di


kota Bintang, membuat iklan dalam bentuk
leaflet yang menyebutkan bahwa di Rumah
Sakit tersebut mampu melakukan operasi
pemanjangan tulang, yang sampai saat ini
masih menjadi kontroversi di kalangan ahli
29. Seorang anak pasien yang merupakan
pengacara, menuntut pihak rumah sakit
karena
pasien
meninggal
setelah
dipulangkan dari rumah sakit atas
permintaan dari istri mudanya.
31. Sejak diberlakukan sistem SJSN Kepala
Dinas Provinsi Y mengganti kepesertaan
Askes karyawanannya dengan asuransi
baru yang memberikan bonus/insentif
setiap akhir tahun.
Selain itu kadinkes
beranggapan
bahwa
Askes
tidak
memberikan jaminan kematian sedangkan
perusahanan baru tersebut memberikan
santunan kematian
33. Rombongan pasca haji (15 orang, 10
pria 5 wanita) di kampung Sidomukti, Kec.
X Kab. Y mengalami panas dan batuk serta
sesak sewaktu mendarat di Bandara
Internasional. Mereka dibawa di RS
karantina dan di hari ke-tiga 6 diantaranya
meninggal. Malam hari saudara mereka
membawa jenazah dan dimakamkan di
makam keluarga. Puskesmas dan dinas
kesehatan tidak tahu sehingga tidak ada
penyuluhan tentang apa yang terjadi oleh
petugas Puskesmas setempat

28. Seorang spesialis kedokteran jiwa


diminta oleh anak pasien untuk membuat
surat keterangan bahwa pasien tersebut
tidak kompeten untuk urusan warisan

24. Dokter bedah umum melakukan operasi


appendektomi di rumahnya yang telah
dilengkapi dengan peralatan bedah modern
26. Dokter gigi Kumala yang cantik jelita
menjadi bintang iklan pasta gigi

30. Puluhan Nakes di Puskesmas Kab. X


melakukan mogok kerja dan melakukan
reli keliling kabupaten karena insentifnya
belum diberikan sesuai waktu yang
ditentukan
32. Disuatu wilayah bencana letusan
gunung berapi penanggulangan yang
dilakukan tidak maksimal karena hanya
ditangani
oleh
Badan
Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat
dan dana berasal hanya dari pemerintah
pusat.
petugas puskesmas setempat

58

KARTU PASAL
UU No.36/2009 ttg Kesehatan
Pasal 190 ayat 1
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan
praktik atau pekerjaan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan
sengaja tidak memberikan pertolongan
pertama terhadap pasien yang dalam
keadaan gawat darurat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau
Pasal 85 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun
dan
denda
paling
banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

UU No.36/2009 ttg Kesehatan


Pasal 191
Setiap orang yang tanpa izin melakukan
praktik pelayanan kesehatan tradisional
yang menggunakan alat dan teknologi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat
(1) sehingga mengakibatkan kerugian harta
benda, luka berat atau
kematian dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).

UU No.36/2009 ttg Kesehatan


UU No.29/2004 ttg Praktik Kedokteran
Pasal 198
Pasal 75 ayat 1
Setiap orang yang tidak memiliki keahlian Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan
dan kewenangan
sengaja melakukan praktik kedokteran
untuk melakukan praktik kefarmasian tanpa memiliki surat tanda registrasi
sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
denda paling banyak
paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).

UU No.29/2004 ttg Praktik Kedokteran


Pasal 76
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan
sengaja melakukan praktik kedokteran
tanpa memiliki surat izin praktik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).

UU No.29/2004 ttg Praktik Kedokteran


Pasal 79
Dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah), setiap dokter atau dokter gigi
yang :
a. dengan sengaja tidak memasang papan
nama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (1);
b. dengan sengaja tidak membuat rekam
medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (1); atau
c. dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf

59

c, huruf d, atau huruf e.


Kepmenkes 290/2008 ttg Persetujuan
Tindakan Kedokteran
Pasal 2
(1) Semua tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat diberikan secara tertulis
maupun lisan.
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat
penjelasanyang
diperlukan
tentang perlunya tindakan kedokteran
dilakukan.

Kepmenkes 290/2008 ttg Persetujuan


Tindakan Kedokteran
Pasal 4
(1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk
menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah
kecacatan tidak diperlukan persetujuan
tindakan kedokteran.
(2) Keputusan untuk melakukan tindakan
kedokteran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
diputuskan oleh dokter atau dokter gigi dan
dicatat di dalam rekam medik.

Kepmenkes 290/2008 ttg Persetujuan


Tindakan Kedokteran
Pasal 7 ayat 3
Penjelasan tentang tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurangkurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan
kedokteran;
b. Tujuan tindakan kedokteran yang
dilakukan;
c. Altematif tindakan lain, dan risikonya;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi; dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan.
f. Perkiraan pembiayaan.

Kepmenkes 290/2008 ttg Persetujuan


Tindakan Kedokteran
Pasal 9 ayat 2
Penjelasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dicatat dan didokumentasikan
dalam
berkas rekam medis oleh dokter atau dokter
gigi yang memberikan penjelasan dengan
mencantumkan tanggal, waktu, nama, dan
tanda tangan pemberi penjelasan dan
penerima penjelasan.

Kepmenkes 290/2008 ttg Persetujuan


Tindakan Kedokteran
Pasal 16
(1) Penolakan tindakan kedokteran dapat
dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga
terdekatnya setelah menerima penjelasan
tentang tindakan kedokteran yang akan
dilakukan.
(2) Penolakan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

Kepmenkes 290/2008 ttg Persetujuan


Tindakan Kedokteran
Pasal 17
(1) Pelaksanaan tindakan kedokteran yang
telah mendapat persetujuan menjadi
tanggung jawab dokter atau dokter gigi
yang melakukan tindakan kedokteran.
(2)
Sarana
pelayanan
kesehatan
bertanggung jawab atas pelaksanaan

60

dilakukan secara tertulis.


persetujuan tindakan kedokteran.
(3) Akibat penolakan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menjadi tanggung jawab pasien.
(4) Penolakan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
memutuskan hubungan dokter dan pasien.
UU No.36/2009 ttg Kesehatan
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang
dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin,
yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan.

UU No.36/2009 ttg Kesehatan


Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
75 hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam)
minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan
medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki
keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang
bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban
perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri

UU No.36/2009 ttg Kesehatan


Pasal 100
(1) Sumber obat tradisional yang sudah
terbukti berkhasiat dan aman digunakan
dalam pencegahan, pengobatan, perawatan,
dan/atau pemeliharaan kesehatan tetap
dijaga kelestariannya.
(2) Pemerintah menjamin pengembangan
dan pemeliharaan bahan baku obat
tradisional .

KODE ETIK KEDOKTERAN


INDONESIA
Pasal 2:
Setiap dokter harus senantiasa berupaya
melaksanakan profesinya sesuai dengan

KODE ETIK KEDOKTERAN


INDONESIA
Pasal 8:
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang
dokter harus mengutamakan kepentingan

61

standar profesi yang tertinggi .


Penjelasan:
Yang dimaksud dengan ukuran tertinggi
dalam melakukan profesi kedokteran
mutakhir yaitu yang sesuai dengan
perkembangan IPTEK Kedokteran, etika
umum, etika kedokteran, hukum dan
agama, sesuai tingkat/ jenjang pelayanan
kesehatan dan situasi setempat.

masyarakat dan memperhatikan semua


aspek pelayanan kese-hatan yang
menyeluruh (promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif) serta berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenarnya.

KODE ETIK KEDOKTERAN


INDONESIA
Pasal 10:
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas
dan mempergunakan semua ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasen.
Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka
atas persetujuan pasen, ia wajib merujuk
pasen kepada dokter yang mempunyai
keahlian dalam penyakit tersebut.

KODE ETIK KEDOKTERAN


INDONESIA

KODE ETIK KEDOKTERAN


INDONESIA

KODE ETIK KEDOKTERAN


INDONESIA

Pasal 15:
setiap dokter tidak boleh mengambil alih
pasen dari teman sejawat, kecuali
dengan persetujuan atau berdasarkan
prosedur yang etis.

Pasal 17 :
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran / kesehatan.

Permenkes 269/2008 ttg Rekam Medis


Pasal 3:
Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan
sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamnesis;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
medik;
e. Diagnosis;

Permenkes 269/2008 ttg Rekam Medis


Pasal 5:
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
2. Rekam medis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dibuat segera dan
dilengkapi setelah pasien menerima
pelayanan.
3. Pembuatan rekam medis sebagaimana

Pasal 13:
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan
darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bersedia dan lebih
mampu memberikan.

62

f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien;
i. Untuk pasien kasus gigi, dilengkapi
odontogram klinik;
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan.

dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan


melalui pencatatan dan
pendokumentasian hasil pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien.
4. Setiap pencatatan kedalam rekam medis
harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda
tangan dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung.

Undang undang Hak Azasi Manusia


Undang undang Perlindungan
Konsumen
Undang undang Pelayanan Publik
Undang undang Wabah/ Peny Menular
Undang undang Karantina (Laut, darat,
udara)
Undang undang Bencana
Undang undang Keterbukaan Informasi
Undang undang Kebebasan
Mengemukakan Pendapat

Kembangkan kartu kartu


Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem

63

GD 7: MALPRAKTIK MEDIS
Panduan Diskusi
Cara pengerjaan
1. Lakukan pembahasan terhadap 4 buah kasus di bawah ini menggunakan kriteria
4D malpraktek medis.
2. Setelah selesai diskusikan kembali kasus tersebut menggunakan 4 KDB.
3. Dengan menganalisis kasus dengan 2 teknik tersebut diharapkan mahasiswa
mampu memahami masalah dan ruang lingkup malpraktek medis

Malpraktek Medis
Kasus 1
Harry telah lulus fakultas kedokteran kuna tahun yang lalu. Ia bertemu dengan Sally,
teman lamanya di sebuah acara reuni SMP. Sally bercerita bahwa ia menderita gatal-gatal
dan kemerahan pada daerah punggung. Ia bertanya pada Harry apakah ada obat yang
manjur untuk mengatasi masalah tersebut. Harry menggoda Sally dengan mengatakan
bahwa kemungkinan gatal-gatal terjadi karena ia kurang menjaga kebersihan diri, sprei
diganti sebulan sekali. Sally agak kesal mendengarnya. Harry kemudian menganjurkan
Sally untuk membeli dexamethasone, sejenis obat yang dapat mengatasi reaksi alergi.
Dua minggu setelah kejadian, Sally menghubungi Harry dan mengatakan akan
menuntutnya karena memberi obat yang salah sehingga kondisinya memburuk. Sally
sudah pergi ke dokter spesialis dan dokter tersebut mengatakan bahwa dexamethasone
menyebabkan kondisinya makin parah.
Kasus 2
Dr. Bryan adalah dokter bedah yang terkenal bertangan dingin walaupun saat berpraktek
tidak banyak bicara. Dian membawa anaknya, Maya, yang mengalami patah tulang
lengan bawah kiri akibat jatuh dari sepeda ke dr. Bryan. Sang dokter melakukan
pemeriksaan dan melakukan operasi segera untuk memperbaiki tulang Maya yang patah.
Setelah satu minggu dirawat, dr. Bryan mempersilakan Dian membawa Maya pulang dan
kembali untuk kontrol dua minggu mendatang. Sebelum pulang, Dian teringat untuk
menanyakan mengenai perawatan luka di rumah namun dr. Bryan sudah masuk ke ruang
operasi. Sebulan kemudian, direksi RS memberitahu dr. Bryan bahwa mereka dituntut
oleh Ibu Dian karena terjadi pemendekan tulang lengan Maya. Ibu Dian berani
mengajukan tuntutan setelah mendapat informasi dari teman pamannya, seorang dokter
yang bekerja di kota lain.

64

Kasus 3
Dr. Yanti bekerja di sebuah IGD yang sangat ramai. Dua hari yang lalu, ia mendapatkan
giliran jaga di malam hari. Begitu ia sampai, rekan yang ia gantikan mengatakan bahwa
masih ada 15 pasien yang belum stabil dan masih perlu dirawat di IGD, dan perawat jaga
menginformasikan bahwa sudah ada sepuluh pasien baru. Dr. Yanti bekerja dengan teliti,
menyeluruh, dan cepat. Pasien yang baru saja datang adalah seorang perempuan usia 60
tahun, penderita hipertensi lama, datang dengan kondisi tekanan darah tinggi. Ia segera
memberikan obat sublingual untuk menurunkan tekanan darah dengan segera,
menginstruksikan perawat untuk memasang alat dan memberikan obat-obatan untuk
menjaga tekanan darah tidak tinggi. Dr. Yanti berpindah ke pasien di sebelah ibu tersebut,
pasien berikut bernama Dina, masuk RS pada siang hari karena serangan asma, rekan dr.
Yanti mengatakan bahwa obat-obatan telah diberikan secara intravena, tinggal terapi
lanjutan secara intramuskuler. Sambil menyuntik, dr. Yanti menyadari bahwa Dina adalah
pasien yang ketigapuluh yang dia periksa malam itu. Saat kembali ke tempat duduknya,
dr. Yanti teringat bahwa ia memberikan suntikan pada Dina secara i.v. dan bukan i.m., ia
pun segera memeriksa kondisi Dina. Untungnya tidak ada efek samping yang terjadi, dan
Dina dipulangkan dalam keadaan baik malam itu juga.
Kasus 4
Dr Ruby membuka praktek di rumahnya. Ia mulai tepat pukul tujuh malam. Pasien
pertamanya hari ini adalah ibu Santi yang mengeluhkan sakit kepala. Keluhan sakit
kepala hilang timbul sejak dua minggu yang lalu. Awalnya masih bisa diatasi dengan
parasetamol namun akhir-akhir ini sudah tidak mempan lagi. Dr. Ruby melakukan
anamnesis lengkap untuk mengetahui gejala lain yang mungkin timbul, ia melakukan
pemeriksaan menyeluruh dan memutuskan untuk merujuk Ibu Santi ke spesialis saraf di
RS agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut menggunakan alat yang tersedia di RS.

65

Bahan Bacaan
Pembuktian Malpraktik Medis
Suatu perbuatan atau sikap tenaga medis dianggap lalai apabila memenuhi empat
unsur di bawah ini:
1. Duty, kewajiban tenaga medis untuk melakukan suatu tindakan medis atau
untuk tidak melakukan suatu tindakan medis tertentu terhadap pasien.
2. Derelection of Duty, penyimpangan kewajiban tersebut.
3. Damage, kerugian atau cedera yang dirasakan oleh pasien akibat dari
layanan kesehatan.
4. Direct causal relationship, hubungan sebab akibat yang nyata antara
penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang dialami pasien.
Dengan memperhatikan beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa istilah malpraktek tidak dapat disamakan dengan kelalaian. Karena malpraktek
memiliki pengertian yang lebih luas daripada kelalaian. Kelalaian memang termasuk
dalam arti malpraktek, tapi di dalam malpraktek tidak selalu harus ada unsur kelalaian.
Istilah malpraktek mencakup tindakan-tindakan yang yang dilakukan dengan sengaja dan
melanggar undang-undang. Dalam arti kesengajaan tersirat adanya motif. Sedangkan arti
kelalaian (negligence) lebih berintikan ketidaksengajaan (culpa), kurang teliti, kurang
hati-hati, acuh, sembrono, sembarangan, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain.
Namun akibat yang timbul memang bukanlah menjadi tujuannya.
PEMBUKTIAN KELALAIAN MEDIS
Dasar pembuktian kelalaian medis seperti yang dianut oleh negara Anglo Saxon
adalah berdasarkan tolak ukur 4 D yakni:
1. Duty
2. Derelection of that duty
3. Direct causation
4. Damage

66

Yang dimaksud dengan duty adalah kewajiban dari profesi medis untuk
menggunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk penyembuhan, mengurangi
penderitaan pasien, berdasarkan standar profesi medis. Hubungan dokter-pasien termasuk
dalam hubungan perikatan usaha, dalam arti dokter tidak dapat dipersalahkan bila hasil
pengobatannya tidak berhasil, selama dokter bekerja sesuai dengan standar prosedur
operasional. Seorang dokter dalam melakukan tindakan medis kepada psien haruslah
berdasarkan 4 hal, yaitu: adanya indikasi medis; bertindak secara hati-hati dan teliti;
berdasarkan SOP; dan sudah ada informed consent.
Dalam literatur luar negeri terdapat suatu istilah medical duty of care, yaitu
kewajiban untuk tidak melakukan segala sesuatu/tindakan yang dapat membahayakan
pasien. Kewajiban ini timbul sejak adanya hubungan dokter-pasien, yakni ketika pasien
datang ke dokter untuk meminta pertolongan medis. Dalam hal kelalaian medis,
pengertian duty of care adalah kewajiban dokter untuk menggunakan ilmu dan
kepandaian terbaiknya untuk mengobati pasien.
Derelection of Duty. Penyimpangan dari kewajiban, jika seorang dokter
menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan atau tidak melakukan apa yang
seharusnya dilakukan menurut standar profesi medis. Untuk menentukan apakah ada
penyimpangan atau tidak, harus didasarkan atas fakta-fakta yang meliputi kasusnya
dengan bantuan pendapat ahli dan saksi ahli. Seringkali pasien atau keluarganya
mengangggap bahwa akibat negatif yang timbul adalah sebagai akibat dari kesalahan atau
kelalaian dokter. Hal ini tidaklah selalu demikian. Harus dibuktikan dahulu adanya
hubungan kausal antara cedera/kematian pasien dan unsur kelalaian (jika ada).
Pembuktian ini harus diberikan oleh pihak penggugat atau pasien yang merasa dirugikan.
Dokter memiliki kewajiban untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuannya.
Namun ia juga tidak akan dipersalahkan karena tidak membaca setiap buku maupun
artikel dalam jurnal terbaru. Untuk membuktikan apakah telah terjadi kelalaian atau tidak,
harus mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan dokter yang sedang
digunakan di masa itu (bukan teori di masa lampau atau yang akan datang).
Bolam vs Friern Hospital Management Committee, 1957. Ini adalah suatu
keputusan Landmark yang sampai hari ini masih ramai dibicarakan. Ada yang setuju dan
ada yang tidak. Di dalam kasus ini dahulu terdapat perbedaan pendapat antara para dokter

67

tentang: keharusan memberikan atau tidak relaksan kepada pasien sebelum dilakukan
ECT (electro convulsive therapy). Kasus ini digunakan sebagai standar hukum dalam
pembuktian kelalaian. Istilahnya kemudian dikenal sebagai Bolam Test, yang menyatakan
bahwa seorang dokter di bidang tertentu tidak harus memiliki kemampuan atau
kepandaian tertinggi, tapi cukup sesuai dengan ilmu pengetahuan atau kemampuan ratarata yang dimiliki oleh rekan-rekan dalam lingkungan profesi yang sederajat.
Direct Causation & Damage. Untuk membuktikan bahwa telah terjadi kelalaian
medis, pihak penggugat harus dapat membuktikan bahwa cedera yang terjadi akibat
penyimpangan kewajiban oleh dokter. Hal inilah yang seringkali paling sulit dibuktikan.
4,5

Hal ini harus dibuktikan dengan jelas. Tidak bisa hanya karena hasil yang negarif,

lantas langsung dokternya dianggap salah atau lalai. Perlu ditekankan disini bahwa yang
dimaksud dengan direct causation adalah dalam arti penyebab yang adekuat yang secara
langsung merupakan causa dari timbulnya kerugian itu.
Ada juga kasus dimana kesalahan atau kelalaian dokternya sudah sedemikian
jelas, sehingga seorang awampun akan bisa menilai terdapatnya kesalahan. Kasus-kasus
hukum semacam ini termasuk ke dalam golongan Res Ipsa Liquitor, yang berarti
bahwa faktanya sudah berbicara (the thing speaks for itself) sehingga penggugat
sebenarnya tidak perlu lagi membutikannya. Kasus-kasus semacam ini oleh hukum
dianggap sudah ada suatu indikasi kelalaian sehingga oleh hakim diterapkan doktrin Res
Ipsa Liquitor, dan beban pembuktiannya tidak lagi pada penggugat melainkan dialihkan
pada tergugat. Maka dalam hal ini si dokterlah yang harus membuktikan tidak adanya
kelalaian pada dirinya.
Ganti rugi biasanya diberikan kepada pihak penggugat atau pasien bila terbukti
cedera tersebut diakibatkan oleh kelalaian dokter. Pasien biasanya menuntut ganti rugi
atas kerugian: kesakitan atau nyeri; biaya berobat yang harus dikeluarkan; biaya
perawatan di rumah sakit; kehilangan pendapatan saat terjadinya sakit; kehilangan
pendapatan di masa yang akan datang akibat cacat/cedera; ganti rugi immaterial (akibat
hilangnya kepuasan kerja, tidak mampu menikmati aktivitas, atau hilangnya kehidupan
keluarga, dan lain sebagainya).
Untuk dapat menuntut penggantian akibat kelalaian, maka pengugat harus dapat
membuktikan adanya unsur-unsur tersebut di bawah ini:

68

1. adanya suatu kewajiban dokter pada pasiennya.


2. bahwa dokter itu telah melangar standar medis pengobatan yang biasa
dipakai.
3. penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti rugi.
4. secara faktual kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan yang di bawah
standar umum.

Sumber:
1. Sampurna B, Syamsu Z, DS Tjetjep. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta:
2007
2. Guwandi J. Hukum Medik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005
3. Catherine Tay Swee Kian. Medical Negligence, Get The Law On Your Side.
Singapore: Times Media Private Ltd; 2001
4. Nutshells. Medical Law. London: Sweet and Maxwell; 2002

69

Вам также может понравиться