Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Penyusun:
Hadi Pratomo
Siti Farida
Poppy Yuniar
Fitri Ambar Sari
Dian Ayubi
DAFTAR ISI
PENGANTAR ................................................................................................................... 3
BAB I
INFORMASI UMUM.....................................................................................,.4
BAB II
KOMPETENSI MODUL..................................................................................5
1. Kompetensi .............................................................................................................5
2. Subkompetensi.........................................................................................................5
3. Bagan Alir Kompetensi..........................................................................................6
BAB III BAHASAN DAN RUJUKAN...............................................................................7
BAB IV TAHAP PEMELAJARAN....................................................................................9
BAB V RANCANGAN TUGAS LATIHAN....................................................................10
BAB VI EVALUASI HASIL PEMELAJARAN.............................................................12
BAB VII MATRIKS KEGIATAN LAMPIRAN..............................................................13
PENGANTAR
Buku Panduan Kegiatan Mahasiswa Etika dan Hukum dalam bidang Kesehatan
(Etikum) Fakultas Rumpun Kesehatan Universitas Indonesia merupakan panduan
yang berisi informasi umum, kompetensi mata ajar, bahasan, rujukan, tahap
pemelajaran, dan matrik kegiatan.
Panduan ini ditujukan untuk para mahasiswa Mata Kuliah Fakultas Rumpun
Kesehatan Universitas Indonesia. Dengan adanya buku ini diharapkan proses
pemelajaran dapat berjalan secara baik dan peserta didik dapat mencapai tujuan
serta kompetensi mata ajar sesuai yang telah disepakati. Namun demikian, bila
dirasakan perlu dapat dilakukan adaptasi sesuai dengan kebutuhan khusus tiap
fakultas. Penyusun berharap agar informasi yang terdapat di dalam buku ini dapat
dipelajari dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk keberhasilan
pemelajaran.
Pada kesempatan ini penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak terkait yang telah memfasilitasi dan membantu penyusunan buku ini.
Tim Penyusun
BAB I
INFORMASI UMUM
Nama Program Studi/jenjang : Rumpun Kesehatan / S1
Nama Modul
Kode modul
: --
Semester ke-
: 1 (FK), 3 (FKM)
Jumlah SKS
: 2 SKS
Metoda pemelajaran
Modul prasyarat
: ---
Pendukung modul
: ---
: ---
Deskripsi modul
Etika dan Hukum dalam bidang Kesehatan merupakan landasan kerja bagi petugas
kesehatan sebelum melaksanakan tugas profesionalnya. Dalam program pendidikan
sarjana kesehatan, salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh peserta didik
adalah mampu menerapkan etika profesi kesehatan. Oleh karena itu, peserta didik perlu
dibekali dengan pengetahuan berkaitan dengan prinsip etika kesehatan serta
penerapannya dalam praktek sehari-hari.
Selain etika, tenaga kesehatan juga bersinggungan erat dengan hukum terutama yang
terkait dengan bidang kesehatan. Peserta didik perlu memahami aspek legal praktek
kesehatan maupun perundangan serta peraturan lain terkait.
Metode pemelajaran yang digunakan adalah metode pemelajaran aktif dengan
Collaborative Learning dan Case Based Learning disamping ceramah pemantapan dari
nara sumber. Peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam pembahasan setiap topik dan
menyelesaikan penugasan baik individu maupun kelompok. Metode evaluasi meliputi
penugasan mandiri dan kelompok, presentasi kelompok, ujian tulis dan partisipasi dalam
diskusi serta penilaian partisipasi dalam diskusi oleh fasilitator dan peer group. Etika
akademik sangat dijunjung tinggi selama proses pemelajaran dan mempengaruhi proses
penilaian dan keberhasilan belajar peserta didik. Aspek perilaku etika memerlukan
pelatihan kasus dan praktek dalam kegiatan sehari-hari dengan pasien atau melalui kerja
lapangan yang akan dilakukan di fakultas masing-masing dalam modul lanjutan.
BAB II
KOMPETENSI
Kompetensi (Sasaran Pemelajaran)
Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa mampu memiliki kesadaran/ kewaspadaan
moral mengenai aspek etika, dilema etika, dan penerapan etika dalam praktek serta
mampu memahami dan berperilaku menurut hak dan kewajibannya sesuai kebijakan
pelayanan kesehatan Indonesia.
Subkompetensi (Sasaran Pemelajaran Penunjang)
Jika telah menyelesaikan modul ini, apabila diberi kasus terkait etika, mahasiswa mampu:
Menjelaskan kaidah dasar bioetika yang ada dalam kasus beserta alasannya
Menjelaskan dilema etika yang ada dalam kasus menggunakan kerangka logika
prima facie
Menjelaskan konteks prima facie yang ada dalam kasus
Memformulasikan penyelesaian masalah etika dalam kasus
Menjelaskan value based ethics yang ada dalam kasus
Menjelaskan persamaan dan perbedaan kode etik antar profesi/tenaga kesehatan
kesehatan
Apabila diberi kasus terkait hukum kesehatan, mahasiswa mampu:
Menjelaskan aturan hukum terkait kasus
Menjelaskan kategori kasus malpraktek medis
Mampu menjelaskan
aspek etika, disiplin, dan
hukum dalam praktek
kesehatan
Mampu melakukan
telaah etika dalam
berbagai situasi dan
memberikan saran
pemecahan masalah
Mampu menjelaskan
etika profesi masingmasing tenaga kesehatan
Mampu menjelaskan
value pribadi dan value
orang lain/ lingkungan
Memformulasikan
masalah etika yang ada
dan rencana penyelesaian
dilema etika
Menjelaskan kaidah
dasar bioetika dan prinsip
prima facie
BAB III
BAHASAN DAN RUJUKAN
Bahasan dan Rujukan
Lingkup
bahasan
Etika
Topik
Teori Etika
Kaidah Dasar
Bioetika
Etika dan Etika
Kelompok
Etika antar profesi
Kesehatan
Subtopik
Deontology
Teleology/ Consequentialist
Virtue ethics
Principlism ethics
Beneficence
Nonmaleficence
Autonomy
Justice
Value formation
Value clarification
Cultural value
Ethnocentrism
Etika kedokteran
Etika kedokteran gigi
Etika keperawatan
Etika Farmasi
Etika Kesehatan Masyarakat
(Gizi, KL, K3, dan Kesmas)
Bahan Bacaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Hukum
Kesehatan
Beauchamp TL &
Childress JF. Principles
of Biomedical Ethics.
New York : Oxford
University Press. 1994
Bertens, K. (2002).
Etika. Jakarta. Penerbit
PT Gramedia Pustaka
Utama.
Holland, Stephen.
Public Health Ethics.
Polity Press, 2007
Magniz S, Franz.
Etika Dasar,
Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2002
Public Health
Leadership Society,
Principles of the Ethical
Practice of Public
Health, 2002).
Sampurna,
Syamsu, Siswaja.
Bioetika dan Hukum
Kedokteran (Pustaka
Dwipar; 2007)
Veatch RM.
Biomedical Ethics. New
Jersey : Prentice
Hall,Inc. 2000
Buku Kode Etik
masing-masing profesi
UU RI no 29 tahun 2004
tentang Praktek
Kedokteran
UU RI No 36 tahun 2009
tentang Kesehatan,
UU RI No 44 tahun 2009
tentang Rumah sakit ,
Peraturan Menteri
Kesehatan no 290 tahun
2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran,
Peraturan Menteri
Kesehatan no 269 tahun
2008 tentang Rekam
Medis
UULain terkait:
UU RI ttg Hak Azasi
Manusia
UU RI ttg Perlindungan
Konsumen
UU RI ttg Pelayanan Publik
UU RI ttg Kebebasan
Mengeluarkan Pendapat
UURI ttg Keterbukaan
Informasi
Daftar Rujukan
1. Aiken, T.D.(2004). Legal, Ethical, and Political Issue in Nursing.2nd Ed.
Philadelphia:F.A.Davis Co. Hal 1-124
2. Beauchamp TL & Childress JF. Principles of Biomedical Ethics. New York : Oxford
University Press. 1994
3. Bertens, K. (2002). Etika. Jakarta. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
4. Franz Magniz S, Etika Dasar, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002
5. Holland, Stephen. Public Health Ehtics. Polity Press Cambridge, 2007
6. Veatch RM. Biomedical Ethics. New Jersey : Prentice Hall,Inc. 2000
7. Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia (2002)
8. Buku Kode Etik Kedokteran Indonesia.
9. Buku Kode Etik Keperawatan Indonesia.
10. Nilai, Keyakinan dan 12 prinsip etik Kesehatan Masyarakat (Public Health
Leadership Society, Principles of the Ethical Practice of Public Health, 2002).
11. Buku Kode Etik Apoteker dan Pedoman Pelaksanaan (2011).
12. UU RI No. 9 tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum
13. UU RI no 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
14. UU RI No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
15. UU RI No 36 tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan
16. UU RI No. 24 tahun 2007 tentang Penganggulangan Bencana
17. UU RI No. 04 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
18. PP No. 40 tahun 1991 tentang Wabah
19. Peraturan Menteri Kesehatan no 290 tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
20. Peraturan Menteri Kesehatan no 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis
21. Keputusan Dewan Guru Besar Universitas Indonesia Nomor: 001/SK/DGB-UI/2014
Tentang Kode Etik dan Kode Perilaku Sivitas Akademika Universitas Indonesia
BAB IV
TAHAP PEMELAJARAN
Kompetensi/ subkompetensi
Tahap Pemelajaran
O (%)
L (%)
Media Teknologi
U (%)
Menjelaskan
kaidah dasar bioetika
yang ada dalam kasus
beserta alasannya
Menjelaskan
dilema etika yang ada
dalam kasus
menggunakan kerangka
logika prima facie
Menjelaskan
konteks prima facie
yang ada dalam kasus
Memformulasi
kan penyelesaian
masalah etika dalam
kasus
Menjelaskan
Etika dan Etika
Kelompok yang ada
dalam kasus
Menjelaskan
nilai etika sosial budaya
yang ada dalam kasus
Menjelaskan
nilai etika yang ada
dalam dirinya sendiri
serta
membandingkannya
dengan orang lain
Menjelaskan persamaan dan
perbedaan kode etik antar
profesi kesehatan
Kuliah
(20)
CBD
(50)
Pleno
(25)
UAS
(5)
o
o
o
o
o
Ruangan kuliah
Ruangan dan fasilitas diskusi
Kasus Pemicu
Bahan rujukan
Peralatan AV
Kuliah
(20)
CBD
(50)
Role
play
Pleno
(25)
UAS
(5)
o
o
o
o
o
Ruangan kuliah
Ruangan dan fasilitas diskusi
Kasus Pemicu
Bahan rujukan
Peralatan AV
CBD (20)
CBD
(50)
Pleno
(25)
UAS
(5)
Kuliah
(20)
CL (50)
Pleno
(25)
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Ruangan kuliah
Ruangan dan fasilitas diskusi
Pemicu diskusi CL
Bahan rujukan
Peralatan AV
Ruangan kuliah
Ruangan dan fasilitas diskusi
Kasus pemicu
Bahan rujukan
Menjelaskan aturan
hukum terkait kasus
Menjelaskan kategori
kasus malpraktek medis
UAS
(5)
o Peralatan AV
BAB V
RANCANGAN TUGAS LATIHAN
A. Tujuan Tugas (Kemampuan akhir yang diharapkan)
Tabel uraian tugas
Kompetensi/
subkompetensi
Objek garapan
Batasan
Memahami
metode
penelaahan dan
refleksi etika
Penyusunan
pengalaman
pribadi
berobat ke
pelayanan
kesehatan.
Dianalisis
dengan
KDB
(Makalah
500 kata)
Individu
Diunggah
di scele
2 minggu
Moral pluralism
(four box method)
kasus kembar siam
(sesi sesi 7 )
Makalah
pembahasan
kasus 1000
kata
Kelompok
Diunggah
di scele
2 minggu
Makalah
1000 kata
Kelompok
Diunggah
di scele
2 minggu
Mampu
Perbedaan etika,
memahami aspek disiplin, dan hukum
etika, disiplin,
Tugas sesi 13
dan hukum
dalam praktek
dan kesehatan
Cara
pengerjaan
Batas
waktu
Deskripsi luaran
tugas yang
dihasilkan
Ketepatan dalam
melakukaan
telaah dan refleksi
etika dalam
masing-masing
profesi
Ketepatan dalam
melakukan telaah
kasus etika dalam
praktek lintas
profesi
Ketepatan
menjelaskan
perbedaan etika,
disiplin, dan
hukum dalam
praktek kesehatan
dan kedokteran
10
B. Kriteria Penilaian
Komponen kognitif:
1. Ketepatan pemahaman teori etika, prinsip etika, peran etika dalam kesehatan
2. Ketepatan analisis masalah menggunakan KDB
3. Ketepatan penyelesaian masalah berdasarkan pertimbangan teori dan prinsip
etika
4. Ketepatan dalam menjelaskan perbedaan dan kaitan etika, disiplin, dan hukum
dalam praktek kesehatan dan kedokteran
5. Ketepatan dalam menjelaskan kebijakan hukum yang berkaitan dengan profesi
masing-masing dalam kaitan dengan praktek kesehatan dan kedokteran
Komponen skills:
1. Kemampuan berargumentasi dalam kerangka prinsip etika
2. Kemampuan berbagi informasi perihal hukum terkait bidang kesehatan
yang berlaku di Indonesia
Komponen afektif:
1. Sikap menghargai dan menghormati perbedaan pendapat
2. Sikap menghargai dan menghormati profesi lain
3. Mematuhi peraturan yang berlaku dalam masyarakatnya
Modul Etika dan Hukum Kedokteran meliputi proses sebagai berikut:
A. Orientasi
Kuliah Interaktif
1. Pengantar Bioetika dan prinsip prima facie
2 jam
2. Pengantar Etika dan Etika dalam Kelompok
2jam
3. Pengantar Hukum Kedokteran dan Kesehatan
2 jam
B. Diskusi Kelompok (Case Based Learning) dan Bermain Peran (Role Play)
Mahasiswa akan diberi kasus yang harus didiskusikan dalam kelompok serta hasilnya
dipresentasikan dalam pleno. Selain itu ada kegiatan role play berdasarkan kasus yang
telah didiskusikan oleh kelompok.
1. DK 1: Memahami kewajiban dan hak mahasiswa UI
2 jam
2. DK 2: Memahami kaidah dasar bioetika
2 jam
2. DK 3: dr Beken
2 jam
3. DK 4: Kasus etika Bayi Kembar Siam
2 jam
4. DK 5: Etika kesehatan masyarakat
2 jam
5. DK 6: Memahami etika profesi / tenaga kesehatan
2 jam
6. DK 7: card game hukum kedokteran dan kesehatan
2 jam
7. DK 8: kasus sesuai masing-masing profesi
2 jam
C. Umpan Balik
Pleno
1. Pleno I
: Kaidah dasar bioetika
2. Role play kasus kembar siam dan Pleno II: VBE
2 jam
2 jam
11
12
BAB VI
EVALUASI HASIL PEMELAJARAN
Evaluasi modul terdiri dari:
1. Evaluasi keberhasilan belajar mahasiswa
a) Ujian sumatif
Mahasiswa harus mengulang ujian apabila nilai <55 dari tiap-tiap ujian sumatif,
terlepas dari nilai akhir (gabungan)
b) Kegiatan Mahasiswa
Diskusi
Tugas Individu
Tugas Kelompok
Mahasiswa diperkenankan mengikuti ujian apabila memenuhi syarat kehadiran 80%
meliputi kegiatan perkuliahan, diskusi, pleno dan role-play. Batas waktu keterlambatan
mahasiswa 15 menit.
Penghitungan nilai
Nilai kognitif:
UAS (SUM 2)
UTS (SUM 1)
Tugas individu
Tugas kelompok
Nilai proses
Penilaian fasilitator
Penilaian sesama
30%
25%
5%
10%
20%
10%
Keterangan :
Ujian formatif berupa pernyataan benar atau salah diselenggarakan melalui Scele
Ujian Sumatif 1 berupa soal essay terstruktur (paper based)
Ujian Sumatif 2 berupa soal pilihan ganda dan diselenggarakan melalui Scele
2. Evaluasi Pemelajaran
13
Kriteria Penilaian
No.
Nilai
1
A
2
A3
B+
4
B
5
B6
C+
7
C
8
D
9
E
Bobot
4.0
3.7
3.3
3.0
2.7
2.3
2.0
1.0
0
Kisaran Nilai
85-100
80-84
75-79
70-74
65-69
60-64
55-59
40-54
0-39
14
BAB VII
MATRIKS KEGIATAN (Jumlah mahasiswa = 432)
Minggu
Hari
Tanggal
Selasa
30 Agustus
2016
Selasa
Jumat
Jam
Kegiatan
Deskripsi
Kelengkapan materi
Ruangan
SDM
Keterangan
Kuliah
interaktif I
Penjelasan mata
kuliah etikum,
Pengantar teori
etika, dan Etika
Kelompok
Auditorium
300-400 org
2 narasumber :
Tugas individu:
Penyusunan
pengalaman
pribadi berobat ke
pelayanan
kesehatan.
Dianalisis dengan
KDB (Makalah
500 kata)
6 September
2016
Kuliah
interaktif II
Kaidah Dasar
Bioetika dan
Prinsip Prima
Facie
2 ruang @
200 org
2 narasumber :
HP, AP
16
September
Diskusi
Online:
Pembahasan
mengenai hak
dan kewajiban
mahasiswa UI,
serta Kode Etik
dan Perilaku
mahasiswa UI
SCELE
2 narasumber
13.0015.00
Hak dan
Kewajiban
Mahasiswa
SF, YB
SF, FA
17.00-21.00
4
Senin
19
September,
2016
13.0015.00
Selasa
20
September
2016
13.0015.00
Diskusi Panel :
Professionalism
GD I: KDB
Tiap mahasiswa
merangkum:
Hak dan
Kewajiban serta
Kode Etik
Perilaku
mahasiswa dan
diunggah di Scele
Kolaborasi
dengan Modul
HPCC
Pemahaman KDB
Daftar tilik KDB
22 ruangan
diskusi @
20 orang
22 tutor
15
Selasa
27
September
2016
13.0015.00
GD II:
dr. Beken
22 ruangan
diskusi @
20 orang
22 tutor
Borang 1: Observasi
proses diskusi oleh
tutor
7
Selasa
4 Oktober
2016
13.0015.00
Pleno I
Kasus dr.Beken
Pemicu
disesuaikan
dengan kebutuhan
fakultas
2 ruang @
200 org
Selasa
11 Oktober
2016
13.0015.00
GD III:
kembar
siam
Kembar Siam
Lembar diskusi
Borang 1: Observasi
proses diskusi oleh
tutor
20 menit
terakhir:
pemutaran
video
role play
mahasiswa
yang lalu
9
Selasa
18 Oktober
2016
13.0015.00
Role play +
pleno II
Pemicu
disesuaikan
dengan kebutuhan
fakultas
Satu kelas dibagi
4 kelompok
berdasarkan 4
kaidah
2 narasumber :
HP, YB
2 moderator :
PY, FA
22 ruangan
diskusi @
20 orang
22 tutor
1. Mhs dibagi
4 kelompok, tiap
kelompok
mengerjakan 1
daftar tilik.
Diakhir sesi mhs
mempresentasikan
hasil diskusi
2. Mahasiswa
menyiapkan role
play sidang etik
Kembar Siam
2 ruang @
200 org
2 narasumber :
AP, OS
2 moderator :
DAT, DNC
Dipilih secara
acak 2-3
kelompok untuk
bermain peran
Ethical Reviewer
Board
(Mootcourt)
16
10
Jumat
21 Oktober
16.0022.00
FORMATIF
SCELE
1 tutor : FA
3 ruangan
8 tutor
Soal kombinasi
MCQ dan kasus
Essay terstruktur
22 ruangan
@ 20 orang
22 tutor
Kelas dibagi
menjadi 4
kelompok, setiap
kelompok
mempresentasikan
etika profesi /
tenaga kesehatan
(dokter, dokter
gigi, apoteker,
perawat, ahli
kesmas, ahli gizi,
ahli K3, ahli KL)
15.00-23.00
11
Selasa
25 Oktober
2016
13.0015.00
SUM I
12
Selasa
1 November
2016
13.0015.00
GD IV:
Etika
tenaga
kesehatan
Mahasiswa
mampu melihat
etika yang
universal dan
yang khas.
Referensi: UU RI
no 36 2014
tentang Tenaga
Kesehatan
13
Selasa
8 November
2016
13.0015.00
Etika
Praktek
Kesmas
Nilai, keyakinan
dan etika
praktek kesmas
Panduan diskusi
2 ruang
kuliah @
200 orang
2
Narasumber :
HP, AW/DA
14
Selasa
15
November
2016
13.0015.00
GD V:
Etika
Praktek
Kesmas
Kasus program
kesehatan :
Panduan diskusi
22 ruangan
diskusi @
20 orang
22 tutor
1. Pemberian
Makanan
Tambahan
2. Imunisasi
Etika Praktek
Kesmas
Borang 1: Observasi
proses diskusi oleh
tutor
3. KJS
17
15
Selasa
22
November
2016
13.0015.00
16
Selasa
29
November
2016
13.0015.00
17
Selasa
6 Desember
2016
13.0015.00
Studium
Generale
QBL
Pembahasan
tentang Hukum
dan Pelayanan
Kesehatan
(didahului
dengan
Memahami
hukum
kesehatan:
bedah UU RI No
36 Thn 2009,
tentang
Kesehatan.
Auditorium
RIK
Narasumber:
AS
Mod : HP
Studium Generale
Penugasan
pada
mahasiswa:
membuat
ringkasan
kelommpok
dari hasil
perkuliahan
Borang 1: Observasi
proses diskusi oleh
tutor
22 ruangan
diskusi @
20 orang
22 tutor
Mengingatkan
mahasiswa untuk
mengunggah
tugas ringkasan
kelompok melalui
scele
GD VI:
22 tutor
card game
Hukum
tentang
kedokteran
dan
kesehatan
Borang 1: Observasi
proses diskusi oleh
tutor
22 ruangan
diskusi @
20 orang
UU RI No. 4
tahun 1984
tentang wabah,
Lembar penilaian
sesama
18
18
Selasa
13 Desember
2016
13.0015.00
Malpraktek
Medis
19
Selasa
20 Desember
2016
13.0015.00
GD VII
Malpraktek
medis
Kuliah interaktif
kelas gabungan
Auditorium
Budi
Sampurna/Dja
ja Surja
Admadja
Malpraktek Medis
22 ruangan
@ 20 orang
22 tutor
Mahasiswa dibagi
kedalam 4
kelompok, tiap
kelompok
mengerjakan 1
kasus pemicu.
Diakhir sesi mhs
mempresentasikan
hasil diskusi
20
21
Selasa
27 Desember
2016
13.0015.00
SUM II
4 ruang
komputer
10 tutor
Remedial
1 ruangan
2 tutor
Soal kombinasi
antara MCQ dan
kasus. Untuk soal
kasus sifat ujian:
open book.
Jumlah soal: 50
Soal kombinasi
antara MCQ dan
kasus.
19
Narasumber kuliah
No Tanggal
Judul
1
30 Agustus
Pengantar modul
2016
Teori etika dan etika
kelompok
2
6 September Kaidah Dasar Bioetika
2016
dan Prinsip Prima
Facie
8 Nopember
2016
22 Nopember
2016
Studium Generale
20 Desember
2016
Kuliah Interaktif
Malpraktik Medis
18
Oktober
2016
Narasumber Kelas A
Prof. dr. Hadi Pratomo,
MPH., Dr.PH (HP)
20
Fakultas
FK
Kode Kelas
EH-1/ K-C.103
FK
FK
FK
EH-2/ K-C.104
EH-3/ K-C.105
EH-4/ K-C.106
EH-5/ K-C.107
EH-6/ K-C.108
FK
FK
FK
EH-7/ K-C.109
FK
FK
FK
FKM
EH-8/ K-C.110
EH-9/ K-C.111
EH-10 /K-C.112
EH-11 /K-C.113
FKM
EH-12 /K-C.114
FKM
FKM
FKM
FKM
FKM
FKM
FKM
FKM
FKM
FKM
EH-13 /K-C.115
EH-14 /K-C.116
EH-15 /K-C.117
EH-16 /K-C.118
EH-17 /K-C.119
EH-18 /K-C.120
EH-19 /K-C.122
EH-20 /K-C.123
EH-21 /K-C.124
EH-22 /K-C.125
FK
FK
FK
FK
FKM
FKM
FKM
22
2. .............................................
4. .............................................
6. .............................................
8. .............................................
10. ...........................................
12. .............................................
14. .............................................
16. .............................................
18. .............................................
20. ...........................................
Ringkasan Diskusi
(Lembar ini ditanda tangan oleh Tutor setelah memverifikasi konten terkait dengan tugas yang
diberikan. Setelah ditandatangani form ini dikembalikan pada mahasiswa
23
No
Nama Peserta
Sikap/
Tenggang rasa
(Sensitivity)
( 10-20)
Partisipasi dlm
diskusi
(Participation)
(10-20)
Pengetahuan
Awal
(Experience)
(10-20)
Keberanian
Argumentasi
(Risk)
(10-20)
Keterbukaan
(Openness)
(10-20)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
24
Jumlah
(50-100)
16
17
18
19
20
Keterangan:
Paraf Tutor :
25
disiplin
komunikasi
Berbagi info
Argumentas
i
partisipasi
no Nama
mahasiswa
TA: 20
/20
Aspek penilaian
Komentar aktif
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
: RIK-UI 2014
: Etika dan Hukum di bidang Kesehatan
26
Nama Tutor
Semester
Date
Tahun mulai bekerja di UI
No
: .
:1/2
:
:
Komponen yang dievaluasi
Skor
1
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
B
10
Proses
Fasil menunjukkan antusiasme
Fasil selalu tepat waktu
Fasil tetap berada di ruangan selama diskusi
Fasil proaktif memonitor proses diskusi
Fasil bertanya untuk memicu kemampuan berpikir
kritis mahasiswa.
Fasil memberikan kesempatan yang sama pada
tidap mahasiswa untuk mengemukakan pendapat
Fasil aktif mengingatkan anggota kelompok bila
diskusi menyimpang dari topic
Fasil secara aktif mengingatkan mahasiswa untuk
mengevaluasi dan merangkum hasil diskusi
Fasil mengevaluasi proses diskusi dan
memberikan umpan balik
Evaluasi
Fasil selalu memeriksa dan mengembalikan
catatan/log book pada waktunya
Catatan :
Coret (x) pada jawaban yang anda anggap tepat :
1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = setuju
4 = sangat setuju
Keterangan:
1. Tutor selalu gembira, antusias dan bersahabat
2. Tutor selalu tepat waktu
1. Selalu terlambat (pada 100% sesi)
2. Selalu terlambat (lebih dari 50 % sesi)
3. Kadang-kadang terlambat (kurang dari 50% sesi)
4. Selalu tepat waktu
27
28
Kriteria
Ada
Tidak
/Bertentangan
1.
N/A
Dokter Prima adalah seorang Spesialis Bedah di kota Manokat, sebuah Ibu Kota
Kabupaten. Selain berpraktek di RS Kabupaten, ia juga membuka praktek pribadi di
rumhanya pada pagi hari sebelum ke RS dan sore setelah dinas di RS. Suatu pagi
ditempat praktek pribadinya, ia kedatangan seorang pasien dari desa. Pasien itu korban
tabrak lari, ia mengeluh nyeri perut kiri atas akibat benturan dengan sepeda motor yang
menabraknya.
Keadaan pasien saat datang masih sadar. Setelah diperiksa, dokter Prima segera
menganjurkan pasien untuk masuk Rumah Sakit karena harus menjalani pengawasan
lanjut yang ketat (observasi trauma tumpul abdomen), namun pasien menolak.
Karena ia adalah pasien terakhir, dokter Prima kemudian mengajak pasien untuk ke RS
bersama-sama, disertai alasan perlu pemeriksaan darah untuk melihat parah tidaknya
penyakit pasien. Pasien setuju. Dokter Prima berpesan agar hasil pemeriksaan segera
disampaikan padanya.
Hasil pemeriksaan menunjukkan penurunan Hb dan pada pemeriksaan fisik ulang, dr
Prima menemukan perut mulai membesar dan kencang serta abdominal tap positif
(terdapat cairan bebas/darah dalam rongga perut). Dokter Prima menyimpulkan sang
pasien mengalami perdarahan dalam rongga perut yang kemungkinan diakibatkan oleh
ruptur atau robeknya limpa. Dokter Prima langsung menjelaskan keadaan sakit penderita
dan rencana untuk operasi laparatomi. Tapi walaupun sudah dijelaskan bahwa jika tidak
dioperasi maka perdarahan dalam rongga perut akan berlangsung terus dan akan
mengakibatkan kematian, pasien tetap menolak operasi namun bersedia masuk untuk
perawatan.
Beberapa jam kemudian kesadaran pasien makin menurun dan jatuh dalam keadaan tidak
sadar. Tindakan yang harus segera diambil satu-satunya adalah operasi untuk
menghentikan perdarahan. Dokter Prima akhirnya melakukan tindakan operasi. Pasca
operasi pasien membaik dan pulang dalam keadaan sehat.
Kriteria
Ada
Tidak
/Bertentangan
32
N/A
Ada
Tidak
/Bertentangan
33
N/A
Ada
Tidak
/Bertentangan
34
N/A
GD 2: dr. Beken
Panduan Diskusi Kelompok
Cara Mengerjakan:
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok
2. Mahasiswa membahas kasus dr. Beken, untuk menemukan konteks yang memuat
kaidah dasar bioetika, menentukan kaidah dasar bioetika yang ada dalam
peristiwa tersebut, dan menjelaskan alasan yang mendasari pemilihan kaidah
dasar bioetika tersebut.
3. Tiap kelompok diminta untuk mempersiapkan bahan presentasi dalam bentuk
powerpoint untuk semua kaidah dasar bioetika dan prima facie. Narasumber yang
akan menentukan kelompok presentan dan oponen pada hari pleno
35
36
37
Cara Pengerjaan
1. Mahasiswa tiap kelompok diharapkan mampu menjelaskan penerapan Kaidah Dasar
Bioetika melalui kasus hipotetik dr Beken serta mempertahankan argumen etisnya
masing-masing
2. Apabila waktu memungkinkan, diharapkan semua kelompok dapat mempresentasikan
hasil kerjanya jika tidak minimal 5 kelompok dipilih sebagai presentan dan 5
kelompok sebagai penyanggah
3. Satu kelompok presentan untuk satu kaidah dasar bioetika, demikian pula dengan
kelompok penyanggah
4. Tiap kelompok diberi waktu 7 menit untuk presentasi dan 13 menit diskusi
(Autonomi, justice, nonmaleficence, beneficence, dan prima facie)
5. sepuluh menit terakhir, narasumber memberikan klarifikasi
Contoh pembagian kelompok presentan dan penyanggah
Autonomy
Justice
Nonmaleficence
Beneficence
Prima facie
Presentan
1
3
5
7
9
Penyanggah
2
4
6
8
10
38
39
***
Operasi tengah berlangsung 3 jam. Perlengketan salah satu bronkus sudah 80%
dilepas. Tiba-tiba terjadi komplikasi, jaringan distal bronkus dan paru kiri yang
menyatu tadi begitu rapuh. Tim bedah berkonsul dengan Tim Medik dan ICU di meja
operasi. Disimpulkan saat itu tim klinis akan memilih salah satu bayi, sedangkan yang
lain akan dikorbankan. Camar dan tim lain yang tak berada di meja operasi harus
menjelaskan ke orangtua untuk memilih mana bayinya yang diprioritaskan. Kedua
orangtua bingung, bahkan menangis, tak kuasa menyampaikan keputusan. Kebetulan
ayah si bayi didampingi oleh si Polan, balon Kades laki-laki sedusun di Minuta yang
ingin lebih mempertahankan Pinguina, sementara Ibu si bayi didampingi oleh si Fulan,
balon Kades perempuan yang sama-sama dari desa tetangganya, yang lebih membela
Pinguini.
Merespon perkembangan, Polan beradu pendapat dengan Fulan, merasa sebagai
wakil orangtua, di depan TOP Pa-Pi, namun tidak segera kunjung selesai. Nyaris terjadi
baku hantam antar dua balon Kades tersebut. Camar dkk sempat bingung memilih siapa
yang berhak. Keributan tadi terdengar oleh semua anggota TOP Pa-Pi yang berada di
dalam kamar operasi. Namun anehnya, keributanpun menjalar. Cucakrowo ribut
terhadap Merpati karena Cucak lebih memilih Pinguina utk diselamatkan karena
prognosis dari sudut bedah lebih baik (posisi anatomis-fisiologis), sementara Merpati
memilih Pinguini karena dari sudut medik ia lebih baik (mencegah status imunokompromais). Atas usul Camar, mereka sepakat menunda pembedahan di atas meja
operasi selama maksimal 15 menit dalam kondisi masih dibius - untuk menetapkan
skala prioritas. Sudahlah, utamakan Pinguini aja!!!, teriak dr. Belibis SpBP. Kosmetis
lebih elok kalo dia hidup nantinya lanjut spesialis bedah plastik tersebut menghenyakkan
perdebatan Cucakrowo Merpati. Semuanya setuju. Camarpun bersiap untuk
memberitahu keluarganya - bahwa Pinguinilah yang diutamakan untuk diselamatkan.
***
Baik dok, Pinguini yang diutamakan. Saya terima, ujar ibunya spontan, segera
setelah Camar memberitahukan keputusan tim dokter intra-operatif. Sang ibu kembar
siam sambil melirik ke suaminya yang masih nampak kebingungan. Gimana Pak?
tanya Camar ke bapaknya. Tiba-tiba Polan memotong :Kok alasannya kosmetis sih dok?
Saya belum terima !!, kata balon Kades yang seolah berfirasat dirinya bakal kalah.
Belum sempat Camar menjelaskan, tiba-tiba TS spesialis patologi klinik dari Tim C
menghampirinya. Mas, Pinguini HIV-nya positif!!, ujarnya meyakinkan sambil
menjelaskan hasil tersebut baru saja (7 jam masa berlangsungnya operasi) diperoleh
sebagai pelengkap kondisi imuno-kompromaisnya.
Camar segera masuk kembali ke ruang operasi. Disitu ia melihat Prof. Kutilang
tengah mondar mandir. Ketika dihampirinya, Kutilang membisikinya: Saya bingung,
hasil lab HIV (+) ini baru kuterima. Namun anda lihat sendiri, operasi sudah tinggal
menutup jahitan luar saja secara jahitan plastik-rekonstruksi. Kutilang dan Camar samasama tahu bahwa seharusnya pilihan prioritas dijatuhkan kepada Pinguina.
Camar juga terhenyak. bingung mau memberitahu hasilnya kepada ortu ketika tim
bedah sudah mau menutup operasinya dengan operasi plastik masing2.
Camar juga bingung ketika mau memberi tahu balon kades.
40
Buatlah solusi etik dan atau solusi etikolegal setelah diskusi kelompok berjalan dan
terdapat pendapat kelompok. Ikutilah daftar tilik berikut ini.
ETHICAL PROBLEM SOLVING
Nama Kelompok:
Alternative Based
on Values System
KDB YG MUNGKIN
KDB +
THEORY ETHICS
E. RELATIVISM
E. DILEMMA
Alternative Decision
Reason
KDB TERPILIH
CHOSEN PRINCIPLE
PRIMA FACIE-ISM
CETERIS P
DEDUCTIVE LOGIC
SOLVING PROBLEM
Jelaskan isu etik (bukan isu medik) dari kasus Pinguina/i dalam setting (tata letak)
sebagai berikut :
Isilah matriks di atas sesuai dengan kisi-kisinya. Matriks dibuat sesuai panduan
(horizontal), dicatat dari kolom kiri ke kanan secara konsisten (lihat metode modifikasi
Howard Brody dan atau etikolegal AP). Pendapat kelompok sesuai dengan teori etik
utama yang disepakati kelompok.
Ethical Problem
: diisi dengan masalah-masalah etik yang ada menurut kelompok
Alternative based on value system :diisi dengan KDB yang mungkin sesuai dengan
maalah etiknya, satu masalah etik bisa muncul beberapa KDB
Alternative decision : diisi dengan satu KDB yang menurut kelompok paling
sesuai/dominan untuk masalah etik tersebut
Reason: alasan kelompok memilih KDB tersebut
Bila masing-masing anggota kelompok masih punya KDB yang berbeda dengan
keputusan kelompok dapat meneruskan mengisi kolom di samping kanan dengan KDB
masing-masing dan alasannya.
Self assesment : adalah pendapat pribadi mahasiswa (bukan pendapat sbg aktor role play)
yang menilai kembali pendapat kelompok. Isinya analisis pendapat pribadi tadi thd
pendapat kelompok (kritik sesuai KDB dan sesuai teori etik yang diyakini).
Verification : suatu value clarification
Reason : alasan kenapa pendapat akhir kelompok menjadi demikian.
Tulislah hasil kelompok. Siapkan presentasi kelompok (tugas kelompok). Pertahankan
argumen atau nilai-nilai etis kelompok anda terhadap argumen kelompok penyanggah.
41
42
Kom
Etika RS
BHSD
MKEK
Wilayah
43
1. Narasumber menentukan mahasiswa yang akan berperan dalam role play sesuai
panduan, sebelum role play dimulai, semua mahasiswa harus mempersiapkan diri
bermain peran (gunakan tabel pengenalan peran dengan KDB)
2. Narasumber memberikan panduan kerangka pemikiran masing-masing tokoh sesuai
panduan. Arahkan mahasiswa untuk:
a. menyusun kalimat yang mengandung KDB
b. melakukan analisis terhadap kalimat yang diungkapkan oleh rekan yang lain
c. memberikan respons terhadap kalimat yang diucapkan pemain lain dengan
kalimat yang mengandung KDB yang tepat
3. Pada hari role play, ruang kelas ditata sesuai ruang diskusi antara tim dokter dan
keluarga pasien
4. Role play terdiri dari 3 babak sesuai cerita yang telah diberikan
5. Mahasiswa yang tidak ikut bermain peran wajib memperhatikan jalannya role play,
dan memberikan komentar atau pertanyaan pada kesempatan yang diberikan oleh
narasumber
Tabel pengenalan peran
no peran
Isu etika/ dilema
etika
1 Pemilik RS
2 Dr Camar
3 Fulan
4
5 Dst
Alasan
Keterangan
tambahan
Pembagian peran
Ada 25 orang yang akan bermain peran, yaitu sebagai:
1. Pemilik RS
:
2. Bapak si Kembar
:
3. Ibu si Kembar
:
4. Calon Kades I (Fulan):
5. Calon Kades II (Polan)
:
6. Dr. Camar, SH, SpF, direktur RS BHSD
:
Anggota tim etikolegal:
1. KH. Beo, Mhum (ustadz)
2. Ms Prenjak MPsi, PhD (psikolog klinis anak)
3. Manyar MSi, M.Kom (humas)
Tim Bedah
1. Prof.Dr. Cucakrowo SpBA (K), ahli bedah anak (ketua)
2. Prof. dr. Kutilang SpBS (K), ahli bedah saraf, (wakil)
3. dr. Nuri A SpBT PhD, ahli bedah thoraks
4. dr. Belibis SpBP (K), ahli bedah plastik
5. dr. Kepodang SpTHT-KL (K)
6. drg. Jalak SpBM, ahli bedah mulut
44
Tim Medik
1. Prof.dr. Merpati SpA (K) ahli saraf anak (Ketua)
2. Prof. Dr. Gagak SpGK
3. dr. Elang B SpRad (K)
4. dr. B. Hantu, SpRM (K)
Tim Intensive care
1. Prof. Dr. Kutilang, SpAn (K-I)
2. dr. Kutilang B SpPK., spesialis patologi klinik
3. dr. Manyar, SpFK (K), spesialis farmakologi klinik
4. dr. Kepodang, SpRad (K), sub-spesialis radiologi anak
5. dr. Nuri, SpJP (K) sub-spesialis jantung anak
6. dr. Elang, SpP (K), FICS, spesialis pulmonologi
Masalah etika yang diharapkan muncul pada babak I:
Kerjasama Tim
Koordinasi antar teman sejawat
Mengetahui standar kompetensi masing-masing spesialisasi
Masalah etika yang diharapkan muncul pada babak II dan III:
Bagaimana cara mengambil keputusan etis secara tim
45
3. Diskusikan aspek apa saja yang diatur pada profesi/tenaga kesehatan tertentu tetapi
tidak diatur pada profesi/tenaga kesehatan lain
4. Analisis bagaimana persamaan/ perbedaan tersebut dapat mempengaruhi kerjasama
dalam tim antar profesi
5. Hasil diskusi kelompok perlu/ tidak perlu dipresentasikan dalam kelas. Dikumpulkan
paling lambat ...............(bicarakan dengan fasilitator)
46
47
kehandalan dan timbal balik. Salah satu bentuk interaksi dan komunikasi dengan
masyarakat yaitu mendengarkan dan berdialog dengan masyarakat.
3. Kerja sama (kolaborasi) merupakan kunci dasar bagi kesehatan masyarakat.
Infrastruktur dari sebuah masyarakat terdiri atas berbagai organisasi dan latar
belakang profesi. Agar efektif, mereka harus bekerja bersama dengan baik. Kerja
sama memungkinkan munculnya tantangan kesehatan masyarakat yang baru.
4. Lingkungan fisik dan manusia saling bergantung satu sama lain. Manusia bergantung
pada sumber daya alam dan lingkungannya. Lingkungan yang rusak dan tidak
seimbang dan lingkungan yang didesain dengan kondisi yang buruk, akan
berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Sebaliknya, manusia dapat menjaga dan
melestarikan lingkungan alami melalui penghematan pemanfaatan sumber daya dan
perlindungan terhadap limbah.
5. Setiap orang dalam masyarakat sebaiknya memiliki kesempatan berkontribusi pada
dialog publik. Kontribusi pada dialog publik dapat terjadi melalui sistem
kepemerintahan yang langsung maupun melalui perwakilan. Dalam proses
pengembangan dan pengevaluasian kebijakan adalah sangat penting untuk melihat
apakah semua yang berkeinginan untuk berkontribusi dalam diskusi memiliki
kesempatan untuk melakukannya, walaupun mereka menyatakan kepeduliannya tidak
selalu terrefleksi dalam kebijakan yang terbentuk.
6. Mengidentifikasi dan mempromosikan kebutuhan kesehatan dasar suatu masyarakat
adalah merupakan kepedulian utama bagi kesehatan masyarakat. Kepedulian utama
kesehatan masyarakat antara lain ditentukan oleh aspek struktur yang
melatarbelakangi bagaimana masyarakat itu dibentuk. Walaupun beberapa program
kesehatan masyarakat yang penting bersifat kuratif namun tidak boleh melupakan
untuk menghilangkan penyebab dasar dan aspek pencegahannya. Struktur sosial dasar
berpengaruh pada aspek kesehatan karena itu yang penting adalah menyelesaikan
akar masalah kesehatan dan mencegahnya. Ini jauh lebih baik daripada
menyelesaikan masalah yang timbul sebagai akibat dari akar masalah tersebut.
Dasar Untuk Bertindak
1. Pengetahuan itu penting dan memiliki kekuatan ilmiah. Melalui riset dan penambahan
pengetahuan kita memperbaiki pemahaman terhadap kesehatan dan cara menjaganya.
Bila pengetahuan tersebut telah diperoleh merupakan kewajiban untuk
membagikannya pada yang lain. Misalnya melalui partisipasi aktif di dalam proses
pembuatan kebijakan, diperlukan informasi yang relevan bagi mereka yang terlibat
didalamnya. Disisi lain, bila ada informasi yang harus dirahasiakan, hal ini juga
merupakan suatu kewajiban untuk melindunginya.
48
2. Ilmu pengetahuan merupakan dasar bagi semua ilmu kesehatan masyarakat. Metode
keilmuan merupakan cara yang obyektif untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
diperlukan agar suatu populasi sehat. Selain itu, metoda keilmuan juga diperlukan
untuk mengevaluasi kebijakan dan program demi melindungi serta meningkatkan
kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan berbagai metode keilmuan baik kuantitatif
maupun kualitatif serta kerja sama antardisplin ilmu.
3. Manusia bertanggung jawab untuk bertindak berdasar pada apa yang mereka ketahui.
Ilmu pengetahuan itu memerlukan tindakan nyata berupa informasi yang
dikumpulkan untuk suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat
harus dapat menterjemahkan informasi yang tersedia menjadi tindakan nyata yang
tepat waktu. Seringkali, riset menjadi kebutuhan untuk mengatasi kesenjangan yang
ada.
4. Tindakan tidak hanya berdasar pada informasi. Dalam beberapa keadaan atau situasi,
tindakan diperlukan walaupun informasi yang diinginkan tidak ada. Disisi lain,
terdapat kebijakan yang dituntut oleh nilai dan martabat seorang manusia walaupun
pelaksanaan hal tersebut tidak efektif dan membutuhkan biaya yang besar. Pada
situasi diatas, tindakan atau kebijakan tetap dilakukan walaupun informasi yang
diperlukan tidak cukup.
12 Prinsip-prinsip Etika Praktik Kesehatan Masyarakat
1. Kesehatan masyarakat harus dapat menyelesaikan secara prinsip penyebab dasar
penyakit, prasyarat untuk sehat dan mencegah dampak kesehatan yang buruk
2. Kesehatan masyarakat dalam melaksanakan kegiatannya dilakukan dengan cara
menghormati hak-hak pribadi atau individu dalam masyarakat.
3. Dalam melakukan advokasi dan bekerja untuk pemberdayaan masyarakat,
kesehatan masyarakat harus berprinsip menjamin bahwa sumberdaya dan kondisi
untuk masyarakat sehat dapat diakses oleh siapapun.
4. Kesehatan masyarakat berupaya melaksanakan kebijakan dan program yang
efektif untuk melindungi, menjaga dan meningkatkan kesehatan.
5. Kebijakan kesehatan masyarakat, program dan prioritas program dikembangkan
dan dievaluasi melalui suatu proses yang menjamin kesempatan untuk
memperoleh masukan dari anggota kelompok atau masyarakat.
6. Kebijakan dan program kesehatan masyarakat harus mampu memadukan
berbagai pendekatan yang mempertimbangkan dan menghormati perbedaan nilai,
kepercayaan dan budaya masyarakat yang bervariasi.
7. Kebijakan dan program kesehatan masyarakat harus bisa diimplementasikan
dengan cara yang tidak merugikan lingkungan fisik dan sosial.
8. Institusi kesehatan masyarakat wajib memberikan informasi kepada masyarakat
untuk membuat keputusan tentang kebijakan dan program, dan mendapatkan
persetujuan masyarakat dalam pelaksanaannya.
49
50
teriak minta dilayani dan masih banyak pengunjung walau sudah tiba jam tutup.
Walaupun jumlah pengunjung yang datang banyak jumlahnya setiap hari, tetapi Petugas
yan kes puskesmas tidak bertambah jumlahnya. Bahkan rekam medis milik pasien,
berserakan di meja pendaftaran karena terbatasnya jumlah petugas yang ada. Obat sering
habis dan beberapa pasien terpaksa diberi resep untuk beli obat di luar, sehingga
membuat pasien terpaksa mengeluarkan uang untuk membeli obat tersebut di luar.
Petunjuk pengisian daftar tilik:
Ada/Sesuai
: jika ada kalimat/pernyataan yang sesuai dengan kriteria
Bertentangan
: jika ada pernyataan namun tidak sesuai dengan kriteria
Not Aplicable (NA) : jika tidak ada pernyataan yang menjelaskan kriteria
DAFTAR TILIK
NILAI DAN KEYAKINAN KESEHATAN MASYARAKAT
No.
KRITERIA
Ada/ Bertentangan
Sesuai
NA
Kalimat
Pendukung
Dalam
Kasus/Alasan
Kesehatan
1
Setiap orang punya hak untuk
Sumber Daya yang diperlukan jadi
sehat
2
Manusia mahkluk sosial yang tidak
dapat dipisahkan dan saling
tergantung satu dengan yang lain
3
Efektivitas lembaga Dinas
Kesehatan tergantung pada
kepercayaan publik terhadap
lembaga
-
4
5
6
Komunikasi
Kebenaran menyampaikan berita
Kehandalan
Mendengar masyarakat
Berdialog dengan masyarakat
Program kuratif
Penyebab akar masalah
Aspek preventif
10
Metoda kuantitatif
Metoda kualitatif
11
Unsur riset
Kewajiban diseminasi ilmu
Cukupnya informasi untuk
membuat kebijakan
Ada info yang dirahasiakan
Kebutuhan riset
52
DAFTAR TILIK
12 PRINSIP ETIKA PRAKTIK KESEHATAN MASYARAKAT
No
Prinsip Etika
Ada
Tidak/
NA
Bertentangan
Kalimat
Pendukung
Dalam
Kasus/Alasan
53
10
11
12
54
Panduan Diskusi
Telaah : UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
1. Jelaskan tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia
2. Apa saja hak dan kewajiban sebagai warga negara yang diatur oleh UU No.
36/2009?
3. Jelaskan perbedaan pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat?
4. a. Sebagai tindak lanjut UU No. 36/2009 ini, apa saja yang akan diatur oleh
Undang-undang, oleh Peraturan Pemerintah, oleh Peraturan Presiden dan oleh
Peraturan Menteri?
b. Bandingkan keduanya, apa pendapat kelompok atas kesesuaian antara materi
yang diatur dan peraturan yang akan dibuat?
Misal: Untuk mengatur syarat dan tata cara pemasangan implan akan diatur
oleh Peraturan Pemerintah, sedangkan pencegahan penyakit menular akan
diatur oleh Peraturan Menteri
c. Peraturan perundangan apa saja yang sudah dibuat untuk butir 4a.
Cara Pengerjaan:
1. Kelas dibagi menjadi empat kelompok
2. Setiap kelompok berdiskusi untuk membahas tugas kelompok
3. Makalah kelompok diunggah ke Scele paling lambat tanggal ....
55
GD 6: Card Game
Panduan Diskusi
1. Fasilitator membuka kegiatan card game.
2. Fasilitator menjelaskan teknik permainan card game, seperti berikut:
Apabila ada pasal dalam panduan yang perlu dibahas namun kartu tidak
ditemukan/ hilang, tutor dapat meminta mahasiswa untuk membuka UU / pasal
tersebut secara langsung (file UU telah dibagikan pada mahasiswa)
Setelah setiap permainan selesai, fasilitator menekankan kembali tujuan dari permainan
card game tersebut.
56
KARTU KASUS
1. Dokter melakukan aborsi terhadap
seorang wanita yang hamil 6 minggu diluar
nikah akibat perkosaan
3. Dokter memeriksa kemaluan seorang
pasien wanita tanpa menggunakan sarung
tangan dan didampingi seorang perawat
perempuan
9. Dalam suatu khitanan massal, dokter 10. Kain kasa tertinggal dalam vagina
baru lulus mengkhitan seorang anak yang wanita post partum dengan perdarahan
berakibat terpotongnya glands penis anak yang menyebabkan timbulnya vaginitis
tersebut
11. Dokter memberikan terapi infus yang 12. Seorang dokter umum di Jakarta
tidak steril
melakukan suctioning dalam kepada bayi
baru lahir, kemudian bayi tersebut harus
dirawat di ICU
13. Dokter melakukan penjahitan luka 14. Seorang pasien yang menjalani operasi
tanpa anestesi kepada pasien bertato dan sectio cesarea dan dilanjutkan histerektomi
mabuk yang mengalami kecelakaan karena dikenakan biaya untuk dua kali operasi
kebut-kebutan untuk memberi efek jera
15.
Pasien
muntah-muntah
setelah 16. Dokter menjelaskan kepada pasien
meminum obat dan menuntut dokter karena bahwa obat yang diresepkan dari dokter
tidak menjelaskan cara pemakaian obat
lain adalah salah dan mengatakan bahwa
resep darinya adalah yang benar
17. Dokter jaga IGD telah bekerja selama 18. Dokter meresepkan
48 jam dan terlihat lelah sampai hampir tradisional (jamu)
tertidur saat memeriksa pasien
obat-obatan
19. Visite pasien dilakukan larut malam 20. Dokter tidak membuat rekam medis
setelah selesai praktik pribadi
setelah memeriksa pasien
57
58
KARTU PASAL
UU No.36/2009 ttg Kesehatan
Pasal 190 ayat 1
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan
praktik atau pekerjaan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan
sengaja tidak memberikan pertolongan
pertama terhadap pasien yang dalam
keadaan gawat darurat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau
Pasal 85 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun
dan
denda
paling
banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
59
60
61
Pasal 15:
setiap dokter tidak boleh mengambil alih
pasen dari teman sejawat, kecuali
dengan persetujuan atau berdasarkan
prosedur yang etis.
Pasal 17 :
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran / kesehatan.
Pasal 13:
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan
darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bersedia dan lebih
mampu memberikan.
62
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien;
i. Untuk pasien kasus gigi, dilengkapi
odontogram klinik;
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan.
63
GD 7: MALPRAKTIK MEDIS
Panduan Diskusi
Cara pengerjaan
1. Lakukan pembahasan terhadap 4 buah kasus di bawah ini menggunakan kriteria
4D malpraktek medis.
2. Setelah selesai diskusikan kembali kasus tersebut menggunakan 4 KDB.
3. Dengan menganalisis kasus dengan 2 teknik tersebut diharapkan mahasiswa
mampu memahami masalah dan ruang lingkup malpraktek medis
Malpraktek Medis
Kasus 1
Harry telah lulus fakultas kedokteran kuna tahun yang lalu. Ia bertemu dengan Sally,
teman lamanya di sebuah acara reuni SMP. Sally bercerita bahwa ia menderita gatal-gatal
dan kemerahan pada daerah punggung. Ia bertanya pada Harry apakah ada obat yang
manjur untuk mengatasi masalah tersebut. Harry menggoda Sally dengan mengatakan
bahwa kemungkinan gatal-gatal terjadi karena ia kurang menjaga kebersihan diri, sprei
diganti sebulan sekali. Sally agak kesal mendengarnya. Harry kemudian menganjurkan
Sally untuk membeli dexamethasone, sejenis obat yang dapat mengatasi reaksi alergi.
Dua minggu setelah kejadian, Sally menghubungi Harry dan mengatakan akan
menuntutnya karena memberi obat yang salah sehingga kondisinya memburuk. Sally
sudah pergi ke dokter spesialis dan dokter tersebut mengatakan bahwa dexamethasone
menyebabkan kondisinya makin parah.
Kasus 2
Dr. Bryan adalah dokter bedah yang terkenal bertangan dingin walaupun saat berpraktek
tidak banyak bicara. Dian membawa anaknya, Maya, yang mengalami patah tulang
lengan bawah kiri akibat jatuh dari sepeda ke dr. Bryan. Sang dokter melakukan
pemeriksaan dan melakukan operasi segera untuk memperbaiki tulang Maya yang patah.
Setelah satu minggu dirawat, dr. Bryan mempersilakan Dian membawa Maya pulang dan
kembali untuk kontrol dua minggu mendatang. Sebelum pulang, Dian teringat untuk
menanyakan mengenai perawatan luka di rumah namun dr. Bryan sudah masuk ke ruang
operasi. Sebulan kemudian, direksi RS memberitahu dr. Bryan bahwa mereka dituntut
oleh Ibu Dian karena terjadi pemendekan tulang lengan Maya. Ibu Dian berani
mengajukan tuntutan setelah mendapat informasi dari teman pamannya, seorang dokter
yang bekerja di kota lain.
64
Kasus 3
Dr. Yanti bekerja di sebuah IGD yang sangat ramai. Dua hari yang lalu, ia mendapatkan
giliran jaga di malam hari. Begitu ia sampai, rekan yang ia gantikan mengatakan bahwa
masih ada 15 pasien yang belum stabil dan masih perlu dirawat di IGD, dan perawat jaga
menginformasikan bahwa sudah ada sepuluh pasien baru. Dr. Yanti bekerja dengan teliti,
menyeluruh, dan cepat. Pasien yang baru saja datang adalah seorang perempuan usia 60
tahun, penderita hipertensi lama, datang dengan kondisi tekanan darah tinggi. Ia segera
memberikan obat sublingual untuk menurunkan tekanan darah dengan segera,
menginstruksikan perawat untuk memasang alat dan memberikan obat-obatan untuk
menjaga tekanan darah tidak tinggi. Dr. Yanti berpindah ke pasien di sebelah ibu tersebut,
pasien berikut bernama Dina, masuk RS pada siang hari karena serangan asma, rekan dr.
Yanti mengatakan bahwa obat-obatan telah diberikan secara intravena, tinggal terapi
lanjutan secara intramuskuler. Sambil menyuntik, dr. Yanti menyadari bahwa Dina adalah
pasien yang ketigapuluh yang dia periksa malam itu. Saat kembali ke tempat duduknya,
dr. Yanti teringat bahwa ia memberikan suntikan pada Dina secara i.v. dan bukan i.m., ia
pun segera memeriksa kondisi Dina. Untungnya tidak ada efek samping yang terjadi, dan
Dina dipulangkan dalam keadaan baik malam itu juga.
Kasus 4
Dr Ruby membuka praktek di rumahnya. Ia mulai tepat pukul tujuh malam. Pasien
pertamanya hari ini adalah ibu Santi yang mengeluhkan sakit kepala. Keluhan sakit
kepala hilang timbul sejak dua minggu yang lalu. Awalnya masih bisa diatasi dengan
parasetamol namun akhir-akhir ini sudah tidak mempan lagi. Dr. Ruby melakukan
anamnesis lengkap untuk mengetahui gejala lain yang mungkin timbul, ia melakukan
pemeriksaan menyeluruh dan memutuskan untuk merujuk Ibu Santi ke spesialis saraf di
RS agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut menggunakan alat yang tersedia di RS.
65
Bahan Bacaan
Pembuktian Malpraktik Medis
Suatu perbuatan atau sikap tenaga medis dianggap lalai apabila memenuhi empat
unsur di bawah ini:
1. Duty, kewajiban tenaga medis untuk melakukan suatu tindakan medis atau
untuk tidak melakukan suatu tindakan medis tertentu terhadap pasien.
2. Derelection of Duty, penyimpangan kewajiban tersebut.
3. Damage, kerugian atau cedera yang dirasakan oleh pasien akibat dari
layanan kesehatan.
4. Direct causal relationship, hubungan sebab akibat yang nyata antara
penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang dialami pasien.
Dengan memperhatikan beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa istilah malpraktek tidak dapat disamakan dengan kelalaian. Karena malpraktek
memiliki pengertian yang lebih luas daripada kelalaian. Kelalaian memang termasuk
dalam arti malpraktek, tapi di dalam malpraktek tidak selalu harus ada unsur kelalaian.
Istilah malpraktek mencakup tindakan-tindakan yang yang dilakukan dengan sengaja dan
melanggar undang-undang. Dalam arti kesengajaan tersirat adanya motif. Sedangkan arti
kelalaian (negligence) lebih berintikan ketidaksengajaan (culpa), kurang teliti, kurang
hati-hati, acuh, sembrono, sembarangan, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain.
Namun akibat yang timbul memang bukanlah menjadi tujuannya.
PEMBUKTIAN KELALAIAN MEDIS
Dasar pembuktian kelalaian medis seperti yang dianut oleh negara Anglo Saxon
adalah berdasarkan tolak ukur 4 D yakni:
1. Duty
2. Derelection of that duty
3. Direct causation
4. Damage
66
Yang dimaksud dengan duty adalah kewajiban dari profesi medis untuk
menggunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk penyembuhan, mengurangi
penderitaan pasien, berdasarkan standar profesi medis. Hubungan dokter-pasien termasuk
dalam hubungan perikatan usaha, dalam arti dokter tidak dapat dipersalahkan bila hasil
pengobatannya tidak berhasil, selama dokter bekerja sesuai dengan standar prosedur
operasional. Seorang dokter dalam melakukan tindakan medis kepada psien haruslah
berdasarkan 4 hal, yaitu: adanya indikasi medis; bertindak secara hati-hati dan teliti;
berdasarkan SOP; dan sudah ada informed consent.
Dalam literatur luar negeri terdapat suatu istilah medical duty of care, yaitu
kewajiban untuk tidak melakukan segala sesuatu/tindakan yang dapat membahayakan
pasien. Kewajiban ini timbul sejak adanya hubungan dokter-pasien, yakni ketika pasien
datang ke dokter untuk meminta pertolongan medis. Dalam hal kelalaian medis,
pengertian duty of care adalah kewajiban dokter untuk menggunakan ilmu dan
kepandaian terbaiknya untuk mengobati pasien.
Derelection of Duty. Penyimpangan dari kewajiban, jika seorang dokter
menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan atau tidak melakukan apa yang
seharusnya dilakukan menurut standar profesi medis. Untuk menentukan apakah ada
penyimpangan atau tidak, harus didasarkan atas fakta-fakta yang meliputi kasusnya
dengan bantuan pendapat ahli dan saksi ahli. Seringkali pasien atau keluarganya
mengangggap bahwa akibat negatif yang timbul adalah sebagai akibat dari kesalahan atau
kelalaian dokter. Hal ini tidaklah selalu demikian. Harus dibuktikan dahulu adanya
hubungan kausal antara cedera/kematian pasien dan unsur kelalaian (jika ada).
Pembuktian ini harus diberikan oleh pihak penggugat atau pasien yang merasa dirugikan.
Dokter memiliki kewajiban untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuannya.
Namun ia juga tidak akan dipersalahkan karena tidak membaca setiap buku maupun
artikel dalam jurnal terbaru. Untuk membuktikan apakah telah terjadi kelalaian atau tidak,
harus mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan dokter yang sedang
digunakan di masa itu (bukan teori di masa lampau atau yang akan datang).
Bolam vs Friern Hospital Management Committee, 1957. Ini adalah suatu
keputusan Landmark yang sampai hari ini masih ramai dibicarakan. Ada yang setuju dan
ada yang tidak. Di dalam kasus ini dahulu terdapat perbedaan pendapat antara para dokter
67
tentang: keharusan memberikan atau tidak relaksan kepada pasien sebelum dilakukan
ECT (electro convulsive therapy). Kasus ini digunakan sebagai standar hukum dalam
pembuktian kelalaian. Istilahnya kemudian dikenal sebagai Bolam Test, yang menyatakan
bahwa seorang dokter di bidang tertentu tidak harus memiliki kemampuan atau
kepandaian tertinggi, tapi cukup sesuai dengan ilmu pengetahuan atau kemampuan ratarata yang dimiliki oleh rekan-rekan dalam lingkungan profesi yang sederajat.
Direct Causation & Damage. Untuk membuktikan bahwa telah terjadi kelalaian
medis, pihak penggugat harus dapat membuktikan bahwa cedera yang terjadi akibat
penyimpangan kewajiban oleh dokter. Hal inilah yang seringkali paling sulit dibuktikan.
4,5
Hal ini harus dibuktikan dengan jelas. Tidak bisa hanya karena hasil yang negarif,
lantas langsung dokternya dianggap salah atau lalai. Perlu ditekankan disini bahwa yang
dimaksud dengan direct causation adalah dalam arti penyebab yang adekuat yang secara
langsung merupakan causa dari timbulnya kerugian itu.
Ada juga kasus dimana kesalahan atau kelalaian dokternya sudah sedemikian
jelas, sehingga seorang awampun akan bisa menilai terdapatnya kesalahan. Kasus-kasus
hukum semacam ini termasuk ke dalam golongan Res Ipsa Liquitor, yang berarti
bahwa faktanya sudah berbicara (the thing speaks for itself) sehingga penggugat
sebenarnya tidak perlu lagi membutikannya. Kasus-kasus semacam ini oleh hukum
dianggap sudah ada suatu indikasi kelalaian sehingga oleh hakim diterapkan doktrin Res
Ipsa Liquitor, dan beban pembuktiannya tidak lagi pada penggugat melainkan dialihkan
pada tergugat. Maka dalam hal ini si dokterlah yang harus membuktikan tidak adanya
kelalaian pada dirinya.
Ganti rugi biasanya diberikan kepada pihak penggugat atau pasien bila terbukti
cedera tersebut diakibatkan oleh kelalaian dokter. Pasien biasanya menuntut ganti rugi
atas kerugian: kesakitan atau nyeri; biaya berobat yang harus dikeluarkan; biaya
perawatan di rumah sakit; kehilangan pendapatan saat terjadinya sakit; kehilangan
pendapatan di masa yang akan datang akibat cacat/cedera; ganti rugi immaterial (akibat
hilangnya kepuasan kerja, tidak mampu menikmati aktivitas, atau hilangnya kehidupan
keluarga, dan lain sebagainya).
Untuk dapat menuntut penggantian akibat kelalaian, maka pengugat harus dapat
membuktikan adanya unsur-unsur tersebut di bawah ini:
68
Sumber:
1. Sampurna B, Syamsu Z, DS Tjetjep. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta:
2007
2. Guwandi J. Hukum Medik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005
3. Catherine Tay Swee Kian. Medical Negligence, Get The Law On Your Side.
Singapore: Times Media Private Ltd; 2001
4. Nutshells. Medical Law. London: Sweet and Maxwell; 2002
69