Вы находитесь на странице: 1из 6

ARTIKEL PENELITIAN

Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Kemampuan Pasien Dalam


Menghardik Suara-Suara pada Strategi Pelaksanaan (Sp1) Pasien Halusinasi

Marisca Agustina
Dosen Tetap Program Studi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Telp : (021) 78894045

Abstrak :
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, mempunyai tujuan, serta kegiatanya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Kemampuan pasien menghardik suara-suara pada halusinasi merupakan suatu
usaha untuk mengontrol diri terhadap halusinasi yang dengan menutup kedua telinga saat halusinasi muncul,
bercakap cakap dengar orang lain, melakukan kegiatan harian dan minum obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan komunikasi terapeutik terhadap kemampuan pasien dalam menghardik suara-suara pada
halusinasi di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta Tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 30 responden. pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini dengan teknik total populasi yang berjumlah 30 responden. Hasil bivariat
menunjukan ada hubungan komunikasi terapeutik terhadap kemampuan pasien dalam menghardik suara-suara pada
halusinasi dengan nilai p value 0,008 Diharapkan perawat hendaknya melakukan komunikasi terapeutik lebih baik
dan efektif dalam berinteraksi dengan pasien halusinasi mulai dari fase interaksi, fase kerja sampai dengan
terminasi sehingga pasien mampu menghardik sura-suara dan mengontrol halusinasi.
Kata kunci : Komunikasi Terapeutik, Halusinasi, Sp1.
Abstract :
Therapeutic communication is consciously planned communication , has a goal , and in the conference focused on
the patient's recovery . The ability of patients rebuked hallucinatory voices in an attempt to control themselves
against hallucinations that by covering both ears when hallucinations appear , and chatting to hear others , perform
daily activities and take medication. The purpose of this study was to determine the relationship of therapeutic
communication to the patient's ability to rebuke the hallucinatory voices on Drug Dependence Hospital Jakarta in
2014. The study design used is descriptive correlation with cross sectional approach. The population of 30
respondents . The sample used in this study with the technique of the total population of 30 respondents . Bivariate
results showed no relationship to the ability of the patient's therapeutic communication in a rebuke to the
hallucinatory voices with p value of 0.008 is expected that nurses should perform better therapeutic communication
and effective in interacting with patients hallucinations start of phase interaction , phase of work until the
termination so that the patient is able to rebuke Hallucinations voice and control hallucinations .
Keywords : Therapeutic Communication ,Hallucinations, Sp1

Marisca Agustina

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia

Pendahuluan
Badan kesehatan dunia (WHO) mengatakan
jumlah penderita gangguan jiwa didunia adalah
450 juta jiwa. Dengan mengacu data tersebut,
dan kini jumlah itu diperkirakan sudah
meningkat. Di Indonesia diperkirakan ada
sekitar 50 juta jiwa yang mengalami gangguan
jiwa, jika dipersentasekan sekitar 22%. Data
yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada Tahun 2006 yang mengatakan
bahwa ada sekitar 26 juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan kejiwaan dari tingkat
ringan sampai berat. Departemen kesehatan
menyebutkan jumlah penderita gangguan jiwa
berat sebanyak 2,5 juta jiwa, data tersebut
diambil dari data Rumah Sakit Jiwa seIndonesia.
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau
palsu tetapi tidak ada rangsangan yang
menimbulkannya atau tidak ada objeknya1.
halusinasi adalah terganggunya persepsi
seseorang dimana tidak terdapat stimulus.
Berdasarkan data diketahui bahwa jenis
halusinasi yang paling banyak diderita oleh
pasien dengan skizofrenia adalah halusinasi
pendengaran. Halusinasi merupakan bentuk
yang paling sering dari gangguan sensori
persepsi. Pasien yang mengalami halusinasi
biasanya merasakan sensori
palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan dan
penghidu2.
Tipe halusinasi yang paling sering adalah
halusinasi pendengaran yaitu pasien merasa ada
suara padahal tidak ada stimulus suara,
sedangkan halusinasi penglihatan pasien melihat
bayangan atau sesuatu padahal tidak adap
objeknya. Halusinasi penciuman yaitu pasien
mengalami hal-hal seperti mencium bau-bau
tertentu padahal orang lain tidak merasakan
sensasi serupa. Selanjutnya adalah halusinasi
pengecapan, dimana pasien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada, merasakan mengecap
sesuatu padahal tidak sedang makan apapun
serta merasakan sensasi rabaan padahal tidak
ada apapun pada permukaan kulit4.
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
pada pasien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi yakni ; membina hubungan saling
percaya, mengenal atau mengidentifikasi isi
halusinasi, mengidentifikasi waktu terjadinya

halusinasi,
mengidentifikasi
frekuensi
halusinasi, mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan
halusinasi,
mengidentifikasi
respon pasien terhadap halusinasi, latih cara
mengontrol halusinasi dengan cara mengajarkan
menghardik halusinasi, dan memasukan dalam
jadwal kegiatan harian.
Gangguan sensori persepsi yang dialami
pasien tidak bersumber dari kehidupan nyata,
melainkan dari pasien itu sendiri. Dalam hal ini
sebagai tenaga kesehatan perawat dibutuhkan
untuk membantu dan merawat pasien agar dapat
mengontrol halusinasinya. Peran perawat harus
mempunyai pengetahuan tentang strategi
pelaksanaan dan menguasai tentang bagaimana
melakukan komunikasi yang baik terhadap
pasien dalam memberikan asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien, khususnya
komunikasi terapeutik sehingga dapat membantu
pasien dalam mengontrol halusinasinya terutama
dalam menghardik suara-suara. Sehingga
komunikasi terapeutik menjadi efektif dalam
membantu pasien dalam proses perawatanya.
Kemampuan komunikasi yang baik yang
dimiliki seorang perawat merupakan salah satu
faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses
keperawatan. Kemampuan komunikasi sangat
mempengaruhi kelengkapan data yang diperoleh
dari pasien. Untuk itu selain perlunya
meningkatkan
kemampuan
dalam
berkomunikasi seorang perawat juga perlu
mengetahui hambatan, kelemahan dan karakter
pasien dalam berkomunikasi. Perawat perlu
memperhatikan budaya yang mempengaruhi
kapan dan dimana komunikasi dilakukan,
penggunaan bahasa, usia dan perkembangan
pasien13.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan
pasien. Persoalan mendasar dalam komunikasi
ini adalah adanya saling membutuhkan antara
perawat
dan
pasien,
sehingga
dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di
antara perawat dan pasien, perawat membantu
dan pasien menerima bantuan2.
Hubungan teraputik antara perawat dan klien
adalah hubungan kerjasama yang ditandai
dengan tukar menukar perilaku, perasaan,
2

Vol. 5 No. 3 September 2015


pikiran dan pengalaman dalam membina
hubungan intim yang terapeutik. Dalam
prosesnya perawat membina hubungan sesuai
tingkat perkembangan klien, dengan mendorong
perkembangan klien dalam menyadari dan
mengidentifikasi masalah dan membantu
pemecahan masalah. Proses interaksi perawat
dan klien dapat dibagi dalam empat fase yaitu
fase pra-interaksi, fase orientasi, fase kerja, dan
fase terminasi. Setiap fase ditandai dengan
serangkaian tugas yang perlu diselesaikan3.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Witojo,
dengan judul pengaruh komunikasi terapeutik
terhadap penurunan frekuensi halusinasi di
rumah sakit jiwa daerah Surakarta. Desain
penelitian adalah cross sectional populasi 34
responden, dengan hasil uji statistic menunjukan
nilai =0,001, artinya ada hubungan komunikasi
terapeutik terhadap penurunan frekuensi
halusinasi pada pasien di rumah sakit jiwa
daerah Surakarta.
Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta
adalah satu-satunya rumah sakit yang khusus
memberikan layanan kesehatan bagi pasien yang
mengalami gangguan penggunaan NAPZA.
Pencatatan Instalasi Rekam Medik tahun 2011
dan 2012 terdapat data antara lain : jumlah
kunjungan rawat jalan dengan NAPZA tahun
2011 adalah 29.397 mengalami peningkatan di
tahun 2012 yaitu 31.013. Sedangkan jumlah
kunjungan rawat inap dengan NAPZA tahun
2011 adalah 602 mengalami peningkatan di
tahun 2012 yaitu 658 pasien. Penulis memilih
Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO)
Jakarta sebagai tempat penelitian. Rumah Sakit
ini milik pemerintah, dan dari sekian banyak
pasien yang dirawat terdapat juga pasien dengan
gangguan jiwa seperti halusinasi dengan jumlah
pasien halusinasi 30 orang.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti
terhadap 10 orang perawat dari tanggal 17 s/d 23
Oktober 2014 terkait komunikasi terapeutik,
didapatkan perawat pada saat interaksi terlihat
tidak memberikan salam kepada pasien, perawat
tidak menanyakan perasaan pasien, perawat
tidak melakukan kontrak yang akan datang dan
tidak membuat rencana tindak lanjut pada fase
terminasi, hasil wawancara terhadap 10 orang
perawat jiwa, mengatakan tidak melakukan
komunikasi terapeutik kepada pasien karena

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia


malas, bosan dan mengandalkan mahasiswa
yang praktek di Rumah Sakit Tersebut.
Hasil observasi dari tanggal 17 s/d 23
Oktober 2014 terkait kemampuan pasien dalam
menghardik suara-suara pada pasien halusinasi,
bahwa pasien terlihat asik berbicara sendiri saat
halusinasi timbul dan terbawa atau mengikuti
halusinasinya, pasien terlihat tidak mampu
melakukan menghardik suara-suara saat
halusinasinya muncul,
padahal seharusnya
pasien mampu melakukan tindakan menghardik
seperti yang sudah di ajarkan perawat untuk
mengontrol halusinasinya ketika halusinasi itu
muncul baik secara dibantu ataupun secara
mandiri.
Dari latar belakang di atas , peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang Hubungan
Komunikasi Terapeutik Dengan Kemampuan
Pasien Dalam Menghardik Suara-Suara Pada
Strategi Pelaksanaan (SP1) Halusinasi di Rumah
Sakit Ketergantungan Obat Jakarta Tahun2014.
Metode
Desain penelitian yang digunakan adalah
jenis penelitian deskriptif korelasi dengan
menggunakan pendekatan csross sectional15. .
Populasi dalam penelitian ini adalah Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perawat
yang bekerja di Rumah Sakit Ketergantungan
Obat Jakarta dan pasien dengan halusinnasi yang
dirawat di Rumah Sakit ketergantungan Obat
Jakarta tahun 2014 yang berjumlah 30 Pasien.
Sampel yang terlibat dalam penelitian ini
sebanyak 30 perawat dan 30 pasien halusinasi
dengan menggunakan teknik total populasi7.
Hasil

Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan komunikasi terapeutik di
Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO)
Jakarta Tahun 2014 (N=30
Komunikasi
Terapeuti
Efektif
Kurang efektif
Jumlah

Frekuensi

14
16
30

47
53
100

Marisca Agustina

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia

Berdasarkan diagram di atas dapat


dilihat bahwa komunikasi terapeutik responden
tertinggi berada pada kelompok kurang efektif
sebesar 16 dari 30 (53%).
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
kemampuan menghardik suara-suara pada
halusinasi di Rumah Sakit Ketergantungan
Obat (RSKO) Jakarta Tahun 2014 (N=30)
Kemampuan
Menghardik

Frekuensi

11
19

37
63

Mampu
Kurang Mampu
Jumlah

30

100

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat


bahwa
kemampuan
responden
dalam
menghardik suara-suara pada halusinasi tertinggi
berada pada kelompok kurang mampu yakni
sebesar 19 dari 30 (63%).
Hasil Analisis Bivariat

Distribusi Responden berdasarkan


hubungan komunikasi terapeutik terhadap
kemampuan pasien dalam menghardik
suara-suara pada strategi pelaksanaan (SP1)
halusinasi di Rumah Sakit Ketergantungan
Obat (RSKO) Jakarta Tahun 2014 (N=30)

Hasil analisis hubungan antara komunikasi


terapeutik dengan kemampuan pasien dalam
menghardik suara-suara pada halusinasi di
Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO)
Jakarta Tahun 2014, diperoleh data bahwa 9 dari
16 responden melakukan komunikasi terapeutik

efektif dengan mampu dalam menghardik suarasuara pada halusinasi (56,3%). Sedangkan dari
10 dari 14 (71,4%) responden komunikasi
melakukan komunikasi terapeutik kurang efektik
dengan
responden kurang mampu dalam
menghardik suara-suara pada halusinasi. Hasil
uji statistic diperoleh Pvalue = 0,008
(Pvalue<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara komunikasi terapeutik
dengan kemampuan pasien dalam menghardik
suara-suara pada halusinasi di RSKO Jakarta
Tahun 2014. Hasil analisis diperoleh nilai OR
sebesar 2,944 artinya responden dengan
komunikasi terapeutik yang efektif mempunyai
peluang 2,944 (2,9) kali berpengaruh terhadap
kemampuan pasien dalam menghardik suarasuara pada halusinasi dibandingkan dengan
responden
yang
melakukan
komunikasi
terapeutik kurang efektif.
Pembahasan
Hasil penelitian hubungan komunikasi
terapeutik dengan kemampuan pasien dalam
menghardik
suara-suara
pada
strategi
pelaksanaan (SP1) halusinasi di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat Jakarta Tahun 2014 telah
dianalisis menggunakan uji statistik chi-square.
Hasil analisis menunjukkan bahwa :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16
responden
yang
melakukan
komunikasi
terapeutik efektif, 9 responden (56,3%) secara
observasi dapat melakukan menghardik suarasuara pada halusinasi dan 7 responden (43,7%)
tidak mampu melakukan menghardik suara-sura
pada halusinasi. Sedangkan dari 10 dari 14
responden melakukan komunikasi terapeutik
kurang efektif, 10 responden (71,4%) kurang
mampu melakukan menghardik suara-suara pada
halusinasi. Hasil uji chi-square statistik
diperoleh nilai P value 0,008 0,05 sehingga
HO ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara komunikasi
terapeutik perawat dengan kemampuan pasien
dalam menghardik suara-suara pada strategi
pelaksanaan (sp1) halusinasi di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat Jakarta Tahun 2014.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Witojo (2010) dengan judul
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik halusinasi di Rumah
4

Vol. 5 No. 3 September 2015


Sakit Jiwa Daerah Surakarta, Penelitian ini
menggunakan korelasi dengan pendekatan
survei secara kuantitatif. Pengumpulan data
meliputi usia, pendidikan, dan komunikasi
terapeutik
perawat.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik
perawat terhadap kemampuan pasien dalam
melakukan mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik memiliki hubungan dengan nilai P
value sebesar 0,004 0,055.
Komunikasi terapeutik adalah penyampaian
informasi verbal dan non verbal untuk
menyampai kesamaan pengertian dari pengirim
informasi
kepada
penerima
informasi3.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, mempunyai tujuan,
serta kegiatanya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien.
Pada dasarnya komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi interpersonal (antar
pribadi) yang professional mengarah pada tujuan
kesembuhan pasien dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antara tenaga medis
spesialis jiwa dan pasien10.
Hubungan yang terapeutik antara perawat
dengan klien adalah pengalaman belajar yang
bermakna dan pengalaman memperbaiki
emosional klien. Perawat menggunakan atributatribut yang ada pada dirinya dan teknik
keterampilan klinik yang khusus dalam bekerja
sama antara klien dengan perawat. Karakteristik
komunikasi therapeutik ada tiga hal mendasar
yang memberi ciri-ciri komunikasi therapeutik
yaitu Ikhlas , semua perasaan negatif yang
dimiliki oleh pasien harus bisa diterima dan
pendekatan individu dengan verbal maupun non
verbal akan memberikan bantuan kepada pasien
untuk mengkomunikasikan kondisinya secara
tepat.
Empati (Empathy), merupakan sikap jujur
dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam
memberikan penilaian terhadap kondisi pasien
dan tidak berlebihan.
Kehangatan dan sikap permisif yang
diberikan diharapkan pasien dapat memberikan
dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut,
sehingga
pasien
bisa
mengekspresikan
perasaannya lebih mendalam.
Kemampuan pasien menghardik suara-suara
pada halusinasi merupakan suatu usaha untuk
mengontrol diri terhadap halusinasi yang dengan

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia


menutup kedua telinga saat halusinasi muncul,
bercakap cakap dengar orang lain, melakukan
kegiatan harian dan minum obat4.
Menurut peneliti, perawat hendaknya lebih
efektif melakukan komunikasi terapeutik pada
passion halusinasi serta berperan akftif dalam
meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi
dalam berinteraksi dengan pasien jiwa untuk
membantu passion dalam menghardik suarasuara pada halusinasi. Manfaat komunikasi
therapeutik adalah untuk mendorong dan
menganjurkan kerja sama antara perawat dan
pasien melalui hubungan perawat dan pasien,
mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan
mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang
dilakukan oleh perawat itu sendiri terhadap
pasien.
Hubungan yang terapeutik antara perawat
dengan klien adalah pengalaman belajar yang
bermakna dan pengalaman memperbaiki
emosional klien. Perawat menggunakan atributatribut yang ada pada dirinya dan teknik
keterampilan klinik yang khusus dalam bekerja
sama antara klien dengan perawat. Karakteristik
komunikasi therapeutik ada tiga hal mendasar
yang memberi ciri-ciri komunikasi therapeutik
yaitu Ikhlas , semua perasaan negatif yang
dimiliki oleh pasien harus bisa diterima dan
pendekatan individu dengan verbal maupun non
verbal akan memberikan bantuan kepada pasien
untuk mengkomunikasikan kondisinya secara
tepat.
Empati (Empathy), merupakan sikap jujur
dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam
memberikan penilaian terhadap kondisi pasien
dan tidak berlebihan.
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan
diharapkan pasien dapat memberikan dan
mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut,
sehingga
pasien
bisa
mengekspresikan
perasaannya lebih mendalam.
Kemampuan pasien menghardik suara-suara
pada halusinasi merupakan suatu usaha untuk
mengontrol diri terhadap halusinasi yang dengan
menutup kedua telinga saat halusinasi muncul,
bercakap cakap dengar orang lain, melakukan
kegiatan harian dan minum obat9.
Menurut peneliti, perawat hendaknya lebih
efektif melakukan komunikasi terapeutik pada
passion halusinasi serta berperan akftif dalam
meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi
5

Marisca Agustina

dalam berinteraksi dengan pasien jiwa untuk


membantu passion dalam menghardik suarasuara pada halusinasi. Manfaat komunikasi
therapeutik adalah untuk mendorong dan
menganjurkan kerja sama antara perawat dan
pasien melalui hubungan perawat dan pasien,
mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan
mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang
dilakukan oleh perawat itu sendiri terhadap
pasien.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data
dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa:
Komunikasi Terapeutik perawat terhadap
pasien
halusinasi
di
Rumah
Sakit
Ketergantungan Obat Jakarta Tahun 2014
sebagian besar kurang efektif. Kemampuan
dalam menghardik suara-suara pada halusinasi
sebagian besar kurang mampu dalam melakukan
menghardik, hal ini menunjukan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara Komunikasi
terapeutik dengan Kemampuan pasien dalam
menghardik suara-suara pada halusinasi di
Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta
Tahun 2014.
Daftar pustaka
1. Lilik Marifatul Azizah, Keperawatan Jiwa
Aplikasi Praktik Klinik Edisi I, Graha Ilmu
Yogyakarta. 2011.
2. Iyus Yosep, Pertama Keperawatan Jiwa
Edisi, PT refika Aditama Bandung. 2007.
3. Ermawati
Dalami.
Konsep
Dasar
Keperawatan kesehatan jiwa cetakan
Pertama, Trans Info Media, Jakarta. 2010.
4. Farida
Kusumawati.
Buku
Ajar
Keperawatan Jiwa, Salemba Medika,
Jakarta. 2010.
5. Djoko Witojo. Pengaruh komunikasi
Terapeutik Terhadap Penurunan Frekuensi
Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta, Berita Ilmu Keperawatan. 2004.
6. Nanda International, Diagnosis Keperawatan
Edisi Ketiga,EGC, Jakarta. 2011.
7. Hidayat ,A.Aziz Alimul. Riset Keperawatan
dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2 ,
Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia

8. Machfoedz, Ircham. Teknik Membuat Alat


Ukur
Penelitian
Bidang
Kesehatan,
Kesokteran, Kaperawatan, Dan Kebidanan.
Jakarta : Graha Ilmu.
9. Wadianingsih
Endang.
Gambaran
Pelaksanaan
Komunikasi
Terapeutik
Perawat Dengan Halusinasi Pendengaran,
Skripsi, Universitas Sumatra Utara. 2013.
10. Fitriani Dewi, Buku Pedoman Praktek
Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta. 2014.
11. Abdul Nasir, dkk. Komunikasi Dalam
Keperawatan teori dan Aplikasi. Jakarta ;
Penerbit Salemba Medika. 2009.
12. Nurhasanah Nunung, Ilmu Komunikasi
Dalam Konteks Keperawatan, Jakarta ;
Penerbit, Trans Info Media. 2010.
13. Arita Murwani, Komunikasi Terapeutik
Panduan Bagi Perawat ; Yogjakarta,
Fitramaya. 2009.
14. Elsa Rosalina, dkk, Buku Saku Komunikasi
Keperawatan, Jakarta, Penerbit Transinfo
Media Tim. 2009.
15. Nursalam, Konsep & Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
2003.
16. H.Zainudin Ali, Dasar-Dasar Perencanaan
keperawatan, Trans Info Media, Jakarta.
2010

Вам также может понравиться

  • LP ASKEP Ensefalopati
    LP ASKEP Ensefalopati
    Документ16 страниц
    LP ASKEP Ensefalopati
    Josep Christian Andy Noegroho
    100% (5)
  • Judul
    Judul
    Документ1 страница
    Judul
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • BAB II Yanto
    BAB II Yanto
    Документ11 страниц
    BAB II Yanto
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • BAB II Gerontik Sip
    BAB II Gerontik Sip
    Документ20 страниц
    BAB II Gerontik Sip
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Sop Kompres Hangat Pake
    Sop Kompres Hangat Pake
    Документ1 страница
    Sop Kompres Hangat Pake
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • BPH Post Op Prostatektomi
    BPH Post Op Prostatektomi
    Документ56 страниц
    BPH Post Op Prostatektomi
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Hasil Yoga
    Hasil Yoga
    Документ1 страница
    Hasil Yoga
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • BAB I Gadar
    BAB I Gadar
    Документ7 страниц
    BAB I Gadar
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • LAMPIRAN STUDI KASUS 2 Fix
    LAMPIRAN STUDI KASUS 2 Fix
    Документ22 страницы
    LAMPIRAN STUDI KASUS 2 Fix
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Yth. PUSKESMAS Yogyakarta D.I. Yogyakarta
    Yth. PUSKESMAS Yogyakarta D.I. Yogyakarta
    Документ1 страница
    Yth. PUSKESMAS Yogyakarta D.I. Yogyakarta
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Analisis Jurnal KMB 1
    Analisis Jurnal KMB 1
    Документ13 страниц
    Analisis Jurnal KMB 1
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Asi Ekslusif
    Asi Ekslusif
    Документ2 страницы
    Asi Ekslusif
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Trans Seksu Al
    Trans Seksu Al
    Документ2 страницы
    Trans Seksu Al
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Bab Iii Kel 26
    Bab Iii Kel 26
    Документ23 страницы
    Bab Iii Kel 26
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Asi Eksklusif
    Asi Eksklusif
    Документ2 страницы
    Asi Eksklusif
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • EFEK PIJAT TANGAN
    EFEK PIJAT TANGAN
    Документ15 страниц
    EFEK PIJAT TANGAN
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ23 страницы
    Bab Iii
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Bakteri Masuk
    Bakteri Masuk
    Документ3 страницы
    Bakteri Masuk
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ4 страницы
    Bab Iii
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Komprehensif Pada Anak Dengan Tof Fix
    Asuhan Keperawatan Komprehensif Pada Anak Dengan Tof Fix
    Документ6 страниц
    Asuhan Keperawatan Komprehensif Pada Anak Dengan Tof Fix
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Konsep Map TOF
    Konsep Map TOF
    Документ2 страницы
    Konsep Map TOF
    Krisna Anggara
    Оценок пока нет
  • Post Partum Blues
    Post Partum Blues
    Документ1 страница
    Post Partum Blues
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Askep Kompre Kasus Ibu Hamil DG PX Jantung Fix
    Askep Kompre Kasus Ibu Hamil DG PX Jantung Fix
    Документ8 страниц
    Askep Kompre Kasus Ibu Hamil DG PX Jantung Fix
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • ASUHAN DEHIDRASI
    ASUHAN DEHIDRASI
    Документ8 страниц
    ASUHAN DEHIDRASI
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Infertilitas Dan PMS
    Infertilitas Dan PMS
    Документ6 страниц
    Infertilitas Dan PMS
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • LP Asfiksia Bakung
    LP Asfiksia Bakung
    Документ15 страниц
    LP Asfiksia Bakung
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • BAB II Yanto
    BAB II Yanto
    Документ11 страниц
    BAB II Yanto
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Pathway Chepalgia
    Pathway Chepalgia
    Документ1 страница
    Pathway Chepalgia
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • Aktivitas Dan Latihan
    Aktivitas Dan Latihan
    Документ13 страниц
    Aktivitas Dan Latihan
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет
  • LAPORAN PENDAHULUAN Chepalgia
    LAPORAN PENDAHULUAN Chepalgia
    Документ17 страниц
    LAPORAN PENDAHULUAN Chepalgia
    Yoga Raditya
    Оценок пока нет