Вы находитесь на странице: 1из 30

Contoh Naskah Drama Musikal Sederhana "Persahabatan"

Setting dibikin kayak ruang kelas. Siswa pada matung. Siswa 1 berjalan
disekitar panggung. Lalu seorang anak laki-laki teman sekelasnya menabraknya.
Siswa 1
: aduh.
Siswa 5
: kalo jalan lihat-lihat dong. Nggak punya mata ya!
Siswa 1
: santai dong. Nggak usah alay.
Siswa 5
: eh, ngajak berantem nih.
Siswa 1
: ayo sini.
Siswa 5
: awas ya. aku bilangin mamaku. (pergi)
( Siswa 1 nyanyi lagu anak mami. Siswa yang lagi freze ikutan.)
KRINGG!!! (semua Siswa duduk ketempat masing-masing matung.)
Bu guru
: duh, liburan 2 minggu kok rasanya kayak sehari ya. kertas nilai masih
pada numpuk. Ah ndak papa. Ketemu lagi sama anak-anak SMA ini. Liat aja apa ada
yang belajar selama liburan ini. Liat aja nanti bakal ada ulangan dadakan.
Guru selesai monolog, menghampiri kelas. Unfreze.
Bu Guru
: Selamat pagi anak-anak.
Siswa
: Pagi, Bu.
Bu Guru
: kok nggak pada semangat sih?? Karna kalian nggak pada semangat,
ibuk bakal kasih ulangan dadakan.
Siswa 4
: hah! Apah! Yaampun!
Siswa 2
: hari pertama ulangan??
Siswa 3
: nggak masuk akal bu.
Siswa
: nggak bisa gitu, Bu.
Siswa 1
: Yaudah sih, biasa aja. Cuma ulangan juga. Makanya jadi orang tu
pinter. Nggak usah sok panik, deh.
Bu Guru
: nah, kalian contoh tu si siswa 1.
Siswa
: ngeluh.
Bu Guru
: (tulittulittulit) halo. Sekarang? Aduh. Iya siap. Baik. Maaf ya anak
anak, ibu ada urusan mendadak sama kepala sekolah. ulangannya ditunda aja ya.
sekarang kalian kerjakan buku paket halaman 103 ya. (keluar)
Semua pada sibuk masing-masing. Anak-anak dikelas rame-rame. Beberapa
gerombolan anak bertanya kepada si anak 4 tapi malah dijawab tak acuh.
Siswa 6
: eh, soal nomor 3 gimana sih?
Siswa 7
: duh gimana ya? aku juga nggak paham.
Siswa 8
: mending kita tanya ke Siswa 1 yuk.
Siswa 6
: siswa 1, ini nomor 3 caranya gimana ya?
Siswa 1
: yaampun. Soal kayak gini aja kalian nggak bisa. Bodoh banget sih.
Siswa 7
: kamu kok gitu sih. Kalo nggak mau bantuin yaudah, nggak usah
ngejek.

Siswa 1
: emang nggak mau. Sayang banget otakku yang mahal ini.
Siswa 8
: dasar. Yuk kita pergi aja.
(nyanyi dia pikir dia yang paling hebat. Dimulai selain Siswa 1. Koordinasi menyusul)
Bu Guru
: maaf ya anak-anak tadi ibu lama.
Siswa
: nggak papa bu. Lebih lama juga nggak papa. Hahahha
Bu Guru
: itu sih keenakan kalian. Sekarang ibu akan membentuk beberapa
kelompok untuk berdiskusi.
Siswa 9
: kelompoknya milih sendiri-sendiri aja bu.
Siswa 10
: iya bu. Bebas aja. Lebih adil bu..
Bu Guru
: justru kalau ibu acak kan malah adil?
Siswa 11
: saya nggak mau satu kelompok sama Siswa 1 bu
Bu Guru
: lho kenapa?
Siswa 12
: dia nyebelin bu. Ngerasa yang paling bisa.
Siswa 1
: apasih? Pada sirik ya.
Bu Guru
: sudah sudah. Kalian kok malah berantem sih.
Siswa 4
: emang siswa 1 itu nyebelin bin aneh bin sok sok an bin iuhh bin huek
huek bu
Siswa 2
: iya bu, makanya dikelas ini nggak ada yang mau satu kelompok sama
dia
Siswa 3
: dia itu ngerasa paling bener bu. Nggak punya rasa bersalah
Siswa 1
: emang aku nggak pernah salah. Kalian kali
Bu Guru
: anak-anak kalian nggak boleh gitu. Kalian semua ini teman.
(bu guru nyanyi lagunya sherina persahabatan. Diikuti siswa yang lain.)
Siswa 1
: maafin atas semua kesalahanku ya teman-teman.
Ceritanya kelas kosong, siswa 1 sedang mengobrol dengan siswa 9, 10, 11, 12 dipojok
panggung. Lalu beberapa cowok muncul. Salah satunya ada Siswa 5. Siswa 5 bersama
Siswa 13, 14.
Siswa 13
: itu si Siswa 1 bos.
Siswa 11
: wah iya bos. Sikatt aja bos.
Siswa 5
: malu lah. Dia cantik banget.
Siswa 13
: kenapa malu bos? Bos ganteng kok.
Siswa 5
: tiap ketemu dia, mesti ada something happen.
Siswa 11
: yaelah. Pede aja bos. Doa dulu bos.
(siswa 5 nyanyi lagu hari bersamanya Sheila on 7. Diikuti siswa 13 dan siswa 14. Dan
padus tentunya)
Siswa 5
: ehem. Hai
Siswa 1
: hai
Siswa 5
: aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacarku?
Siswa 9
: ciyeee ditembak
Siswa 10
: terima aja
Siswa 12
: udahlah. Nggak usah mikir lagi. Terima aja.

Siswa 1
: maaf ya bukannya apa-apa. Tapi mendingan kita belajar dulu ya...
pacaran itu belakangan.
(nyanyi lagu anak sekolah nya chrisye. Lalu kembali ke bangku masing masing)
Bu Guru
: anak-anak. Ibu ada kabar. Mulai lusa, kalian akan dipindah kelas
secara acak.
Siswa 6
: nggak mau pisah..
Siswa 7
: sediihh harus pisah sama kalian
Siswa 8
: bakal keinget sama kenangan kitaa
Bu Guru
: anak-anak. Nantinya kalian juga pasti berpisah. Memang susah diawal,
tapi kalian pasti bisa melewatinya. Percaya aja bahwa suatu saat kalian akan ketemu
lagi dalam kebahagiaan yang lain.
(seluruh pemain maju nyanyi lagu persahabatan)

Naskah drama untuk 20 orang


Naskah drama : Sengajakah kamu ?
Naskah untuk 20 orang, naskah ini saya buat untuk memenuhi tugas
Bahasa Indonesia.

SENGAJAKAH ?
Pagi ini tidak seramai biasanya, para mahasiswa sibuk belajar karena sebentar lagi ada
ualangan tapi ada sebagian mahasiswa yang bergosip tentang mahasiswa baru yang masuk hari ini.
Farza

: (dengan gaya alainya) eh, tau gak ? cowok itu cool abiz.. ( menunjuk Dimas)

Shella : hemz., aku tau kalau dia cool (kata shella cuek, karena tanpa sepengetahuan temannya Dimas
adalah kekasihnya waktu SMA )
Anis

: (dengan tampang oon, mangap-mangap) eh, tapi aku lebih suka sama Fauzan dan Wahyu , dia
juga gak kalah keren.

Iin

: (sambil memilin rambutnya yang di kepang , dan tersenyum malu ) Naufil kau keren.. .

Shella : Iin , nyadar ga sih ? Anis, kamu cocoknya sama si bambang !! . ( semua tertawa mendengar
ocehan shella, begitu juga dengan Dini dan Uut yang juga mendengarnya).
Dini

: heh kalian ini bisa saja , kasian Anis loh(Dini dan Uut mendekat ke kelompok shella dkk)

uut

: belajar aja yuk., ntar nilai kalian jelek

Farza
uut

: jangan sok kamu Ut, nanti nilaimu juga tidak bakalan bagus-bagus banget .
: kan kita harus berusaha dulu Far ! .

Shella : ustadzah mulai. .


uut

: apa Shell !, Din yuk kita ke perpus ! (kata Uut menarik tangan Dini )

Dini

: ia, tapi aku masih mau ke kantin

Uut

: oh, ayo .
Berbeda dengan kelompok Safina, mereka malah membahas tentang pelajaran yang hendak

Diulangkan sebentar lagi.


Fany

: aku masih bingung yang tentang manusia purba yang ada di Indonesia, apa aja sih namanya !.
(Tanya Fani, dengan muka bingung).

Risma : seperti ini Fan, kalau manusia purba yang ada di Indonesia dibagi 3 macam, diantaranya
ada Meganthropus paleojavanicus, pithecanthropus, dan Homo .
Safrina : diantara ke-3 macam manusia purba itu ada cirinya masing-masing lo Fan ! (sambung Safrina).
Fany

: oh seperti itu , iya aku sudah sedikit mengerti

Feti

: ngomong-ngomong apa yang dimaksud masa prasejarah ?

safrina : masa prasejarah itu adalah masa sebelum manusia mengenal tulisan.
Fety

: iya, benar sekali (kata Fety membenarkan ).

Risma : mudah-mudahan nanti kita bisa menjawab soal-soalnya dengan benar . (sambung Risma )
Fany

: iya, mudah-mudahan saja .


(Mahasiswa baru itu kemudian mendekat kepada kelompok safrina dkk. )

Dimas : kalian tau tentang zaman Tembaga ?. (tanyanya kemudian ).


Safrina

: oh iya tau, emang kenapa ?. (jawab Safrina )

Dimas : kalian tau mengapa zaman Tembaga tidak pernah terjadi di Indonesia ?
Risma : itu karena di Indonesia tidak ditemukannya prasasti atau peninggalan yang terbuat dari tembaga .
(sambung Risma)
Kelompok shella dkk. Melihat Dimas yang sedang bercakap-cakap dengan kelompok Safrina dkk.
Kemudia shella dkk menghampirinya.
Shella : hai Dimas. Boleh kenalan gak ?. (dengan gaya centilnya, sengaja minta kenalan padahal Dimas
adalah mantan pacarnya pada waktu SMA dulu )
Dimas : itu kamu sudah tau namaku, bukankah aku sudah memperkenalkan diri kemaren ? (Dimas cuek
pada shella).
Farza

: oh gitu ya !!!, sok pilih-pilih teman nih ceritanya ? (sambung Farza dengan suara agak
meninggi).
Feti
Farza

: sudah, ada apa sih? pelankan suaramu Farza !.


: jangan ikut-ikut kamu Fet !. (kata Farza ketus).

Safrina : kalian jangan bikin rame, cepat pergi ! kita mau belajar (teriak Safrina)
Shella : jangan sok kamu Rin !
Fany

: jangan seperti itu shell !, kita saat ini harus belajar karena sebentar lagi kita ulangan

Farza

: kalian semua emang sok!

Wahyu : mbak-mbak, jangan tengkar disini. (mendekati kedua kubu itu).


Anis

:iya,. (dalam hati Anis berkata aduh Wahyu keren banget sih .)

Iin

: Nis., (sedikit membentak)

Fauzan : semuanya. Duduk ke tempat masing-masing !! dosen sudah datang ! (perintah Eko).
Naufil : sepertinya ada dosen baru tuh (kata Naufil menimpali).
Fauzan

: ia, dengar-dengar Ibu Harti berhenti mengajar Fil

Kemudian dosen wali kelas bersama dosen baru masuk kelas dan semua siswa duduk
ketempatnya.
Muqit : selamat pagi semua ! (kata wali kelas itu).
Mahasiswa

: pagi pak !

Muqit :anak-anak, hari ini ada dosen baru yang akan menggantikan Ibu Harti
Wahyu : emang Ibu Harti kemana pak ?, kok malah ganti dosen !
Muqit : Ibu Harti berhenti mengajar disini mulai hari ini
Farza

: jangan donk pak. (kata Farzana )

Muqit : mari, kenalkan nama Ibu ! (kata dosen Muqit kepada dosen baru itu)
Wiwid : kenalkan, nama saya Widya kartika, mulai hari ini saya akan menggantikan Ibu Harti!. Apa ada yang
mau ditanyakan (kata dosen itu dengan suara tegas).
Farza

: nomor hp Bu ! (teriak Farza )

Wiwid : 081234567xxx , baik ada yang mau ditanyakan ? , kalau tidak ada pertanyaan mari kita berdiskusi
tentang tersebarnya agama Hindu-Budha di Indonesia
Shella :jangan bu. Kitakan baru kenal kok langsung pelajaran ?
Muqit : baiklah terimakasih atas perhatiannya ! selamat pagi ! (kata dosen Muqit seraya meninggalkan
kelas).
Mahasiswa

: iya sama-sama

Pelajaran sejarah telah selesai, setelah pelajaan selesai banyak siswa yang berkumpul di kantin
kampus.
Dini

: ut, kamu mau pesan apa ?

Uut

:beli es teh saja, kamu ? (kataku balik Tanya)

Dini

:q juga .

Uut

: Mbak, beli Es Tehnya 2 !(kata Uut kepada mbak kantin)

Ana (mbak kantin)

:iya, tunggu (tak lama kemudian mbak kantin menyodorkan pesanan kami)

Naufil : hei, kalian beli apa ? (kata Naufil memegang pundak Dini )
Dini

:lagi beli minuman, kalau kamu ? .

Nufil

:Cuma mau beli air, soalnya udah haus dari tadi

Uut

: kalu kamu Yu ! kata Uut kemudian

Wahyu
Dini

: aku Cuma ngikut aja (dengan senyumnya)


: terimakasih mbak, nih uangnya (Dini dan Uut langsung pergi)
Shella dkk datang, disusul dengan datangnya safrina dkk.

Shella : mbak, pesan mie satu dan es tehnya satu (kata shella yang kemudian duduk di kursi)
Mbak K : iya, tunggu
Farza

: aku juga mbak

Mbak : iya, Anis sama Iin mau pesan apa ? (Tanya mbak kantin yang sudah mengenak mereka)
Anis

: aku pesan jus mangganya saja

Iin

: aku pesan pop ice mbak

Mbak : baiklah (samba tersenyum)


Shella melihat Dimas yang duduk sendirian kemudian menghampirinya.
Dan duduk disebelahnya.
Shella :hai Dim, boleh duduk disini ? (sapa shella)
Dimas : hai shell, iya silahkan ! (tersenyum sinis )
Safrina : Dim, gimana ? jadi yang mau nonton ! (safrina yang tiba-tiba datang )
Dimas : pasti (tersenyum )
Shella : kalian mau kemana ? (Tanya shella kaget)
Safrina

: nonton shell! jawab Safrina . oh ia Dim, bagaimana kalau kita nnton dikelas aja, kebetulan
aku punya film dilaptop, nanti pulangnya kita nonton ke bioskop. gimana?

Dimas : wah, bagus tu. Baiklah nanti sepulang kuliah kita pergi ya ! .
Safrina

:ok
Merasa dicuekin, Shella langsung pergi dengan muka cemberut.

Anis

:kamu kenapa shell ? kok mukanya berubh kusut gitu !

Shella :tau tuh, sebal aku ngeliatnya

Farza

:ngesliat siapa ?

Shella : itu tuh, si Tukiyem pamer didepan aku, kalau dia mau pergi nonton nanti malem
Farza

:sokbanget tu orang !

Iin

: kita labrak aja shell

Anis

: bener tu (kata Anis membenakan )


Didepan Bioskop, Shella menunggu kedatangan Dimas dan Safrina sendirian, ternya Shella

melarang temannya untuk melabrak Safrina waktu dikantin tadi siang. Setelah beberapa menit
menunggu akhirnya Dimas dan Safrina datang,kemudian shella menyiram Safrina dengan air.
Safrina

: ah., apa-apaan kamu shell !

Shella : biar tahu rasa kamu! .


Dimas : shell, apa yang kamu lakukan ?
Shella : ngapain kalian berduaan, pacaran juga bukan !
Dimas :kami sudah jadian, puas kamu ? (kata Dimas sedikit membentak )
Shella :Dim, apa kamu sengaja menyakiti aku ? (Tanya shella, matanya mulai berkaca-kaca)
Dimas :apa yang kamu bicarakan ! (kata Dimas pura-pura tidak mengerti)
Shella :bagus sekali aktingmu Dim, aku sudah bilang sama kamu kalau aku benar-benar menyukaimu, aku
tidak pernah ada hubungan dengan Fauzan !
Dimas :aku tidak percaya sama kamu !
Safrina

: tunggu dulu, apa kalian sudah pernah berteman sebelumnya ? (Tanya Safrina heran )

Shella : ya, bukan hanya berteman, tapi dulu kita sempat pacaran !, Safrina tolong kamu putuskan
hubunganmu dengan Dimas ! (pinta shella, yang air matanya mulai berjatuhan)
Kemudian Fauzan dan temannya yang culun datang menghampiri mereka ber-3.
Eko

: shell, Dimas ! kalian disini ? (tanyanya)

Bambang : sepertinya shella menangis, (kata bambang yang juga teman satu SMAnya)
Eko

: kenapa kamu shell ?(memegang pundak Shella)

Dimas :lepas tnganmu ! (yang kemudian menepis tangan Eko)


Safrina :jangan sepeti itu Dimas, tenangkan dirimu !
Shella :Dim, berhenti bersikap seperti itu !
Dimas :bahkan sekarang kamu lebih membela Eko dari pada kekasihmu ? (kata Dimas)
Safrina kaget dengan perkataan Dimas.

Shella : Fuzan, tolong jelaskan pada Dimas kalau kita tidak pernah memiliki hubungan lebih dari teman
pada waktu SMA dulu !
Dimas : sudah, tidak usah dijelaskan !
Eko

: Dimas, kami benar-benar tidak memiliki hubungan yang lebih dari teman, foto yang kamu lihat itu
bukan seperti yang kamu bayangkan. Asal kamu tahu waktu itu Shella membantu aku untuk bertemu
si Ratih

Dimas : terus, kenapa kamu memegang lengan shella ?


Bambang: (kemudian angkat bicara ) itu karena shella hampir jatuh karena hak sepatunya patah
Fauzan

: benar, kami datang ke restouran bertiga bukan hanya berdua Dim (mencoba member
pengertian )

Dimas : shell, maafkan aku ! , aku telah salah paham kepadamu (memegang pundak shella)
Shella : iya, tapi.
Dimas : tapi apa ?, aku tidak memiliki hubungan khusus dengan Safrina
Shella : tapi tadi. (belum sempat meneruskan kalimatnya, Dimas langsung berkata )
Dimas : tidak, itu bohong shell ! , aku bena-benar minta maaf (kata Dimas memelas) maaf karena aku
salah paham dan maaf karena aku menyakitimu(lanjutnya). Safrina, aku juga minta maaf padamu
karena aku melibatkanmu dalam permasalahan ini.
Safrina

:iya, Dim !.

Shella :dan, maafkanaku juga Na, karena aku telah membuatmu menderita ! (kata Shella bersalaman, dan
memberikan sebuah tisu).
Akhirnya kesalahpahaman diantara Dimas dan Shella telah selesai, dan antara kubu Shella
dan Safrina mulai akur, bahkan mereka menjadi satu kelompok. Amanat dari kisah ini adalah jangan
mengambil menuduh sembarangan tanpa ada bukti yang jelas, karena akan menimbulkan kesalah
pahaman.

AKU INGIN SEKOLAH


(Theme song Ari Laso; mengejar matahari. Para pemain masuk, mengenalkan diri)
( pentas di setting terminal, Dian dan Prita berjualan Koran.) (pemain berkeliling di sekitar
panggung dan penonton dengan pakaian yang kurang layak.)
Dian : Koran, Koran 3x.
Prita : berita hangat, berita hangat 3x.
( mereka pun duduk karena kelelahan)
Prita : minum dulu de..
Dian : terima kasih kak..

Prita : bagaimana sekolah mu de? Apakah lancar?


Dian : Alhamdulillah kak! Kemarin saya mendapat nilai terbesar pada ulangan fisika!
Prita : wah hebat!
Dian : tapi kak, bu guru sering mendatangi aku. Sudah hampir 3 bulan aku belum
membayar uang sekolah
Prita : jangan bersedih de, kakak akan terus berjuang untuk membiayai sekolahmu, asal
kamu tetap semangat belajar, oke?
DMasiv Jangan menyerah
(sementara itu masuk juragan daerah yang jahat dengan anak buahnya ) (iwan fals ; Bento)
Prita : pak ? korannya pak?
(juragan melirik)
Dian : berita hangat pak?
Asep B : huahahaha anak kecil, berjualan Koran di pinggir jalan,dasar orang pinggiran,
pergi sana!
Prita : maaf pak, tolong jangan usir kami. Bisakah bapak memberikan sedikit belas kasih
untuk membeli Koran kami?
Dian : kakak? Apa yang kakak lakukan?
Asep B : huhahaha, hei? Apakah kalian anak dari Wulan?
Prita : benar pak.
Asep B : saya tidak tau jika Wulan memiliki anak gadis di rumahnya..
(dengan senyum penuh kepicikkan, Asep menatap dian)
Prita : maaf pak ( prita memotong pandangan Asep)
Asep B : hahahaha ini ini, tolong ambil sedikit. (mengeluarkan uang selembaran hingga
berjatuhan)
Prita : ha? (terkaget melihat uang dengan jumlah yang begitu banyak)
Dian : it, itu semua uang bapak?
Asep B : tentu saja, saya orang kaya..! hahaha ini tolong ambil untuk membeli pakaian dan
beberapa alat rias.(Iwan fals -Bento )
Prita : maaf pak, kami tidak bisa menerima uang sebanyak itu.
Dian : tapi kak, itu kan
Prita : sudah dian,ayo kita pulang.
Asep b : hei, pergi kemana kalian? Dasar tidak tau di untung!!
(dian dan prita pun pergi, di susul dengan Asep B) ( Para pemain keluar, setting berikutnya
rumah, dengan tikar. Ibu Wulan dengan keleng d tangannya.)
Bu Wulan : bagaimana cara membuka kaleng ini? Dasar anak-anak bodoh,
menyembunyikan uang di tmpat seperti ini.
(dari luar, terdengar teriakan Ibu Ambar, tetangga yang menagih hutang) (Ibu Ambar masuk)
Ibu Ambar :Wulan !? keluar kau Wulan!
Bu Wulan : ia bu, sebentar.. silahkan masuk.
Ibu Ambar : aku tak sudi masuk kerumah bau seperti selokan ini. Mana hutangmu yang
kamu janjikan tempo dulu
Bu Wulan : ini bu, saya sedang berusaha mengeluarkan uangnya dari dalam kaleng ini.
Ibu Ambar : kemarikan! ( laluIbu Ambar mengocok-ngocok kalengnya) berat juga, baiklah
tapi sepertinya ini masih belum cukup.
Bu Wulan : tapi bu, mana mungkin belum cukup? Isi kaleng itu mungkin saja melebihi
hutang-hutang saya bu.

Ibu Ambar : hah ? apa? Eh Wulan, dengar! Kamu ngutang sama saya sudah dari 4 tahun
yang lalu! Dan rumah ini, jika suamiku bukan teman dekat suamimu, sudah dari dulu saya
tendang kalian dari sini!
Bu Wulan : tapi bu, berikan saya sedikit uang untuk makan malam nanti..?
Ibu Ambar : tidak!
Bu Wulan : kalau begitu berikan sedikit makanan untuk kami?
Ibu Ambar : ( dengan berat hati ia mengeluarkan selembar uang 5 ribu dan
melemparkannya pada bu Wulan) Nih! Minggu depan balikin duit ini! (Ibu Ambar keluar)
( Ibu Ambar Pun pergi )
Bu Wulan : Kyaaaa!!! Udang rebon, sampah! Dasar nenek tua!! ( menangis dan mengamuk)
( buWulan keluar, setting berikutnya jalan pulang. Dian dan kakaknya bertemu dengan
teman-teman dian.)Ajeng : Dian?
Dian : eh Ajeng?
Prita : eh, teman-temannya dian ya? Dian kakak duluan ya?Kakak takut ibu marah.
Dian : ia kak. ( prita keluar)
Ayu : dian apa kabar? Kamu kemana aja?
Ajeng : ia di, kelas jadi sepi kalo ga ada kamu.
Dian : maaf ya, dua hari ini saya membantu kakak berjualan Koran. (murung)
Nia : oh maaf ya?
Dian : saya kasihan dengan kakak ! (dian menangis)
Nia: sudah dian
Dian : terimakasih teman, kalian yang terbaik. (berpelukan)
(masuk ibu mawar, dan Malik)
Ibu Mawar : Malik, tunggu sebentar.!
Malik : Apa lagi sih mah?
Ibu Mawar : dengerin mamah dulu! Jika kamu terus-terusan seperti ini, masa depanmu akan
hancur!
Malik : ah..! terserah! ( pergi)
Ibu Mawar : Malik, Malik..!!? (bu mawar menghela napas)
( Ibu Mawar yang melihat seorang gadis kecil berjualan tiba tiba menghampirinya )
Ibu Mawar : de? Jualan Koran ya?
Dian :ia bu.
Ibu Mawar : ibu beli satu de.
Ajeng : dian, saya pulang duluan ya?
Dian : ia jeng.
Ayu : besok kamu masuk sekolah ya!?
Nia : ia di, aku tunggu ya!?
Dian : Insyaallah.. (ajeng,Ayu dan Nia keluar) dah eh maaf bu, ini korannya.
Ibu Mawar : berapa de?
Dian : Dua ribu bu.
Ibu Mawar : yah, ibu ga ada uang kecil de..
Dian : oh, gimana ya ? saya pun belum menjual satupun Koran, jadi saya belum memiliki
kembalian bu..?
Ibu Mawar : begitu ya? Oh ia, tadi ibu dengar kamu ga masuk sekolah? Memangnya kamu
sekarang kelas berapa?
Dian : kelas 8bu.
Ibu Mawar : kamu sekolah dimana ?
Dian : saya sekolah di MTs Al-Hidayah bu.

Ibu Mawar : oh itu kan tidak jauh dengan tempat saya bekerja?
Dian : hah? Jangan-jangan ibu bekerja di perusahaan besar yang di sebelah sekolah saya?
Ibu Mawar : pemilik lebih tepatnya. Saya sebenarnya sudah lelah mengurus perusahaan
sendirian, maka dari itu saya mengajarkan pada anak saya bagaimana menangani
perusahaan, namun dia malah menolak.
Dian : jangan-jangan yang tadi itu?
Ibu Dian : benar. Kamu anak yang baik ya? Semoga lain kali kita bisa bertemu lagi. Sekarang
saya pergi dulu ya?
Dian : ia bu,terimakasih.
Ibu Mawar : (mengeluarkan uang 100 ribu) ambil saja kembaliannya.
Dian : beneran bu, terimakasih banyak bu..!!
(dengan wajah bahagia dian pun pergi) (dian dan bu Mawar keluar)
( setting berikutnya di rumah Malik. Malik dan Maya masuk )
Maya : apa sih susahnya ngomong!? SMS gak pernah, Nelfon ga pernah..?
Malik : sayang aku tuh sibuk! Kamu tau kan ?kerjaan di kantor itu ga semudah yang kamu
kira!
Maya : tapi kan bukan berarti kamu cuekin aku kaya gini..! (membuka hp dan mengirim
pesan)
Malik : kamu sms siapa sayang?
Maya : bukan urusan kamu!
Malik : rendi ya?
Maya : terus kenapa? Paling engga Rendi bisa lebih perhatiin aku sekarang ini.
Malik : (Yovie And Nuno; Manusia Biasa)
Maya : sayang? Maaf, tapi sungguh, aku ga bisa nerima kamu yang kaya gini
Malik : kamu tuh kay anak kecil tau! Ga ada dewasanya.
Maya : jadi kamu ga suka?
Malik : ck (malik keluar)
Maya : malik,malik!? Tunggu Malik!?
(maya dan malik bertengkar.sementara itu)
Latinka Aku Bisa Mati
( setting berikutnya di rumah, dengan tikar ) ( ibu masuk dengan cemberut)
Ibu Wulan : dimana sih anak anak sial itu? Jam segini masih belum pada pulang? (mondar
mandir)
(prita masuk)
Prita : Assalamualaikum..?
Ibu Wulan : Walaikumsalam.!(keras) mana duitnya? Mana..!!?
Prita : ini bu ? (mengeluarkan uang receh)
Ibu Wulan : apa? Kamu bilang ini uang? (melemparkan uang itu lalu menjambak rambur
prita) dasar anak tidak berguna!!
Prita :ibu sakit, ampun bu, ampun!!
(masuk Asep Barong dan anak buahnya Baron)
Asep B : assalamualaikum!?
Ibu Wulan : Walaikumsalam. Eh kang Asep..? kumaha kang damang? (salam, sun tangan)
Asep B : hahaha WulanWulan, mana gadis yang kau janjikan? (prita kaget)
Ibu Wulan : sabar ya kang? Dian masih belum datang.
Asep B : oh.. Baron, bawa kursi saya!
Baron : siap bos!
Asep : korek!

Baron : ini tuan..


Prita : mau apa kalian di rumah kami?
Ibu Wulan : (melotot)
Asep B : Hahahaha sudah cukup Wulan, hm (menatap prita) gadis cantik sepertimu
sudah jarang sekali.
(Prita meludah, lalu berdiri dan keluar)
Prita : tak sudi aku bertatap wajah dengan pria bajingan sepertimu!
Ibu Wulan : (menjambak prita) cepat minta maaf!
Prita : Ga!( Geisha Pergi Saja )
Asep B : sudah ! baron, biarkan gadis itu keluar.
Baron : siap tuan. (prita d tarik keluar)
Ibu Wulan : tunggu sebentar ya kang?
( Asep B , Baron , dan Bu Wulan keluar. Sementara itu Prita mencari kaleng tempat ia
menabung.)
Prita : dimana ya ?? sayayakin saya menyimpannya disini!
Ibu Wulan : kamu pasti sedang mencari kaleng duit itu kan?
Prita : ko ibu tau ? bu tolong bu, kemballikan kaleng itu? Itu semua untuk membayar sekolah
dian bu.?
Ibu Wulan : ahahaha dian ga usah sekolah lagi, besok kita akan kaya, dan dian pun ga usah
susah payah sekolah!
Prita : jangan jangan ibu mau menjual dian kepada orang itu? Kenapa ibu bisa sekejam itu
terhadap anak ibu sendiri?
Ibu Wulan : terserah ibu ! yang penting ibu bisa terlepas dari hidup susah ini !!
Prita : ibu memang kejam!
(prita berlari keluar rumah. Ibu Wulan pun keluar.) (sementara itu dian yang dalam
perjalanan pulang bertemu dengan kakaknya )
Prita : dian, dian kamu jangan pulang kerumah lagi!
Dian : kenapa kak? Apa yang sedang terjadi?
Prita : pokonya kamu jangan pulang kerumah! (arif masuk) arif? Arif kemari!
Arif : ia? Ada apa?
Prita : arif tolong jaga adik saya rif? Di rumah kamu masih ada kamar kosong kan?
Arif : ada ada, tapi ini mendadak sekali, ada apa ?
Dian : kakak, ada apa kak?
Prita :pokoknya sekarang kamu pergi dulu ke rumah arif, ini ambil pakaian mu, dan ini uang
tabungan kakak. Ambil ini. Besok kita akan bertemu lagi di terminal, oke.
Dian : tapi kak..?
Arif : sudah dian, sepertinya kakakmu sedang terburu-buru. (dian memeluk kakaknya)
Dian : sampai jumpa kak.
(semua keluar. Setting berikutnya kontrakan rumah arif)
Arif : silakan masuk. Anggap saja rumah sendiri.
Dian : terima kasih. Tapi anda siapa?
Arif : oh, tenang saja. Nama saya arif, saya teman lama kakakmu ko.
Dian : oh begitu ya. Syukur kalau begitu. Hem kaleng ini apa isinya ya ?
Arif : gatau, tapi rasanya tadi dia bilang uang? Ayo kita coba buka?
(mereka membuka kaleng. Isinya uang dan perhiasan)
Dian : wah? Banyak sekali..?
Arif : apa ini benar barang kakakmu?

Dian : entahlah. Ada surat!


(surat berisi tentang identitas barang yang d bawa prita)
Dian : oh, begitu ya. Saya harus menyusul kakak.
Arif : tunggu! Kamu ingat kanapa kata kakakmu?Kau dilarang kembali ke rumah, pasti ada
suatu alasan tertentu.Mending sekarang kamu tinggal disini.Bagaimana?
Dian : makasih kak? Saya hanya masih menghawatirkan kakak dirumah.
(hari esoknya, dian berangkat sekolah. Pulang sekolah, di dekat terminal)
( ajeng, Ayu, Nia masuk)
Ajeng : kasihan ya Dian?
Nia : emangnya kenapa?
Ayu : gini, kemaren aku sama ajeng bertemu dia sewaktu pulang sekolah.
Nia : loh? Bukannya kemarin-kemarin dian ga masuk?
Ajeng : dengerin dulu. Kami bertemu dian di jalanan tempat biasa ia berjualan Koran.
Nia : oh (dian masuk)
Ajeng : dian !!?ngapain kamu disini ??
Dian : Hmm. ( dengan mimik muka yang gelisah )
Ayu : heiii dian..?? ko kamu bte gtu?
Dian : maaf , aku lagi galau. aku sedang menunggu kakakku. Kami membuat janji untuk
bertemu disini.
Nia : hah..? galau? Galau itu apa?
Ayu : hu.. payah, ga gaul kamu!
Ajeng : eh berisik kalian!( Sambil mellirik Ayu dan Nia). Udah, jangan sedih dian (dian
menangis)
(datangibu Komala) (ibu komala masuk)
Bu komala : Dian?
Dian : ibu???? (menghapus air matanya)
Ayu : ibu ??? Darimana??
Bu Komala :Ibu habis mengantar saudara ibu yang dari Surabaya.Hmm kalian disini lagi
ngapain?
Nia : ini bu, tadi kita gak sengaja bertemu dengan Dian
Ajeng : dian lagi nunggu kakak nya bu.
Bu Komala : oh oh ia dian, ada yang ingin ibu bicarakan denganmu. Bisakah kita bertemu
dengan orangtua mu?
Dian : (tertegun) maaf bu, tapi saya tidak bisa bertemu dengan ibu saya karena suatu
alasan.
Bu Komala : memangnya ada kenapa ?
Dian : sebenarnya (Arif masuk)
Arif : dian !!?
Dian : arif ? ada apa rif?
Arif : cepat ikut saya, ini masalah kakakmu!
Dian : apa? Kakak? Memangnya ada apa dengan kakak? (bu mawar masuk)
Bu Komala : tunggu dian, ada seseorang ingin bertemu denganmu! Dan ini dia orangnya.
Dian : bu mawar?
Bu Mawar : hai dian
Arif : maaf bu, tapi ada hal penting yang harus kami lakukan. Ayo dian ! (memaksa dian)
Dian : tapi

(dian dan arif keluar, di ikuti teman dian. Saat dian keluar, tak sengaja dian bertubrukan
dengan Malik, lalu terjadi kontak mata) ( Malik tertegun, bingung )
Bu Mawar : ibu komala? Kemana anak itu akan membawa dian ?
Bu Komala : entahlah, tapi sepertinya ada yang tak beres.
Bu Mawar : kalo begitu kita ikuti mereka saja!?
Bu Komala : maaf bu, saya tidak bias,saya ada urusan penting.
Malik : sepertinya kita harus cepat mah! Mereka keburu jauh..
Bu Mawar : benar, ayo!
( semua keluar, setting berikutnya rumah dian. Dian dan Arif masuk.)
Dian : dimana kakak ?
Arif : tunggu sebentar. (buWulan masuk menangkap Dian. Asep B dan anak buahnya masuk)
Asep B : bravo bravo..! bagus sekali! Hahaha
Dian : Ibu? Ibu tolong lepaskan saya bu!
Bu Wulan : Diam! Dasar anak ga tau di untung!
Dian : kakak, dimana kakak?
Asep B : mmaksudmu wanita ini ? hahaha
Dian : kakak!? (dian di lepas, memeluk kakak yang tak berdaya.) (costum kakak berantakan)
( Apa yang terjadi kak? Apa yang terjadi? )
Prita : pergi de, cepat pergi!
Asep B : kerja bagus, kerja bagus, ini imbalanmu. (mengeluarkan uang)
Arif : hahaha bukan apa-apa. Terima kasih tuan.
Dian : Arif ? jadi kamu ?
Arif : haha.. benar! Maaf, uang ini membuatku gila! Hahaha sampai jumpa. (arif keluar)
Dian : ada apa ini bu? Kenapa jadi seperti ini?
Bu Wulan : kau tau, berapa banyak uang yang ibu dapatkan jika kau dinikahi kang Asep? Ibu
akan kaya nak! Ibu akan kaya raya! Hahaha
Dian : jadi? Ibu berniat menjual saya? Tidak bu, saya masih ingin melanjutkan sekolah!
(menangis)
Bu Wulan : untuk apa kau terus sekolah? Sekolah hanya untuk orang-orang kaya! Orang
miskin seperti kita hanya menjadi bulan-bulanan pihak sekolah!
Dian : tapi bu, ilmu adalah hak siapapun! Setiap orang di muka bumi, laki-laki, perempuan,
tua, muda, kaya , dan miskin, mereka semua berhak untuk merasakan pendidikan dan
mereka pun berhak mendapat ilmu!
Bu Wulan : lalu darimana biaya untuk sekolahmu? Dari hasil berjualan Koran?Lalu mana
untuk kita makan sehari-hari? Ibu bekerja menjadi buruh pun tidakk cukup!
Dian : masih ada pemerintah yang akan membiayai sekolah saya bu!?
Bu Wulan : persetan dengan pemerintah! Mereka hanya membuat janji-janji palsu! Mereka
memakan semua uang Negara untuk memuaskan perut mereka! Tak ada satupun diantara
mereka yang melirik orang miskin seperti kita! Kau mengerti!?
(Malik masuk dengan teman-teman dian, dan ibu Mawar)
Malik : saya mengerti. Saya mengerti semua penderitaan kalian.
(semua melotot)
Asep B : siapa anak ini ?
Malik : saya bukan siapa-siapa. Dan saya tak ingin mengikuti urusan kalian.Tapi, saya
memiliki urusan yang penting dengan gadis ini.( sambil menunjuk kearah dian ) ( dian kaget,
dan melirik Malik )

Asep B : bagus juga bicaramu. Baron?Buat dia untuk berlutut.


Baron : siap tuan. Kemari! (pemain lain kepinggir masih dalam posisi dan keadaan yang
sama.) hiah!!! (baron menyerang Malik. Malik melawan dan Baron kalah.)
Bu Mawar : Malik ..!?
Malik : sudah cukup. Aku tak ingin ada lagi yang terluka.
Asep B : berengsek! Berani kau ya..!!? awas kalian! Baron, ayo pergi!
Baron : tunggu tuan! (baron dan asep B keluar)
Bu Wulan : kau..!! (menyerang Malik)
Malik : tunggu bu. Yang ibu inginkan uang kan? Ini, ambil seberapa banyak yang ibu
mau.Tapi, biarkan kami membawa putri ibu bersama kami.
Bu Wulan : hah baik, tapi
Bu Mawar : saya mengerti, jika anda kekurangan uang, saya akan memberikan sedikit uang
setiap minggunya.
Bu Wulan : saya mengerti. Hahaha kalo begitu, dah
(buWulan keluar. Pemain berkumpul mengitari Dian dan kakaknya)
Theme song:ost. 49 DAYS
Dian : kakak,? Bangun kak?
Ayu : kita harus membawanya kerumah sakit! Ayo!
Prita : tidak, saya tidak apa-apa
Dian : tapi kak? Kenapa tubuh kakak penuh dengan luka seperti ini?
Prita : tidak apa-apa ko de oh ia, bagaimana sekolahmu? (semua menangis)
Dian :hikshiks (menangis sambil menundukkan kepala)
( Bu Mawar masuk )
Bu Mawar : Ibu yang akan membiayai sekolah adik mu. Tidak hanya Dian, kamu pun akan
ibu biayai untuk melanjutkan lagi sekolah
Dian : Benarkah itu bu ????
Bu Mawar : Tentu saja ibu akan mengangkat kalian sebagai anak ibu, dan kalian mulai
sekarang akan tinggal bersama ibu.
Prita : terima kasih bu, terima kasih banyak.HmmmMalik?Aku tak menyangka bisa
bertemu lagi denganmu.
Malik :Prita?? sudah lama ya kita gak bertemu?
Bu Mawar : Malik? Prita ini jangan-jangan..?
Malik : ia bu. Dialah orang pertama yang mampu menyelesaikan teka teki fenomena badai
matahari, dan dia juga yang mampu menembus dokumen kantor dari computer sekolah.
Dialah orang yang ibu cari.
Ajeng : maaf, tapi sepertinya ini bukan saat yang tepat untuk bernostalgia.
Bu Mawar : benar, ayo bawa prita ke rumah sakit!(sementara itu, prita dan dian, juga
beserta bu Mawar pergi ke rumah sakit. Semua pemain keluar.)
Beberapa tahun kemudian. Dian kini telah tumbuh menjadi gadis yang pintar, sekarang
dia bersekolah di salah satu SMA terfavorite di Jakarta.
(Di sekolah Dian, terlihat dian dan teman temannya sedang asyik berbincang-bincang. Dian
yang dulunya seorang gadis yang pemurung kini menjadi ceria
Nia : Beruntung yah kamu dian bisa bertemu dengan ibu mawar yang baiikkkk
banget.sampe sampe sekarang kamu bisa ngelanjutin sekolah lagi bareng bareng kita.
Dian : Iyaaku memang beruntunggggg bangeett.pokok nya aku harus jadi seseorang
yang sukses supaya aku bisa membalas semua kebaikan bu mawar dan Kak Malik juga
kakak ku, Kak Prita
Ayu : hmm aku turut bahagia Dian, semoga apa yang kamu impikan dapat terwujud

Dian : AminnnMakasih yah Ayu


Ajeng : Semogakebersamaan kita ini gak akan pernah berakhir sampai nanti
Ayu : Iyaaku juga berharap seperti itu
(adegan berikutnya Malik dan Maya masuk.)
Sementara itu, Malik anak dari bu mawar yang awalnya tidak bersedia untuk meneruskan
perusahaan ibu nya kini telah menjadi direktur utama diPerusuhaan itu.
( Terlihat malik sedang bersama dengan kekasih nya )
Maya : kamu kenapa sayang?
Malik : kita sudah tidak bisa main-main lagi. aku rasa hubungan kita sudah cukup sampai
disini !!!
Maya : Maksud kamu????setelah semua yang kita lalui? Terus kamu mengakhiri hubungan
kita gitu aja ?
Malik : aku ingin kamu memahami makna sesungguhnya hidup ini. Aku ingin kau menjadi
pribadi yang lebih dewasa.
Maya : Sebenarnya kamu ngomong apa sih??? apapun akan kulakukan untukmu, tapi jangan
sampai kau meninggalkan ku Malik!
Malik :Apa kamu gak ngerti ?? Sebenarnya aku udah lelah dengan semua sikap sikap mu
selama ini.Dan sekarang hanya satu yang aku inginkan darimu, jalanilah hidup ini dengan
sebaik mungkin. . Tolong rubahlah sikapmu yang kekanak-kanakkan itu.
Maya : aku janji. Aku pun kini mulai mengerti arti hidup yang sebenarnya.Setelah
mendengar kisah prita darimu, aku kini menjadi paham betapa beruntungnya aku.aku
sangat bersyukur pada apa yang telah tuhan berikan.
Malik : akhirnya kamu mengerti juga maya. Aku rasa kamu kini sudah siap.
Maya : siap untuk apa? (malik bersimpuh, dan mengeluarkan cincin)
Malik : aku ingin memilikimu seutuhnya. Maukah kau mencintaiku sepanjang hayatmu?
Maya :Hah?? Maksud kamu???????
Malik : iya. Maksud ku,, aku ingin kamu menjadikan kamu sebagai pendamping hidup ku
kelak
Yovie Janji Suci
Maya : Tapi?? Barusan ??
Mallik : aku hanya bercanda. Jadi, maukah kau menerima pernyataan ku itu ??
Maya : Iya,, malik aku mau
Akhirnya, kebahagiaan pun menyelimuti mereka.Prita kini telah menyelesaikan
kuliah nya di Universitas Indonesia. Sekarang ia bekerja di perusahaan Bu Mawar sebagai
asisten manager.Dan Malik yang baru saja melamar kekasihnya berencana untuk segera
melakukan pertunangan nya dengan maya. Perusahaan Bu Mawar kini semakin maju berkat
kerja keras dari prita dan juga Malik.Mereka semuapun hidup bahagia

ALJABAR
Naskah Karya Zak Sorga
Sebuah tempat. Lukisan-lukisan dan kanvas-kanvas bergantungan dan berserakan dimana-mana.
Dua orang manusia sedang menghadap kanvas masing-masing, mereka sama-sama melukis.
Orang II melukis dengan amat berat, tubuhnya, tangannya, jari-jemarinya tak bergerak sedikitpun,
seolah dia memanggul dunia, tak bergeser. Orang I melukis dengan kegelisahan yang amat sangat
kemudian lukisan itu ia robek-robek. Kemudian ia melukis lagi, dirobek-robek lagi, melukis lagi,
dirobek lagi, diinjak-injak, dibanting, diumpat, diludahi, terus dan terus: melukis, merobek,
membanting, menginjak, mengumpat, meludahi, sampai puncak, sampai puncak, dan kemudian:
1. ORANG I : Sekarang semuanya sudah klimaks.
2. ORANG II : Kita belum lagi mulai.
3. ORANG I : Sekarang semuanya sudah lampau.
4. ORANG II : Kita belum lagi mulai.
5. ORANG I : Sekarang semuanya sudah malam.
6. ORANG II : Kita belum lagi menemukan pagi.
7. ORANG I : Pagi tak akan pernah datang.
8. ORANG II : Matahari harus terbit.
9. ORANG I : Oh... aku hanya ingin tahu apa kegelisahan hanya milik kita berdua.
10. ORANG II : Sudah pasti tidak ada dunia lain kecuali dalam batin kita.
11. ORANG I : Melingkar-lingkar tanpa arah dan batas, sampai kapan?
12. ORANG II : Sepertinya tidak ada lagi yang bernafas di sini.
13. ORANG I : Seharusnya kita sudah berhenti dari dulu.
14. ORANG II : Kita tidak mungkin bisa berhenti.
15. ORANG I : Aku sudah macet.
16. ORANG II : Aku ingin sekali.
17. ORANG I : Tidak ada, harus ada.
18. ORANG II : Apa ini yang membuat sakit tengkorak kepalaku, dia bersarang di otak belakang.
Membuat segalanya jadi lamban.
19. ORANG I : Ada dunia, ada tangan berkuku, tangan itu mencengkeram dunia sampai berdarahdarah. Diguncang-guncang, kita berdua terpelanting sampai di sini.
20. ORANG II : Kita masih di dunia.
21. ORANG I : Kita sudah ketinggalan, hari-hari telah melesat dan simpang-siur entah kemana.
22. ORANG II : Mana kamisku, mana jumatku, mana malam mingguku, mana pelacurku, mana
agamaku, mana kelaminku? Semua berhamburan dalam omong kosong tentang hidup dan mati.
23. ORANG I : Mengais-ngais, mengunyah-ngunyah, melorong-lorong, membelit-belit, mana
fikiranku? Campur aduk di sini, membatu.
24. ORANG II : Ayo kita melukis lagi. Kita lukis kegelisahan kita. Kita lukis risau kita. Kita lukis galau
kita. Kita lukis kacau. Kecambah dimana-mana, jamur dimana-mana. Ayo kita lukis kehidupan, kita
lukis kematian. Itu tugas kita sebagai manusia.
25. ORANG I : Mana mungkin?
26. ORANG II : Tahun ini harus jadi milik kita, mari kita rebut.
27. ORANG I : Kita tidak pernah punya tahun.
28. ORANG II : Makanya harus kita rebut.
29. ORANG I : Tidak! Selamat malam untukmu.
30. ORANG II : Semua ini harus menjadi pemikiran kita.
31. ORANG I : Justru itu. Dengan mengucapkan selamat malam berarti aku telah berpikir.

32. ORANG II : Telah?


33. ORANG I : Terus berpikir. Aku berpikir bagaimana caranya melupakan semuanya dan diam.
34. ORANG II : Kau tak mungkin bisa lupa.
35. ORANG I : Kenapa tidak? Aku toh bukan Tuhan.
36. ORANG II : Bagaimanapun juga kau tidak akan pernah bisa melupakan tugasmu.
37. ORANG I : Tugas? Apa maksudmu?
38. ORANG II : Tugas pelukis adalah melukis.
39. ORANG I : Aku bukan pelukis, aku terpaksa.
40. ORANG II : Tapi itukan yang membuatmu hidup.
41. ORANG I : Ya, karena aku tidak bisa melakukan apa-apa, tidak ada pilihan lain. Begitu aku lahir
aku sudah dihadapkan kanvas-kanvas dan cat.
42. ORANG II : Mampuslah kita.
43. ORANG I : Membujurlah kita. Bosan! Jenuh! Beku! Mandul! Impoten! Lumpuh! Tidur yuk!
44. ORANG II : Ayo! (mereka berangkat mau tidur) Bagaimana kalau sebagai penghantar tidur, kita
melukis lagi.
45. ORANG I : Aku lebih suka kalau kau mendongeng saja.
46. ORANG II : Iya, kita akan mendongeng lewat lukisan kita.
47. ORANG I : Ayo kalau begitu. Kita ciptakan dunia.
Mereka serentak melukis. Orang I melukis sambil berteriak terus tak berhenti, tak berhenti. Orang II
melukis dengan kegelisahan tanpa suara.
48. ORANG I : (sambil melukis) Asap panas terkatung-katung di angkasa raya, bumi belum
berbentuk dan gelap gulita menutup samudera raya. Lalu terang itu jadi, lalu siang itu terjadi, lalu
malam itu jadi lalu pagi itu jadi lalu sore itu jadi, lalu embun lalu hari pertama lewat, lalu angin, lalu
suara, lalu planet-planet, lalu batu-batu, lalu pasir, lalu kerikil, lalu duri, lalu karang, lalu hari yang
kesekian kalinya itu lewat, lalu pedih, lalu perih, lalu resah, lalu kalah, lalu musnah, lalu punah, lalu
bah. Bah! Ilalang, rumput-rumput, lalu burung-burung, lalu kupu-kupu, lalu kupu-kupu malam,
germo, hidung, uap, senyap, penyakit, lalu kembali lagi pada mati, hari-hari mati, lalu terus, terus,
kering, hijau, kuning, kering, ranggas, bakar, lalu panas, lalu dingin, lalu tumbuhan, lalu air, lalu
uap, lalu awan, lalu kabut, lalu sepi, sungai, anak sungai, gunung, belut, laut, ikan, pohon, rumput,
cacing, buaya, manusia, kepala, putus, darah, anjing. Kepala manusia, anjing kelaparan, kengerian,
pengkhianatan, lalu pembunuhan pertama itu terjadi, tangis pertema itu berkumandang, benci
pertama itu berkembang, kerisauan pertama itu berbiak, cemburu-cemburu, bunuh-bunuh, makanmakan-makan, lalu dunia beterbangan, lalu sepi itu menggelayuti, rindu, perih, batu, hujan, awan,
tumbuh, lenguh, rengek, ringkik, lecut, kuda, anjing, belut, harimau, kucing, cacing, tengkorak,
nyamuk, darah, nanah, busuk, dendam, sepi yang menahun, rindu batu, sungai lapar, laut lapar,
mega lapar, udara lapar, batu lapar, siang lapar, sore lapar, malam lapar, pagi lapar, dunia lapar,
semut lapar, harimau lapar, buaya lapar, matahari lapar, bulan lapar, bintang lapar, pulau-pulau
lapar, danau-danau lapar, bulan lapar, terbit-tenggelam, matahari di sini, bulan di sini, bintang di
sini. Jangan beranjak, jadi sudah. (sama-sama menaruh kanvas)
49. ORANG II : Hampir (sama-sama mengamati lukisan) apa yang kau kerjakan?
50. ORANG I : Penciptaan dunia, kau?
51. ORANG II : Menggambar peta perjalanan. Sekarang aku sampai pada batas dunia, di mana
matahari tenggelam dalam laut-laut yang berlumpur hitam. (tukar-merukar lukisan)
52. ORANG I : Kau gambar diriku di sini?
53. ORANG II : Lihat saja, apa kau ada di situ.
54. ORANG I : Di sini semua gambar asap.
55. ORANG II : Di sini semua gambar anjing.
56. ORANG I : Gambar darah berceceran.
57. ORANG II : Apa kau tidak mendengar jeritan di situ?
58. ORANG I : Lolongan yang sangat panjang. Anjing kelaparan. Anjing itu menjilat-jilat kepala
manusia, kepala itu dimakannya, diremukkan, dikunyah-kunyah. Oh? Mata itu meloncat keluar.
Mata itu terbang berputar-putar menatap dunia, melayang-layang, mata itu berkedip-kedip minta
tolong.
59. ORANG II : Seharusnya di sini ada perahu, inikan air? Bahkan laut, bahkan membuak, perahu
Nuh pasti tenggelam di sini, juga kanaan, juga dzulkarnain yang diberkati itu, juga Picasso, Van
Gogh, Descartes, Budha, Plato, Aristoteles, Caligula, Firaun, Muhammad, Isa .....semua terkubur di
sini. Kenapa mata itu tidak kau hancurkan saja.
60. ORANG I : Itu adalah keinginannya sendiri.
61. ORANG II : Keinginan siapa?
62. ORANG I : Keinginan mata itu.
63. ORANG II : Dia masih bisa meneteskan air mata, dia menangis.
64. ORANG I : Kenapa hanya mata itu yang jadi perhatianmu? Di situ masih ada matahari, bulan,
laut, bintang, air, angin, ...

65. ORANG II : Mata itu adalah mataku.


66. ORANG I : Itu adalah mata semua manusia.
67. ORANG II : Kepalaku dimakan anjing.
68. ORANG I : Kepala semua manusia.
69. ORANG II : Kamu jabarkan duniaku, aku jabarkan duniamu.
70. ORANG I : Aku jabarkan kemanusiaanmu, kamu jabarkan kemanusiaanku.
71. ORANG II : Kamu jabarkan mataku, aku jabarkan matamu.
72. ORANG I : Kamu jabarkan matahariku, bulanku, bintangku, palangiku, aku jabarkan lukamu.
(mereka memeluk lukisan yang masih basah)
73. ORANG II : Dari mana datangnya bayangan menakutkan seperti ini.
74. ORANG I : Dari sejarah yang hilang.
75. ORANG II : Aku semakin takut.
76. ORANG I : Kita sudah tercerabut dari dunia ini.
77. ORANG II : Kita sudah tidak di sini.
78. ORANG I : Kita sudah di sana.
79. ORANG II : Kita sudah tidak dimana-mana.
80. ORANG I : Ada garis yang putus di sini.
Mereka merobek-robek lukisannya.
81. ORANG I : Kita buta.
82. ORANG II : Kita tuli.
83. ORANG I : Kita gagu.
84. ORANG II : Kita batu.
85. ORANG I : Kita bisu.
86. ORANG II : Kita kaku.
87. ORANG I : Kita lumpuh.
88. ORANG II : Kita mayat.
89. ORANG I : Kita mumi.
90. ORANG II : Habis!
91. ORANG I : Tak berjejak. (diam sejenak, loyo)
92. ORANG II : Kita tidak pernah bisa mengungkapkan isi hati kita.
93. ORANG I : Betapa sulitnya merumuskan pikiran.
94. ORANG II : Ayo, kita coba lagi.
95. ORANG I : Tidak ada gunanya.
96. ORANG II : Sebelum semuanya terkubur kita harus cepat bergerak.
97. ORANG I : Kita sudah terkubur sejak kelahiran kita.
98. ORANG II : Kita harus terus melukis.
99. ORANG I : Kita harus berhenti.
100. ORANG II : Kita akan pamerkan kulisan-lukisan kita ke kota-kota seperti dulu, kita akan
melancong lagi. Kita akan kunjungi pulau-pulau, negara-negara, kita akan keliling dunia. Kita akan
puas, kita akan tercatat.
101. ORANG I : Aku sekarang mulai berada antara tahu dan tidak tahu, aku telah dikhianati oleh
diriku sendiri. Aku sekarang tidak bisa berbuat apa-apa, aku telah mandul, aku tidak punya
kekuatan.
102. ORANG II : Kau harus mencoba terus, kau masih muda.
103. ORANG I : Aku sudah tidak mampu lagi.
104. ORANG II : Kau mampu, kau lihat karya-karya ini, semua menakjubkan.
105. ORANG I : Bohong. Ke mana larinya coretan-coretanku yang dulu, ke mana larinya tokohtokohku. Kita bukan pelukis, mari kita robek lukisan-lukisan kita. (mengambil lukisan dan merobekrobek)
106. ORANG II : Jangan. Kita akan pamerkan lukisan kita ke seluruh dunia. (orang I terus merobek
lukisan)
107. ORANG I : Dunia tidak pernah melihat kita, ayo kita ciptakan dunia kita sendiri. Kita harus
ciptakan dunia kita sendiri.
108. ORANG II : Kita harus terus melukis sebanyak-banyaknya.
109. ORANG I : Kita harus diam. Kita sudah tidak punya objek lagi.
110. ORANG II : Masih banyak yang belum kita baca.
111. ORANG I : Kita tidak punya objek lagi.
112. ORANG II : Masih banyak yang belum kita lihat.
113. ORANG I : Mana objekku.
114. ORANG II : Masih banyak yang belum kita kunyah.
115. ORANG I : Mana objekku.
116. ORANG II : Kita harus terus berjuang.
117. ORANG I : Kau tidak pernah bisa memahami keinginanku.

118. ORANG II : Kau yang tidak bisa.


119. ORANG I : Semuanya sudah punah. Tidak ada lagi yang harus diperjuangkan.
120. ORANG II : Jiwa kitalah yang harus kita perjuangkan. Kita tidak akan pernah bisa bangkit kalau
terus saja berpusar pada fikiran-fikiran kita sendiri.
121. ORANG I : Maumu?
122. ORANG II : Coba lihatlah di pasar-pasar, begitu banyak kehidupan. Kita lahir dan kita bisa jadi
apa saja di situ. Kita bisa memilih peran kita sendiri. Kenapa tidak kita coba. Kita bisa jadi
pencopet, juragan, penipu, pejabat, germo, terserah apa yang kita maui.
123. ORANG I : Aku tidak memilih apa-apa. Aku akan ciptakan duniaku sendiri.
124. ORANG II : Dunia apalagi? Cepatlah bergerak sebelum kita tergilas oleh jaman.
125. ORANG I : Aku tidak peduli.
126. ORANG II : Kau tentu akan terus melukis, itukan dunia yang kau maksud. Ayo, pergilah ke
pasar-pasar dan lukislah wajah orang-orang itu. Itu akan lebih berguna buat diri kita.
127. ORANG I : Aku tidak punya tempat.
128. ORANG II : Kau jangan menyiksa diri, dengan penjara-penjara pikiran itu akan lebih cepat
membawamu ke arah maut. Marilah kita hidup sebagai orang kebanyakan, sebelum aku mati
tentukan sikapmu, melukislah, melukislah.
129. ORANG I : Kota-kota, hutan-hutan, angin-angin, gunung-gunung, air-air, laut-laut, pasir-pasir,
matahari-matahari, bulan-bulan, bintang-bintang, manusia-manusia, semuanya sudah tidak ada
lagi. Kita sudah ketinggalan jauh, semuanya sudah berhenti.
130. ORANG II : Dunia masih berputar.
131. ORANG I : Kehidupan telah mati.
132. ORANG II : Matahari masih terbit.
133. ORANG I : Matahari telah terbakar oleh panasnya sendiri, dia jadi arang, dia jadi abu, dia
berhamburan, dia menghilang, dia musnah!
134. ORANG II : Lantas apa maumu?
135. ORANG I : (diam)
136. ORANG II : Lantas apa maumu?
137. ORANG I : Ngeseks. Berilah aku seks.
138. ORANG II : Aku tidak mau.
139. ORANG I : Lakukan kalau kau ingin semua ini berlanjut.
140. ORANG II : Aku tidak bisa.
141. ORANG I : Kau harus bisa karena di sini tidak ada makhluk lain.
142. ORANG II : Aku tidak mampu. Aku sudah tua.
143. ORANG I : Cobalah. (mencoba, gagal, mencoba lagi) Teruslah berusaha, kalau tidak kau akan
aku tinggalkan.
144. ORANG II : Aku tidak bisa.
145. ORANG I : Tak ada gunanya. (diam semua, orang II menangis)
146. ORANG II : Kau keterlaluan, kau telah mengungkit masa laluku. Ayo berdirilah di situ.
147. ORANG I : Untuk apa?
148. ORANG II : Berdirilah di sudut situ.
149. ORANG I : Untuk apa?
150. ORANG II : (mengancam) Lakukan saja, kau jadi modelku.
151. ORANG I : (menurut)
152. ORANG II : Sekarang lepaskan bajumu.
153. ORANG I : Tidak mau.
154. ORANG II : Ayo lepaskan bajumu. Juga celanamu.
155. ORANG I : (menuruti)
156. ORANG II : Dengan cara ini dulu aku pernah bisa.
157. ORANG I : Apa maksudmu?
158. ORANG II : Aku akan peragakan awal terjadinya manusia. Telanjanglah, telanjanglah (dia
menyergap orang I, seolah memperkosanya. Mencoba, terus mencoba, orang I hanya diam, sampai
akhirnya) Aku tidak bisa! Dengan cara inilah pelacur itu kulukis, aku diperkosa oleh pancaran
seksualnya. Ya, seperti itulah dia duduk, aku menggelepar dan tak tahu apa yang terjadi. Paginya
kulihat kamarku telah kosong, lukisan-lukisanku hilang bersama pelacur itu.
159. ORANG I : Sesalilah keberadaanmu, akan kulukis tentang penyaliban manusia.
160. ORANG II : Dengarlah ceritaku.
161. ORANG I : Tak ada gunanya.
162. ORANG II : Kau adalah rentetan dari kejadian itu.
163. ORANG I : Maksudmu?
164. ORANG II : Enam tahun kemudian, setelah aku lupa, pelacur itu kembali dengan bayi di
pangkuannya, dia bilang bayi itu adalah anakku, aku marah, tapi kemarahan itu tiba-tiba hilang
karena gairah seksku naik dan pelacur itu kuperkosa sampai mati. Sampai mati.

165. ORANG I : Aku tidak peduli siapa bayi itu.


166. ORANG II : Bayi itu adalah kamu.
167. ORANG I : Aku tidak peduli dari siapa aku dilahirkan, karena semua kejadian toh akan
membawa akhir yang sama.
168. ORANG II : Maafkan, maafkan aku.
169. ORANG I : Diamlah.
170. ORANG II : Semua orang sibuk mempersiapkan nasibnya, sementara kau? Dari kecil kau hanya
kubawa mondar-mandir dari pasar ke pasar untuk menjajakan lukisan.
171. ORANG I : Kita ini pasien-pasien tanpa dokter. Ajarilah aku bagaimana caranya bunuh diri, itu
akan lebih baik.
172. ORANG II : Kau harus membunuhku.
173. ORANG I : Kaulah yang wajib membunuhku.
174. ORANG II : Tolong bunuhlah aku.
175. ORANG I : Tolong bunuhlah aku.
176. ORANG II : Aku tidak punya keberanian.
177. ORANG I : Aku juga tidak punya keberanian.
178. ORANG II : Pada akhirnya kita akan terus terkatung-katung.
(Diam semuanya. Untuk beberapa lamanya tidak ada kejadian apa-apa)
179. ORANG I : Mari kita robek-robek dunia.
180. ORANG II : Aku mendengar tulang-tulangku berderit-derit seperti daun pintu. Inikah awal dari
yang paling awal itu?
181. ORANG I : Kita mati dan berubah jadi kepompong.
182. ORANG II : Marilah kita lukis wajah-wajah dunia. Semua harus diabadikan, semua harus
dicatat.
183. ORANG I : Kita tidak akan pernah samapai. Kehidupan tidak akan cukup dengan waktu hanya
seribu tahun bahkan satu juta tahun pun tidak. Manusia, yang katanya dilahirkan untuk membaca,
bagaimana mungkin membaca kehidupan hanya dengan waktu enam puluh tahun.
184. ORANG II : Jangan kau kembalikan lagi aku pada momok itu.
185. ORANG I : Kita akan segera terlewat.
186. ORANG II : Ooo..., monolog risaumu. Berilah aku tidur.
187. ORANG I : Semua makhluk telah menentukan sikapnya masing-masing.
188. ORANG II : Tinggal kita yang ada di sini.
189. ORANG I : Menghitung rumus-rumus.
190. ORANG II : Mengalikan rumus-rumus.
191. ORANG I : Membongkar langit-langit, menikam langit. Meledaklah. Meraung!
192. ORANG II : Berhamburan dunia di sana, di sini, di situ, di jalan raya-jalan raya, supermarketsupermarket, terminal-terminal, night club-night club, pasar malam-pasar malam, sirkus. Semua ini
tidak mempunyai hubungan dengan fungsi-fungsinya.
193. ORANG I : Kita tidak pernah terlibat sedikitpun, juga dengan hidup kita.
194. ORANG II : Kita hanya menonton.
195. ORANG I : Kita hanya dipermainkan
196. ORANG II : Kita tak pernah jadi subjek.
197. ORANG I : Seharusnya kita sama-sama punya hak.
198. ORANG II : Selamatkan aku dari sini.
199. ORANG I : Lepaskan dulu aku dari kemutlakan ini.
200. ORANG II : Lepaskan aku dari kaidah-kaidah ini.
201. ORANG I : Menginjak-injakku, mencekikku.
202. ORANG II : Aku tidak sanggup.
203. ORANG I : Ayo kita isi dunia dengan kata-kata, keluarkan ususmu, keluarkan tulang-tulangmu,
keluarkan dagingmu, kuliti-kuliti, jantungmu keluarkan, keluarkan dan ikat dengan petasan,
kemudian ledakkan seperti tatkala kita bermain dimasa kanak-kanak yang hilang.
204. ORANG II : (ketakutan) Diamlah! Kau lihat kanvas-kanvas itu bergerak, mereka minta nyawa,
mereka minta hidup, mereka minta nafas, kita dikurung oleh kanvas-kanvas, kita terjebak disini.
Tolonglah aku, aku lapar, aku haus, aku muak ... (tak ada jawaban) kenapa kau biarkan aku
tenggelam dalam diamku yang gaduh ini.
205. ORANG I : Monster-monster itu dari mana datangnya, kita akan dilumat oleh zaman.
206. ORANG II : Kanvas-kanvas itu jadi monster, mereka memanggil kita. Kita harus lari, mereka
minta dilukis, ayo kita lari ....
207. ORANG I : Kesimpangsiuran ini. Rancu. Segalanya rancu! Aku tidak bisa menjelaskan katakataku, pikiranku melintas-lintas, kita ini akan dibawa ke arah mana?
208. ORANG II : Kita tidak boleh salah pilih.
209. ORANG I : Mana kakiku, mana tanganku, mana kupingku, mana mataku, mana jantungku, mana
kananku, mana kiriku, mana atasku, mana bawahku, mana-mana ....

210. ORANG II : Mana dunia, mana warna, cat-catku, catku mana? Mana merah, mana kuningku,
mana hijauku, mana hitamku, mana putihku, mana dunia?
211. ORANG I : Mana akherat?
212. ORANG II : Kita harus hadir.
213. ORANG I : Tenggelam.
214. ORANG II : Agama? Agamamu apa?
215. ORANG I : Islam agamaku, Yesus nabiku. Mau apa kau?
216. ORANG II : Tuhanmu? Siapa Tuhanmu?
217. ORANG I : Allah Tuhanku. Maria tetanggaku. Mau apa kau?
218. ORANG II : Semua kemarilah akan kutuding-tuding matamu.
219. ORANG I : Jangan salahkan aku, jangan kau maki aku.
220. ORANG II : Kita akan dihukum.
221. ORANG I : Aku tidak mau.
222. ORANG II : Kita akan dirajam.
223. ORANG I : Aku tidak mau.
224. ORANG II : Kau mabuk ke-aku-an.
225. ORANG I : Kau mabuk diri sendiri.
226. ORANG II : Kau mabuk pertanyaan.
227. ORANG I : Kau mabuk jawaban.
228. ORANG II : Kau mabuk risau.
229. ORANG I : Kau mabuk bimbang.
230. ORANG II : Kau mabuk Karlmark.
231. ORANG I : Kau mabuk Israel.
232. ORANG II : Kau mabuk agama, kau mabuk Tuhan.
233. ORANG I : Kau mabuk kentut.
234. ORANG II : Akankah kita terus bertanya-tanya seperti ini. Bertahun-tahun kita hanya
melewatkan waktu dengan mondar-mandir.
235. ORANG I : Buntu! Macet total! Aku pergi ke utara yang kutemui hanya benda-benda mati, aku
pergi ke timur yang kutemui hanya udara, aku pergi ke selatan yang kutemui hanya angin, aku pergi
ke barat yang kutemui hanya diri sendiri, dimana-mana hanya diriku sendiri. Dimana arah mata
angin?
236. ORANG II : Tidak ada lagi kiblat.
237. ORANG I : Ayolah kita keluar dari sini.
238. ORANG II : (hanya diam)
239. ORANG I : Di sini pengap.
240. ORANG II : (diam)
241. ORANG I : Kenapa kau jadi dingin kepadaku? Dingin bagai batu-batu kubur.
242. ORANG II : Spermatozoa, indung telur, ovum ....
243. ORANG I : Apa yang ada dalam otakmu?
244. ORANG II : Ke sanalah larinya.
245. ORANG I : Ke mana?
246. ORANG II : Ke dalam kata-katamu.
247. ORANG I : Malam semakin larut.
248. ORANG II : Suara laut tak kedengaran dari sini.
249. ORANG I : Iya jauh. (Diam. Hanya dengkur nafasnya yang mengisi waktu. Beberapa saat
lamanya)
250. ORANG II : Mari kita mencari hiburan, kita pergi ke taman-taman.
251. ORANG I : Tidak mau.
252. ORANG II : Mari kita ke museum.
253. ORANG I : Tidak, sudah tutup.
254. ORANG II : Kita pergi ke perpustakaan.
255. ORANG I : Tidak.
256. ORANG II : Kita pergi berenang.
257. ORANG I : Tidak.
258. ORANG II : Lantas kita?
259. ORANG I : Di sini saja.
260. ORANG II : Biasanya kau suka melihat perahu, ayo kita pergi ke laut. Seperti saat kau masih
kecil, kita akan menggambar pemandangan di pasir. Kita akan mencari kerang, kemudian
memancing sambil naik perahu. (diam saja) Ayo kita ke sana, kita akan melihat pelangi yang
melengkung bagai naga meminum air laut.
261. ORANG I : Aku pernah mendengar, suatu saat nanti bulan akan bertabrakan dengan bumi
lantas matahari membakarnya sampai hangus.
262. ORANG II : Lupakan saja itu ayo kita pergi ke laut.

263. ORANG I : Aku ingin tahu akhir dari semua ini. (mereka melukis) Sementara kita minum,
sementara maut mengintai di tenggorokan kita. Sementara kita bernafas, sementara jerat melingkar
di leher kita. Sementara kita bicara, sementara bisu membeku di mulut kita. (semakin cepat dia
melukis) Sementara kita memandang sementara buta di kelopak kita, sementara kita tidur
sementara maut mengintai di tikar kita, sementara kita sedang, sementara debu, sementara batu,
sementara kabut, sementara lahar, sementara belerang. Kalau mau mampus, mampuslah! Kalau
mau bangkit, bangkitlah! Kalau mau meledak, meledaklah! Kalau mau terbakar, terbakarlah! Kalau
mau hangus, hanguslah! Hancur, hancurlah! Berkeping, kepinglah! Porak, porandalah! Berdarah,
darahlah! Bernanah, nanahlah! Membusuk, membusuklah! Satu tambah satu sama dengan empat
kalau aku mau. Satu tambah empat sama dengan nol kalau aku mau. Seribu dikurangi sama dengan
dua belas kalau aku mau. Itu semua sah! Itu semua benar! Mau apa kau? Anjing, anjinglah! Babi,
babilah! Geledeklah, halilintarlah! Kita lukis wajah kita. Hiruk-pikukku, simpang-siur, berantakan,
porak-poranda, kita lukis kehancuran kita. Galau kita, rindu kita, pedih kita, sepi-mati kita. Kaku
batu, kucing anjing, cacing kelingking, nungging. Tua, mata, mandek, mandul, mampet, dungu,
tersesat, hutan belantara di mana-mana, belantara angan, belantara tahta, belantara tanda tanya.
Akan kuberi hidup dia! Akan kuberi kata-kata dia! Akan kuberi nyawa dia! Jadilah! Maka jadilah!
264. ORANG II : Apa yang kau lukis?
265. ORANG I : Potret diri. Kau?
266. ORANG II : Sama.
267. ORANG I : Coba lihat. (Mereka tukar-menukar lukisan. Sama-sama kaget, kerena yang mereka
hasilkan hanyalah kanvas-kanvas kosong)
268. ORANG II : Ayo kita mulai lagi
(Merekapun melukis lagi)
269. ORANG I : (kelihatan sangat muak pada dirinya sendiri) Aku tidak ada kemampuan.
270. ORANG II : Apa kita perlu ke laut?
271. ORANG I : Mari kita coba lagi.
(mereka melukis, kemudian mereka robek-robek, mereka melukis lagi, mereka robek-robek lagi,
mereka melukis lagi)
272. ORANG II : (Setelah mati-matian berusaha. Bersama orang I) Jadi sudah!
273. ORANG I : Apa?
274. ORANG II : Potret diri, kau?
275. ORANG I : Sama.
(mereka tukar-menukar lukisan)
276. ORANG I : Ini gambar anjing.
277. ORANG II : Ini gambar tikus.
278. ORANG I : Apa? Itu Potret diriku.
279. ORANG II : Tapi ini gambar tikus.
280. ORANG I : Bangsat. Kita telah ditipu. Kau lihat ini gambar anjing.
281. ORANG II : Hah? (mereka robek-robek lukisan itu)
282. ORANG I : Mari kita temukan diri kita.
(Mereka melukis lagi)
283. ORANG I : Kenapa jadi asap?
284. ORANG II : Kenapa jadi debu?
(dirobek-robek lagi dan melukis lagi)
285. ORANG II : Kenapa jadi cacing?
286. ORANG I : Kenapa jadi bangsat?
(dirobek-robek lagi dan melukis lagi)
287. ORANG I : Bangsat! Anjing! (merobek-robek lukisan)
288. ORANG II : Setan alas! (merobek-robek lukisan)
(mereka melukis lagi dengan keringat yang bercucuran)
289. ORANG I : (setelah berjuang) Jadi sudah! Akhirnya aku bisa.
290. ORANG II : Mana? (saling memperlihatkan lukisan, sama-sama kaget) Itu diriku.
291. ORANG I : Itu diriku dan ini juga diriku. Kau salah menafsirkan dirimu sendiri.
292. ORANG II : Kau yang salah lihat. Sudah jelas ini diriku dan itu juga diriku.
293. ORANG I : Ini wajahku dan itu juga wajahku.
294. ORANG II : Tidak! Ini wajahku dan itu juga wajahku.
295. ORANG I : Siapa yang benar di antara kita?
296. ORANG II : Kau siapa? Dan aku siapa?
297. ORANG I : Kau buta! Yang kau lukis itu diriku.
298. ORANG II : Kau yang jereng, sudah jelas kau salah lukis dan salah lihat.
299. ORANG I : Aku melukis wajahku sendiri.
300. ORANG II : Aku juga
(mereka mengamati lukisan dengan lebih teliti. Mereka kecewa)

301. ORANG II : Kita tidak bisa menerjemahkan diri kita sendiri.


302. ORANG I : Kenapa ini terjadi.
303. ORANG II : Kenapa ini terjadi? Jawablah.
304. ORANG I : Jawablah.
305. ORANG II : Kenapa ini terjadi? Ayo jawablah.
306. ORANG I : Itu pertanyaanku, kau yang harus menjawab.
307. ORANG II : Kau yang harus menjawab.
308. ORANG I : Itu pertanyaanku.
309. ORANG II : Juga pertanyaanku.
310. ORANG I : Kau mementingkan diri sendiri.
311. ORANG II : Kau yang mementingkan diri sendiri.
312. ORANG I : Mari kita hancurkan saja. Kita bunuh.
313. ORANG II : Siapa?
314. ORANG I : Diri kita.
315. ORANG II : Mari.
(mereka saling mencekik, saling memukul. Tapi akhirnya, mereka hanya merobek-robek lukisan)
316. ORANG II : (tertawa) Kita sudah hancur.
317. ORANG I : Kita sudah mati.
(sama-sama tertawa)
318. ORANG II : Enak ya, sudah mati.
319. ORANG I : Cuma begini rasanya.
320. ORANG II : Coba (kemudian mencubit orang I) sakit?
321. ORANG I : Kita telah menjadi pembunuh yang sia-sia.
322. ORANG II : Sebuah pertanyaan pada dunia.
323. ORANG I : Otakku sudah beku.
324. ORANG II : Biarkanlah otakmu untuk terus berfikir.
325. ORANG I : Takut.
326. ORANG II : Akhirnya cepat sampai pada kesimpulan.
327. ORANG I : Dan kembali pada keraguan. Ini seperti penyaliban Yesus untuk kedua kalinya.
328. ORANG II : Hidup ini penuh dengan rangsangan-rangsangan.
329. ORANG I : Kita tidak harus mewujudkan semuanya.
330. ORANG II : Ayo kita mencoba lagi.
331. ORANG I : Ini adalah saat penentuan. Kita harus mendakwa diri kita.
332. ORANG II : Kita hakimi.
333. ORANG I : Ayo kita mulai.
(Dengan penuh gairah mereka mengambil kanvasnya masing-masing dan melukis. Gagal.
Dibanting. Dirobek-robek. Ganti kanvas. Gagal. Dirobek. Ganti kanvas. Dirobek. Gagal. Dirobek.
Melukis lagi dirobek lagi. Ganti lagi. Terus dan terus sampai kanvasnya habis, kemudian mereka
melukis di tembok-tembok, baju-baju yang bergantungan, langit-langit, meja, lantai, kursi, sepatu,
sandal, debu, semua benda yang ada di situ dibuatnya untuk melukis, dijadikan kanvas sampai
habis semuanya. Mereka melukis membabi-buta, mereka histeris, mereka mondar-mandir, mereka
berlari mencari kanvas, mencari objek )
ORANG I : (bersama orang II) Mana kanvasku, mana objekku, mana kanvasku, mana objekku, mana
kanvasku, mana kanvasku, objekku, kanvasku mana, objekku mana, kanvasku mana, objekku
mana, mana ... mana kanvasku ... mana, mana ... (mereka terus berputar-putar, berlari-lari) Mana tali
gantungan, aku akan melukis tali gantungan, mana pisau aku akan melukis di pisau-pisau, mana
salib, mana gantungan, mana kanvas, mana kanvas ... gantungan, salib, kanvas, objek...
(Mereka terus berputar-putar, gelisah, berlari, terus. Terus sampai histeris dan sampai akhirnya
mereka bertabrakan. Berpelukan, saling raba dan sama-sama berkata:) Kau adalah kanvasku, kau
adalah kanvasku .... Cat, mana cat ... mana pahat ... mana gergaji, palu ....
(mereka menjadikan tubuh yang lain adalah kanvasnya, mereka saling melukis, saling
mengguyurkan cat, saling pahat-memahat tubuh yang lainnya sambil terus berteriak:) Kau
kanvasku, kau objekku, kau kanvasku, kau objekku, kau patungku, kau karyaku ... kau objekku, kau
objekku, kau objekku ....(terus dan tak ada habisnya)

1. Mataraman JENG MENUL karya : Puthut Buchori Adegan 1 JENG MENUL


Perkenalkan, nama saya Rumenul Setyo Kinasih. Usia dua puluh satu tahun. Pekerjaan,
penjual Bubur asyoi. Enak lho. Musik menghentak, dan sandiwarapun di mulai. orangorang berlalu lalang membicarakan jeng menul juragan bubur yang sangat laris, dan
pembelinya rata-rata lelaki, sehingga membuat para istri curiga, ada apa di balik bubur
menul. Ini hanyalah parodi Tentang kisah orang pinggiran Sukses di kota, sehingga
banyak di suka orang Tentang orang yang hanya cari makan Namun di perdebatkan,
didiskusikan Sampai orang gedongan Sampai orang atasan Inilah kisah tentang orang
Tentang seseorang yang bernama Jeng menul Jeng, jeng, jeng, bubure jeng. Di pasar, di
jalan, di rumah semua orang membicarakan jeng menul. MAT KRANJANG Sudah tho
mbokne, pagi ini biar saya saja yang membelikan bubur buat si thole, sekali-sekali
mbokne istirahat saja di rumah. MBOK TOMBLOK1|L a k o n Jeung Menul karya Puthut
Buchori
2. 2. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
Alah, padune... MAT KRANJANG Padune apa MBOK TOMBLOK beralasan momong si
thole, beralasan beli bubur..., lak ya hanya padune tho ? MAT KRANJANG Padune apa
tho ? MBOK TOMBLOK Sampeyan hanya pingin nginjen eseme bakule tho ? MAT
KRANJANG Ah pitenah itu, Negatip tingking, berburuk sangka... MBOK TOMBLOK Lha
memang beli nya bubur di tempat siapa? MAT KRANJANG Jeng Menul. MBOK
TOMBLOK Wha lha dalah, lak tenan tho. Hanya mung pingin ketemu si menul, seperti
halnya lelaki-lelaki lain. MAT KRANJANG Lha lihat gelunganmu sudah sepet je.... MBOK
TOMBLOK Weh kurang ajar, lelaki semprul, berani-beraninya omong begitu. Kurang
ajar.2|L a k o n Jeung Menul karya Puthut Buchori
3. 3. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
Mbok Tomblok terus menerus memaki suaminya yang mata keranjang. dan keduanya
ngeloyor pergi. sementara dilain tempat. ARJO ANGGUR Mana bune, minta duwit, aku
sudah lapar banget je. YU GIYAT Duwit apa ? ARJO ANGGUR Ya duwit yang masih
payu tho. Aku sudah ngelih banget je, aku sudah kesusu sarapan bubur je. YU GIYAT
Kesusu sarapan apa kesusu jeng menul... ARJO ANGGUR Sudah tho jangan cerigis,
kasih aku duwit. YU GIYAT Duwitnya mbahmu apa? Wong lanang kok ora gablek duwit.
Mbok bekerja, apa kek, nguli kek, dagang kek, ngamen kek, mburuh kek... ARJO
ANGGUR Kak kek, kak kek ! Aku ini kakekmu apa, (MEREBUT DOMPET YU GIYAT
ISTRINYA) mana duwitnya... (BURU-BURU PERGI KE TEMPAT JENG MENUL) YU
GIYAT Oh dasar tekek, bayi buaya, sudah tidak bekerja, makan terus duwit istrinya, tekek
elek, biar kejepit kelek sampeyan, raisa melek. (MENGUMPAT TERUS, DAN PERGI KE
ARAH LAIN).Sementara di lain tempat, dul geplak dan nini sunyi istrinya, serta dalgaplek
dan cempluk tunangannya, keheranan memandang orang yangberduyun-duyun ke arah
rumah bakul bubur jeng menul.3|L a k o n Jeung Menul karya Puthut Buchori
4. 4. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah
pidatoCEMPLUKKang kamu jangan ikut-ikutan mbubur di tempat si menul lho?DAL
GAPLEKMemang kenapa ?CEMPLUKPokoknya jangan.DAL GAPLEKkamu nglarangnglarang begini pluk, yang malah bikin aku penasaran.Sebenarnya ada apa sih dengan
Menul, kok buburnya laris banget, kokyang antri sampai berjubel, uyuk-uyukan, umpukumpukan. Akubukannya pingin buburnya, hanya pingin lihat unteg-unteganya itu
lho.CEMPLUKSama saja !DUL GEPLAKSudah, sudah.NINI SUNYIHo oh, mbok
sudah.DUL GEPLAKsekarang lebih baik, kita semua saja bareng- bareng menginjen di

warungbuburnya menul.CEMPLUKLho kok malah begitu kang geplak ? DUL GEPLAK


Lha ya begitu saja, yang aman, dari pada gaplek penasaran tapi kamu larang, atau dari
pada saya berangkat juga menginjen, tapi istri saya nini4|L a k o n Jeung Menul karya
Puthut Buchori
5. 5. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
sunyi ini curiga? Lebih baik kita bersama-sama saja. Supaya tidak ada syak wasangka.
NINI SUNYI Ayo siapa takut. Berempat kemudian menuju warung jeng menul. di lain
tempat. mas romo sedang memanas-manasi para istri untuk protes ke denmas
lemuduso, agar menghentikan kegiatan jeng menul jualan bubur. MAS ROMO keadaan
saat ini sudah gawat bin genting, jamannya sudah edan bin sinting. Masak ada
penindasan smacam ini kok di biarkan saja, masak ada penjajahan hak-hak perempuan
kok di cueki saja. Sampeyan- sampeyan di sini merasa terjajah tho ? betul ? PARA
WANITA Betul !! MAS ROMO Ini yang namanya ketidak adilan, sampeyan-smpeyan para
istri sudah di lecehkan. Masak karena keadaan sampeyan-sampeyan terkalahkan oleh
esemnya si menul. Betul ? PARA WANITA Betul !! MAS ROMO Nah ini yang harus di
tegagkan, keadilan yang ini harus dijejegkan, masak kita orang-orang kecil seperti kita
tak pernah diperhatikan. Betul ? PARA WANITA Betul !!YU GIYAT5|L a k o n Jeung
Menul karya Puthut Buchori
6. 6. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah
pidatoSaya setuju kalau kita harus protes ke hadapan mas lurah. Ini sudahkebangeten,
masak bojo saya itu sudah nggak nyambut gawe, Ora gablekduwit. kalau pagi-pagi
sudah nyarap ke warung buburnya si menul.MBOK TOMBLOKsama. Sama itu, sama
dengan suamiku. Dengan alasan momong si thole,dengan dalih ndulang si thole, e.. lha
kok ternyata hanya pinginmemandang eseme bakule, si menul. Aku kan jadi
keki.WANITA 1memang lelaki itu dimana saja sama. Bapaknya anak-anak itu juga
jasbuka iket blangkon, sama jugak sami mawon. Pagi-pagi kalo di suruhnimba air: males.
Kalo di suruh cari kayu bakar: Masih ngantuk. Kalo disuruh gegenen: Nanti-nantii saja,
katanya. Tetapi kalu di suruh beli buburtempatnya menul: mak jegagik, ngadeg jejeg,
jlenthir. Mlayu banter.Gendeng gendeng tenan kok ini.WANITA 2menul memang
biyang kerok.WANITA 3Menul ki pancen semprul.WANITA 4ya sembrono.WANITA 5Di
usir saja !WANITA 6Jangan, kasihan, di karantinan saja.WANITA 2memangnya kewan. Di
pasung saja.WANITA 56|L a k o n Jeung Menul karya Puthut Buchori
7. 7. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah
pidatoHus, sadis.WANITA 4Lantas diapakan.MAS ROMOkita serahkan saja pada
denmas Lemuduso, biar beliau yang mengadili,karena hal ini sudah menyangkut
kestabilitasan nasional lho. Ini sudahmenyangkut masalah negara lho.YU GIYATWah..
wah.. sampai segitu tho.. Mas Romo Lha iya, ini berarti sudah meresahkan masyarakat,
dan keresahan masyarakat, adalah sudah urusan aparat, jangan main hakim sendiri.
Jadi mari kita bulatkan tekat: kita giring menul ke hadapan denmas lemuduso, pimpinan
kita. PARA WANITA Sepakat, ayo ! MAS ROMO Kalau kalian telah sepak, aku akan
menyiapkan gerobagku, kalian semua boleh nebeng ke gerobagku, kita giring menul ke
hadapan aparat. (MENINGGALKAN PARA WANITA) PARA WANITA (SALING
BERSAUTAN) wah ini pasti sip semoga saja bisa adil.. kalau saya sih yang penting
bojoku itu insap iya ben ora medhok wae ayo kita siap-siap.. ya kita kunci rumah
dulu YU GIYAT Sik.. sik sik sederek-sederek para wadhon sedoyo, sik harap

8.

9.

10.

11.

tenang sebentar, saya itu masih curiga je. PARA WANITA (BERSAHUTAN)7|L a k o n
Jeung Menul karya Puthut Buchori
8. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
curiga apa yu,.. curiga pada siapa.. apa yang di curigai.. apa menul.. apa malah mas
Romo YU GIYAT Nah itu yang saya curigai PARA WANITA Siapa yu ? YU GIYAT Ya
mas room itu, kok semangat-semangatnya ngompori kita para wanita, kok rela-relanya
membantu kita menyusun scenario demonstrasi, bahkan sampai rela menyediakan
transportasi segala. Pasti ada apa-apanya ini WANITA 6 : Ada Apa dengan mas
Romo ya ? MBOK TOMBLOK O.. I know.. I know Mas room itu kan juga sama-sama
juragan bubur tho, dia pasti ingin menyingkirkan si menul. Supaya dia tidak punya
saingan, biar dia bias kembali laris. Kan akhir-akhir ini pelangganya sudah pada kabur.
WANITA 3 Bisa juga. YU GIYAT Memang bias juga begitu, makanya kita janagan mau di
tunggangi.. WANITA 2 Masak kita mau di tunggangi mas room, ya jelas emoh.
Memangnya mas room itu siapa, nunggangi kita. YU GIYAT8|L a k o n Jeung Menul
karya Puthut Buchori
9. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
Husy ! Pikiranmu reget ! Maksudnya di tunggangi itu adalah di peralat. Kita tetap akan
memperjuangkan hak-hak kita, tetapi jangan sampai di ikuti kepentingan-kepentingan
lain, seperti kepentingan pribadinya mas romo. WANITA 2 Lha terus kita sekarang
bagaimana. WANITA 1 Saya ada usul, bagaimana kalau kita ber konsultasi dulu pada
mbah angin anginan, jelek jelek begitu dia itu sesepuh kita lho, dia paranormal, tahu
banyak hal. Para Wanita : ya.. ya setuju.. bagus itu.. ayo kita ketempat mbah angin
anginan.. ayo ayo Secara tiba tiba mbah angin anginan muncul di tengah-tengah
mereka. PARA WANITA Wah hebat kowe mbah ampuh tenan sampeyan sakti
TOP BGT pancen sipp. MBAH ANGIN ANGINAN Ada apa tho kok saya di elu-elukan,
kaya artis saja. WANITA 5 Ya solanya sampeyan pancen sekti kok mbah. Mosok baru di
rasani sudah langsung muncul di tengah kita WANITA 3 Panjenengan memang punya
telepati yang kuat kok mbah WANITA 2 Weruh sak durunge winarah. WANITA 1 Caranya
gimana tho mbah.9|L a k o n Jeung Menul karya Puthut Buchori
10. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
Mbah Angin Anginan : waduh.. waduh.. waduh.. kok pertanyaannya begitu bertubi-tubi,
seperti sepur kluthuk kehilangan rem. WANITA 4 Salahnya sampeyan sekti, jadi kami
heran dan bertanya-tanya tentang kesaktian simbah. MBAH ANGIN ANGINAN Sakti
apa ? PARA WANITA Ya Sakti, tanpa di panggil sudah hadir sendiri. MBAH ANGIN
ANGINAN Itu Namanya bukan sakti PARA WANITA Lantas apa ? MBAH ANGIN
ANGINAN Lho kan memang aturan naskahnya seperti itu, kata sutradaranya harus
begitu PARA WANITA Hu.. dasar simbah MBAH ANGIN ANGINAN Sudah.. sudah..
ada apa.. ayo plis talking about. Ceritakan pada simbah, kok kalian semua brukut banget.
Wajahnya wajah wajah susah, biarpun negara sedang susah kita harus tetep berwajah
cerah ayo siapa dulu yang mau bicara. YU GIYAT begini mbah, kami para istri ini akan
berkonsultasi dengan simbah MBAH ANGIN ANGINAN10 | L a k o n Jeung Menul
karya Puthut Buchori
11. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
Nah ! Maka berkonsultasilah, niscaya pikirannya menjadi plong. YU GIYAT Begini mbah,
sak ploknya jeng menul itu jualan bubur, lak suasana jadi tidak menyenangkan. MBAH
ANGIN ANGINAN Kok Bisa ? YU GIYAT Ya memang Bisa mbah. Sejak itu para suami

jadi rajin bangun pagi.. MBAH ANGIN ANGINAN Bagus itu YU GIYAT Tetapi bangun
pagi tidak lantas untuk bekerja, tetapi untuk sarapan bubur sambil menikmati esemnya
jeng menul. MBAH ANGIN ANGINAN lha terus apanya yang salah, yang mana yang
salah ? MBOK TOMBLOK Ya terang jeng menul itu tho mbah. MBAH ANGIN ANGINAN
apanya yang salah, apa jualan bubur itu salah, dosa, dan harus di penjara WANITA 6
mesam-mesemnya itu lho mbah. MBAH ANGIN ANGINAN Wha lha dalah ! apa mesammesem itu tidak boleh, mesam mesem itu di larang, apa pernah ada undang-undangnya.
Barang siapa mesam-mesem di depan umum, akan di penjara ?11 | L a k o n Jeung
Menul karya Puthut Buchori
12. 12. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
WANITA 5 Esem yang bikin lelaki kepincut itu lho mbah MBAH ANGIN ANGINAN Apa
kalau suami-suami kalian itu kepincut, apa itu salahnya menul, kenapa kalian tidak
menyalahkan suami kalian saja WANITA 2 Lha sebab, yang menjadi musababnya si
menul MBAH ANGIN ANGINAN Lha apa kalau begitu, terus si menul yang harus
dipersalahkan? Ngawur kamu. Kalau simbah, ini kalau simbah lho, sekali lagi kalo
simbah. Dengan kejadian seperti itu, seharusnya justru kita yang mawas diri, intropeksi..
WANITA 2 Introspeksi mbah MBAH ANGIN ANGINAN Ya intropeksi, kita kembali
melihat kepada diri kita sendiri, apa tho yang kurang pada diri kita, sehingga suamiku
meninggalkan aku, sehingga suamiku bosan dengan ku, apa kita kurang bersolek,
kurang ayu. Dulu waktu masih yang-yangan dandan mati-matian, dan setelah rabi malah
nglomprot blas ratau dandan. Kok suami suka sarapan di luar, apa masakan kita kurang
enak? Kalau kurang enak ya belajar masak, biar suami dan anak betah dan suka makan
di rumah. Tak ada salahnya kita melihat kembali pada diri kita, tidak asal menyalahklan
orang lain. Tapi cobalah menghargai orang lain. WANITA 1 Lha kami sudah terlanjur
dikompori untuk demonstrasi je mbah,.. MBAH ANGIN ANGINAN siapa yang ngompori ?
12 | L a k o n Jeung Menul karya Puthut Buchori
13. 13. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
YU GIYAT Mas Romo itu lho mbah MBAH ANGIN ANGINAN Walah.. walah.. Gusti
Allah Pangeran.. Mas Romo ? PARA WANITA Iya mbah. MBAH ANGIN ANGINAN Mas
romo itu kan orang sudah mapan, dagangan buburnya juga sudah laris, kok ya takut
kesaing romo romo kok ya sempat-sempatnya kamu dolanan kompor, kalo
kebakar jenggotmu baru tahu rasa kamu. PARA WANITA Gimana mbah. ? MBAH
ANGIN ANGINAN ya teruskan saja kalau memang sudah begitu. Tapi nggak usah pake
emongsi. Di niati sowan saja, siapa tau denmas lemuduso ada jalan keluar yang lebih
baik. PARA WANITA Ya mari kita berangkat MBAH ANGIN ANGINAN Ya silahken
simbah turut mendoakan saja Para wanita bergegas menuju rumah denmas
lemuduso.tinggal mbah angin anginan, yang kemudian muncul dul geplak, dal gaplek,
nini sunyi dan cempluk. DUL GEPLAK Lho.. lho mau pada kemana orang-orang itu mbah
?13 | L a k o n Jeung Menul karya Puthut Buchori
14. 14. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
MBAH ANGIN ANGINAN : Mau sowan DUL GEPLAK Kok Rombongan, memangnya
ada wigati apa mbah, kok pada njanur gunung. MBAH ANGIN ANGINAN Itu pada
ngrembugi si menul. CEMPLUK Menul maneh.. menul maneh DAL GAPLEK Husy
diam tho. Si menul kenapa.. MBAH ANGIN ANGINAN Ya tidak kenapa-kenapa, biasabiasa saja NINI SUNYI Lha iya kenapa mbah ? MBAH ANGIN ANGINAN Lha ya tidak
kenapa-kenapa, hanya soal menul saja kok di besar- besarkan. Slow sajalah. Masalah

sudah tenang kok. Tunggu saja besok di Koran. DUL GEPLAK Ya sudah kalau memang
tak ada apa-apa, saya kira sampai gawat je, kok ributnya sampai ujung laut. Ya sudah
kita biarkan saja peristiwa ini berlalu begitu saja, ayo pulang DAL GAPLEK Lho kok
begitu saja tho kang, katanya kita mau ngikuti beritanya DUL Ya kalau kamu mau
ngikuti, ya ikuti saja14 | L a k o n Jeung Menul karya Puthut Buchori
15. 15. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
Mbah angin angin, dul geplak, nini sunyi, dan cempluk pulang ke rumah, dal gaplek
penasaran menyusul kerumah denmas lemuduso. Di rumah den mas lemuduso, telah
berkumpul para suami. MAT KRANJANG Wah pokoknya yang namanya menul itu,
pancen oks banget denmas. Sip, bijinya bisa sepuluh. ARJO ANGGUR Namanya saja
menul, pasti di jamin mendat mentul kalu melihatnya. LELAKI 1 Jaminan mutu LELAKI
2 Anti Bocor LELAKI 3 Nggak bakalan ngecawakan den mas.. ARJO ANGGUR Kalau
den mas berkehendak, bisa saya perkenalkan, saya cukup dekat kok. MAT KRANJANG
Alaah.. SKSD PALAPA kamu, sok kenal, sok dekat, padahal tidak tahu apa apa. Ntar biar
saja den mas yang memperkenalkan, saya cukup lama kenalnya, du pernah satu
sekolahan kok dengan saya. LELAKI 1 Saja juga kenal. LELAKI 2 Saya Juga dekat.15 | L
a k o n Jeung Menul karya Puthut Buchori
16. 16. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
ARJO ANGGUR Untuk denmas , untuk panjenengan segalanya deh. Tanpa di duga para
wanita telah datang bersama menul. PARA WANITA Kulo nuwun PARA LELAKI
(BERSAHUTAN) Lho.. lho.. kok pada nyusul ke sini.. walah malah bareng menul segala..
ada apa ini.. kok berombongan.. wah payah ini.. wah wah mampus aku bajiguri.
PARA WANITA (BERSAHUTAN) Lho kok sudah ada pada di sini.. pasti rembugan
tentang kita ini pasti pada ngrasani menul ini.. kok tidak biasa-biasanya pasti ada
apa- apanya ini YU GIYAT Wah kebetulan, mumpung juga ada suami kami, kami kesini
ingin sowan. Ingin berdiskusi. JENG MENUL Ya, Saya dan para mbakyu-mbakyu ini akan
curhat, mengeluarkan isi hati kami, Kami ingin mempertanyakan, kenapa, kami para
wanita ini, hanya dijadikan bahan omongan, bahan gunjingan, dirasani sana, dirasani
sini. Apa salah kami, kami toh hanya menjalankan tugas kami, saya hanya berjualan
bubur untuk menghidupi ibu dan adik-adik saya kok di jadikan obyek kesalahan. Apa
saya salah, apa jual bubur itu salah. Apa saya tidak boleh jualan lagi, terus keluarga kami
harus makan apa ? saya tak punya keahlian lain selain masak bubur. YU GIYAT
Sebenarnya kami para wanita ini dating ke sini, bukan unuk menyalahkan jeng menul,
juga bukan menyalahkan suami kami, tetapi16 | L a k o n Jeung Menul karya Puthut
Buchori
17. 17. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
kami hanya untuk mengajak bersama-sama berinstropeksi, bermawas diri, krmbsli mrlihst
diri kita, tentang kelakuan kita, tentang tanggung jawab kita. MBOK TOMBLOK Ya, kami
tidak menyalahkan siapa-siapa tentang kasus jeng menul ini, jug atidak menyalahkan
mas romo yang maruk saat ini. DEN MAS Ehm. Kalau memang begitu selesailah, ya
semua biarkan berjalan dengan sendirinya. Kenapa kita hanya ngurusi hal hal sepele,
sementara banyak hal-hal penting negara yang lain belum terurusi. MUSIK PENUTUP.
Jamane jamane jaman gedeng Sing ragendeng rabakal melu mudeng Jamane jamane
jaman susah Meski susah awake tetep kudu cerah Yang terjadi biarlah kita lakoni dengan
semangat Kita songsong hari depan dengan harapan Dan bukan dengan ketiduran.
Puthut buchori Gowongan, 26 Juni 2003. [mementaskan naskah drama ini harus ada

pemberitahuan kepada penulis] Tentang Puthut Buchori Nama Lengkap Puthut Buchori
Ali Marsono, Kelahiran 6 September 1971. Alumni Jurusan teater ISI Yogyakarta, Selain
Menjadi Direktur Artistik Bandungbondowoso ready on stage, Juga direktur Artistik di
Teater MASA Jokjakarta, Perfomance Artist Post Punk Perfomance,17 | L a k o n Jeung
Menul karya Puthut Buchori
18. 18. Dipublikasikan : Azamku.Com, pakaian adat Indonesia, katamutiara & naskah pidato
dan bekerja secara freelance pada beberapa kelompok kesenian. Saat ini aktif menjadi
konseptor dan pemimpin redaksi Underground Buletin Sastra ASK [Ajar Sastra
Kulonprogo]. Berteater sejak kelas satu SMP di teater JIWA Yogyakarta pimpinan Agung
Waskito ER. Telah Berproses teater lebih dari 100 repertoar, baik sebagai sutradara,
pemain, tata artistik maupun tata lampu. Pernah membina kelompok teater, antara lain :
Teater MAN Yogyakarta 1, Teater Puspanegara SMUN 5 Yogyakarta, SMUN 1 Depok
Sleman Yogyakarta, Teater Cassello SMUN 1 Wates Kulonprogo Yogyakarta, Teater
Thinthing Wates Kulonprogo Yogyakarta, SMU Kolese GONZAGA Jakarta (event
tertentu), Kolese LOYOLA Semarang Jateng (event Tertentu). Teater Sangkar UPN
Veteran Yogyakarta, Teater RAI ISI Yogyakarta, Teater DOEA KATA ISI Yogyakarta, dan
saat ini sedang merintis kelompok teater di Wates Kulonprogo Yogyakarta. Tinggal di
Gowongan Kidul Jt3/412 Yogyakarta, HP. 08179417613, email:masa_teater@yahoo.com18 | L a k o n Jeung Menul karya Puthut Buchori

Вам также может понравиться