Вы находитесь на странице: 1из 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA INSTRUMENTASI
PERCOBAAN IV
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI DARI SAFARANIN O
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER FTIR

NAMA

: TUTRIYANTI

NIM

: J1B112025

KELOMPOK

: X (SEPULUH)

ASISTEN

: YARA TRIA

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014

PERCOBAAN IV
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI DARI SAFARANIN O
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER FTIR

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasikan gugus-gugus

fungsi Safranin O berdasarkan hasil absorbansi spektrofotometer FTIR.


II.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengecatan Gram merupakan salah satu teknik pewarnaan yang digunakan

untuk mengidentifikasi bakteri (mikroorganisme). Zat warna yang digunakan pada


pengecatan Gram meliputi crystal violet, yodium, alkohol dan safranin. Fungsi
dari masing-masing zat warna tersebut adalah :
1. Crystal Violet
Berwarna ungu. Merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi
warna mikroorganisme target. Crystal Violet bersifat basa sehingga mampu
berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam, dengan begitu sel
mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (Ungu).
2. Yodium
Merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi
pewarna primer yang diserap mikroorganisme target. Pemberian yodium pada
pengecatan Gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri.
3. Alkohol
Solven organik yang berfungsi untuk membilas atau melunturkan kelebihan
zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Pemberian alkohol pada pengecatan
ini dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan :
1. Mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu
2. Bakteri menjadi tidak berwarna
4. Safranin
Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini
berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama

setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain, memberikan warna pada
mikroorganisme non target (Wahyuningsih, 2008).
Prinsip

kerja

spektrofotometer

infra

merah

adalah

sama

dengan

spektrofotometer yang lainnya yakni interaksi energi dengan suatu materi.


Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang
frekuensi 400-4000 cm-1, di mana cm-1 yang dikenal sebagai wavenumber
(1/wavelength),

yang

merupakan

ukuran

unit

untuk

frekuensi.

Untuk

menghasilkan spektrum inframerah, radiasi yang mengandung semua frekuensi di


wilayah IR dilewatkan melalui sampel. Frekuensi yang diserap muncul sebagai
penurunan sinyal yang terdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai spektrum
radiasi dari % ditransmisikan bersekongkol melawan wavenumber (Day &
Underwood, 2001).
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu
ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan
negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berfungsi untuk membedakan bakteri-bakteri
karena reaksinya dengan sel bakteri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan
inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri (Sutedjo, 1991).
Spektroskopi

inframerah

sangat

berguna

untuk

analisis

kualitatif

(identifikasi) dari senyawa organik karena spektrum yang unik yang dihasilkan
oleh setiap organik zat dengan puncak struktural yang sesuai dengan fitur yang
berbeda. Selain itu, masing-masing kelompok fungsional menyerap sinar
inframerah pada frekuensi yang unik. Sebagai contoh, sebuah gugus karbonil, C =
O, selalu menyerap sinar inframerah pada 1670 cm-1 dan 780 cm-1, yang
menyebabkan ikatan karbonil untuk meregangkan (Silverstein, 2002).
Teknik spektroskopi IR digunakan untuk mengetahui gugus fungsional
mengidentifikasi senyawa , menentukan struktur molekul, mengetahui kemurnian
dan mempelajari reaksi yang sedang berjalan. Senyawa yang dianalisa berupa
senyawa organik maupun anorganik. Hampir semua senyawa dapat menyerap
radiasi inframerah (Mudzakir, 2008).
Jika suatu radiasi gelombang elektromagnetik mengenai suatu materi, maka
akan terjadi suatu interaksi, diantaranya berupa penyerapan energi (absorpsi) oleh
atom-atom atau molekul-molekul dari materi tersebut. Absorpsi sinar ultraviolet
dan cahaya tampak akan mengakibatkan tereksitasinya elektron. Sedangkan

absorpsi radiasi inframerah, energinya tidak cukup untuk mengeksitasi elektron,


namun menyebabkan peningkatan amplitudo getaran (vibrasi) atom-atom pada
suatu molekul (Anam dkk, 2007)
Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR).
spektroskopi ini didasarkan pada vibrasi suatu molekul. Spektroskopi inframerah
merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi
elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 - 1.000 m
atau pada bilangan gelombang 13.000 - 10 cm-1 (Basset,1994).
Instrumen spektroskopi IR terdiri dari beberapa komponen:
1. Sumber Radiasi
a) Meinst glower
Berbentuk silinder diameter 1 X 2 mm dan panjang 20 mm
b) Sumber globar
Berupa batang silikon karbida, panjang 50 mm dan diameter 5 mm
c) Kawat berpijar
Kawat nikon yang dipanaskan pada 110 K oleh arus listrik
2. Sampel
Terdiri dari padat, cair dan gas
3. Monokromator
Untuk meminimalkansinar setelah melewati sampel yang tidak dikehendaki
4. Detektor
Yang sering digunakan dalam IR yaitu:
a) Thermal transducer
b) Pyroelectric transducer
c) Bolometer
5. Recorder
(Sitons, 2004)
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual
dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh
suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu
perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang
berbeda (Khopkar, 2003).
Tidak ada pelarut yang sama sekali transparan terhadap sinar IR, maka
cuplikan dapat diukur sebagai padatan atau cairan murninya. Cuplikan padat
digerus pada muortar kecil bersama Kristal KBr kering dalam jumlah sedikit (0,52 mg cuplikan sampai 100 mg KBr kering) campuran tersebut dipres diantara 2
sekrup memakai kunci kemudian kedua sekrupnya dan baut berisi tablet cuplikan

tipis diletakkan di tempat sel spektrofotometer infrared dengan lubang mengarah


ke sumber radiasi (Hendayana, 1994).
III.

ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometer FTIR,

printer, monitor, kaca objek, botol vial, dan pipet tetes.


B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Safranin O, etanol,
dan akuades.
IV.

PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan sampel yang akan diabsorbansi dengan spektrofotometer
FTIR, yaitu melarutkan sampel Safranin O dalam pelarut etanol
sehingga kadarnya menjadi 0,01%.
2. Memasukkan sampel yang akan diabsorbansi dengan spektrofotometer
FTIR ke dalam botol vial.
3. Mengambil beberapa tetes etanol dengan menggunakan pipet tetes dan
meneteskannya ke dalam kaca objek, kemudian menutupnya dengan
kaca objek yang lain hingga tidak terdapat udara lagi.
4. Memasukkan kaca benda yang berisi etanol ke dalam celah FTIR
(sampel holder) dan mengamati grafik hasil absorbansi muncul di layar
monitor (sebagai blanko).
5. Mengambil beberapa tetes sampel Safranin O dengan menggunakan
pipet tetes dan meneteskannya ke dalam kaca objek, kemudian
menutupnya dengan kaca objek yang lain hingga tidak terdapat udara
lagi.
6. Memasukkan kaca benda yang berisi sampel Safranin O ke dalam celah
FTIR dan mengamati grafik hasil absorbansi muncul di layar monitor
(Larutan uji).
7. Menyimpan data yang dihasilkan dan melakukan pembahasan terhadap
puncak-puncak yang terbentuk.

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

No

Frekuensi (cm-1)

3250-3500

N-H

amina

2750-3000

CH3

Metil

>2250

C=N

Nitril

Jenis Ikatan

Gugus Fungsi

C=C
Berupa grafik hasil pengukuran dengan FTIR terhadap spectra larutan
sampel safranin O.
B. Pembahasan
Pada percobaan ini akan dilakukan analisa larutan sampel safranin O
(kelompok 10) dengan FTIR. Tujuan dari percobaan ini adalah unutk
mengidentifikasi gugus fungsi Safranin O menggunakan spektrofotometer FTIR
(Fourier Transform Infrared Spectroscopy). Prinsip kerja dari spektroskopi FTIR
ini juga hampir sama dengan spektroskopi lainnya, yaitu memanfaatkan adanya
interaksi materi dengan energi. Dalam hal ini materi berupa larutan berwarna yang
ditembak dengan sejumlah energi berupa sinar infrared yang akan menyebabkan
molekul tersebut bervibrasi. Hal ini terjadi karena energi yang berasal dari sinar
infrared tersebut tidak cukup kuat untuk menyebabkan terjadinya atomisasi
ataupun eksitasi elektron pada molekul senyawa yang ditembak, sehingga hanya
menyebabkan vibrasi, yang mana besarnya energi vibrasi tiap atom atau molekul
berbeda

bergantung

pada

atom-atom

dan

kekuatan

ikatan

yang

menghubungkannya, sehingga dihasilkan frekuaensi yang berbeda pula.


Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada
rentang frekuensi 400-4000 cm-1, di mana cm-1 yang dikenal sebagai wavenumber
(1/wavelength), yang merupakan ukuran unit untuk frekuensi. FTIR digunakan
untuk melakukan analisa kualitatif yaitu untuk mengetahui ikatan kimia yang
dapat ditentukan dari spectra vibrasi yang dihasilkan suatu senyawa tersebut pada
panjang gelombang tertentu. Selain bisa digunakan untuk analisa kualitatif, juga
dapat digunakan untuk analisa kuantitatif melakukan perhitungan tertentu dengan
menggunakan intensitas.
Untuk melakukan analisa dengan FTIR, sampel yang akan dianalisa harus
dijadikan pellet terlebih dulu agar dapat masuk pada alat FTIR tersebut. Pellet

yang dibuat haruslah bening agar dapat menerima atau ada interaksi dengan sinar
infrared yang ditembakkan alat FTIR tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pellet
yang dihasilkan tidak terlalu gelap dan sulit ditembus infrared karena sampel yang
digunakan merupakan senyawa berwarna maka penggunaannya sangat sedikit.
Pellet dari sampel harus dibuat dengan hati-hati karena dalam pembuatannya
banyak kemungkinan gangguan yang dapat menjadikan sampel rusak baik secara
kimia, fisik (alat), maupun dari praktikan. Pellet yang terbentuk selanjutnya diuji
dengan alat FTIR. Namun pada percobaan kali ini praktikan hanya menganalisis
sampel menggunakan alat langsung sedangkan bahan yang akan di analisa sudah
disediakan oleh asisten praktikum.
Sebelum melakukan pengujian, dilakukan pengaturan pada alat FTIR
terlebih dahulu. Salah satunya adalah mengatur wave range alat tersebut pada
rentang wavenumber range 400-4000 cm-1. Penggunaan range tersebut karena
berdasarkan literature rentang spectra senyawa tersebut berada pada range 4004000 cm-1 yang merupakan golongan daerah infrared pertengahan. Setelah alat
standby, maka dilakukan pengukuran sampel yang telah dibuat.

Gambar 1. Struktur safranin O (C20H19ClN4)


3,7-diamino-2,8-dimethyl-5-phenylphenazin-5-ium chloride
Struktur yang diperoleh dari hasil pencaharian pada literarur, maka dapat
diprediksi bahwa spectra yang terbentuk mengandung gugus metil (CH 3) pada
frekuensi 2750-3000 cm-1, rangkap dua C=C dan C=N frekuensi > 2250 cm-1,
serta amina N=H dengan frekuensi 3250-3500 cm-1 sesuai dengan hasil yang
diperoleh saat praktikum.
VI.

KESIMPULAN

1. Prinsip kerja dari alat FTIR adalah interaksi antara materi (sampel
senyawa) dengan energi berupa sinar infrared yang menyebabkan
molekul senyawa tersebut bervibrasi yang mana besarnya energi vibrasi
tiap atom/molekul berbeda bergantung pada atom-atom dan kekuatan
ikatan yang menghubungkannya, sehingga dihasilkan frekuaensi yang
berbeda pula.
2. Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada
rentang frekuensi 400-4000 cm-1.
3. Struktur molekul Safranin O adalah C20H19ClN4.
4. Gugus fungsi pada Safaranin O teridentifikasi adanya gugus metil
(CH3) pada frekuensi 2750-3000 cm-1, rangkap dua C=C dan C=N
frekuensi > 2250 cm-1, serta amina N=H dengan frekuensi 3250-3500
cm-1.

DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul., Sirojudin., & K. S Firdausi., 2007. Analisis Gugus Fungsi pada
Sampel Uji, Bensin dan Spiritus Menggunakan Metode Spektroskopi
FTIR. Vol 10. No 1, April 2007, hal 79-85. ISSN : 1410-9662.
Basset ,J . 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta. EGC.
Harjadi, W., 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Hendayana, Sumar, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang. IKIP Press.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Mudzakir, A. 2008. Praktikum Kimia Anorganik. Bandung. Jurusan Pendidikan.
Silverstein. 2002. Identification of Organic Compund, 3rd Edition. John Wiley &
Sons Ltd. New York.
Sutedjo, M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.

Underwood, A. L & R. A. Day, JR. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Penerbit


Erlangga. Jakarta.
Wahyuningsih. 2008. Pengecatan Gram. Universitas Jenderal Soedirman.
Fakultas Pertanian. Purwokerto.

ANALISA JURNAL ILMIAH


I.

JUDUL
Analisis Gugus Fungsi pada Sampel Uji, Bensin dan Spiritus Menggunakan

Metode Spektroskopi FTIR.


II.

TUJUAN
Tujuan dari jurnal penelitian ini adalah untuk analisis gugus fungsi pada

sampel uji (katalis, bensin dan spiritus) dengan

menggunakan

spektroskopi

FTIR.
III.

METODE PENELITIAN
Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared) merupakan spektroskopi

inframerah

yang

dilengkapi dengan transformasi Fourier untuk deteksi dan

analisis hasil spektrumnya. Inti spektroskopi FTIR adalah interferometer

Michelson yaitu alat untuk menganalisis frekuensi dalam sinyal gabungan.


Spektrum

inframerah

melewati

sampel,

dibandingkan dengan
gelombang.

tersebut dihasilkan dari pentrasmisian cahaya

pengukuran
intensitas

intensitas cahaya
tanpa

sampel

dengan

detektor

sebagai fungsi

yang
dan

panjang

Spektrum inframerah yang diperoleh kemudian diplot sebagai

intensitas fungsi energi, panjang gelombang (m) atau bilangan gelombang


(cm-1). Skema alat

spektroskopi FTIR secara sederhana ditunjukan pada

gambar.

Gambar. Skema alat spektroskopi FTIR. (1)Sumber Inframerah (2) Pembagi


Berkas (Beam Spliter) (3) Kaca Pemantul (4) Sensor Inframerah (5) Sampel
(6) Display
Analisis gugus fungsi suatu sampel dilakukan dengan membandingkan
pita absorbsi yang terbentuk pada spektrum infra merah menggunakan tabel
korelasi dan

menggunakan

spektrum

senyawa pembanding (yang sudah

diketahui).
IV.

HASIL
Analisis gugus fungsi sampel bensin menunjukkan bahwa terdapat gugus

metil (CH3), gugus alkana, senyawa benzena yang ditunjukkan dengan vibrasi
uluran

CH dan cincin aromatik (C=C) dan gugus lain yang tidak dapat

diidentifikasi

dengan tepat. Analisis

gugus

fungsi

pada

sampel spiritus

menunjukkan adanya gugus hidroksil dari senyawa alkohol dengan munculnya


pita lebar di atas 30003500 cm -1 dan pita pada 10001100 cm-1. Pita uluran
CH kemungkinan tertutup oleh uluran gugus hidroksil, sehingga muncul
sebagai pita dengan intensitas yang lemah. Analisis gugus fungsi pada
sample uji menunjukkan bahwa sample uji mengandung gugus hidroksil (OH)

dari

jenis alkohol primer, gugus alkil yang kemungkinan adalah metil

(CH3), ikatan rangkap tiga (CCH), gugus nitril (RCN), ikatan rangkap dua
C=C dan CN.
V.

KELEBIHAN METODE JURNAL


Kelebihan pada metode yang ada di jurnal ilmiah dengan metode yang

digunakan saat praktikum adalah adanya senyawa pembanding untuk mengetahui


gugus fungsi pada sampel uji. Dalam menganalisis gugus fungsi dari suatu
spektrum

tersebut, maka digunakan spektrum inframerah dari senyawa yang

sudah diketahui karena akan sangat membantu dalam mengidentifikasi gugus


fungsi sampel tersebut. Kesamaan daerah penyerapan memberikan informasi
kesamaan gugus fungsi dan mode vibrasi, sehingga karakteristik ikatan
molekuler dalam sampel lebih mudah dipelajari. Pada penelitian ini digunakan
spiritus

dan bensin sebagai senyawa pembanding. Sedangkan metode pada

praktikum yang kami lakukan tidak adanya senyawa pembanding sehingga


praktikan cukup kesulitan untuk menentukan gugus fungsi senyawa ujinya.
Sehingga praktikan hanya dapat mengira-ngira gugus apa yang ada pada sampel
uji tersebut.

Вам также может понравиться