Вы находитесь на странице: 1из 4

Keutamaan Diam

Nabi SAW, bersabda :

,
, ,

Shalat itu tiang Agama, sedang sikap diam itu lebih utama, sedekah itu dapat memadamkan murka
Tuhan, sedang diam lebih utama, Puasa itu benteng neraka, sedang diam itu lebih utama, dan jihad
itu adalah puncak Agama, sedangkan diam itu lebih utama.
Hadist di atas menjelaskan bahwa , Agama tidak akan berdiri tanpa Shalat, seperti tidak akan berdiri
sebuah rumah tanpa disertai tiang tiangnya. Shalat merupakan pernyataan sebenarnya dari sifat
kehambaan dan menunaikan hak ketuhanan. Sedang seluruh ibadah itu justru merupakan sarana
menuju subtansi pengabdian yang sebenarnya tersebut. Tentang diam itu lebih utama daripada
Shalat, dapat didasarkan pada sabda Nabi SAW :

( )
Diam adalah ibadah tingkat tinggi. (H.R. Ad-Dailami dari Abu Hurairah).
Yang dimaksud diam di sini ialah tidak mengucapkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat munurut
agama dan dunia, juga tidak usah membantah orang yang menentang. Justru diam termasuk ibadah
tingkat tinggi, karena kebanyakan kesalahan kesalahan itu timbul dari lisan. Maka dari itu, barang
siapa yang memelihara ucapannya, maka dia selamat di dunia dan akhirat.


Selain itu, Nabi Muhammad SAW bersabda :

( )
"Amal (perbuatan) yang paling disukai Allah, Adalah memelihara lisan" (H.R. Baihaqi)
Karena itu, jika orang hidup sendirian, maka diamnya tidak termasuk ibadah.
Diam lebih utama daripada sedekah, Nabi Muhammad SAW bersabda :

( )
Diam itu hiasan bagi orang alim dan penutup bagi orang bodoh. (H.R. Abusy Syekh dari Al-Mihrazi).
Diam dapat menambah kewibawaan yang hal ini pertanda adanya ilmu. Sesungguhnya orang yang
bodoh itu tidak akan diketahui bodohnya, jika dia tidak berbicara.
Diam lebih utama daripada puasa, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :

( )
Diam adalah pimpinan akhlak.
Dari hadist tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa diam dari perkara yang tidak ada pahalanya,

adalah pimpinan akhlak mulia, karena menyelamatkan pelakunya dari ghibah dan sebagainya.
Adapun memperbanyak melakukan perkara yang mendatangkan pahala, misalnya dzikir, membaca
Al-Quran dan ilmu, lebih utama daripada diam. Jihad itu adalah puncak Agama, namun diam lebih
utama, yaitu yang paling tinggi nilainya jika dilihat.
Nabi SAW bersabda :

( )
Diam adalah hikmah, namun sedikit orang yang melakukannya. (H.R. Al-Qadhai dari Anas dan AdDailami, dari Ibnu Umar)
Diam itu hikmah dan tidak banyak yang melaksanakannya, karena belum mengetahui hal itu.
Memang, tidak banyak orang yang mau diam diri dari mengemukakan hal hal yang sesungguhnya
menyebabkan kehinaan dirinya sendiri.
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Imam Ahmad rahimahullah dan at-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan hadits dari azZubair bin al-Awwm Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , beliau
bersabda :

.

















Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci
adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa
Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai.
Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai
? Sebarkanlah salam diantara kalian.[1]

Sumber: https://almanhaj.or.id/3522-larangan-saling-mendengki.html

Dalil-dalil dari Quran dan hadits tentang ghibah adalah sebagai


berikut:
~*~DALIL HARAMNYA GHIBAH~*~
- QS Al Hujurat: 12

Artinya: Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Apakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allaah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Ibnu Abbas dalam menafsiri ayat di
atas menyatakan: ( ) Allaah
membuat perumpamaan ini untuk ghibah karena memakan daging bangkai itu haram dan menjijikkan. Begitu
juga ghibah itu haram dalam agama dan buruk dalam jiwa. (Lihat Tafsir Al-Qurtubi hlm 16/346). - Hadits riwayat
Ahmad dan Abu Dawud
: ? :
.

Artinya: Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka
melukai (mencakari) wajah-wajah mereka dan dada-dada mereka. Maka aku bertanya: "Siapakah mereka ya
Jibril?" Jibril berkata: "Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia dan mereka mencela
kehormatan-kehormatan manusia". - Hadits riwayat Ahmad dari Jabir bin Abdullah
- - - -
Artinya: Kami pernah bersama Nabi tiba-tiba tercium bau busuk yang tidak mengenakan. Kemudian
Rosulullohbersabda, 'Tahukah kamu, bau apakah ini? Ini adalah bau orang-orang yang mengghibah (menggosip)
kaum mu'minin.
gosip haram
~*~Dalil bolehnya GHIBAH~*~
- QS An Nisa 4: 148

Artinya: Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. - Hadits riwayat Muslim

.
- Hadits riwayat Ibnu Hibban dan Baihaqi
,
Artinya: Ceritakan tentang pendosa apa adanya supaya orang lain menjadi takut. - Hadits riwayat Muslim

Artinya: Setiap umatku akan dimaafkan kecuali para mujahir.
mujahir adalah orang-orang yang menampakkan perilaku dosanya untuk diketahui umum - Hadits riwayat
Baihaqi

Artinya: Barangsiapa yang tidak punya rasa malu (untuk berbuat dosa), maka tidak ada ghibah (yang dilarang)
baginya.
~*~HUKUM GOSIP (GHIBAH) ADA TIGA: HARAM, WAJIB, BISA~*~
Dari sejumlah dalil Quran dan hadits di atas, maka ulama mengambil kesimpulan bahwa hukum ghibah atau
gosip itu terbagi tiga yaitu haram, wajib dan halal (dapat).
~HARAM
Hukum asal gosip adalah haram. Gosip yang haram adalah ketika Anda membicarakan aib sesama muslim yang
dirahasiakan. Baik aib itu terkait dengan bentuk fisik atau perilaku; terkait dengan agama atau duniawi. Hukum
haram ini tersurat secara tegas dalam Al-Quran, hadits seperti disebut di atas dan ijmak ulama sebagaimana
disebutkan oleh Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Qurtubi 16/436. Yang menjadi perselisihan ulama hanyalah apakah
gosip termasuk dosa besar atau kecil. Mayoritas ulama menganggapnya sebagai dosa besar. Menurut Ibnu
Hajar Al-Haitami ghibah dan namimah (adu domba) termasuk dosa besar. Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar
mengatakan: Ghibah itu haram tidak hanya bagi pembawa gosip tapi juga bagi pendengar yang mendengar dan
mengakui. Maka wajib bagi siapa saja yang mendengarkan orang memulai berghibah untuk berusaha
menghentikannya ketika ia tidak kuatir pada potensi ancaman. Bila takut maka ia wajib mengingkari dengan
hatinya dan keluar dari majelis pertemuan kalau memungkinkan. Bila mampu mengingkari dengan lisan atau
dengan mengalihkan pembicaraan maka hal itu wajib dilakukan. Apabila tidak dilakukan, maka ia berdosa.
~WAJIB
Ghibah atau membicarakan / menyebut aib orang lain adakalanya wajib. Hal itu terjadi dalam situasi di mana ia
dapat menyelamatkan seseorang dari bencana atau potensi terjadinya sesuatu yang kurang baik. Misalnya, ada
seorang pria atau wanita yang ingin menikah. Dia meminta nasihat tentang calon pasangannya. Maka, si
pemberi nasihat wajib memberi tahu keburukan atau aib calon pasangannya sesuai dengan fakta yang diketahui
pemberi nasihat. Atau seperti si A mengatakan pada si B bahwa si C berencana untuk mencuri hartanya atau
membunuhnya atau mencelakakan istrinya, dlsb. Ini termasuk dalam kategori memberi nasihat. Dan hukumnya
wajib seperti disebut dalam hadits di atas tentang 6 hak muslim atas muslim yang lain.
~BISA
Imam Nawawi dalam Riyadus Shalihin 2/182 membagi gosip atau ghibah yang dibolehkan menjadi enam
sebagai berikut:
: , , :.
, : , :.
, , , : : , :.
:.
, : .
, , , , :.

Artinya:
Pertama, At-Tazhallum. Orang yang terzalimi bisa menyebutkan kejahatan seseorang terhadap dirinya. Tentunya
hanya bersifat pengaduan kepada orang yang memiliki qudrah (kapasitas) untuk melenyapkan kezaliman.
Kedua, isti'anah (meminta pertolongan) untuk merubah atau menghilangkan kemunkaran. Seperti mengatakan
kepada orang yang diharapkan mampu menghilangkan kemungkaran: "Fulan telah berbuat begini (perbuatan
buruk). Cegahlah dia." Ketiga, Al-Istifta 'atau meminta fatwa dan nasihat seperti kata peminta nasihat kepada
mufti (pemberi fatwa): "Saya dizalimi oleh ayah atau saudara, atau suami. " Keempat, at-Tahdzir lil muslimin
(memperingatkan orang-orang Islam) dari perbuatan buruk dan memberi saran pada mereka. Kelima, orang
yang menampakkan kefasikan dan perilaku maksiatnya. Seperti menampakkan diri saat minum miras (narkoba),
berpacaran di depan umum, dll. Keenam, memberi julukan tertentu pada seseorang. Ketika seseorang dikenal
dengan julukan Kategori dan mungkin ghibah untuk enam kasus di atas disetujui oleh Imam Qurtubi dan
dianggap pendapat yang ijmak. Dalam Tafsir Al-Qurtubi 16/339 iya menyatakan
. ,

Artinya: Demikian juga ucapan Anda pada hakim meminta tolong untuk mengambil hak Anda yang diambil orang
yang menzalimi lalu Anda mengatakan pada hakim: Saya dizalimi atau dikhianati atau dighasab olehnya maka
hal itu bukan ghibah. Ulama sepakat atas hal ini. As-Shan'ani dalam Subulus Salam 4/188 menyatakan
, , :

Artinya: Kebanyakan ulama berpendapat bahwa dapat memanggil orang fasik (pendosa) dengan sebutan Wahai
Orang Fasiq !, Hai Orang Rusak! Begitu juga meggosipi mereka dengan syarat untuk berarti menasihatinya atau
menasihati lainnya untuk menjelaskan perilaku si fasiq atau untuk mencegah agar tidak melakukannya. Bukan
dengan tujuan terjatuh ke dalamnya. Maka (semua itu) harus timbul dari maksud yang baik.
Baarakallahu fiyk,,

Вам также может понравиться