Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2.KRONOLOGI KASUS
Hediz ervansyah memiliki sebidang tanah yang terletak Jl sukarami kecamatan slebar
Pulau Baii Bengkulu. Tanah dimaksud berukuran panjang 56 m dan lebar 16,50 m dengan
batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah timut dengan tanah Aslina;
- Sebelah Barat dengan Jalan rumah Blang/ Menuju Kampung;
- Sebelah Selatan dengan tanah kuburan;
- Sebelah Utara dengan tanah Hediz ervansyah;
Tanah dimaksud Hedizervansyah diperoleh dari almarhum Nyak Mubin Bin Nyak
man, kakek Hediz ervansyah, pada tahun 1948 sebagai pengganti dan pembayaran utang
almarhum Nyak Mubin kepada Hediz ervansyah sebesar Rp.5000.000 (li ma juta
rupiah ) .
Kemudian pada tahun
peralihan
kepemilikan tanah tersebut kepada Hediz ervansyah, yang dibuat dan ditandatangi oleh
hidayatus,Fara,Satria,Mamek,Mirna, dan jesica.
Tanah terpekara dikuasai oleh Hayatun, ibu dari Finta,Agung,dan Apriana ,sejak
tahun 1991, dengan mendirikan/membangun sebuah rumah di atas tanah perkara.
ketika
Hayatun membuat
sertifikat
atas tanah terpekara pada tahun 1994 melalui PPAT, maka proses pembuatan sertifikat
dimaksudkan dihentikan sampai terjadinya peristiwa Banjir 26 Desember 2004 yang
mengahncur kan bangunan di atas tanah tersebut.
Setelah Banjir tanah tesebut hingga saat ini dikuasai oleh Hartadi,Finta,Agung dan
Apriana tanpa alas hak/dasar hukum yang jelas dengan cara mendirikan rumah bantuan
Pasca Banjir.
apabila KTP kita semua tidak lengkap kita tidak mendapat rumah bantuan.
Hediz ervansyah
menyetujui
untuk mendapatkan
rumah bantuan tersebut, namun Hediz ervansyah mempertanyakan kejelasan masalah tapal
batas tanah milik Hediz ervansyah dengan tanah milik Hartadi,Finta,Agung dan Apriana
harus diselesaikan secara musyawarah. Hal ini disetujui oleh Hartadi dan Hartadi berjanji
akan menghubungi Finta,Agung dan Apriana, namun dalam kenyataannya justru mereka
membangun rumah di atas tanah Hediz ervansyah, bukan di atas tanah Mereka sendiri.
Hediz ervansyah sudah berkali-kali minta kepada mereka agar
berkenan
mengembalikan tanah Hediz ervansyah yang dikuasai oleh mereka. Namun mereka tidak
menanggapinya secara positif. Justeru sewaktu Hediz ervansyah menemui hartadi di Pulau
Baii pertengahan tahun
2007,
dengan mmaksud untuk membahas masalah tanah tersebut namun hartadi menolak, begitu
juga diakhir tahun 2007. Hediz ervansyah juga datang lagi ke Pulau Baii menemui Hartadi
dengan
maksud untuk
menyelesaikan
masalah
tanah
tersebut,
namun Haratadi
mengatakan kalau datang ke rumah Haratdi untuk membahas masalah tanah lebih baik tidak
usah datang-datang ke rumah Hartadi.
Hediz ervansyah juga sudah menghubungi Finta pada tahun 2010 , namun Finta
mengatakan
dia
tidak
mau
tahu
dengan alasan
yang
dikemukakan Hediz