Вы находитесь на странице: 1из 3

Bidan dan Penata Anestesi Tidak Termasuk

Tenaga Keperawatan, Ini Alasannya


Medianers ~ Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 33,
ayat 2 menjelaskan " Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala
Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan
internal, serta administrasi umum dan keuangan."
Dalam artikel ini, penulis sengaja menggaris bawahi 3 hal untuk di cermati serta
membandingkan dengan fakta dilapangan (Rumah Sakit). Diantaranya :
1. Tentang Pelayanan Medis
Yang dimaksud dengan pelayanan medis adalah, Pelayanan yang diberikan oleh
dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.
Tenaga medis di Rumah sakit di wadahi oleh organisasi non struktural yang
disebut dengan komite medis. Terkait pengelolaan Kredensial, etika dan disiplin
profesi serta mutu pelayanan medis di handle oleh komite medis. Artinya,
tentang pengelolaan sumber daya tenaga medis merupakan tanggung jawab
komite medis.
Sedangkan terkait dengan kebutuhan fasilitas, sarana dan sistim pelayanan
tenaga medis di atur oleh Kepala Bidang Pelayanan Medis (Kabid Yanmed), yang
biasanya untuk posisi Kabid Yanmed di isi oleh seorang dokter berlatar belakang
pendidikan manajemen rumah sakit atau magister kesehatan.
2. Tentang Pelayanan Keperawatan
Ditilik dari namanya "Keperawatan" jelas menandakan bahwa isinya tentang
pelayanan Perawat. Namun, tidak sepenuhnya benar. Unsur keperawatan yang
dimaksud oleh UU No 44 Tahun 2009 tersebut tidak menjelaskan secara rinci
siapa saja yang ada dalam unsur Keperawatan.
Sehingga lahirlah Permenkes Nomor 49 tahun 2013 tentang Komite
Keperawatan Rumah Sakit yang menjelaskan siapa saja yang termasuk unsur
keperawatan. Penjelasannya, silahkan lanjut membaca.
Dalam permenkes No 49 tahun 2013, Rumah Sakit wajib memiliki Komite
Keperawatan. Fungsi komite keperawatan ini, sama fungsinya dengan komite
medis, termasuk organisasi non struktural yang mengelola SDM Keperawatan.
Tujuan pentingnya dibentuk komite keperawatan adalah untuk meningkatkan
profesionalisme, pembinaan etik dan disiplin tenaga keperawatan, serta
menjamin mutu pelayanan kesehatan dan melindungi keselamatan pasien.
Kembali ke pertanyaan di atas, siapa saja yang termasuk unsur

Keperawatan? Masih menurut Permenkes No 49 Tahun 2013, yang termasuk


unsur keperawatan adalah tenaga Perawat dan tenaga Bidan. Artinya,
Permenkes ini belum mampu mengakomodasi seluruh staf keperawatan. Yang
mana tenaga keperawatan yang dimaksud adalah, Refraksi Optisi, Perawat Gigi
dan Penata Anestesi.
Fakta di Rumah Sakit, seluruh tenaga keperawatan di bawahi oleh Bidang
Keperawatan (organisasi struktural) yang dikendalikan oleh seorang Kepala
Bidang ( Kabid). Posisi dan tupoksi Kabid Keperawatan ini, sama halnya dengan
posisi Kabid Yanmed. Biasanya, yang mengisi posisi ini adalah Perawat yang
memiliki pendidikan tambahan tentang manajemen Rumah Sakit.
Pengelompokan Tenaga Kesehatan Menurut Undang Undang Kesehatan
Kerancuan tentang pengelolaan tenaga Keperawatan di Rumah Sakit dipertegas
oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014. Yang mana menegaskan,
bahwa Bidan bukanlah tenaga Keperawatan, Refraksi Optisi dan Penata Anestesi
juga bukan tenaga Keperawatan. Mereka punya kelompok sendiri yang disebut
tenaga Kebidanan dan Tenaga Keteknisan Medis.
Silahkan cermati BAB III tentang KUALIFIKASI DAN PENGELOMPOKAN
TENAGA KESEHATAN, tepatnya pasal 11.

ayat 4 : Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga


keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas
berbagai jenis perawat.

Ayat 5 : Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga


Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah bidan.

Ayat 11 : Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga


keteknisian medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j terdiri atas
perekam medis dan informasi kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi
pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi, penata
anestesi, terapis gigi dan mulut, dan audiologis.

Kesimpulan

Mencermati fakta yang ada di Rumah Sakit, dengan membandingkannya dengan


Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014, maka akan memunculkan multi tafsir
dan polemik di kalangan tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
Dalam pemahaman penulis, harus ada Bidang Kebidanan di Rumah Sakit yang di
kepalai oleh seorang Bidan, demikian juga dengan tenaga Keteknisan medis,
wajib pula punya Bidang sendiri yang dikepalai oleh bidang Keteknisan medis.
Yang selama ini, tenaga Bidan dan Tenaga Keteknisan Medis (Penata Anestesi) di
bawahi oleh Bidang Keperawatan.

Asumsi penulis, Permenkes nomor 49 tahun 2013 perlu diralat, mungkin seperti
ini " yang dimaksud unsur Keperawatan adalah berbagai jenis Perawat, misal
Perawat Kamar Operasi, Perawat Jantung, Perawat Anestesi, Perawat ICU,
Perawat IGD dan Perawat lain-lainnya.
Kemudian Sebagai turunan dari Undang-Undang nomor 36 tahun 2014 tersebut ,
perlu juga lahirnya Permenkes tentang Komite Kebidanan Rumah Sakit dan
Komite Tenaga Keteknisan Medis di Rumah Sakit, sebagaimana adanya Komite
Medis dan Komite Keperawatan yang menjamin dan mengatur kualitas
pelayanan anggotanya.

Indahnya Landscape Karena Beragam Warna


/ Photo: Alana.io
Jika hal di atas tidak bisa diterapkan di Rumah Sakit, mungkin Undang-Undang
nomor 36 tahun 2014 ini yang perlu diperbaiki. Bagaimana menurut anda?
(AntonWijaya).

Вам также может понравиться