Вы находитесь на странице: 1из 15

PEMBERIAN FERMENTASI LIMBAH PADAT SURIMI IKAN SWANGGI

(Priacanthus macracanthus) SEBAGAI SUBTITUSI TEPUNG IKAN


TERHADAP RASIO KONVERSI PAKAN DAN RETENSI
ENERGI IKAN LELE (Clarias sp.)

ARTIKEL ILMIAH SKRIPSI


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

Oleh :
MOH JAMALUDIN
SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015

PEMBERIAN FERMENTASI LIMBAH PADAT SURIMI IKAN SWANGGI


(Priacanthus macracanthus) SEBAGAI SUBTITUSI TEPUNG IKAN
TERHADAP RASIO KONVERSI PAKAN DAN RETENSI
ENERGI IKAN LELE (Clarias sp.)

Artikel ilmiah Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
MOH JAMALUDIN
NIM. 140911112

Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama

Pembimbing Serta

Prayogo, S.Pi., MP.


NIP. 19750522 200312 1 002

Dr. Woro Hastuti Satyantini, Ir., M.Si


NIP. 19610907 198903 2 001

Surabaya, 27 Juli 2015


Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dekan,

Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA


19520517 197803 2 001

PEMBERIAN FERMENTASI LIMBAH PADAT SURIMI IKAN SWANGGI


(Priacanthus macracanthus) SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG IKAN
TERHADAP RASIO KONVERSI PAKAN DAN RETENSI
ENERGI IKAN LELE (Clarias sp.)
Moh Jamaludin, Prayogo dan Woro Hastuti Satyantini. 2015. 15hal.
Abstrak
Komoditas budidaya ikan air tawar seperti ikan lele memiliki permintaan yang
cukup tinggi, namun saat ini harga bahan baku pembuatan pakan ikan relatif mahal.
Salah satu cara untuk mengurangi biaya produksi dengan cara mengganti tepung ikan
dengan limbah surimi ikan swanggi untuk meningkatkan produksi ikan lele. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian fermentasi limbah
padat surimi ikan swanggi (Priacanthus macracanthus) sebagai subtitusi tepung ikan
terhadap rasio konversi pakan dan retensi energy ikan lele (Clarias sp.).
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Ikan lele dipelihara selama 30 hari dengan empat perlakuan
dan lima ulangan yaitu P0 (kontrol), P1 (10% ikan swanggi), P2 (20% ikan swanggi),
dan P3 (30% ikan swanggi). Data yang diperoleh diolah menggunakan Analysis of
Variance (ANOVA) dan dilanjutkan Uji Berjarak Duncan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemberian fermentasi limbah padat
surimi ikan swanggi sebagai subtitusi tepung ikan menghasilkan rasio konversi pakan
yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dan retensi energi yang berbeda nyata (p<0,05).
Rasio konversi pakan terbaik pada penelitian ini yaitu pada P3 sebesar 1,86 0,045,
sedangkan pada retensi energi tertinggi terdapat pada P3 sebesar 80,87% 1,84 dan
retensi energi terendah terdapat pada P0 (kontrol) sebesar 75,42% 1,20.
Kata Kunci : Fermentasi, Ikan Swanggi, Rasio Konversi Pakan, dan Retensi energy

ADMINISTRATION OF SOLID WASTE FERMENTATION SURIMI FISH


SWANGGI (Priacanthus macracanthus) AS SUBSTITUTED OF FISH
MEAL AGAINST FEED CONVERSION RATE AND
RETENTION ENERGY CATFISH
(Clarias sp.)
Moh Jamaludin, Prayogo and Woro Hastuti Satyantini. 2015. 15p.
Abstract
Commodities of freshwater fish such as catfish have a fairly high demand, but
now the price of raw materials for feed is relatively expensive. One way to reduce
production costs by replacing fish meal with solid waste swanggi fish fermented to
increase the production of catfish. The purpose of this study was to determine the
effect of solid waste swanggi fish fermented (Priacanthus macracanthus) as a
substitute for fish meal against for feed conversion ratio and energy retention catfish
(Clarias sp.).
This research used experimental method, using a completely randomized
design (CRD). Catfish reared for 30 days with four treatments and five replications
that P0 (control), P1 (10% fish swanggi), P2 (20% fish swanggi), and P3 (30% fish
swanggi). The data obtained were processed using Analysis of Variance (ANOVA)
and continued by Duncan Multiple Range Test.
Results of the study showed that administration of solid waste swanggis
surimi fermentaion as fish meal substitution resulted in feed conversion ratios were
not significantly different (p> 0.05) and significantly different of energy retention (p
<0.05). The best feed conversion ratio in this study is on P3 of 1.86 0.045, while the
highest energy retention gained in P3 of 80.87% 1.84 and the lowest in P0 (control)
is 75.42% 1.20.
Keyword : Fermentation, Swanggi Fish, Feed Conversion Ratio, and Retention
Energy

Pendahuluan
Latar Belakang
Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia memiliki potensi untuk
dikembangkan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Komoditas budidaya ikan
air tawar seperti ikan lele memiliki permintaan cukup tinggi yaitu pada tahun 2010
2013 produksi ikan lele di Indonesia terus meningkat, dari 270.600 ton menjadi
670.000 ton per tahun dan target untuk tahun 2014 produksi ikan lele ditargetkan
900.000 ton per tahunnya (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2013).
Pada budidaya perikanan, biaya pakan yang dihabiskan selama proses
budidaya mencapai 60% dari biaya produksi dan komponen utama dalam pakan ikan
ialah tepung ikan (Wibowo, 2006). Harga tepung ikan sebagai bahan utama penyusun
pakan ikan relatif mahal, hal ini menyebabkan harga pakan komersil menjadi relatif
tinggi (Handajani dkk., 2013). Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut
adalah membuat sendiri pakan ikan dengan bahan baku yang mudah diperoleh,
murah, bergizi tinggi dan bukan merupakan bahan primer yang dibutuhkan manusia
(Risanti, 2008). Salah satunya dengan pemanfaatan limbah ikan swanggi yang
difermentasi dengan bakteri probiotik.
Kandungan protein tepung limbah pada ikan laut lebih tinggi dibandingkan
dengan kandungan pada ikan air tawar. Hal ini sesuai dengan pernyatan bahwa
tepung tulang ikan nila diketahui mengandung protein hingga mencapai 40,8%
(Petenuci et al. 2008), dan kandungan protein tepung limbah ikan tuna mencapai 2956% (Adriani et al. 2012). Disisi lain limbah ikan swanggi ini relatif murah dan
mudah sekali didapatkan. Pemanfaatan limbah dalam ransum pakan diharapkan dapat
mengurangi penggunaan tepung ikan yang sampai saat ini masih bernilai input relatif
tinggi.
Menurut Khordik (2005), penggunaan pakan dapat diketahui dengan
menghitung rasio konversi pakan yang biasa dikenal dengan FCR (feed convertion
ratio), yaitu dengan membandingkan antara jumlah pakan yang diberikan terhadap

jumlah penambahan bobot ikan. Retensi energi adalah besarnya energi pakan yang di
konsumsi ikan yang dapat disimpan di dalam tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui subtitusi tepung ikan dengan fermentasi limbah padat surimi ikan
swanggi (Priacanthus macracanthus) terhadap rasio konversi pakan dan retensi
energi ikan lele (Clarias sp.)
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat dua permasalahan yang diangkat
melalui penelitian ini, yaitu, apakah pemberian fermentasi limbah padat surimi ikan
swanggi sebagai substitusi tepung ikan berpengaruh terhadap rasio konversi pakan
dan Retenzi Energi ikan lele (Clarias sp.).
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian fermentasi
limbah padat surimi ikan swanggi sebagai substitusi tepung ikan terhadap rasio
konversi pakan dan retensi energi ikan lele (Clarias sp.).
Manfaat
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi tentang
pengaruh pemberian fermentasi limbah padat surimi ikan swanggi sebagai substitusi
tepung ikan terhadap rasio konversi pakan dan retensi energi ikan lele (Clarias sp.)
sehingga pembudidaya ikan lele akan mendapatkan keuntungan lebih karena nutrisi
pakan dapat terserap maksimal.
Metodologi Penelitian
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan
dan Kelautan pada bulan Oktober November 2014.
Materi Penelitian
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam pembuatan pakan dibutuhkan blender, timbangan
listrik, mixer dan mesin pencetak pelet. Untuk pemeliharaan ikan dibutuhkan 20
akuarium dengan ukuran 30x20x20 cm, selang air, jarring dan gayung untuk

sampling. Pengukuran kualitas air digunakan DO (Dissolved Oxigen) kit untuk


mengukur oksigen terlarut dan pH (Power of hydrogen) meter untuk mengukur
derajat keasaman perairan. Pengukuran pertumbuhan dan bobot ikan digunakan
timbangan dan penggaris.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain : benih ikan lele (Clarias
sp.) dengan ukuran 5-10 cm sebanyak 120 ekor. Pellet buatan berupa tepung ikan,
tepung bungkil kedelai, dedak halus, minyak ikan, multivitamin, dan tepung terigu.
Tepung limbah ikan swanggi, limbah ikan swangi diperoleh dari PT. Starfood
Internasional. Probiotik yang digunakan adalah probiotik komersil Raja Lele.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan
lima ulangan.
Perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
P0

: 40% tepung ikan + 0% Fermentasi limbah surimi (Kontrol)

P1

: 30% tepung ikan + 10% Fermentasi limbah surimi

P2

: 20% tepung ikan + 20% Fermentasi limbah surimi

P3 : 10% tepung ikan + 30% Fermentasi limbah surimi


Prosedur Penelitian
Limbah ikan swanggi dibersihkan selanjutnya dikeringkan dan digiling.
Probiotik ditambahkan sebanyak 9% dari pakan (sesuai dengan penelitian Marera,
2014). Campuran tersebut diaduk 3-4 kali setiap hari selama empat hari, kemudian
hari ke-5 sampai ke-7 diaduk satu kali sehari. Setelah itu dilakukan analisis
proksimat. Diaplikasikan pada ikan lele sebagai pakan subtitusi untuk mengetahui
rasio konversi pakan dan retensi energi.
Bahan pakan diayak terlebih dahulu, bahan yang siap baru ditimbang sesuai
dengan formulasi yang dikehendaki. Setelah ditimbang bahan dicampur hingga
merata atau homogen dalam wadah atau loyang. Bahan pakan yang telah tercampur

merata dimasukan ke dalam loyang dan dikukus sampai 10 menit. Kemudian dicetak
dengan menggunakan mesin pelet atau mesin penggiling daging. Pelet yang sudah
setengah jadi kemudian dikeringkan dengan suhu 60 0C selama 24 jam dengan
menggunakan oven, setelah di oven selama 24 jam pelet siap digunakan Komposisi
pakan antar perlakuan dihitung dengan menggunakan metode gabungan trial dan
bujur sangkar (Pearson).
Akuarium dibersihkan dan disterilisasi terlebih dahulu agar terhindar dari
penyakit. Akuarium yang akan digunakan dicuci menggunakan klorin dan dibilas
sampai bersih selanjutnya bak dikeringkan. Media pemeliharaan adalah air tawar
yang sebelumnya diaerasi selama satu hari. Air tersebut ditempatkan di dalam
akuarium yang berjumlah 20 buah dan dilengkapi dengan aerasi.
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Ikan Lele (Clarias sp.).
Benih ikan Lele yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan yang sehat dan tidak
terserang penyakit dengan ukuran 5-10 cm. Setiap akuarium diisi 6 ekor benih ikan
Lele yang diadaptasikan dengan pakan uji yang mengandung hasil pengolahan limbah
surimi secara biologi.
Ikan Lele dimasukkan dalam akuarium yang berukuran 30x20x20 cm yang
berisi 7 liter air. Penyiponan kotoran sisa pakan dan feses dilakukan setiap hari di
pagi hari. Pakan diberikan tiga kali dalam sehari pada jam 08.00, 12.00 dan 16.00
WIB (Honorius, 1996). Jumlah pakan yang dikonsumsi dicatat setiap hari. Pakan
percobaan diberikan selama 30 hari. Setiap 7 hari dilakukan penimbangan berat ikan.
Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi suhu, pH, oksigen
terlarut dan amoniak yang diukur setiap sepuluh hari sekali.
Parameter Penelitian
Parameter uji utama pada penelitian ini adalah rasio konversi pakan dan
retensi energi pada ikan lele, sedangkan parameter penunjangnya yaitu kualitas air.

Parameter Uji Utama


Rasio Konversi Pakan
Menurut NRC (1977), rumus rasio konversi pakan (FCR) sebagai berikut :
FCR

= ________F_______
(Wt + D) Wo
Keterangan :
F
Wt
Wo
D

= Jumlah bobot pakan yang diberikan (g)


= bobot total ikan pada akhir penelitian (g)
= bobot total ikan pada awal penelitian (g)
= bobot total ikan yang mati selama penelitian (g)

Retensi Energi
Rumus retensi energi menurut Thung dan Shiau (1991) adalah sebagai berikut :
RE

= (energi tubuh akhir energi tubuh awal)kkal x 100%


Total energi pakan yang diberikan (kkal)
Bobot energi tubuh ikan awal
= kadar energi tubuh awal x (berat kering ikan x berat tubuh ikan awal (g))
100
100
Bobot energi tubuh ikan akhir
= kadar energi tubuh akhir x (berat kering ikan x berat tubuh ikan akhir (g))
100
100
Bobot energi pakan
= kadar energi pakan x jumlah pakan yang dikonsumsi (g)
100
Parameter Penunjang
Pengamatan kualitas air yang diukur meliputi pH, suhu, kadar amonia dan
oksigen terlarut. Pengamatan kualitas air dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pukul
08.00, 12.00 dan 16.00 selama penelitian.
Analisis Data
Data yang diperoleh, diolah dengan menggunakan Analysis of Variance
(ANAVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan. Jika terdapat
perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (Duncans Multiple

Range Test) dengan taraf nyata = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95% untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan (Kusriningrum, 2008).
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Data rasio konversi pakan benih ikan lele selama pemeliharaan 30 hari terdapat
pada Lampiran 4. Rasio konversi pakan rata-rata benih ikan lele selama pemeliharaan
30 hari terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rasio konversi pakan (FCR) rata-rata benih ikan lele pada setiap perlakuan
selama penelitian 30 hari.
Rasio Konversi
Perlakuan
Pakan SD
P0 (kontrol)
1,93a 0,033
P1 (10% Tepung limbah ikan swanggi)

1,90a 0,032

P2 (20% Tepung limbah ikan swanggi)

1,88a 0,043

P3 (30% Tepung limbah ikan swanggi)

1,86a 0,045

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf kecil pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% (p>0,05)
Rasio konversi pakan (FCR) rata-rata yang terdapat pada Lampiran 4. Hasil
uji statistik menunjukan bahwa pemberian fermentasi limbah surimi ikan swanggi
sebagai subtitusi tepung ikan tidak berpengaruh (p>0,05) terhadap rasio konversi
pakan (FCR) ikan lele (Clarias sp.), sehingga tidak dilakukan uji jarak Berganda
Duncan. Retensi energi rata-rata benih ikan lele selama pemeliharaan 30 hari terdapat
pada Tabel 2.

Tabel 2. Retensi energi rata-rata benih ikan lele pada setiap perlakuan selama 30 hari.
Perlakuan

Retensi
energi SD

Transformasi
Retensi energi y
SD

P0 (kontrol)

75,42 1,20

8,68b 0,07

P1 (10% Tepung limbah ikan swanggi)

79,46 1,61

8,91ab 0,09

P2 (20% Tepung limbah ikan swanggi)

80,08 2,39

8,95a 0,13

P3 (30% Tepung limbah ikan swanggi)


80,87 1,84
8,99a 0,41
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf kecil yang berbeda menunjukkan bahwa
berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% (p<0,05)
Hasil uji statistik menunjukan bahwa pemberian fermentasi limbah surimi
ikan swanggi sebagai subtitusi tepung ikan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap
retensi energi ikan lele (Clarias sp.), sehingga dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan dapat diketahui nilai retensi energi tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yang
berbeda nyata dengan P0, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P2,
sedangkan retensi energi terendah terdapat pada perlakuan P0.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan subtitusi tepung ikan swanggi menghasilkan
nilai konversi pakan yang tidak berbeda nyata. Perlakuan dengan penambahan tepung
limbah swanggi 0%, 10%, 20% dan 30% memberikan nilai rasio konversi pakan yang
hampir sama. Pada perlakuan ini P3 tidak berbeda nyata dengan P2, P1 dan P0. Pada
penelitian ini tepung limbah ikan swanggi ini dapat digunakan sebagai bahan baku
pengganti tepung ikan yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Nilai rasio
konversi pakan 1,86-1,93 berarti bahwa pemberian 1,86-1,93 gram dapat
menghasilkan bobot tubuh ikan sebesar 1 gram.
Berdasarkan penelitian masing-masing perlakuan menunjukkan ikan dapat
merespon pakan dengan baik. Jumlah konsumsi yang hampir sama dengan
penambahan bobot yang sama akan memberikan nilai rasio konversi pakan yang

sama juga. Hal ini juga dikarenakan nilai keseimbangan protein dengan GE (Gross
Energy) pada masing-masing pakan masih dalam kisaran nilai optimal. Pada catfish
rasio energi protein berkisar antara 7,4-12 kkal/g, apabila terjadi peningkatan rasio
pakan catfish diatas kisaran ini akan meningkatkan deposit lemak dan jika energi
terlalu rendah, pertumbuhan ikan akan melambat (Robinson et al, 2007). Rasio energi
protein pada pakan berkisar antara 12,42-12,68 kkal/g (Tabel 1). Hal ini menunjukkan
pakan yang digunakan masih dapat dimanfaatkan dengan baik untuk pertumbuhan
ikan lele.
Nilai konversi pakan yang baik adalah < 3, semakin kecil nilai konversi pakan
maka semakin efisien tingkat penggunaan pakan dalam menghasilkan pertumbuhan
(Matsuda dan Tsukamodo

1998,

dalam Ferdiana 2012). Pada perlakuan

0%,10%,20% dan 30% tingkat pemberian tepung limbah ikan swanggi memiliki nilai
konversi pakan yang baik yaitu < 3. Medinawati dkk (2011) menambahkan, pada
penelitiannya rasio konversi pakan ikan lele terbaik dengan menggunakan pellet
butiran yaitu 2,3. Pada penelitian ini rasio konversi pakan berkisar antara 1,86-1,93
masih lebih baik dibanding dengan penelitian tersebut. Hal ini diduga bahwa
rendahnya nilai rasio konversi pakan dikarenakan ikan mampu mencerna pakan
dengan optimal untuk diubah menjadi daging. Pemberian fermentasi limbah ikan
swanggi sebagai substitusi tepung ikan dianggap mampu menggantikan tepung ikan
sebagai bahan baku pembuatan ransum pakan ikan lele (Clarias sp.).
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa retensi energi tertinggi diperoleh pada
perlakuan P3 sebesar 80,87%, sedangkan retensi energi terendah terdapat pada
perlakuan P0 (kontrol) sebesar 75,42%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
pakan dengan kadar energi 2366,470 kkal/kg dapat memberikan nilai retensi energi
sebesar 80,87%. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap 2366,470 gram energi pakan
yang dikonsumsi, dapat dimanfaatkan oleh tubuh ikan untuk pertumbuhannya sebesar
1913,7643 gram.
Menurut Kumar dan Tembre (1997), retensi energi berhubungan dengan kadar
protein pakan, karena pakan selain mengandung karbohidrat dan lemak, juga

mengandung protein yang berguna sebagai sumber energi dan pertumbuhan. Hasil uji
proksimat limbah ikan swanggi menunjukkan bahwa kandungan protein dalam
tepung limbah ikan swanggi cukup tinggi bila dibandingkan dengan lemak, sehingga
ikan dapat mengoptimalkan pertumbuhan dengan menggunakan protein sebagai
sumber energi utama. Hal ini juga didukung oleh pendapat Aslamyah (2008) yang
mengatakan bahwa protein merupakan sumber energi yang mahal baik ditinjau dari
harga maupun jumlah energi yang dibutuhkan untuk metabolisme energi. Semakin
meningkatnya penggunaan lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi, maka
protein pakan dapat lebih diefisienkan dalam penggunaanya dan akan teretensi di
dalam tubuh ikan untuk proses metabolisme, penggantian sel atau jaringan yang
rusak, aktifitas reproduksi, biosintesis dan hilang dalam bentuk panas. Hal ini juga
didukung oleh Yuwono dan Purnama (2001) yang mengatakan bahwa sebagian besar
energi yang dikonversi dari pakan yang dikonsumsi hilang dalam bentuk panas dan
hanya sekitar seperlima total energi dari pakan yang diperoleh dalam bentuk
pertumbuhan.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian
fermentasi limbah ikan swanggi sebagai substitusi tepung ikan tidak berpengaruh
terhadap rasio konversi pakan tetapi berpengaruh terhadap retensi energi ikan lele
(Clarias sp.).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu pemberian fermentasi
limbah ikan swanggi sebagai subtitusi tepung ikan dengan kadar protein yang hampir
sama sekitar 30% menghasilkan rasio konversi pakan dan retensi energi pada ikan
lele yang cukup baik, sehingga pemberian fermentasi limbah ikan swanggi 30%
dengan tepung ikan 10% dapat digunakan dalam ransum pakan dengan harapan dapat
mengurangi biaya pakan dalam budidaya ikan lele (Clarias sp.).
Daftar Pustaka
Adriani, L., Bagau, B., Novi, M., Cicah, A., Darana, S. 2012. The Effect of Skipjack
Tuna Bone Meal (Katsuwonus pelamis L) on Uric Acid and Blood Glucose on

Broiler.
Seria
Zootehnie
diunduh
dari
http://www.univagroiasi_ro/revista_zoo/ro/document/Pdf_Vo1_57/Lovita_adriani.pdf (23 januari
2015)
Aslamyah, S. 2008. Pembelajaran Berbasis SCL pada Mata Kuliah Biokimia Nutrisi.
UNHAS. Makassar.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP. 2013. Statistik Perikanan Budidaya
Indonesia,2013.
Handajani, H. 2013. Peningkatan Nilai Nutrisi Tepung Azolla Melalui Fermentasi.
Naskah Publikasi. Fakultas Peternakan Perikanan. UMM. Malang.
Kordik, M.G.H. 2005. Budidaya Ika Patin, Biologi, Pembenihan dan Pembesaran.
Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 170 hal.
Kumar, S dan M. Tembhre. 1997. Anathomy and Physiology of Fishes. Vikas
Publishing House PVT Ltd. New Delhi.
Kusriningrum. 2008. Dasar Perancangan Percobaan dan Rancangan Acak Lengkap.
Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. hal 53-92.
Marera, M. 2014. Pemanfaatan Limbah Padat Surimi Beku Ikan Swanggi (Prichantus
macrachantus) Terhadap Kandungan Nutrisi Sebagai Alternatif Bahan Pakan.
Fakultas Perikanan dan Kelautan. Unair. Surabaya
Medinawati, Novalina Serdiati dan Yoel. 2011. Pemberian Pakan yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele (Clarias
gariepinus). Media Litbang, Sulteng IV (2) 83-87.
National Research Council (NRC). 1977. Nutrient Requirement of Warm water
Fishes. National Academic Press. Washington D.C. 711 pp.
Petenuci, M.E., Stevanato, F.B., Visentainer, J.V. 2008. Fatty acid concentration,
proximate composition, and mineral composition in fishbone flour of Nile
Tilapia. Archivoes Latino Americanos de Nutricion, 58(1):87-90.
Tung, P. H and S. Y. Shiau, 1991. Effect of Frequency on Growth Performane of
Hybrid Tilapia,Oreochromis niloticus x O. Aureus, Fed Different Carbohydrate
Diets. Aquaculture, 92: 343-350.
Wibowo. 2006. Terobosan pengembangan budidaya udang vannamei. Artikel Ilmiah
Shrimp Club Indonesia, Jakarta.

Yuwono, E dan Purnama, S. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi Universitas


Jendral Soedirman. Purwokerto.

Вам также может понравиться