Вы находитесь на странице: 1из 70

BAB III

ANALISA DAN PERHITUNGAN


3.1 Data Perhitungan
Diketahui data perhitungan sebagai berikut :
- Jarak titik buhul
()
- Tinggi jembatan
(H)
- Panjang jembatan
(L)
- Lebar lantai kendaraan ( b1 )
- Lebar trotoar
( b2 )
- Lebar Jembatan ( b = b1 + ( 2 x b2 )
- Tebal plat lantai
( ts )
- Tebal plat trotoar
( tt )

=4m
=7m
= 40 m
=7m
=2x1m
=9m
= 20 cm
= 0,20 m

Tebal lapis aspal

( ta )

= 6 cm

Mutu baja
Tinggi sandaran

(Fy)
(hs)

= 300 Mpa
= 1,2 m

3.2 Perhitungan Sandaran


Sandaran direncanakan dari profil circular hollow 2 inchi ( profil pipa )
yang disandarkan pada batang diagonal da ditahan oleh profil persegi. Tegangan
leleh yang direncanakan adalah fy = 300 Mpa. Posisi sandaran diperlihatkan pada
gambar dibawah ini :

Data data profil sebagai berikut :


D = 60,5 mm
t = 7,6 mm
q = 5,31 kg/m
w = 9,023 cm3
a. Pembebanan
Beban sendiri profil = 5,31 kg/m
Beban hidup sendiri = 100,00 kg/m +
qt
= 105,31 kg/m

27

b.

Momen yang bekerja pada sandaran

L
H hs

4
7
L

L
71,2

4 x 5,8
7

L = 3,31 m
1
2
8 .q.L

Mlapangan =

1
8

x 105,31 kg/m x ( 3,31 m )2

= 144,22 kg.m
= 1,4422 kN.m
c.

Cek kelangsingan penampang


D
60,5

= t = 7,6 = 7,961 mm
-

= 0,07 x

E
fy

= 0,07 x

2 00000
300

= 46,67 mm
Karena < p maka penampang kompak
d. Cek momen ( momen desain > Mu)
Di = D 2t
= 60,5 2(7,6)
= 45,3 mm
I

1
4
4
64 ( D Di )

1
64

3,14 ( 60,54 52,94 )

= 273098,14 mm4
28

= 27,30 cm4
S

I
0,5 x D

27,30 cm 4
0,5 x 6,05 cm

= 9,025 cm3
= 9025 mm3
Z

1
6

(D3 Di3)

1
6

(60,53 52,93)

= 12234,87 mm3
= 12,235 cm3
Mn = My = fy x S
= 300 N/mm2 x 9025 mm3
= 2707500 Nmm
= 2,708 kN.m
Mu = 1,5 . Mlapangan = 1,5 x 1,4422 kN.m = 2,163 kN.m
Mp = fy x Z
= 300 N/mm3 x 12234,87 mm3
= 3670461 Nmm
= 3,671 kNm
Maka momen desain (Mdesain )
Mdesain = x Mn
= 0,90 x 2,708
= 2,437 kN.m > Mu = 2,163 kN.m
Jadi, profil sandaran yang digunakan Circular Hollow Section berdiameter
60,5 mm dan tebal 7,6 mm untuk railing (sandaran) dapat digunakan.
3.3 Perhitungan lantai kendaraan
Beban yang bekerja pada perencanaan pelat lantai adalah beban mati dan
beban hidup. Lantai jembatan terdiri dari dua jalur dan direncanakan dengan data
sebagai berikut :
Lebar lantai kendaraan

:7m

29

Lebar lantai trotoar

: 2 x 1 m direncanakan ruang bebas masingmasing diambil 0,10 meter =10 cm.


Tebal lapisan aspal
: 0,06 m
Tebal plat beton bertulang : 0,20 m
Untuk gelagar yang memanjang direncanakan 5 buah gelagar seperti pada
gambar berikut:

0,06 m
0,20 m

1,3 m

7,00 m

1m

30

1m

3.3.1
Pembebanan lantai
Lantai kendaraan pada konstruktsi jembatan ini terletak dibawah, terdiri
dari plat lantai beton bertulang. Untuk pembebanan maka dapat ditinjau terhadap :
a) Beban Mati
Menurut PPPJJR 1987, nilai dari berat isi masing-masing material
yaitu :
-

Beton bertulang : 2,4 ton/m3

Lapisan aspal

: 2,2 ton/m3

Air

: 1,0 ton/m3

Berat beban mati konstruksi yang direncanakan adalah:


Beban plat lantai

= 0,20 m x 2,40 t/m3 = 0,480 t/m2

Beban lapisan aspal = 0,06 m x 2,20 t/m3 = 0,132 t/m2


Beban air hujan

= 0,05 m x 1,00 t/m3 = 0,050 t/m2


q

= 0,662 t/m2

b) Muatan Hidup
Untuk perhitungan lantai kendaraan, digunakan beban T yang merupakan
kendaraan truk dengan beban roda ganda sebesar 10 ton untuk jembatan kelas
I dengan bidang sebaran gaya antara ban dengan lantai berukuran 1,75 m x
4,00 m yaitu pada luas bidang penempatan gelagar memanjang dan
melintang.

31

10

50 cm

10

20

20

30 cm

Bidang kontak kendaraan untuk jembatan kelas I adalah 30 cm x 50 cm dan


menyebar dengan sudut 450 ( PPPJJR 1967 ). Besar T diambil sebesar 100
% yaitu untuk jembatan permanen kelas I.

T = 100 % x 10 ton = 10 ton


Penyebaran gaya untuk potongan memanjang lantai :
= U + 2 ( tebal plat beton + tebal aspal )
= 30 + 2 ( x 20 + 6 )
= 62 cm
Penyebaran gaya untuk potongan melintang lantai :
= v + 2 ( tebal plat beton + tebal aspal )
= 50 + 2 ( x 20 + 6 )
= 82 cm
Jadi luas bidang kontak setelah disebarkan ke lantai adalah 60 cm x 80 cm.
Q =

T
ax b

32

10
0,62 x 0,82

= 19,67 t/m2
c) Beban angin
Muatan angin merupakan muatan sekunder. Berdasarkan PPPJJR 1987,
tekanan angin diambil sebesar 150 kg/m2. Luas bidang beban hidup yang
bertekanan angin ditetapkan setinggi 2 m diatas kendaraan, sedangkan
jarak as roda kendaraan adalah 1,75 m. Reaksi roda akibat angin :
RA

1
jarak gel .melintang x tinggi tek . angin x b . angin x ( tinggi tek . angin)
2
jarak as roda
=

4 , 00 x 2 x 0,15 x 1
1,75

= 0,69 ton

Beban angin akan menyebar dengan beban akibat muatan hidup sehingga
beban menjadi beban hidup + beban angin :
P = 10 ton + 0,69 ton
= 10,69 ton
3.3.2

Pembebanan trotoar

Dalam perencanaan ini diambil tebal plat trotoar 0,20 m, menggunakan


beton bertulang dengan Bj 2,4 t/m3 dan diambil tebal air hujan 0,05 m
dengan Bj air 1 t/m3.
a. Beban mati
Berat beban mati konstruksi yang direncanakan adalah:
Berat Trotoar

= 0,20 x 2,4 t/m3

= 0,48 t/m2

Berat Air Hujan

= 0,05 x 1,0 t/m3

= 0,05 t/m2
q

33

= 0,53 t/m2

b. Beban hidup
Menurut PPPJJR 1987, muatan hidup untuk konstruksi trotoar
diperhitungkan sebesar 500 kg/m2. Beban hidup ini disebarkan seluas :
= beban trotoar (lebar trotoar x jarak gelagar melintang)
= 500 ( 1 x 4 )
= 2000 kg
= 2 ton
Dari pembebanan lantai kendaraan dan trotoar dapat ditabelkan sebagai
berikut:
Kondisi

Pembebanan

Beban Mati t/m2

Beban Hidup (t)

I
II

Lantai kendaraan
Lantai Trotoar

0,662
0,53

10,69
2

3.3.3

Perhitungan Momen

a. Akibat beban mati (berat sendiri)


q = 0,662 t/m2
ukuran plat = 4,00 m x 1,3 m

Ly

diasumsikan plat bertumpu pada keempat tepinya ( jepit jepit)

34

Dengan Ly/Lx = 4,00 m /1,3 m = 3,1


Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, momen pada plat
dapat dihitung dengan peraturan tabel 13.3.1 (Skema II jepit jepit)
MIx

= + 0,001.q.Lx2.x

x = 42

= + 0,001 x 0,662 x (1,3)2 x 42


= + 0,0470
MIy

= + 0,001.q.Lx2.x

x=8

= + 0,001 x 0,662 x (1,3)2 x 8


= + 0,009
Mtx

= - 0,001.q.Lx2.x

x = 83

= - 0,001 x 0,662 x (1,3)2 x 83


= - 0,093
Mty

= - 0,001.q.Lx2.x

x = 57

= - 0,001 x 0,662 x (1,3)2 x 57


= - 0,064
b. Akibat beban angin dan beban hidup

35

Dihitung berdasarkan PBI 1971 pasal 13.4.3, momen negative rencana


harus dianggap menangkap pada bidang muka tumpuan persegi, dimana
tumpuan tumpuan bulat atau bentuk lain harus dianggap sebagai
tumpuan bujur sangkar dengan luas yang sama.
Keadaan I
Plat menerima satu roda ( ditengah plat )
a = 62 cm
b = 82 cm

36

Berada ditengah tengah diantara kedua tepi yang tidak ditumpu untuk
Ly > 3 x r x Lx

r = ( tumpuan jepit)

4,00 > 3 x x 1,3


4,00 > 1,95
Sehingga :
Lebar kerja maksimum pelat dalam arah bentang Lx (Sa) dicari :
Sa

3
4

3
4

.a +

3
4

.0,62 +

r.Lx
3
4

1
2

. 1,3

= 0,9525 m
Momen arah bentang Lx :
MLx =

Mo
Sa

Dimana Mo dianggap sebagai momen maksimum balok di atas dua


tumpuan.
Mo = x P x Lx
= x 10,69 x 1,3
= 3,5 tm
Sehingga :
MLx =

Mo
Sa
3,5
0,9525

= 3,68 tm/m

37

Momen diarah bentang Ly ( momen positif ) :


Ly < 2 x Lx
4,00 < 2 x 1,3
4,00 > 2,6

Sehingga :
MLy =

M Lx
4a
1+
3 Lx
3,68
4 .0,62
1+
3(1,3)

= 2,24 tm/m
Keadaan II
Beban terpusat dua roda simetris terhadap sumbu plat

Momen akibat roda A :


Untuk :

38

Ly > r x Lx

r = ( tumpuan jepit)

4,00 > x 1,3


4,00 > 0,65
Sehingga :
Lebar kerja maksimum pelat dalam arah bentang Lx (Sa) dicari :
Sa

3
4

1
4

.a +

3
4

.0,62 +

r.Lx + v
1
4

1
2

. 1,3 + 1

= 1,628 m
Momen arah bentang Lx :
MLx =

Mo
Sa

Dimana Mo dianggap sebagai momen maksimum balok di atas dua


tumpuan.
Mo = x P x Lx
= x 10,69 x 1,3
= 3,48 tm
Sehingga :
MLx =

Mo
Sa
3,48
1,628

= 2,14 tm/m
Momen diarah bentang Ly ( momen positif ) :
Ly < 2 x Lx
39

4,00 < 2 x 1,3


4,00 > 2,6
sehingga
MLy =

M Lx
4a
1+
3 Lx
2,14
4 .0,62
1+
3(1,3)

= 1,31 tm/m
Momen akibat roda B :
Untuk :
Ly > r x Lx

r = ( tumpuan jepit)

4,00 > x 1,3


4,00 > 0,65
Sehingga :
Lebar kerja maksimum pelat dalam arah bentang Lx (Sa) dicari :
Sa

3
4

3
4

.a +

1
4

.0,62 +

r.Lx + v
1
4

1
2

. 1,3 + 3,3

= 3,928 m
Momen arah bentang Lx :
MLx =

Mo
Sa

Dimana Mo dianggap sebagai momen maksimum balok diaatas dua


tumpuan.

40

Mo = x P x Lx
= x 10,69 x 1,3
= 3,47 tm
Sehingga :
MLx =

Mo
Sa
3,47
3,928

= 0,883 tm/m
Momen diarah bentang Ly ( momen positif ) :
Ly > 2 x Lx
4,00 > 2 x 1,3
4,00 > 2,6
Sehingga :
MLy =

M Lx
4a
1+
3 Lx
0,883
4 .0,62
1+
3(1,3)

= 0,538 tm/m
Dari persamaan momen roda A dan B, dapat ditabelkan sebagai
berikut:
Roda

MLx (tm/m)

MLy (tm/m)

2,14

1,31

0,883

0,538

41

Dari tabel tersebut dipilih roda A ( diambil momen maksimum yang


lebih besar), yaitu:
MLx = 2,14 tm/m
MLy = 1,31 tm/m
Kesimpulan :
1. Dengan memperhatikan kedua keadaan tersebut diatas dapat ditabelkan
sebagai berikut :
Keadaan

MLx (tm/m)

MLy (tm/m)

3,68

2,24

II

2,14

1,31

Dari tabel tersebut dipilih keadaan I ( diambil momen maksimum yang lebih
besar), yaitu:
MLx = 3,68 tm/m
MLy = 2,24 tm/m
2. Momen yang terjadi seluruhnya pada plat lantai ( akibat beban mati ) +
(beban hidup + beban angin) adalah :
MLx = 0,0470 + 3,68 = 3,727 tm

= 37,27 kNm

MLy = 0,009 + 2,24 = 2,249 tm

= 22,49 kNm

Mty = - 0,093

= - 0,93 kNm

Mtx = - 0,064

= - 0,64 kNm

3.4 Perencanaan penulangan untuk plat lantai kendaraan


Mutu baja (fy) = 300 Mpa
Mutu beton Fc = 25 Mpa
Ukutan plat beton yang direncanakan :

42

Tebal plat lantai

= 0,20 m

= 200 mm

Lebar plat lantai

= 1,3 m

= 1300 mm

Diameter tulangan lapangan (D)

= 14 mm

Diameter tulangan tumpuan (D)

= 14 mm

Selimut beton (d)

= 5 cm

= 50 mm

Maka :
Untuk tulangan lapangan D 14
Tinggi efektif arah x (dx) D 14

=hd
= 200 50 14
= 143 mm

Tinggi efektif arah y (dy) D 14

= h d D 14
= 200 50 14 14
= 129 mm

Untuk tulangan tumpuan D 14


Tinggi efektif arah x (dx) D 14

=hd
= 200 50 14
= 143 mm

Tinggi efektif arah y (dy) D 14

= h d D 14
= 200 50 14 14
= 129 mm

Lebar tinjauan sejarak

= 1000 mm

a. Ditinjau terhadap arah x (dx)


1. Tulangan untuk lapangan
k

Mu
x b x d2

43

37,27 x 106
0,8 x 1000 x 1432

= 2,278 kNm2

0,85 x fc
fy

0,85 x 25
300

(1 1 0,852kx fc )
(1 1 20,85x 2,278
x 25 )

= 0,0080

min =

1,4
fy

1,4
300

= 0,0047

600
( 0,85.fy fc ) ( 600+fy
)

= 0,85

600
( 0,85300x 25 ) ( 600+300
)

= 0,040
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,040
= 0,030
Kontrol rasio penulangan :
min < < max
0,0047 < 0,008 < 0,030 ...................... OK !
Jadi, digunakan = 0,0080
As

=xbxd
= 0,0080 x 1000 x143

44

= 1144 mm2
Direncanakan menggunakan tulangan diameter 14 mm:
Astul = x x d2
= x 3,14 x 142
= 153,86 mm2
Dengan :
Jumlah tulangan (n)

Jarak tulangan (s)

1144
153,86

1000
n1

= 7,44 ~ 8 batang

140 mm
Jadi, digunakan tulangan D14 140 mm
2. Tulangan untuk tumpuan
k

Mu
x b x d2

0,93 x 106
2
0,8 x 1000 x 143

= 0,057 kNm2

0,85 x fc
fy

0,85 x 25
300

(1 1 0,852kx fc )
(1 1 20,85x 0,057
x 25 )

= 0,0002
min =

1,4
fy

1,4
300

= 0,0047

45

1000
81

= 142,86 ~

600
( 0,85.fy fc ) ( 600+fy
)

= 0,85

600
( 0,85300x 25 ) ( 600+300
)

= 0,040
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,040
= 0,030
Kontrol rasio penulangan :
min < < max
0,0047 < 0,0002 < 0,030 ...................... Not ok!
Jadi, digunakan min = 0,0047
As

= min x b x d
= 0,0047 x 1000 x143
= 672,1 mm2

Direncanakan menggunakan tulangan diameter 14 mm:


Astul = x x d2
= x 3,14 x 142
= 153,86 mm2
Dengan :
Jumlah tulangan (n)

672,1
153,86

Jarak tulangan (s)

1000
n1

Jadi, digunakan tulangan D14 250 mm

46

= 4,37 ~ 5 batang

1000
51

= 250 mm

b. Ditinjau terhadap arah y (dy) :


1. Tulangan untuk lapangan
k

Mu
x b x d2

22,49 x 106
0,8 x 1000 x 1432

= 1,38 kNm2

0,85 x fc
fy

0,85 x 25
300

(1 1 0,852kx fc )
2 x 1,38
(1 1 0,85
x 25 )

= 0,0048

min =

1,4
fy

1,4
300

= 0,0047

600
( 0,85.fy fc ) ( 600+fy
)

= 0,85

600
( 0,85300x 25 ) ( 600+300
)

= 0,040
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,040
= 0,030
Kontrol rasio penulangan :
min < < max

47

0,0047 < 0,0048 < 0,030 ...................... OK !


Jadi, digunakan = 0,0048
As

=xbxd
= 0,0048 x 1000 x143
= 686,4 mm2

Direncanakan menggunakan tulangan diameter 14 mm:


Astul = x x d2
= x 3,14 x 142
= 153,86 mm2
Dengan :
Jumlah tulangan (n)

Jarak tulangan (s)

686,4
153,86

1000
n1

= 4,5 ~ 5 batang

Jadi, digunakan tulangan D14 250 mm

2. Tulangan untuk tumpuan


k

Mu
2
x bx d

0,64 x 106
0,8 x 1000 x 1432

= 0,039 kNm2

0,85 x fc
fy

(1 1 0,852kx fc )

48

1000
51

= 250 mm

0,85 x 25
300

(1 1 20,85x 0,039
x 25 )

= 0,00013

min =

1,4
fy

1,4
300

= 0,0047

600
( 0,85.fy fc ) ( 600+fy
)

= 0,85

600
( 0,85300x 25 ) ( 600+300
)

= 0,040
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,040
= 0,030
Kontrol rasio penulangan :
min < < max
0,0047 < 0,00013 < 0,030 ...................... Not ok!
Jadi, digunakan min = 0,0047
As

= min x b x d
= 0,0047 x 1000 x143
= 672,1 mm2

Direncanakan menggunakan tulangan diameter 14 mm:


Astul = x x d2
= x 3,14 x 142
= 153,86 mm2
Dengan :
Jumlah tulangan (n)

49

672,1
153,86

= 4,37 ~ 5 batang

Jarak tulangan (s)

1000
n1

1000
51

= 250 mm

Jadi, digunakan tulangan D14 250 mm


Tabel rekapitulasi tulangan :

Momen

Mu
(kNm)

K
(kNm2)

min

As
(mm2)

Tulangan
Dipakai

Mlx

37,27

2,278

0,008

0,0047

1144

D14-140

Mly

22,49

1,38

0,0048

0,0047

686,4

D14-250

Mtx

0,93

0,057

0,0002

0,0047

672,1

D14-250

Mty

0,64

0,039

0,00013

0,0047

672,1

D14-250

3.5 Perhitungan gelagar jembatan


Direncanakan :
-

Jarak gelagar memanjang

= 1,30 m

Jarak gelagar melintang

= 4,00 m

Panjang jembatan

= 40,00 m

Lebar lantai kendaraan

= 7,00 m

Lebar trotoar

= 2x1m

3.5.1

Perencanaan gelagar memanjang

50

4m

q plat

b
a

= 0,662 t/m2

qeq tipe b :
qeq

Lx ( 3 Ly2Lx 2 ) q
6 Ly 2

1,3 ( 3 x 4 21,32 ) x 0,662


2
6x 4

= 0,415 t/m
qeq tipe a :
qeq

1
3 x Lx x q

1
3

x 1,3 x 0,662

= 0,287 t/m

51

Gelagar memanjang direncanakan menggunakan profil H 250 x


250 x 9 x 14 dengan data sebagai berikut :
q

= 72,36 kg/m = 0,072 t/m

tw = 9

mm

tf

= 14

mm

= 92,18

cm2

= 250

mm

bf = 250

mm

Sx = 864

cm3

Ix = 10800 cm4
1. Pembebanan
a. Beban mati
-

Berat sendiri profil

= 0,072 t/m

Berat lantai

= 2 x qeq tipe b
= 2 x 0,415
= 0,830 t/m

= 0,072 + 0,830
= 0,902 t/m

momen yang timbul :


Mmaks

= 1/8.q.l2
= 1/8 x 0,902 x 42
= 1,804 tm

gaya lintang yang timbul


Dmaks

= 1/2 .q.l
= x 0,902 x 4
= 1,804 t

b. beban hidup
Menurut PPPJJR 1987 beban hidup pada jembatan yang
harus ditinjau dinyatakan dalam dua macam, yaitu beban T

52

yang merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan dan


beban D yang merupakan beban lajur untuk gelagar.
Kemudian dari pembebanan tersebut diambil beban yang
maksimum

beban g
1 jalur

Beban D ata beban jalur adalah susunan beban pada setiap


jalur lalu lintas yang terdiri dari beban terbagi rata sebesar q
t/m panjang perjalur. Beban D adalah seperti yang tergambar
pada gambar berikut :

53

Gambar beban D
Muatan terbagi rata (q)
q = 2,2 t/m

1,1
60 x (L 30 ) t/m

untuk 30 m < L <

60 m
= 2,2 t/m -

1,1
60

x (40 30) t/m = 2,017 t/m

Menurut PPPJJR 1987, bila beban tersebut bekerja selebar


jembatan, maka beban q t/m per jalur harus dibagikan dengan
lebar jalur minimum 3,00 m sehingga didapatkan beban q per
meter lebar jembatan yang terdistribusi merata dalam arah
melintang. Kemudian beban tersebut dilimpahkan ke gelagar
memanjang dengan mengalikan jarak gelagar memanjang.
1. Beban terbagi rata (q)
q =

2,017 t /m
2,75 m

x 1,3 m

= 0,874 t/m
2. Muatan garis (P)
Menurut PPPJJR 1987 beban garis diambil 12 ton, untuk
jembatan kelas 1 P diambil 100 %
P

= 100 % x 12 = 12 ton

Beban garis (p)

3. Koefisien kejut (K)

54

12t
2,75 m

x 1,3 m = 5,20 ton

Menurut PPPJJR 1987, koefisien kejut ditetapkan sebagai


berikut :
K=1+

=1+

20
50+ L
20
50+ 40

= 1,222

Momen yang timbul :


Mytb

1
= K ( 4 . P . Ly +
1
= 1,222 ( 4

1
2
8 .q.(Ly) )

x 12 x 4 +

1
8

x 0,874 x (4)2)

= 16,80 tm
Gaya lintang yang timbul :
Dytb

1
=K( 2

1
2

P+

1
= 1,222 ( 2

q . Ly)

x 12 +

1
2

x 0,874 x 4)

= 9,468 tm
c. Muatan angin
Besarnya tekanan angin w = 150 kg/m2, dan luas bidang
yang menerima tekanan angin (h) setinggi 2 m diatas lantai
kendaraan (PPPJJR - 1987), jarak gelagar melintang 4,00 m,
jarak as ke as roda 1,75 m.
Reaksi pada roda akibat angin :
1
tinggi tek . angin
2

A=
( jrk gel . melintang ) x ( tingg tek . angin ) x ( b . angin ) x

55

1
4,00 x 2 x 0,15 x 2
2
1,75

= 0,685 ton

Momen yang timbul :


M = x A x Ly
= x 0,685 x 4,00
= 0,685 tm
Gaya lintanag yang timbul
D=xA
= x 0,685
= 0,342 t
d. Muatan gempa
Pengaruh gempa bumi pada jembatan diperhitungkan
senilai dengan suatu pengaruh gaya horizontal yang bekerja
pada titik berat konstruksi yang paling berbahaya. Untuk
wilayah Aceh memiliki daerah gempa VI dengan koefisien
gempa bumi 0,30 (berdasarkan RSNI-T-02-2005). Berdasarkan
PPPJJR-1987,

pengaruh

gempa

bumi

pada

jembatan

diperhitungkan senilai dengan suatu pengaruh gaya horizontal


yang bekerja pada titik berat konstruksi yang paling berbahaya.
Gaya horizontal tersebut ditentukan besarnya dengan rumus :
K = E.G
Dengan :
K = gaya horiontal
E = koefisien gempa bumi ( 0,30 untuk daerah gempa VI)
G = berat sendiri ; q = 0,856 t/m

K = 0,30 x ( 4,00 m x 0,902 ) = 1,082 t

56

Maka :
-

Momen yang timbul


M

1
4

x K x Ly

1
4

x 1,082 x 4

= 1,082 tm
-

Gaya lintang yang timbul :


D

1
2

xK

1
2

x 1,056

= 0,541 t
e. Gaya rem dan traksi
Berdasarkan

PPPJJR

1987,

besarnya

gaya

ini

diperhitungkan 5 % dari muatan D tanpa koefisien kejut dan


dianggap bekerja horizontal dengan titik tangkap setinggi h =
1,80 m diatas lantai kendaraan.
Jarak gaya yang bekerja adalah :
H = h + ta + ts
= 1,8 + 0,06 + 0,20
= 2,06 m
Besarnya gaya rem dan traksi ini adalah :
R = 5% x [( q x Ly) + P]
= 5% x [( 0,874 x 4) + 5,20]
= 0,434 t

57

Momen yang timbul :


M =RxH
= 0,434 x 2,06
= 0,894 tm
Gaya lintang yang timbul :
D=xR
= x 0,434
= 0,217 t
f. Kombinasi pembebanan
1. Momen akibat beban mati ( M)

= 1,804 tm

2. Momen akibat beban hidup (H)

= 16,80 tm

3. Momen akibat beban angin (A)

= 0,685 tm

4. Momen akibat beban gempa (G)

= 1,082 tm

5. Momen akibat rem dan traksi (R)

= 0,894 tm

I.

M + H = (1,804 + 16,80) : 100 %

= 18,604 tm

II.

M + A = (1,804 + 0,685) : 125%

= 1,991 tm

III.

M + A + H + R = (1,804 + 0,685 + 16,80 + 0,894 )

IV.

: 140 %

= 13,90 tm

M + G = (1,804 + 1,082) : 150%

= 1,924 tm

Dari kombinasi beban diatas, yang menentukan adalah


kombinasi I dengan momen sebesar 18,604 tm.
1. Gaya lintang akibat beban mati ( M)

= 1,804 t

2. Gaya lintang akibat beban hidup (H)

= 9,468 t

3. Gaya lintang akibat beban angin (A)

= 0,342 t

4. Gaya lintang akibat beban gempa (G)

= 0,541 t

5. Gaya lintang akibat rem dan traksi (R)

= 0,217 t

58

I.

M + H = (1,804 + 9,468) : 100 %

= 11,272 t

II.

M + A = (1,804 + 0,342) : 125%

= 1,717 t

III.

M + A + H + R = (1,804 + 0,342 + 9,468 + 0,217)


: 140 %

=
IV.

M + G = (1,804 + 0,541) : 150%

8,451 t

= 2,345 t

Dari kombinasi beban diatas, yang menentukan adalah


kombinasi I dengan gaya lintang sebesar 11,272 tm.
g. Pengecekan terhadap kondisi momen dominan
Dari data kombinasi didapatkan :
Mumax = 18,604 tm
Vumax = 11,272 ton
Fy

= 300 Mpa

= 200000 Mpa

h. Penampang yang digunakan


Direncanakan girder memanjang dari profil H dengan
tegangan ijin 2500 kg/cm2. Dari data profil dapat 250 x 250 x 9
x 14 dengan data sebagai berikut :
Nilai tabel pada buku teknik sipil diperoleh :
D

= 250

Mm

864

Cm3

bf

= 250

mm

292

Cm3

tw

mm

10800

Cm4

tf

14

mm

3650

Cm4

r1/r

16

mm

Ix

= 92,18 cm2

Iy

= 2

= 72,36 kg/m

ix

iy

59

10,8 cm
cm
6,2
9

2. Cek kelangsingan pelat badan dan sayap


a. Sayap
=

bf
2. t f

p =

170
fy

250
2 x 14

170
300

= 8,929

= 9,815

fr = 0,3 x fy = 0,3 x 300 = 90


r

370
f y f r

370
30090

= 25,53

karena f < p < r , maka penampang sayap kompak


b. Badan
h

= d - 2 (tf + r0)
= 250 2 (14 + 16) = 190

h
tw

190
9

= 21,11

p =

1680
fy

1680
= 300

= 97

2550
fy

2550
= 300

= 147,22

karena f < p < r , maka penampang badan kompak

Zx = b.tf (d - tf) +

1
4

tw ( d 2 tf)2

= 250 x 14 ( 250 14 ) +

1
4

= 936889 mm3
Mp = Zx . fy
= 936889 mm3 x 300 N/mm2
60

9 (250 2(14))2

= 281066700 N.mm
= 28,106 ton.m
Mp ( 28,106 ton.m) > Mu/ (18,604 / 0,90 = 20,671 ton.m)
3. Menentukan kuat lentur rencana balok Mn
Mp = Mn = 28,106 tm
Maka :
Mn

= 0,9 (28,106)
= 25,295 tm > 18,604 tm

4. Cek kelangsingan penampang terhadap geser


h
. tw

1100

190
9

= 21,111 < fy

1100
300

Karena persamaan terpenuhi, maka :


Vn = 0,6 x fy x d x tw
= 0,6 x 300 x 250 x 9
= 405000 N = 40,5 ton
5. Menentukan kuat geser rencana balok Vn
Vd = Vn
= 0,90 x 40,5
= 36,45 ton
6. Kombinasi momen lentur dan geser
Mu
Mn
18,604
25,295

Vu

+ 0,625 x Vn < 1,375


+ 0,625 x

11,272
36,45

0,952 < 1,375

61

< 1,375

= 63,51

Dari hasil pengecekan diatas semuanya telah memenuhi


syarat -syarat, maka profil H 250 x 250 x 9 x 14 dengan berat
profil 72,36 kg/m dapat digunakan untuk gelagar memanjang.

3.5.2

Perencanaan gelagar melintang

Direncanakan :
Jarak antara gelagar memanjang : 1,3 m
Jarak antara gelagar melintang

: 4,00 m

Lebar trotoar

:2x1m

Gelagar melintanng direncanakan menggunakan profil H 900 x 300


x 16 x 28 dengan data sbb:
d

= 900

mm

9133

Cm3

bf

= 300

mm

840

Cm3

tw

16

mm

411000

Cm4

tf

28

mm

12600

Cm4

r1/r

28

mm

Ix

36,42

cm

= 309,8

cm2

Iy

6,38

cm

= 0

kg/m

ix

62

= 243,1

ton/m iy

9
0,243
1. Pembebanan
a. Beban mati
-

Berat sendiri profil

= 0,243 t/m

Berat lantai

= 2 x qeq tipe a
= 2 x 0,287
= 0,574 t/m

= 0,243 + 0,574
= 0,817 t/m

b. Beban hidup
Menurut PPPJJR-1987, beban hidup berupa muatan D yang
terdiri dari muatan terbagi rata ( q ) dan muatan garis ( P ).
Untuk beban

hidup

harus ditinjau terhadap gelagar tepi dan

gelagar tengah. Kemudian dari pembebanan tersebut diambil


beban yang maksimum. Menurut PPPJJR-1987 beban D atau
beban jalur adalah susunan beban pada setiap beban lalu lintas
yang terdiri dari beban q (beban jalur ) t/m dan P (ton perjalur).
Karena lebar lantai kendaraan > dari 5,5 m, maka beban D
sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,5 m
sedangkan lebar selebihnya hanya dibebani 50 % beban D.
a. Muatan terbagi rata (q)
q = 2,2 t/m

1,1
60 x (L 30 ) t/m

untuk 30 m < L <

60 m
= 2,2 t/m -

1,1
60

x (40 30) t/m = 2,017 t/m

63

Menurut PPPJJR 1987, bila beban tersebut bekerja selebar


jembatan, maka beban q t/m per jalur harus dibagikan dengan
lebar jalur minimum 2,75 m sehingga didapatkan beban q per
meter lebar jembatan yang terdistribusi merata dalam arah
melintang. Kemudian beban tersebut dilimpahkan ke gelagar
memanjang dengan mengalikan jarak gelagar memanjang.
Beban tersebut merupakan salah satu beban yang diterima oleh
gelagar melintang dan dikelompokkan kedalam distribusi
beban terpusat.
q =

2,017
2,75

x 100 % x 4,00 = 2,933 t/m

q =

2,017
2,75

x 50 % x 4,00 = 1,466 t/m

b. Muatan garis ( P )
Menurut PPPJJR-1987, beban garis ( P ) diambil 12 ton.
untuk jembatan kelas A, P diambil 100 %
P

= 100 % x 12
= 12 t

12
2,75

12
2,75

x 100 % = 4,364 t

x 50 %

= 2,182 t

c. Distribusi beban terbagi rata (M)

64

CL

q1 q2

q3

Beban yang bekerja d atas gelagar melintang didistribusikan


secara merata searah gelagar melintang. Beban tersebut adalah
berat gelagar melintang, berat plat lantai dan beban hidup
garis. Sedangkan beban yang lainnya didistribusikan searah
gelagar memanjang atau dijadikan beban terpusat.

65

q4

Pelimpahan beban :
q1 = berat gelagar melintang
= 0,243 t/m
q2 = berat sendiri gel. Melintang + berat plat lantai
= 0,243 + 0,574
= 0,817 t/m
q3 = q2 + beban terbagi rata 50%
= 0,817 + 1,466
= 2,283 t/m
q4 = q2 + beban terbagi rata 100 %
= 0,817 + 2,933
= 3,750 t/m
Reaksi tumpuan :
RA = R B =

1
2

[(2 x q1 x 0,10) + (2 x q2 x 1) + (2 x q3 x

0,75) +
(q4 x 5,5)

66

1
2

[(2 x 0,243 x 0,10) + (2 x 0,817 x 1) + (2 x

2,283 x 0,75) + (3,750 x 5,5)


= 13,288 ton
MMaks

= RA (4,65) - q1 (0,10) (4,575) q2 (1) (4)


q3 (0,75) (3,125) - q4 (2,75)(1,375)
= (13,288 x 4,65) (0,243 x 0,10 x 4,575)
(0,817 x 1 x 4) ( 2,283 x 0,75 x 3,125)
(3,750 x 2,75 x 1,375)
= 38,824 tm

DMaks

= RA = 13,288 ton

d. Distribusi beban terpusat


Untuk distribusi beban terpusat, beban yang bekerja diatas
gelagar melintang didistribusikan searah gelagar memanajang.
Beban tersebut adalah berat gelagar tepi dan gelagar
memanjang. Beban hidup trotoar dan beban hidup q merata,
dimana berat gelagar tepi, tengah dan beban hidup trotoar
didapatkan dari perhitungan beban mati dan beban gelagar
memanjang.

67

CL
1,00 m

5,50
0,75 m

100

50%

P1

P2

P2

x1 = 0,15m

x2 =1,3 m

68

1,3 m

1,3

Pelimpahan beban :
Beban terpusat :
-

Beban trotoar :
Beban hidup trotoar = 60% x 0,5 x 1 x 4 = 1,20 t
Berat sendiri trotoar = 0,48 x 1 x 4

= 1,92 t +
q

= 3,12 t

Beban lantai kendaraan


Berat plat lantai ( b )

= 0,574 x 4 = 2,296 t

Beban sendiri gelagar memanjang = 0,072 x 4 = 0,288 t

Beban terpusat 100 % :

x1 = 0,15 m

4,364 x 0,15 x 4 = 2,618 t

x2 = 1,3 m

4,364 x 1,3 x 4 = 22,692 t

Beban terpusat 50 %
x = 0,75 m

2,182 x 0,75 x 4 = 6,546 t

Pelimpahan beban :
P1 = berat gelagar memanjang + plat lantai + berat trotoar +
berat 50% + berat 100 %
= 0,288 + 2,296 + 3,12 + 6,546 + 2,618

69

= 14,868 t
P2 = berat gelagar memanjang + plat lantai + berat 100 %
= 0,288 + 2,296 + 22,692
= 25,276 t
-

Akibat beban terpusat


Reaksi tumpuan :
RA = RB = P1 + (2 x P2 )
= 14,868 + (2 x 25,276 )
= 65,420 ton
MMaks

= RA(4,65) - P1(3,25) P2 (1,95) P2 (0,65)


= (65,420 x 4,65) (14,868 x 3,25) (25,276 x
1,95) (25,276 x 0,65)
= 190,164 tm

DMaks

= RA = 65,420 t

e. Beban angin
Besarnya tekanan angin w = 150 kg/m2, dan luas bidang
yang menerima tekanan angin (h) setinggi 2 m diatas lantai
kendaraan ( PPPJJR 1987), gelagar melintang 3 m jarak as
ke roda 1,75 m
Reaksi pada roda akibat angin :
1
tinggi tek . angin
2

A=
( jrk gel . melintang ) x ( tingg tek . angin ) x ( b . angin ) x

1
4,00 x 2 x 0,15 x 2
2
1,75

70

= 0,685 ton

Momen yang timbul :


M = x A x Ly
= x 0,685 x 4,00
= 0,685 tm
Gaya lintang yang timbul :
D=xA
= x 0,685
= 0,342 t
f. Gaya rem
Berdasarkan

PPPJJR

1987,

besarnya

gaya

ini

diperhitungkan 5 % dari muatan D tanpa koefisien kejut dan


dianggap bekerja horizontal dengan titik tangkap setinggi h =
1,80 m diatas lantai kendaraan.
Jarak gaya yn bekerja adalah :
H = h + ta + ts
= 1,8 + 0,06 + 0,20
= 2,06 m
Besarnya gaya rem dan traksi ini adalah :
R = 5% x [( q x Ly) + P] x b
= 5% x [( 0,817 x 4) + 4,364] x 9
= 3,811 t
Momen yang timbul :
M =RxH
= 3,811 x 2,06
= 7,851 tm
Gaya lintang yang timbul :
D =xR
71

= x 3,811
= 1,906 t
g. Kombinasi beban
Dari kombinasi beban gelagar memanjang diketahui bahwa
yang menentukan adalah kombinasi I :
Momen total

= Mmaks + Mmaks + A + R
= 38,824 + 190,164 + 0,685 + 7,851
= 237,524 tm

Gaya lintang total = Dmaks + Dmaks + A + R


= 13,288 + 65,420 + 0,342 + 1,906
= 80,956 ton
h. Pengecekan terhadap kondisi momen dominan
Dari data kombinasi didapatkan :
Mumax = 237,524 tm
Vumax = 80,956 t
Fy

= 300 Mpa

= 200000 Mpa

i. Penampang yang digunakan


Direncanakan girder memanjang dari profil H dengan
tegangan ijin 2500 kg/cm2. Dari data profil dapat 900 x 300 x
16 x 28 dengan data sebagai berikut :
d

= 900

Mm

9133

Cm3

bf

= 300

mm

840

Cm3

tw

16

mm

411000

Cm4

tf

28

mm

12600

Cm4

r1/r

28

mm

Ix

36,42

cm

= 309,8

cm2

Iy

6,38

cm

= 0

kg/m

ix

72

= 243,1

ton/m iy

9
0,243
7. Cek kelangsingan pelat badan dan sayap
c. Sayap
=

bf
2. t f

p =

170
fy

300
2 x 28

170
= 300

= 5,357

= 9,815

fr = 0,3 x fy = 0,3 x 300 = 90


r

370
f y f r

370
30090

= 25,533

karena f < p < r , maka penampang sayap kompak


d. Badan
h

= d - 2 (tf + r0)
= 900 2 (28 + 28) = 788

h
tw

788
14

= 55,571

p =

1680
fy

1680
300

= 96,992

2550
fy

2550
300

= 129,900

karena f < p < r , maka penampang badan kompak

Zx = b.tf (d - tf) +

1
4

tw ( d 2 tf)2

= 300 x 28 ( 900 28 ) +

73

1
4

.16 . (900 2(28))2

= 10174144 mm3
Mp = Zx . fy
= 10174144 mm3 x 300N/mm2
= 3052243200 N.mm
= 305,22 ton.m
Mp (305,220 tm) > Mu/ (237,524 / 0,90 = 263,916 tm)
8. Menentukan kuat lentur rencana balok Mn
Mp = Mn = 305,220 tm
Maka :
Mn

= 0,9 (305,220)
= 274,698 ton.m > 237,524 ton.m

9. Cek kelangsingan penampang terhadap geser


h
. tw

788
16

1100

= 49,250 < fy

1100
300

Karena persamaan terpenuhi, maka :


Vn = 0,6 x fy x d x tw
= 0,6 x 300 x 900 x 16
= 2592000 N = 259,2 ton
10. Menentukan kuat geser rencana balok Vn
Vd

= Vn
= 0,90 x 259,2
= 233,28 ton

11. Kombinasi momen lentur dan geser


Mu
Mn

+ 0,625 x

237,524
274,698

Vu
Vn

< 1,375

80,956

+ 0,625 x 233,28 < 1,375


1,082 < 1,375

74

= 63,51

Dari hasil pengecekan diatas semuanya telah memenuhi


syarat -syarat, maka profil H 900 x 300 x 16 x 28 dengan berat
profil 243,19 kg/m dapat digunakan untuk gelagar melintang.
3.6 Perhitungan Vekwerk
Pembebanan yang diperhitungkan :
1. Muatan mati
2. Muatan hidup
3. Muatan angin
3.6.1

Muatan Mati
a. Berat vekwerk :
Berat sendiri 2 buah vakwerk ( L = 40 m ), menurut Prof. Ir. Loa. Wam
Kiong 1976 ( Konstruksi Baja V, halaman 63) adalah :
G = (20 + 3 . L ) kg/m2
= (20 + 3 (40))
= 140 kg/m2
Semua beban yang bekerja pada jembatan dilimpahkan ke vekwerk
sepanjang 40 m dengan lebar jembatan 9 m. Panjang gelagar melintang
yang direncanakan adalah 9,2 m (ruang bebas kiri dan kanan 0,10 m)
Berat sendiri 2 vakwerk berdasarkan rumus diatas adalah:
Berat vekwerk

= 9,2 m x 40 m x 140 kg/m2


= 51520 kg

b. Berat sandaran
Beban beban yang bekerja adalah :
Sandaran digunakan pipa baja berdiameter 60,5 mm
Berat profil = 2 ( 40 x 5,31 kg/m )
= 424,8 kg
-

Type pengaku sandaran yaitu CNP 12 dengan berat 13,4 kg

75

Berat baut dan pengikat diasumsikan 10 % dari berat sandaran


= 10% x 424,8 kg
= 42,48 kg
Jadi berat total pipa sandaran :
= 424,8 kg + 42,48 kg
= 467,28 kg
Maka berat total gelagar utama yaitu :
= berat gelagar utama + berat pipa sandaran
= 51520 kg + 467,28 kg
= 51987,28 kg
= 51,987 ton
Berat untuk satu gelagar adalah :
P=

1
2

x berat total gelagar

1
2

x 51,987 ton

= 25,994 ton
Untuk tiap tiap titik buhul menerima beban sebesar :
=

1
10

Titik buhul tengah (P)

1
Titik buhul tepi ( 2 x P) =

x 25,994 = 2,599 ton


1
2

x 2,599

= 1,2995 ton

Reaksi tumpuan untuk satu gelagar utama sebesar :


RA = RB =

P
2

10 x 2,599
2

76

= 12,997 ton

Gambar Cremona (lampiran gambar nantinya)

77

Analisis dengan SAP ( mempunyai hasil analisis gaya batang Sama)


Gaya batang akibat berat sendiri dihitung dengan menggunakan
metode cremona :

Berat lantai kendaraan diperhitungkan selebar 9 meter dan lebar 0,10 m


disebelah kanan dan kiri jembatan.
Berat lantai kendaraan dan lainnya adalah:
a. Berat ikatan angin atas dan bawah (10 kg/m2)
Aatas

= P x L x 10 kg/m2 = 4 m x 9,2 m x 10 kg/m2 = 368 kg

Abawah

= P x L x 10 kg/m2 = 4 m x 9,2 m x 10 kg/m2 = 368 kg

b. Berat gelagar
Gel. Memanjang = 72,36 kg/m x 4 m x 6

= 1736,64 kg

Gel. Melintang = 243,19 kg/m x 9,2 m

= 2237,35 kg

c. Lantai kendaraan

78

Plat lantai

= 0,20 m x 9 m x 4 m x 2400 kg/m2

= 17280

kg

Lapisan aspal

= 0,06 m x 7 m x 4 m x 2200 kg/m2

= 3696

kg

Air hujan

= 0,05 m x 7 m x 4 m x 1000 kg/m2

= 1400

kg

d. Lantai trotoar
Lantai trotoar

= 2 x ( 0,20 m x 1 m x 4 m x 2400 kg/m2) = 3840

kg

Air hujan

= 2 x ( 0,05 m x 1 m x 4 m x 1000 kg/m2) =

kg

400

Pt

= 30589,99 kg

Pt

= 30,590 ton

Berat untuk satu gelagar adalah :


P =

1
2

x Pt

1
2

x 30,590 ton

= 15,295 ton
Reaksi tumpuan pada gelagar utama akibat berat lantai kendaraan
adalah :
V = 0
RA = RB =

P
2

10 P
2

10 (15,295)
2

= 76,475 ton
Gaya batang akibat lantai kendaraan dihitung dengan mengalikan
faktor perbandingan ( f ) dengan gaya batang yang diperoleh dari hasil
cremona untuk berat sendiri.

79

f=

76,475
12,997

= 5,884
Gaya batang akibat berat lantai kendaraan dihituung dengan rumus :
Sx = f x s
Dengan;
Sx = gaya batang akibat berat lantai kendaraan dan lainnya
f

= faktor perbandingan reaksi tumpuan akibat berat lantai


kendaraan dengan reaksi tumpuan akiat berat sendiri gelagar
utama

= berat batang akibat gelagar sendiri

Gaya batang akibat berat lantai dan lainnya :

3.6.2

Muatan hidup

80

1
2

q
1
2

1
2

5,5

Menurut PPPJJR-1987, beban hidup berupa muatan D yang terdiri dari muatan
terbagi rata ( q ) dan muatan garis ( P ). Untuk beban hidup harus ditinjau terhadap
gelagar tepi dan gelagar tengah. Kemudian dari pembebanan tersebut diambil
beban yang maksimum. Menurut PPPJJR-1987 beban D atau beban jalur adalah
susunan beban pada setiap beban lalu lintas yang terdiri dari beban q (beban
jalur ) t/m dan P (ton perjalur). Karena lebar lantai kendaraan > dari 5,5 m, maka
beban D sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,5 m sedangkan lebar
selebihnya hanya dibebani 50 % beban D seperti terlihat pada gambar berikut:

a. Beban terbagi rata


Menurut PPPJJR beban terbagi rata untuk bentang jembatan 40 m
dapat dihitung dengan rumus berikut:

81

q = 2,2 t/m

= 2,2 t/m -

1,1
60 x (L 30 ) t/m
1,1
60

untuk 30 m < L < 60 m

x (40 30) t/m = 2,017 t/m

Menurut PPPJJR 1987, bila beban tersebut bekerja selebar jembatan,


maka beban q t/m per jalur harus dibagikan dengan lebar jalur minimum
2,75 m sehingga didapatkan beban q per meter lebar jembatan yang
terdistribusi merata dalam arah melintang. Kemudian beban tersebut
dilimpahkan ke gelagar memanjang dengan mengalikan jarak gelagar
memanjang. Beban tersebut merupakan salah satu beban yang diterima
oleh gelagar melintang dan dikelompokkan kedalam distribusi beban
terpusat.
Beban terbagi rata dalam jalur diambil 100%
2,017
q1 = 2,75 x 100 % x 4,00 = 2,934 t/m2
Beban terbagi rata diluar jalur diambil 50%
q2 =

2,017
2,75

x 50 % x 4,00 = 1,467 t/m2

Beban terbagi rata untuk trotoar diperhitungkan terhadap beban hidup


500 kg/m2 dan beban diambil 60 % dari beban hidup trotoar.
q3 = 0,5 t/m2 x x 60%
= 0,5 t/m2 x 4,00 x 60%
= 1,20 t/m
Beban terbagi rata (qt) pada satu gelagar utama adalah:
qt = (q1 + q2 + q3 )
= (2,934 + 1,467 + 1,20)
= 2,80 tm

82

b. Beban garis
Menurut PPPJJR-1987, beban garis ( P ) diambil 12 ton untuk
jembatan kelas A, P diambil 100 %
P = 100 % x 12 t
= 12 t
Untuk menghitung beban garis maka P harus dikalikan dengan
koefisien kejut Menurut PPPJJR 1987, koefisien kejut ditetapkan sebagai
berikut :
20
50+ L

K=1+

=1+

20
50+ 40

= 1,22
Beban garis didalam jalur 100%
12
P1 = 2,75 x 1,22 x 100 % = 5,324 t
Beban garis diluar jalur diambil 50%
P2 =

12
2,75

x 1,22 x 50 %

= 2,662 t

Jumlah beban garis (Pt) akibat beban hidup pada satu gelagar utama
adalah:
Pt = (P1 + P2)
= ( 5,324 + 2,662)
= 3,993 t
Gaya gaya batang akibat beban hidup D ( beban terbagi rata dan
beban terpusat) dihitung dengan menggunakan metode garis pengaruh

83

dengan ketentuan P = 1 ton yang bergerak sepanjang jembatan. Beban P


tersebut ditentukan pada momen masing masing ordinat.

Rumus, Y =

X (L X )
L xH

1. Perhitungan garis pengaruh batang atas (A)


a. Garis pengaruh batang A1 = A10 beban P = 1 ton diletakkan pada titik II
Ya1 = Ya10 =

4( 404)
40 x 7

= 0,514

(-)

b. Garis pengaruh batang A2 = A9 beban P = 1 ton diletakkan pada titik III


Ya2 = Ya 9 =

8(408)
40 x 7

= 0,914 ( - )

c. Garis pengaruh batang A3 = A8 beban P = 1 ton diletakkan pada titik IV


Ya3 = Ya 8 =

12( 4012)
40 x 7

= 1,20

(-)

d. Garis pengaruh batang A4 = A7 beban P = 1 ton diletakkan pada titik V


Ya4 = Ya 7 =

16 (4016)
40 x 7

= 1,371

(-)

e. Garis pengaruh batang A5 = A6 beban P = 1 ton diletakkan pada titik VI


Ya4 = Ya 7 =

20 (4020)
40 x 7

= 1,429

(-)

2. Perhitungan garis pengaruh batang bawah (B)


a. Garis pengaruh batang B1 = B10 beban P = 1 ton diletakkan pada titik II
Yb1 = Yb10 =

Ya1.1 =

40
36

4(404)
40 x 7

= 0,514

x 0,514 = 0,571

(+)

( +)

b. Garis pengaruh batang B2 = B9 beban P = 1 ton diletakkan pada titik III

84

Yb2 = Yb 9 =

Ya2.1 =

36
32

Ya2.2 =

4
8

8(408)
40 x 7

= 0,914 ( + )

x 0,914 = 1,028

x 1,028 = 0,514

(+)

(+)

c. Garis pengaruh batang B3 = B8 beban P = 1 ton diletakkan pada titik IV


Yb3 = Yb 8 =

12(4012)
40 x 7

= 1,20

(+)

Ya3.1 =

32
28

x 1,20 = 1,371

(+)

Ya3.2 =

8
12

x 1,371 = 0,914

(+)

d. Garis pengaruh batang B4 = B7 beban P = 1 ton diletakkan pada titik V


Yb4 = Yb7 =

16 (4016)
40 x 7

= 1,371

(+)

Ya4.1 =

28
24

x 1,371 = 1,600

(+)

Ya4.2 =

12
16

x 1,600 = 1,20

(+)

e. Garis pengaruh batang B5 = B6 beban P = 1 ton diletakkan pada titik VI


Yb5 = Yb 6 =

20 (4020)
40 x 7

= 1,429

(+)

Ya4.1 =

24
20

x 1,429 = 1,715

(+)

Ya4.2 =

16
20

x 1,715 = 1,371

(+)

85

3. Perhitungan garis pengaruh batang diagonal (D)


Untuk perhitungan garis pengaruh pada batang diagonal ( D ) dapat
digunakan persamaan :
RA1
sin

YD1.1 =

YD1.2

RA
sin
r
r

x =4m
y =7m
untuk mencari nilai r maka dapat dihitung menggunakan teorima
phytagoras
simir2 = jumlah kuadrat kedua sisi yang lain
r2 = x2 + y 2
r2 = 42 + 7 2
r2 = 65
r =

65

r = 8,062
sin =

y
r

7
8,062

= 0,868

a. Garis pengaruh pada batang D1 = D10


P = 1 ton diletakkan pada titik I
RA

40
40

=1

86

YD1 =

11
0,868

=0

(+)

P = 1 ton diletakkan pada titik II


RA

YD1.2 =

36
40

= 0,9

0,9
0,868

= 1,036

(+)

b. Garis pengaruh pada batang D2 = D9


P = 1 ton diletakkan pada titik II
RA

YD2 =

36
40

= 0,90

0,91
0,868

= 0,115

(-)

P = 1 ton diletakkan pada titik III


RA

YD2.2 =

32
40

= 0,80

0,80
0,868

= 0,922

(-)

c. Garis pengaruh pada batang D3 = D8


P = 1 ton diletakkan pada titik III
RA

YD3 =

32
40

= 0,80

0,801
0,868

= 0,230

(+)

P = 1 ton diletakkan pada titik IV


RA

YD3.2 =

28
40

= 0,70

0,70
0,868

= 0,807

(+)

87

d. Garis pengaruh pada batang D4 = D7


P = 1 ton diletakkan pada titik IV
RA

28
40

= 0,70

0,701
0,868

YD4 =

= 0,346

(-)

P = 1 ton diletakkan pada titik V


RA

24
40

= 0,60

0,60
0,868

YD4.2 =

= 0,691

(-)

e. Garis pengaruh pada batang D5 = D6


P = 1 ton diletakkan pada titik V
RA

24
40

= 0,60

0,601
0,868

YD5 =

= 0,461

(+)

P = 1 ton diletakkan pada titik VI


RA

YD5.2 =

20
40

= 0,50

0,50
0,868

= 0,576

(+)

4. Perhitungan garis pengaruh batang vertikal (V)


Untuk perhitungan garis pengaruh pada batang vertikal (V) dapat
digunakan persamaan:
YV1.1 =

RA1
sin

YV1.1 =

RA
sin

a. Garis pengaruh pada batang V1 = V11

88

P = 1 ton diletakkan pada titik I


RA

YD1 =

40
40

=1

11
0,868

=0

b. Garis pengaruh pada batang V2 = V10


P = 1 ton diletakkan pada titik II
RA

YD1.2 =

36
40

= 0,90

0,90
0,868

= 1,036

c. Garis pengaruh pada batang V3 = V9


P = 1 ton diletakkan pada titik III
RA

YD2.2 =

32
40

= 0,80

0,80
0,868

= 0,922

d. Garis pengaruh pada batang V4 = V8


P = 1 ton diletakkan pada titik IV
RA

YD3.2 =

28
40

= 0,70

0,70
0,868

= 0,807

e. Garis pengaruh pada batang V5 = V7


P = 1 ton diletakkan pada titik V
RA

YD4.2 =

24
40

= 0,60

0,6
0,868

= 0,691

89

f. Garis pengaruh pada batang V6


P = 1 ton diletakkan pada titik VI
RA

YD5.2 =

20
40

= 0,50

0,50
0,868

= 0,576

5. Luas diagram garis pengaruh


Luas garis pengaruh untuk setiap batang adalah sebagai berikut:
a. Luas garis pengaruh batang atas (A)
FA1 = FA10 = x (40 x 0,514) = 10,28
FA2 = FA9 = x (40 x 0,914) = 18,28
FA3 = FA8 = x (40 x 1,200) = 24,00
FA4 = FA7 = x (40 x 1,371) = 27,42
FA5 = FA6 = x (40 x 1,429) = 28,58
b. Luas garis pengaruh batang bawah (B)
FB1 = FB10 = x (40 x 0,571) = 11,42
FB2 = FB9 = x (40 x 1,028) = 20,56
FB3 = FB8 = x (40 x 1,371) = 27,42
FB4 = FB7 = x (40 x 1,600) = 32,00
FB5 = FB6 = x (40 x 1,715) = 34,30
c. Luas garis pengaruh batang diagonal (D)
FD1 = FD10 = x (40 x 1,036) = 20,72
FD2 = FD9 = x (40 x 0,922) = 18,44
FD3 = FD8 = x (40 x 0,807) = 16,14
FD4 = FD7 = x (40 x 0,691) = 13,82
FD5 = FD6 = x (40 x 0,576) = 11,52

90

d. Luas garis pengaruh batang vertikal (V)


FV1 = FV11 = x (40 x 0,000) = 0
FV2 = FV10 = x (40 x 1,036) = 20,72
FV3 = FV9 = x (40 x 0,922) = 18,44
FV4 = FV8 = x (40 x 0,807) = 16,14
FV5 = FV7 = x (40 x 0,691) = 13,82
FV6

= x (40 x 0,576) = 11,52

6. Perhitungan gaya batang


Gaya setiap batang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Gb = ( P x Y ) + ( q x F)
Keterangan :
Gb = gaya batang
P

= beban garis 3,993 t

= koordinat garis pengaruh

= beban terbagi rata 2,80 tm

= luas diagram garis pengaruh

Untuk perhitungan gaya batang yanng lain dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Gaya batang atas (A)

Gaya batang bawah (B)

91

Gaya batang diagonal (D)

Gaya batang vertikal (V)

Maka gaya batang akibat beban hidup dapat ditabelkan sebagai berikut:

92

4. Beban angin
Besarnya beban angin yang bekerja pada jembatan berdasarkan PPPJJR
adalah sebesar 150 kg/m2. Tekanantekanan angin yang bekerja pada
jembatan adalah:
-

Tekanan angin pada trotoar (wr)

Tekanan angin pada kendaraan (wm)

Tekanan angin pada rangka jembatan (wbr)


Luas bidang yang menahan angin adalah:
= (0,20 m + 0,2 m) x 40 m = 16 m2

Pada trotoar

= Fr

Pada kendaraan

= Fm = 2,00 m x 40 m

Pada rangka jembatan :

Pada rangka jembatan


Fbr1

= 40 m x 7 m x 30%
= 84 m2

Pelengkap
Fbr2

= 40 m x 7 m x 15%
= 42 m2

Fbrtotal

= Fbr1 + Fbr2
= 84 m2 + 42 m2
= 126 m2

93

= 80 m2

Jika titik tangkap gaya angin terhadap tumpuan adalah:


hr = ( x tinggi trotoar) + tinggi plat lantai
= ( x 0,2 m ) + 0,2 m
= 0,30 m
hm = ( x tinggi tinjauan beban angin dari lantai kendaraan )
= ( x 2,00 m)
= 1,00 m
hbr = ( x tinggi rangka)
= ( x 7 m)
= 3,50 m
Besarnya tekanan angin yang bekerja pada jembatan adalah :
- Lantai trotoar (wr)

= 16 m2 x 150 kg/m2

= 2400

kg

- Kendaraan (wm)

= 80 m2 x 150 kg/m2

= 12000

kg

- Rangka Jembatan (wbr)

= 126 m2 x 150 kg/m2

= 18900 kg

Reaksi tumpuan yang timbul akibat tekanan angin pada gelagar utama
adalah:
K=

( wbr x hbr )+ ( wm x hm ) +( wr x hr )
b

K=

( 18900 x 3,50 )+ (12000 x 1,00 )+(2400 x 0,30)


9,2

= 8572,83 kg
= 8,573 t
Akibat gaya K menimbulkan reaksi pada tumpuan gelagar utama sebesar:
RA = K
= x 8,573 ton
= 4,287 ton

94

Gaya batang akibat beban angin dihitung dengan mengalikan faktor


perbandingan ( f ) dengan gaya batang yang diperoleh dari hasil cremona
untuk berat sendiri.
f

4,287
12,997

= 0,330
Gaya batang akibat berat lantai kendaraan dihituung dengan rumus :
Sx = f x s
Dengan;
Sx = gaya batang akibat berat lantai kendaraan dan lainnya
f

= faktor perbandingan reaksi tumpuan akibat berat lantai


kendaraan dengan reaksi tumpuan akiat berat sendiri gelagar
utama

= berat batang akibat gelagar sendiri

Maka gaya batang akibat beban angin dapat ditabelkan sebagai berikut:

Kombinasi Beban Ultimit :

95

96

Вам также может понравиться