Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NAMA PEKERJAAN
LOKASIN KEGIATAN
Metode pelaksanaan kami susun untuk menganalisa gambaran singkat mengenai urutan pekerjaan yang
akan dikerjakan dilapangan. Berdasarkan gambar rencana yang ada serta kondisi lapangan yang ada,
maka urutan metode pelaksanaan yang akan kami uraikan adalah sebagai berikut :
Langkah langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan Pekerjaan ini antara lain :
Setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja Pihak Direksi yang terkait akan melakukan PCM (Pra
Construction Meeting) terlebih dahulu, untuk menentukan dan meminta Petunjuk tentang Pelaksanaan di
Lapangan sehingga kelak tidak terjadi hal atau masalah di Lapangan, setelah itu kami akan segera
melakukan uitzet (pengukuran) kembali di Lapangan bersama dengan Pihak Direksi dan Konsultan
Pengawas. Uitzet diperlukan untuk menentukan as as dan peil peil yang sesuai dengan bestek untuk
Pelaksanaan Pekerjaan ini, sehingga di kemudian hari hal ini dijadikan dasar pengukuran dari
pelaksanaan pekerjaan. Setelah melakukan Uitzet, kami akan melakuan uji laboratorium untuk campuran
beton / jobmix dan mortar.
Tahap Pertama dari Pelaksanaan pekerjaan yang kami lakukan adalah Pembuatan Barak Kerja /
Direksi Keet yang sesuai ketentuan, dimana Direksi Keet itu nantinya akan kami tempatkan bahan
Material seperti Besi Beton, Semen dan material lain yang akan kami gunakan, dan Tenaga Kerja yang
akan kami inapkan di tempat tersebut. Seiring dengan Pembuatan Direksi Keet, kami juga akan
melaksanakan Pembayaran Asuransi Tenaga Kerja pada PT. JAMSOSTEK.
Dari beberapa Personil yang sudah kami pilih untuk Pekerjaan ini, maka kami akan menempatkan
Site Manajer, Quality Control, Quantity Control, Tenaga Pelaksana, Tenaga K3, Tenaga Pengelasan, Tim
Logistik dan Tim Administrasi Proyek di Lapangan di bawah Kontrol dari Koordinator Pelaksana kami.
Sebelum pekerjaan dilaksanakan kami akan mulai dengan Pengambilan Dokumentasi 0 % di Lokasi
Proyek dan mempersiapkan Buku Direksi dan mulai membuat Laporan Harian dari Pekerjaan di
Lapangan.
Kami juga akan mulai mempersiapkan Pagar Proyek, Papan Nama Proyek, Pengadaan Sumber Air
Bersih (Air Kerja), Pengadaan tenaga listrik (Penerangan Kerja,Daya Listrik dll)
Berikut adalah tahap tahap Pekerjaan yang akan kami laksanakan di Lapangan :
Mobilisasi
Tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini antara lain : Koordinator
Pelaksana, Pelaksana Bangunan ,Pelaksana ME, Tim Logistik dan Tim Administrasi Proyek
yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dilapangan.
Alat yang diperlukan dalam pekerjaan ini : Concrete Mixer, Peralatan Las, Peralatan
Pertukangan yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dilapangan.
CONCRETE MIXER
PERALATAN LAS
ALAT UKUR
Bahan bahan yang diperlukan juga disiapkan dilokasi pekerjaan dimulainya pekerjaan pada
titik awal dimulainya pekerjaan.
Semen menggunakan semen
Portland yang memenuhi syarat dan
mendapat persetujuan Pengawas
Lapangan
Batu belah harus keras, padat, berat, dan bersih dari tanah.
Pasir cor dengan mutu baik, berbutir
keras dan tajam, bersih dari lumpur dan
kotoran.
Mobilisai Tenaga, Alat, dan bahan
dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan dilapangan yang akan dikerjakan.
Seiring dengan hal-hal di atas kita harus pula menyiapkan sarana air bersih dengan koordinasi ke
penduduk setempat untuk pemantekan air tanah serta koordinasi keamanan proyek, dan yang
terpenting lagi koordinasi dengan instansi terkait untuk uitzet lapangan (setelah membayar
retribusi) termasuk test kepadatan/ketebalan lapis demi lapis tahapan pekerjaan.
Pemborong wajib menyediakan dan mengisi Buku Harian Lapangan yang berisi :
1.
2.
3.
4.
5.
6. keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang berpengaruh terhadap
kelancaran pekerjaan,
7. Catatan-catatan lain yang dianggap perlu atas petunjuk dan persetujuan Direksi/ Pengawas.
Selama pelaksanaan pekerjaan pembangunan berlangsung, Pemborong harus memelihara
kebersihan lokasi pembangunan maupun lingkungannya terutama jalan-jalan disekitar lokasi
proyek, direksi keet, gudang, los kerja dan bagian dalam bangunan yang akan dikerjakan harus
bebas dari bahan bekas, tumpukan tanah dan lain-lain.
Kecelakaan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
pemborong. Pemborong harus menyediakan alat kesehatan/kotak PPPK yang terisi penuh dengan
obat-obatan sesuai kebutuhan, lengkap dengan seorang petugas yang mengerti dalam
2. PEKERJAAN TANAH
a.
Pekerjaan Galian
Pekerjaan penggalian tanah dan pengurugan tanah kembali harus dilaksanakan sesuai dengan
gambar, RKS dan semua petunjuk yang disampaikan oleh pengawas selama berlangsungnya
pekerjaan. Pekerjaan Penggalian harus dilaksanakan secara mekanis dan semua peralatan yang
dibutuhkan harus disediakan oleh Kontraktor, baik yang menyangkut peralatan untuk
pekerjaan persiapannya maupun peralatan untuk pekerjaan penggaliannya sendiri dan alat-alat
Bantu yang diperlukan.
Galian tanah dilaksanakan untuk pembuatan lubang pondasi, lubang-lubang saluran dan
pekerjaan-pekerjaan lain yang menurut kondisinya memerlukan adanya galian tanah. Galian
tanah dilaksanakan setelah kontraktor bersama-sama pengawas lapangan menetapkan as-as +
elevasi yang akan dilakukan galian pada papan bouwplank. Apabila dasar tanah galian untuk
pondasi diperlukan daya dukung yang lebih baik, maka dasar galian harus
dipadatkan/ditumbuk.
b.
Pekerjaan Urugan
Semua bahan yang dipakai untuk pengurugan kembali harus merupakan bahan pilihan yang
baik, yang diseleksi, bebas dari kotoran, batu-batu besar dan bahan tumbuhan atau bahan
lainnya yang dapat membusuk.
Urugan tanah dilaksanakan pada lubang-lubang sisa pondasi, peninggian tanah untuk nol
lantai dan pada bagian-bagian pekerjaan yang kondisinya mengharuskan adanya pekerjaan
urugan tanah.
Untuk pengurugan kembali dilaksanakan selapis demi selapis dengan ketebalan tidak lebih
dari 20 cm tiap lapisnya dan harus dipadatkan secara mekanis sampai diperoleh kepadatan
yang cukup. Pemadatan disyaratkan harus memakai alat pemadatan STAMPER, dengan
mencapai kepadatan maximal
Urugan pasir dilaksanakan pada bagian-bagian dasar/bawah pasangan pondasi batu kali atau
pondasi lainnya. Kebetalan urugan pasir ditentukan tebal 10 cm untuk dibawah pondasi,
ketebalan tersebut adalah ukuran ketebalan padat dengan cara ditimbris sambil disiram air.
3. PEKERJAAN PONDASI
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi terlebih dahulu diadakan pengukuran dan penggambaran
kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian
tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya boleh dilakukan dengan alat-alat
waterpass/theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.
Material yang digunakan harus bermutu baik yang sudah disetujui oleh Pengawas / Pemberi
Tugas untuk dipakai.
Pondasi dibuat dari pasangan beton dengan adukan K-175. Mutu beton yang dihasilkan dalam
pelaksanaan harus dibuktikan dengan hasil test laboratorium sesuai dengan ketentuan dari
Peraturan Beton Indonesia (PBI). Pondasi adalah pondasi setempat dengan ukuran dan kedudukan
sesuai gambar.
Hasil pengukuran ditandai dengan Tugu Patokan Dasar (Reference Bench Mark), Tugu patokan
dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-kurangnya 20 x 20 cm, tertancap kuat kedalam
tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang menonjol di atas muka tanah secukupnya untuk
memudahkan pengukuran selanjutnya dan sekurang-kurangnya setinggi 40 cm di atas tanah.
Hasil pengukuran kemudian ditandai dengan Papan dasar (bouplank) yang dipasang pada patok
kayu semutu Meranti merah dengan ukuran kaso 5/7 cm, yang tertancap dalam tanah sehingga
tidak bisa digerak-gerakkan atau dirubah-rubah, berjarak maksimum 1,5 meter satu sama lain.
Setelah itu dilaksanakan penggalian tanah untuk pondasi, dilanjutkan dengan urugan pasir urug
darat. Kemudian memasang acuan/Bekisting untuk pengecoran beton pondasi dengan
menggunakan adukan 1pc : 2psr : 3split dengan tulangan besi beton polos. Cetakan beton harus
dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kebocoran atau hilangnya air semen selama
pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk) dan tidak goyang.
Pekerjaan pondasi ini dilakukan dengan menggunakan beton adukan 1pc : 2 pasir : 3 split.
Pengecoran lantai kerja dengan adukan 1 pc:3 pasir beton:5 koral. Pengecoran beton sloof
memanjang, pengecoran sloof melintang, beton galeri extrance, pengecoran poor galeri.
Dilanjutkan dengan pemasangan pondasi dengan menggunakan batu kali adukan 1 portland
cemen : 4 pasir pasang.
Pekerjaan pasangan batu kali dilakukan untuk pondasi dengan bahan-bahan :
Batu kali yang digunakan adalah yang diperoleh dari alam (batu belah) dengan bentuk
bersudut-sudut tajam dan mempunyai ukuran maksimal tidak lebih dari 25x25x25 cm,
keras dan tidak keropos serta bersih dari kotoran/Lumpur.
Adukan untuk pasangan batu kali yang kedap air menggunakan adukan 1 pc : 3 psr,
sedangkan untuk pasangan batu kali yang biasa menggunakan adukan 1pc : 5 psr, dengan
bahan adukan yang digunakan harus mempunyai persyaratan :
a.
Pasir : digunakan pasir pasang atau ekstra beton yang bebas dari kotoran, Lumpur
serta bahan organic. Pasir mempunyai kadar Lumpur tidak lebih dari 5% (berat) dan
tidak lebih dari 15% yang tertahan pada sieve ukuran 2,3 mm.
Semen : digunakan Portland semen, seperti yang disebut dalam PBI 1971
Air : Harus sesuai dengan yang disebut dalam PBI 1971
Pekerjaan Beton
1.
Beton tumbuk :
Permukaan tanah yang akan dilapisi beton tumbuk harus rata dan diperkeras, setelah
permukaan rata dan keras kemudian digelar pasir urug dengan ketebalan minimal 10 cm,
barulah beton tumbuk digelar dengan ketebalan minimal 7 cm.
Bahan yang digunakan :
Air : air yang digunakan harus bersih dan memenuhi syarat untuk diminum (air
minum).
Batu split/koral : Batu split/koral yang digunakan harus yang bersih dan bermutu
baik serta mempunyai gradasi serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat teknis.
Pasir : Pasir beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, Lumpur dan
sejenisnya dan juga memenuhi komposisi butir serta kekerasan.
Semen : Semen yang digunakan Portland Cement jenis 1 menurut NI-8 1965 atau
type 1 menurut ASTM.C.150 dan memenuhi S.400 menurut Standard Cement
Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia. Semen yang rusak tidak
diperbolehkan dipakai.
2.
Beton Bertulang
Pelaksanaan Pekerjaan
Sebelum pengecoran dilakukan terlebih dipasang pembesian dan bekesting, Semua besi tulangan
harus bebas dari serpihan karat lepas, mimyak gemuk, cat, debu atau zat lainnya yang dapat
mengganggu perlekatan yang sempurna antara tulangan dan beton. Jika diinstruksikan oleh
Direksi, besi harus disikat atau dibersihkan sebelum dipakai. Beton tidak boleh dicorkan sebelum
penulangan diperiksa dan disetujui oleh Direksi.
Tulangan harus dipasang secara tepat pada posisi yang diperlihatkan pada gambar dan harus
ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan beton atau gantungan logam menurut
kebutuhan, dan pada persilangan persilangan diikat dengan kawat beton yang dipilar dingin
dengan diameter tidak kurang dari 1.6 mm; ujung ujung kawat harus diarakhan ke bagian tubuh
utama beton. Besi tidak boleh ditumpu dengan penahan logam yang menonjol hingga
kepermukaan beton, pada tumpuan kayu atau kepingan kepingan agregat kasar.
Semua bekisting harus dirancang dan dibuat hingga dinilai memuaskan oleh Direksi. Kontraktor
harus menyerahkan rancangannya untuk disetujui, dalam jangka waktu cukup sebelum pekerjaan
dimulai. Semua bekisting harus diperkuat dengan klam dari balok kecil dan harus yangkuat serta
cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak terjadi distrosi ketika beton dicorkan, dipadatkan dan
mengeras. Bekisting dari kayu/ papan terentang harus dibuat dari kayu yang sudah diolah dengan
baik. Semua sambungan harus cukup kencang agar tidak terjadi kebocoran.
Agar beton tidak menempel pada bekisting bagian permukaan dalam bekisting diberi selapis
minyak yang jenisnya sudah disetujui, sebelum beton dicorkan. Minyak pelumas baik yang
sudah atau belum dipakai tidak boleh dipakai untuk maksud ini. Harus diperhatikan agar besi
tulangan tidak terkena bahan pelapis semacam ini. Pengikat besi untuk didalam atau diblok
antara (spacer) yang sudah disetujui boleh dipakai. Bagian dari pengikat atau pengantara yang
ditanam permanen dalam beton sekurang kurangnya harus berjarak 5 cm dari permukaan akhir
beton. Setiap lubang dalam permukaan beton yang timbul akibat pengikat atau pengantara harus
ditutup dengan rapih segera setelah bekisting di buka dengan spesi semen yang campuran serta
konsistensinya sama dengan mutu beton induknya.
Pengadukan beton dengan beton mixer/molen tidak boleh kurang dari 1 (satu) menit diputar
setelah seluruh komponen adukan dimasukkan kedalam pengaduk/beton molen. Penyampaian
beton (adukan dari mixer) ketempat pengecoran dilakukan dengan cara yang tidak
mengakibatkan segregasi komponen / adukan beton harus sudah dicor paling lambat 3 (tiga)
menit sejak pencampuran di dalam mixer dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan
kualitas beton yang disyahkan. Jika digunakan bahan tambahan, maka waktu tersebut
diperpanjang dalam batas-batas yang dapat dipertanggung jawabkan. Pengecoran beton hanya
dapat dilaksanakan dengan persetujuan tertulis dari pengawas lapangan.
Pengecoran harus dilakukan dengan baik dengan menggunakan vibrator untuk menjamin
kepadatan beton. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat berhenti pengecoran harus disetujui pengawas.
Pada pengecoran sambungan setelah pengecoran berhenti 1 (satu) hari, maka pada adukan beton
lama (beton yang telah mengeras) harus diberi bahan kimia untuk memperkuat sambungan.
Khusus untuk beton plat lantai tidak boleh terjadi keretakan dan kebocoran dan kemudian akan
ditest bersama.
Setelah pengecoran maka beton harus selalu dalam keadaan basah secara terus menerus selama
tidak kurang dari 7 (tujuh) hari selama masa pengerasan
4. PEKERJAAN PAGAR
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang tercantum dalam pasal-pasal ini, terdiri dari penyediaan bahan, tenaga ahli,
perlengkapan bantu lainnya yang diperlukan serta pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan
dengan pembuatan pagar.
Tempat pelaksanaan pekerjaan pagar pembatas sisi udara ataupun sisi darat sebagaimana yang
tertera dalam gambar layout.
Halaman tanah dan pengukuran diserahkan pada pelaksana pemborong dalam keadaan sesuai
pada saat Pemberi Tugas menyerahkan.
b. Ukuran Tinggi Pagar
Ukuran duga (peil) dan ukuran tinggi ditentukan dalam gambar, pemborong wajib memeriksa
semua ukuran ini dalam pelaksanaan, sehingga betul-betul sesuai dengan gambar.
Apabila terdapat perbedaan ukuran maka pemborong wajib menanyakan pada Pemberi Tugas.
Penentuan semua ukuran harus digunakan pesawat theodolit dan setelah ditentukan harus
disahkan secara tertulis dimuka Pemberi Tugas oleh Pengawas Pekerjaan.
c. Pekerjaan Tanah
Pekerjaan penggalian, perataan, pengukuran dan lain-lain adalah bagian dari pekerjaan tanah
ini.
Untuk galian pondasi disesuaikan dengan gambar yang telah disetujui, dan lubang galian
pondasi harus cukup lebar, sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terganggu.
Apabila galian dasar pondasi terdapat akar-akar atau tanah masih lunak, maka harus digali
sampai memenuhi syarat tanah yang cukup baik.
Dibawah pasangan pondasi (anstamping) diberi lapisan pasir padat setebal 10 cm.
d. Material Yang Digunakan Untuk Pagar
1. Pagar Harmonika
Pagar terbuat dari tiang besi dan kawat harmonika yang digalvanish dengan ukuran sesuai
gambar. Mutu baja tulangan/ baja yang digunakan harus dapat dibuktikan dengan test
laboratorium. Setiap hubungan antara besi di las / di sekrup dengan baut. Sedangkan
hubungan tiang besi dan kawat harmonika dapat disekrup / diikat / diklaim dengan kawat
baja / sekrup.
Bahan harus dalam keadaan baru dan tidak boleh ada karat-karat sebelum pekerjaan
dilaksanakan dan harus di meni dulu sebelum dipasang.
2. Pagar BRC
Pagar terbuat dari tiang besi galvanish yang di galvanish dengan ukuran sesuai gambar.
Mutu baja yang digunakan harus dapat dibuktikan dengan test laboratorium. Setiap
hubungan antara besi disekrup dengan baut, sedangkan hubungan tiang besi dan BRC
dapat disekrup / diklaim dengan plat baja / sekrup.
Bahan harus dalam keadaan bagus dan tidak boleh karat-karat sebelum pekerjaan
dilaksanakan dan harus ditest sebelum dipasang.
Diameter BRC kawat minimal
: 6 mm
Jarak wire mesh
: 8 10 cm
Tinggi minimum BRC
: 1900 mm
Panjang BRC
: 2400 mm
BRC jenis hot dip galvanised (Bristish Standard 443 1982) dan produksi pabrik (mesin).
Typical coat galvanized minimal 60 micron, life time 10 th (minimum).
Tiang pagar panjang 2600 mm diameter 2 Hot Dipped Galvanized.
10
Pagar Bandar Udara dari wire mesh harus memenuhi standar spesifikasi diatas dengan
jaminan mutu (factory sertificate).
3. Tiang BRC
Tiang BRC mempunyai ukuran mesh 190 mm x 240 mm, dibuat dari PVC coated wire
dan diameter 2. PVC coating yang berkualitas baik U.V. stabilized Coating yang
membungkus keliling dari inti kawat. Pagar tersebut dari besi siku dan kawat duri dengan
ukuran sesuai gambar. Mutu baja tulangan / baja siku yang digunakan harus dapat
dibuktikan dengan test laboratorium. Setiap hubungan tiang besi siku dilas atau disekrup
dengan baut. Sedangkan hubungan tiang besi siku dan kawat duri dapat disekrup / diikat
dengan kawat baja.
4. Kawat Pengaman (Kawat Duri)
Untuk pagar batas bandara disisi batas lahan diatas pagar ada kawat duri sebagai sistem
pengaman (security system) tambahan. Berikut jenis kawat duri :
Tabel 6.4.1
1
2
3
4
Galvanized Weight
No
40-70 g/m2
260-300 g/m2
Tabel 6.4.2
Spesifikasi kawat duri bentuk silet (razor blade wire) :
Blade
Core Wire
Barb
Barb
Barb
No
Thickness
Diameter
Length
Width
Spacing
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
1
0.5+0.05
2.5+0.1
22+1
14+1
35+1
2
0.5+0.05
2.5+0.1
30+1
21+1
42+1
3
0.5+0.05
2.5+0.1
65+2
21+1
100+1
Tabel 6.4.3
No
Keterangan
Minimum
1
2
3
4
5
Coll Diameter
Recommended Strecth length
Call Diameter when Stretched
Spiral Turn per Coll
Clip per Spiral
450 mm
8 - 12 m
400 mm
54
3
e. Material
11
1. Produk Pagar
Produk terbuat dari galvanized steel wire atau polyvinyl chloride (PVC)-coated steel atau
aluminium alloy atau zinc-5% aluminium mischmetal dengan ukuran bukaan 50 mm dan
harus memenuhi persyaratan di bawah ini.
Galvanized steel fabric harus sesuai dengan ASTM A 392, Class 2.
Polyvinyl chloride-coated steel harus sesuai dengan ASTM F 668, Class 2b.
Aluminum alloy fabric harus sesuai dengan ASTM F 1183.
Zinc-5% aluminum mischmetal alloy coated steel sesuai dengan ASTM F 1345, Class 2.
2. Tiang, Batang Dan Pengaku
Tiang, batang dan pengaku harus sesuai dengan ASTM F-1043 or ASTM F 1083 sebagai
berikut :
Galvanized tubular steel pipe harus memenuhi persyaratan Group IA, (Schedule 40)
dengan pelapisan sesuai dengan Type A, atau Group IC ( High Strength Pipe), pelapisan
luar Type B, dan pelapisan dalam Type B atau D.
Roll Formed Steel Shapes ( C-Sections) harus sesuai Group IIA, dan harus digalvanis
sesuai persyaratan F 1043, Type A.
Hot-Rolled Shapes ( H Beams) harus sesuai Group III, dan digalvanis sehingga
memenuhi persyaratan F 1043, Type A.
Pipa Aluminum harus memenuhi persyaratan Group IB.
Aluminum Shapes harus memenuhi persyaratan Group IIB.]
Vinyl atau polyester coated steel harus memenuhi persyaratan ASTM F 1043
Kekuatan tiang harus memenuhi persyaratan ASTM F 1043 or ASTM F 1083.
Kehilangan kekuatan dari tiang tidak boleh lebih dari 10 persen setelah kena sinar
matahari dan hujan selama 3,600 jam sesuai dengan ASTM G 23, ASTM G 26, and
ASTM G-53.
Tiang, palang dan pengaku yang dipasang pada campuran produk aluminum harus terbuat
dari campuran aluminium.
3. Pintu Gerbang
Pintu Gerbang galvanized steel pipe atau polymer-coated steel pipe atau aluminum alloy
pipe atau composite post harus sesuai gambar dan spesifikasi dan terbuat dari bahan yang
sama dengan bahan pagarnya.
4. Batang Tarik
Batang tarik harus terbuat dari bahan yang sama. Kawat batang tarik harus dilapisi
dengan bahan yang sama dengan produk pagar dan sesuai dengan ASTM A 824.
12
f.
13
h. Pekerjaan Penyelesaian
Setelah semua pelaksanaan pekerjaan selesai, maka Lapangan harus ditinggalkan dalam
keadaan bersih dan siap digunakan oleh Pemberi Tugas. Kontraktor juga harus memulihkan
keadaan, kondisi semula bagian-bagian lapangan yang tidak direncanakan berubah menurut
kontrak. Membuang semua bahan-bahan yang tidak terpakai dan yang berlebihan, sampah,
alat-alat perlengkapan dan mesin-mesin harus dikeluarkan / dipindahkan. Sehingga lokasi
proyek bersih seperti sebelum dilaksanakan proyek.
14
1) Sebagai masa pembelajaran bagi user untuk mengoperasikan, memelihara dan menjaga agar
peralatan/sistem yang dipasang dalam proyek tersebut tetap bekerja sesuai dengan yang
diinginkan; Ini penting, terutama untuk peralatan/sistem yang baru dimana user belum
memiliki pengalaman sebelumnya.
2) Masa untuk menyiapkan sumber daya yang akan digunakan untuk mengoperasikan dan
memelihara peralatan/sistem yang terpasang melalui proyek (diantaranya: anggaran
operasi/pemeliharaan, SDM yang melaksanakan pemeliharaan, spare part, consummable
material, dsbnya).
3) Masa untuk menyiapkan sistem pengoperasian dan pemeliharaan terhadap peralatan/sistem
yang dipasang melalui proyek (termasuk menyipakan Sistem tatakerja pengoperasian
maupun pemeliharaan).
Walaupun tanggung jawab pemeliharaan selama masa pemeliharaan ini masih berada di pihak
Kontraktor, namun demikian keterlibatan secara langsung dari user juga sangat diperlukan,
karena proses pembelajaran yang paling efektif adalah dengan cara melakukannya secara
langsung.
Lingkup Masa Pemeliharaan.
Melimpahkan semua kewajiban/kegiatan pemeliharaan kepada Kontraktor selama masa
pemeliharaan, menurut pendapat saya kurang bijaksana. Karena, selain biaya yang mahal, juga
proses pembelajaran yang merupakan salah satu tujuan diadakannya masa pemeliharaan tidak
akan berjalan dengan baik. Tidak ada rumusan yang baku dalam menentukan lingkup kerja masa
pemeliharaan proyek, karena sangat bergantung dari jenis pekerjaan/peralatan yang disupply,
kompleksitas serta tingkat kesulitannya. Untuk proyek dengan teknologi yang baru dengan
tingkat kesulitan yang tinggi, mungkin sebaiknya porsi kontraktor lebih besar, Sebaliknya, jika
teknologi yang disupply sudah pernah digunakan user, maka porsi kontraktor bisa dikurangi,
misalnya hanya menyediakan tenaga supervisor atau hanya melakukan kunjungan rutin,
sedangkan eksekutor hariannya dilakukan oleh user sendiri.
Satu hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penentuan lingkup masa pemeliharaan
adalah jangan sampai terjadi duplikasi dengan lingkup garansi. Garansi suatu peralatan
merupakan tanggung jawab pabrikan/vendor sedangkan masa pemeliharaan adalah tanggung
jawab Kontraktor. Untuk itu, sebelum membuat lingkup kerja masa pemeliharaan, perlu
diidentifikasi/diuraikan terlebih item-item pekerjaan yang masuk dalam garansi, sehingga tidak
terjadi duplikasi, yang pada akhirnya akan merugikan kita/user sendiri.
Apapun lingkup kerjanya, yang paling penting adalah lingkup tersebut harus diuraikan secara
jelas dalam Scope of Work sehingga tidak terjadi pertentangan (gray area) pada saat pelaksanaan.
Dan jika sudah jelas lingkup kerja-nya, maka selanjutnya agar masing-masing pihak, baik itu
Kontraktor, Pengelola Proyek maupun User agar komit terhadap kewajibannya, sehingga
sistem/peralatan yang dipasang dapat digunakan secara optimal.
Penyerahan II
Setelah masa pemeliharaan selesai dilakukan Penyerahan II (FHO).
15
Implementasi mengenai keselamatan & kesehatan kerja secara praktis dirancang melalui suatu
sistem yang dinamakan dengan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SM-K3)
atau dalam paradigma modern dikenal dengan istilah "HSE / SHE " (Health Safety &
Environment). Setiap perusahaan idealnya wajib menerapkan sistem manajemen K3 yang
terintegrasi dan sistematis untuk menjamin faktor resiko terhadap keselamatan & kesehatan di
lingkungan kerja. Penerapan sistem manajemen K3 dimulai dari:
Pembentukan komitmen
Komitmen merupakan modal utama dalam penerapan K3 secara riil mengenai arti penting
keselamatan & kesehatan kerja. Pembentukan komitmen tentang arti pentingnya K3 harus
dimulai dari level TOP MANAGEMENT supaya penerapan sistem K3 berjalan efektif dan
optimal. Sesuai dengan UU No 1 tahun 1970 dijelaskan bahwa unsur pimpinan (direktur)
bertanggungjawab untuk melaksanakan keselamatan & kesehatan kerja. Unsur pimpinan inilah
yang nantinya diharapkan mampu membuat kebijakan-kebijakan yang positif tentang K3 dan
mampu menggerakan aspek-aspek penunjang/fasiltas sampai dengan karyawan-karyawan level
bawah untuk menjalankan fungsi K3 untuk mencapai "ZERO ACCIDENT"
Perencanaan
Perencanaan disini dimaksudkan sebagai dasar penerapan program kerja K3 yang nantinya akan
dilaksanakan secara menyeluruh oleh seluruh karyawan. Dalam menentukan program kerja K3,
idealnya komite K3 melakukan assessment di area kerja mengenai maslah-masalah K3 di
perusahaan tersebut. Cara mudah biasanya menggunakan teknik.tools berupa HIRARC (High
Identification Risk Assessment & Risk Control), yaitu suatu cara/teknik mengidentifikasi potensipotensi bahaya yang kemungkinan bisa menimbulkan kecelakaan kerja/penyakit kerja dan
melakukan langkah penanggulangan sebagai kontrol/preventif. Dapat dilakukan dengan
identifikasi potensi, penilaian faktor resiko dan pengendalian faktor resiko.
Pengorganisasian
Bentuk komitmen dari pimpinan perusahaan selain melalui kebijakan tertulis, dapat juga
memfasilitasi pembentukan komite K3 yang khusus menangani permasalahan K3 yang terdiri
dari berbagai wakil dari divisi yang terlibat sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
Selain itu yang paling penting untuk menggerakan orhganisasi/komite K3 tersebut diperlukan
seorang "ahli K3" yaitu seseorang yang berkompeten di bidang K3 yang telah tersertifikasi
sebagai ahli K3. Mengapa demikian? karena dala penerapan program kerja serta aktivitasaktivitas K3 tidak bisa lepas dari visi dan misi ahli K3 tersebut yang mampu menggerakan
16
jalannya oranisasi kerja. Efektivitas komite K3 tentu saja diperhitungkan dari penerapan
program-program K3 yang tersistematis dan mendapatkan support dari seluruh level karyawan.
Penerapan
Penerapan K3 tentu saja berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas program-program kerja K3
secara optimal. Harus disertai evidence serta bukti-bukti lapangan mengenai penerpan program
kerja tersebut. Contoh program kerja yang bisa dilakukan yaitu semacam safety campaign, safety
sign, safety training, safety talk, safety for visitor, safety for contractor, simulasi & evakuasi,
safety alert, dll.
Pengertian Kecelakaan
Bila dalam suatu proses terjadi kesalahan, orang cenderung mengatakan bahwa itu adalah
suatu kecelakaan yang kebetulan terjadi. Jawaban itu seolah olah sudah cukup, sehingga bila
suatu saat terjadi kecelakaan, hal itu yang wajar terjadi. Setiap kontraktor kadang kadang
membuat kesalahan, walaupun dia cukup berpengalaman. Akan tetapi, beberapa kontraktor
lebih berbakat mendapat kecelakaan dibanding yang lain. Bagi mereka, nampaknya hukum
rata rata tidak berlaku, apapun yang dilakukan selalu salah.
Kecelakaan yang Umum Terjadi
Kecelakaan biasanya disebabkan oleh ketidaktahuan dan kecerobohan. Pekerja tidak melihat
hal hal seperti paku mencuat pada kayu, pecahan material, pinggiran pinggiran yang tajam
atau oli yang tercecer. Untuk itu diperlukan penjaga atau pemeliharaan lapangan yang baik.
Lapangan yang rapi biasanya berhasil guna. Pekerja dapat meluangkan waktunya beberapa
jam untuk melepas paku paku pada kayu, marapikan sisi bahan, pembersihan daerah
sirkulasi dan membuang sampah. Hal tersebut akan mempercepat pekerjaan dan lebih
memberikan kesan yang baik bagi tamu yang kebetulan datang.
Pengangkatan dan Pengangkutan
Pekerja kasar akan mengangkat, membawa material maupun peralatan ke sekeliling lapangan.
Di antara pekerjaan tersebut banyak yang kelihatan berat dan susah untuk ditangani.
Kecelakaan pada punggung yang berbahaya dapat terjadi karena prosedur mengangkat yang
tidak benar. Anjuran sederhana seperti tahan dengan lutut jangan dengan punggung perlu
diberikan. Sebaiknya pekerja tidak diminta mengangkat beban diluar kemampuannya.
Pekerjaan lebih ekonomis dan aman bila dilakukan oleh kelompok, dua atau tiga orang akan
menyelesaikan pekerjaan lebih cepat. Jika pengangkatan oleh kelompok, perlu ditunjuk
pemimpin untuk mengkoordinasi bagaimana cara mengangkat, memindah dan meletakkan
barang tersebut sedemikian rupa sehingga beban terbagi merata.
Tangga
Tangga masuk dan atau cara menggunakan tangga yang salah sering menimbulkan kecelakaan.
Tangga perlu diperiksa dengan teratur dan anak tangga yang rusak diganti. Tangga tidak boleh
dicat. Lapisan cat sangat berbahaya karena bisa membuat pekerja yang membawa beban berat
terjatuh. Tangga Sebaiknya diletakkan di atas dasar dengan perbandingan sudut 1 : 4 terhadap
dinding, seperti contoh pada gambar. Lebih baik lagi bila kaki tangga ditahan dengan pasak
dan meletakkan bagian atas tangga dengan aman tanpa bahaya slip. Bagian atas tangga
sekurang kurangnya disisihkan 1 meter dan hendaknya tidak menggunakan drum, timba,
atau tumpuan bata sebagai tumpuan untuk menjangkau tempat yang lebih tinggi.
17
18
Kecelakaan sering terjadi pada galian parit atau pondasi. Tanah adalah material yang mudah
bergerak dan harus dikendalikan. Galian parit mungkin akan dibiarkan selama berminggu
minggu tanpa penopang kayu dan mungkin akan runtuh dengan tiba tiba. Buku ini tidak
akan membahas teori mekanika tanah yang cukup rumit, akan tetapi kontraktor hendaknya
cukup mengerti sifat alami, karakter khusus dan bahaya yang dihadapi dalam mengerjakan
material tertentu.
Cara terbaik untuk mengerjakan pekerjaan tanah adalah berjaga jaga dan mengurangi
kesalahan sebanyak mungkin sebelum terjadi kecelakaan. Kecelakaan selalu terjadi tanpa
gejala apapun dan sangat berbahaya bagi pekerja yang terjebak. Berikut ini beberapa
petunjuk bagi kontraktor.
a. Penggalian di dekat bangunan
Penanganan lebih serius harus dilakukan bila penggalian berada di dekat sebuah
bangunan, karena kegiatan ini mungkin akan membahayakan kestabilan bangunan yang
ada. Bila perlu, jika situasinya meragukan, minta petunjuk arsitek atau ahli teknik,
apakah perlu memasang besi pancang ( sheet pile ) atau pencegahan lain.
b. Pengawasan
Di beberapa negara, galian saluran, parit, atau terowongan diawali oleh orang orang
ahli, setiap hari. Hal tersebut dituangkan dalam peraturan resmi. Dalam kegiatan seperti
ini, laporan dan pengujian pengujian yang telah dilakukan dan ditanda tangani harus
selalu ada di lapangan. Jika terjadi kecelakaan, laporan tersebut dilakukan sebagai
referensi dan pengawas akan diperiksa kemampuan dan pengalamannya.
c. Perhatikan tepi galian
Tepi galian merupakan bagian galian yang mudah runtuh, dengan demikian aturan yang
jelas adalah jangan berdiri di tepi galian. Hal ke dua yang perlu diingat bahwa
penimbunan beban di tepi galian menyebabkan tegangan tanah tepi galian semakin
tinggi yang besarnya sebanding dengan dalamnya galian parit tersebut. Oleh karena itu,
pipa pipa maupun hasil galian hendaknya diletakkan jauh dari tepi galian, lebih
lebih pada galian terbuka, terutama bila ada pekerja di bawahnya. Jika kestabilan tanah
meragukan dan masih mempunyai cukup ruang, tinggi bibir tepi galian dapat dikurangi
dengan membentuk tangga.
d.
19
Penatusan
Supaya parit tetap stabil, perlu dibuat penatusan yang baik dengan membuat sedikit
kemiringan dan sumur atau bak kecil di tempat paling rendah. Kalau ada kemungkinan
banjir, disediakan beberapa tangga untuk menyelamatkan diri.
Penopang Kayu untuk Penahan Tanah
Parit yang dalam dan galian yang dangkal pada tanah yang mudah runtuh, harus ditopang
atas petunjuk ahli atau orang yang berpengalaman. Material yang diginakan harus diperiksa
sebelum dipasang. Demikian pula penopang yang selesai dipasang harus diperiksa untuk
menjamin bahwa penopang terpasang dengan baik dan aman. Perubahan dan pembukaan
kayu penopang harus dilakukan oleh orang orang yang berpengalaman saja. Ilustrasi
berikut adalah contoh teknik penahan tanah yang sederhana yang sebaiknya dekerjakan oleh
orang yang ahli.
20
Pengendalian kerusakan.
21
Tidak semua kecelakaan mengakibatkan luka pada pekerja, keuangan kontraktor juga akan
menderita kalau ada alat, bahan dan perlengkapan yang rusak atau hancur. Kecelakaan
semacam ini dapat menghabiskan sebagian besar keuntungan dan hanya dapat dicegah
apabila seluruh pekerja menyadari, mengerti dan melakukan tindakan pencegahan. Operator
alat-alat mekanik harus dipilih dengan hati-hati dan diawasi, karena kelalaian sedikit saja,
misalnya lupa membersihkan pengaduk beton setelah selesai bekerja, dapat menghabiskan
banyak biaya untuk membereskan kembali. Kontraktor yang pandai akan selalu mencatat
semua kecelakaan termasuk yang tidak melukai pekerja, sehingga prosedur kerja dapat selalu
diperjelas dan diperketat dan kesalahan yang sama tidak akan berulang berkali-kali.
Asuransi.
Bila pencegahan-pencegahan diatas dilaksanakan, resiko akan dapat dikurangi, tetapi perlu
disadari bahwa resiko pada setiap pekerjaan akan tetap ada. Untuk mengatasi hal ini perlu
mengansurasikan pekerjaan pada perusahaan asuransi yang dipercaya dan sudah mapan.
Perusahaan asuransi adalah bisnis sehingga bila resiko yang diasuransikan sedemikian besar,
semakin tinggi pula biaya premi yang dibayarkan. Kontraktor yang sering mengalami
kecelakaan dan sering melakukan klaim atau tuntutan ganti rugi kepada asuransi akan segera
melihat bawah, premi yang dibayarkan semakin lama semakin tinggi. Bagi kontraktor yang
baik dan sedikit melakukan klaim akan lebih murah membayar preminya. Dengan demikian
ia dapat menutup resiko kecelakaannya dengan biaya yang lebih rendah.
Definisinya.
Definisi asuransi adalah kontrak yang tertulis, yakni pihak pertama disebut pengasuransi,
setuju untuk menerima pembayaran baik kontan atau angsuran yang disebut premi. Untuk
mengganti kerugian pihak kedua yang disebut sebagai penerima asuransi, bila terjadi
kerugian atau kerusakan sebagaimana yang disebutkan dalam perjanjian.
Jenis Asuransi.
Berikut ini adalah jenis asuransi yang bisa digunakan kontraktor,yang dapat dijadikan
pertimbangan untuk mendapatkan jenis asuransi yang tepat sesuai dengan tujuannya.
Secara garis besar asuransi dikelompokkan dalam:
a. Asuransi kendaraan majikan.
b. Asuransi tanggung jawab terhadap umum.
c. Asuransi peralatan.
d. Asuransi resiko semua kejadian yang menimpa kontraktor (All risk).
e. Asuransi lainnya.
f. Jaminan pelaksanaan.
5.2 Pengerjaan Tanah
5.2.1 Lereng.
Untuk menghindari longsoran pada dinding bangunan atau parit, harus diperhatikan
kemiringan dinding tanah (angka perbandinghan kecuraman) berikut:
22
Pengendalian
Setiap penerapan program-program K3 harus dilakukan pelaporan sebagai bukti evidence
sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dilakukan perbaikan secara bertahap.
Pelaporan K3 harus disusun secara rapi sebagai penunjang administrasi K3 yang terintegrasi.
Evaluasi
Proses evaluasi memang sangat diperlukan sebagai bentuk pengukuran efektivitas
program/oenerapan K3 sudah sedemikian efektif atau belum. Secara praktis biasanya dibentuk
suati tim auditor untuk melakukan audit dan verifikasi mengenai penerapan yang dijalankan
mengenai sistem manajemen K3.
Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam melaksanakan
tugasnya antara lain sebagai berikut:
1. Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama
mengoperasikan.
2. Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
3. Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi pekerjaan
yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
4. Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup rapat,
masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5. Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan sebagainya.
6. Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaanyang berhubungan dengan
alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising, misalnya pemadatan tanah dengan stamper
dan sebagainya.
7. Dan pada awal pekerjaan, kita akan segera membuat Asuransi Tenaga Kerja pada
JAMSOSTEK.
23
PRA - RENCANA
K3 KONTRAK
RENCANA K3 KONTRAK
: Pekerjaan Pangadaan dan Pemasangan Pagar
PEKERJAAN
LOKASI KEGIATAN
LEMBAR PENGESAHAN
KEBIJAKAN K3 PERUSAHAAN PENYEDIA JASA
2.
2.1
2.2
2.3
PERENCANAAN
Identifikasi Bahaya, penilaian Risiko dan Pengendaliannya
Pemenuhan Perundang - undangan dan Persyaratan lainnya
Sasaran dan Program
3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
Pengendalian Dokumen
Pengendalian
Operasional
Kesiagaan dan Tanggap Darurat
3.6
3.7
4
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
PEMERIKSAAN
Pengukuran dan Pemantauan
Evaluasi Kepatuhan
Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan
Pengendalian Rekaman
Audit Internal
5
5.1
TINJAUAN MANAJEMEN
Tinjauan Manajemen
KEBIJAKAN K3
24
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengguna Pekerjaan Konstruksi dan penyedia bertanggungjawab atas keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) bagi karyawan dan pekerja di tempat pekerjaannya, masyarakat umum di sekitar
lokasi pekerjaan, kegiatan konstruksi termasuk alat, bahan dan hasil pekerjaan dan kondisi lingkungan
Pengguna Konstruksi dan penyedia wajib melaksanakan semua peraturan perundang-undangan
dan standar yang terkait dengan teknilogi konstruksi, mutu, K3 dan lingkungan yang berlaku.
Melaksanakan Peraturan Perundangan terkait teknologi Konstruksi dan K3 yang berlaku,
persyaratan dan standar lingkungan yang mutakhir.
Pengguna Pekerjaan Konstruksi dan Penyedia wajib menyepakati tersusunnya dan terlaksananya
Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (RK3K).
Penyedia setiap saat harus selalu melakukan tindakan yang patut diambil untuk menjaga keselamatan
dan kesehatan Personil/tenaga kerjanya.
Penyedia harus merencanakan, menerapkan, memelihara tempat kerja sesuai dengan semua persyaratan
kesehatan dan kebersihan yang diperlukan.
Penyedia harus menunjuk Ahli K3 Konstruksi atau Petugas K3 di lapangan sesuai ketentuan resiko
pekerjaan yang dilaksanakan.
25
2.
URAIAN PEKERJAAN
PERALATAN
TENAGA KERJA
Pekerjaan Persiapan
Tukang kayu,
tukang gali dan
tenaga kerja
Pacul, Cetok,
Concrete Mixer,
Peralatan Las dll
IDENTIFIKASI
BAHAYA
Saat Pengukuran
dan pemasangan
patok uitset,
bowplank bisa
terpeleset.
PENILAIAN RESIKO
PELUANG
AKIBAT
RESIKO
Terpeleset, terjatuh
Luka ringan
Cacat
dan luka berat
PENGENDALIA
N RESIKO
Menggunakan alat
keselamatan Kerja :
Helm, sepatu,
sarung tang an
PENANGGUNG
JAWAB
Mandor,
Pelaksana
Saat pembongkaran
bangunan, saat
melangsir
material,saat
pemasangan batu
bata
Terjadi kecelakaan
saat melakukan
bongkaran,
kejatuhan
bongkaran saat
melangsir, kaki
terkena besi,paku
saat memasang
Menggunakan alat
keselamatan Kerja :
Helm, sepatu,
sarung tangan.
Mandor,
Pelaksana
Luka-luka
SASARAN K3
Tenaga Kerja dan karyawan yang terlibat secara langsung mapupun tidak langsung pada Pekerjaan ini.
PROGRAM K3 DALAM MENCAPAI SASARAN
Memperkenalkan, Menjelaskan, sehingga Tenaga kerja dan karyawan bisa dan mampu
Menjalankan K3
ORGANISASI KEGIATAN
26
PENGGUNA
ANGGARAN
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN
PENYEDIA JASA
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
KOORDINATOR
PELAKSANA
PEJABAT PELAKSANA
TEKNIS KEGIATAN
PELAKSANA
LAPANGAN
PENGAWAS LAPANGAN
27