Вы находитесь на странице: 1из 153

15

ANALISIS IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NO 33


TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI KLINIK/BIDAN BERSALIN SWASTA
DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

DEWI VERONIKA
NIM : 111000126

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERITAH NO 33


TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI KLINIK/BIDAN BERSALIN SWASTA
DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

Skipsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

DEWI VERONIKA
NIM : 111000126

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ANALISIS


IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NO 33 TAHUN 2012
TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KLINIK BERSALIN
SWASTA KOTA MEDAN TAHUN 2015 ini beserta seluruh isinya adalah
benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuwan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuwan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuwan dalam karya saya ini, atau klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan,

September 2015

Dewi Veronika

Universitas Sumatera Utara

10

Universitas Sumatera Utara

11

ABSTRAK
Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif
merupakan suatu kebijakan untuk mewujudkan pemenuhan hak bayi untuk
mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan dan
memberikan perlindungan kepada ibunya dalam memberikan ASI Eksklusif.
Kebijakan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dan
disosialisasikan untuk dijalankan di klinik klinik bersalin swasta di Kota Medan
untuk diimplementasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan
kebijakan terkait PP No 33 Tahun 2012 dengan kebijakan yang telah ada
sebelumnya yaitu dalam UU No. 36 Tahun 2008 pasal 128 ayat 2, mengkaji
tentang pemberian ASI Eksklusif di klinik bersalin, mengkaji kepatuhan tenaga
kesehatan di klinik yang diberikan izin untuk membuka klinik bersalin.
Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan
kualitatif (explanatory research). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data dengan wawancara mendalam (indeepth research) terhadap 5 informan di 3
klinik yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak tenaga kesehatan di
kinik bersalin yang tidak tahu tentang peraturan ini sehingga pelaksaanan PP No
33 Tahun 2012 di klinik bersalin tidak sesuai yaitu dalam pemenuhan hak bayi
untuk mendapat ASI Eksklusif dn melakukan IMD di klinik bersalin swasta.
Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang ASI
Eksklusif di klinik bersalin swasta di Kota Medan masih rendah. Hal ini dilihat
dari kebijakan dalam bentuk ASI eksklusif masih dalam bentuk tertulis tidak
terlihat dalam pelaksanaannya di klink bersalin swasta dengan maksimal.
Kata Kunci : analisis implementasi, peraturan pemerintah, klinik bersalin swasta..

Universitas Sumatera Utara

12

ABSTRACT
Government Regulation No. 33 in 2012 about exclusive breastfeeding is a
policy to realize the fulfillment of the right to obtain exclusive breastfeeding
babies from birth up to the age of 6 months and provide protection to mothers.
The policy was implemented by the Health Department of the city of Medan and
socialized to run in the clinic - a private maternity clinic in the city of Medan as
one of the health care facility has the obligation and the authority to be
implemented. This study aims to investigate the implementation of policies related
to Regulation No. 33 in 2012 with a pre-existing policy that is in Law 36 Year
2008 Article 128, paragraph 2, examines exclusive breastfeeding at the maternity
clinic, assessing the compliance of health workers in clinics are given permission
to open a maternity clinic.
This research was a descriptive qualitative survey (explanatory research).
This study uses data collection techniques with in-depth interviews (indeepth
research) to 5 informants in three different clinics.
The results showed that there are still many health workers in clinics,
maternity do not know about this regulation so that the implementation of
Govermant Regulation No 33 in 2012 about exclusive breastfeeding at the
maternity clinic was not as expected, namely by IMD and exclusive breastfeeding
to their babies Government Regulation.
The implementation of Government Regulation No 33 in 2012 about
exclusive breastfeeding at private maternity clinics in Medan was still low. It was
shown that the regulation was still in written form so it was not visible in the
implementation at private maternity clinics.
Keywords: implementation analysis, government regulations, private maternity
clinic

Universitas Sumatera Utara

13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul: Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012
tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan tahun
2015. Skripsi adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk menyelesaikan
pendidikan tingkat strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1.

Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku


Dekan Faklutas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang telah
membimbing penulis mulai dari awal perkuliahan hinnga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.

2.

Bapak dr. Heldy B.Z, M.PH selaku Ketua


Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM USU
dan sebagai dosen yang telah memberikan masukan dan waktu untuk
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

3.

Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku dosen


pembimbing I dan Ketua Penguji yang penuh kesabaran telah memberikan

Universitas Sumatera Utara

14

waktu serta bimbingan, pengarahan, masukan serta motivasi sehingga


skripsi ini dapat diselesaikan.
4.

Bapak dr. Fauzi, SKM selaku Dosen


Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran serta masukan serta
memberikan waktu dalam membimbing dan memotivasi penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan,

5.

Ibu Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes selaku


dosen penguji I yang telah memberikan masukan dan saran umtuk
membantu penulis memaksimalkan penulisan skripsi ini.

6.

Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku dosen


penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan untuk membantu
penulis memaksimalkan skripsi ini.

7.

Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya staf edukatif
dan non edukatif Departemen AKK yang telah banyak memberikan
bantuan selama penulis menjalani pendidikan di FKM USU.

8.

Teristimewa kepada kedua orangtua yang


sangat saya kasihi, Ir. Bongsu Pane, ST dan Berlina Br Siagian yang telah
memberikan dukungan baik secara moril maupun materil dengan tidak
pernah lelah selalu memotivasi dan mendoakan penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.

9.

Saudara-saudari saya tersayang, Rio Alben


Pane, SE ; Hendra Boynardo Pane, Citra Amelya, SE dan kedua kakak

Universitas Sumatera Utara

15

ipar saya Asri Pasaribu, SE dan Jesica Simanjuntak yang telah


memberikan banyak dukungan dan perhatian sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi, menjadi adik yang membanggakan.
10.

Kelompok Kecil Jubilate ( Kak Mince,


Roma, Dian Agnesa, Jane, Nenti) yang telah memberikan dukungan,
memotivasi serta mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.

Mereka yang merupakan sahabat yang


sudah seperti keluarga SG (Hardiani Ayu, Rina, Regia dan Roma) yang
telah memberikan semangat dan telah berjuang bersama sama baik dalam
keadaan suka dan duka serta mendoakan penulis dan selama belajar di
FKM USU ini.

12.

Eben Ezer Michael Hasudungan Marpaung


yang selalu memberikan semangat, mendengar keluhan penulis dan
mendoakan penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta
masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan,
kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki, Semoga skrispi
ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan,

September 2015
Penulis

Dewi Veronika

Universitas Sumatera Utara

16

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1
1.2
1.3
1.4

Latar Belakang ....................................................................................... 1


Perumusan Masalah ............................................................................... 4
Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
Manfaat Penelitian ................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7


2.1

2.2
2.3
2.4

2.5
2.6
2.7
2.8

2.9

ASI ( Air Susu Ibu ) ................................................................................ 7


2.1.1 Pemberian ASI Pertama .............................................................. 7
2.1.2 Kandungan dalam ASI ................................................................ 9
2.1.3 ASI mengandung antibodi. ........................................................ 12
ASI Eksklusif .......................................................................................... 12
Manfaat ASI Eksklusif ........................................................................... 13
Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012............................................... 15
2.4.1 Sanksi Administratif ..................................................................... 16
2.4.2 Kebijakan tentang ASI Eksklusif.................................................. 17
Inisiasi Menyusui Dini ............................................................................ 20
Klinik Bersalin Swasta ........................................................................... 21
2.6.1 Pemberian ASI Eksklusif di Klinik Bersalin Swasta..................... 23
Implementasi PP No 33 Tahun 2012 ..................................................... 23
Teori Penelitian....................................................................................... 24
2.8.1 Model Teori Implementasi Grindle ............................................... 24
2.8.2 Model Teori Implementasi Sabatier .............................................. 26
Kerangka Berfikir ................................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 30


3.1
3.2
3.3
3.4

Jenis Penelitian ...................................................................................... 30


Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 30
Pemilihan Informan ............................................................................... 30
Metode Pengumpulan Data .................................................................... 31
3.4.1 Data Primer ................................................................................ 31
3.4.2 Data Sekunder ............................................................................ 31

Universitas Sumatera Utara

17

3.5

Metode Analisis Data ............................................................................ 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 33


4.1

4.2
4.3

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 33


4.1.1 Letak Geografis Kota Medan ........................................................ 33
4.1.2 Demografi Kota Medan ................................................................ 34
4.1.3 Gambaran Kecamatan di Kota Medan .......................................... 34
4.1.4 Gambaran Klinik X ....................................................................... 36
4.1.5 Gambaran Klinik Y ....................................................................... 36
4.1.6 Gambaran Klinik Z ....................................................................... 37
Karakteristik Informan ........................................................................... 38
Hasil Wawancara Mengenai Implementasi Peraturan Pemerintah
No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik
X, Y, dan Z di Kota Medan ................................................................... 40
4.3.1 Implementasi Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 .............. 40

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 72


5.1 INPUT ....................................................................................................... 72
5.1.1 Sumberdaya Manusia di Klinik .................................................... 72
5.1.2 Kebijakan ...................................................................................... 73
5.2 PROSES ..................................................................................................... 76
5.2.1 Sosialisasi PP di Klinik Bersalin .................................................. 76
5.2.2 Pelaksanaan sosialisasi PP bidan di klinik ke ibu bersalin ........... 78
5.2.3 Pelaksanaan PP di Klinik Bersalin ............................................... 79
5.2.4 Informasi dan Edukasi PP di Klinik Bersalin ................................ 80
5.3 OUTPUT .................................................................................................... 80
5.3.1 Efektivitas Peraturan Pemerintah di Klinik Bersalin .................... 81
5.3.2 Pelaksanaan PP terkait IMD dan Pemberian ASI Eksklusif .......... 83
5.3.3 Sanksi yang diberikan di Klinik Bersalin Swasta ......................... 84
5.3.4 Kepatuhan terhadap PP di Klinik Bersalin ................................... 84
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 85
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 85
6.2 Saran .......................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... xii
LAMPIRAN :
Lampiran 1. Surat Pernyataan Telah Selesai Penelitian
Lampiran 2. Pedoman Wawancara
Lampiran 3. PP No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif

Universitas Sumatera Utara

18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul: Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012
tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan tahun
2015. Skripsi adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk menyelesaikan
pendidikan tingkat strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
13.

Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku


Dekan Faklutas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang telah
membimbing penulis mulai dari awal perkuliahan hinnga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.

14.

Bapak dr. Heldy B.Z, M.PH selaku Ketua


Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM USU
dan sebagai dosen yang telah memberikan masukan dan waktu untuk
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

15.

Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku dosen


pembimbing I dan Ketua Penguji yang penuh kesabaran telah memberikan

Universitas Sumatera Utara

19

waktu serta bimbingan, pengarahan, masukan serta motivasi sehingga


skripsi ini dapat diselesaikan.
16.

Bapak dr. Fauzi, SKM selaku Dosen


Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran serta masukan serta
memberikan waktu dalam membimbing dan memotivasi penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan,

17.

Ibu Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes selaku


dosen penguji I yang telah memberikan masukan dan saran umtuk
membantu penulis memaksimalkan penulisan skripsi ini.

18.

Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku dosen


penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan untuk membantu
penulis memaksimalkan skripsi ini.

19.

Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya staf edukatif
dan non edukatif Departemen AKK yang telah banyak memberikan
bantuan selama penulis menjalani pendidikan di FKM USU.

20.

Teristimewa kepada kedua orangtua yang


sangat saya kasihi, Ir. Bongsu Pane, ST dan Berlina Br Siagian yang telah
memberikan dukungan baik secara moril maupun materil dengan tidak
pernah lelah selalu memotivasi dan mendoakan penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.

21.

Saudara-saudari saya tersayang, Rio Alben


Pane, SE ; Hendra Boynardo Pane, Citra Amelya, SE dan kedua kakak

Universitas Sumatera Utara

20

ipar saya Asri Pasaribu, SE dan Jesica Simanjuntak yang telah


memberikan banyak dukungan dan perhatian sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi, menjadi adik yang membanggakan.
22.

Kelompok Kecil Jubilate ( Kak Mince,


Roma, Dian Agnesa, Jane, Nenti) yang telah memberikan dukungan,
memotivasi serta mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

23.

Mereka yang merupakan sahabat yang


sudah seperti keluarga SG (Hardiani Ayu, Rina, Regia dan Roma) yang
telah memberikan semangat dan telah berjuang bersama sama baik dalam
keadaan suka dan duka serta mendoakan penulis dan selama belajar di
FKM USU ini.

24.

Eben Ezer Michael Hasudungan Marpaung


yang selalu memberikan semangat, mendengar keluhan penulis dan
mendoakan penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta
masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan,
kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki, Semoga skrispi
ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan,

September 2015
Penulis

Dewi Veronika

Universitas Sumatera Utara

21

DAFTAR ISTILAH

IBI

: Ikatan Bidan Indonesia

AIMI : Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia

Universitas Sumatera Utara

22

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6
Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Tabel 4.10
Tabel 4.11

Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis


kelamin...............................................................................
Data Agregat Kependudukan per Kecamatan...........................
Karakteristik Informan..........................................................
Matriks Pernyataan Informan tentang pengetahuan akan PP No
33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif di Klinik
Bersalin Swasta .........................................................................
Matriks Pernyataan informan tentang tentang prorgram IMD
dan proses pemberian ASI pasca Ibu melahirkan di Klinik
Bersalin Swasta ..........................................................................
Matriks Pernyataan informan mengenai kerjasama yang
ditawarkan dengan provider susu formula di klinik bersalin
swasta ................................................................................
Matriks Pernyataan informan mengenai cara efektif untuk
mempromosikan ASI Eksklusif di Klinik bersalin
swasta.................................................................................
Matriks Pernyataan informan tentang ibu bersalin yang tidak
mau memberikan ASI Ekslusif kepada anaknya di Klinik
Bersalin Swasta....................................................................
Matriks Pernyataan informan tentang pemberian susu formula
pasca melahirkan kepada bayi di Klinik Bersalin Swasta .........
Matriks Pernyataan informan tentang sarana dan prasarana
yang diperlukan dalam menjalankan PP tersebut di Klinik
Bersalinm Swasta ..................................................
Matriks Pernyataan Informan tentang tantangan internal
maupun eksternal dalam menjalankan PP No 33 Tahun 2012
tersebut di Klinik Bersalin Swasta..........................................
Matriks Pernyataan Informan tentang saran terhadap
pengawasan PP No 33 Tahun 2012 di Klinik Bersalin
Swasta.................................................................................
Matriks Pernyataan Informan terkait sanksi yang ada di PP No
33 Tahun 2012 di Klinik Bersalin Swasta..................................
Matriks Pernyataan Informan tentang keuntungan yang
diperoleh dari provider susu formula di Klinik Bersalin
Swasta.................................................................................

34
35
38

41

45

49

51

54
57

59

62

64
67

68

Universitas Sumatera Utara

23

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS
Nama

: Dewi Veronika

Tempat/Tanggal Lahir

: Medan, 27 Mei 1993

Jenis Kelamin

: Perempuan

Anak Ke-

: 4 dari 4 bersaudara

Nama Ayah

: Ir.Bongsu Sitorus Pane, ST

Nama Ibu

: Berlina Br Siagian

Agama

: Kristen Protestan

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Alamar

: Jalan Air Bersih Ujung No.185 A Medan

Riwayat Pendidikan

: 1. Tahun 1999-2005 : SD.St.Antonius V Medan


2. Tahun 2005-2008 : SMP Negeri 3 Medan
3. Tahun 2008-2011 : SMA Negeri 5 Medan
4.Tahun 2011-2015 : FKM

Universitas Sumatera Utara

11

ABSTRAK
Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif
merupakan suatu kebijakan untuk mewujudkan pemenuhan hak bayi untuk
mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan dan
memberikan perlindungan kepada ibunya dalam memberikan ASI Eksklusif.
Kebijakan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dan
disosialisasikan untuk dijalankan di klinik klinik bersalin swasta di Kota Medan
untuk diimplementasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan
kebijakan terkait PP No 33 Tahun 2012 dengan kebijakan yang telah ada
sebelumnya yaitu dalam UU No. 36 Tahun 2008 pasal 128 ayat 2, mengkaji
tentang pemberian ASI Eksklusif di klinik bersalin, mengkaji kepatuhan tenaga
kesehatan di klinik yang diberikan izin untuk membuka klinik bersalin.
Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan
kualitatif (explanatory research). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data dengan wawancara mendalam (indeepth research) terhadap 5 informan di 3
klinik yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak tenaga kesehatan di
kinik bersalin yang tidak tahu tentang peraturan ini sehingga pelaksaanan PP No
33 Tahun 2012 di klinik bersalin tidak sesuai yaitu dalam pemenuhan hak bayi
untuk mendapat ASI Eksklusif dn melakukan IMD di klinik bersalin swasta.
Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang ASI
Eksklusif di klinik bersalin swasta di Kota Medan masih rendah. Hal ini dilihat
dari kebijakan dalam bentuk ASI eksklusif masih dalam bentuk tertulis tidak
terlihat dalam pelaksanaannya di klink bersalin swasta dengan maksimal.
Kata Kunci : analisis implementasi, peraturan pemerintah, klinik bersalin swasta..

Universitas Sumatera Utara

12

ABSTRACT
Government Regulation No. 33 in 2012 about exclusive breastfeeding is a
policy to realize the fulfillment of the right to obtain exclusive breastfeeding
babies from birth up to the age of 6 months and provide protection to mothers.
The policy was implemented by the Health Department of the city of Medan and
socialized to run in the clinic - a private maternity clinic in the city of Medan as
one of the health care facility has the obligation and the authority to be
implemented. This study aims to investigate the implementation of policies related
to Regulation No. 33 in 2012 with a pre-existing policy that is in Law 36 Year
2008 Article 128, paragraph 2, examines exclusive breastfeeding at the maternity
clinic, assessing the compliance of health workers in clinics are given permission
to open a maternity clinic.
This research was a descriptive qualitative survey (explanatory research).
This study uses data collection techniques with in-depth interviews (indeepth
research) to 5 informants in three different clinics.
The results showed that there are still many health workers in clinics,
maternity do not know about this regulation so that the implementation of
Govermant Regulation No 33 in 2012 about exclusive breastfeeding at the
maternity clinic was not as expected, namely by IMD and exclusive breastfeeding
to their babies Government Regulation.
The implementation of Government Regulation No 33 in 2012 about
exclusive breastfeeding at private maternity clinics in Medan was still low. It was
shown that the regulation was still in written form so it was not visible in the
implementation at private maternity clinics.
Keywords: implementation analysis, government regulations, private maternity
clinic

Universitas Sumatera Utara

24

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu


hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada
bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya
perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah
gizi kurang. Tidak ada perdebatan teoritis konsepsional di kalangan akademis atau
para ahli tentang manfaat ASI. Manfaat ASI tidak diragukan sehingga pada
kondisi normal, menyusui adalah yang terbaik bagi bayi. Beberapa perdebatan
terkait ASI, diantaranya adalah tentang pendirian Bank ASI, pendonor dan
penerima ASI dengan agama yang berbeda, pembayaran bagi yang menyusukan
pelaksanaan program IMD dan ASI Eksklusif.
Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012
yang berisi tentang Pemberian ASI Eksklusif menjamin pemenuhan hak bayi
untuk mendapatkan sumber makanan terbaik sejak dilahirkan sampai berusia 6
bulan, di samping itu, kebijakan ini juga untuk melindungi ibu dalam memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya. Di dalam peraturan tersebut dibahas mengenai
Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif, pengaturan penggunaan
susu formula. Susu formula adalah susu yang secara khusus diformulasikan
sebagai pengganti ASI untuk bayi sampai berusia 6 bulan. Susu formula bayi

Universitas Sumatera Utara

25

merupakan susu sapi yang susunan nutrisinya diubah menyerupai ASI hingga
dapat diberikan kepada bayi tanpa menimbulkan efek samping.
Menurut Pasal 6 PP No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susus Ibu
Eksklusif setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada
bayi yang baru dilahirkannya. Sedangkan susu formula bayi seharusmya diberikan
setelah bayi berumur 6 bulan.Susu formula dapat diberikan kepada bayi dengan
usia dibawah 6 bulan jika ada pertimbangan tertentu. Pemberian ASI Eksklusif
disebutkan bahwa susu formula dapat diberikan jika : a. Indikasi medis b. ibu
tidak ada atau c. ibu terpisah dari bayi. Menurut WHO dan UNICEF (2012)
laporan anak dunia 2011 yaitu dari 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya
32,6% dari mereka yang disusui secara eksklusif dalam 6 bulan pertama.
Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari yang
diharapkan, ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI), dan
angka kematian bayi (AKB). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 didapatkan data angka kematian ibu (AKI) sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam
Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 sebesar 32/1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan laporan dari profil kab/kota (tabel 6) AKI maternal yang
dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2013 hanya 95/100.000 kelahiran hidup,
namun ini belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, AKI di Sumatera Utara sebesar
328/100.000 KH, angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka
Profil Kesehatan Profil Sumatera Utara Tahun 2013. Berdasarkan laporan profil

Universitas Sumatera Utara

26

kesehatan kab/kota tahun, dari 267.239 bayi lahir hidup terdapat 2.696 bayi
meninggal sebelum usia 1 tahun. Berdasarkan angka ini, diperhitungkan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Sumatera Utara hanya 10/1.000 Kelahiran Hidup (KH)
pada tahun 2013. Rendahnya angka ini mungkin disebabkan karena kasus-kasus
yang terlaporkan adalah kasus kematian yang terjadi di sarana pelayanan
kesehatan, sedangkan kasus-kasus kematian yang terjadi di masyarakat belum
seluruhnya terlaporkan. Berdasarkan Sensus Penduduk, Angka Kematian Bayi di
Sumatera Utara mengalami penurunan yang cukup siknifikan dari 2 (dua) kali
sensus terakhir yaitu , SP tahun 2000, AKB di Sumatera Utara adalah 44/1.000
KH, turun menjadi 25,7 atau dibulatkan menjadi 26/1.000 KH pada hasil SP 2010.
Di Kota Medan, berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Medan pada bulan
Agustus 2011 dari 39 Puskesmas yang ada di Medan terdapat 174 (4,08%) bayi
yang diberi ASI eksklusif dan terdapat 4089 (95,9%) bayi yang tidak diberi ASI
eksklusif.
Rendahnya pemberian ASI Eksklusif membuat pemerintah mengeluarkan
PP No 33 Tahun 2012 agar fasilitas pelayanan kesehatan terutama seorang ibu
semakin sadar bahwa ASI Eksklusif itu sangat penting untuk diberikan kepada
anaknya dan membuat sanksi apabila kebijakan pemerintah tersebut tidak
diberlakukan. Seorang ibu wajib memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya,
sebab ASI merupakan salah satu cara untuk mengurangi AKI dan AKB.
Meningkatnya angka kematian ibu setelah melahirkan akan berdampak pada
meningkatnya angka kematian bayi. Hal ini dipengaruhi oleh asupan nutrisi dari
ibu yang tidak bisa diberikan pada bayi baru lahir seperti ASI. ASI merupakan

Universitas Sumatera Utara

27

nutrisi utama saat bayi baru lahir karena bayi yang baru lahir belum bisa
mendapatkan makanan tambahan kecuali ASI sampai umur 6 bulan. Selain itu
ASI berfungsi untuk kekebalan tubuh bayi. Apabila bayi kurang nutrisi atau tidak
mendapatkan ASI maka kekebelan tubuh bayi akan lemah sehingga mudah
terserang penyakit. Bayi yang rentan terkena penyakit apabila tidak mendapatkan
penanganan lebih lanjut akan menyebabkan kematian. Untuk itu perlu pelayanan
kesehatan yang dapat menangani ibu pada saat masa kehamilan dan melahirkan.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu sehingga tidak berlanjut
pada kematian bayi.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan bahwa fenomena yang terjadi di
klini/bidan bersalin swasta masih banyak bayi yang diberikan susu formula sejak
lahir, seperti di salah satu klinik di kecamatan Medam Deli ibu yang telah
melahirkan diberi bingkisan susu formula dan ditawarkan lagsung susu formula
apa yang akan diberikan kepada bayinya. Hal ini juga merupakan kekhawatiran
terhadap perkembangan generasi penerus bangsa. Dengan demikian dibentuklah
Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 demi pengembangan program ASI.
Dalam PP ini diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah
dengan menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan advokasi dan
sosialisai serta melakukan pengawasan terkait program pemberian ASI Eksklusif
tersebut,serta pentingnya peran serta tenaga medis di Rumah Sakit maupun
klinik/bidan bersalin swasta demi efektifnya PP ini dijalankan karena jika tenaga
kesehatan melanggar peraturan tersebut maka akan dikenakan sanksi administratif
berupa teguran lisan, teguran tertulis dan/atau pencabutan izin. Demikian juga

Universitas Sumatera Utara

28

dengan setiap penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan, penyelenggara satuan


pendidikan, pengurus organisasi profesi di bidang kesehatan serta produsen dan
distributor susu formula juga dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang
berwenang berupa teguran lisan atau tertulis.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
sehigga dapat mengetahui bagaimana implementasi Peraturan Pemerintah No 33
Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif di klinik/bidan bersalin swasta..
1.2.PerumusanMasalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, proposal penelitian ini
diajukan untuk mengetahui :
Bagaimana analisis implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012
tentang Pemberian ASI eksklusif di Klinik/Bidan Swasta di Kota Medan ?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut

Untuk mengetahui implementasi peraturan pemerintah tersebut dalam program


IMD dan pemberian ASI Eksklusif dijalankan dengan benar dan efektif di klinik/
bidan bersalin swasta di kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi pengelola program pelayanan Kesehatan Ibu
Anak khususnya tentang Program Inisiasi Menyusui Dini dan ASI
Eksklusif di klinik/bidan bersalin swasta di kota Medan sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

29

Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu


Eksklusif
2. Dapat memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran Ibu Hamil akan
pentingnya ASI Eksklusif dan meningkatkan pengawasan terhadap
provider susu formula dan mengurangi akses pemasukan susu formula di
klinik/bidan bersalin swasta di kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

30

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI ( Air Susu Ibu )

Air Susu Ibu ( ASI ) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara
ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi bayi. Eksklusif adalah pemberian
ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuat, dan nasi tim. Pemberian ASI ini dianjurkan dalam jangka waktu 6 bulan.
2.1.1 Pemberian ASI Pertama
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu
dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang
lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu
pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let
Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama
kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara,
yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel
kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses
proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu

Universitas Sumatera Utara

31

laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron. Pada akhir


kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu
keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh
hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah
kolostrum tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak
berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat
oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya
plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan
terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli
yang berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi
ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi
menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat
pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting
susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan yang menyebabkan
prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh
obat-obatan (Badriul, 2008).
Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses
pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang
menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan
kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang
telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya

Universitas Sumatera Utara

32

mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia
bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks letdown/pelepasan ASI ini
yaitu pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan
memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat
refleks letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan bingung atau psikis
kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau merasakan nyeri.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi sehingga
mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi
terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera
disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya menyusui,
penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu
akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal ini
merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk
semula (Maryunani, 2009).

2.1.2 Kandungan yang terdapat dalam ASI


LPUFAs
ASI mengandung banyak gizi di antaranya adalah LPUFAs ( Long Chain
Poyunsaturated Fatty ). LPUFAs sangat diperlukan oleh bayi karena mengandung
fungsi mental, penglihatan dan perkembangan psikomotorik bayi. Di dalam
LPUFAs

terdapat

dua

komponen,

yaitu

asam

arakkhidonat,

asam

dokosaheksanoat, merupakan komponen dasar kortek dan ARA ( Arachidonic

Universitas Sumatera Utara

33

Acid ) yang berperan penting dalam proses tumbuh kembang otak. Menurut studi
selama 17 tahun pada tahun 1025 anak yang mengkonsumsi ASI terdapat
peningkatan IQ dan ketrampilan. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan
kemampuan reflek kognitif merupakan efek dari LPUFAs pada masa
perkembangan saraf bayi.
Zat besi
Meskipun dalam ASI terdapat sedikit zat besi ( 0,5 1,0 mg/liter ), namun
bayi yang menyusu ASI tidak akan kekurangan zat besi ( anemia ). Hal ini
dikarenakan zat besi yang terkandung dalam ASI mudah dicerna oleh bayi. Zat
besi dibutuhkan bayi untuk memproduksi hemaglobin, bagian dari sel sel darah
merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, zat besi pun esensiak untuk
tumbuh kembang otak bayi.
Mineral
ASI memang mengandung mineral lebih sedikit dibanding dengan susu
sapi. Bahkan susu sapi mengandung empat kali lebih banyak daripada ASI.
Walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.
Kadar kalsium, natrium, kalium, fosfor, dan klorida yang lebih rendah
dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi. Namun, jika bayi mengonsumsi susu sapi maka ginjal
bayi akan semakin bekerja semakin keras.

Universitas Sumatera Utara

34

Sodium
Ternyata jumlah sodium pada ASI sangat cocok untuk bayi. Sodium yang
terdapat pada susu sapi lebih rendah daripada ASI setelah mendapatkan proses
modifikasi ( proses perubahan susu segar ke dalam susu kaleng atau bubuk.
Kalsium, Fosfor dan Magnesium
Kalsium, fosfor dan magnesium pada susu botol atau formula memang
lebih banyak dibanding yang terdapat pada ASI. Namun, setelah kalium, fosfor
dan magnesium menjadi susu formula maka akan menyusut atau berkurang. Oleh
karenanya, walaupun zat tersebut hanya sedikit yang terkandung dalam ASI
namun harus tetap diberikan kepada bayi secara eksklusif yaitu selama enam
bulan.
Taurin
Fungsi utama taurin adalah membantu perkembangan mata si kecil. Pada
mata, taurin banyak terdapat di retina, terutama terkonsentrasi di epitel pigmen
retina dan lapisan fotoreseptor. Asupan taurin yang adekuat dapat menjaga
penglihatan si kecil dari gangguan retina. Selain itu, ia juga berfungsi dalam
perkembangan otak dan sistem saraf.
Lactobacillus
Lactobacillus dalam ASI berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan
mikroorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.

Universitas Sumatera Utara

35

Bayi yang lebih banyak mengonsumsi susu formula akan lebih sering terkena
diare karena dalam susu formula hanya sedikit lactobacillusnya.
Mengandung Air
Sebagian besar ASI mengandung air. Untuk itu, jika ibu ingin ASI-nya
selalu produktif maka ia harus sering minum air putih.
2.1.2 ASI Mengandung Antibodi
Pengertian ASI mengandung antibodi adalah antibodi yang berasal dari
tubuh seoramg ibu yang menyusui. Antibodi tersebut akan membantu bayi
menjadi tahan terhadap penyakit, selain itu juga dapat menigkatkan kekebalan
tubuh bayi. Karena ASI memiliki keunggulan kandungan zat yang optimal. ASI
juga mempunyai sistem pembentukan imun atau kekebalan tubuh yang sangat
baik untuk bayi, itu yang membuat bayi akan jarang sakit. ASI mengandung
kolostrum.
2.2 ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang
bersifat alamiah. (Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI Eksklusif menurut WHO
adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air
putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru
lahir sampai berumur 6 bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan
lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan

Universitas Sumatera Utara

36

makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim,
kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI
eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga
berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia
bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan
ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon,
unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI
mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi
dan

melindunginya

dalam

melawan

kemungkinan

serangan

penyakit.

Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air
susunya memiliki bentuk paling baik bagi yang sama ASI juga sangat kaya akan
sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan
sistem saraf (Yahya, 2007).
2.3 Manfaat ASI Eksklusif
Menurut Depkes RI ( 2001 ), manfaat ASI Ekslusif bagi ibu antara lain :
a. Mengurangi terjadinya perdarahan dan anemia.
Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan
terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang karena pada ibu
menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk
kontraksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih

Universitas Sumatera Utara

37

cepat berhenti. Hal ini pun akan mengurangi kemungkinan terjadinya


anemia karena kekurangan zat besi.
b. Menunda kehamilan
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup
berhasil. Selama ibu memberi ASI Eksklusif dan belum haid, 98% tidak
akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan
hamil sampai bayi berusia 12 bulan.
c. Mengecilkan rahim
Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan membantu rahim
kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat
dibanding pada ibu yang tidak menyusui.
d. Lebih cepat langsing kembali.
e. Mengurangi risiko terkena kanker
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua
wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai
sekitar 25%. Penelitian lain juga menemukan bahwa risiko terkena kanker
ovarium pada ibu yang menyusui berkurang sampai 25%
f. Lebih ekonomis atau murah
g. Tidak merepotkan dan menghemat waktu
h. Portable dan praktis
i. Memberikan kepuasan bagi ibu

Universitas Sumatera Utara

2.4. Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012


1.

Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar
payudara ibu.

2.

Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan
dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

3.

Bayi adalah anak dari baru lahir sampai berusia 12 (dua belas) bulan.

4.

Keluarga adalah suami, anak, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas dan ke
bawah sampai dengan derajat ketiga.

5.

Susu Formula Bayi adalah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti
ASI untuk Bayi sampai berusia 6 (enam) bulan.

6.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh

Pemerintah, Pemerintah

Daerah, dan/atau

masyarakat.
7.

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.

8.

Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

9.

Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik


Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

Universitas Sumatera Utara

sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945.
10. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk :
a.

menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan
sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya;

a.

memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada


bayinya; dan

b.

meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan


Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.
2.4.1 Sanksi Administratif

(1)

Setiap Tenaga Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa :

(2)

a.

teguran lisan;

b.

teguran tertulis; dan/atau

c.

pencabutan izin.

Setiap penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal

13 ayat (1)

dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa :


a.

teguran lisan; dan/atau

b.

teguran tertulis.

Universitas Sumatera Utara

(3)

Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
2.4.2 Kebijakan sehubungan dengan pemberian ASI Eksklusif
Berdasar Pasal 42 PP ASI, semua ketentuan yang mengatur tentang pemberian
ASI Eksklusif yang pernah ada sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah ini. Dengan begitu ketentuan sebagai berikut masih berlaku kecuali pasalpasal yang bertentangan dengan PP ASI ini;
1. Kepmenkes No 450/Menkes/Sk/Vi/2004 Tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif
Di Indonesia
2. Kepmenkes No.237 tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu
3. Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga
Kerja

Dan

Transmigrasi

Dan

Meteri

Kesehatan

No

48/Men.Pp/XII/2008,Per.27/Men/XII/2008dan1177/Menkes/Pb/XII/2008

Tahun

2008 Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja Di
Tempat Kerja
4. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia No 03 Tahun 2010 Tentang Penerapan Sepuluh Langkah
5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia No.
HK.OO.O5.1.52.3572 Tgl 10 Juli 2008 Tentang Penambahan Zat Gizi Dan Non
Gizi Dalam Produk Pangan
6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Tentang Pengelompokan Produk Formula Bayi Dan Formula Lanjutan

Universitas Sumatera Utara

7. Peraturan Daerah yang telah terbit dan secara langsung maupun tidak langsung14
mengatur mengenai dukungan pemberian Air Susu Ibu, antara lain termasuk tapi
tidak terbatas pada :
Beberapa ketentuan PP ASI masih memerlukan pengaturan lebih lanjut melalui peraturan
menteri, yaitu sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif dari pendonor ASI;
2. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara pengenaan sanksi terhadap tenaga
kesehatan dan/atau penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar
kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 13 ayat (1)
PP ASI;
3. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara penggunaan susu formula bayi dan
produk bayi lainnya;
4. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara pengenaan sanksi terhadap tenaga
kesehatan dan/atau penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar
kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 16; Pada 17; Pasal 18 ayat (1), ayat (2) dan ayat
(4); Pasal 19; Pasal 21 ayat (1); Pasal 23; Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2); dan Pasal 26 ayat
(1) PP ASI;
5. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui
dan/atau memerah ASI;
6. Peraturan Menteri Kesehatan atau menteri terkait sesuai tugas dan fungsinya mengenai
tata cara pengenaan sanksi administratuf terhadap pengurus tempat kerja dan/atau
penyelenggara tempat sarana umum yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan (3); Pasal 34 dan Pasal 35 PP ASI;
Selain Peraturan Menteri sebagaimana disebut di atas, pada dasarnya Menteri Kesehatan dapat
menerbitkan Peraturan Menteri lain guna mendukung pelaksanaan program pemberian ASI

Universitas Sumatera Utara

eksklusif, sepanjang masih dalam lingkup kewenangan Menteri Kesehatan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Begitupun kementerian terkait, dapat menerbitkan Peraturan Menteri lain guna mendukung
pelaksanaan program pemberian ASI eksklusif sesuai kewenangan masing-masing kementerian,
mengingat PP ASI ini juga menetapkan tanggung jawab Pemerintah untuk menetapkan kebijakan
nasional dalam rangka mendukung pelaksanaan program pemberian ASI Ekslusif.
2.5 Inisiasi Menyusui Dini
Inisiasi menyusui dini ( early initation ) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai
menyusu sendiri degera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia
lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan
kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi
menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara.
Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan :
Berikut ini langkah langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan.
a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering
b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya
c. Tali pusat dipotong lalu diikat
d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena
zat ini membuat nyaman kulit bayi.
e. Tanpa dibedong, bayi langsung dtengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit
bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi
untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat


Saat ini umumnya praktek inisiasi menyusu dini seperti berikut.
a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
Universitas Sumatera Utara

b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat.
c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.
d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan kulit
ibu). Bayi yang dibiarkan di dada iu (bonding) untuk berapa lama (10-15menit) atau
sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium
e. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu
ke mulut bayi.
f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk
ditimbang diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang
diberi tetes mata.
2.6 Klinik Bersalin Swasta
Klinik bersalin merupakan lembaga yang bekerja dalam memberikan pelayananKesehatan
terhadap masyarakat khususnya wanita hamil memberikan solusi bagi permasalahan kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat, disamping memberikan pelayanan-pelayanan terhadap
masyarakat, klinik bersalin juga memiliki segi bisnis yang berjalan didalamnya. Semakin besar
suatu klinik bersalin itu akan semakin komplek proses-proses yang berjalan di dalamnya. Dan
semakin banyak permasalahan yang harus dipecahkan dan itu membutuhkan penanganan yang
tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut. Penelitian terus dilakukan untuk membangun
system informasi baru dan pengembangan-pengembangan terhadap sistem yang telah ada.
Semua itu dilakukan untuk menghasilkan sistem informasi yang benar-benar dibutuhkan
oleh masyarakat dan dapat membantu memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh masyarakat, sehingga masyarakat semakin baik. Rumah Bersalin merupakan tempat yang
menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik
termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan bayi baru lahir (Peraturan Daerah Kota
Malang Nomor 20 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan, Bab 1 Ketentuan Umum,
Universitas Sumatera Utara

Pasal 1, no. 14). Rumah bersalin mepunyai sifat privat dansemi privat, sebab tidak semua orang
dapat keluar masuk di dalam area ini. Sifat privat terdapat pada bentuk pelayanan kesehatan
dasar yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, persalinan fisiologi, masa
nifas,bayi baru lahir dan keluarga berencana (KB).
Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dengan biaya terjangkau di era krisis ini, Klinik Richa menyediakan ruang perawatan
dengan harga sangat terjangkau dan pasien dapat memilih ditolong oleh bidan atau dokter
spesialis. Dengan lokasi klinik tidak dipinggir jalan utama dan konstruksi bangunan seperti rumah
tinggal akan membuat pasien lebih nyaman dan tidak bising serta seperti melahirkan di rumah
sendiri.

2.6.1 Pemberian ASI Eksklusif di Klinik BersalinSwasta


Pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur
0 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan. ASI mempunyai manfaat yang
besar bagi bayi karena memiliki efek positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Bayi yang
mendapatkan ASI akan lebih sehat dan terhindar dari berbagai penyakit infeksi. Hal inilah yang
dapat menurunkan Angka Kematian Bayi.
Dari aspek hukum, pemberian ASI eksklusif berarti memenuhi hak anak untuk hidup sehat
sejahtera lahir dan batin. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan peraturan yang
menjamin hak anak untuk mendapatkan ASI, seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan serta Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang
ASI Eksklusif.
2.7 Implementasi PP No 33 Tahun 2012

Universitas Sumatera Utara

Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikanuntuk


memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah
artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi
rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan. Prevalensi ASI ekslusif
menurut data SDKI hanya 32%,7 menurut penelitian Mercy Corps sebesar 7,4% (ASI
predominan pada bayi usia 0- 5 bulan) dan 28,9% (ASI saja dalam 24 jam terakhir pada bayi usia
0-5 bulan),18 dan penelitian Awal Sehat Untuk Hidup Sehat sebesar 9,2%.10 Survei yang
dilakukan oleh Helen Keller International menyebutkan bahwa rata-rata bayi di Indonesia hanya
mendapatkan ASI eksklusif selama 1,7 bulan. Target pencapaian ASI eksklusif 6 bulan sebesar
80% yang ditetapkan Depkes RI tampak terlalu tinggi.
WHO merekomendasikan untuk memberikan hanya ASI saja sampai 6 bulan untuk
keuntungan yang optimal bagi ibu dan bayi. Namun demikian ada beberapa rekomendasi dan
catatan penting yang diungkapkan dalam kajian tim pakar tersebut. Rata-rata pemberian ASI
eksklusif di Indonesia hanya 1,7 bulan maka perlu diberikan petunjuk yang jelas mengenai
makanan pendamping apa saja yang dapat diberikan.
2.8 Teori Penelitian
Berkaitan dengan model implementasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu model
implementasi yang disampaikan oleh Merilee S. Grindle serta Mazmanian dan Sabatier dapat
diketahui bahwa keduanya memiliki kerangka piker yang tidak jauh berbeda. Mereka sama sama
melihat implementasi dalam keterpengaruhannya dengan daya tanggap dan sikap kelompok
sasaran (masyarakat). Dalam mengkaji tentang ASI eksklusif perspektif regulasi dengan mengacu
pada pertanyaan penelitian dan kerangka teori.
2.8.1 Model teori implementasi menurut Grindle (1980)

Universitas Sumatera Utara

Keberhasilan implementasi menurut Merilee Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar,
yaitu isi kebijakan ( content 0f policy ) dan lingkungan implementasi ( context of implementation
)
.
Variabel isi kebijakan mencakup :
1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasasran atau target groups termuat dalam isi
kebijakan; individu atau kelompok yang bersentuhan dalam implementasi
kebijakan mungkin merasa diuntungkan tetapi dapat pula sebaiknya merasa
dirugikan. Dengan demikian, yang merasa dirugikan akan melakukan perlawanan
2. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups ;
Manfaat yang diperoleh bias secara kolektif, biasanya lebih mudah untuk
diimplementasikan.
3. Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan peraturan ;
Derajat perubahan menyangkut perubahan perilaku dari pihak yang memperoleh
manfaat. Tingkat perubahan perilaku dipengaruhi oleh manfaat kebijakan maupun
waktu untuk mencapai tujuan kebijakan.
4. Apakah sebuah peraturan telah menyebutkan implementornya dengan rinci;
keahlian, keaktifan, dan tanggung jawab pelaksana yang menentukan keberhasilan
implementasi kebijakan.
5. Apakah sebuah peraturan didukung sumber daya yang memadai.
Variabel lingkungan kebijakan menyangkut :
1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para actor
yang terlihat dalam implementasi kebijakan:
Implementasi kebijakan melibatkan berbagai actor yang mempunyi proses
administrasi pengambilan keputusan. Masing-masing actor mempunyai posisi dan

Universitas Sumatera Utara

kepentingan khusus yang dapat menyebabkan konflik kepentingan melalui strategi


yang digunakan.
2. Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa:
Interaksi dalam persaingan actor memperebutkan sumber daya, tanggapan dari
pejabat pelaksana dan elit politik dipengaruhi oleh karakteristik dari lembaga dan
penguasa yang terkait.
3. Responsivitas (Daya tanggap) kelompok sasaran:
Adalah bentuk partisipasi masyarakat yang berupa sikap mengerti dan mendukung
terhadap peraturan yang diimplementasikan.
2.8.2 Model teori implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier
Menurut Daniel A. Mazmanian dan Sabatier ( dalam Suwitri, 2008:82 ), kerangka kerja
analisis kebijakan public mencakup 4 variabel, yaitu 3 variabel dependen. Di dalam analisa
implementasi kebijakan public, yang berperan penting adalah pengidentifikasian dari seluruh
variabel, baik variabel pengaruh maupun variabel terpengaruh. Keseluruhan variabel dan unsur unsur pokok dari masing-masing variabel beserta hubungan pengaruhnya satu sama lain sebagai
berikut :
Variabel - variabel bebas ( independen variables ), terbagi dalam tidga kategori besar, yaitu :
1. Tractability Variabel of the problems (tingkat kesederhanaan

dari masalah),

banyak masalah social yang tidak dapat didefenisikan tersebut, relatif sedikit yang
dapat dipecahkan secara total. Semakin masalah public menunjukkan keteraturan
dan kesederhanaan semakin mudah pemecahannya.
2. Ability of statue to structure implementation (kemampuan undang-undang untuk
menstrukturkan proses implementasi) berisi variabel - variabel yang mampu
mendeskripsikan kemampuan sebuah kebijakan, baik berupa peraturan, konsep
program. Kebjakan yang mampu mengontrol, membentuk struktur yang kondusif
dan member petunjuk dalam implementasi.
Universitas Sumatera Utara

3. Nonstatutory variables affecting implementation (Variabel diluar perundangundangan yang mempengaruhi implementasi).
Variabel variabel tergantung (dependent variables) merupakan tahap-tahap dalam prosese
implementasi, lima tahapan dalam implementasi kebijakan adalah :
1. Output kebijakan yaitu hasil formulasi kebijakan yang telah mendapat masalah
dari perumusan masalah sebelumnya.
2. Pengessahan kesesuaian pelaksanaan output kebijakan dengan yang telah
disahkan.
3. Hasil pelaksanaan senyatanya
4. Pengaruh yang ditimbulkan oleh pelaksanaan output kebijakan dan tingkat
penerimaan kelompok sasaran terhadap pengaruh tersebut.
5. Evaluasi dari pelaksanaan kebijakan sebagai feedback bagi isi kebijakan.
Terdapat beberapa prinsip implementasi yang terkandung dalam kerangka kerja implementasi
kebijakan public Mazmanian dan Sabatier, yaitu :
1. Proses implementasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor atau kekuatan yang
dimiliki

lembaga-lembaga

administrative

penanggungjawab

pelaksanaan

peraturan, melainkan juga dipengaruhi oleh kekuatan lain diluar lembaga yaitu
kekuatan yang termasuk dalam tractability variabel dan non statutory variabel.
2. Tractability variable mempengaruhi statutory variable dan non statutory variable,
selanjutnya secara bersama-sama ketiga variabel ini mempengaruhi proses
implementasi yang dipandang sebagai dependen.
3. Dalam proses implementasi, terdapat lima tahap yang masing-masing tahap
tersebut dapat dipandang sebagai variabel dependen bagi tahapan berikutnya.
4. Dalam independent vaiabel, focus perhatian terhadap potensi penstrukturan resmi
dari proses implementasi dan dan terhadap kebutuhan secara terus-menerus.

Universitas Sumatera Utara

Prinsip-prinsip tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat mencapai hasil seperti yang ditetapkan
dalam tujuan, maka perlu bagi legislator dan pimpinan eksekutif untuk mempengaruhi proses
implementasi melalui penyusunan perundang-undangan ( statutory ), maupun melalui usaha
mengidentifikasikan nonstatutory variable.

2.9 Kerangka Berfikir


Di bawah ini terdapat sebuah system pelayanan yang dapat diterapkan oleh bidan yang memberi
pelayanan di tempat praktik bidan swasta.
INPUT
1. SDM
2. Kebijakan

PROSES

OUTPUT

1. Sosialisasi PP
kepada bidan di
klinik
2. Pelaksanaan
sosialisasi bidan
di klinik kepada
ibu bersalin
3. Pelaksanaan
implementasi PP
No.33Tahun
2012 di klinik
4. Informasi dan
edukasi tentang
pelaksanaan PP
di klinik

1. Efektivitas PP di
klinik
2. Peraturan dipatuhi
atau
tidak
di
klinik
3. Sanksi yang
diberikan terhadap
pelanggaran PP
4. Pelaksanaan PP di
Klinik Bersalin

Universitas Sumatera Utara

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dan metode pengumpulan


data kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan dilakukan dengan wawancara
mendalam. Dalam penelitian ini, yang ingin dilihat adalah pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan
pemberian air susu ibu secara eksklusif tanpa dipengaruhi oleh provider susu formula.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di beberapa Kecamatan di Kota Medan, yaitu diantaranya
Kecamatan Medan Denai, Medan Deli, dan Kecamatan Medan Helvetia dengan mengambil
sampel beberapa klnik/bidan swasta dari masing masing kecamatan tersebut. Dari Kecamatan
Medan Denai diambil sampel salah satu klinik/bidan telah menjalankan PP No 33 Tahun 2012
tentang ASI Eklusif tetapi masih mau menerima promosi susu formula dan memberikan kepada
bayi yang baru lahir, tanpa ada indikasi medis. Dari Kecamatan Medan Deli ada klnik/bidan
Swasta yang juga masih memberikan susu formula, di Kecamatan Medan Helvetia yaitu salah
satu klinik bersalin yang juga menerima provider susu formula dan salah satu klinik Kecamatan
Medan Denai yang memberikan kepada bayi yang baru lahir sehingga banyak bayi yang tidak
mau lagi apabila diberikan ASI oleh ibunya. Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai dengan
bAgustus 2015
3.3. Pemilihan Informan
Dalam pemilihan informan ada beberapa jenis informan yang digunakan diantaranya:
informan kunci (key informan), adalah informan yang pertama kali dijumpai untuk memperoleh
data atau informasi tentang keberadaan dan jumlah bayi, serta bagaimana cara pemberian air susu

Universitas Sumatera Utara

ibu (ASI) secara eksklusif dan tidak memberikan susu formula.Objek yang diteliti adalah
implementasi IMD dan ASI Eksklusif dilihat dari aspek komunikasi, disposisi, struktur birokrasi,
evaluasi dan badan usaha /provider yag terkait.
Jumlah informan utama ada 5 orang yaitu Pegawai Dinas Kesehatan, penanggungjawab
klinik, bidan koordinator, bidan di klinik dan ibu hamil dan menyusu (suami, ibu, ibu mertua).
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1

Data primer
Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi terhadap

informan, baik informan kunci maupun informan pokok.


Metoda yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pemberian ASI
secara eksklusif yaitu gabungan antara metoda wawancara dan observasi terhadap posisi
menyusui, perlekatan dalam menyusui dan pemberian susu formula bagi bayi yang tidak
diberi ASI secara eksklusif.
3.4.2

Data sekunder
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data mengenai jumlah ibu

yang melaksanakan IMD dan ASI Ekslusif, serta data-data yang diperlukan untuk
mendukung terlaksananya penelitian. Data-data ini diperoleh dari dokumen laporan
yang didapat melalui informan kunci.
3.5. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan Metode Perbandingan Tetap (constant
comparative method) atau yang sering dikenal dengan Grounded Research. Menurut Moleong
(2006) analisis dengan menggunakan metode Grounded Research mencakup : reduksi data,
kategorisasi data, sintesisasi, dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja. Prinsip pokok teknik
analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data yang terkumpul menjadi data yang
sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna. Peneliti harus memiliki tujuan dan

Universitas Sumatera Utara

pengetahuan terhadap hal itu sebelumnya, namun semua dugaan-dugaan tersebut hendaknya
dihindari agar tidak terjadi bias dalam mengintepretasikan data yang ada.
Analisis data dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaanya sudah mulai
dilaksanakan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah
meninggalkan lapangan penelitian. Analisis data kualitatif terletak pada tiga proses yang
berkaitan yaitu : mendeskripsikan fenomena, mengklasifikasikannya, dan melihat bagaimana
konsep-konsep yang muncul itu satu dengan lainnya berkaitan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1

Letak Geografis Kota Medan

Kota Medan memiliki luas wilayah 26.510 hektar (265,10 km) atau 3,6% dari
keseluruhan wilayah Sumatera Utara.. Secara geografis kota Medan terletak pada 3 30'
3 43' Lintang Utara dan 98 35' - 98 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan
cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan
laut.
Secara geografis, batas wilayah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang
adalah sebagai berikut :
-

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang


Jumlah penduduk di Kota Medan yaitu 2.465.469 jiwa. Terdiri dari 21 kecamatan
dan 151 kelurahan.
Berdasarkan hasil presurvey BKKBN di Kota Medan pada tahun 2013, jumlah
Pasangan Usia Subur 329.611 orang.
4.1.2 Demografi Kota Medan
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin (jiwa), 2013

Universitas Sumatera Utara

Golongan Umur Laki-laki Perempuan

Jumlah

Rasio Jenis Kelamin

0-4

784 163

754 961

1 539 124

103,87

5-9

732 958

695 685

1 428 643

105,36

10 - 14

686 486

657 060

1 343 546

104,48

15 - 19

654 692

634 244

1 288 936

103,22

20 - 24

585 391

577 941

1 163 332

101,29

25 - 29

538 653

537 626

1 076 279

100,19

30 - 34

498 687

506 413

1 005 100

98,47

35 - 39

459 745

465 065

924 810

98,86

40 - 44

413 849

425 470

839 319

97,27

45 - 49

363 600

380 171

743 771

95,64

50 - 54

310 427

325 342

635 769

95,42

55 - 59

243 416

251 349

494 765

96,84

60 - 64

158 567

169 447

328 014

93,58

65 +

217 556

297 343

514 899

73,17

Jumlah/Total

6 648 190 6 678 117 13 326 307

99,55

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

4.1.3. Gambaran Kecamatan di Kota Medan


Data Agregat Kependudukan Per Kecamatan ( 2012 )

NO

Provinsi

: Sumatera Utara

Kabupaten / Kota

: Kota Medan

KODE
WILAYAH

KECAMATAN

JUMLAH PENDUDUK

TOTAL

KETERANGAN

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

1.315.563

1.287.049

2.602.612

12.71

KOTA MEDAN

12.71.01

Medan Kota

58.494

57.758

116.252

12.71.02

Medan Sunggal

69.838

67.787

137.625

12.71.03

Medan Helvetia

84.722

84.176

168.898

Universitas Sumatera Utara

12.71.04

Medan Denai

96.881

91.650

188.531

12.71.05

Medan Barat

49.091

49.155

98.246

12.71.06

Medan Deli

87.700

83.898

171.598

12.71.07

Medan Tuntungan

48.098

48.725

96.823

12.71.08

Medan Belawan

62.365

58.860

121.225

12.71.09

Medan Amplas

75.294

73.130

148.424

10

12.71.10

Medan Area

67.298

65.734

133.032

11

12.71.11

Medan Johor

73.875

72.389

146.264

12

12.71.12

Medan Marelan

70.906

67.320

138.226

13

12.71.13

Medan Labuhan

64.068

61.988

126.056

14

12.71.14

Medan Tembung

85.923

83.743

169.666

15

12.71.15

Medan Maimun

30.644

30.414

61.058

16

12.71.16

Medan Polonia

32.415

31.641

64.056

17

12.71.17

Medan Baru

26.771

27.389

54.160

18

12.71.18

Medan Perjuangan

67.134

66.729

133.863

19

12.71.19

Medan Petisah

42.868

44.169

87.037

20

12.71.20

Medan Timur

65.067

65.479

130.546

21

12.71.21

Medan Selayang

56.111

54.915

111.026

Berdasarkan data di atas dari 21 kecamatan di Kota Medan ada tiga kecamatan
dengan jumlah perempuan terbanyak yaitu kecamatan Medan Denai, Medan Deli dan
Medan Helvetia . Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tentunya jumlah ibu bersalin
paling banyak sehingga memungkinkan banyaknya klinik/bidan bersalin swasta di Kota
Medan. Klinik bersalin swasta di Kota Medan ada sebanyak 214 klinik dan klinik bersalin
swasta yang terbanyak di tiga kecamatan tersebut dengan jumlah 45 klinik di Kecamatan
Medan Denai,30 klinik di Kecamatan Medan Helvetia dan 25 klinik di Kecamatan Medan
Universitas Sumatera Utara

Deli. Dan saya melakukan wawancara dan observasi di Klinik X , Klinik Y dan Klinik Z.
Berikut ini penjelasan dari masing masing klinik.
4.1.4

Gambaran Klinik Bersalin X

Kinik X merupakan bangunan pelayanan kesehatan khusus bagi ibu hamil dan
melahirkan dengan fasilitas yang mendukung proses persalinan baik secara medis dari
pemeriksaan kehamilan dan persiapan kelahiran yaitu fasilitas rawat jalan hingga
penanganan persalinan normal dan sekaligus sebagai tempat balai pengobatan. Klinik
yang berdiri pada tahun 1988 yang didirikan oleh Ibu Suraini Sinulinnga beserta suami
Arwansyah. Pertama sekali mendapatkan izin membuka klinik pada tahun 1991 sampai
dengan tahun ini 2015 dengan No Izin : 448/22489/IX/2011 dan akan berakhir pada bulan
November 2016.
Klinik ini memiliki delapan pegawai, yaitu : dua dokter dengan satu dokter umum
dan satu dokter obgyn, empat orang bidan dengan satu bidan koordinator, serta satu
perawat dan satu penjaga ruangan. Klinik ini terletak di Jalan Klambir V Lingkungan II
No.47 TG.Gusta Kecamatan Medan Helvetia. Klinik X melayani pasien bersalin rawat
inap, USG ( Ultrasonografi ), Periksa Hamil atau Bersalin, KB, Sunat Rasul, Sunat Laser,
Periksa Haemoglobin (HB), Periksa Asam Urat, Gula Darah dan Kolesterol.

4.1.5

Gambaran Klinik Y

Klinik Y merupakan bangunan pelayanan kesehatan khusus bagi ibu hamil dan
melahirkan dengan fasilitas yang mendukung proses persalinan baik secara medis dari
pemeriksaan kehamilan dan persiapan kelahiran yaitu fasilitas rawat jalan hingga
penanganan persalinan normal dan sekaligus sebagai tempat balai pengobatan. Klinik
yang berdiri pada tahun 1991 yang didirikan oleh Ibu R.Sembiring dan mendapatkan izin
membuka kllinik pada tahun 1991

dengan Izin No. 445/10642/VII/2010 yang


Universitas Sumatera Utara

ditanggujawabi oleh seorang dokter yang bekerja di Dinas Kesehatan Kota Medan yang
akan berakhir izin pada bulan Desember 2015. Klinik ini memiliki enam pegawai, yaitu
dengan empat orang bidan, satu orang perawat, dan satu orang cleaning service. Klinik ini
terletak di Jalan Platina No 23 SP Dobby Titi Papan Kecamatan Medan Deli. Klinik Y
melayani pasien bersalin rawat inap, USG, Periksa Hamil atau Bersalin, dan KB.
4.1.6

Gambaran Klinik Bersalin Z

Klinik Z merupakan bangunan pelayanan kesehatan khusus bagi ibu hamil dan
melahirkan dengan fasilitas yang mendukung proses persalinan baik secara medis dari
pemeriksaan kehamilan dan persiapan kelahiran yaitu fasilitas rawat jalan hingga
penanganan persalinan normal dan sekaligus sebagai tempat balai pengobatan. Klinik
yang berdiri pada tahun 2001 yang didirikan oleh Ibu Aisyah dan mendapatkan izin
membuka klinik pada tahun 2002 dengan Izin No.445/1259/IV/2010 yang ditanggujawabi
oleh seorang dokter yang bekerja di Dinas Kesehatan Kota Medan yang akan berakhir izin
pada bulan Desember 2015. Klinik ini mempunyai enam pegawai, empat orang adalah
bidan, satu perawat dan satu lagi bagian administrasi. Klinik ini terletak di Jalan Pelajar
Timur Gg Mestika No.24 Kecamatan Medan Denai. Klinik Z melayani pasien bersalin,
rawat inap, USG, Periksa Kehamilan, dan KB.
4.2 Karakteristik Informan
Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 15 orang, yang terdiri dari 5 orang
informan mewakili dari Klinik X, Y dan Z.. Satu orang bidan coordinator, satu orang
bidan di klinik, satu orang dari Dinas Kesehatan Kota Medam, satu orang dari
penanggungjawab klinik, dam satu orang mewakili ibu yang bersalin.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2.1 Deskripsi Informan di Klinik Bersalin X


No.
1.

Informan
Sri Yuliana

Jenis Kelamin

Umur ( tahun )

Pendidikan

Perempuan

34

D3

Am.Keb
2.

Roshidah,SE,MKM

Perempuan

50

S2

3.

Arwansyah, S.H.

Laki-Laki

55

S1

4.

Amelia Am.Keb

Perempuan

22

D3

5.

Sariyani

Perempuan

25

SMP

Tabel 4.2.2 Deskripsi Informan di Klinik Bersalin Y


No.
1.

Informan
R. Sembiring

Jenis Kelamin

Umur ( tahun )

Pendidikan

Perempuan

52

D3

Am.Keb
2.

Leli Mariani H

Perempuan

35

D4

3.

Martha Rama

Perempuan

23

D3

Am.Keb

Universitas Sumatera Utara

4.

dr. Raja

Laki-laki

56

S1

5.

Tiurma

Perempuan

26

SMA

Tabel 4.2.3 Deskripsi Informan di Klinik Bersalin Z


No.

4.3

Informan

Jenis Kelamin

Umur ( tahun )

Pendidikan

1.

Sarpina S Am.Keb

Perempuan

34

D3

2.

Marina,SKM,M.Kes

Perempuan

37

S2

3.

Yantri S Am.Keb

Perempuan

22

D3

4.

dr.Alim Sahid SpOg

Laki-laki

40

S1

5.

Nalom Silalahi

Perempuan

29

S1

Hasil Wawancara Mengenai Implentasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun


2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik X, Y, dan Z di Kota Medan

4.3.1

Implementasi Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang ASI


Eksklusif di Klinik Bersalin Kota Medan

4.3.1.1 Pernyataan Informan tentang pengetahuan akan PP No 33 Tahun 2012


tentang pemberian ASI Eksklusif di Klinik Bersalin X, Y dan Z
Universitas Sumatera Utara

Klinik Bersalin X
Informan

Pernyataan

Informan 1

Ya itulah dek saya tau tentang peraturan pemerintah itu karena


baru-baru ini saya mengikuti seminar tentang ASI Eksklusif tapi
nggak pala tau lah apa aja isinya. Di klinik kami ini sudah
menjalankan program IMD dan ASI Eksklusif tapi melihat kondisi
bayinya juga kalau misalnya sakit dia kami kasih langsung susu lah
biar diam, karena ada juga yang biru badannya atau entah sakit lain
kan. Menurut saya sudah bagus ada dijalankan peraturan itu
gimanalah kalau peraturan ini banyaknya yang tertulis saja tidak
pun diawasi. Kalau kami mengajarkannya ke pasien bersalin
gimana cara perawatan payudara, makanan dijaga pokoknya banyak
makan yang bergizi lah biar banyak keluar air susunya.

Informan 2

PP No 33 disini itu sudah ada seperti pelaksanaannya laktasi sudah


ada, konselor menyusui ada juga dibuat. Kalau ke klinik bersalin
kami sudah sering sosialisasi tentang PP 33 itu ke bidan cuman
akhirnya atau ujungnya balik ke klinik itu sendiri apakah mereka
mau karena sudah disosialisasikan, sudah diberitahukan bahwa
tentang PP 33 itu tapi tidak semudah membalikkan telapak tangan,
karena kan bidan ini mungkin mendapatkan sesuatu dari produk
susu, sehingga memang sulit terlaksana tentang PP 33 tersebut.

Informan 3

Saya kan sebenarnya kurang paham tentang ASI Eksklusif ini


apalagi tentang peraturan terkait seperti ini. Setau saya peraturan itu
memang ada tetapi sejauh ini masih beginilah keadaannya. Sebisa
mungkin dijalankan dengan baik namun kan tidak selamanya
peraturan yang dibuat pemerintah itu dapat berjalan sebagaimana
mestinya apalagi kalau kurang pengawasan dari orang orang
terdekat di sekeliling ibu tadi. Saya sebagai pengacar sangat tau
tentang peraturan tersebut tapi itulah tadi tidak selamanya peraturan
itu bisa berjalan dengan baik. Namun saya dan ibu berusaha sebisa
mungkin menerapkan pemberian ASI Eksklusif tersebut
sebagaimana mestinya.

Informan 4

Saya tidak tau pasti tentang isinya cuma saya taulah kalau pertama
kali lahir bayi itu di IMD kan, bayinya kalau lahir trus diletakkan di
dada ibunya, trus pemberian ASI itu enam bulan jangan diberikan
makanan tambahan setidaknya hanya ASI aja. Kalau peraturan itu
kurang taulah isi lengkapnya, soalnya biasa kalau ada seminar atau
pelatihan ada aja disebutkan tentang peraturan itu kan, tapi ga tau
kali lah apa isinya, pokoknya kalau tentang ASI udah pasti

Universitas Sumatera Utara

harusnya diberikan langsung kepada bayi.


Informan 5

Kalau ASI Eksklusif tau cuma kalau peraturannya itulah nggak


pernah dengar. Maksudnya ASI Eksklusif itu kan tanpa ada susu
dampingan hanya ASI itu aja kalau peraturannya itu gataulah dek.
Ada juga memang dijelaskan sama orang bidan ini yang pastinya
lebih baik ASI lebih bermutu.

Klinik Bersalin Y
Informan

Pernyataan

Informan 1

Belum pernah saya dengar tentang peraturan itu karena asal ada
mau seminar trus nggak bisa yang ada pestalah ada pasien
melahirkan lah ada aja lah pokoknya. Tapi saya taulah mana yang
terbaik yang harus diberikan.

Informan 2

PP No 33 Tahun 2012 baiklah, kalau di PP itu kan secara undang


undang sudah lengkap semua baik itu bagi stakeholder, bagi
masyarakat bagi penyedia, itu semua peraturannya sudah lengkap,
Permenkes pun sudah ada untuk itu. Kalau pelaksanaannya belum
sempurna lah sedang berproses, peraturan itu dijalankan pelan
pelan. Tetapi sejauh ini belum ada komitmen sih dari yang
keseluruhan baik dari pemerintah, ikatan profesi, IBI, ya peraturan
itu lebih kepada masih tertulis saja sih, makanya pencapaian
rendah, padahal kalau peraturan itu dijalankan semua
bertanggungjawab, kan itu ada untuk pemerintah, stakeholder,
semua
semuanya
ada
disitu
tenaga
kesehatan
pun
bertanggungjawab kalau soal tau pasti namun untuk perilaku belum
berubah. Tahun ini kan tema ASI khusus ibu pekerja.

Informan 3

Saya sebagai orang yang bekerja di Dinas Kesehatan tau tentang


peraturan tersebut. Saya menanggungjawabi klinik ini dan sedang
mengurus proses lanjutan perizinannya. Tapi yaitu tadi ibu ini
jarang sekali ada waktu untuk ikut seminar atau hal sebagainya.
Saya pun sibuk dengan pekerjaan saya.

Informan 4

Kalau aku kurang taulah dek apa isi peraturan itu. Pernah memang
dijelaskan tentang peraturan ini sama Ibu kami disini pas pelatihan
di Puskesmas atau dari Dinas Kesehatan pun ada dibuat tapi itulah
kami ga terlalu perhatikan apa isi peraturan itu yanng penting udah
pernah dan udah taulah penjelasan tentang pemberian ASI ini

Universitas Sumatera Utara

sebaiknya kapan diberikan dan manfaatnya apa saja untuk bayi.


Informan 5

Kalau peraturan dari pemerintah tentang itu kurang tau lah dek,
cuma kalau pemberian ASI Eksklusif itu tau yang sebaiknya dikasih
enam bulan dan kalau bisa samapai dua tahun.

Klinik Bersalin Z
Informan

Pernyataan

Informan 1

Saya tau tentang Peraturan itu dan berusaha menerapkannya di


klimik ini seperti IMD dan ASI Eksklusif yang merupakan salah
satu yang ada di peraturan itu dan ada sanksinya, namun di Rumah
Sakit aja masih ada yang melanggar peraturan itu kok. Kalau
bayinya menangis itulah yang gabisa nunggu ASI itu. Makanya
peraturan itu belum bisa diterapkan dengan baik dan benar di klinik
ini. Melihat kondisi pengawasan pun kurang dari pihak pembuat
peraturan tersebut. Saya yangb bekerja di Rumah Sakit X pun para
bidan atau perawat disana tidak semuanya menghiraukan peraturan
yang dibuat pemerintah itu karena belum ada sanksi mungkin.

Informan 2

Kalau menurut saya PP No 33 Tahun 2012 itu tentunya sudah


disosialisasikan tetapi belum 100% pelaksanaannya. Cakupan ASI
Eksklusi kita pun masih rendah.

Informan 3

Sebagai seorang dokter tentunya saya tau tentang PP tersebut,


sehingga saya sebagai penanggungjawab berusaha menerapkan di
klinik kita ini. Kebetulan saya dinas juga di Rumah Sakit X untuk
itu saya tidak bisa juga melakukan pengawasan langsung
berjalannya PP terssebut. Saya kira itu saja, soal program IMD dan
pemberian ASI Eksklusif tentu dituntut tenaga kesehatan yang lebih
banyak di klinik dan dibutuhkannya kerjasama dengan pengawas
dari Dinas Kesehatan agar PP ini dapat berjalan sebagaimana
mestinya.

Informan 4

Tidak tau saya kak tentang PP itu tapi kalau ASI Eksklusif tentulah
paling bagus untuk diberikan kepada bayi.

Informan 5

Peraturan itu saya belum pernah baca secara lengkap tapi kalaupun
itu untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif itu kebijakan
pemerintah tentunya harus dibarengi dengan pengawasan dari
pemerintah dan pembinaan atau pelatihan terhadap bidan.

Universitas Sumatera Utara

Berdasasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 5 informan di Klinik X, Y dan
Z yang ada di masing masing klinik bersalin swasta tersebut ada 3 informan ibu bersalin
tidak pernah membaca dan tahu bahwa ada peraturan tersebut dan 3 informan bidan di
klinik juga tidak tahu akan adanya peraturan itu.

4.3.1.2 Pernyataan Informan tentang prorgram IMD dan proses pemberian ASI
pasca Ibu melahirkan di Klinik X, Y dan Z.
Klinik Bersalin X
Informan

Pernyataan

Informan 1

Pertama sekali ya meletakkan bayi di dada ibunya lalu biarkan bayi


tadi mencari sendiri puting susu ibunya, apalabila sudah diletakkan
maka dilihat terlebih dahulu reaksi dari bayinya. Hal tersebut dapat
dilakukan apabila bayi normal dan sehat, namun ada juga yang
tidak bisa keluar ASI ibunya dan anak menangis, biasa seperti itu
kami bersihkan terlebih dahulu baru dibawa kembali keruangan
ibunya untuk selanjutnya diberi ASI Eksklusif, rangsangan dari
mulut bayi mungkin bisa membuat ASI keluar lebih cepat. Sebisa
mungkin saya dan teman teman bidan lainnya disini menyarankan
untuk menyusui anaknya sendiri. Namun apabila bayi menangis
terus dan ASI tidak keluar maka pemberian susu formula lah pada
bayi, dan di klinik kami ini pun jarang bisa melakukan IMD, dari
mulai lahir bayi dikasih susu formula dulu, baru setelah sejam
dipancing lagi ASI dari ibunya.

Informan 2

IMD itu banyak orang bilang IMD itu lama, kalau kata bidan itu
kata katanya lah ya kadang bidan itu sendiri tidak ada orang yang
membantu jadi kalau IMD itu kan mau sampai setengah jam,
sementara pasien yang lain kan banyak katanya kayak gitu
sementara nunggu IMD itu kan lama kali dan ibunya yang
melahirkan pun itulah tadi kurang mau mungkin karena itulah
mungkin tadi karena dia kurang pengetahuan juga yakan, bidan
tidak menjelaskan apa guna IMD tentu kalau dijelaskan IMD itu
Universitas Sumatera Utara

berguna untuk agar ASI lancar, jika dijelaskan yakan ASI itu
mengandung yang namanya DHA, kalau ASI dari ibu itu ada
mengandung antibodi, kolostrum. Tapi ada juga yang bidannya
memang tidak menganjurkan tetapi memang ibunya meminta
bayinya diletakkan di dadanya.
Informan 3

IMD dan ASI Eksklusif saya serahkan kepada Ibu karena dia lebih
paham akan hal tersebut. Yang saya tau setelah bayi lahir tentunya
lebih baik dilakukan IMD dan pemberian ASI Eksklusif dan saya
tekankan juga kepada Ibu agar PP yang telah dibuat itu tidak sia sia
dan bisa diterapkan dengan baik di klinik ini.

Informan 4

Itulah kak begitu lahir IMD tapi liat kondisi bayi juga trus
selanjutnya setelah dibersihkan baru dikasih ke ibunya dan segera
kembali diberikan ASI, namun kalau ada masalah sama bayi kami
berikan susu formula langsung supaya ada daya tahan tubuhnya.
Kadang ibunya juga nggak suka mendengar anaknnya nangis
nangis dan ga sabar jadi diberikan lah susu formula. Kalau dari
kami selalu menyarankan dan menyuruh untuk memberikan ASI
bahkan kami bilan akibatnya kalau nggak mau kasih ASI. Tapi
sejauh ini ibu ibu disini sudah mau dan senantiasa berusaha untuk
memberikan ASI Esklusif selama enam bulan, selain lebih praktis,
juga dapat meringankan ekonomi.

Informan 5

Saya sebisa mungkin memberikan ASI begitu anak saya yang kedua
lahir ini langsung diberikan ASI, ga ada perasaan takut badan jelek
atau apapun pokoknya anak saya diberi ASI hanya saya sediakan
juga disini susu formula manatau dia nangis dan ASI tidak cukup
gaenak mengganggu pasien yang lain.

Klinik Bersalin Y
Informan
Informan 1

Pernyataan
Saya berusaha menyarankan ibu ibu disini untuk ASI Ekklusif dan
IMD tapi disini banyak ibu ibu yang tidak mau memberikan ASI
walaupun sudah banyak dijelaskan dan ditempel poster poster di
dinding tetapi tetap saja mereka lebih penting badannya takut jelek
karena pada umumnya ada yang bekerja juga kalau masalah beli
susu formula ada duit mereka ini. Jadi saya juga tidak bisa
memaksakan mereka apalagi kalau sudah keluar dari klinik ini.

Universitas Sumatera Utara

Informan 2

IMD itu mungkin dari diri sendiri secara aturan ANC ini kan empat
kali minimal, mungkin ada ibu yang tidak siap, takut ASI nya
kurang atau belum lagi dari keluarga atau dari bidan. Pergilah ke
Rumah Sakit kami rupanya pergilah kami kesitu anaknya sudah
diberikan susu formula apalagi dokter spesialis, apalagi untuk bidan
itu udah capek lah kita harus mempromosikan hal itu.

Informan 3

Karena saya juga bekerja di tempat lain, sehingga waktu saya untuk
mengawasi PP tersebut,program IMD dan pemberian ASI Eksklusif
sudah dan saya jelaskan pada bidan di klinik ini. Tetapi kembali
saya serahkan kepada Ibu disini yang senantiasa melayani proses
persalinan.

Informan 4

Kalau yang saya tau kak lebih bagus memang ASI Eksklusif itu
apalagi pas baru melahirkan namun dari koordinator kami
menyarakankan begitu lahir langsung kasih susu formula. Jadi kami
hanya mengikuti apa kata Ibu ini saja. Padahal yang saya tau kak
memang ASI Eksklusif inilah yang bagus bagi bayi kalau susu
formula bisa saja mencret kan tapi itulah kami ikut perintah Ibu ini
aja kak.

Informan 5

Kalau waktu saya IMD itu tidak dilakukan, kalau ASI Eksklusif
karena ini anak pertama jadi ASI belum jadi daripada bayi
menangis terus saya tidak tega. Jadinya langsung diberikan susu
formula pun tidak apa yang penting bayi saya cukup minum.

Klinik Bersalin Z
Informan

Pernyataan

Informan 1

Pasca melahirkan bayi diletakkan di dada ibunya untuk mencari


puting susu sendiri itu yang dinamakan IMD dan setelah itu bayi
bayi bersama ibunya dan diberikan ASI Eksklusif itu pada kondisi
bayi yang normal tetapi untuk yang tidak normal seperti ASI tidak
keluar, puting susu yang masuk kedalam, maka kami langsung
memberikan anak itu susu formula.

Informan 2

IMD itu sudah diberitahu kepada bidan bagi yang sudah dilatih
sehingga seharusnya diterapkan tetapi kan melihat kondisi di klinik
itu kan kalau pasien rame kemungkinan tidak sempat untuk
melakukan hal demikian,bagaimana kan itu tergantung pengetahuan
juga kalau menurut mereka IMD itu tidak penting kan kita kembali
lagi dengan perubahan mindset masyarakat, bidan lebih di push
Universitas Sumatera Utara

supaya lebih mensosialisasikan ASI Eksklusif kepada masyarakat.


Informan 3

Berdasarkan PP tersebut benar adanya bahwa memang pasca


melahirkan dilakukan IMD terlebih dahulu lalu selanjutnya bayi
mendapatkan ASI Eksklusif selama enam bulan. Itu yang
sebenernya harus dijalankan tidak dengan pemberian susu formula.
Namun saya sebagai penanggungjawab yang tidak selalu berada di
klinik juga tidak bisa melakukan pengawasan terhadap pemberian
susu formula ini. Maka dari itu saya hanya bisa menyuruh para
bidan untuk mengikuti pelatihan dan bimbingan juga kepada bidan
di klinik supaya mereka tidak memberikan susu formula kepada
bayi yang baru lahir.

Informan 4

Iya setelah bayi lahir langsung dibersihkan baru dikasih sama


ibunya kak untuk dikasih ASI, tapi kalau ASI belum keluar
langsung kami kasih susu formula dulu.

Informan 5

Kalau di klinik ini program IMD itu nggak berjalan setelah lahir
bayinya langsung dibersihkan dan setelah ibunya dibawa keruangan
baru dikasih bayinya kekamar baru diberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan tabel di atas bahwa ada ada 3 informan bidan koordinator di Klinik X,
Y dan Z tau mengenai program IMD dan pemberian ASI Eksklusif tetapi hanya 1
informan bidan di klinik bersalin X yang menjalankan IMD tersebut, begitu juga dengan 3
informan bidan di Klinik X, Y, dan Z

hanya 1 informan bidan di Klinik X yang

menjalankan IMD, dan 2 informan ibu yang bersalin di Klinik Y dan Z tidak tau mengenai
IMD.

Universitas Sumatera Utara

4.3.1.3 Pernyataan informan mengenai kerjasama yang ditawarkan dengan provider


susu formula di klinik X,Y, dan Z
Klinik Bersalin X
Informan

Pernyataan

Informan 1

Kalau itu ada, kami pakai susu formula disini karena dikasih hadiah
dari mereka dan ada juga yang kasih hadiah jalan jalan ke luar
negeri kalau menggunakan produk mereka.

Informan 2

Itu lebih ke bidannya lah ya kalau dengan klinik itu sama sekali
melarang tentang kerjasama dengan susu formula.

Informan 3

Karena dilihat kami membuka klinik bersalin disini, maka banyak


juga yang menawarkan produk susu formula mereka supaya mereka
mencapai target, tentu saya selaku penanggung jawab mau
menerima kerjasama dikarenakan susu formula yang ditawarkan
harus terjangkau atau dalam arti lain harga murah, dengan demikian
rakyat disekitar klinik ini bisa membeli produk mereka. Karena
tidak bisa dipungkiri juga terkdang susu formula memang
diperlukan apabila kondisi bayi kurang sehat.

Informan 4

Inilah kami kerjasama sama produk X, mereka kalau mencapai


target mau memberikan uang dengan cara transfer atau jalan jalan
ke luar negeri. Jadi kami kadang kasih aja susu formula karena ada
juga keuntungan untuk kami, walaupun kami tau memang lebih
bagus ASI itu.

Informan 5

Kalau awak lihat disini ada kok dek dijual orang itu susu formula,
kami pun beli ajalah untuk jaga jaga kan manatau nggak cukup ASI
kakak jadi dikasih lah susu itu, kalaupun enggak biar bapaknya
yang minum susu itu nanti.

Klinik Bersalin Y
Informan
Informan 1

Pernyataan
Ya kami terimalah hadiahnya banyak, apalagi produk X ini mau
ngasih duit trus jalan jalan, semakin banyak kami gunakan susu
formula dari orang itu banyaklah hadiah dikasih, kadang maupun
duit di transfer. Tapi poster poster disini tentang ASI orang itu juga
yang ngasih memang. Tapi memang kalau orang didaerah kami ini
jarang lah mau kasih ASI lebih suka orang itu susu formula
makanya kami nggak pernah nolak kalau ada yang mau

Universitas Sumatera Utara

menawarkan.
Informan 2

Ya kita tidak tau kalau dengan bidannya itu lebih ke kepentingan


pribadi mereka. Padahal kita sudah selalu buat komitmen bersama,
kesepakatan bersama, kita mengundang IBI, sekarang kan sudah
ada AIMI,itu yang agak kuat belum semua sepaham pemahaman
bersama tentang peraturan itu kemudian pengerjaannya masing
masing sesuai dengan bagiannya masing masing sesuai dengan
peruntukannya. Itu iklan di televisi kalau lihat apalagi ada duit saya
jangan sampai anak saya kurang ini kurang itu jadi masa depannya

Informan 3

Perihal kerjasama dengan pihak susu formula saya tidak tau, saya
hanya menanggung jawabi klinik ini saja dan mengurus izinnya,
saya serahkan sama ibu bidan inilah karena saya pun tidak selalu
bahkan jarang berada di klinik ini.

Informan 4

Kalau kami kak memang disuruh langsung kasih susu formula. Jadi
begitu lahir, kami pun sebenarnya tau kalau ASI yang paling bagus
cuma dari klinik ini udah disuruh kami langsung kasih susu formula
itu begitu lahir anaknya.

Informan 5

Kalau aku dek memang nggak keluar ASI ku apalagi anak pertama
jadi begitu lahir yang kedua ini ya apapun susu formula dikasih
orang ini ya nggak apa apa lah asalkan anakku nggak nangis nangis
kan.

Klinik Bersalin Z
Informan

Pernyataan

Informan 1

Ada kerjasama kami lah, mereka kasih banyak hadiah trus mau
kasih uang kalau mencapai target jadi kami pun tidak menolak
kerjasama dengan mereka karena kami ada keuntungan juga dan
terkadang memang ada yang tidak keluar ASI ibunya jadi memang
harus dipersiapkan susu formula itu.

Informan 2

Kalau di klinik bersalin tidak tau, tetapi kalau dengan kami tidak
bisa tidak boleh itu menerima kerjasama apapun dengan provider
susu formula.

Informan 3

Untuk masalah kerjasama pasti ada, namun dalam pemberiannya di


klinik saya tidak tau tetapi saya sebagai dokter kandungan tentu
menyarankan program IMD dan ASI Eksklusif. Dalam hal
keuntungan kalau untuk saya tidak ada karena saya berikan kuasa
sepenuhnya kepada bidan bidan di klinik ini.

Universitas Sumatera Utara

Informan 4

Kami liat keadaan lah kak, kalau ada ASI mamaknya kami nggak
kasih susu formula tapi kalau ga ada biasanya kami tunggu dua jam
dulu baru kami kasih susu formula.

Informan 5

Kalau saya untungnya memberikan ASI karena sejak di dalam


kandungan pun saya rajin menjaga pola makan jadi begitu lahir
hanya ada menunggu beberapa jam sudah saya kasih ASI, jadi tidak
perlu mengeluarkan biaya untuk membeli susu formula.

Berdasarkan tabel di atas bahwa Klinik X, Y dan Z bekerjasama dengan provider


susu formula, namun 3 informan bidan koordinator dan 3 bidan di klinik yang mengetahui
kerjasama tersebut.
4.3.1.4 Pernyataan informan mengenai cara efektif untuk mempromosikan ASI
Eksklusif di Klinik X,Y, dan Z
Klinik Bersalin X
Informan

Pernyataan

Informan 1

Tentunya dengan memberikan panduan cara merawat payudara,


kemudian menjaga makanan lebih banyak mengkonsumsi sayuran,
dan mengingatkan setiap periksa kehamilan, terkadang kami juga
menakut nakuti dengan bilang kalau nggak kasih ASI nanti bisa
kena kanker. Gitulah pokoknya.

Informan 2

Kalau dari kita selalu melakukan sosialisasi yaitu dari masa ANC
untuk ibu agar menjaga pola makannya agar lebih baik, terus
adanya pelatihan terhadap bidan di klinik, terus adanya konselor
menyusui, sehingga promosi itu sering diterapkan.

Informan 3

Menyuruh bidan untuk mengikuti pelatihan ataupun seminar


sehingga bisa menambahkan mereka ilmu, terutama dalam
pemberian ASI, kalau saya sebagai dokter membantu dengan
mengadakan penyuluhan di klinik itu.

Informan 4

Dengan memberitahukan kepada ibu perbedaan kandungan ASI dan


susu formula, bilang kalau dengan ASI lebih untung tidak
mengeluarkan biaya, bisa lebih dekat kasih sayang dengan anak,
dan anak kekebalan tubuhnya lebih kuat dan nanti anak ibu jadi
pintar, trus mengingatkan lah setiap datang ke klinik periksa
kehamilan supaya tetap banyak makanan yang bergizi.

Universitas Sumatera Utara

Informan 5

Kalau ibu bidan disini memang selalu mengutamakan pemberian


ASI kepada anak, dan awak pun dari anak yang pertama udah kasih
ASI kak, jadi yang anak kedua ini pun insyaallah dikasih ASI juga
apalagi dengan keterbatasan ekonomi kami untuk beli susu formula
sayang rasanya kalau masih bisa dengan ASI.

Klinik Bersalin Y
Informan

Pernyataan

Informan 1

Inilah kan banyak juga poster tentang ASI, cara menyusui yang
benar, kalau kami selama disini dia bisalah kami awasi dia untuk
memberikan ASI tapi kalau udah pulang dari sini manatau kita lagi
itu kan, yaitu tapi selalu diingatkan lah dan bidan bidan disini pun
kusuruh ikut pelatihan kan supaya makin banyak ilmunya. Cuma
memang kalau daerah kami ini susah kali mau ngasih ASI, merasa
selebritis semua takut badannya jelek lah, trus sibuk keja jadi nggak
bisa menetekki kapanpun.

Informan 2

Mengadakan kesepakatan bersama, komitmen dari IBI, sudah


ditandatangani bersama sudah capeklah. Tetapi sekarang sudah
mulai banyak yang menjadi panutan seperti artis di televisi sudah
ikut melakukan program ASI Eksklusif yang dapat meningkatkan
juga minat masyarakat untuk memberikan ASI Eksklusif.

Informan 3

Dengan adanya iklan ASI Eksklusif yang menarik daripada susu


formula maka ibu akan lebih tertarik untuk menyusui anaknya,
selain itu untuk ibu yang bekerja diharapkan semua tempat kerja itu
mempunyai ruangan untuk ibu menyusui. Selain itu diharapkan
juga dari kader posyandu untuk melakukan monitoring dan evaluasi
untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan PP ASI Eksklusif.

Informan 4

Kalau promosi ASI supaya efektif dikasih taulah dek ke ibunya


manfaat ASI itu apa, pentingnya anak kalau dikasih ASI itu beda
dengan yang dikasih susu formula. Trus maunya sanksi itu memang
adalah diterapkan atau nggak penghargaan bagi ibu yang mau
menyusui anaknya selama enam bulan, apalagi kalau sampai dua
tahun biar ibunya juga semakin tinggi keinginannya untuk
memberikan ASI.

Informan 5

Kalau saya memang sibuk kerja jadi susah kurasa kalau ASI ini,
sementara anakku dijaga sama orang, jadi lebih mudah lah kalau dia
minum susu formula aja. Terkadang liat keadaan juga kita nggak
bisa dipaksakan.

Universitas Sumatera Utara

Klinik Bersalin Z
Informan

Pernyataan

Informan 1

Pengawasan dari pihak Dinas kepada klinik mungkin akan


membuat pemberian ASI Eksklusif lebih efektif.

Informan 2

Kembali lagi kepada sosialisasi kepada bidan, pelatihan, dan


edukasi serta penambahan informasi dan bisa juga kerjasama yang
baik dengan periklanan untuk memberitahukan pentingnya anak
apabila diberikan ASI Eksklusif tentunya berbeda dengan yang
diberikan susu formula.

Informan 3

Sebisa mungkin bidan bidan dididik untuk tidak mudah terbujuk


oleh rayuan provider susu formula sehingga program IMD dan ASI
Eksklusif dapat berjalan dengan baik.

Informan 4

Kami memberitahu bedanya ASI itu apa dan manfaatnya lebih


bagus, kalau susu formula anaknya bisa kemungkinan kena diare.

Informan 5

Selagi bisa memberikan ASI nggak kukasih lah boruku minum susu
formula dek, selain menghemat uang juga lebih praktis kurasa,
walaupun saya kerja tapi selalu saya simpan ASI itu dulu atau kan
tempat kerja saya ada rumah dinasnya jadi pulang menyusui kalau
sempat.

Berdasarkan tabel di atas bahwa hanya klinik X yang memberikan promosi ASI
Eksklusif, klinik Y dan Z tidak dan menganggap bahwa semua orang sudah paham
tentang ASI Eksklusif sehingga tidak perlu lagi
4.3.1.5 Pernyataan informan tentang ibu bersalin yang tidak mau memberikan ASI
Ekslusif kepada anaknya di Klinik X,Y, dan Z
Klinik Bersalin X
Informan
Informan 1

Pernyataan
Kalau di klinik kami ini jarang ibu yang tidak mau memberikan
ASI, rata rata kalau ASI nya ada, mereka mau ngasih, bukannya
selebritis orang ini kan lagipula gampang dirasa tinggal kasih bisa
dimana aja, nggak perlu mengeluarkan biaya lagi, kalau yang nggak
ada keluar ASI nya barulah terpaksa dia kasih susu formula, kalau
ada ibu ibu yang nggak mau ngasih ASI itu kurasa memang
Universitas Sumatera Utara

badannya lah lebih disayangnya daripada anaknya atau mungkin


memang kurang pengetahuannya. Itulah yang nggak tau kita itu
kan. Atau mungkin dia sibuk kerja atau susah memompa ASI untuk
disimpan.
Informan 2

Kalau ibu jaman sekarang mungkin terkendala karean pekerjaan


atau kalau dibilang ASI tidak keluar nggak adanya itu,tapi memang
pasti mau memberikan ASI kepada anaknya, tetapi kalau dari ibu
sendiri itulah diperlukan kontribusi keluarga atau dukungan moral
juga dari orang orang disekitarnya untuk dapat memberikan ASI
Eksklusif, selain itu tempat mereka melakukan ANC pun
seharusnya mendukung kegiatan mereka.

Informan 3

Kalau soal itu tergantung ibu ibu ini nya nak, kalau memang dia
bisa kenapa harus dikasih susu formula. Tapi saya juga sering
menghimbau terutama ke ibu di rumah supaya bidan bidan itu
melakukan pendekatan kepada ibu ibu itu tadi supaya tinggilah
cakupan ASI Eksklusif ini kan, anak anak pun cerdas.

Informan 4

Kalau disini jarang nggak mau ngasih ASI kak, kalau ada ASI nya
lebih suka mereka kasih ASI, udah tau mereka itu lebih bagus
daripada susu formula, tap terkaadang kan kak kalau kuliat
tergantung makanan yang dikonsumsi ibunya juga nya kandungan
ASI ini, mungkin dia lebih tertarik lah sama susu formula karena di
tv kan ada itu banyak iklan kak tentang bagusnya susu formula.

Informan 5

Kalau awak ngasih ASI nya lantaran ada ASI awak kalau nggak ada
tadi barulah ngasih susu formula ini pun kubeli juga untuk jaga jaga
manatau nggak cukup ASI ku ini kan, kalau soal ibu yang nggak
mau kasih susu formula mungkin memang nggak adalah ASI nya
atau takut jelek badannya. Bnayak jugalah alasan ibu ibu ini
memang apalagi kalau dikasih hadiah dari susu formula itu kan.

Klinik Bersalin Y
Informan
Informan 1

Pernyataan
Disini rata rata ibunya kerja trus menjaga badannya supaya nggak
melar lah, badannya tetap cantik, jadi mereka lebih memilih untuk
menggunakan susu formula. Kalau kurasa pun kayak gitunya alasan
ibu ibu yang nggak mau kasih ASI itu, macam manalah mau
dibilang yakan kalau kita lihat disini dikasihnya, palingan dua
harinya di klinik ini, setelah itu kan nggak tau kita itu diluar
kekmana.

Universitas Sumatera Utara

Informan 2

Itu tadi ibu harus mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dari
orang terdekat disekitarnya maupun dimana ibu tersebut melakukan
pemeriksaan kehamilan.

Informan 3

Ibu yang demikian seharusnya lebih dilakukan pembinaan oleh para


bidan supaya anak diberikan ASI, selain itu juga kemungkinan
pekerjaan bisa jadi menghambat pemberian ASI tersebut.

Informan 4

Memang orang itu nggak mau ngasih ASI kak jadi kita pun susah
udah dijelaskan pun lebih bagus ASI dari susu formula tetap
ajanya.Lagipula disini kami memang disuruh begitu lahir langsung
dikasih susu formula, memang kekgitu perautran darisini kak.

Informan 5

Kalau aku dek kerja, makanya nggak bisa aku kasih air susu ku ini,
jam kerja ku pun nggak menentu, kalau nggak kerja aku makan
apalah kami suami pun udah nggak ada kerjanya lagi jadi aku
mungkin bedalah sama ibu ibu yang nggak mau ngasih ASI itu.

Klinik Bersalin Z
Informan

Pernyataan

Informan 1

Ya mungkin ngga ada susunya mau gimana kita bilang yakan kita
kasihlah susu formula. Kalau dijelaskan ASI itu lebih bagus
memang tapi kalau disini selagi ada ASI itu yang dikasih, kami
tunggu dulu sekitar dua jam baru kami kasih itu susu formula.

Informan 2

Ya saya tidak setuju sebenarnya ASI itu ada di setiap wanita namun
karena sebelum memberikan sudah berpikir tadi untuk tidak
memberikan ASI, sehingga ASI pun tidak keluar, kemudian itu dari
bidan untuk kepentingannya pun memanfaatkan pemberian susu
formula tersebut.

Informan 3

Banyak hal yang membuat ibu tidak memberikan ASI, mungkin


dari dasar pengetahuan memang belum tau betapa pentingnya ASI,
apalagi kalau dilihat dari banyaknya promosi susu formula dan
iklan yang menarik di televisi membuat banyak ibu yang tidak mau
lagi memberikan ASI. Tidak bisa dipungkiri apabila bayi sakit atau
terus menangis ibu tidak tega melihatnya dan memberikan susu
formula langsung terutama di klinik, kurangnya pengawasan dokter
atau tenaga kesehatan lainnya.

Informan 4

Kalau itu mungkin ibunya menjaga badan supaya nggak jelek lah
kak, atau nggak dia sibuk kerja jadi kurang ada waktunya untuk itu.

Universitas Sumatera Utara

Informan 5

Kalau saya karena mungkin saya menjaga makanan saya dan


berusaha makan yang bergizi jadi banyak ASI ku, kalau ibu yang
nggak mau ngasih ASI ya ada ajalah mungkin masalah orang itu,
entah dari si bayi atau dari ibu memang nggak keluar ASI nya.

Berdasarkan tabel di atas bahwa dari 3 informan ibu bersalin di klinik bersalin ada
2 informan yang memberikan ASI namun dibarengi dengan susu formula. Untuk di klinik
X ibu bersalin yang datang rata rata memberikan ASI, klinik Y hampir semua yang datang
tidak memberikan ASI Eksklusif karena alasan menjaga kecantikan badan, dan dari Klinik
Z ada yang memberikan ASI tetapi diberikan dulu susu formula begitu lahir agar bayi
tidak menangis.

4.3.1.6 Pernyataan informan tentang pemberian susu formula pasca melahirkan


kepada bayi di Klinik X,Y dan Z.
Klinik Bersalin X
Informan

Pernyataan

Informan 1

Di klinik ini sebisa mungkin diberikan ASI, namun terkadang


melihat kondisi bayi yang selalu menangis kami pun memberikan
susu formula, berhubung ASI tidak langsung keluar begitu bayi
lahir. Sebenarnya ada waktu sekitar 24 jam anak tidak apa apa
apabila tidak diberikan ASI, namun karena bayi tadi terus menangis
sehingga ibunya tidak tega dan langsung memberikan susu formula.

Informan 2

Sebenarnya itu tadi ya tidak baik seperti itu karena kan sudah ada di
PP 33 itu tadi bahwa seharusnya tenaga kesehatan memberikan ASI
kepada bayi yang telah dilahirkan ibunya. Namun untuk sejauh ini,
itu tadi kembali kepada kerjasama yang ditawarkan provider susu
formula tadi.

Informan 3

Hal tersebut saya kurang tau, tapi kalaupun begitu sebaiknya ibu
yang menegur, tetapi terkadang memang para bidan ini tertarik
ngasih susu formula daripada ASI, karena memang ya
menguntungkan untuk mereka.

Informan 4

Kan kami juga memberikan susu formula kalau ibunya tidak keluar
ASI nya dan mencukupi. Kalau anaknya nangis terus terpaksa kami
Universitas Sumatera Utara

kasih juga susu formula lah nggak mungkin dibiarkan nangis terus
nanti mata bayinya bisa kuning.
Informan 5

Bersyukur lah awak kak ada ASI, jadi begitu lahir pun awak IMD
kak, trus setelah dibersihkan dibawa ke kamar bayinya baru saya
susui terus. Jadi nggak ada kukasih kesempatan ibu disini kasih
susu formula, kalau ada pun yang ngasih yang penting nggak
masalah lah sama anakku, gitu aja kak.

Klinik Bersalin Y
Informan

Pernyataan

Informan 1

Kalau di klinik ini ASI Eksklusif itu jarang sekali ibu mau
memberikan jadi kami pun setuju aja kalau pemberian ASI susu
formula begitu lahir mau ada ataupun tidak ASI ibunya yang
penting anak itu tidak nangis karena bisa teerganggu juga dengan
pasien lain. Lagipula ibu ibu disini tidak ada yang mau ASI
Eksklusif semua maunya anaknya minum susu formula.

Informan 2

Kalau dilihat mungkin itu untuk kepentingan pribadi, atau ada


keuntungan dengan bidan dan provider, tidak ada yang bisa
langsung mengawasi dengan jelas bagaiman pemberian ASI itu
pasca melahirkan sehingga bidan di klinik pun dengan bebas
memberikan susu formula.

Informan 3

Sebenarmya hal tersebut sudah menyalahi aturan dan membuat


cakupan ASI tidak meningkat, namun kembali lagi kepada bidan
bagaimana cara persuasif untuk mengajak ibu untuk memberikan
anaknya susu formula.

Informan 4

Kalau kami dek memang setuju aja sama pemberian itu karena kan
kalau menunggu ASI keluar kan lama lagipula nggak semua ibu
bisa mempunyai ASI yang cukup untuk anaknya dan kami juga
mengikuti prosedur yang disuruh oleh bidan koordinator kami
untuk langsung memberikan susu formula begitu bayi lahir.

Informan 5

Menurut saya itu bagus bagus aja nya dek selagi ibu mampu
membeli susu formula lagipula nggak bisa langsung keluar ASI itu.

Universitas Sumatera Utara

Klinik Bersalin Z
Informan

Pernyataan

Informan 1

Hal tersebut kurang baik lah karena kan dari segi kesehatan juga
ASI merupakan target pemerintah dalam pemberiannya, maka dari
itu kita harus meningkatkan kerjasama dengan Dinas untuk
mejalankan aturan yang ada di PP itu dan diawasi sehingga bayi
yang memproduksi susu formula berkurang.

Informan 2

Yaitu tidak baik menurut saya sudah disosialisasikan, tetapi tidak


berjalan dengan baik juga. Kembali lagi ke keuntungan yang
diterima dari kerjasama denga susu formula yaitu kita tidak tau
juga, apakah karena faktor itu atau memang keinginan atau
kebijakan dari klinik atau bidan yang ada di klinik bersalin tersebut.

Informan 3

Kalau di klinik ini diusahakan memberikan ASI saya selalu


merekomendasikan ASI dan program IMD, namun pada dasarnya
semua pelaksanaan itu kan bergantung pada bidan yang ada pada
saat penanganan pasien bersalin karen saya pun tidak berada di
klinik itu selama 24 jam. Jadi kalaupun ada bidan yang langsung
memberikan susu formula tentu tidak baik, tetapi melihat situasi
dan kondisi anak yang lahir juga.

Informan 4

Kadang bagus kadang nggak jugalah kak, soalnya kan disini nggak
selalu juga kami paksakan harus susu formula.

Informan 5

Kalau bagi saya itu tidak bagus ya, karena kandungan ASI kan
tentu berbeda sama susu formula, jadi perlulah dilakukan
pembinaan kepada bidan atau klinik yang langsung memberikan
susu formula itu. Kalau saya bersyukur diberikan ASI yang banyak
sehingga boru saya ini bisa mendapatkan ASI Eksklusif.

Berdasarkan tabel di atas dari 5 informan dari klinik X, Y dan Z tidak setuju
dengan pemberian susu formula pasca melahirkan, namun dari keseluruhan informan
mengatakan bahwa melihat kondisi bayi juga apabila ada indikasi medis sehingga bayi
harus diberikan susu formula, klinik X yang menunggu dulu sampai ibu keluar ASI nya,
klinik Y langsung memberikan susu formula karena mengejar target keuntungan susu
formula, dan klinik Z menunggu dulu selama 2 jam bayi baru diberikan ASI kalau ada,
namun kalau tidak ada juga tetap memberikan susu formula.

Universitas Sumatera Utara

4.3.1.7 Pernyataan informan tentang sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
menjalankan PP tersebut di Klinik X,Y dan Z

Klinik Bersalin X
Informan

Pernyataan

Informan 1

Menurut saya sebagai bidan disini sarana yang dibutuhkan sudah


cukup dan kami pun sudah memiliki alat USG, namun kami tidak
dapat menangani pasien operasi dan kami langsung merujukmnya
ke rumah sakit terdekat dan biasanya semua siap sedia karena kami
kerjasama juga dengan pihak rumah sakit untuk menjemput ibu
yang tidak dapat kami tangani disaat persalinan.

Informan 2

Sebenarnya sih sudah mencukupi sekitar ada 200 konselor sih cuma
kalau bidan agak bijak kan bisa juga menyampaikan dari mulut ke
mulut dengan teman, jadi sejauh ini masih ya cukuplah. Tiap tahun
ada pelatihan menyusui 20 sampai 25 orang lah itu.

Informan 3

Seharusnya pemerintah apabila membuat peraturan begitu


seharusnya didukung juga pengawasan di setiap klinik bersalin
yang ada, supaya peraturan itu tidak hanya dibuat tertulis begitu kan
tetapi tidak ada implementasinya.

Informan 4

Kalau kami kak menjalankan perintah aja dek, kalau pegawai kami
rasa udah cukup lah kak menangani pasien, jadi itulah kalaupun
memang harus dikasih ASI Eksklusif maunya adalah hadiah untuk
ibu ibu yang mau memberikan ASI, terus kan uang masuk kami ada
dari kerjasama dengan susu formula terus ngurus surat izin klinik
pun sekarang susah kali, banyak kali lah syaratnya.

Informan 5

Kalau disini masih kurang peralatannya lah dek, terus fasilitas pun
masih terbatas, jadi untuk pemberian ASI Eksklusif apalagi
pemantau yang datang aja pun nggak ada untuk penanganan ASI
pas bayi sudah lahir.

Klinik Bersalin Y
Informan
Informan 1

Pernyataan
Sejauh ini ya beginilah adanya ya peralatan pun ibu yang
menyediakan semua bukannya ada dari pemerintah entah uang
tambahan gitu kan supaya bisa berjalan peraturan ini teruslah buat
peraturan saja tap tidak melihat dan memantau langsung kekmana
Universitas Sumatera Utara

implementasinya.
Informan 2

Kembali kepada tempat pelayanan persalinan apa yag di perlukan,


kerjasama dengan berbagai pihak seperti Rumah sakit, apabila
sudah tidak mampu menangani persalinan, dan alat alat habis pakai
yang dibeli mungkin dari anggaran kalau hal tersebut bisa
ditanyakan langsung kepada pihak yang bersangkutan langsung
dengan pertolongan persalinan.

Informan 3

Dari segi sarana kalau di klinik ini sudah cukuplah sehingga saya
bersedia menanggungjawabi, karena untuk membantu persalinan
strata pertama saya rasa cukup. Namun terkait dengan peraturan
tersebut sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah
supaya peraturan tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Informan 4

Kalau peraturan itu kan tadi kurang tau tentang isinya, tapi kalau
sarana dan prasarana disini sudah cukup lah apalagi kalau mau
ngasih ASI dan menerapkan program IMD itu susah memang.

Informan 5

Sejauh ini ya cukup lah, untuk melahirkan secara normal tetapi


disini belum bisa memeriksa USG untuk melihat kondisi bayi di
dalam kandungan.

Klinik Bersalin Z
Informan

Pernyataan

Informan 1

Kalau untuk sarana dan prasarana disini masih kurang lah, soalnya
kan kalau kami harus bekerjasama juga sama Rumah Sakit untuk
rujukan kalau misalnya peersalinan tidak dapat kami tangani. Disini
kami juga masih terbatas ruangan tempat ibu pasca persalinan,
sehingga ibu yang disini tidak dapat beristirahat paling hanya dua
hari setelah melahirkan harus pulang.

Informan 2

Kalau masalah sarana dan prasarana tergantung pada keadaan di


klinik bersalin tersebut juga namun selalu ada pendanaan dari
pemrintah untuk itu kok.

Informan 3

Saya rasa kalau untuk penangan persalinan normal sudah memenuhi


standart, kalau untuk USG atau hal lain yang berhubungan dengan
pemeriksaan kehamilan belum ada.

Informan 4

Masih kuranglah kalau disini untuk edukasi dan promosi ke ibu


bersalin pun belum ada, gambar atau poster untuk ibu baca juga
tidak ada, apalagi peraturan seperti itu.

Universitas Sumatera Utara

Informan 5

Masih kuranng lah, terutama ruangan yang ada kadang pasien harus
cepat pulang disuruh, padahal kita mau sampai bayi kita putus dulu
tali pusarnya kan nggak bisa lama kalau di klinik ini.

Berdasarkan tabel di atas dari 5 informan di Klinik X, Y dan Z ada 2 informan di


klinik X yaitu bidan koordinator dan informan ibu bersalin yang mengatakan bahwa
peralatan masih kurang, dan ada 1 informan penanggungjawab klinik di Klinik Y, dan ada
3 informan yaitu informan bidan koordinator, informan bidan di klinik, dan informan ibu
bersalin di Klinik Z yang merasa sarana dan prasarana sangat terbatas apalagi dengan
menuntut berjalannya peraturan tersebut.
4.3.1.8 Pernyataan Informan tentang tantangan internal maupun eksternal dalam
menjalankan PP No 33 Tahun 2012 tersebut di Klinik X,Y dan Z
Klinik Bersalin X
Informan

Pernyataan

Informan 1

Tantangan yang ada masih kurangnnya pengawasan dan pembinaan


dari pemerintah dan masih bebas dan tidak ada pemantauan secara
rutin serta banyak yang lansung memberikan tawaran dan promosi
kepada masyarakat dengan cara mendatangi rumah warga yang
memiliki anak yang seharusnya masih diberikan ASI Eksklusif.

Informan 2

Tantangannya ya dari bidan itu sendiri, sebenarnya gini karena ada


janji eh apa namanya itu ya hadiah lah atau biingkisan dari susu
yaitu ya lebih kepada moralnya ya bagaimana mereka menanggapi.

Informan 3

Anggaran yang dari APBD dan APBN untuk menjalankan program


tersebut terkadang tidak jelas alurnya kemana, selain itu juga belum
semua tempat menyediakan sarana tempat ibu menyusui.

Informan 4

Mungkin ya ibu disini belum tau tentang peraturan itu, bahkan kami
aja kurang tau tentang peraturan itu jadi kalaupun kami melanggar
belum ada juga sanksi yang pernah diberikan apalagi terkait dengan
pemberian susu formula ini.

Informan 5

Ya banyak ibu yang tidak mau menyusui anaknya dek, mungkin


sibuk kerja ya banyak faktorlah.

Universitas Sumatera Utara

Klinik Bersalin Y
Informan

Pernyataan

Informan 1

Tantangannya ya belumm ada pengawasan dan pembinaan dari


pemerintah sehingga provider susu formula masih bebas
memberikan tawaran ke klinik klinik bersalin swasta.

Informan 2

Kalau internal lebih kepada kesiapan ibu itu sendiri dalam


memberikan ASI, dari mulai pertama sekali pemeriksaan
kehamilan, sampai kepada ibu akan melahirkan, kalau untuk
tantangan eksternal lebih kepada keluarga atau orang disekitar yang
mendukung ibu untuk memberikan ASI, selain itu tenaga kesehatan
dimana dan sarana tempat ibu melahirkan mendukung tidak akan
pelaksanaan peraturan tersebut.

Informan 3

Pendanaan untuk menjalankan program tersebut nggak jelas


kemana, selain itu juga belum semua tempat menyediakan sarana
tempat ibu menyusui.

Informan 4

Ibu disini belum tau tentang peraturan itu, kami aja kurang tau
tentang peraturan itu jadi kalaupun kami melanggar belum ada juga
sanksi yang pernah diberikan apalagi terkait dengan pemberian susu
formula ini kalaupun ada sanksi minta duit orang dinas kami bilang
nggak ada duit kami apa yang mau kami kasih.

Informan 5

Masih banyak ibu yang tidak mau menyusui, mungkin sibuk kerja
atau takut badannya nanti jadi nggak bagus ada juga yang memang
ASI nggak keluar sama sekali.

Klinik Bersalin Z
Informan

Pernyataan

Informan 1

Menurut saya masih kurangnnya pengawasan dan pembinaan dari


pemerintah sehingga provider susu formula masih bebas
memberikan tawaran ke klinik klinik selain itu keuntungan yang
ditawarkan memang menggiurkan darimana dapat uang masuk
kalau nggak darisitu.

Informan 2

Dapat dilihat dari data sasaran juga ya, kalau misalnya tantangan itu
ya pasti banyak masih kurangnya pemahaman akan pengetahuan
ibu, sering dilakukan pelatihan pun kalau dari bidannya mau
melakukan kerjasama tetap dengan susu formula tentunya tidak ada
yang mengawasi secara terus menerus, memang kembali lagi
kepada komitmen untuk melaksanakan peraturan itu dan tidak
Universitas Sumatera Utara

hentinya untuk melakukan sosialisasi.


Informan 3

Ada dan untuk menjalankan program tersebut tetapi kadang


digunakan untuk kepentingan yang lain, selain itu juga belum
semua tempat menyediakan sarana tempat ibu menyusui.

Informan 4

Kalau menurut kakak ibu banyak yang belum tau tentang peraturan
itu, kami aja kurang tau tentang peraturan itu jadi kalaupun kami
melanggar belum ada juga sanksi yang pernah diberikan apalagi
terkait dengan pemberian susu formula.

Informan 5

Tapi tergantung pengetahuan ibu juga dek, berbagai alasan


mungkin sibuk kerja sehingga anak dirawat oleh baby sitter, ada
juga yang ASI tidak keluar, selain itu kan banyak juga ibu yang
bilang kalau anaknya tidak kenyang dan menangis terus.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa informan di klinik X,Y dan Z masih
mengeluh tentang tantangan yang ada yaitu berupa anggaran atau dana dari pemerintah,
pengetahuan bidan, pembinaan terhadap bidan dan masih rendahnya pengetahuan dari ibu
yang bersalin
4.3.1.9 Pernyataan Informan tentang saran terhadap pengawasan PP No 33 Tahun
2012 di Klinik X,Y dan Z
Klinik Bersalin X
Infroman

Pernyataan

Informan 1

Seharusnya pemrintah melaksanakan advokasi dan sosialisasi


program pemberian ASI ini lebih secara rutin baik dalam bentuk
pelatihan maupun pembinaan kepada bidan di seluruh klinik.

Informan 2

Kalau pengawasan itu tidak ada, cuma ada data biasanya sih ada
diminta berapa bulan sekali berapa itu tentang ASI Eksklusif,adalah
berarti ya, laporan dari klinik swasta jarang karena kadang kadang
kan yang biasanya ketika di Posyandu tapi kalau dia melahirkan
dimana dan datangnya ke posyandu barulah kita tau. Kalau di
Puskesmas bidan desa biasa ada laporan ke bidan koordinator.

Informan 3

Pemerintah memberikan pelatihan mengenai program pemberian


ASI Eksklusif dan penyediaan tenaga konselor menyusui di klinik
bersalin yang ada serta menyediakan akses terhadap edukasi dan
informasi penyelenggaraan program ini, bisa juga dengan kerjasama
Universitas Sumatera Utara

dengan pihak lain baik dalam maupun luar negeri.


Informan 4

Supaya perwakilan dari pemerintahan sering mengunjungi klinik


bersalin dan memberikan teguran kepada klinik yang bekerjasama
dengan provider susu formula

Informan 5

Yang paling penting peningkatan pengetahuan semua masyrakat lah


tentang adanya peratuan ini sehingga iklan susu formula pun tidak
semakin marak, perlunya laporan yang jelas tentang kegiatan
disetiap unit klinik bersalin sehingga peraturan bisa berjalan.

Klinik Bersalin Y
Informan

Pernyataan

Informan 1

Seharusnya pemrintah melaksanakan advokasi dan sosialisasi


program pemberian ASI ini lebih secara rutin baik dalam bentuk
pelatihan maupun pembinaan kepada bidan di seluruh klinik.

Informan 2

Kalau pengawasan secara langsung itu jarang, tetapi kalau


pelaporan kita terima itu wajib ada dua kali setahun yaitu Februari
dan Agustus yang kami terima sesuai biasanya dengan Riskesdas.
Namun kalau untuk langsung ke klinik datang untuk mengawasi
belum ada sampai kesitu karena kami menerima laporan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota saja.

Informan 3

Pemerintah memberikan pelatihan mengenai program pemberian


ASI Eksklusif dan penyediaan tenaga konselor menyusui di klinik
bersalin yang ada serta menyediakan akses terhadap edukasi dan
informasi penyelenggaraan program ini, bisa juga dengan kerjasama
dengan pihak lain baik dalam maupun luar negeri.

Informan 4

Supaya perwakilan dari pemerintahan sering mengunjungi klinik


bersalin dan memberikan teguran kepada klinik yang bekerjasama
dengan provider susu formula

Inorman 5

Yang paling penting peningkatang pengetahuan semua masyrakat


lah tentang adanya peratuan ini sehingga iklan susu formula pun
tidak semakin marak, perlunya laporan yang jelas tentang kegiatan
disetiap unit klinik bersalin sehingga peraturan bisa berjalan.

Klinik Z

Universitas Sumatera Utara

Informan

Pernyataan

Informan 1

Seharusnya pemrintah melaksanakan advokasi dan sosialisasi


program pemberian ASI ini lebih secara rutin baik dalam bentuk
pelatihan maupun pembinaan kepada bidan di seluruh klinik.

Informan 2

Saran memang bidan lebih diawasi dalam melakukan kontrak


dengan perusahaan susu dan dari bidannya sendirilah supaya lebih
mensosialisasikan ASI Eksklusif kepada masyarakat.

Informan 3

Pemerintah memberikan pelatihan mengenai program pemberian


ASI Eksklusif dan penyediaan tenaga konselor menyusui di klinik
bersalin yang ada serta menyediakan akses terhadap edukasi dan
informasi penyelenggaraan program ini, bisa juga dengan kerjasama
dengan pihak lain baik dalam maupun luar negeri.

Informan 4

Supaya perwakilan dari pemerintahan sering mengunjungi klinik


bersalin dan memberikan teguran kepada klinik yang bekerjasama
dengan provider susu formula

Informan 5

Yang paling penting peningkatang pengetahuan semua masyrakat


lah tentang adanya peratuan ini sehingga iklan susu formula pun
tidak semakin marak, perlunya laporan yang jelas tentang kegiatan
disetiap unit klinik bersalin sehingga peraturan bisa berjalan.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa informan di Klinik X,Y dan Z
menginginkan pengawasan yang lebih dari pemerintah dan pembinaan serta pelatihan
kepada para bidan di klinik dan penigkatan edukasi serta penyuluhan kepada ibu yang
masih berpengetahuan rendah.
4.3.1.10 Pernyataan Informan terkait sanksi yang ada di PP No 33 Tahun 2012 di
Klinik X, Y, dan Z.
Klinik Bersalin X
Informan

Pernyataan

Informan 1

Sejauh ini sanksi yang diberikan pun tidak berjalan orang


pengawasan aja pun kadang jarang lagipula kalau dikasih duit
amannya orang dinas itu.

Informan 2

Sejauh ini ada sanksi teguran baik lisan maupun pencabutan izin
seperti halnya ada tercantum di PP 33 tai tetapi belum ada lah
Universitas Sumatera Utara

teguran yang nyata.


Informan 3

Sanksi yang ada di peraturan tersebut belum pernah dilihat


langsung dan diselenggarakan oleh pemerintah yang membuat
peraturan ini sehingga kurang perdulilah masyarakat tentang adanya
peraturan ini, tau pun tidak saya rasa.

Informan 4

Setau saya belum pernah lah ada teguran dek ke klinik kami ini.
Kalaupun ada yang sampai pencabutan izin itu tidak ada.

Informan 5

Bagaimana lah pemerintah supaya memberikan fasilitas yang


terbaik yang mendukung berjalannya peraturan itu.

Klinik Bersalin Y
Informan

Pernyataan

Informan 1

Sanksi yang diberikan belum ada setau saya yang sampai di muat di
majalah atau televisi. Kalau ke klinik saya ini paling ada sekali 3
tahun datang dari Dinas Kesehatan itu pun penanggung jawab
klinik ini karena kebetulan kerja disitu.

Informan 2

Sejauh ini ada sanksi teguran baik lisan maupun pencabutan izin
seperti halnya ada tercantum di PP 33 tai tetapi belum ada lah
teguran yang nyata.

Informan 3

Belum banyak yang tau tentang peraturan itu sebenarnya, jadi


sanksi pun tidak terlalu ditakuti karena memang belum pernah
terdengar sampai bagaimana.

Informan 4

Belum pernah lah ada teguran dek ke klinik kami ini. Kalaupun ada
yang sampai pencabutan izin itu tidak ada.

Informan 5

Pemerintah supaya memberikan fasilitas yang terbaik yang


mendukung berjalannya peraturan itu, mengenai sanksi saya tidak
paham kalau ada sanksi.

Klinik Bersalin Z
Informan
Informan 1

Pernyataan
Sejauh ini sanksi yang diberikan pun tidak berjalan orang
pengawasan aja pun kadang jarang lagipula kalau dikasih duit
amannya orang dinas itu.

Universitas Sumatera Utara

Informan 2

Sanksi yang ada hanya tertulis sejauh ini belum ada yang dilakukan
sesuai dengan yang ada di PP No 33 tadi.

Informan 3

Sanksi yang ada di peraturan tersebut belum pernah dilihat


langsung dan diselenggarakan oleh pemerintah yang membuat
peraturan ini sehingga kurang perdulilah masyarakat tentang adanya
peraturan ini, tau pun tidak saya rasa.

Informan 4

Setau saya belum pernah lah ada teguran dek ke klinik kami ini.
Kalaupun ada yang sampai pencabutan izin itu tidak ada.

Informan 5

Menurut saya sanksi itu ya seharusnya berjalan supaya klinik


bersalin tidak sembarangan memberikan susu formula ataupun
tenaga kesehatan mendapatkan dan sering mengikuti pelatihan
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa disetiap Klinik X, Y dan Z tidak
pernah ada sanksi yang diberikan sejauh ini dari pihak pemerintah daerah maupun
provinsi, kalau pun ada datang dari pihak Dinas Kesehatan mereka menanyakan izin
klinik ini saja apakah masih berlaku sampai dengan saat ini.

4.3.1.11 Pernyataan Informan tentang keuntungan yang diperoleh dari provider


susu formula di Klinik X,Y dan Z
Klinik Bersalin X
Informan

Pernyataan

Informan 1

Kalau dari susu formula itu ya ada hadiah yang dikasih kalau
mencapai target seperti : jalan jalan dan bahkan mau mentransfer
uang ke no rekening. Selain itu juga ya bisa mengurangi beban
biaya yang kurang di klinik ini. Tapi itupun kadang hadiah ini mesti
dimintanya tapi kalau orang ini saya larangnya sebenarnya kalau
ditawarkan seperti itu.

Informan 2

Kalau dengan Dinas Kesehatan tidak dibolehkan sama sekali.

Informan 3

Keuntungan saya tidak ikut dalam itu, tetapi uang masuk kepada
Universitas Sumatera Utara

ibu dan bidan di klinik karena saya tidak ikut menerima keuntungan
tersebut.
Informan 4

Kadang dikasih hadiah, diajak jalan jalan kalau mencapai target dan
juga bisa menangani masalah ibu yang tidak keluar ASI nya dan
bayi dengan masalah indikasi medis.

Informan 5

Dikasih tas dikasih susu formula gratis diajak untuk cek kesehatan
secara berkala.

Klinik Bersalin Y
Informan

Pernyataan

Informan 1

Diberikan hadiah yang dikasih kalau mencapai target mentransfer


uang ke no rekening saya. Selain itu juga ya bisa mengurangi beban
biaya yang kurang di klinik ini.

Informan 2

Itu lebih kepada kepentingan pribadi tenaga kesehatan seperti bidan


yang ada di klinik itu. Kalau kami tidak tau akan hal itu.

Informan 3

Mengenai keuntungan saya serahkan kepada ibu dan bidan di klinik


karena saya tidak ikut menerima keuntungan tersebut.

Informan 4

Kadang dikasih hadiah, diajak jalan jalan kalau mencapai target dan
juga bisa menangani masalah ibu yang tidak keluar ASI nya dan
bayi dengan masalah indikasi medis

Informan 5

Dikasih tas dikasih susu formula gratis diajak untuk cek kesehatan
secara berkala.

Klinik Bersalin Z
Informan

Pernyataan

Informan 1

Dari susu formula itu ya ada hadiah yang dikasih kalau mencapai
target seperti : jalan jalan dan bahkan mau mentransfer uang ke no
rekening. Selain itu juga ya bisa mengurangi beban biaya yang
kurang di klinik ini.

Informan 2

Tidak bisa ada kerjasama sama sekali. Kalau dengan provider susu
formula itu mungkin kepada klinik saja ditanyakan.

Informan 3

Kalau keuntungan saya serahkan kepada ibu dan bidan di klinik


karena saya tidak ikut menerima persen keuntungan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Informan 4

Kadang dikasih hadiah, diajak jalan jalan kalau mencapai target dan
juga bisa menangani masalah ibu yang tidak keluar ASI nya dan
bayi dengan masalah indikasi medis

Informan 5

Ditawarkan diskon apabila membeli langsung banyak stock susu


formula merk X.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 5 informan di Klinik X,Y, dan
Z. Di Klink X ada 2 informan yaitu bidan koordinator, bidan di klinik, mendapatkan
hadiah dan paket libura serta pemberian uang secara transfer ke no rekening. Di Klinik Y
ada 2 informan yaitu bidankoordinator dan ibu bersalin yang menggunakan susu formula
merk tertentu menerima uang dan hadiah buat ibu dan anaknya sepulang dari klinik. D
Klinik Z ada 3 informan yaitu bidan koordinator, bidan di klinik dan ibu yang bersalin
yang mengaku bahwa keuntungan hadiah yang diberikan banyak terutama dari salah satu
produk x.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Input
5.1.1 Sumberdaya Manusia di Klinik X, Y dan Z

Bidan di klinik merupakan tenaga kesehatan yang paling berperan dalam melaksanakan
peraturan ini seperti halnya IMD. Pelaksanaan IMD karena ibu tidak dapat melakukan IMD tanpa
bantuan dan fasilitasi dari bidan. Penelitian kualitatif ASI eksklusif 6 bulan terhadap kelompok
ibu yang ASI eksklusif dan ASI tidak eksklusif menunjukkan bahwa sebagian besar informan
ASI eksklusif difasilitasi IMD oleh bidan sedangkan sebagian besar informan ASI tidak eksklusif
tidak difasilitasi IMD.
Dalam penelitian ini tenaga kesehatan yang ada di klinik bersalin swasta ada 8 orang di
Klinik X, 6 orang di Klinik Y dan 7 orang di Klinik Z. Dari 3 informan ibu bersalin ketiganya
tidak melakukan IMD, yang alasannya karena alasan yang sebenarnya bisa dihindari yaitu bayi
akan dibersihkan dan dibedong terlebih dahulu. Bidan yang bersikap positif akan lebih besar
kemungkinannya untuk melakukan IMD dan menyuruh ibu untuk memberikan ASI Eksklusif.
Kesiapan sarana pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kehamilan dan persalinan, termasuk
kesiapan SDM-nya perlu diperhatikan juga apakah peraturan tersebut sudah menyentuh peran dan
mempertimbangkan situasinya. Pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif sangat bergantung pada
tindakan yang diambil oleh tenaga kesehatan dan fasilitas layanan kesehatan pada jam-jam
pertama. Berbagai studi menunjukkan peran vital tenaga kesehatan penolong persalinan dalam
keberhasilan pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif. Dalam kenyataannya, tidak semua tenaga
kesehatan penolong persalinan baik bidan maupun dokter bebas dari peran sebagai agen susu
formula dan memberikan tawaran yang indah seperti mentransfer uang ke bidan yang membantu
persalinan dan memberikan fasilitas berjalan jalan ke luar negeri.

Universitas Sumatera Utara

Studi kualitatif di salah satu Puskesmas di Kabupaten Solok Sumatera Barat terhadap
bidan dan ibu bersalin menunjukkan kurangnya fasilitasi dan kualitas IMD yang dilakukan oleh
bidan. Dalam studi tersebut bidan mengakui dalam IMD tidak terjadi kontak kulit antara ibu dan
bayi karena bayi diberikan ke ibu dalam keadaan sudah terbungkus dan mereka umumnya pernah
memberikan susu bantu kepada bayi dengan indikasi bila dalam 2 jam ASI belum keluar (takut
terjadi hypoglikemia). Hal ini tentunya sangat tidak sesuai dengan prosedur APN yang ditetapkan.
Berdasarkan monitoring yang dilakukan oleh BKPPASI disebutkan bahwa banyak rumah
bersalin swasta yang tidak mendukung IMD. Sehabis dilahirkan bayi seharusnya langsung
diletakkan di dada ibu agar refleksnya berkembang dan produksi ASI ibu meningkat namun bayi
malah dipisahkan dan baru diberikan sehari kemudian.
5.1.2 Kebijakan dari Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 di
Klinik X, Y dan Z.
Proses penyusunan kebijakan di Indonesia melibatkan setidaknya dua pihak, yaitu pihak
eksekutif dan pihak legislatif. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 14 Tahun 2011 tentang
Rencana Pembangunan Jamgka Menengah Daerah (RPJMD) bahwa pemahaman yang utuh
tentang promosi kesehatan hanya terbatas pada pemegang program saja dan belum sampai kepada
masyarakat.
Kondisi tersebut ditandai dengan masih relatif rendahya pemberian air susu eksklusif,
dimana pada tahun 2009 masih dijumpai sebanyak 32,45% bayi yang tidak memperoleh ASI
eksklusif. Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI secara Eksklusif pada
Bayi di Indonesia. Selain itu Perda Kota Medan No. 6 tahun 2009 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Balita (KIBBLA) Pasal 37 ayat (1): Pelanggaran terhadapat ketentuan Pasal 8,
dapat dikenakan Sanksi. Pasal 37 ayat (2): Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berupa peringatan lisan, peringatan tertulis, penutupan sementara, pencabutan izin dan
penutupan kegiatan. Pasal 37 ayat (3) Penerapan sanksi sebagaimana dimaksud ayat (2) diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah.
Universitas Sumatera Utara

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 450/2004 tentang ASI Eksklusif,


sudah ditegaskan bahwa setiap Rumah Sakit/ Rumah Bersalin/ Bidan Praktek Swasta harus
mendukung dan mengkampanyekan program pemberian ASI saja pada bayi sejak lahir sampai
usia enam bulan. Namun pada kenyataannya program tersebut kurang berhasil. Data tentang
cakupan inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif sebagaimana dipaparkan di atas
menunjukkan kegagalan program ini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan
bahwa sebagian besar dari informan tidak melakukan inisiasi menyusui dini. Menurut pengakuan
sebagian informan, bahwa setelah bayi lahir tidak diletakkan di dada ibu melainkan di berikan
kepada ibu untuk disusui setelah diganti dengan kain yang kering dengan tujuan bayi tidak
kedinginan. Hal ini tidak sesuai dengan cara yang benar dalam melakukan inisiasi menyusu dini.
Selain itu menurut sebagian bidan, meskipun sudah pernah disosialisasikan baik lewat
Dinas Kesehatan maupun lewat organisasi IBI (Ikatan Bidan Indonesia), tetapi karena inisiasi
menyusu dini merupakan hal yang baru dan masih banyak yang belum berpengalaman sehingga
masih banyak ibu yang tidak melakukan inisiasi dini. Meski sebagian dari bidan yang menolong
persalinan mereka telah memberikan informasi mengenai manfaat IMD dan ASI eksklusif saat
ANC, tetapi oleh karena sikap mereka terhadap ASI eksklusif yang terkadang longgar (tidak
komitmen) membuat ibu akhirnya mengambil keputusan untuk memberikan makanan atau
minuman tambahan ASI termasuk di dalamnya adalah susu formula.
Salah satu faktor yang menyebabkan masih banyak ibu yang belum mengetahui tentang
ASI eksklusif serta sikapnya yang tidak mendukung ASI eksklusif adalah karena ibu tersebut
masih jarang atau bahkan tidak pernah mendapatkan informasi yang benar dan lengkap mengenai
ASI eksklusif. Informasi yang didapatkan ibu dari bidan selama proses ANC adalah hanya
seputar cara pemberian ASI saja. Hal tersebut dikarenakan bahwa sampai saat ini belum pernah
mengetahui/ mendengar tentang standar pelayanan khususnya standar pelayanan tentang
pemberian ASI eksklusif. Yang selama ini diketahui adalah cara pemberiannya saja bahwa ASI
eksklusif adalah bayi diberikan ASI saja sampai 6 bulan, tetapi tidak mengetahui bahwa
Universitas Sumatera Utara

pemberian ASI eksklusif perlu persiapan. Sehingga perlu penanaman sikap yang baik untuk
melaksanakan praktik ASI.
Dalam implementasi sanksi terhadap pelanggaran belum ada sejauh ini karena kurangnya
pengawasan juga dari pembuat kebijakan. Satu legislasi, yaitu Rancangan Peraturan Pemerintah
(RPP) Pemberian ASI yang sudah dimulai pembahasannya sejak November 2006 (saat itu
bernama RPP Pemasaran Susu Formula) masih juga belum tuntas dibahas dan belum bisa
diluncurkan sebagai Peraturan Pemerintah. Dalam studi ini, kajian analisis akan dilakukan
terhadap Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik
Bersalin Swasta di Kota Medan.

5.2 Proses Implementasi Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI
Eksklusif di Klinik Bersalin Swasta X, Y dan Z.
5.2.1 Sosialisasi tentang Peraturan Pemerintah kepada bidan di klinik

Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif pada
Bayi di Indonesia terdiri atas tiga ketetapan termasuk Program IMD dan ASI Eksklusif,
pengaturan penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya, sarana menyusui di tempat kerja
dan sarana umum lainnya, dan dukungan masyarakat, tanggung jawab pemerintah, Pemerintah
Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam serta pendanaannya.
Penetapan mengenai pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai
dengan usia anak 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai, juga ditetapkan
bahwa tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada ibu mengenai anjuran ASI eksklusif. Hal
ini sesuai kebijakan Depkes RI (2005) yang menyatakan bahwa dukungan yang diberikan tenaga
kesehatan dapat membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui
bayinya. Informasi tentang perawatan payudara selama masa kehamilan, lama menyusui,
keuntungan menyusui, inisiasi menyusui dini, merupakan dukungan tenaga kesehatan yang dapat
menyukseskan kelangsungan pemberian ASI eksklusif.
Universitas Sumatera Utara

Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana IMD dan laktasi yang
baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif
terhadap IMD dan ASI Eksklusif. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau
melaksanakannya. Betapa pun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut,
diharapkan masih dapat meluangkan waktu. untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin
untuk melaksanakan IMD dan ASI Eksklusif (Roesli, 2008, 2005). Keberhasilan menyusu dini
salah satunya adalah berasal dari dorongan dari petugas kesehatan. Hasil ini juga serupa dengan
penelitian Sandra Fikawati dan Ahmad Syafiq (2010), yang menyatakan bahwa masih rendahnya
pemberian ASI eksklusif di Indonesia dan masih kurang optimalnya fasilitasi IMD dikarenakan
kebijakan ASI eksklusif belum lengkap dan komprehensif, IMD belum masuk secara eksplisit
dalam kebijakan serta belum diimplementasikan secara maksimal oleh petugas kesehatan.

5.2.2 Pelaksanaan Sosialisasi Bidan di Klinik Kepada Ibu Bersalin

Berdasarkan hasil penelitian apabila faktor lingkungan memainkan peran yang sangat
penting dan menentukan keberhasilan pelaksanaan ASI eksklusif. Studi-studi menunjukkan
bahwa di samping faktor internal ibu, situasi dan kondisi lingkungan eksternal juga penting
sebagai penentu keberhasilan pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif. Situasi sosial-ekonomi
masyarakat juga penting mendapatkan perhatian. Terutama yang harus dicermati fenomena
pergeseran norma sosial dan kultural terkait pemberian ASI eksklusif, fenomena massifikasi dan
kesetaraan pendidikan tinggi, dan variasi serta jurang sosial-ekonomi pada berbagai kelompok
masyarakat baik di wilayah urban maupun pedesaan. Gencarnya pemasaran susu formula melalui
kampanye terselubung, yaitu sebagai hadiah kepulangan ibu dan bayi dari fasilitas persalinan
dilaporkan masih marak terjadi. Lebih lanjut, studi kualitatif tentang praktik keberhasilan dan

Universitas Sumatera Utara

kegagalan ASI eksklusif menunjukkan bahwa yang sering menjadi korban dari kampanye
demikian adalah ibu-ibu berpendidikan rendah.
Mengenai hambatan dan kendala pelaksanaan ASI eksklusif 6 bulan sebenarnya sudah
mulai banyak muncul pada dekade terakhir ini. Kebijakan, selanjutnya, disusun berdasarkan
bukti-bukti empirik dan saintifik yang kuat sehingga tidak menyebabkan kebijakan menjadi tidak
realistis saat diterjemahkan menjadi program atau malah menimbulkan dampak negatif yang
merugikan masyarakat

5.2.3 Pelaksanaan Implementasi Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 di klinik X,Y dan Z.

Terlaksananya pemberian ASI secara dini dimulai dari peran petugas kesehatan dalam
melakukan proses pertolongan persalinan, karena pada saat itulah peran petugas dalam pemberian
ASI sejak dini bisa dilihat. Hal ini selaras dengan Depkes RI (2001), yang menyatakan bahwa
bayi diberikan kepada ibunya segera setelah lahir dan diletakkan di dada ibunya agar bayi
tersebut mencari puting ibunya sendiri sehingga proses IMD akan terjadi.
Jadi berhasil tidaknya pelaksanaan IMD sangat bergantung pada peran dari bidan sebagai
tenaga kesehatan penolong persalinan. Peran petugas sangat penting dalam memotivasi ibu untuk
memberikan ASI sejak dini pada bayi baru lahir. Ini sesuai dengan penelitian Tatiana O. Vieira,
et.al (2010), yang menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan tingkat menyusui dalam satu
jam pertama kehidupan (IMD), profesional perawatan kesehatan harus mempromosikan faktor
mendukung praktek ini seperti bimbingan prenatal mengenai keuntungan menyusui, persalinan
per vaginam dan kelahiran cukup bulan, dan merangsang praktik ini dalam situasi yang rentan
seperti sebagai ibu dengan operasi caesar dan kelahiran prematur. Peran bidan dalam memberikan
penyuluhan-penyuluhan dan motivasi pada ibu tentang IMD dan ASI eksklusif, manfaat dari
pemberian ASI sejak dini, serta manfaat kolostrum sangat perlu dilakukan mulai sejak ibu
tersebut melakukan ANC sampai dengan pasca melahirkan. Pengawasan juga diperlukan dari

Universitas Sumatera Utara

pihak pembuat regulasi dan Dinas Kesehatan Kota Medan dan Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara dalam memantau pelaksaan PP tersebut di klinik klinik bersalin.
5.2.4 Informasi dan Edukasi tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah di Klinik Bersalin X,
Y dan Z

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kesehatan di klinik bersalin


masih rendah pengetahuannya dan kurang mendapatkan informasi dan edukasi dari
penanggungjawab klinik maupun bidan di klinik. Bahkan peraturan tersebut berisi tentang
bagaimana proses IMD seharusnya dilaksanakan dan bagaimana peraturan tersebut
seharusnya dapat menolak bekerjasama dengan provider susu formula. Namun sejauh ini
mereka masih belum dapat menjalankan peraturan tersebut dengan benar karena
pengawasan juga masih rendah.
Menurut teori Grindle bahwa implementasi harus dilakukan sesuai dengan isi yang
ada pada kebijakan dan bagaimana lingkungan menanggapi kebijakan tersebut. Sejauh
mana pengaruh yang diinginkan, sejauh mana manfaat yang diinginkan dan perubahan
yang diinginkan di klinik tentang peraturan tersebut.
5.3 Output dari adanya implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 di Klinik
Bersalin Swasta X, Y dan Z.
Aspek partisipatoris dari proses penyusunan kebijakan terkait juga dengan aspek aktor
atau pemeran yang menentukan dalam implementasi kebijakan tersebut. Idealnya setiap aktor
yang terlibat harus jelas posisi dan perannya, kewenangan dan tanggung jawabnya, sehingga
tidak terjadi tumpang tindih peran atau malah kevakuman peran. Pemetaan aktor yang terlibat
mulai dari penyusunan sampai implementasi dan evaluasi harus jelas tercakup dalam suatu
kebijakan atau peraturan-peraturan yang menindaklanjutinya serta sesuai secara horisontal (lintas
sektoral) maupun vertikal (lintas level). Pemetaan aktor lebih luas lagi juga mencakup
pertimbangan dan tinjauan terhadap kemungkinan keberhasilan dan kegagalan implementasi
Universitas Sumatera Utara

kebijakan tersebut. Misalnya, dalam hal PP Pemberian ASI, perlu dianalisis reaksi yang akan
dimunculkan oleh pihak industri susu formula serta kemungkinan kondisi dilematis yang dihadapi
oleh tenaga kesehatan penolong persalinan seperti bidan yaitu terkait tuntutan tugas ideal dan
keterpaksaan dan desakan ekonomi dan finansial.
5.3.1 Efektivitas Peraturan Pemerintah di Klinik Bersalin X, Y dan Z.
Pemberian ASI adalah tindakan yang sesuai dengan sila kedua Pancasila karena
pemberian ASI sesuai dengan fitrah manusia. Pada intinya praktik pemberian ASI eksklusif tidak
bertentangan dengan dasar-dasar bernegara dan bermasyarakat. Dalam hal external system events,
telah terjadi perubahan opini publik mengenai ASI eksklusif dan IMD. Hal ini terjadi antara lain
karena pergeseran situasi kondisi sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap semakin lebarnya
gap tingkat pendidikan ibu dari golongan ekonomi tinggi dan rendah meningkatnya jumlah
perempuan bekerja, serta meningkatnya promosi consumers goods termasuk iklan produk susu
formula. Saat ini golongan ekonomi tinggi semakin mampu untuk mendapat pendidikan
sementara golongan rendah semakin tidak mampu untuk bersekolah. Perbedaan ini juga
berpengaruh terhadap penerimaan ibu mengenai ASI eksklusif dan IMD. Ibu yang berpendidikan
tinggi lebih baik penerimaannya terhadap ASI ekslusif dan IMD serta lebih berupaya untuk bisa
mempraktikannya.
Studi Huffman & Lamphere menunjukkan pentingnya peran ASI eksklusif di negara
berkembang dibandingkan negara maju. Di negara maju ketika higiene dan sanitasi sudah baik,
peran ASI eksklusif hampir dapat digantikan oleh susu formula karena susu formula sudah dapat
disajikan dalam porsi dan kebersihan yang terjaga dan mendekati kualitas ASI. Sementara di
negara berkembang penyapihan dan pemberian makanan pengganti ASI menyebabkan anak
menjadi mudah sakit dan status gizi kurang.
Keberhasilan ASI eksklusif dan IMD tidak pernah terjadi bila iklan susu formula masih
sangat marak dilakukan. Studi menunjukkan bukti yang jelas bahwa pemasaran susu formula
mempengaruhi tenaga kesehatan dan ibu untuk memberikan susu formula kepada bayi. Tanpa
Universitas Sumatera Utara

adanya sanksi dan upaya yang optimal dari pemerintah bagi pemasaran susu formula sangat sulit
target ASI eksklusif dan IMD bisa dicapai. Saat ini sudah sangat umum apabila masalah
kesehatan dijadikan ajang promosi dalam pemilu. Kesempatan ini sangat baik untuk membangun
komitmen dari penentu kebijakan untuk mengutamakan pemberian ASI eksklusif dan IMD.
Apabila ini semakin banyak dilakukan kemungkinan adanya komitmen di tingkat pemerintahan
terhadap kebijakan ASI eksklusif dan IMD akan lebih mudah terlaksana.
Dalam subsistem kebijakan, kendati di kalangan kesehatan pentingnya ASI eksklusif dan
IMD tidak diragukan, ASI eksklusif dan IMD belum terlalu diperhitungkan. Selama ini diskusi
antar koalisi yang penting tidak terdokumentasi dengan baik. Seperti telah dibahas sebelumnya
pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan berlangsung tidak transparan dan tidak
terdokumentasi dengan baik. Demikian juga dengan pengalokasian dana dan penunjukan tugas
dan kewenangan belum jelas tindak lanjutnya. Selama ini tidak ada kejelasan penerapan sanksi,
insentif, monitoring, dan evaluasi dari kebijakan mengenai ASI eksklusif.
5.3.2 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah di Klinik Bersalin X,Y dan Z
Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa informan bahwa bidan sebagai tenaga
kesehatan tidak mengetahui tentang adanya Peraturan Pemerintah terebut sehingga implementasi
akan peraturan tersebut sulit untuk dijalankan. Selain itu pengetahuan ibu atau bapak masih
kurang akan program IMD dan pemberian ASI Eksklusif. Pelatihan dan pembinaan pun jarang
diikuti oleh tenaga kesehatan di klinik, tenaga kesehatan masih kurang informasi dan edukasi
sehingga tidak bida menjalankan peraturan tersebut tidak berjalan sebagaiamana mestinya di
klinik. Kurangnya pengawasan juga menjadi faktor yang menentukan kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan seperti bidan, perawat dan dokter. Hal ini
kurangnya sosialiasi atau penginformasian akan peraturan pemerintah yang seharusnya dijalankan
agar tidak hanya ada secara tertulis saja tetapi juga dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Sehingga cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kota Medan dapat meningkat dan angka kematian
bayi pun dapat menurun.
Universitas Sumatera Utara

5.3.3 Sanski yang diberikan terhadap pelanggaran sesuai dengan Peraturan


Pemerintah No 33 Tahun 2012 di Klinik Bersalin Swasta X,Y dan Z.
Berdasarkan hasil penelitian ini di dalam peraturan pemerintah dalam pasal 14 sanksi
administratif yang diberikan apabila tenaga kesehatan tidak melaksanakan IMD terhadap bayi
yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 jam, menempatkan ibu dalam satu ruangan
atau rawat gabung kecuali atau indikasi medis yang ditetapkan oleh dokter, serta memberikan
informasi dan edukasi ASI Eksklusif kepada ibu dan/atau anggota keluarga dari bayi yang
bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI Eksklusif
selesai. Namun pada kenyataannya hal ini tidak berjalan di ketiga klinik tersebut. IMD berjalan
namun melihat kondisi dan situasi, pemberian ASI Eksklusif ada pada satu klinik saja selain itu
susu formula masih menjadi alternatif paling cepat diberikan kepada bayi pasca melahirkan agar
tidak menangis, dan selama ini tidak ada teguran atau pemeriksaan dari pemerintah atau Dinas
Kesehatan selain itu juga belum pernah ada pencabutan izin karena praktek bersalin yang tidak
melaksankan peraturan tersebut sebagaiman terlampir di dalam isi peraturan tersebut.
5.3.4 Peraturan dipatuhi atau tidak dipatuhi dalam pelaksanaan IMD dan
Pemberian ASI Eksklusif di Klinik X, Y dan Z
Berdasarkan hasil peneltian bahwa di klinik X , Y dan Z tidak sepenuhnya peraturan ini
dan memang tidak dipatuhi dikarenakan berbagai hal, seperti dalam melaksanakan IMD, namun
bayi dibersihkan dan dibedong lalu diberikan susu formula agar tidak bayi tidak menangis.
Setelah itu baru bayi dibawa keruangan bersama ibunya untuk diberikan ASI Eksklusif kalau ada.
Kalaupun tidak bayi tetap diberikan susu formula. Bahkan ibu bersalin di Klinik Y, tidak mau
memberikan ASI nya karena merawat tubuh. Bidan di klinik tidak menjalankan peraturan karena
kurangnya pembinaan dan informasi serta edukasi kepada ibu bersalin tentang keuntungan dan
keunggulan pemberian ASI, gizi ibu, persiapan dan mempertahankan menyusui, akibat negatif
Universitas Sumatera Utara

dari pemberian makanan botol secara parsial terhadap pemberian ASI dan kesulitan untuk
mengubah keputusan untuk tidak memberikan ASI.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa implementasi Peraturan Pemerintah tentang


pemberian ASI eksklusif di klinik masih rendah dan pelaksanaan IMD belum optimal, hal
ini dikarenakan tenaga kesehatan dan pasien yang kurang dan bidan di klinik jarang
mengikuti sosialisasi atau pelatihan .
2. Petugas kesehatan di klinik bersalin tidak mau menolak adanya tawaran penyediaan dari
susu formula dan kurangnya pengawasan dari pihak penanggung jawab klinik sehingga
Peraturan Pemerintah tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
3. Himbauan dan pengawasan di klinik terhadap PP dalam memberikan ASI Eksklusif dan
program IMD masih terbatas, baik himbauan dari Dinas Kesehatan, bidan yang ada di
klinik maupun penanggungjawab klinik. Sampai sejauh ini sanksi hanya berupa teguran
biasa yang tidak memacu ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya.
4. Bidan koordinator dan bidan yang bertugas di klinik kurang mengetahui pentingnya ASI
Eksklusif, dan terbengkalai oleh pengetahuan yang masih rendah, sehingga kurang bisa
meyakinkan ibu untuk memberikan anaknya ASI Eksklusif. Peraturan yang ada dibuat
selama ini hanya tertulis saja belum ada pengawasan yang rutin akan implementasinya,
hal ini tidak diantisipasi dari awal pembentukan kebijakan. Bidan juga mudah tertarik
dengan keuntungan yang ditawarkan oleh provider susu formula.
5. Pegawai yang bertanggung jawab dalam bidang pegawasan kebijakan dan regulasi di
Dinas Kesehatan jarang turun langsung ke lapangan untuk mengawasi implementasi
Peraturan Pemerintah tersebut apalagi dengan semakin banyaknya jumlah klinik sekarang
Universitas Sumatera Utara

ini dan sarana dan prasarana yang tidak didukung oleh pemerintah untuk pegawai agar
melakukan monitoring di klinik.
6.2 Saran
1. Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar lebih meningkatkan pemantauan terkait
dengan adanya peraturan pemerintah yang sudah dibuat dan dapat membuat sanski baik
tertulis maupun tidak tertulis. Sehingga PP No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI
Eksklusif ini berjalan dengan baik di klinik bersalin swasta di Kota Medan.
2. Kepada bidan koordinator di klinik bersalin swasta, menghimbau bidan pelaksana di
klinik bersalin mengikuti pelatihan dan lebih banyak membaca informasi terkini terkait
dengan peraturan pemerintah karena merekalah yang pertama menangani persalinan serta
bidan dimanapun tidak mudah tergiur oleh tawaran kerjasama provider susu formula dan
keuntungan yang didapatkan. Diharapkan bidan bekerja lebih positif sehingga mereka
dapat bekerja sesuai dengan peraturan, demi generasi penerus bangsa yang lebih baik dan
juga menurunkan angka kematian bayi.
3. Kepada penanggungjawab klinik agar lebih bertanggung jawab tidak hanya secara tertulis
tetapi juga melihat langsung ke lapangan bagaimana proses bidan dalam menangani
persalinan dan melakukan penyuluhan kepada ibu ibu di lingkungan klinik bersalin agar
peraturan ini dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Kepada Bidan Koordinator agar dapat menambah poster, pamflet, serta merancang dan
menghimbau bidan di klinik untuk melaksanakan peraturan dan menempatkan petunjuk
teknis tentang apa itu dan pentingnya ASI Eksklusif di tempat yang strategis agar ibu
yang datang ke klinik dapat melihat dan membacanya sehingga dapat mengubah pola
pikir mereka untuk tidak memberikan susu formula selagi masih bisa memberikan ASI
Eksklusif serta meningkatkan sosialisasi pada saat ibu datang memeriksakan kehamilan.
5. Ada kerjasama dan komitmen dengan lembaga pemerintah maupun non pemerintah
misalnya organisai profesi, lembaga pendidikan, pemuka agama, kader pembangunan
Universitas Sumatera Utara

kesehatan dan pihak pihak yang dianggap berpengaruh terhadap berjalannya Peraturan
Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif tersebut.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Ade, Benih N. 2014. ASI dan Susu Formula nuMed. Yogyakarta.


Adenita, 2013.Breast Friends InspirASI22. AIMI, Tangerang
Adiningrum, Hapsari.2014.Buku Pintar ASI Eksklusif. Salsabila, Jakarta
Arsita, Prasewtyawati E. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA).nuMed. Yogyakarta
Badan Pusat Statistik,2013, BKKBN, Departemen Kesehatan. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 20012-2001.Badan Pusat Statistik.Medan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.2008, Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Asuhan
Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.2008. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Asuhan
Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Depkes RI.Jakarta
Dinas Kesehatan Kota Medan. 2014. Profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2013. Medan.
. 2014. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2013. Medan.
Holmes, Debbie. 2012. Asuhan Kebidanan pada Bayi yang Baru Lahir. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial. Salemba
Humanika. Jakarta.
Maryunani, Anik. 2009. Inisiasi Menyusui Dini: ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Trans
Info Media. Jakarta
Nea, Umar. 2014. Multitasking Breastfeeding Mama. Pustaka Bunda, Jakarta.
Roesli, U. 2001. Mitos menyusui. Makalah dalam Seminar Telaah Mutakhir tentang ASI.
FAOPSPerinasia, Bali.
Rusnita, A. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu
Dini di Kamar Bersalin IGN RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta November 2008.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.Jakarta
Syafiq A, Fikawati S.2007. Mercy Corps Healthy Start Baseline Survey North Jakarta,
Indonesia, Final Report.Center For Health Research University of Indonesia, Depok.
Welford, Heather.2014. ASI atau SUFOR ?. PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
. 2011. Peraturan Daerah Kota Medan No 14 Tahun
Universitas Sumatera Utara

2011 tentang RPJMD Kota Medan Tahun 2011-2015 . Medan


.2012.Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang ASI eksklusif.
Jakarta.
.2014.Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.

Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

PEDOMAN WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR DAN OBSERVASI ANALISIS


IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NO 33 TAHUN 2012 DI KLINIK/BIDAN
BERSALIN KOTA MEDAN
TAHUN 2015

I.

II.

Identitas Informan
Nama

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan Terakhir

Tanggal Wawancara

Daftar Pertanyaan
A. Pertanyaan untuk Bidan Koordinator di Klinik Bersalin
1.

Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, apa saja yang Ibu ketahui mengenai peraturan
pemerintah no 33 tahun 2012 tentang pemberian asi eksklusif ?
a. Apakah pemberian asi ekslusif telah diterapkan di klinik ini?
b. Bagaimana komitmen politis dari pemerintah terhadap peraturan pemerintah
tersebut ?
c. Bagaimana petunjuk pelaksanaan dalam program pemberian asi eksklusif di klinik
ini ?

2.

Sepengetahuan Ibu bagaimana proses pemberian ASI pasca ibu melahirkan ?


a. Adakah pelatihan untuk tidak memberikan susu formula pada tenaga kesehatan?
b. Bagaiman cara ibu menangani ibu jika ASI tidak keluar ?
c. Berapa lama waktu yang diberikan pasca bayi lahir sampai ASI keluar ?

3.

Bagaimana dengan tawaran kerjasama provider susu formula ?

4.

Bagaimana dengan sarana, prasarana dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan
program ASI eksklusif ?
a. Promsosi apa yang dilakukan provider susu formula?
b. Apakah sebelum melahirkan sudah ditawarkan pemberian ASI ?

5.

Sepengetahuan Ibu bagaimana cakupan ASI Eksluisf pada tahun ini ?

6.

Sepengetahuan Bapak/Ibu bagaimana pemeriksaan yang dilakukan untuk berjalannya


peraturan pemerintah ini ?

7.

Bagaimana dengan pemberian susu formula langsung pasca bayi lahir ?

Universitas Sumatera Utara

a. Siapa yang berwenang dalam pengawas pemberian ASI ?


b. Bagaimana sistem pengawasannya?
8.

Apakah ibu setuju dengan peraturan tersebut ?

9.

Bagaimana sistem pemantauan dan evaluasi yang Ibu lakukan di klinik ini ?
a. Ketepatan waktu pelaporan?
b. Kelengkapan data?
c. Akurasi data?

10. Terkait dengan adanya peraturan pemerintah ini, apa saja tantangan internal maupun
eksternal yang ditemui di lapangan?
I.

II.

Identitas Informan
Nama

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan Terakhir

Tanggal Wawancara

Daftar Pertanyaan
B. Pertanyaan untuk pegawai Dinas Kesehatan
1.

Sesuai dengan jabatan yang Bapak/Ibu emban, apa saja yang Bapak/Ibu ketahui
mengenai program ASI Eksklusif ?
a. Apakah upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan PP No 33 Tahun 2012 tersebut ?
b. Bagaimana komitmen politis dari pemerintah terhadap pengawasan target cakupan
ASI Eksklusif ?
c. Bagaimana untuk mengetahui apakah benar bayi- bayi tersebut mendapatkan ASI
Eksklusif dari ibunya ?

2.

Sepengetahuan Bapak/Ibu bagaimana proses persiapan pelaksanaan menyusui yang


baik bagi Ibu bersalin ?
a. Adakah pelatihan kepada Ibu menyusui cara menyusui yang benar ?
b. Apakah jumlah tenaga kesehatan yang dilatih telah mencukupi?
c. Frekuensi pelatihan atau kampanye tentang pentingnya ASI Eksklusif ?

3.

Bagaimana dengan sumber pendanaan dalam pelaksanaan upaya promosi ASI


Eksklusif ?

Universitas Sumatera Utara

4.

Bagaimana tantangan menghadapi banyaknya produk susu formula dengan tawaran


yang menarik perhatian di klinik bersalin ?

5.

Bagaimana dengan pelaporan dari klinik bersalin ?

6.

Upaya apa yang dapat dilakukan demi memperoleh keakuratan data di lapangan ?
a. Apakah peran bidan sudah maksimal ?
b. Jika ada, bagaimana upaya yang mereka lakukan ?

7.

Bagaimana dengan pemberian susu formula dikarenakan ASI yang tidak keluar ?
a. Bagimana solusi atas permasalahan tersebut setujukah dengan penggantian dengan
susu formula ?
b. Bagaimana sistem pengawasan ?

8.

Bagaimana sistem pemantauan dan evaluasi yang Bapak/Ibu lakukan dalam


penatalaksanaan PP No 333 Tahun 2012 tersebut ?
a. Ketepatan waktu pelaporan?
b. Kelengkapan data?
c. Akurasi data?

9.

Terkait pelaksanaan IMD, apa saja tantangan internal maupun eksternal yang ditemui
di lapangan ?

10. Strategi apa yang dilakukan dalam menangani kendala tersebut (internal dan
eksternal)?
11. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk peningkatan cakupan ASI Eksklusif
?
I.

II.

Identitas Informan
Nama

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan Terakhir

Tanggal Wawancara

Daftar Pertanyaan
C. Pertanyaan untuk Penanggungjawab Klinik Bersalin ?
1.

Sepengetahuan Bapak/Ibu bagaimana proses persiapan pelaksanaan program ASI


eksklusif dan IMD berdarkan tingkat angka kesakitan bayi?
a. Adakah peraturan tersebut dijelaskan pada tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pemberian susu ?
b. Apakah jumlah tenaga kesehatan yang dilatih telah mencukupi ?
Universitas Sumatera Utara

c. Frekuensi pelatihan ?
2.

Bagaimana dengan kerjasama yang ditawarkan oleh provider susu formula ?

3.

Bagaimana dengan pengawasan dari Dinas Kesehatan terhadap PP No 33 tersebut ?


a. Frekuensi kunjungan ?
b. Apakah ada teguran atau sanksi yang diberikan ?

4.

Sepengetahuan Bapak/Ibu bagaimana proses pemberian ASI pasca melahirkan ?

5.

Sepengetahuan Bapak/Ibu bagaimana menghadapi tantangan promosi dan keuntungan


dari susu formula ?
a. Apakah terdapat provider yang menawarkan keuntungan ?
b. Jika ada, bagaimana penanggulangannya?

6.

Bagaimana dengan Ibu bersalin yang tidak mau meberikan ASI ?


a. Siapa yang memberikan penjelasan tentang pentinngnya pearturan tersebut ?
b. Bagaimana sistem pengawasan?

7.

Bagaimana kesiapan Ibu dalam pemberian ASI eksklusif ?

8.

Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk peraturan ini agar ebrjalan di
seluruh klinik bersalin swasta di Kota Medan ?

I.

II.

Identitas Informan
Nama

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan Terakhir

Tanggal Wawancara

Daftar Pertanyaan
D. Pertanyaan untuk bidan di klinik ?
1.

Sebagai bidan di klinik ?


a. Apakah ibu tau tentang PP No 33 Tahun 2012 ?
b. Apakah ada petugas menjelaskan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif?
c. Apakah petugas menjelaskan tentang program ASI eksklusif ?

2.

Apakah ibu menwarkan susu formula apa yang diberikan kepada bayi ?

3.

Menurut pendapat ibu bagaimana dengan tindakan pemberian susu formula secara
langsung pasca melahirkan?

4.

Apakah ibu langsung memberikan bayi susu formula setelah lahir ?

5.

Sepengetahuan Ibu apa beda kandungan susu formula dengan ASI Eksklusif ?
Universitas Sumatera Utara

I.

II.

Identitas Informan
Nama

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan Terakhir

Tanggal Wawancara

Daftar Pertanyaan
E. Pertanyaan untuk Ibu yang bersalin
1.

Ketika saudara pergi untuk pemeriksaan kehamilan .


a. Apakah ada petugas menjelaskan tentang pentingnya menjaga pola makan agar ASI
lancer dan kenapa inu memilih klinik ini ?
b. Apakah Ibu setuju dengan PP No 33 tahun 2012 ?
c. Apakah petugas menjelaskan tentang program asi eksklusif ?

2.

Apakah Ibu memiliki buku panduan kesehatan ibu dan anak ?

3.

Menurut pendapat Ibu bagaimana dengan kelengkapan sarana, prasarana dan peralatan
yang diberikan selama Ibu memeriksakan kehamilan di klinik ini ?

4.

Setelah Ibu memeriksakan kehamilan dan melahirkan, bagaimana pendapat Ibu tentang
penawaran pemberian susu formula yang dilakukan oleh petugas kesehatan?

5.

Sepengetahuan Ibu apakah kandungan yang ada di ASI sama dengan di susu formula ?

6.

Menurut pendapat saudara bagaimana sistem pemberian ASI dengan pengawasan


secara langsung oleh bidan ?

7.

Apakah kendala dalam pemberian ASI menurut Ibu bagi Ibu bersalin lainnya ?

8.

Bagaimana pendapat Ibu tentang dibuatnya PP N0 33 Tahun 2012 ini?

9.

Bagaimana pendapat Ibu dengan bidan atau perawat yang langsung menawarkan susu
formula apa yang diberikan ?

10. Apakah Ibu setuju dengan PP tersebut dan akan memberikan ASI ?
11.
12.

13.
14.
15.

16.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 33 TAHUN 2012
17.

TENTANG
Universitas Sumatera Utara

18.

19.

PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN

RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

20.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

21.

22.
23.
24.

Menimbang

: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 129 ayat (2)


Undang-Undang
Kesehatan,

Nomor

perlu

36

menetapkan

Tahun

2009

Peraturan

tentang

Pemerintah

tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif;


Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat

(2) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Undang-Undang
Kesehatan

Nomor 36

(Lembaran

Tahun

Negara

2009

Republik

tentang

Indonesia

Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5063);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan

: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERIAN AIR


SUSU IBU EKSKLUSIF.

25.

26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.

34.

BAB I . . .

Universitas Sumatera Utara

-2-

35.

36.

37.

BAB I KETENTUAN UMUM

38.

39.

40.

Pasal 1

41.

42.
43.

44.

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

45.

46.

1. Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan

hasil sekresi kelenjar payudara ibu.


47.

2.

Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya

disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi


sejak

dilahirkan

menambahkan

dan/atau

selama

mengganti

(enam)

dengan

bulan,

tanpa

makanan

atau

minuman lain.
48.

3. Bayi adalah anak dari baru lahir sampai berusia 12 (dua

belas) bulan.
49.

4.

Keluarga adalah suami, anak, atau keluarga sedarah

dalam garis lurus ke atas dan ke bawah sampai dengan derajat


ketiga.
50.

5.

Susu Formula Bayi adalah susu yang secara khusus

diformulasikan sebagai pengganti ASI untuk Bayi sampai berusia


6 (enam) bulan.
51.

6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah

suatu alat dan/atau

tempat

yang

digunakan

untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,


preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
Pemerintah,

Pemerintah

oleh

Daerah, dan/atau masyarakat.

52.
7. Tenaga Kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
53.

54.
55.

56.

8. Tempat . . .

Universitas Sumatera Utara

-3-

57.

58.

59.

8. Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau

terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau


yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
60.

61.

9. Pemerintah

Pusat

yang

selanjutnya

disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang


memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang
Negara

Republik

Dasar

Indonesia Tahun 1945.

62.

63.

10. Pemerintah

Daerah

adalah

gubernur,

bupati,

atau

walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara


pemerintahan daerah.
64.

65.

11. Menteri

adalah

menteri

yang

menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang kesehatan.


66.

67.
68.

Pasal 2

69.

70.
71.

72.

Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk:

73.

74.

a.

menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan

75.

ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia

76.

6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan

perkembangannya;
77.

78.

b.

memberikan

perlindungan

kepada

ibu

dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya; dan


79.

80.
Keluarga,

c.

meningkatkan

masyarakat,

peran

Pemerintah

dan

Daerah,

dan

dukungan
Pemerintah

terhadap pemberian ASI Eksklusif.


81.
82.
83.
84.
85.
86.

87.

88.

BAB II . . .

Universitas Sumatera Utara

-4-

89.

90.

91.

BAB II TANGGUNG JAWAB

92.
93.

94.

Bagian Kesatu

95.

96.

Tanggung Jawab Pemerintah

97.

98.

99.

Pasal 3

100.

101.
102.

103.
104.

Tanggung jawab Pemerintah dalam program pemberian


ASI Eksklusif meliputi:

105.

106.
a. menetapkan
kebijakan
program pemberian ASI Eksklusif;

nasional

terkait

sosialisasi

program

107.

108. b. melaksanakan
advokasi
pemberian ASI Eksklusif;

dan

109.

110.
c.
memberikan
pelatihan
mengenai
program
pemberian ASI
Eksklusif dan penyediaan tenaga konselor
menyusui di
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
dan tempat
sarana umum lainnya;
111.

112. d. mengintegrasikan
materi mengenai
ASI
Eksklusif
pada kurikulum pendidikan formal dan nonformal bagi Tenaga
Kesehatan;
113.

114.
e. membina,
mengawasi,
serta
mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian
ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan
kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di
masyarakat;
115.

116.
f.
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
teknologi yang berkaitan dengan ASI Eksklusif;

dan

117.

118.
g. mengembangkan kerja sama mengenai program
ASI Eksklusif dengan pihak lain di dalam dan/atau luar negeri;
dan
119.

120.
h. menyediakan ketersediaan akses terhadap
informasi dan
edukasi
atas
penyelenggaraan
program
pemberian ASI Eksklusif.

Bagian Kedua . . .
Universitas Sumatera Utara

-5-

121.

122.

123.

Bagian Kedua

124.

125.

Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Provinsi

126.

127.
128.

129.

Pasal 4

130.

131.
132.

133.

Tanggung

jawab

pemerintah

daerah provinsi

dalam program

pemberian ASI Eksklusif meliputi:


134.

135. a. melaksanakan
kebijakan
program pemberian ASI Eksklusif;

nasional

dalam

136. b. melaksanakan
advokasi
dan
sosialisasi
pemberian ASI Eksklusif dalam skala provinsi;
137. c. memberikan
dalam skala provinsi;

pelatihan

teknis

konseling

rangka
program
menyusui

138.
d. menyediakan tenaga konselor menyusui
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum
lainnya dalam skala provinsi;
139.
e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan
mengawasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI
Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan
kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum,
dan kegiatan
di masyarakat dalam skala provinsi;
140.
f. menyelenggarakan, memanfaatkan, dan
memantau penelitian dan pengembangan program pemberian ASI
Eksklusif
yang mendukung perumusan kebijakan
provinsi;
141.
g. mengembangkan kerja sama dengan pihak
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
142.

143.

h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan

edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif dalam


skala provinsi.

Bagian Ketiga . . .
Universitas Sumatera Utara

-6-

144.

145.

146.

Bagian Ketiga

147.

148.

Tanggung Jawab Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota

149.

150.
151.

Pasal 5

152.

153.
154.

Tanggung
jawab
pemerintah
daerah kabupaten/kota dalam program
pemberian ASI Eksklusif meliputi:

155.

156.
a. melaksanakan
kebijakan
rangka program pemberian ASI Eksklusif;

nasional

dalam

157.

158.
b.
sosialisasi program pemberian
skala kabupaten/kota;

melaksanakan
advokasi
dan
ASI
Eksklusif
dalam

159.

160.
c. memberikan
pelatihan
menyusui dalam skala kabupaten/kota;

teknis

konseling

161.

162.
d.
menyediakan
tenaga
menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dan
sarana umum lainnya dalam skala kabupaten/kota;

konselor
tempat

163.

164.
e. membina,
monitoring,
mengevaluasi,
dan
mengawasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI
Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan
kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di
masyarakat dalam skala kabupaten/kota;
165.

166.
f. menyelenggarakan
penelitian
dan
pengembangan program pemberian ASI Eksklusif yang mendukung
perumusan kebijakan kabupaten/kota;
167.

168.
g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
169.

170. h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan


edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif dalam
skala kabupaten/kota.

BAB III . . .
Universitas Sumatera Utara

-7-

171.

172.

173.

BAB III

174.

175.

AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

176.

177.
178.

179.

Bagian Kesatu

180.

181.

Umum

185.

Pasal 6

182.

183.
184.
186.

187.
188.

189.

Setiap

ibu

yang

melahirkan

harus

memberikan ASI Eksklusif kepada

Bayi yang dilahirkannya.


190.

191.

192.

Pasal 7

193.

194.
195.

196.

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tidak

berlaku dalam hal terdapat:


197.

198.

a.

indikasi medis:

199.

200.

b. ibu tidak ada; atau

201.

202.

c.

ibu terpisah dari Bayi.

203.

204.
205.

206.

Pasal 8

207.

208.
209.

210.
(1) Penentuan
indikasi
medis
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf a dilakukan oleh dokter.
211.
(2)
Dokter
dalam
menentukan
indikasi
medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional.
212.
(3) Dalam hal di daerah tertentu tidak terdapat
dokter, penentuan ada atau tidaknya indikasi medis dapat
dilakukan oleh bidan atau perawat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua . . .
Universitas Sumatera Utara

-8-

213.

214.

215.

Bagian Kedua

216.

217.

Inisiasi Menyusu Dini

218.

219.

220.

Pasal 9

221.

222.
223.

224.
(1)
Tenaga
Kesehatan
dan
penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
wajib
melakukan inisiasi menyusu dini terhadap Bayi yang baru lahir
kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam.
225.
(2) Inisiasi menyusu dini sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan cara meletakkan Bayi secara
tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit Bayi melekat pada
kulit ibu.
226.

227.
228.

Pasal 10

229.

230.
231.

232.
(1) Tenaga
Kesehatan
dan
penyelenggara
Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib menempatkan ibu dan Bayi
dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung kecuali atas indikasi
medis yang ditetapkan oleh dokter.
233.

234.
(2)
atau rawat gabung
dimaksudkan untuk
ASI Eksklusif kepada

Penempatan dalam 1 (satu) ruangan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memudahkan ibu setiap saat memberikan
Bayi.

235.

236.
237.

238.

Bagian Ketiga

239.

240.

Pendonor Air Susu Ibu

241.

242.

243.

Pasal 11

244.

245.
246.

247.
(1)
Dalam hal ibu kandung tidak dapat
memberikan ASI Eksklusif bagi
bayinya
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 6, pemberian ASI Eksklusif dapat
dilakukan oleh pendonor ASI.

(2) Pemberian . . .
Universitas Sumatera Utara

-9-

248.

249.

250.
(2)
Pemberian
ASI
pendonor ASI sebagaimana
dimaksud
dilakukan dengan persyaratan:

Eksklusif
oleh
pada
ayat
(1)

251.

252.
a.
permintaan ibu kandung atau Keluarga
Bayi yang bersangkutan;
253. b. identitas, agama, dan alamat pendonor ASI diketahui
dengan jelas oleh ibu atau Keluarga dari Bayi penerima ASI;
254.
c.
persetujuan
pendonor
mengetahui identitas Bayi yang diberi ASI;

ASI

setelah

255. d. pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak


mempunyai indikasi medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7;
dan
256.

e.
ASI tidak
diperjualbelikan.

257.

258.
(3) Pemberian ASI sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) wajib dilaksanakan berdasarkan norma agama dan
mempertimbangkan aspek sosial budaya, mutu, dan keamanan
ASI.
259.

260.

(4) Ketentuan

lebih

lanjut

mengenai

pemberian

ASI Eksklusif dari pendonor ASI sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
261.

262.
263.

264.

Pasal 12

265.

266.
267.

268.

(1) Setiap

ibu

yang

melahirkan

Bayi

harus

menolak pemberian Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi


lainnya.
269.

(2) Dalam

hal

ibu

yang

melahirkan

Bayi

meninggal dunia atau oleh sebab lain sehingga tidak dapat


melakukan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penolakan dapat dilakukan oleh Keluarga.

Bagian Keempat . . .
Universitas Sumatera Utara

- 10 -

270.

271.

272.

Bagian Keempat

273.

274.

Informasi dan Edukasi

275.

276.
277.

278.

Pasal 13

279.

280.
281.

282.

(1) Untuk

ASI

Eksklusif

mencapai

secara

pemanfaatan

optimal,

Tenaga

Kesehatan

penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Keluarga

dari

Bayi

yang

dan

wajib memberikan

informasi dan edukasi ASI Eksklusif kepada


anggota

pemberian

ibu

dan/atau

bersangkutan

sejak

pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI


Eksklusif selesai.
283.

284.

(2) Informasi

dan

edukasi

ASI

Eksklusif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit mengenai:


285.

286.

a.
keuntungan dan keunggulan
pemberian ASI;

287.

288.

b. gizi

ibu,

persiapan dan

mempertahankan menyusui;
289.

c.

akibat negatif dari pemberian makanan

botol secara parsial terhadap pemberian ASI; dan


290.

d. kesulitan

untuk

mengubah

keputusan untuk

tidak memberikan ASI.


291.

(3) Pemberian

informasi

dan

edukasi

ASI

Eksklusif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat
dilakukan melalui penyuluhan, konseling dan pendampingan.
292.

(4)

Pemberian

ASI Eksklusif sebagaimana dimaksud

informasi
pada

dan

ayat

(1)

edukasi
dapat

dilakukan oleh tenaga terlatih.

Bagian Kelima . . .
Universitas Sumatera Utara

- 11 -

293.

294.

295.

Bagian Kelima

296.

297.

Sanksi Administratif

298.

299.
300.

Pasal 14

301.

302.
303.
(1) Setiap
Tenaga
Kesehatan
yang
tidak
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal 13 ayat (1) dikenakan sanksi
administratif oleh pejabat yang berwenang berupa:
304.

a. teguran lisan;

305.

306.

b. teguran tertulis;

dan/atau c.

pencabutan izin.

307.
(2)
Setiap penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal
13
ayat
(1)
dikenakan
sanksi administratif oleh pejabat
yang berwenang berupa:
308.

309.

a. teguran lisan; dan/atau b.

teguran tertulis.
310.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
311.

312.
313.

314.

BAB IV

315.

316.

PENGGUNAAN SUSU FORMULA BAYI DAN

PRODUK BAYI LAINNYA


317.

318.

319.

Pasal 15

320.

321.
322.

323. Dalam hal pemberian ASI Eksklusif tidak dimungkinkan


berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7, Bayi dapat diberikan Susu Formula Bayi.

Pasal 16 . . .
Universitas Sumatera Utara

- 12 -

324.

325.

326.

Pasal 16

327.

328.
329. Dalam memberikan Susu Formula Bayi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15, Tenaga Kesehatan harus memberikan
peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan penyajian Susu
Formula Bayi kepada ibu dan/atau Keluarga yang memerlukan
Susu Formula Bayi.
330.

331.
332.

Pasal 17

333.

334.
335.
(1)
Setiap
Tenaga
Kesehatan
dilarang
memberikan Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya
yang dapat menghambat
program
pemberian
ASI
Eksklusif
kecuali
dalam
hal
diperuntukkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.
336.

337.
(2)
Setiap
Tenaga
Kesehatan
dilarang
menerima dan/atau mempromosikan Susu Formula Bayi dan/atau
produk
bayi
lainnya
yang
dapat
menghambat program pemberian ASI Eksklusif.
338.

339.
340.

Pasal 18

341.

342.
343.
(1)
Penyelenggara
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan dilarang memberikan Susu Formula Bayi dan/atau
produk
bayi lainnya yang dapat menghambat program
pemberian ASI Eksklusif kepada ibu Bayi dan/atau keluarganya,
kecuali
dalam
hal diperuntukkan sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 15.
344.

345.
(2)
Penyelenggara
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan dilarang menerima dan/atau mempromosikan Susu
Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang dapat
menghambat
program
pemberian
ASI
Eksklusif.

(3) Dalam . . .
Universitas Sumatera Utara

- 13 -

346.

347.

348.

(3) Dalam

darurat, penyelenggara

hal
Fasilitas

terjadi

bencana

atau

Pelayanan

Kesehatan

dapat

menerima bantuan Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi


lainnya untuk tujuan kemanusiaan setelah mendapat persetujuan
dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.
349.

350.

(4)

Penyelenggara

Fasilitas

Kesehatan dilarang menyediakan


kesehatan

atas

biaya

yang

distributor

Pelayanan

pelayanan

disediakan

Susu

di

bidang

oleh produsen atau

Formula

Bayi

dan/atau

produk bayi lainnya.


351.

352.
353.

Pasal 19

354.

355.
356.

357.

Produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau

produk bayi lainnya dilarang melakukan kegiatan yang dapat


menghambat program pemberian ASI Eksklusif berupa:
358.

359.

a. pemberian

contoh

produk

Susu

Formula

Bayi dan/atau produk bayi lainnya secara cuma-cuma atau


bentuk

apapun

kepada

penyelenggara

Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan, Tenaga Kesehatan, ibu hamil, atau ibu yang baru


melahirkan;
360.

b.

penawaran atau penjualan langsung Susu Formula

361.

Bayi ke rumah-rumah;

362.

363.

c. pemberian

potongan

harga

atau

tambahan

atau sesuatu dalam bentuk apapun atas pembelian Susu Formula


Bayi sebagai daya tarik dari penjual;
364.

d.

memberikan informasi

penggunaan
tentang

Tenaga

Susu

Kesehatan

Formula

Bayi

untuk
kepada

masyarakat; dan/atau
365.
366.
367.

368.

369.

e. pengiklanan . . .

Universitas Sumatera Utara

- 14 -

370.

371.

372.

e. pengiklanan Susu Formula Bayi yang dimuat

dalam media massa, baik cetak maupun elektronik, dan media


luar ruang.
373.

374.
375.

376.

Pasal 20

377.

378.
379.

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

19 huruf

dikecualikan

jika

dilakukan

pada

media cetak

khusus tentang kesehatan.


380.

381.
(1)
382.

(2) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat


dilakukan setelah memenuhi persyaratan:

383.

384.

a. mendapat persetujuan Menteri; dan

385.

386.

b. memuat keterangan bahwa Susu Formula Bayi bukan

sebagai pengganti ASI.


387.

388.
389.

390.

Pasal 21

391.

392.
393.

(1)

Setiap

Fasilitas Pelayanan

Tenaga

Kesehatan,

Kesehatan,

penyelenggara

penyelenggara

satuan

pendidikan kesehatan, organisasi profesi di bidang kesehatan


dan

termasuk

keluarganya

dilarang menerima

hadiah dan/atau bantuan dari produsen atau


Susu

Formula

yang

dapat

Bayi

dan/atau produk

distributor

bayi

lainnya

menghambat keberhasilan program pemberian ASI

Eksklusif.
394.

395.

(2)

Bantuan

dari

produsen

atau

distributor

Susu Formula Bayi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


diterima

hanya

untuk

tujuan

membiayai

kegiatan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pertemuan


ilmiah, dan/atau kegiatan lainnya yang sejenis.
396.

Pasal 22 . . .
Universitas Sumatera Utara

- 15 -

397.

398.

399.

Pasal 22

400.

401.

402.

Pemberian bantuan untuk biaya pelatihan, penelitian dan

pengembangan, pertemuan ilmiah, dan/atau kegiatan lainnya


yang

sejenis

sebagaimana

dimaksud

dalam Pasal 21 ayat (2)

dapat dilakukan dengan ketentuan:


403.

404.

a.

secara terbuka;

b.

tidak bersifat mengikat;

405.

406.
407.

408.

c. hanya

melalui

Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan, penyelenggara satuan pendidikan kesehatan, dan/atau


organisasi profesi di bidang kesehatan; dan
409.

d. tidak

menampilkan

logo

dan

nama

produk

Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya pada saat dan
selama kegiatan berlangsung yang dapat menghambat program
pemberian ASI Eksklusif.
410.

411.
412.

Pasal 23

413.

414.
415.

416.

(1)

Tenaga

Kesehatan

yang

menerima

bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) wajib


memberikan

pernyataan

tertulis

atasannya bahwa bantuan tersebut tidak mengikat dan


menghambat

keberhasilan

kepada
tidak

program pemberian ASI Eksklusif.

417.

418.

(2) Penyelenggara

Fasilitas Pelayanan

Kesehatan

yang menerima bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21


ayat (2) wajib memberikan pernyataan tertulis

kepada

Menteri

bahwa bantuan tersebut tidak mengikat dan tidak menghambat


keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.

(3) Penyelenggara . . .
Universitas Sumatera Utara

- 16 -

419.

420.

421.
(3)
Penyelenggara
satuan
pendidikan
kesehatan yang menerima bantuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (2) wajib memberikan pernyataan tertulis
kepada
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan bahwa bantuan
tersebut
tidak
mengikat
dan
tidak menghambat keberhasilan program pemberian ASI
Eksklusif.
422.

423.
(4)
Pengurus
organisasi
profesi
di
bidang
kesehatan yang
menerima bantuan sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 21
ayat (2) wajib memberikan
pernyataan tertulis kepada Menteri bahwa bantuan tersebut
tidak
mengikat
dan
tidak
menghambat
keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.
424.

425.
426.

427.

Pasal 24

428.

429.
430. Dalam hal Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
menerima bantuan biaya pelatihan, penelitian dan pengembangan,
pertemuan ilmiah, dan/atau kegiatan lainnya yang sejenis maka
penggunaannya harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
431.

432.

433.

Pasal 25

434.

435.
436.
(1)
Setiap produsen atau distributor Susu
Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya dilarang memberikan
hadiah
dan/atau
bantuan
kepada
Tenaga
Kesehatan,
penyelenggara
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan,
penyelenggara satuan pendidikan kesehatan, dan organisasi
profesi di bidang kesehatan
termasuk
keluarganya
yang
dapat menghambat keberhasilan program pemberian ASI
Eksklusif, kecuali diberikan untuk tujuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (2).

(2) Setiap . . .
Universitas Sumatera Utara

- 17 -

437.

438.

439.

(2)

Setiap produsen atau distributor Susu

Formula Bayi dan/atau produk

bayi lainnya yang melakukan

pemberian bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib


memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
440.

441.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

paling sedikit memuat:


442.

443.

a. nama penerima dan pemberi bantuan;

444.

445.

b. tujuan diberikan bantuan;

446.

447.

c.

jumlah dan jenis bantuan; dan

448.

449.

d. jangka waktu pemberian bantuan.

450.

451.
452.

453.

Pasal 26

454.

455.
(1)

Penyelenggara

Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan,

penyelenggara

satuan

pendidikan

kesehatan,

456.

dan/atau

organisasi profesi di bidang kesehatan

457.

yang menerima bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

22 huruf c wajib memberikan laporan kepada Menteri, menteri


terkait, atau pejabat yang ditunjuk.
458.

459.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

paling sedikit memuat:


460.

461.

a. nama pemberi dan penerima bantuan;

462.

463.

b. tujuan diberikan bantuan;

464.

465.

c. jumlah dan jenis bantuan; dan

466.

467.

d. jangka waktu pemberian bantuan.

Pasal 27 . . .
Universitas Sumatera Utara

- 18 -

468.

469.

470.

Pasal 27

471.

472.
473.

474. Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal


26 disampaikan kepada Menteri, menteri terkait, atau pejabat
yang ditunjuk paling singkat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
penerimaan bantuan.
475.

476.
477.

Pasal 28

478.

479.
480. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan Susu
Formula Bayi dan produk bayi lainnya diatur dengan
Peraturan Menteri.
481.

482.
483.

Pasal 29

484.

485.
486.
(1)
Setiap
Tenaga
Kesehatan
yang
tidak
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,
Pasal
17, Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 23 ayat
(1), dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang
berupa:
487.

488.

a. teguran lisan;

489.

490.
dan/atau c.

b. teguran tertulis;
pencabutan izin.

491.
(2)
Setiap penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, penyelenggara satuan pendidikan, pengurus organisasi
profesi
di
bidang
kesehatan
serta
produsen
dan distributor Susu Formula Bayi dan/atau
produk
bayi
lainnya
yang
tidak
melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4), Pasal 19, Pasal 21
ayat (1), Pasal 23 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 25 ayat
(1) dan ayat (2), sertaPasal 26 ayat (1) dikenakan sanksi
administratif oleh pejabat yang berwenang berupa:

a.

teguran . . .

Universitas Sumatera Utara

- 19 -

492.

493.

494.

a. teguran lisan; dan/atau b.

teguran tertulis.
495.

(3) Ketentuan

mengenai

tata

cara

pengenaan

sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur


dengan Peraturan Menteri.
496.

497.
498.

BAB V

499.

500.

TEMPAT KERJA DAN TEMPAT SARANA UMUM


Pasal 30

501.

(1)

tempat sarana

Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara


umum

harus

mendukung

program

ASI

Eksklusif.
502.

(2) Ketentuan

mengenai

dukungan

program

ASI Eksklusif di Tempat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perusahaan antara
pengusaha dan pekerja/buruh, atau melalui perjanjian kerja
bersama antara serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha.
503.

504.

(3)

Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara

tempat sarana umum harus menyediakan fasilitas khusus untuk


menyusui dan/atau memerah ASI sesuai dengan
kondisi kemampuan perusahaan.
505.

506.
tata

(4)
cara penyediaan

Ketentuan
fasilitas

lebih

khusus

lanjut
menyusui

mengenai
dan/atau

memerah ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan


Peraturan Menteri.
507.

508.
509.
510.
511.
512.
513.

514.

Pasal 31 . . .

Universitas Sumatera Utara

- 20 -

515.

516.

517.

Pasal 31

518.

519.
520.

521.

Tempat Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30

terdiri atas:
522.

523.

a.

perusahaan; dan

524.

525.

b. perkantoran milik Pemerintah, Pemerintah

Daerah, dan swasta.


526.

527.

528.

Pasal 32

529.

530.
531.

532.

Tempat sarana umum sebagaimana dimaksud dalam

533.

Pasal 30 terdiri atas:

534.

535.

a.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

b.

hotel dan penginapan;

c.

tempat rekreasi;

d.

terminal angkutan darat;

e.

stasiun kereta api;

f.

bandar udara;

g.

pelabuhan laut;

h.

pusat-pusat perbelanjaan;

i.

gedung olahraga;

536.

537.
538.

539.
540.

541.
542.

543.
544.

545.
546.

547.
548.

549.
550.

551.
552.

553.

j. lokasi penampungan pengungsi;

dan k.

tempat sarana umum lainnya.

554.
555.

556.

Pasal 33

557.

558.
559. Penyelenggara tempat sarana umum berupa Fasilitas
Pelayanan Kesehatan harus mendukung keberhasilan program
pemberian ASI Eksklusif dengan berpedoman pada 10 (sepuluh)
langkah menuju keberhasilan menyusui sebagai berikut:
560.

561.
562.

563.

a.

membuat . . .

Universitas Sumatera Utara

- 21 -

564.

565.

566.

a.

membuat

tentang menyusui dan dikomunikasikan

kebijakan

tertulis

kepada

semua

pelayanan

dalam

staf pelayanan kesehatan;


567.

b. melatih

semua

staf

keterampilan menerapkan kebijakan menyusui tersebut;


568.

c. menginformasikan

kepada

semua

ibu

hamil

tentang manfaat dan manajemen menyusui;


569.

d. membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60

(enam puluh) menit pertama persalinan;


570.

e. membantu

ibu

cara

menyusui

dan

mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya;


571.

f. memberikan ASI saja kepada Bayi baru lahir

kecuali ada indikasi medis;


572.

g. menerapkan

rawat

gabung

ibu

dengan

bayinya sepanjang waktu 24 (dua puluh empat) jam;


573.

h.

menganjurkan menyusui sesuai permintaan Bayi;

i.

tidak memberi dot kepada Bayi; dan

574.

575.
576.

577.

j.

mendorong

pendukung menyusui

dan

tersebut

keluar

setelah

pembentukan

merujuk
dari

ibu

kelompok

kepada

kelompok

Fasilitas

Pelayanan

memberikan

kesempatan

Kesehatan.
578.

579.

580.

Pasal 34

581.

582.
583.

584.

Pengurus

kepada

ibu

Tempat
yang

Kerja

bekerja

wajib
untuk

memberikan

ASI Eksklusif

kepada Bayi atau memerah ASI selama waktu kerja di Tempat


Kerja.
585.

586.
587.
588.
589.
590.

591.

Pasal 35 . . .

Universitas Sumatera Utara

- 22 -

592.

593.

594.

Pasal 35

595.

596.
597.

598.

Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana

umum wajib membuat peraturan internal yang mendukung


keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.
599.

600.
601.

Pasal 36

602.

603.
604.

605. Setiap pengurus Tempat Kerja dan/atau penyelenggara tempat


sarana
umum
yang
tidak
melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (3),
atau Pasal 34, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
606.

607.
608.

BAB VI DUKUNGAN MASYARAKAT

609.

610.

611.

Pasal 37

612.

613.
614.

615.

(1)

Masyarakat

keberhasilan program

pemberian

harus
ASI

mendukung

Eksklusif

baik

secara

perorangan, kelompok, maupun organisasi.


616.

617.

(2) Dukungan masyarakat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan melalui :


618.

619.

a. pemberian sumbangan pemikiran

terkait dengan penentuan

kebijakan

dan/atau

pelaksanaan

program pemberian ASI Eksklusif;


620.

b.

penyebarluasan

informasi

kepada

masyarakat luas

terkait dengan pemberian ASI Eksklusif;


621.

c.

pemantauan

dan

evaluasi

pelaksanaan

program pemberian ASI Eksklusif; dan/atau


622.

623.

624.

d. penyediaan . . .

Universitas Sumatera Utara

- 23 -

625.

626.

627.

d. penyediaan waktu dan tempat bagi ibu dalam

pemberian ASI Eksklusif.


628.

(3) Dukungan masyarakat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
629.

630.
631.

BAB VII PENDANAAN

632.

633.

634.

Pasal 38

635.

636.
637.

638.

Pendanaan program pemberian ASI Eksklusif dapat bersumber

dari

Anggaran

Pendapatan

dan

Belanja Negara, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, atau sumber lain yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
639.

640.
641.
642.

BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 39

643.

(1)

Menteri, menteri terkait, kepala lembaga

pemerintah non kementerian, gubernur, dan bupati/walikota


melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
program
tugas,

fungsi, dan

pemberian

ASI

Eksklusif sesuai dengan

kewenangan masing-masing.

644.

645.

(2) Pembinaan

dan

pengawasan

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk:


646.

647.
648.
649.

650.

a.

meningkatkan . . .

Universitas Sumatera Utara

- 24 -

651.

652.

653.
a. meningkatkan peran sumber daya
manusia di bidang
kesehatan,
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan, dan satuan pendidikan kesehatan dalam mendukung
keberhasilan
program pemberian ASI Eksklusif;
654.
b. meningkatkan peran dan dukungan
Keluarga dan
masyarakat untuk keberhasilan program
pemberian ASI Eksklusif; dan
655.
c.
meningkatkan peran dan dukungan
pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara sarana umum untuk
keberhasilan
program
pemberian
ASI
Eksklusif.
656.
(3) Pembinaan
dan
pengawasan
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
657.
658.

sebagaimana

a. advokasi dan sosialisasi peningkatan pemberian


ASI Eksklusif;

659.

660.

b. pelatihan
dan
peningkatan
kualitas
Kesehatan dan tenaga terlatih; dan/atau

661.
c.

Tenaga

monitoring dan evaluasi.

662.
(4)
Menteri, menteri terkait, kepala
lembaga
pemerintah
non
kementerian,
gubernur,
dan
bupati/walikota dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(3)
dapat
mengikutsertakan masyarakat.
663.

664.
665.

Pasal 40

666.

667.
668.
(1)
Pengawasan
terhadap
produsen
atau
distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang
melakukan
kegiatan
pengiklanan
Susu
Formula Bayi yang dimuat dalam media massa, baik cetak
maupun elektronik, dan media luar ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 huruf e dilaksanakan oleh badan yang
melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang pengawasan
obat dan makanan.

(2) Ketentuan . . .
Universitas Sumatera Utara

- 25 -

669.

670.

671.

(2)

Ketentuan

lebih

lanjut

mengenai

pengawasan terhadap produsen atau distributor Susu Formula


Bayi dan/atau produk bayi lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan peraturan kepala badan
melaksanakan
obat

tugas pemerintahan

di

yang

bidang

pengawasan

dan makanan.

672.

673.
674.

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN

675.

676.

677.

Pasal 41

678.

679.
680.

681.

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Pengurus

Tempat Kerja dan/atau penyelenggara tempat sarana umum, wajib


menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini paling
lama 1 (satu) tahun.
682.

683.

684.

BAB X KETENTUAN PENUTUP

685.

686.

687.

Pasal 42

688.

689.
690.

Pada

saat

Peraturan

Pemerintah

ini

mulai

berlaku,

semua ketentuan yang mengatur tentang pemberian ASI Eksklusif


dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
691.

692.
693.
694.

695.

Pasal 43

696.

697.
698.

Peraturan

Pemerintah

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal

diundangkan.

Agar . . .
Universitas Sumatera Utara

- 26 -

699.

700.

701.

Agar

setiap

orang

mengetahuinya,

memerintahkan

pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya


dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
702.

703.
704.
705.

706.

Ditetapkan di Jakarta

707.

pada tanggal 1 Maret 2012

708.

709.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd.

710.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

711.
712.
713.
714.

715.

Diundangkan di

Jakarta pada
tanggal 1 Maret
2012
716.

717.

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI


MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

718.

719.

720.

ttd.

721.

722.
723.

AMIR SYAMSUDIN

724.

725.
726. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012
NOMOR 58
727.

728.

729.

Salinan sesuai dengan aslinya


KEMENTERIAN SEKRETARIAT
NEGARA RI Asisten Deputi

Perundang-undangan Bidang Politik


dan Kesejahteraan Rakyat,
730.

731.
732.
733.
734.
735.

736.

Wisnu Setiawan

Universitas Sumatera Utara

737.

738.
739.
740.
741.
742.

743.
744.

PENJELASAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 33 TAHUN 2012
745.

TENTANG

746.

747.

PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

748.
749.

750.

751.

I.

UMUM

752.

753. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan


nasional diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan dilaksanakan guna tercapainya kesadaran, kemauan
dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya.
754.

755. Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan antara lain


adalah penurunan angka kematian Bayi dan peningkatan status
gizi masyarakat. Indonesia saat ini masih menghadapi masalah gizi
ganda yaitu kondisi dimana disatu sisi masih banyaknya jumlah
penderita gizi kurang, sementara disisi lain jumlah masyarakat
yang mengalami gizi lebih cenderung meningkat. Masalah gizi
ganda ini sangat erat kaitannya dengan gaya hidup masyarakat
dan perilaku gizi. Status gizi masyarakat akan baik apabila perilaku
gizi yang baik dilakukan pada setiap tahap kehidupan termasuk
pada Bayi.
756.

757. Pola pemberian makan terbaik untuk Bayi sejak lahir sampai
anak berumur 2 (dua) tahun meliputi: (a) memberikan ASI kepada
Bayi segera dalam waktu 1 (satu) jam setelah lahir; (b)
memberikan hanya ASI saja sejak lahir sampai umur 6 (enam)
bulan. Hampir semua ibu dapat dengan sukses menyusui diukur
dari permulaan pemberian ASI dalam jam pertama kehidupan
Bayi. Menyusui menurunkan risiko infeksi akut seperti diare,
pnemonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan
infeksi saluran kemih. Menyusui juga melindungi Bayi dari
penyakit kronis masa depan seperti diabetes tipe 1. Menyusui
selama masa Bayi berhubungan dengan penurunan tekanan darah
dan kolesterol serum total, berhubungan dengan prevalensi
diabetes tipe 2 yang lebih rendah, serta kelebihan berat badan dan
obesitas pada masa remaja dan dewasa.
758.

759.
760.
761.

Universitas Sumatera Utara

762.

Menyusui . . .

Universitas Sumatera Utara

-2-

763.

764.
765.
766.

767.

Menyusui menunda kembalinya kesuburan seorang wanita dan

mengurangi risiko perdarahan pasca melahirkan, kanker payudara,


pra menopause dan kanker ovarium; (c) memberikan Makanan
Pendamping ASI
(enam)

bulan;

(MP-ASI)

yang

tepat

sejak

genap

umur

dan (d) meneruskan pemberian ASI sampai anak

berumur 2 (dua) tahun. Penerapan pola pemberian makan ini akan


meningkatkan status gizi Bayi dan anak serta mempengaruhi
derajat kesehatan selanjutnya.
768.

769.

Namun demikian, saat ini penerapan pola pemberian makan

terbaik untuk Bayi sejak lahir sampai anak berumur 2 (dua)


tahun tersebut belum dilaksanakan dengan baik khususnya dalam
hal pemberian ASI Eksklusif.

Beberapa

kendala

dalam

hal

pemberian ASI Eksklusif karena ibu tidak percaya diri bahwa


dirinya mampu menyusui dengan baik sehingga mencukupi seluruh
kebutuhan gizi Bayi. Hal ini antara lain disebabkan karena
kurangnya pengetahuan ibu, kurangnya dukungan Keluarga serta
rendahnya kesadaran masyarakat tentang manfaat pemberian ASI
Eksklusif. Selain itu kurangnya dukungan Tenaga Kesehatan,
Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan,

dan

produsen

makanan

bayi

untuk keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya.


770.

771.

Dalam rangka melindungi, mendukung dan mempromosikan

pemberian

ASI

Eksklusif

perlu

dilakukan

upaya

untuk

meningkatkan dukungan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah,


Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan, masyarakat
serta Keluarga agar ibu dapat memberikan ASI Eksklusif kepada
Bayi.

Untuk

maksud

tersebut,

maka

diperlukan

Peraturan

Pemerintah tentang Pemberian ASI Eksklusif.


772.

773.

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur:

774.

1. tanggung

jawab

Pemerintah,

pemerintah

daerah

provinsi,

dan

pemerintah daerah kabupaten/kota;


2. Air Susu Ibu Eksklusif;
3. penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya;
4. tempat kerja dan tempat sarana umum;
5. dukungan masyarakat;
6. pendanaan; dan
7. pembinaan dan pengawasan.
775.

Universitas Sumatera Utara

776.

II. PASAL . . .

-3-

777.

778.
779.
780.

781. II. PASAL


DEMI PASAL
782.

783.

784.

Pasal 1

785.

786.

Cukup jelas.

787.

788.

789.

Pasal 2

790.

791.

Cukup jelas.

792.

793.

794.

Pasal 3

795.

796.

Huruf a

797.

798.

Kebijakan nasional dituangkan dalam bentuk norma, standar,

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri.


799.

800.

Strategi program pemberian ASI Eksklusif dilakukan secara

terpadu, berjenjang, dan berkesinambungan.


801.

802.

Huruf b

803.

804.

Cukup jelas.

Huruf c
805.

Cukup jelas.

Huruf d
806.

Cukup jelas.

Huruf e
807.

Cukup jelas.

Huruf f
808.

Cukup jelas.

Huruf g
809.

Cukup jelas.

Huruf h
810.

Cukup jelas.

811.
812.

813.
814.

Pasal 4 . . .

Universitas Sumatera Utara

-4-

815.

816.
817.
818.

819.

Pasal 4

820.

821.

Huruf a

822.

823.

Dalam

melaksanakan

kebijakan

nasional,

daerah

provinsi dapat menetapkan peraturan daerah atau peraturan


gubernur dengan mengacu pada kebijakan nasional.
824.

825.

Dalam

Eksklusif

menetapkan
di

daerah,

kebijakan

program

pemerintah

daerah

pemberian
provinsi

ASI
dapat

memperhatikan kemampuan dan potensi sumber daya manusia,


kemampuan dan potensi sumber pendanaan, dan dukungan
masyarakat. Strategi program pemberian ASI Eksklusif dilakukan
secara terpadu, berjenjang, dan berkesinambungan.
826.

827.

Huruf b

828.

829.

Cukup

jelas. Huruf c
830.

Cukup

jelas. Huruf d
831.

Cukup

jelas. Huruf e
832.

Cukup

jelas. Huruf f
833.

Cukup

jelas. Huruf g
834.

Cukup

jelas. Huruf h
835. Cukup
jelas.
836.
837.
838.
839.
840.

841.

Pasal 5 . . .

Universitas Sumatera Utara

-5-

842.

843.
844.
845.

846.

Pasal 5

847.

848.

Huruf a

849.

850.

Dalam

melaksanakan

kabupaten/kota

dapat

kebijakan

menetapkan

nasional,

peraturan

daerah

daerah

atau

peraturan bupati atau peraturan walikota dengan mengacu pada


kebijakan nasional dan kebijakan pemerintah daerah provinsi.
851.

852.

Dalam

menetapkan

kebijakan

program

pemberian

ASI

Eksklusif di daerah, pemerintah daerah kabupaten/kota dapat


memperhatikan kemampuan dan potensi sumber daya manusia,
kemampuan dan potensi sumber pendanaan, dan dukungan
masyarakat. Strategi program pemberian ASI Eksklusif dilakukan
secara terpadu, berjenjang, dan berkesinambungan.
853.

854.

Huruf b

855.

856.

Cukup

jelas. Huruf c
857.

Cukup

jelas. Huruf d
858.

Cukup

jelas. Huruf e
859.

Cukup

jelas. Huruf f
860.

Cukup

jelas. Huruf g
861.

Cukup

jelas. Huruf h
862. Cukup
jelas.
863.

864.
865.

Pasal 6 . . .

Universitas Sumatera Utara

-6-

866.

867.
868.
869.

870.

Pasal 6

871.

872.

Cukup jelas.

873.

874.

875.

Pasal 7

876.

877.

Huruf a

878.

879. Yang dimaksud dengan indikasi medis adalah kondisi medis


Bayi dan/atau kondisi medis ibu yang tidak memungkinkan
dilakukannya pemberian ASI Eksklusif.
880.

881. Kondisi medis Bayi yang tidak memungkinkan pemberian ASI


Ekslusif antara lain:
882.
a. Bayi yang hanya dapat menerima susu dengan
formula khusus, yaitu Bayi dengan kriteria:
883. 1. Bayi dengan galaktosemia klasik, diperlukan formula
khusus bebas galaktosa;
884. 2. Bayi dengan penyakit kemih beraroma sirup maple (maple
syrup urine disease), diperlukan formula khusus bebas leusin,
isoleusin, dan valin; dan/atau
885. 3. Bayi dengan fenilketonuria, dibutuhkan formula khusus
bebas fenilalanin, dan dimungkinkan beberapa kali menyusui, di
bawah pengawasan.
886.
b. Bayi yang membutuhkan makanan lain selain ASI
selama jangka waktu terbatas, yaitu:
887. 1. Bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 (seribu
lima ratus) gram (berat lahir sangat rendah);
888. 2. Bayi lahir kurang dari 32 (tiga puluh dua) minggu dari usia
kehamilan yang sangat prematur; dan/atau
889.
3. Bayi baru lahir yang berisiko hipoglikemia
berdasarkan gangguan
adaptasi
metabolisme
atau
peningkatan kebutuhan glukosa seperti pada Bayi prematur, kecil
untuk
umur
kehamilan
atau
yang
mengalami
stress
iskemik/intrapartum
hipoksia
yang
signifikan,
Bayi yang
sakit dan Bayi yang memiliki ibu pengidap
diabetes, jika gula darahnya gagal merespon pemberian ASI baik
secara langsung maupun tidak langsung.
890.
891.
892.

893.
894.

Kondisi . . .

Universitas Sumatera Utara

-7-

895.

896.
897.
898.

899.

Kondisi medis ibu yang tidak dapat memberikan ASI Eksklusif

karena harus mendapat pengobatan sesuai dengan standar.


Kondisi ibu tersebut antara lain:
900.

901.

a.

ibu

yang

dapat

dibenarkan

menyusui secara permanen karena


Immunodeficiency

Virus.

Dalam

alasan

terinfeksi
kondisi

tidak
Human

tersebut,

pengganti

pemberian ASI harus memenuhi kriteria, yaitu dapat diterima,


layak, terjangkau, berkelanjutan, dan aman (acceptable, feasible,
affordable, sustainable, and safe). Kondisi tersebut bisa berubah
jika secara teknologi ASI Eksklusif dari ibu terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus dinyatakan aman bagi Bayi dan demi
untuk kepentingan terbaik Bayi. Kondisi tersebut juga dapat
diberlakukan bagi penyakit menular lainnya;
902.

b. ibu

yang

dapat

dibenarkan

alasan

menghentikan menyusui sementara waktu karena:


903.

1.

penyakit parah yang menghalangi seorang

ibu merawat Bayi,

misalnya

sepsis

(infeksi

demam

tinggi

hingga tidak sadarkan diri);


904.

2. infeksi

Virus

Herpes

Simplex

tipe

(HSV-1)

di

payudara; kontak langsung antara luka pada payudara ibu dan


mulut Bayi sebaiknya dihindari sampai semua lesi aktif telah
diterapi hingga tuntas;
905.

3. pengobatan ibu:

906.

907.

a) obatobatan

psikoterapi jenis

penenang,

obat

anti epilepsi dan opioid dan kombinasinya dapat menyebabkan


efek samping seperti mengantuk dan depresi pernapasan dan lebih
baik dihindari jika alternatif yang lebih aman tersedia;
908.

b)

radioaktif iodine131 lebih baik dihindari

mengingat bahwa alternatif yang lebih aman tersedia, seorang ibu


dapat melanjutkan menyusui sekitar 2 (dua) bulan setelah
menerima zat ini;
909.

910.
911.

Kondisi . . .

Universitas Sumatera Utara

-8-

912.

913.
914.
915.

916.

c)

penggunaan yodium

atau yodofor topikal

misalnya povidoneiodine secara berlebihan, terutama pada luka


terbuka
menyebabkan penekanan

atau

membran

hormon

mukosa,

tiroid

dapat

atau kelainan

elektrolit pada Bayi yang mendapat ASI dan harus dihindari;


dan
917.
d)
sitotoksik kemoterapi yang mensyaratkan
seorang
918. ibu harus berhenti menyusui selama terapi.
919.

920.

Huruf b

921.

922.

Kondisi yang tidak memungkinkan Bayi mendapatkan ASI

Eksklusif karena ibu tidak ada atau terpisah dari Bayi


dikarenakan

ibu

meninggal

dunia,

ibu

tidak

dapat

diketahui

keberadaaanya, ibu terpisah dari Bayi karena adanya bencana


atau kondisi lainnya dimana ibu terpisah dengan Bayinya sehingga
ibu

tidak

dapat

memenuhi

kewajibannya

atau

anak tidak

memperoleh haknya.
923.
924. Huruf c
925.

926.
b.

Lihat penjelasan Pasal 7 huruf

927.

928.

929.

Pasal 8

930.

931.

Ayat (1)

932.

933.

Cukup

jelas. Ayat (2)


934.

Cukup

jelas. Ayat (3)


935.

Dalam menentukan ada atau tidaknya indikasi medis, bidan

atau perawat mengacu penjelasan Pasal 7.


936.
937.
938.
939.
940.
941.
942.

943.

Pasal 9 . . .

Universitas Sumatera Utara

-9-

944.

945.
946.
947.

948.

Pasal 9

949.

950.

Ayat (1)

951.

952.

Inisiasi menyusu dini dilakukan dalam keadaan ibu dan Bayi

stabil dan tidak membutuhkan tindakan medis selama paling


singkat 1 (satu) jam. Lama waktu inisiasi menyusu dini paling
singkat selama 1 (satu) jam dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada Bayi agar dapat mencari puting susu ibu dan
menyusu sendiri. Dalam hal selama paling singkat
jam

setelah

melahirkan,

Bayi

masih

belum

1 (satu)

mau menyusu

maka kegiatan inisiasi menyusu dini harus tetap diupayakan oleh


ibu, Tenaga Kesehatan, dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
953.

954.

Ayat (2)

955.

956. Cukup
jelas.
957.

958.

959.

Pasal 10

960.

961.

Ayat (1)

962.

963.

Yang dimaksud dengan 1 (satu) ruangan atau rawat gabung

adalah ruang rawat inap dalam 1 (satu) ruangan dimana Bayi


berada dalam jangkauan ibu selama 24 (dua puluh empat)
jam.
964.

965.

Indikasi medis didasarkan pada kondisi medis Bayi dan/atau

kondisi medis ibu yang tidak memungkinkan dilakukan rawat


gabung.
966.

967.

Ayat (2)

968.

969. Cukup
jelas.
970.

971.

972.

Pasal 11

973.

974.

Ayat (1)

975.

976. Yang
yang

dimaksud

977. menyumbangkan
anaknya.
978.
979.
980.

dengan
ASI

pendonor

kepada

Bayi

ASI
yang

adalah

ibu

bukan

Universitas Sumatera Utara

981.

- 10
-

982.

Ayat (2) . . .

Universitas Sumatera Utara

- 11
-

983.

984.
985.
986.

987.

Ayat (2)

988.

989.

Cukup

jelas. Ayat (3)


990.

Yang dimaksud dengan mutu dan keamanan ASI meliputi

kebersihan,

cara

penyimpanan,

cara

pemberian,

atau

cara

memerah ASI.
991.

992.

Ayat (4)

993.

994. Cukup
jelas.
995.

996.

997.

Pasal 12

998.

999.

Ayat (1)

1000.

1001. Yang dimaksud dengan ibu dalam ketentuan ini adalah


ibu
1002. yang dapat memberikan ASI Eksklusif kepada
Bayi. Ayat (2)
1003. Cukup
jelas.

1004.
1005. Pasal 13
1006.

1007. Ayat (1)


1008.

1009. Cukup
jelas. Ayat (2)
1010. Huruf
a
1011.

1012. Cukup jelas. Huruf


b
1013. Cukup jelas. Huruf
c
1014. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan pemberian
makanan botol secara parsial adalah makanan/minuman selain
ASI yang diberikan kepada Bayi dengan menggunakan botol.
Huruf d . . .

Universitas Sumatera Utara

1015.

1016.
1017.
1018.

- 12
-

1019. Huruf d
1020.

1021. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan kesulitan untuk


mengubah keputusan adalah kondisi dimana ibu sudah
memutuskan untuk tidak memberikan ASI,
1022. maka sulit untuk kembali lagi memberikan ASI.
1023.

1024. A
yat (3)
1025.

1026. Pendampingan dilakukan melalui pemberian dukungan moril,


bimbingan, bantuan, dan pengawasan ibu dan bayi selama
kegiatan inisiasi menyusu dini dan/atau selama awal menyusui.
1027.

1028. A
yat (4)
1029.

1030. Yang dimaksud dengan tenaga terlatih adalah tenaga yang


memiliki
pengetahuan
dan/atau
keterampilan
mengenai
pemberian ASI melalui pelatihan, antara lain konselor menyusui.
1031.
1032. Pasal 14
1033.

1034. Cukup
jelas.

1035.
1036. Pasal 15
1037.

1038. Cukup
jelas.

1039.
1040. Pasal 16
1041.

1042. Pemberian peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan


penyajian Susu Formula Bayi atau produk susu bayi lainnya
hanya dapat dilakukan oleh Tenaga Kesehatan. Dengan demikian,
tenaga non kesehatan tidak dapat melakukan pemberian peragaan
dan penjelasan atas penggunaan dan penyajian Susu Formula
Bayi atau produk susu bayi lainnya.
1043.

1044. Dalam hal ibu dari Bayi yang memerlukan Susu Formula Bayi
atau produk susu bayi lainnya tersebut telah meninggal dunia,
sakit berat, sedang menderita gangguan jiwa berat, dan/atau tidak
diketahui keberadaannya, peragaan dan penjelasan atas
penggunaan dan penyajian Susu Formula Bayi atau produk susu
bayi lainnya hanya dapat dilakukan terbatas pada Keluarga yang
Pasal 17 . . .
Universitas Sumatera Utara

- 13
akan mengurus dan merawat
- Bayi tersebut.

Pasal 17 . . .
Universitas Sumatera Utara

- 14
-

1045.

1046.
1047.
1048.

1049. Pasal 17
1050.

1051. Ayat (1)


1052.

1053. Yang

dimaksud

dengan

produk

bayi

lainnya

adalah

produk bayi yang terkait langsung dengan kegiatan menyusui


meliputi segala bentuk susu dan pangan bayi lainnya, botol susu,
dot, dan empeng.
1054.

1055. Ayat (2)


1056.

1057. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan dilarang


mempromosikan termasuk memajang, memberikan potongan
harga, memberikan sampel Susu Formula Bayi, memberikan
hadiah, memberikan informasi melalui saluran telepon, media
cetak dan elektronik, memasang logo atau nama perusahaan
pada perlengkapan persalinan dan perawatan Bayi, membuat dan
menyebarkan brosur, leaflet, poster, atau yang sejenis lainnya.
1058.
1059. Pasal 18
1060.

1061. Cukup jelas.


1062.

1063.

1064. Pasal 19
1065.

1066. Cukup jelas.


1067.

1068.

1069. Pasal 20
1070.

1071. Cukup jelas.


1072.

1073.

1074. Pasal 21
1075.

1076. Cukup jelas.


1077.

1078.

1079. Pasal 22
1080.

1081. Huruf a
1082.

1083. Yang dimaksud dengan secara terbuka adalah tidak ada


konflik kepentingan

antara

pemberi bantuan

dan

penerima

bantuan, dan diumumkan secara terbuka.

Huruf b . . .
Universitas Sumatera Utara

- 15
-

1084.

1085.
1086.
1087.

1088. H
uruf b
1089.

1090. Yang dimaksud dengan tidak bersifat mengikat adalah tidak


ada kewajiban tertentu yang harus dilakukan oleh institusi
penerima bantuan berdasarkan keinginan pemberi bantuan.
1091.

1092. H
uruf c
1093.

1094. Cukup
jelas. Huruf d
1095. Cukup
jelas.
1096.

1097.

1098. Pasal 23
1099.

1100. Cukup
jelas.
1101.

1102.

1103. Pasal 24
1104.

1105. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan ketentuan


peraturan

perundang-undangan

antara

lain

peraturan

perundang-undangan di bidang keuangan.


1106.
1107. Pasal 25
1108.

1109. Cukup
jelas.
1110.

1111.

1112. Pasal 26
1113.

1114. Cukup
jelas.
1115.

1116.

1117. Pasal 27
1118.

1119. Cukup
jelas.
1120.

1121.

1122. Pasal 28
1123.

Pasal 30 . . .

Universitas Sumatera Utara

1124. Cukup
jelas.

- 16
-

1125.

1126.

1127. Pasal 29
1128.

1129. Cukup
jelas.

Pasal 30 . . .

Universitas Sumatera Utara

- 17
-

1130.

1131.
1132.
1133.

1134. Pasal 30
1135.

1136. Ayat (1)


1137.

1138. Dalam

ketentuan

ini

yang

dimaksud

dengan

pengurus Tempat Kerja adalah orang yang mempunyai tugas


memimpin langsung suatu Tempat Kerja atau bagiannya yang
berdiri sendiri.
1139.

1140. Ayat (2)


1141.

1142. Cukup
jelas. Ayat (3)
1143. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan fasilitas khusus
adalah ruang menyusui dan/atau memerah ASI yang dinamai
dengan ruang ASI.
1144.

1145. Ayat (4)


1146.

1147. Cukup
jelas.
1148.

1149.

1150. Pasal 31
1151.

1152. Huruf a
1153.

1154. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan perusahaan


adalah sebagaimana dimaksud dalam

peraturan perundang-

undangan di bidang ketenagakerjaan.


1155.

1156. Huruf b
1157.

1158. Yang
lembaga

dimaksud

dengan

perkantoran

termasuk

1159. pemasyarakatan
.
1160.

1161.

1162. Pasal 32
1163.

1164. Cukup jelas.


1165.

1166.

1167. Pasal 33
1168.

Pasal 34 . . .

Universitas Sumatera Utara

1169. Cukup jelas.

- 18
-

Pasal 34 . . .

Universitas Sumatera Utara

- 19
-

1170.

1171.
1172.
1173.

1174. Pasal 34
1175.

1176. Cukup
jelas.
1177.

1178.

1179. Pasal 35
1180.

1181. Cukup
jelas.
1182.

1183.

1184. Pasal 36
1185.

1186. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan peraturan


perundang- undangan adalah peraturan perundang-undangan di
bidang kesehatan.
1187.
1188. Pasal 37
1189.

1190. A
yat (1)
1191.

1192. Pelaksanaan dukungan dari masyarakat dilakukan sesuai


dengan kemampuan sumber daya yang tersedia. Pelaksanaan
dukungan dari masyarakat dilakukan dengan berpedoman pada
10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui untuk
masyarakat, yaitu:
1193.

1194.

a.

meminta

mendapatkan

hak

pelayanan

untuk
inisiasi menyusu

dini ketika persalinan;


1195.

b. meminta hak untuk tidak memberikan asupan

apapun selain ASI kepada Bayi baru lahir;


1196.

c. meminta hak untuk Bayi tidak ditempatkan terpisah

dari ibunya;
1197.

d. melaporkan pelanggaran-pelanggaran kode etik

pemasaran pengganti ASI;


1198.

e. mendukung ibu menyusui dengan membuat Tempat

Kerja yang memiliki fasilitas ruang menyusui;


1199. f.
menciptakan kesempatan agar ibu dapat memerah
ASI
1200. dan/atau menyusui Bayinya di Tempat Kerja;
1201.
g. mendukung ibu untuk memberikan ASI kapanpun
dan dimanapun;
1202. h. menghormati ibu menyusui di tempat umum;
Universitas Sumatera
Utara
1203. i.
memantau pemberian ASI di lingkungan
sekitarnya;

dan

- 20
-

1204.
1205.
1206.

1207.
1208. j. memilih . . .

Universitas Sumatera Utara

1209.

1210.
1211.
1212.

1213.
1214.

j.
memilih
- 21 Fasilitas
Kesehatan
dan
Kesehatan
menjalankan

Pelayanan
Tenaga
yang
10 (sepuluh)

langkah menu

1215.

1216. A
y
a
t
(
2
)
1217.

1218. Cuk
up jelas.
Ayat (3)
1219. Cukup jelas.

1220.
1221. Pasal 38
1222.

1223. C
u
k
u
p
jel
as
.

1224.
1225. Pasal 39
1226.

1227. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan


program pemberian ASI Eksklusif dilaksanakan pada
situasi normal dan situasi bencana atau darurat.
1228.
1229. Pasal 40
1230.

1231. C
uk
up

Universitas Sumatera Utara

jel
as
.

1232.
1233. Pasal 41
1234.

- 22
-

1235. C
u
k
u
p
jel
as
.

1236.
1237. Pasal 42
1238.

1239. C
uk
up
jel
as
.

1240.
1241. Pasal 43
1242.

1243. C
uk
up
jel
as
.
1244.
1245.

1246.

1247. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 5291

Universitas Sumatera Utara

Вам также может понравиться