Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SKRIPSI
OLEH
DEWI VERONIKA
NIM : 111000126
OLEH
DEWI VERONIKA
NIM : 111000126
Medan,
September 2015
Dewi Veronika
10
11
ABSTRAK
Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif
merupakan suatu kebijakan untuk mewujudkan pemenuhan hak bayi untuk
mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan dan
memberikan perlindungan kepada ibunya dalam memberikan ASI Eksklusif.
Kebijakan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dan
disosialisasikan untuk dijalankan di klinik klinik bersalin swasta di Kota Medan
untuk diimplementasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan
kebijakan terkait PP No 33 Tahun 2012 dengan kebijakan yang telah ada
sebelumnya yaitu dalam UU No. 36 Tahun 2008 pasal 128 ayat 2, mengkaji
tentang pemberian ASI Eksklusif di klinik bersalin, mengkaji kepatuhan tenaga
kesehatan di klinik yang diberikan izin untuk membuka klinik bersalin.
Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan
kualitatif (explanatory research). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data dengan wawancara mendalam (indeepth research) terhadap 5 informan di 3
klinik yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak tenaga kesehatan di
kinik bersalin yang tidak tahu tentang peraturan ini sehingga pelaksaanan PP No
33 Tahun 2012 di klinik bersalin tidak sesuai yaitu dalam pemenuhan hak bayi
untuk mendapat ASI Eksklusif dn melakukan IMD di klinik bersalin swasta.
Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang ASI
Eksklusif di klinik bersalin swasta di Kota Medan masih rendah. Hal ini dilihat
dari kebijakan dalam bentuk ASI eksklusif masih dalam bentuk tertulis tidak
terlihat dalam pelaksanaannya di klink bersalin swasta dengan maksimal.
Kata Kunci : analisis implementasi, peraturan pemerintah, klinik bersalin swasta..
12
ABSTRACT
Government Regulation No. 33 in 2012 about exclusive breastfeeding is a
policy to realize the fulfillment of the right to obtain exclusive breastfeeding
babies from birth up to the age of 6 months and provide protection to mothers.
The policy was implemented by the Health Department of the city of Medan and
socialized to run in the clinic - a private maternity clinic in the city of Medan as
one of the health care facility has the obligation and the authority to be
implemented. This study aims to investigate the implementation of policies related
to Regulation No. 33 in 2012 with a pre-existing policy that is in Law 36 Year
2008 Article 128, paragraph 2, examines exclusive breastfeeding at the maternity
clinic, assessing the compliance of health workers in clinics are given permission
to open a maternity clinic.
This research was a descriptive qualitative survey (explanatory research).
This study uses data collection techniques with in-depth interviews (indeepth
research) to 5 informants in three different clinics.
The results showed that there are still many health workers in clinics,
maternity do not know about this regulation so that the implementation of
Govermant Regulation No 33 in 2012 about exclusive breastfeeding at the
maternity clinic was not as expected, namely by IMD and exclusive breastfeeding
to their babies Government Regulation.
The implementation of Government Regulation No 33 in 2012 about
exclusive breastfeeding at private maternity clinics in Medan was still low. It was
shown that the regulation was still in written form so it was not visible in the
implementation at private maternity clinics.
Keywords: implementation analysis, government regulations, private maternity
clinic
13
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul: Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012
tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan tahun
2015. Skripsi adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk menyelesaikan
pendidikan tingkat strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1.
2.
3.
14
5.
6.
7.
8.
9.
15
11.
12.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta
masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan,
kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki, Semoga skrispi
ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan,
September 2015
Penulis
Dewi Veronika
16
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1
1.2
1.3
1.4
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
17
3.5
4.2
4.3
18
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul: Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012
tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik/Bidan Bersalin Kota Medan tahun
2015. Skripsi adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk menyelesaikan
pendidikan tingkat strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
13.
14.
15.
19
17.
18.
19.
20.
21.
20
23.
24.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta
masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan,
kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki, Semoga skrispi
ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan,
September 2015
Penulis
Dewi Veronika
21
DAFTAR ISTILAH
IBI
22
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
34
35
38
41
45
49
51
54
57
59
62
64
67
68
23
IDENTITAS
Nama
: Dewi Veronika
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
: Perempuan
Anak Ke-
: 4 dari 4 bersaudara
Nama Ayah
Nama Ibu
: Berlina Br Siagian
Agama
: Kristen Protestan
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Alamar
Riwayat Pendidikan
11
ABSTRAK
Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif
merupakan suatu kebijakan untuk mewujudkan pemenuhan hak bayi untuk
mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan dan
memberikan perlindungan kepada ibunya dalam memberikan ASI Eksklusif.
Kebijakan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dan
disosialisasikan untuk dijalankan di klinik klinik bersalin swasta di Kota Medan
untuk diimplementasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan
kebijakan terkait PP No 33 Tahun 2012 dengan kebijakan yang telah ada
sebelumnya yaitu dalam UU No. 36 Tahun 2008 pasal 128 ayat 2, mengkaji
tentang pemberian ASI Eksklusif di klinik bersalin, mengkaji kepatuhan tenaga
kesehatan di klinik yang diberikan izin untuk membuka klinik bersalin.
Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan
kualitatif (explanatory research). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data dengan wawancara mendalam (indeepth research) terhadap 5 informan di 3
klinik yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak tenaga kesehatan di
kinik bersalin yang tidak tahu tentang peraturan ini sehingga pelaksaanan PP No
33 Tahun 2012 di klinik bersalin tidak sesuai yaitu dalam pemenuhan hak bayi
untuk mendapat ASI Eksklusif dn melakukan IMD di klinik bersalin swasta.
Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang ASI
Eksklusif di klinik bersalin swasta di Kota Medan masih rendah. Hal ini dilihat
dari kebijakan dalam bentuk ASI eksklusif masih dalam bentuk tertulis tidak
terlihat dalam pelaksanaannya di klink bersalin swasta dengan maksimal.
Kata Kunci : analisis implementasi, peraturan pemerintah, klinik bersalin swasta..
12
ABSTRACT
Government Regulation No. 33 in 2012 about exclusive breastfeeding is a
policy to realize the fulfillment of the right to obtain exclusive breastfeeding
babies from birth up to the age of 6 months and provide protection to mothers.
The policy was implemented by the Health Department of the city of Medan and
socialized to run in the clinic - a private maternity clinic in the city of Medan as
one of the health care facility has the obligation and the authority to be
implemented. This study aims to investigate the implementation of policies related
to Regulation No. 33 in 2012 with a pre-existing policy that is in Law 36 Year
2008 Article 128, paragraph 2, examines exclusive breastfeeding at the maternity
clinic, assessing the compliance of health workers in clinics are given permission
to open a maternity clinic.
This research was a descriptive qualitative survey (explanatory research).
This study uses data collection techniques with in-depth interviews (indeepth
research) to 5 informants in three different clinics.
The results showed that there are still many health workers in clinics,
maternity do not know about this regulation so that the implementation of
Govermant Regulation No 33 in 2012 about exclusive breastfeeding at the
maternity clinic was not as expected, namely by IMD and exclusive breastfeeding
to their babies Government Regulation.
The implementation of Government Regulation No 33 in 2012 about
exclusive breastfeeding at private maternity clinics in Medan was still low. It was
shown that the regulation was still in written form so it was not visible in the
implementation at private maternity clinics.
Keywords: implementation analysis, government regulations, private maternity
clinic
24
BAB I
PENDAHULUAN
25
merupakan susu sapi yang susunan nutrisinya diubah menyerupai ASI hingga
dapat diberikan kepada bayi tanpa menimbulkan efek samping.
Menurut Pasal 6 PP No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susus Ibu
Eksklusif setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada
bayi yang baru dilahirkannya. Sedangkan susu formula bayi seharusmya diberikan
setelah bayi berumur 6 bulan.Susu formula dapat diberikan kepada bayi dengan
usia dibawah 6 bulan jika ada pertimbangan tertentu. Pemberian ASI Eksklusif
disebutkan bahwa susu formula dapat diberikan jika : a. Indikasi medis b. ibu
tidak ada atau c. ibu terpisah dari bayi. Menurut WHO dan UNICEF (2012)
laporan anak dunia 2011 yaitu dari 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya
32,6% dari mereka yang disusui secara eksklusif dalam 6 bulan pertama.
Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari yang
diharapkan, ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI), dan
angka kematian bayi (AKB). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 didapatkan data angka kematian ibu (AKI) sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam
Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 sebesar 32/1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan laporan dari profil kab/kota (tabel 6) AKI maternal yang
dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2013 hanya 95/100.000 kelahiran hidup,
namun ini belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, AKI di Sumatera Utara sebesar
328/100.000 KH, angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka
Profil Kesehatan Profil Sumatera Utara Tahun 2013. Berdasarkan laporan profil
26
kesehatan kab/kota tahun, dari 267.239 bayi lahir hidup terdapat 2.696 bayi
meninggal sebelum usia 1 tahun. Berdasarkan angka ini, diperhitungkan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Sumatera Utara hanya 10/1.000 Kelahiran Hidup (KH)
pada tahun 2013. Rendahnya angka ini mungkin disebabkan karena kasus-kasus
yang terlaporkan adalah kasus kematian yang terjadi di sarana pelayanan
kesehatan, sedangkan kasus-kasus kematian yang terjadi di masyarakat belum
seluruhnya terlaporkan. Berdasarkan Sensus Penduduk, Angka Kematian Bayi di
Sumatera Utara mengalami penurunan yang cukup siknifikan dari 2 (dua) kali
sensus terakhir yaitu , SP tahun 2000, AKB di Sumatera Utara adalah 44/1.000
KH, turun menjadi 25,7 atau dibulatkan menjadi 26/1.000 KH pada hasil SP 2010.
Di Kota Medan, berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Medan pada bulan
Agustus 2011 dari 39 Puskesmas yang ada di Medan terdapat 174 (4,08%) bayi
yang diberi ASI eksklusif dan terdapat 4089 (95,9%) bayi yang tidak diberi ASI
eksklusif.
Rendahnya pemberian ASI Eksklusif membuat pemerintah mengeluarkan
PP No 33 Tahun 2012 agar fasilitas pelayanan kesehatan terutama seorang ibu
semakin sadar bahwa ASI Eksklusif itu sangat penting untuk diberikan kepada
anaknya dan membuat sanksi apabila kebijakan pemerintah tersebut tidak
diberlakukan. Seorang ibu wajib memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya,
sebab ASI merupakan salah satu cara untuk mengurangi AKI dan AKB.
Meningkatnya angka kematian ibu setelah melahirkan akan berdampak pada
meningkatnya angka kematian bayi. Hal ini dipengaruhi oleh asupan nutrisi dari
ibu yang tidak bisa diberikan pada bayi baru lahir seperti ASI. ASI merupakan
27
nutrisi utama saat bayi baru lahir karena bayi yang baru lahir belum bisa
mendapatkan makanan tambahan kecuali ASI sampai umur 6 bulan. Selain itu
ASI berfungsi untuk kekebalan tubuh bayi. Apabila bayi kurang nutrisi atau tidak
mendapatkan ASI maka kekebelan tubuh bayi akan lemah sehingga mudah
terserang penyakit. Bayi yang rentan terkena penyakit apabila tidak mendapatkan
penanganan lebih lanjut akan menyebabkan kematian. Untuk itu perlu pelayanan
kesehatan yang dapat menangani ibu pada saat masa kehamilan dan melahirkan.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu sehingga tidak berlanjut
pada kematian bayi.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan bahwa fenomena yang terjadi di
klini/bidan bersalin swasta masih banyak bayi yang diberikan susu formula sejak
lahir, seperti di salah satu klinik di kecamatan Medam Deli ibu yang telah
melahirkan diberi bingkisan susu formula dan ditawarkan lagsung susu formula
apa yang akan diberikan kepada bayinya. Hal ini juga merupakan kekhawatiran
terhadap perkembangan generasi penerus bangsa. Dengan demikian dibentuklah
Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 demi pengembangan program ASI.
Dalam PP ini diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah
dengan menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan advokasi dan
sosialisai serta melakukan pengawasan terkait program pemberian ASI Eksklusif
tersebut,serta pentingnya peran serta tenaga medis di Rumah Sakit maupun
klinik/bidan bersalin swasta demi efektifnya PP ini dijalankan karena jika tenaga
kesehatan melanggar peraturan tersebut maka akan dikenakan sanksi administratif
berupa teguran lisan, teguran tertulis dan/atau pencabutan izin. Demikian juga
28
29
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air Susu Ibu ( ASI ) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara
ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi bayi. Eksklusif adalah pemberian
ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuat, dan nasi tim. Pemberian ASI ini dianjurkan dalam jangka waktu 6 bulan.
2.1.1 Pemberian ASI Pertama
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu
dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang
lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu
pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let
Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama
kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara,
yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel
kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses
proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu
31
32
mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia
bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks letdown/pelepasan ASI ini
yaitu pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan
memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat
refleks letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan bingung atau psikis
kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau merasakan nyeri.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi sehingga
mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi
terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera
disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya menyusui,
penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu
akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal ini
merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk
semula (Maryunani, 2009).
terdapat
dua
komponen,
yaitu
asam
arakkhidonat,
asam
33
Acid ) yang berperan penting dalam proses tumbuh kembang otak. Menurut studi
selama 17 tahun pada tahun 1025 anak yang mengkonsumsi ASI terdapat
peningkatan IQ dan ketrampilan. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan
kemampuan reflek kognitif merupakan efek dari LPUFAs pada masa
perkembangan saraf bayi.
Zat besi
Meskipun dalam ASI terdapat sedikit zat besi ( 0,5 1,0 mg/liter ), namun
bayi yang menyusu ASI tidak akan kekurangan zat besi ( anemia ). Hal ini
dikarenakan zat besi yang terkandung dalam ASI mudah dicerna oleh bayi. Zat
besi dibutuhkan bayi untuk memproduksi hemaglobin, bagian dari sel sel darah
merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, zat besi pun esensiak untuk
tumbuh kembang otak bayi.
Mineral
ASI memang mengandung mineral lebih sedikit dibanding dengan susu
sapi. Bahkan susu sapi mengandung empat kali lebih banyak daripada ASI.
Walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.
Kadar kalsium, natrium, kalium, fosfor, dan klorida yang lebih rendah
dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi. Namun, jika bayi mengonsumsi susu sapi maka ginjal
bayi akan semakin bekerja semakin keras.
34
Sodium
Ternyata jumlah sodium pada ASI sangat cocok untuk bayi. Sodium yang
terdapat pada susu sapi lebih rendah daripada ASI setelah mendapatkan proses
modifikasi ( proses perubahan susu segar ke dalam susu kaleng atau bubuk.
Kalsium, Fosfor dan Magnesium
Kalsium, fosfor dan magnesium pada susu botol atau formula memang
lebih banyak dibanding yang terdapat pada ASI. Namun, setelah kalium, fosfor
dan magnesium menjadi susu formula maka akan menyusut atau berkurang. Oleh
karenanya, walaupun zat tersebut hanya sedikit yang terkandung dalam ASI
namun harus tetap diberikan kepada bayi secara eksklusif yaitu selama enam
bulan.
Taurin
Fungsi utama taurin adalah membantu perkembangan mata si kecil. Pada
mata, taurin banyak terdapat di retina, terutama terkonsentrasi di epitel pigmen
retina dan lapisan fotoreseptor. Asupan taurin yang adekuat dapat menjaga
penglihatan si kecil dari gangguan retina. Selain itu, ia juga berfungsi dalam
perkembangan otak dan sistem saraf.
Lactobacillus
Lactobacillus dalam ASI berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan
mikroorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
35
Bayi yang lebih banyak mengonsumsi susu formula akan lebih sering terkena
diare karena dalam susu formula hanya sedikit lactobacillusnya.
Mengandung Air
Sebagian besar ASI mengandung air. Untuk itu, jika ibu ingin ASI-nya
selalu produktif maka ia harus sering minum air putih.
2.1.2 ASI Mengandung Antibodi
Pengertian ASI mengandung antibodi adalah antibodi yang berasal dari
tubuh seoramg ibu yang menyusui. Antibodi tersebut akan membantu bayi
menjadi tahan terhadap penyakit, selain itu juga dapat menigkatkan kekebalan
tubuh bayi. Karena ASI memiliki keunggulan kandungan zat yang optimal. ASI
juga mempunyai sistem pembentukan imun atau kekebalan tubuh yang sangat
baik untuk bayi, itu yang membuat bayi akan jarang sakit. ASI mengandung
kolostrum.
2.2 ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang
bersifat alamiah. (Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI Eksklusif menurut WHO
adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air
putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru
lahir sampai berumur 6 bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan
lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan
36
makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim,
kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI
eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga
berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia
bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan
ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon,
unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI
mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi
dan
melindunginya
dalam
melawan
kemungkinan
serangan
penyakit.
Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air
susunya memiliki bentuk paling baik bagi yang sama ASI juga sangat kaya akan
sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan
sistem saraf (Yahya, 2007).
2.3 Manfaat ASI Eksklusif
Menurut Depkes RI ( 2001 ), manfaat ASI Ekslusif bagi ibu antara lain :
a. Mengurangi terjadinya perdarahan dan anemia.
Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan
terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang karena pada ibu
menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk
kontraksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih
37
Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar
payudara ibu.
2.
Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan
dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
3.
Bayi adalah anak dari baru lahir sampai berusia 12 (dua belas) bulan.
4.
Keluarga adalah suami, anak, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas dan ke
bawah sampai dengan derajat ketiga.
5.
Susu Formula Bayi adalah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti
ASI untuk Bayi sampai berusia 6 (enam) bulan.
6.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau
masyarakat.
7.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
8.
Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
9.
menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan
sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya;
a.
b.
(1)
(2)
a.
teguran lisan;
b.
c.
pencabutan izin.
13 ayat (1)
b.
teguran tertulis.
(3)
Dan
Transmigrasi
Dan
Meteri
Kesehatan
No
48/Men.Pp/XII/2008,Per.27/Men/XII/2008dan1177/Menkes/Pb/XII/2008
Tahun
2008 Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja Di
Tempat Kerja
4. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia No 03 Tahun 2010 Tentang Penerapan Sepuluh Langkah
5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia No.
HK.OO.O5.1.52.3572 Tgl 10 Juli 2008 Tentang Penambahan Zat Gizi Dan Non
Gizi Dalam Produk Pangan
6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Tentang Pengelompokan Produk Formula Bayi Dan Formula Lanjutan
7. Peraturan Daerah yang telah terbit dan secara langsung maupun tidak langsung14
mengatur mengenai dukungan pemberian Air Susu Ibu, antara lain termasuk tapi
tidak terbatas pada :
Beberapa ketentuan PP ASI masih memerlukan pengaturan lebih lanjut melalui peraturan
menteri, yaitu sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif dari pendonor ASI;
2. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara pengenaan sanksi terhadap tenaga
kesehatan dan/atau penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar
kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 13 ayat (1)
PP ASI;
3. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara penggunaan susu formula bayi dan
produk bayi lainnya;
4. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara pengenaan sanksi terhadap tenaga
kesehatan dan/atau penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar
kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 16; Pada 17; Pasal 18 ayat (1), ayat (2) dan ayat
(4); Pasal 19; Pasal 21 ayat (1); Pasal 23; Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2); dan Pasal 26 ayat
(1) PP ASI;
5. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui
dan/atau memerah ASI;
6. Peraturan Menteri Kesehatan atau menteri terkait sesuai tugas dan fungsinya mengenai
tata cara pengenaan sanksi administratuf terhadap pengurus tempat kerja dan/atau
penyelenggara tempat sarana umum yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan (3); Pasal 34 dan Pasal 35 PP ASI;
Selain Peraturan Menteri sebagaimana disebut di atas, pada dasarnya Menteri Kesehatan dapat
menerbitkan Peraturan Menteri lain guna mendukung pelaksanaan program pemberian ASI
eksklusif, sepanjang masih dalam lingkup kewenangan Menteri Kesehatan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Begitupun kementerian terkait, dapat menerbitkan Peraturan Menteri lain guna mendukung
pelaksanaan program pemberian ASI eksklusif sesuai kewenangan masing-masing kementerian,
mengingat PP ASI ini juga menetapkan tanggung jawab Pemerintah untuk menetapkan kebijakan
nasional dalam rangka mendukung pelaksanaan program pemberian ASI Ekslusif.
2.5 Inisiasi Menyusui Dini
Inisiasi menyusui dini ( early initation ) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai
menyusu sendiri degera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia
lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan
kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi
menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara.
Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan :
Berikut ini langkah langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan.
a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering
b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya
c. Tali pusat dipotong lalu diikat
d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena
zat ini membuat nyaman kulit bayi.
e. Tanpa dibedong, bayi langsung dtengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit
bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi
untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat.
c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.
d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan kulit
ibu). Bayi yang dibiarkan di dada iu (bonding) untuk berapa lama (10-15menit) atau
sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium
e. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu
ke mulut bayi.
f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk
ditimbang diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang
diberi tetes mata.
2.6 Klinik Bersalin Swasta
Klinik bersalin merupakan lembaga yang bekerja dalam memberikan pelayananKesehatan
terhadap masyarakat khususnya wanita hamil memberikan solusi bagi permasalahan kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat, disamping memberikan pelayanan-pelayanan terhadap
masyarakat, klinik bersalin juga memiliki segi bisnis yang berjalan didalamnya. Semakin besar
suatu klinik bersalin itu akan semakin komplek proses-proses yang berjalan di dalamnya. Dan
semakin banyak permasalahan yang harus dipecahkan dan itu membutuhkan penanganan yang
tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut. Penelitian terus dilakukan untuk membangun
system informasi baru dan pengembangan-pengembangan terhadap sistem yang telah ada.
Semua itu dilakukan untuk menghasilkan sistem informasi yang benar-benar dibutuhkan
oleh masyarakat dan dapat membantu memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh masyarakat, sehingga masyarakat semakin baik. Rumah Bersalin merupakan tempat yang
menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik
termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan bayi baru lahir (Peraturan Daerah Kota
Malang Nomor 20 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan, Bab 1 Ketentuan Umum,
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1, no. 14). Rumah bersalin mepunyai sifat privat dansemi privat, sebab tidak semua orang
dapat keluar masuk di dalam area ini. Sifat privat terdapat pada bentuk pelayanan kesehatan
dasar yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, persalinan fisiologi, masa
nifas,bayi baru lahir dan keluarga berencana (KB).
Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dengan biaya terjangkau di era krisis ini, Klinik Richa menyediakan ruang perawatan
dengan harga sangat terjangkau dan pasien dapat memilih ditolong oleh bidan atau dokter
spesialis. Dengan lokasi klinik tidak dipinggir jalan utama dan konstruksi bangunan seperti rumah
tinggal akan membuat pasien lebih nyaman dan tidak bising serta seperti melahirkan di rumah
sendiri.
Keberhasilan implementasi menurut Merilee Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar,
yaitu isi kebijakan ( content 0f policy ) dan lingkungan implementasi ( context of implementation
)
.
Variabel isi kebijakan mencakup :
1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasasran atau target groups termuat dalam isi
kebijakan; individu atau kelompok yang bersentuhan dalam implementasi
kebijakan mungkin merasa diuntungkan tetapi dapat pula sebaiknya merasa
dirugikan. Dengan demikian, yang merasa dirugikan akan melakukan perlawanan
2. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups ;
Manfaat yang diperoleh bias secara kolektif, biasanya lebih mudah untuk
diimplementasikan.
3. Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan peraturan ;
Derajat perubahan menyangkut perubahan perilaku dari pihak yang memperoleh
manfaat. Tingkat perubahan perilaku dipengaruhi oleh manfaat kebijakan maupun
waktu untuk mencapai tujuan kebijakan.
4. Apakah sebuah peraturan telah menyebutkan implementornya dengan rinci;
keahlian, keaktifan, dan tanggung jawab pelaksana yang menentukan keberhasilan
implementasi kebijakan.
5. Apakah sebuah peraturan didukung sumber daya yang memadai.
Variabel lingkungan kebijakan menyangkut :
1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para actor
yang terlihat dalam implementasi kebijakan:
Implementasi kebijakan melibatkan berbagai actor yang mempunyi proses
administrasi pengambilan keputusan. Masing-masing actor mempunyai posisi dan
dari masalah),
banyak masalah social yang tidak dapat didefenisikan tersebut, relatif sedikit yang
dapat dipecahkan secara total. Semakin masalah public menunjukkan keteraturan
dan kesederhanaan semakin mudah pemecahannya.
2. Ability of statue to structure implementation (kemampuan undang-undang untuk
menstrukturkan proses implementasi) berisi variabel - variabel yang mampu
mendeskripsikan kemampuan sebuah kebijakan, baik berupa peraturan, konsep
program. Kebjakan yang mampu mengontrol, membentuk struktur yang kondusif
dan member petunjuk dalam implementasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Nonstatutory variables affecting implementation (Variabel diluar perundangundangan yang mempengaruhi implementasi).
Variabel variabel tergantung (dependent variables) merupakan tahap-tahap dalam prosese
implementasi, lima tahapan dalam implementasi kebijakan adalah :
1. Output kebijakan yaitu hasil formulasi kebijakan yang telah mendapat masalah
dari perumusan masalah sebelumnya.
2. Pengessahan kesesuaian pelaksanaan output kebijakan dengan yang telah
disahkan.
3. Hasil pelaksanaan senyatanya
4. Pengaruh yang ditimbulkan oleh pelaksanaan output kebijakan dan tingkat
penerimaan kelompok sasaran terhadap pengaruh tersebut.
5. Evaluasi dari pelaksanaan kebijakan sebagai feedback bagi isi kebijakan.
Terdapat beberapa prinsip implementasi yang terkandung dalam kerangka kerja implementasi
kebijakan public Mazmanian dan Sabatier, yaitu :
1. Proses implementasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor atau kekuatan yang
dimiliki
lembaga-lembaga
administrative
penanggungjawab
pelaksanaan
peraturan, melainkan juga dipengaruhi oleh kekuatan lain diluar lembaga yaitu
kekuatan yang termasuk dalam tractability variabel dan non statutory variabel.
2. Tractability variable mempengaruhi statutory variable dan non statutory variable,
selanjutnya secara bersama-sama ketiga variabel ini mempengaruhi proses
implementasi yang dipandang sebagai dependen.
3. Dalam proses implementasi, terdapat lima tahap yang masing-masing tahap
tersebut dapat dipandang sebagai variabel dependen bagi tahapan berikutnya.
4. Dalam independent vaiabel, focus perhatian terhadap potensi penstrukturan resmi
dari proses implementasi dan dan terhadap kebutuhan secara terus-menerus.
Prinsip-prinsip tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat mencapai hasil seperti yang ditetapkan
dalam tujuan, maka perlu bagi legislator dan pimpinan eksekutif untuk mempengaruhi proses
implementasi melalui penyusunan perundang-undangan ( statutory ), maupun melalui usaha
mengidentifikasikan nonstatutory variable.
PROSES
OUTPUT
1. Sosialisasi PP
kepada bidan di
klinik
2. Pelaksanaan
sosialisasi bidan
di klinik kepada
ibu bersalin
3. Pelaksanaan
implementasi PP
No.33Tahun
2012 di klinik
4. Informasi dan
edukasi tentang
pelaksanaan PP
di klinik
1. Efektivitas PP di
klinik
2. Peraturan dipatuhi
atau
tidak
di
klinik
3. Sanksi yang
diberikan terhadap
pelanggaran PP
4. Pelaksanaan PP di
Klinik Bersalin
BAB III
METODE PENELITIAN
ibu (ASI) secara eksklusif dan tidak memberikan susu formula.Objek yang diteliti adalah
implementasi IMD dan ASI Eksklusif dilihat dari aspek komunikasi, disposisi, struktur birokrasi,
evaluasi dan badan usaha /provider yag terkait.
Jumlah informan utama ada 5 orang yaitu Pegawai Dinas Kesehatan, penanggungjawab
klinik, bidan koordinator, bidan di klinik dan ibu hamil dan menyusu (suami, ibu, ibu mertua).
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1
Data primer
Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi terhadap
Data sekunder
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data mengenai jumlah ibu
yang melaksanakan IMD dan ASI Ekslusif, serta data-data yang diperlukan untuk
mendukung terlaksananya penelitian. Data-data ini diperoleh dari dokumen laporan
yang didapat melalui informan kunci.
3.5. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan Metode Perbandingan Tetap (constant
comparative method) atau yang sering dikenal dengan Grounded Research. Menurut Moleong
(2006) analisis dengan menggunakan metode Grounded Research mencakup : reduksi data,
kategorisasi data, sintesisasi, dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja. Prinsip pokok teknik
analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data yang terkumpul menjadi data yang
sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna. Peneliti harus memiliki tujuan dan
pengetahuan terhadap hal itu sebelumnya, namun semua dugaan-dugaan tersebut hendaknya
dihindari agar tidak terjadi bias dalam mengintepretasikan data yang ada.
Analisis data dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaanya sudah mulai
dilaksanakan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah
meninggalkan lapangan penelitian. Analisis data kualitatif terletak pada tiga proses yang
berkaitan yaitu : mendeskripsikan fenomena, mengklasifikasikannya, dan melihat bagaimana
konsep-konsep yang muncul itu satu dengan lainnya berkaitan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.1
Kota Medan memiliki luas wilayah 26.510 hektar (265,10 km) atau 3,6% dari
keseluruhan wilayah Sumatera Utara.. Secara geografis kota Medan terletak pada 3 30'
3 43' Lintang Utara dan 98 35' - 98 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan
cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan
laut.
Secara geografis, batas wilayah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang
adalah sebagai berikut :
-
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka
Jumlah
0-4
784 163
754 961
1 539 124
103,87
5-9
732 958
695 685
1 428 643
105,36
10 - 14
686 486
657 060
1 343 546
104,48
15 - 19
654 692
634 244
1 288 936
103,22
20 - 24
585 391
577 941
1 163 332
101,29
25 - 29
538 653
537 626
1 076 279
100,19
30 - 34
498 687
506 413
1 005 100
98,47
35 - 39
459 745
465 065
924 810
98,86
40 - 44
413 849
425 470
839 319
97,27
45 - 49
363 600
380 171
743 771
95,64
50 - 54
310 427
325 342
635 769
95,42
55 - 59
243 416
251 349
494 765
96,84
60 - 64
158 567
169 447
328 014
93,58
65 +
217 556
297 343
514 899
73,17
Jumlah/Total
99,55
NO
Provinsi
: Sumatera Utara
Kabupaten / Kota
: Kota Medan
KODE
WILAYAH
KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK
TOTAL
KETERANGAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
1.315.563
1.287.049
2.602.612
12.71
KOTA MEDAN
12.71.01
Medan Kota
58.494
57.758
116.252
12.71.02
Medan Sunggal
69.838
67.787
137.625
12.71.03
Medan Helvetia
84.722
84.176
168.898
12.71.04
Medan Denai
96.881
91.650
188.531
12.71.05
Medan Barat
49.091
49.155
98.246
12.71.06
Medan Deli
87.700
83.898
171.598
12.71.07
Medan Tuntungan
48.098
48.725
96.823
12.71.08
Medan Belawan
62.365
58.860
121.225
12.71.09
Medan Amplas
75.294
73.130
148.424
10
12.71.10
Medan Area
67.298
65.734
133.032
11
12.71.11
Medan Johor
73.875
72.389
146.264
12
12.71.12
Medan Marelan
70.906
67.320
138.226
13
12.71.13
Medan Labuhan
64.068
61.988
126.056
14
12.71.14
Medan Tembung
85.923
83.743
169.666
15
12.71.15
Medan Maimun
30.644
30.414
61.058
16
12.71.16
Medan Polonia
32.415
31.641
64.056
17
12.71.17
Medan Baru
26.771
27.389
54.160
18
12.71.18
Medan Perjuangan
67.134
66.729
133.863
19
12.71.19
Medan Petisah
42.868
44.169
87.037
20
12.71.20
Medan Timur
65.067
65.479
130.546
21
12.71.21
Medan Selayang
56.111
54.915
111.026
Berdasarkan data di atas dari 21 kecamatan di Kota Medan ada tiga kecamatan
dengan jumlah perempuan terbanyak yaitu kecamatan Medan Denai, Medan Deli dan
Medan Helvetia . Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tentunya jumlah ibu bersalin
paling banyak sehingga memungkinkan banyaknya klinik/bidan bersalin swasta di Kota
Medan. Klinik bersalin swasta di Kota Medan ada sebanyak 214 klinik dan klinik bersalin
swasta yang terbanyak di tiga kecamatan tersebut dengan jumlah 45 klinik di Kecamatan
Medan Denai,30 klinik di Kecamatan Medan Helvetia dan 25 klinik di Kecamatan Medan
Universitas Sumatera Utara
Deli. Dan saya melakukan wawancara dan observasi di Klinik X , Klinik Y dan Klinik Z.
Berikut ini penjelasan dari masing masing klinik.
4.1.4
Kinik X merupakan bangunan pelayanan kesehatan khusus bagi ibu hamil dan
melahirkan dengan fasilitas yang mendukung proses persalinan baik secara medis dari
pemeriksaan kehamilan dan persiapan kelahiran yaitu fasilitas rawat jalan hingga
penanganan persalinan normal dan sekaligus sebagai tempat balai pengobatan. Klinik
yang berdiri pada tahun 1988 yang didirikan oleh Ibu Suraini Sinulinnga beserta suami
Arwansyah. Pertama sekali mendapatkan izin membuka klinik pada tahun 1991 sampai
dengan tahun ini 2015 dengan No Izin : 448/22489/IX/2011 dan akan berakhir pada bulan
November 2016.
Klinik ini memiliki delapan pegawai, yaitu : dua dokter dengan satu dokter umum
dan satu dokter obgyn, empat orang bidan dengan satu bidan koordinator, serta satu
perawat dan satu penjaga ruangan. Klinik ini terletak di Jalan Klambir V Lingkungan II
No.47 TG.Gusta Kecamatan Medan Helvetia. Klinik X melayani pasien bersalin rawat
inap, USG ( Ultrasonografi ), Periksa Hamil atau Bersalin, KB, Sunat Rasul, Sunat Laser,
Periksa Haemoglobin (HB), Periksa Asam Urat, Gula Darah dan Kolesterol.
4.1.5
Gambaran Klinik Y
Klinik Y merupakan bangunan pelayanan kesehatan khusus bagi ibu hamil dan
melahirkan dengan fasilitas yang mendukung proses persalinan baik secara medis dari
pemeriksaan kehamilan dan persiapan kelahiran yaitu fasilitas rawat jalan hingga
penanganan persalinan normal dan sekaligus sebagai tempat balai pengobatan. Klinik
yang berdiri pada tahun 1991 yang didirikan oleh Ibu R.Sembiring dan mendapatkan izin
membuka kllinik pada tahun 1991
ditanggujawabi oleh seorang dokter yang bekerja di Dinas Kesehatan Kota Medan yang
akan berakhir izin pada bulan Desember 2015. Klinik ini memiliki enam pegawai, yaitu
dengan empat orang bidan, satu orang perawat, dan satu orang cleaning service. Klinik ini
terletak di Jalan Platina No 23 SP Dobby Titi Papan Kecamatan Medan Deli. Klinik Y
melayani pasien bersalin rawat inap, USG, Periksa Hamil atau Bersalin, dan KB.
4.1.6
Klinik Z merupakan bangunan pelayanan kesehatan khusus bagi ibu hamil dan
melahirkan dengan fasilitas yang mendukung proses persalinan baik secara medis dari
pemeriksaan kehamilan dan persiapan kelahiran yaitu fasilitas rawat jalan hingga
penanganan persalinan normal dan sekaligus sebagai tempat balai pengobatan. Klinik
yang berdiri pada tahun 2001 yang didirikan oleh Ibu Aisyah dan mendapatkan izin
membuka klinik pada tahun 2002 dengan Izin No.445/1259/IV/2010 yang ditanggujawabi
oleh seorang dokter yang bekerja di Dinas Kesehatan Kota Medan yang akan berakhir izin
pada bulan Desember 2015. Klinik ini mempunyai enam pegawai, empat orang adalah
bidan, satu perawat dan satu lagi bagian administrasi. Klinik ini terletak di Jalan Pelajar
Timur Gg Mestika No.24 Kecamatan Medan Denai. Klinik Z melayani pasien bersalin,
rawat inap, USG, Periksa Kehamilan, dan KB.
4.2 Karakteristik Informan
Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 15 orang, yang terdiri dari 5 orang
informan mewakili dari Klinik X, Y dan Z.. Satu orang bidan coordinator, satu orang
bidan di klinik, satu orang dari Dinas Kesehatan Kota Medam, satu orang dari
penanggungjawab klinik, dam satu orang mewakili ibu yang bersalin.
Informan
Sri Yuliana
Jenis Kelamin
Umur ( tahun )
Pendidikan
Perempuan
34
D3
Am.Keb
2.
Roshidah,SE,MKM
Perempuan
50
S2
3.
Arwansyah, S.H.
Laki-Laki
55
S1
4.
Amelia Am.Keb
Perempuan
22
D3
5.
Sariyani
Perempuan
25
SMP
Informan
R. Sembiring
Jenis Kelamin
Umur ( tahun )
Pendidikan
Perempuan
52
D3
Am.Keb
2.
Leli Mariani H
Perempuan
35
D4
3.
Martha Rama
Perempuan
23
D3
Am.Keb
4.
dr. Raja
Laki-laki
56
S1
5.
Tiurma
Perempuan
26
SMA
4.3
Informan
Jenis Kelamin
Umur ( tahun )
Pendidikan
1.
Sarpina S Am.Keb
Perempuan
34
D3
2.
Marina,SKM,M.Kes
Perempuan
37
S2
3.
Yantri S Am.Keb
Perempuan
22
D3
4.
Laki-laki
40
S1
5.
Nalom Silalahi
Perempuan
29
S1
4.3.1
Klinik Bersalin X
Informan
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Saya tidak tau pasti tentang isinya cuma saya taulah kalau pertama
kali lahir bayi itu di IMD kan, bayinya kalau lahir trus diletakkan di
dada ibunya, trus pemberian ASI itu enam bulan jangan diberikan
makanan tambahan setidaknya hanya ASI aja. Kalau peraturan itu
kurang taulah isi lengkapnya, soalnya biasa kalau ada seminar atau
pelatihan ada aja disebutkan tentang peraturan itu kan, tapi ga tau
kali lah apa isinya, pokoknya kalau tentang ASI udah pasti
Klinik Bersalin Y
Informan
Pernyataan
Informan 1
Belum pernah saya dengar tentang peraturan itu karena asal ada
mau seminar trus nggak bisa yang ada pestalah ada pasien
melahirkan lah ada aja lah pokoknya. Tapi saya taulah mana yang
terbaik yang harus diberikan.
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Kalau aku kurang taulah dek apa isi peraturan itu. Pernah memang
dijelaskan tentang peraturan ini sama Ibu kami disini pas pelatihan
di Puskesmas atau dari Dinas Kesehatan pun ada dibuat tapi itulah
kami ga terlalu perhatikan apa isi peraturan itu yanng penting udah
pernah dan udah taulah penjelasan tentang pemberian ASI ini
Kalau peraturan dari pemerintah tentang itu kurang tau lah dek,
cuma kalau pemberian ASI Eksklusif itu tau yang sebaiknya dikasih
enam bulan dan kalau bisa samapai dua tahun.
Klinik Bersalin Z
Informan
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Tidak tau saya kak tentang PP itu tapi kalau ASI Eksklusif tentulah
paling bagus untuk diberikan kepada bayi.
Informan 5
Peraturan itu saya belum pernah baca secara lengkap tapi kalaupun
itu untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif itu kebijakan
pemerintah tentunya harus dibarengi dengan pengawasan dari
pemerintah dan pembinaan atau pelatihan terhadap bidan.
Berdasasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 5 informan di Klinik X, Y dan
Z yang ada di masing masing klinik bersalin swasta tersebut ada 3 informan ibu bersalin
tidak pernah membaca dan tahu bahwa ada peraturan tersebut dan 3 informan bidan di
klinik juga tidak tahu akan adanya peraturan itu.
4.3.1.2 Pernyataan Informan tentang prorgram IMD dan proses pemberian ASI
pasca Ibu melahirkan di Klinik X, Y dan Z.
Klinik Bersalin X
Informan
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
IMD itu banyak orang bilang IMD itu lama, kalau kata bidan itu
kata katanya lah ya kadang bidan itu sendiri tidak ada orang yang
membantu jadi kalau IMD itu kan mau sampai setengah jam,
sementara pasien yang lain kan banyak katanya kayak gitu
sementara nunggu IMD itu kan lama kali dan ibunya yang
melahirkan pun itulah tadi kurang mau mungkin karena itulah
mungkin tadi karena dia kurang pengetahuan juga yakan, bidan
tidak menjelaskan apa guna IMD tentu kalau dijelaskan IMD itu
Universitas Sumatera Utara
berguna untuk agar ASI lancar, jika dijelaskan yakan ASI itu
mengandung yang namanya DHA, kalau ASI dari ibu itu ada
mengandung antibodi, kolostrum. Tapi ada juga yang bidannya
memang tidak menganjurkan tetapi memang ibunya meminta
bayinya diletakkan di dadanya.
Informan 3
IMD dan ASI Eksklusif saya serahkan kepada Ibu karena dia lebih
paham akan hal tersebut. Yang saya tau setelah bayi lahir tentunya
lebih baik dilakukan IMD dan pemberian ASI Eksklusif dan saya
tekankan juga kepada Ibu agar PP yang telah dibuat itu tidak sia sia
dan bisa diterapkan dengan baik di klinik ini.
Informan 4
Itulah kak begitu lahir IMD tapi liat kondisi bayi juga trus
selanjutnya setelah dibersihkan baru dikasih ke ibunya dan segera
kembali diberikan ASI, namun kalau ada masalah sama bayi kami
berikan susu formula langsung supaya ada daya tahan tubuhnya.
Kadang ibunya juga nggak suka mendengar anaknnya nangis
nangis dan ga sabar jadi diberikan lah susu formula. Kalau dari
kami selalu menyarankan dan menyuruh untuk memberikan ASI
bahkan kami bilan akibatnya kalau nggak mau kasih ASI. Tapi
sejauh ini ibu ibu disini sudah mau dan senantiasa berusaha untuk
memberikan ASI Esklusif selama enam bulan, selain lebih praktis,
juga dapat meringankan ekonomi.
Informan 5
Saya sebisa mungkin memberikan ASI begitu anak saya yang kedua
lahir ini langsung diberikan ASI, ga ada perasaan takut badan jelek
atau apapun pokoknya anak saya diberi ASI hanya saya sediakan
juga disini susu formula manatau dia nangis dan ASI tidak cukup
gaenak mengganggu pasien yang lain.
Klinik Bersalin Y
Informan
Informan 1
Pernyataan
Saya berusaha menyarankan ibu ibu disini untuk ASI Ekklusif dan
IMD tapi disini banyak ibu ibu yang tidak mau memberikan ASI
walaupun sudah banyak dijelaskan dan ditempel poster poster di
dinding tetapi tetap saja mereka lebih penting badannya takut jelek
karena pada umumnya ada yang bekerja juga kalau masalah beli
susu formula ada duit mereka ini. Jadi saya juga tidak bisa
memaksakan mereka apalagi kalau sudah keluar dari klinik ini.
Informan 2
IMD itu mungkin dari diri sendiri secara aturan ANC ini kan empat
kali minimal, mungkin ada ibu yang tidak siap, takut ASI nya
kurang atau belum lagi dari keluarga atau dari bidan. Pergilah ke
Rumah Sakit kami rupanya pergilah kami kesitu anaknya sudah
diberikan susu formula apalagi dokter spesialis, apalagi untuk bidan
itu udah capek lah kita harus mempromosikan hal itu.
Informan 3
Karena saya juga bekerja di tempat lain, sehingga waktu saya untuk
mengawasi PP tersebut,program IMD dan pemberian ASI Eksklusif
sudah dan saya jelaskan pada bidan di klinik ini. Tetapi kembali
saya serahkan kepada Ibu disini yang senantiasa melayani proses
persalinan.
Informan 4
Kalau yang saya tau kak lebih bagus memang ASI Eksklusif itu
apalagi pas baru melahirkan namun dari koordinator kami
menyarakankan begitu lahir langsung kasih susu formula. Jadi kami
hanya mengikuti apa kata Ibu ini saja. Padahal yang saya tau kak
memang ASI Eksklusif inilah yang bagus bagi bayi kalau susu
formula bisa saja mencret kan tapi itulah kami ikut perintah Ibu ini
aja kak.
Informan 5
Kalau waktu saya IMD itu tidak dilakukan, kalau ASI Eksklusif
karena ini anak pertama jadi ASI belum jadi daripada bayi
menangis terus saya tidak tega. Jadinya langsung diberikan susu
formula pun tidak apa yang penting bayi saya cukup minum.
Klinik Bersalin Z
Informan
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
IMD itu sudah diberitahu kepada bidan bagi yang sudah dilatih
sehingga seharusnya diterapkan tetapi kan melihat kondisi di klinik
itu kan kalau pasien rame kemungkinan tidak sempat untuk
melakukan hal demikian,bagaimana kan itu tergantung pengetahuan
juga kalau menurut mereka IMD itu tidak penting kan kita kembali
lagi dengan perubahan mindset masyarakat, bidan lebih di push
Universitas Sumatera Utara
Informan 4
Informan 5
Kalau di klinik ini program IMD itu nggak berjalan setelah lahir
bayinya langsung dibersihkan dan setelah ibunya dibawa keruangan
baru dikasih bayinya kekamar baru diberikan ASI Eksklusif.
Berdasarkan tabel di atas bahwa ada ada 3 informan bidan koordinator di Klinik X,
Y dan Z tau mengenai program IMD dan pemberian ASI Eksklusif tetapi hanya 1
informan bidan di klinik bersalin X yang menjalankan IMD tersebut, begitu juga dengan 3
informan bidan di Klinik X, Y, dan Z
menjalankan IMD, dan 2 informan ibu yang bersalin di Klinik Y dan Z tidak tau mengenai
IMD.
Pernyataan
Informan 1
Kalau itu ada, kami pakai susu formula disini karena dikasih hadiah
dari mereka dan ada juga yang kasih hadiah jalan jalan ke luar
negeri kalau menggunakan produk mereka.
Informan 2
Itu lebih ke bidannya lah ya kalau dengan klinik itu sama sekali
melarang tentang kerjasama dengan susu formula.
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Kalau awak lihat disini ada kok dek dijual orang itu susu formula,
kami pun beli ajalah untuk jaga jaga kan manatau nggak cukup ASI
kakak jadi dikasih lah susu itu, kalaupun enggak biar bapaknya
yang minum susu itu nanti.
Klinik Bersalin Y
Informan
Informan 1
Pernyataan
Ya kami terimalah hadiahnya banyak, apalagi produk X ini mau
ngasih duit trus jalan jalan, semakin banyak kami gunakan susu
formula dari orang itu banyaklah hadiah dikasih, kadang maupun
duit di transfer. Tapi poster poster disini tentang ASI orang itu juga
yang ngasih memang. Tapi memang kalau orang didaerah kami ini
jarang lah mau kasih ASI lebih suka orang itu susu formula
makanya kami nggak pernah nolak kalau ada yang mau
menawarkan.
Informan 2
Informan 3
Perihal kerjasama dengan pihak susu formula saya tidak tau, saya
hanya menanggung jawabi klinik ini saja dan mengurus izinnya,
saya serahkan sama ibu bidan inilah karena saya pun tidak selalu
bahkan jarang berada di klinik ini.
Informan 4
Kalau kami kak memang disuruh langsung kasih susu formula. Jadi
begitu lahir, kami pun sebenarnya tau kalau ASI yang paling bagus
cuma dari klinik ini udah disuruh kami langsung kasih susu formula
itu begitu lahir anaknya.
Informan 5
Kalau aku dek memang nggak keluar ASI ku apalagi anak pertama
jadi begitu lahir yang kedua ini ya apapun susu formula dikasih
orang ini ya nggak apa apa lah asalkan anakku nggak nangis nangis
kan.
Klinik Bersalin Z
Informan
Pernyataan
Informan 1
Ada kerjasama kami lah, mereka kasih banyak hadiah trus mau
kasih uang kalau mencapai target jadi kami pun tidak menolak
kerjasama dengan mereka karena kami ada keuntungan juga dan
terkadang memang ada yang tidak keluar ASI ibunya jadi memang
harus dipersiapkan susu formula itu.
Informan 2
Kalau di klinik bersalin tidak tau, tetapi kalau dengan kami tidak
bisa tidak boleh itu menerima kerjasama apapun dengan provider
susu formula.
Informan 3
Informan 4
Kami liat keadaan lah kak, kalau ada ASI mamaknya kami nggak
kasih susu formula tapi kalau ga ada biasanya kami tunggu dua jam
dulu baru kami kasih susu formula.
Informan 5
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Kalau dari kita selalu melakukan sosialisasi yaitu dari masa ANC
untuk ibu agar menjaga pola makannya agar lebih baik, terus
adanya pelatihan terhadap bidan di klinik, terus adanya konselor
menyusui, sehingga promosi itu sering diterapkan.
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Klinik Bersalin Y
Informan
Pernyataan
Informan 1
Inilah kan banyak juga poster tentang ASI, cara menyusui yang
benar, kalau kami selama disini dia bisalah kami awasi dia untuk
memberikan ASI tapi kalau udah pulang dari sini manatau kita lagi
itu kan, yaitu tapi selalu diingatkan lah dan bidan bidan disini pun
kusuruh ikut pelatihan kan supaya makin banyak ilmunya. Cuma
memang kalau daerah kami ini susah kali mau ngasih ASI, merasa
selebritis semua takut badannya jelek lah, trus sibuk keja jadi nggak
bisa menetekki kapanpun.
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Kalau saya memang sibuk kerja jadi susah kurasa kalau ASI ini,
sementara anakku dijaga sama orang, jadi lebih mudah lah kalau dia
minum susu formula aja. Terkadang liat keadaan juga kita nggak
bisa dipaksakan.
Klinik Bersalin Z
Informan
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Selagi bisa memberikan ASI nggak kukasih lah boruku minum susu
formula dek, selain menghemat uang juga lebih praktis kurasa,
walaupun saya kerja tapi selalu saya simpan ASI itu dulu atau kan
tempat kerja saya ada rumah dinasnya jadi pulang menyusui kalau
sempat.
Berdasarkan tabel di atas bahwa hanya klinik X yang memberikan promosi ASI
Eksklusif, klinik Y dan Z tidak dan menganggap bahwa semua orang sudah paham
tentang ASI Eksklusif sehingga tidak perlu lagi
4.3.1.5 Pernyataan informan tentang ibu bersalin yang tidak mau memberikan ASI
Ekslusif kepada anaknya di Klinik X,Y, dan Z
Klinik Bersalin X
Informan
Informan 1
Pernyataan
Kalau di klinik kami ini jarang ibu yang tidak mau memberikan
ASI, rata rata kalau ASI nya ada, mereka mau ngasih, bukannya
selebritis orang ini kan lagipula gampang dirasa tinggal kasih bisa
dimana aja, nggak perlu mengeluarkan biaya lagi, kalau yang nggak
ada keluar ASI nya barulah terpaksa dia kasih susu formula, kalau
ada ibu ibu yang nggak mau ngasih ASI itu kurasa memang
Universitas Sumatera Utara
Informan 3
Kalau soal itu tergantung ibu ibu ini nya nak, kalau memang dia
bisa kenapa harus dikasih susu formula. Tapi saya juga sering
menghimbau terutama ke ibu di rumah supaya bidan bidan itu
melakukan pendekatan kepada ibu ibu itu tadi supaya tinggilah
cakupan ASI Eksklusif ini kan, anak anak pun cerdas.
Informan 4
Kalau disini jarang nggak mau ngasih ASI kak, kalau ada ASI nya
lebih suka mereka kasih ASI, udah tau mereka itu lebih bagus
daripada susu formula, tap terkaadang kan kak kalau kuliat
tergantung makanan yang dikonsumsi ibunya juga nya kandungan
ASI ini, mungkin dia lebih tertarik lah sama susu formula karena di
tv kan ada itu banyak iklan kak tentang bagusnya susu formula.
Informan 5
Kalau awak ngasih ASI nya lantaran ada ASI awak kalau nggak ada
tadi barulah ngasih susu formula ini pun kubeli juga untuk jaga jaga
manatau nggak cukup ASI ku ini kan, kalau soal ibu yang nggak
mau kasih susu formula mungkin memang nggak adalah ASI nya
atau takut jelek badannya. Bnayak jugalah alasan ibu ibu ini
memang apalagi kalau dikasih hadiah dari susu formula itu kan.
Klinik Bersalin Y
Informan
Informan 1
Pernyataan
Disini rata rata ibunya kerja trus menjaga badannya supaya nggak
melar lah, badannya tetap cantik, jadi mereka lebih memilih untuk
menggunakan susu formula. Kalau kurasa pun kayak gitunya alasan
ibu ibu yang nggak mau kasih ASI itu, macam manalah mau
dibilang yakan kalau kita lihat disini dikasihnya, palingan dua
harinya di klinik ini, setelah itu kan nggak tau kita itu diluar
kekmana.
Informan 2
Itu tadi ibu harus mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dari
orang terdekat disekitarnya maupun dimana ibu tersebut melakukan
pemeriksaan kehamilan.
Informan 3
Informan 4
Memang orang itu nggak mau ngasih ASI kak jadi kita pun susah
udah dijelaskan pun lebih bagus ASI dari susu formula tetap
ajanya.Lagipula disini kami memang disuruh begitu lahir langsung
dikasih susu formula, memang kekgitu perautran darisini kak.
Informan 5
Kalau aku dek kerja, makanya nggak bisa aku kasih air susu ku ini,
jam kerja ku pun nggak menentu, kalau nggak kerja aku makan
apalah kami suami pun udah nggak ada kerjanya lagi jadi aku
mungkin bedalah sama ibu ibu yang nggak mau ngasih ASI itu.
Klinik Bersalin Z
Informan
Pernyataan
Informan 1
Ya mungkin ngga ada susunya mau gimana kita bilang yakan kita
kasihlah susu formula. Kalau dijelaskan ASI itu lebih bagus
memang tapi kalau disini selagi ada ASI itu yang dikasih, kami
tunggu dulu sekitar dua jam baru kami kasih itu susu formula.
Informan 2
Ya saya tidak setuju sebenarnya ASI itu ada di setiap wanita namun
karena sebelum memberikan sudah berpikir tadi untuk tidak
memberikan ASI, sehingga ASI pun tidak keluar, kemudian itu dari
bidan untuk kepentingannya pun memanfaatkan pemberian susu
formula tersebut.
Informan 3
Informan 4
Kalau itu mungkin ibunya menjaga badan supaya nggak jelek lah
kak, atau nggak dia sibuk kerja jadi kurang ada waktunya untuk itu.
Informan 5
Berdasarkan tabel di atas bahwa dari 3 informan ibu bersalin di klinik bersalin ada
2 informan yang memberikan ASI namun dibarengi dengan susu formula. Untuk di klinik
X ibu bersalin yang datang rata rata memberikan ASI, klinik Y hampir semua yang datang
tidak memberikan ASI Eksklusif karena alasan menjaga kecantikan badan, dan dari Klinik
Z ada yang memberikan ASI tetapi diberikan dulu susu formula begitu lahir agar bayi
tidak menangis.
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Sebenarnya itu tadi ya tidak baik seperti itu karena kan sudah ada di
PP 33 itu tadi bahwa seharusnya tenaga kesehatan memberikan ASI
kepada bayi yang telah dilahirkan ibunya. Namun untuk sejauh ini,
itu tadi kembali kepada kerjasama yang ditawarkan provider susu
formula tadi.
Informan 3
Hal tersebut saya kurang tau, tapi kalaupun begitu sebaiknya ibu
yang menegur, tetapi terkadang memang para bidan ini tertarik
ngasih susu formula daripada ASI, karena memang ya
menguntungkan untuk mereka.
Informan 4
Kan kami juga memberikan susu formula kalau ibunya tidak keluar
ASI nya dan mencukupi. Kalau anaknya nangis terus terpaksa kami
Universitas Sumatera Utara
kasih juga susu formula lah nggak mungkin dibiarkan nangis terus
nanti mata bayinya bisa kuning.
Informan 5
Bersyukur lah awak kak ada ASI, jadi begitu lahir pun awak IMD
kak, trus setelah dibersihkan dibawa ke kamar bayinya baru saya
susui terus. Jadi nggak ada kukasih kesempatan ibu disini kasih
susu formula, kalau ada pun yang ngasih yang penting nggak
masalah lah sama anakku, gitu aja kak.
Klinik Bersalin Y
Informan
Pernyataan
Informan 1
Kalau di klinik ini ASI Eksklusif itu jarang sekali ibu mau
memberikan jadi kami pun setuju aja kalau pemberian ASI susu
formula begitu lahir mau ada ataupun tidak ASI ibunya yang
penting anak itu tidak nangis karena bisa teerganggu juga dengan
pasien lain. Lagipula ibu ibu disini tidak ada yang mau ASI
Eksklusif semua maunya anaknya minum susu formula.
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Kalau kami dek memang setuju aja sama pemberian itu karena kan
kalau menunggu ASI keluar kan lama lagipula nggak semua ibu
bisa mempunyai ASI yang cukup untuk anaknya dan kami juga
mengikuti prosedur yang disuruh oleh bidan koordinator kami
untuk langsung memberikan susu formula begitu bayi lahir.
Informan 5
Menurut saya itu bagus bagus aja nya dek selagi ibu mampu
membeli susu formula lagipula nggak bisa langsung keluar ASI itu.
Klinik Bersalin Z
Informan
Pernyataan
Informan 1
Hal tersebut kurang baik lah karena kan dari segi kesehatan juga
ASI merupakan target pemerintah dalam pemberiannya, maka dari
itu kita harus meningkatkan kerjasama dengan Dinas untuk
mejalankan aturan yang ada di PP itu dan diawasi sehingga bayi
yang memproduksi susu formula berkurang.
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Kadang bagus kadang nggak jugalah kak, soalnya kan disini nggak
selalu juga kami paksakan harus susu formula.
Informan 5
Kalau bagi saya itu tidak bagus ya, karena kandungan ASI kan
tentu berbeda sama susu formula, jadi perlulah dilakukan
pembinaan kepada bidan atau klinik yang langsung memberikan
susu formula itu. Kalau saya bersyukur diberikan ASI yang banyak
sehingga boru saya ini bisa mendapatkan ASI Eksklusif.
Berdasarkan tabel di atas dari 5 informan dari klinik X, Y dan Z tidak setuju
dengan pemberian susu formula pasca melahirkan, namun dari keseluruhan informan
mengatakan bahwa melihat kondisi bayi juga apabila ada indikasi medis sehingga bayi
harus diberikan susu formula, klinik X yang menunggu dulu sampai ibu keluar ASI nya,
klinik Y langsung memberikan susu formula karena mengejar target keuntungan susu
formula, dan klinik Z menunggu dulu selama 2 jam bayi baru diberikan ASI kalau ada,
namun kalau tidak ada juga tetap memberikan susu formula.
4.3.1.7 Pernyataan informan tentang sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
menjalankan PP tersebut di Klinik X,Y dan Z
Klinik Bersalin X
Informan
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Sebenarnya sih sudah mencukupi sekitar ada 200 konselor sih cuma
kalau bidan agak bijak kan bisa juga menyampaikan dari mulut ke
mulut dengan teman, jadi sejauh ini masih ya cukuplah. Tiap tahun
ada pelatihan menyusui 20 sampai 25 orang lah itu.
Informan 3
Informan 4
Kalau kami kak menjalankan perintah aja dek, kalau pegawai kami
rasa udah cukup lah kak menangani pasien, jadi itulah kalaupun
memang harus dikasih ASI Eksklusif maunya adalah hadiah untuk
ibu ibu yang mau memberikan ASI, terus kan uang masuk kami ada
dari kerjasama dengan susu formula terus ngurus surat izin klinik
pun sekarang susah kali, banyak kali lah syaratnya.
Informan 5
Kalau disini masih kurang peralatannya lah dek, terus fasilitas pun
masih terbatas, jadi untuk pemberian ASI Eksklusif apalagi
pemantau yang datang aja pun nggak ada untuk penanganan ASI
pas bayi sudah lahir.
Klinik Bersalin Y
Informan
Informan 1
Pernyataan
Sejauh ini ya beginilah adanya ya peralatan pun ibu yang
menyediakan semua bukannya ada dari pemerintah entah uang
tambahan gitu kan supaya bisa berjalan peraturan ini teruslah buat
peraturan saja tap tidak melihat dan memantau langsung kekmana
Universitas Sumatera Utara
implementasinya.
Informan 2
Informan 3
Dari segi sarana kalau di klinik ini sudah cukuplah sehingga saya
bersedia menanggungjawabi, karena untuk membantu persalinan
strata pertama saya rasa cukup. Namun terkait dengan peraturan
tersebut sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah
supaya peraturan tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Informan 4
Kalau peraturan itu kan tadi kurang tau tentang isinya, tapi kalau
sarana dan prasarana disini sudah cukup lah apalagi kalau mau
ngasih ASI dan menerapkan program IMD itu susah memang.
Informan 5
Klinik Bersalin Z
Informan
Pernyataan
Informan 1
Kalau untuk sarana dan prasarana disini masih kurang lah, soalnya
kan kalau kami harus bekerjasama juga sama Rumah Sakit untuk
rujukan kalau misalnya peersalinan tidak dapat kami tangani. Disini
kami juga masih terbatas ruangan tempat ibu pasca persalinan,
sehingga ibu yang disini tidak dapat beristirahat paling hanya dua
hari setelah melahirkan harus pulang.
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Masih kuranng lah, terutama ruangan yang ada kadang pasien harus
cepat pulang disuruh, padahal kita mau sampai bayi kita putus dulu
tali pusarnya kan nggak bisa lama kalau di klinik ini.
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Mungkin ya ibu disini belum tau tentang peraturan itu, bahkan kami
aja kurang tau tentang peraturan itu jadi kalaupun kami melanggar
belum ada juga sanksi yang pernah diberikan apalagi terkait dengan
pemberian susu formula ini.
Informan 5
Klinik Bersalin Y
Informan
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Ibu disini belum tau tentang peraturan itu, kami aja kurang tau
tentang peraturan itu jadi kalaupun kami melanggar belum ada juga
sanksi yang pernah diberikan apalagi terkait dengan pemberian susu
formula ini kalaupun ada sanksi minta duit orang dinas kami bilang
nggak ada duit kami apa yang mau kami kasih.
Informan 5
Masih banyak ibu yang tidak mau menyusui, mungkin sibuk kerja
atau takut badannya nanti jadi nggak bagus ada juga yang memang
ASI nggak keluar sama sekali.
Klinik Bersalin Z
Informan
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Dapat dilihat dari data sasaran juga ya, kalau misalnya tantangan itu
ya pasti banyak masih kurangnya pemahaman akan pengetahuan
ibu, sering dilakukan pelatihan pun kalau dari bidannya mau
melakukan kerjasama tetap dengan susu formula tentunya tidak ada
yang mengawasi secara terus menerus, memang kembali lagi
kepada komitmen untuk melaksanakan peraturan itu dan tidak
Universitas Sumatera Utara
Informan 4
Kalau menurut kakak ibu banyak yang belum tau tentang peraturan
itu, kami aja kurang tau tentang peraturan itu jadi kalaupun kami
melanggar belum ada juga sanksi yang pernah diberikan apalagi
terkait dengan pemberian susu formula.
Informan 5
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa informan di klinik X,Y dan Z masih
mengeluh tentang tantangan yang ada yaitu berupa anggaran atau dana dari pemerintah,
pengetahuan bidan, pembinaan terhadap bidan dan masih rendahnya pengetahuan dari ibu
yang bersalin
4.3.1.9 Pernyataan Informan tentang saran terhadap pengawasan PP No 33 Tahun
2012 di Klinik X,Y dan Z
Klinik Bersalin X
Infroman
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Kalau pengawasan itu tidak ada, cuma ada data biasanya sih ada
diminta berapa bulan sekali berapa itu tentang ASI Eksklusif,adalah
berarti ya, laporan dari klinik swasta jarang karena kadang kadang
kan yang biasanya ketika di Posyandu tapi kalau dia melahirkan
dimana dan datangnya ke posyandu barulah kita tau. Kalau di
Puskesmas bidan desa biasa ada laporan ke bidan koordinator.
Informan 3
Informan 5
Klinik Bersalin Y
Informan
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Inorman 5
Klinik Z
Informan
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa informan di Klinik X,Y dan Z
menginginkan pengawasan yang lebih dari pemerintah dan pembinaan serta pelatihan
kepada para bidan di klinik dan penigkatan edukasi serta penyuluhan kepada ibu yang
masih berpengetahuan rendah.
4.3.1.10 Pernyataan Informan terkait sanksi yang ada di PP No 33 Tahun 2012 di
Klinik X, Y, dan Z.
Klinik Bersalin X
Informan
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Sejauh ini ada sanksi teguran baik lisan maupun pencabutan izin
seperti halnya ada tercantum di PP 33 tai tetapi belum ada lah
Universitas Sumatera Utara
Informan 4
Setau saya belum pernah lah ada teguran dek ke klinik kami ini.
Kalaupun ada yang sampai pencabutan izin itu tidak ada.
Informan 5
Klinik Bersalin Y
Informan
Pernyataan
Informan 1
Sanksi yang diberikan belum ada setau saya yang sampai di muat di
majalah atau televisi. Kalau ke klinik saya ini paling ada sekali 3
tahun datang dari Dinas Kesehatan itu pun penanggung jawab
klinik ini karena kebetulan kerja disitu.
Informan 2
Sejauh ini ada sanksi teguran baik lisan maupun pencabutan izin
seperti halnya ada tercantum di PP 33 tai tetapi belum ada lah
teguran yang nyata.
Informan 3
Informan 4
Belum pernah lah ada teguran dek ke klinik kami ini. Kalaupun ada
yang sampai pencabutan izin itu tidak ada.
Informan 5
Klinik Bersalin Z
Informan
Informan 1
Pernyataan
Sejauh ini sanksi yang diberikan pun tidak berjalan orang
pengawasan aja pun kadang jarang lagipula kalau dikasih duit
amannya orang dinas itu.
Informan 2
Sanksi yang ada hanya tertulis sejauh ini belum ada yang dilakukan
sesuai dengan yang ada di PP No 33 tadi.
Informan 3
Informan 4
Setau saya belum pernah lah ada teguran dek ke klinik kami ini.
Kalaupun ada yang sampai pencabutan izin itu tidak ada.
Informan 5
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa disetiap Klinik X, Y dan Z tidak
pernah ada sanksi yang diberikan sejauh ini dari pihak pemerintah daerah maupun
provinsi, kalau pun ada datang dari pihak Dinas Kesehatan mereka menanyakan izin
klinik ini saja apakah masih berlaku sampai dengan saat ini.
Pernyataan
Informan 1
Kalau dari susu formula itu ya ada hadiah yang dikasih kalau
mencapai target seperti : jalan jalan dan bahkan mau mentransfer
uang ke no rekening. Selain itu juga ya bisa mengurangi beban
biaya yang kurang di klinik ini. Tapi itupun kadang hadiah ini mesti
dimintanya tapi kalau orang ini saya larangnya sebenarnya kalau
ditawarkan seperti itu.
Informan 2
Informan 3
Keuntungan saya tidak ikut dalam itu, tetapi uang masuk kepada
Universitas Sumatera Utara
ibu dan bidan di klinik karena saya tidak ikut menerima keuntungan
tersebut.
Informan 4
Kadang dikasih hadiah, diajak jalan jalan kalau mencapai target dan
juga bisa menangani masalah ibu yang tidak keluar ASI nya dan
bayi dengan masalah indikasi medis.
Informan 5
Dikasih tas dikasih susu formula gratis diajak untuk cek kesehatan
secara berkala.
Klinik Bersalin Y
Informan
Pernyataan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Kadang dikasih hadiah, diajak jalan jalan kalau mencapai target dan
juga bisa menangani masalah ibu yang tidak keluar ASI nya dan
bayi dengan masalah indikasi medis
Informan 5
Dikasih tas dikasih susu formula gratis diajak untuk cek kesehatan
secara berkala.
Klinik Bersalin Z
Informan
Pernyataan
Informan 1
Dari susu formula itu ya ada hadiah yang dikasih kalau mencapai
target seperti : jalan jalan dan bahkan mau mentransfer uang ke no
rekening. Selain itu juga ya bisa mengurangi beban biaya yang
kurang di klinik ini.
Informan 2
Tidak bisa ada kerjasama sama sekali. Kalau dengan provider susu
formula itu mungkin kepada klinik saja ditanyakan.
Informan 3
Informan 4
Kadang dikasih hadiah, diajak jalan jalan kalau mencapai target dan
juga bisa menangani masalah ibu yang tidak keluar ASI nya dan
bayi dengan masalah indikasi medis
Informan 5
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 5 informan di Klinik X,Y, dan
Z. Di Klink X ada 2 informan yaitu bidan koordinator, bidan di klinik, mendapatkan
hadiah dan paket libura serta pemberian uang secara transfer ke no rekening. Di Klinik Y
ada 2 informan yaitu bidankoordinator dan ibu bersalin yang menggunakan susu formula
merk tertentu menerima uang dan hadiah buat ibu dan anaknya sepulang dari klinik. D
Klinik Z ada 3 informan yaitu bidan koordinator, bidan di klinik dan ibu yang bersalin
yang mengaku bahwa keuntungan hadiah yang diberikan banyak terutama dari salah satu
produk x.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Input
5.1.1 Sumberdaya Manusia di Klinik X, Y dan Z
Bidan di klinik merupakan tenaga kesehatan yang paling berperan dalam melaksanakan
peraturan ini seperti halnya IMD. Pelaksanaan IMD karena ibu tidak dapat melakukan IMD tanpa
bantuan dan fasilitasi dari bidan. Penelitian kualitatif ASI eksklusif 6 bulan terhadap kelompok
ibu yang ASI eksklusif dan ASI tidak eksklusif menunjukkan bahwa sebagian besar informan
ASI eksklusif difasilitasi IMD oleh bidan sedangkan sebagian besar informan ASI tidak eksklusif
tidak difasilitasi IMD.
Dalam penelitian ini tenaga kesehatan yang ada di klinik bersalin swasta ada 8 orang di
Klinik X, 6 orang di Klinik Y dan 7 orang di Klinik Z. Dari 3 informan ibu bersalin ketiganya
tidak melakukan IMD, yang alasannya karena alasan yang sebenarnya bisa dihindari yaitu bayi
akan dibersihkan dan dibedong terlebih dahulu. Bidan yang bersikap positif akan lebih besar
kemungkinannya untuk melakukan IMD dan menyuruh ibu untuk memberikan ASI Eksklusif.
Kesiapan sarana pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kehamilan dan persalinan, termasuk
kesiapan SDM-nya perlu diperhatikan juga apakah peraturan tersebut sudah menyentuh peran dan
mempertimbangkan situasinya. Pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif sangat bergantung pada
tindakan yang diambil oleh tenaga kesehatan dan fasilitas layanan kesehatan pada jam-jam
pertama. Berbagai studi menunjukkan peran vital tenaga kesehatan penolong persalinan dalam
keberhasilan pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif. Dalam kenyataannya, tidak semua tenaga
kesehatan penolong persalinan baik bidan maupun dokter bebas dari peran sebagai agen susu
formula dan memberikan tawaran yang indah seperti mentransfer uang ke bidan yang membantu
persalinan dan memberikan fasilitas berjalan jalan ke luar negeri.
Studi kualitatif di salah satu Puskesmas di Kabupaten Solok Sumatera Barat terhadap
bidan dan ibu bersalin menunjukkan kurangnya fasilitasi dan kualitas IMD yang dilakukan oleh
bidan. Dalam studi tersebut bidan mengakui dalam IMD tidak terjadi kontak kulit antara ibu dan
bayi karena bayi diberikan ke ibu dalam keadaan sudah terbungkus dan mereka umumnya pernah
memberikan susu bantu kepada bayi dengan indikasi bila dalam 2 jam ASI belum keluar (takut
terjadi hypoglikemia). Hal ini tentunya sangat tidak sesuai dengan prosedur APN yang ditetapkan.
Berdasarkan monitoring yang dilakukan oleh BKPPASI disebutkan bahwa banyak rumah
bersalin swasta yang tidak mendukung IMD. Sehabis dilahirkan bayi seharusnya langsung
diletakkan di dada ibu agar refleksnya berkembang dan produksi ASI ibu meningkat namun bayi
malah dipisahkan dan baru diberikan sehari kemudian.
5.1.2 Kebijakan dari Implementasi Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 di
Klinik X, Y dan Z.
Proses penyusunan kebijakan di Indonesia melibatkan setidaknya dua pihak, yaitu pihak
eksekutif dan pihak legislatif. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 14 Tahun 2011 tentang
Rencana Pembangunan Jamgka Menengah Daerah (RPJMD) bahwa pemahaman yang utuh
tentang promosi kesehatan hanya terbatas pada pemegang program saja dan belum sampai kepada
masyarakat.
Kondisi tersebut ditandai dengan masih relatif rendahya pemberian air susu eksklusif,
dimana pada tahun 2009 masih dijumpai sebanyak 32,45% bayi yang tidak memperoleh ASI
eksklusif. Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI secara Eksklusif pada
Bayi di Indonesia. Selain itu Perda Kota Medan No. 6 tahun 2009 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Balita (KIBBLA) Pasal 37 ayat (1): Pelanggaran terhadapat ketentuan Pasal 8,
dapat dikenakan Sanksi. Pasal 37 ayat (2): Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berupa peringatan lisan, peringatan tertulis, penutupan sementara, pencabutan izin dan
penutupan kegiatan. Pasal 37 ayat (3) Penerapan sanksi sebagaimana dimaksud ayat (2) diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah.
Universitas Sumatera Utara
pemberian ASI eksklusif perlu persiapan. Sehingga perlu penanaman sikap yang baik untuk
melaksanakan praktik ASI.
Dalam implementasi sanksi terhadap pelanggaran belum ada sejauh ini karena kurangnya
pengawasan juga dari pembuat kebijakan. Satu legislasi, yaitu Rancangan Peraturan Pemerintah
(RPP) Pemberian ASI yang sudah dimulai pembahasannya sejak November 2006 (saat itu
bernama RPP Pemasaran Susu Formula) masih juga belum tuntas dibahas dan belum bisa
diluncurkan sebagai Peraturan Pemerintah. Dalam studi ini, kajian analisis akan dilakukan
terhadap Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Klinik
Bersalin Swasta di Kota Medan.
5.2 Proses Implementasi Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI
Eksklusif di Klinik Bersalin Swasta X, Y dan Z.
5.2.1 Sosialisasi tentang Peraturan Pemerintah kepada bidan di klinik
Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif pada
Bayi di Indonesia terdiri atas tiga ketetapan termasuk Program IMD dan ASI Eksklusif,
pengaturan penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya, sarana menyusui di tempat kerja
dan sarana umum lainnya, dan dukungan masyarakat, tanggung jawab pemerintah, Pemerintah
Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam serta pendanaannya.
Penetapan mengenai pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai
dengan usia anak 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai, juga ditetapkan
bahwa tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada ibu mengenai anjuran ASI eksklusif. Hal
ini sesuai kebijakan Depkes RI (2005) yang menyatakan bahwa dukungan yang diberikan tenaga
kesehatan dapat membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui
bayinya. Informasi tentang perawatan payudara selama masa kehamilan, lama menyusui,
keuntungan menyusui, inisiasi menyusui dini, merupakan dukungan tenaga kesehatan yang dapat
menyukseskan kelangsungan pemberian ASI eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana IMD dan laktasi yang
baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif
terhadap IMD dan ASI Eksklusif. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau
melaksanakannya. Betapa pun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut,
diharapkan masih dapat meluangkan waktu. untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin
untuk melaksanakan IMD dan ASI Eksklusif (Roesli, 2008, 2005). Keberhasilan menyusu dini
salah satunya adalah berasal dari dorongan dari petugas kesehatan. Hasil ini juga serupa dengan
penelitian Sandra Fikawati dan Ahmad Syafiq (2010), yang menyatakan bahwa masih rendahnya
pemberian ASI eksklusif di Indonesia dan masih kurang optimalnya fasilitasi IMD dikarenakan
kebijakan ASI eksklusif belum lengkap dan komprehensif, IMD belum masuk secara eksplisit
dalam kebijakan serta belum diimplementasikan secara maksimal oleh petugas kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian apabila faktor lingkungan memainkan peran yang sangat
penting dan menentukan keberhasilan pelaksanaan ASI eksklusif. Studi-studi menunjukkan
bahwa di samping faktor internal ibu, situasi dan kondisi lingkungan eksternal juga penting
sebagai penentu keberhasilan pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif. Situasi sosial-ekonomi
masyarakat juga penting mendapatkan perhatian. Terutama yang harus dicermati fenomena
pergeseran norma sosial dan kultural terkait pemberian ASI eksklusif, fenomena massifikasi dan
kesetaraan pendidikan tinggi, dan variasi serta jurang sosial-ekonomi pada berbagai kelompok
masyarakat baik di wilayah urban maupun pedesaan. Gencarnya pemasaran susu formula melalui
kampanye terselubung, yaitu sebagai hadiah kepulangan ibu dan bayi dari fasilitas persalinan
dilaporkan masih marak terjadi. Lebih lanjut, studi kualitatif tentang praktik keberhasilan dan
kegagalan ASI eksklusif menunjukkan bahwa yang sering menjadi korban dari kampanye
demikian adalah ibu-ibu berpendidikan rendah.
Mengenai hambatan dan kendala pelaksanaan ASI eksklusif 6 bulan sebenarnya sudah
mulai banyak muncul pada dekade terakhir ini. Kebijakan, selanjutnya, disusun berdasarkan
bukti-bukti empirik dan saintifik yang kuat sehingga tidak menyebabkan kebijakan menjadi tidak
realistis saat diterjemahkan menjadi program atau malah menimbulkan dampak negatif yang
merugikan masyarakat
5.2.3 Pelaksanaan Implementasi Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 di klinik X,Y dan Z.
Terlaksananya pemberian ASI secara dini dimulai dari peran petugas kesehatan dalam
melakukan proses pertolongan persalinan, karena pada saat itulah peran petugas dalam pemberian
ASI sejak dini bisa dilihat. Hal ini selaras dengan Depkes RI (2001), yang menyatakan bahwa
bayi diberikan kepada ibunya segera setelah lahir dan diletakkan di dada ibunya agar bayi
tersebut mencari puting ibunya sendiri sehingga proses IMD akan terjadi.
Jadi berhasil tidaknya pelaksanaan IMD sangat bergantung pada peran dari bidan sebagai
tenaga kesehatan penolong persalinan. Peran petugas sangat penting dalam memotivasi ibu untuk
memberikan ASI sejak dini pada bayi baru lahir. Ini sesuai dengan penelitian Tatiana O. Vieira,
et.al (2010), yang menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan tingkat menyusui dalam satu
jam pertama kehidupan (IMD), profesional perawatan kesehatan harus mempromosikan faktor
mendukung praktek ini seperti bimbingan prenatal mengenai keuntungan menyusui, persalinan
per vaginam dan kelahiran cukup bulan, dan merangsang praktik ini dalam situasi yang rentan
seperti sebagai ibu dengan operasi caesar dan kelahiran prematur. Peran bidan dalam memberikan
penyuluhan-penyuluhan dan motivasi pada ibu tentang IMD dan ASI eksklusif, manfaat dari
pemberian ASI sejak dini, serta manfaat kolostrum sangat perlu dilakukan mulai sejak ibu
tersebut melakukan ANC sampai dengan pasca melahirkan. Pengawasan juga diperlukan dari
pihak pembuat regulasi dan Dinas Kesehatan Kota Medan dan Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara dalam memantau pelaksaan PP tersebut di klinik klinik bersalin.
5.2.4 Informasi dan Edukasi tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah di Klinik Bersalin X,
Y dan Z
kebijakan tersebut. Misalnya, dalam hal PP Pemberian ASI, perlu dianalisis reaksi yang akan
dimunculkan oleh pihak industri susu formula serta kemungkinan kondisi dilematis yang dihadapi
oleh tenaga kesehatan penolong persalinan seperti bidan yaitu terkait tuntutan tugas ideal dan
keterpaksaan dan desakan ekonomi dan finansial.
5.3.1 Efektivitas Peraturan Pemerintah di Klinik Bersalin X, Y dan Z.
Pemberian ASI adalah tindakan yang sesuai dengan sila kedua Pancasila karena
pemberian ASI sesuai dengan fitrah manusia. Pada intinya praktik pemberian ASI eksklusif tidak
bertentangan dengan dasar-dasar bernegara dan bermasyarakat. Dalam hal external system events,
telah terjadi perubahan opini publik mengenai ASI eksklusif dan IMD. Hal ini terjadi antara lain
karena pergeseran situasi kondisi sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap semakin lebarnya
gap tingkat pendidikan ibu dari golongan ekonomi tinggi dan rendah meningkatnya jumlah
perempuan bekerja, serta meningkatnya promosi consumers goods termasuk iklan produk susu
formula. Saat ini golongan ekonomi tinggi semakin mampu untuk mendapat pendidikan
sementara golongan rendah semakin tidak mampu untuk bersekolah. Perbedaan ini juga
berpengaruh terhadap penerimaan ibu mengenai ASI eksklusif dan IMD. Ibu yang berpendidikan
tinggi lebih baik penerimaannya terhadap ASI ekslusif dan IMD serta lebih berupaya untuk bisa
mempraktikannya.
Studi Huffman & Lamphere menunjukkan pentingnya peran ASI eksklusif di negara
berkembang dibandingkan negara maju. Di negara maju ketika higiene dan sanitasi sudah baik,
peran ASI eksklusif hampir dapat digantikan oleh susu formula karena susu formula sudah dapat
disajikan dalam porsi dan kebersihan yang terjaga dan mendekati kualitas ASI. Sementara di
negara berkembang penyapihan dan pemberian makanan pengganti ASI menyebabkan anak
menjadi mudah sakit dan status gizi kurang.
Keberhasilan ASI eksklusif dan IMD tidak pernah terjadi bila iklan susu formula masih
sangat marak dilakukan. Studi menunjukkan bukti yang jelas bahwa pemasaran susu formula
mempengaruhi tenaga kesehatan dan ibu untuk memberikan susu formula kepada bayi. Tanpa
Universitas Sumatera Utara
adanya sanksi dan upaya yang optimal dari pemerintah bagi pemasaran susu formula sangat sulit
target ASI eksklusif dan IMD bisa dicapai. Saat ini sudah sangat umum apabila masalah
kesehatan dijadikan ajang promosi dalam pemilu. Kesempatan ini sangat baik untuk membangun
komitmen dari penentu kebijakan untuk mengutamakan pemberian ASI eksklusif dan IMD.
Apabila ini semakin banyak dilakukan kemungkinan adanya komitmen di tingkat pemerintahan
terhadap kebijakan ASI eksklusif dan IMD akan lebih mudah terlaksana.
Dalam subsistem kebijakan, kendati di kalangan kesehatan pentingnya ASI eksklusif dan
IMD tidak diragukan, ASI eksklusif dan IMD belum terlalu diperhitungkan. Selama ini diskusi
antar koalisi yang penting tidak terdokumentasi dengan baik. Seperti telah dibahas sebelumnya
pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan berlangsung tidak transparan dan tidak
terdokumentasi dengan baik. Demikian juga dengan pengalokasian dana dan penunjukan tugas
dan kewenangan belum jelas tindak lanjutnya. Selama ini tidak ada kejelasan penerapan sanksi,
insentif, monitoring, dan evaluasi dari kebijakan mengenai ASI eksklusif.
5.3.2 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah di Klinik Bersalin X,Y dan Z
Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa informan bahwa bidan sebagai tenaga
kesehatan tidak mengetahui tentang adanya Peraturan Pemerintah terebut sehingga implementasi
akan peraturan tersebut sulit untuk dijalankan. Selain itu pengetahuan ibu atau bapak masih
kurang akan program IMD dan pemberian ASI Eksklusif. Pelatihan dan pembinaan pun jarang
diikuti oleh tenaga kesehatan di klinik, tenaga kesehatan masih kurang informasi dan edukasi
sehingga tidak bida menjalankan peraturan tersebut tidak berjalan sebagaiamana mestinya di
klinik. Kurangnya pengawasan juga menjadi faktor yang menentukan kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan seperti bidan, perawat dan dokter. Hal ini
kurangnya sosialiasi atau penginformasian akan peraturan pemerintah yang seharusnya dijalankan
agar tidak hanya ada secara tertulis saja tetapi juga dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Sehingga cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kota Medan dapat meningkat dan angka kematian
bayi pun dapat menurun.
Universitas Sumatera Utara
dari pemberian makanan botol secara parsial terhadap pemberian ASI dan kesulitan untuk
mengubah keputusan untuk tidak memberikan ASI.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
ini dan sarana dan prasarana yang tidak didukung oleh pemerintah untuk pegawai agar
melakukan monitoring di klinik.
6.2 Saran
1. Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar lebih meningkatkan pemantauan terkait
dengan adanya peraturan pemerintah yang sudah dibuat dan dapat membuat sanski baik
tertulis maupun tidak tertulis. Sehingga PP No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI
Eksklusif ini berjalan dengan baik di klinik bersalin swasta di Kota Medan.
2. Kepada bidan koordinator di klinik bersalin swasta, menghimbau bidan pelaksana di
klinik bersalin mengikuti pelatihan dan lebih banyak membaca informasi terkini terkait
dengan peraturan pemerintah karena merekalah yang pertama menangani persalinan serta
bidan dimanapun tidak mudah tergiur oleh tawaran kerjasama provider susu formula dan
keuntungan yang didapatkan. Diharapkan bidan bekerja lebih positif sehingga mereka
dapat bekerja sesuai dengan peraturan, demi generasi penerus bangsa yang lebih baik dan
juga menurunkan angka kematian bayi.
3. Kepada penanggungjawab klinik agar lebih bertanggung jawab tidak hanya secara tertulis
tetapi juga melihat langsung ke lapangan bagaimana proses bidan dalam menangani
persalinan dan melakukan penyuluhan kepada ibu ibu di lingkungan klinik bersalin agar
peraturan ini dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Kepada Bidan Koordinator agar dapat menambah poster, pamflet, serta merancang dan
menghimbau bidan di klinik untuk melaksanakan peraturan dan menempatkan petunjuk
teknis tentang apa itu dan pentingnya ASI Eksklusif di tempat yang strategis agar ibu
yang datang ke klinik dapat melihat dan membacanya sehingga dapat mengubah pola
pikir mereka untuk tidak memberikan susu formula selagi masih bisa memberikan ASI
Eksklusif serta meningkatkan sosialisasi pada saat ibu datang memeriksakan kehamilan.
5. Ada kerjasama dan komitmen dengan lembaga pemerintah maupun non pemerintah
misalnya organisai profesi, lembaga pendidikan, pemuka agama, kader pembangunan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan dan pihak pihak yang dianggap berpengaruh terhadap berjalannya Peraturan
Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
I.
II.
Identitas Informan
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
Tanggal Wawancara
Daftar Pertanyaan
A. Pertanyaan untuk Bidan Koordinator di Klinik Bersalin
1.
Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, apa saja yang Ibu ketahui mengenai peraturan
pemerintah no 33 tahun 2012 tentang pemberian asi eksklusif ?
a. Apakah pemberian asi ekslusif telah diterapkan di klinik ini?
b. Bagaimana komitmen politis dari pemerintah terhadap peraturan pemerintah
tersebut ?
c. Bagaimana petunjuk pelaksanaan dalam program pemberian asi eksklusif di klinik
ini ?
2.
3.
4.
Bagaimana dengan sarana, prasarana dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan
program ASI eksklusif ?
a. Promsosi apa yang dilakukan provider susu formula?
b. Apakah sebelum melahirkan sudah ditawarkan pemberian ASI ?
5.
6.
7.
9.
Bagaimana sistem pemantauan dan evaluasi yang Ibu lakukan di klinik ini ?
a. Ketepatan waktu pelaporan?
b. Kelengkapan data?
c. Akurasi data?
10. Terkait dengan adanya peraturan pemerintah ini, apa saja tantangan internal maupun
eksternal yang ditemui di lapangan?
I.
II.
Identitas Informan
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
Tanggal Wawancara
Daftar Pertanyaan
B. Pertanyaan untuk pegawai Dinas Kesehatan
1.
Sesuai dengan jabatan yang Bapak/Ibu emban, apa saja yang Bapak/Ibu ketahui
mengenai program ASI Eksklusif ?
a. Apakah upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan PP No 33 Tahun 2012 tersebut ?
b. Bagaimana komitmen politis dari pemerintah terhadap pengawasan target cakupan
ASI Eksklusif ?
c. Bagaimana untuk mengetahui apakah benar bayi- bayi tersebut mendapatkan ASI
Eksklusif dari ibunya ?
2.
3.
4.
5.
6.
Upaya apa yang dapat dilakukan demi memperoleh keakuratan data di lapangan ?
a. Apakah peran bidan sudah maksimal ?
b. Jika ada, bagaimana upaya yang mereka lakukan ?
7.
Bagaimana dengan pemberian susu formula dikarenakan ASI yang tidak keluar ?
a. Bagimana solusi atas permasalahan tersebut setujukah dengan penggantian dengan
susu formula ?
b. Bagaimana sistem pengawasan ?
8.
9.
Terkait pelaksanaan IMD, apa saja tantangan internal maupun eksternal yang ditemui
di lapangan ?
10. Strategi apa yang dilakukan dalam menangani kendala tersebut (internal dan
eksternal)?
11. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk peningkatan cakupan ASI Eksklusif
?
I.
II.
Identitas Informan
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
Tanggal Wawancara
Daftar Pertanyaan
C. Pertanyaan untuk Penanggungjawab Klinik Bersalin ?
1.
c. Frekuensi pelatihan ?
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk peraturan ini agar ebrjalan di
seluruh klinik bersalin swasta di Kota Medan ?
I.
II.
Identitas Informan
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
Tanggal Wawancara
Daftar Pertanyaan
D. Pertanyaan untuk bidan di klinik ?
1.
2.
Apakah ibu menwarkan susu formula apa yang diberikan kepada bayi ?
3.
Menurut pendapat ibu bagaimana dengan tindakan pemberian susu formula secara
langsung pasca melahirkan?
4.
5.
Sepengetahuan Ibu apa beda kandungan susu formula dengan ASI Eksklusif ?
Universitas Sumatera Utara
I.
II.
Identitas Informan
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
Tanggal Wawancara
Daftar Pertanyaan
E. Pertanyaan untuk Ibu yang bersalin
1.
2.
3.
Menurut pendapat Ibu bagaimana dengan kelengkapan sarana, prasarana dan peralatan
yang diberikan selama Ibu memeriksakan kehamilan di klinik ini ?
4.
Setelah Ibu memeriksakan kehamilan dan melahirkan, bagaimana pendapat Ibu tentang
penawaran pemberian susu formula yang dilakukan oleh petugas kesehatan?
5.
Sepengetahuan Ibu apakah kandungan yang ada di ASI sama dengan di susu formula ?
6.
7.
Apakah kendala dalam pemberian ASI menurut Ibu bagi Ibu bersalin lainnya ?
8.
9.
Bagaimana pendapat Ibu dengan bidan atau perawat yang langsung menawarkan susu
formula apa yang diberikan ?
10. Apakah Ibu setuju dengan PP tersebut dan akan memberikan ASI ?
11.
12.
13.
14.
15.
16.
TENTANG
Universitas Sumatera Utara
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Menimbang
Nomor
perlu
36
menetapkan
Tahun
2009
Peraturan
tentang
Pemerintah
: 1. Pasal 5 ayat
Nomor 36
(Lembaran
Tahun
Negara
2009
Republik
tentang
Indonesia
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
BAB I . . .
-2-
35.
36.
37.
38.
39.
40.
Pasal 1
41.
42.
43.
44.
45.
46.
2.
dilahirkan
menambahkan
dan/atau
selama
mengganti
(enam)
dengan
bulan,
tanpa
makanan
atau
minuman lain.
48.
belas) bulan.
49.
4.
5.
tempat
yang
digunakan
untuk
Pemerintah
oleh
52.
7. Tenaga Kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
53.
54.
55.
56.
8. Tempat . . .
-3-
57.
58.
59.
61.
9. Pemerintah
Pusat
yang
selanjutnya
Republik
Dasar
62.
63.
10. Pemerintah
Daerah
adalah
gubernur,
bupati,
atau
65.
11. Menteri
adalah
menteri
yang
menyelenggarakan
67.
68.
Pasal 2
69.
70.
71.
72.
73.
74.
a.
75.
76.
perkembangannya;
77.
78.
b.
memberikan
perlindungan
kepada
ibu
80.
Keluarga,
c.
meningkatkan
masyarakat,
peran
Pemerintah
dan
Daerah,
dan
dukungan
Pemerintah
87.
88.
BAB II . . .
-4-
89.
90.
91.
92.
93.
94.
Bagian Kesatu
95.
96.
97.
98.
99.
Pasal 3
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
a. menetapkan
kebijakan
program pemberian ASI Eksklusif;
nasional
terkait
sosialisasi
program
107.
108. b. melaksanakan
advokasi
pemberian ASI Eksklusif;
dan
109.
110.
c.
memberikan
pelatihan
mengenai
program
pemberian ASI
Eksklusif dan penyediaan tenaga konselor
menyusui di
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
dan tempat
sarana umum lainnya;
111.
112. d. mengintegrasikan
materi mengenai
ASI
Eksklusif
pada kurikulum pendidikan formal dan nonformal bagi Tenaga
Kesehatan;
113.
114.
e. membina,
mengawasi,
serta
mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian
ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan
kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di
masyarakat;
115.
116.
f.
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
teknologi yang berkaitan dengan ASI Eksklusif;
dan
117.
118.
g. mengembangkan kerja sama mengenai program
ASI Eksklusif dengan pihak lain di dalam dan/atau luar negeri;
dan
119.
120.
h. menyediakan ketersediaan akses terhadap
informasi dan
edukasi
atas
penyelenggaraan
program
pemberian ASI Eksklusif.
Bagian Kedua . . .
Universitas Sumatera Utara
-5-
121.
122.
123.
Bagian Kedua
124.
125.
126.
127.
128.
129.
Pasal 4
130.
131.
132.
133.
Tanggung
jawab
pemerintah
daerah provinsi
dalam program
135. a. melaksanakan
kebijakan
program pemberian ASI Eksklusif;
nasional
dalam
136. b. melaksanakan
advokasi
dan
sosialisasi
pemberian ASI Eksklusif dalam skala provinsi;
137. c. memberikan
dalam skala provinsi;
pelatihan
teknis
konseling
rangka
program
menyusui
138.
d. menyediakan tenaga konselor menyusui
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum
lainnya dalam skala provinsi;
139.
e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan
mengawasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI
Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan
kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum,
dan kegiatan
di masyarakat dalam skala provinsi;
140.
f. menyelenggarakan, memanfaatkan, dan
memantau penelitian dan pengembangan program pemberian ASI
Eksklusif
yang mendukung perumusan kebijakan
provinsi;
141.
g. mengembangkan kerja sama dengan pihak
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
142.
143.
Bagian Ketiga . . .
Universitas Sumatera Utara
-6-
144.
145.
146.
Bagian Ketiga
147.
148.
149.
150.
151.
Pasal 5
152.
153.
154.
Tanggung
jawab
pemerintah
daerah kabupaten/kota dalam program
pemberian ASI Eksklusif meliputi:
155.
156.
a. melaksanakan
kebijakan
rangka program pemberian ASI Eksklusif;
nasional
dalam
157.
158.
b.
sosialisasi program pemberian
skala kabupaten/kota;
melaksanakan
advokasi
dan
ASI
Eksklusif
dalam
159.
160.
c. memberikan
pelatihan
menyusui dalam skala kabupaten/kota;
teknis
konseling
161.
162.
d.
menyediakan
tenaga
menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dan
sarana umum lainnya dalam skala kabupaten/kota;
konselor
tempat
163.
164.
e. membina,
monitoring,
mengevaluasi,
dan
mengawasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI
Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan
kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di
masyarakat dalam skala kabupaten/kota;
165.
166.
f. menyelenggarakan
penelitian
dan
pengembangan program pemberian ASI Eksklusif yang mendukung
perumusan kebijakan kabupaten/kota;
167.
168.
g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
169.
BAB III . . .
Universitas Sumatera Utara
-7-
171.
172.
173.
BAB III
174.
175.
176.
177.
178.
179.
Bagian Kesatu
180.
181.
Umum
185.
Pasal 6
182.
183.
184.
186.
187.
188.
189.
Setiap
ibu
yang
melahirkan
harus
191.
192.
Pasal 7
193.
194.
195.
196.
198.
a.
indikasi medis:
199.
200.
201.
202.
c.
203.
204.
205.
206.
Pasal 8
207.
208.
209.
210.
(1) Penentuan
indikasi
medis
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf a dilakukan oleh dokter.
211.
(2)
Dokter
dalam
menentukan
indikasi
medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional.
212.
(3) Dalam hal di daerah tertentu tidak terdapat
dokter, penentuan ada atau tidaknya indikasi medis dapat
dilakukan oleh bidan atau perawat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua . . .
Universitas Sumatera Utara
-8-
213.
214.
215.
Bagian Kedua
216.
217.
218.
219.
220.
Pasal 9
221.
222.
223.
224.
(1)
Tenaga
Kesehatan
dan
penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
wajib
melakukan inisiasi menyusu dini terhadap Bayi yang baru lahir
kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam.
225.
(2) Inisiasi menyusu dini sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan cara meletakkan Bayi secara
tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit Bayi melekat pada
kulit ibu.
226.
227.
228.
Pasal 10
229.
230.
231.
232.
(1) Tenaga
Kesehatan
dan
penyelenggara
Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib menempatkan ibu dan Bayi
dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung kecuali atas indikasi
medis yang ditetapkan oleh dokter.
233.
234.
(2)
atau rawat gabung
dimaksudkan untuk
ASI Eksklusif kepada
235.
236.
237.
238.
Bagian Ketiga
239.
240.
241.
242.
243.
Pasal 11
244.
245.
246.
247.
(1)
Dalam hal ibu kandung tidak dapat
memberikan ASI Eksklusif bagi
bayinya
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 6, pemberian ASI Eksklusif dapat
dilakukan oleh pendonor ASI.
(2) Pemberian . . .
Universitas Sumatera Utara
-9-
248.
249.
250.
(2)
Pemberian
ASI
pendonor ASI sebagaimana
dimaksud
dilakukan dengan persyaratan:
Eksklusif
oleh
pada
ayat
(1)
251.
252.
a.
permintaan ibu kandung atau Keluarga
Bayi yang bersangkutan;
253. b. identitas, agama, dan alamat pendonor ASI diketahui
dengan jelas oleh ibu atau Keluarga dari Bayi penerima ASI;
254.
c.
persetujuan
pendonor
mengetahui identitas Bayi yang diberi ASI;
ASI
setelah
e.
ASI tidak
diperjualbelikan.
257.
258.
(3) Pemberian ASI sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) wajib dilaksanakan berdasarkan norma agama dan
mempertimbangkan aspek sosial budaya, mutu, dan keamanan
ASI.
259.
260.
(4) Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
pemberian
262.
263.
264.
Pasal 12
265.
266.
267.
268.
(1) Setiap
ibu
yang
melahirkan
Bayi
harus
(2) Dalam
hal
ibu
yang
melahirkan
Bayi
Bagian Keempat . . .
Universitas Sumatera Utara
- 10 -
270.
271.
272.
Bagian Keempat
273.
274.
275.
276.
277.
278.
Pasal 13
279.
280.
281.
282.
(1) Untuk
ASI
Eksklusif
mencapai
secara
pemanfaatan
optimal,
Tenaga
Kesehatan
dari
Bayi
yang
dan
wajib memberikan
pemberian
ibu
dan/atau
bersangkutan
sejak
284.
(2) Informasi
dan
edukasi
ASI
Eksklusif
286.
a.
keuntungan dan keunggulan
pemberian ASI;
287.
288.
b. gizi
ibu,
persiapan dan
mempertahankan menyusui;
289.
c.
d. kesulitan
untuk
mengubah
keputusan untuk
(3) Pemberian
informasi
dan
edukasi
ASI
Eksklusif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat
dilakukan melalui penyuluhan, konseling dan pendampingan.
292.
(4)
Pemberian
informasi
pada
dan
ayat
(1)
edukasi
dapat
Bagian Kelima . . .
Universitas Sumatera Utara
- 11 -
293.
294.
295.
Bagian Kelima
296.
297.
Sanksi Administratif
298.
299.
300.
Pasal 14
301.
302.
303.
(1) Setiap
Tenaga
Kesehatan
yang
tidak
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal 13 ayat (1) dikenakan sanksi
administratif oleh pejabat yang berwenang berupa:
304.
a. teguran lisan;
305.
306.
b. teguran tertulis;
dan/atau c.
pencabutan izin.
307.
(2)
Setiap penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal
13
ayat
(1)
dikenakan
sanksi administratif oleh pejabat
yang berwenang berupa:
308.
309.
teguran tertulis.
310.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
311.
312.
313.
314.
BAB IV
315.
316.
318.
319.
Pasal 15
320.
321.
322.
Pasal 16 . . .
Universitas Sumatera Utara
- 12 -
324.
325.
326.
Pasal 16
327.
328.
329. Dalam memberikan Susu Formula Bayi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15, Tenaga Kesehatan harus memberikan
peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan penyajian Susu
Formula Bayi kepada ibu dan/atau Keluarga yang memerlukan
Susu Formula Bayi.
330.
331.
332.
Pasal 17
333.
334.
335.
(1)
Setiap
Tenaga
Kesehatan
dilarang
memberikan Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya
yang dapat menghambat
program
pemberian
ASI
Eksklusif
kecuali
dalam
hal
diperuntukkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.
336.
337.
(2)
Setiap
Tenaga
Kesehatan
dilarang
menerima dan/atau mempromosikan Susu Formula Bayi dan/atau
produk
bayi
lainnya
yang
dapat
menghambat program pemberian ASI Eksklusif.
338.
339.
340.
Pasal 18
341.
342.
343.
(1)
Penyelenggara
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan dilarang memberikan Susu Formula Bayi dan/atau
produk
bayi lainnya yang dapat menghambat program
pemberian ASI Eksklusif kepada ibu Bayi dan/atau keluarganya,
kecuali
dalam
hal diperuntukkan sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 15.
344.
345.
(2)
Penyelenggara
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan dilarang menerima dan/atau mempromosikan Susu
Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang dapat
menghambat
program
pemberian
ASI
Eksklusif.
(3) Dalam . . .
Universitas Sumatera Utara
- 13 -
346.
347.
348.
(3) Dalam
darurat, penyelenggara
hal
Fasilitas
terjadi
bencana
atau
Pelayanan
Kesehatan
dapat
350.
(4)
Penyelenggara
Fasilitas
atas
biaya
yang
distributor
Pelayanan
pelayanan
disediakan
Susu
di
bidang
Formula
Bayi
dan/atau
352.
353.
Pasal 19
354.
355.
356.
357.
359.
a. pemberian
contoh
produk
Susu
Formula
apapun
kepada
penyelenggara
Fasilitas
Pelayanan
b.
361.
Bayi ke rumah-rumah;
362.
363.
c. pemberian
potongan
harga
atau
tambahan
d.
memberikan informasi
penggunaan
tentang
Tenaga
Susu
Kesehatan
Formula
Bayi
untuk
kepada
masyarakat; dan/atau
365.
366.
367.
368.
369.
e. pengiklanan . . .
- 14 -
370.
371.
372.
374.
375.
376.
Pasal 20
377.
378.
379.
19 huruf
dikecualikan
jika
dilakukan
pada
media cetak
381.
(1)
382.
383.
384.
385.
386.
388.
389.
390.
Pasal 21
391.
392.
393.
(1)
Setiap
Fasilitas Pelayanan
Tenaga
Kesehatan,
Kesehatan,
penyelenggara
penyelenggara
satuan
termasuk
keluarganya
dilarang menerima
Formula
yang
dapat
Bayi
dan/atau produk
distributor
bayi
lainnya
Eksklusif.
394.
395.
(2)
Bantuan
dari
produsen
atau
distributor
hanya
untuk
tujuan
membiayai
Pasal 22 . . .
Universitas Sumatera Utara
- 15 -
397.
398.
399.
Pasal 22
400.
401.
402.
sejenis
sebagaimana
dimaksud
404.
a.
secara terbuka;
b.
405.
406.
407.
408.
c. hanya
melalui
Fasilitas
Pelayanan
d. tidak
menampilkan
logo
dan
nama
produk
Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya pada saat dan
selama kegiatan berlangsung yang dapat menghambat program
pemberian ASI Eksklusif.
410.
411.
412.
Pasal 23
413.
414.
415.
416.
(1)
Tenaga
Kesehatan
yang
menerima
pernyataan
tertulis
keberhasilan
kepada
tidak
417.
418.
(2) Penyelenggara
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
kepada
Menteri
(3) Penyelenggara . . .
Universitas Sumatera Utara
- 16 -
419.
420.
421.
(3)
Penyelenggara
satuan
pendidikan
kesehatan yang menerima bantuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (2) wajib memberikan pernyataan tertulis
kepada
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan bahwa bantuan
tersebut
tidak
mengikat
dan
tidak menghambat keberhasilan program pemberian ASI
Eksklusif.
422.
423.
(4)
Pengurus
organisasi
profesi
di
bidang
kesehatan yang
menerima bantuan sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 21
ayat (2) wajib memberikan
pernyataan tertulis kepada Menteri bahwa bantuan tersebut
tidak
mengikat
dan
tidak
menghambat
keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.
424.
425.
426.
427.
Pasal 24
428.
429.
430. Dalam hal Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
menerima bantuan biaya pelatihan, penelitian dan pengembangan,
pertemuan ilmiah, dan/atau kegiatan lainnya yang sejenis maka
penggunaannya harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
431.
432.
433.
Pasal 25
434.
435.
436.
(1)
Setiap produsen atau distributor Susu
Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya dilarang memberikan
hadiah
dan/atau
bantuan
kepada
Tenaga
Kesehatan,
penyelenggara
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan,
penyelenggara satuan pendidikan kesehatan, dan organisasi
profesi di bidang kesehatan
termasuk
keluarganya
yang
dapat menghambat keberhasilan program pemberian ASI
Eksklusif, kecuali diberikan untuk tujuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (2).
(2) Setiap . . .
Universitas Sumatera Utara
- 17 -
437.
438.
439.
(2)
441.
443.
444.
445.
446.
447.
c.
448.
449.
450.
451.
452.
453.
Pasal 26
454.
455.
(1)
Penyelenggara
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan,
penyelenggara
satuan
pendidikan
kesehatan,
456.
dan/atau
457.
459.
461.
462.
463.
464.
465.
466.
467.
Pasal 27 . . .
Universitas Sumatera Utara
- 18 -
468.
469.
470.
Pasal 27
471.
472.
473.
476.
477.
Pasal 28
478.
479.
480. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan Susu
Formula Bayi dan produk bayi lainnya diatur dengan
Peraturan Menteri.
481.
482.
483.
Pasal 29
484.
485.
486.
(1)
Setiap
Tenaga
Kesehatan
yang
tidak
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,
Pasal
17, Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 23 ayat
(1), dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang
berupa:
487.
488.
a. teguran lisan;
489.
490.
dan/atau c.
b. teguran tertulis;
pencabutan izin.
491.
(2)
Setiap penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, penyelenggara satuan pendidikan, pengurus organisasi
profesi
di
bidang
kesehatan
serta
produsen
dan distributor Susu Formula Bayi dan/atau
produk
bayi
lainnya
yang
tidak
melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4), Pasal 19, Pasal 21
ayat (1), Pasal 23 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 25 ayat
(1) dan ayat (2), sertaPasal 26 ayat (1) dikenakan sanksi
administratif oleh pejabat yang berwenang berupa:
a.
teguran . . .
- 19 -
492.
493.
494.
teguran tertulis.
495.
(3) Ketentuan
mengenai
tata
cara
pengenaan
497.
498.
BAB V
499.
500.
501.
(1)
tempat sarana
harus
mendukung
program
ASI
Eksklusif.
502.
(2) Ketentuan
mengenai
dukungan
program
504.
(3)
506.
tata
(4)
cara penyediaan
Ketentuan
fasilitas
lebih
khusus
lanjut
menyusui
mengenai
dan/atau
508.
509.
510.
511.
512.
513.
514.
Pasal 31 . . .
- 20 -
515.
516.
517.
Pasal 31
518.
519.
520.
521.
terdiri atas:
522.
523.
a.
perusahaan; dan
524.
525.
527.
528.
Pasal 32
529.
530.
531.
532.
533.
534.
535.
a.
b.
c.
tempat rekreasi;
d.
e.
f.
bandar udara;
g.
pelabuhan laut;
h.
pusat-pusat perbelanjaan;
i.
gedung olahraga;
536.
537.
538.
539.
540.
541.
542.
543.
544.
545.
546.
547.
548.
549.
550.
551.
552.
553.
dan k.
554.
555.
556.
Pasal 33
557.
558.
559. Penyelenggara tempat sarana umum berupa Fasilitas
Pelayanan Kesehatan harus mendukung keberhasilan program
pemberian ASI Eksklusif dengan berpedoman pada 10 (sepuluh)
langkah menuju keberhasilan menyusui sebagai berikut:
560.
561.
562.
563.
a.
membuat . . .
- 21 -
564.
565.
566.
a.
membuat
kebijakan
tertulis
kepada
semua
pelayanan
dalam
b. melatih
semua
staf
c. menginformasikan
kepada
semua
ibu
hamil
e. membantu
ibu
cara
menyusui
dan
g. menerapkan
rawat
gabung
ibu
dengan
h.
i.
574.
575.
576.
577.
j.
mendorong
pendukung menyusui
dan
tersebut
keluar
setelah
pembentukan
merujuk
dari
ibu
kelompok
kepada
kelompok
Fasilitas
Pelayanan
memberikan
kesempatan
Kesehatan.
578.
579.
580.
Pasal 34
581.
582.
583.
584.
Pengurus
kepada
ibu
Tempat
yang
Kerja
bekerja
wajib
untuk
memberikan
ASI Eksklusif
586.
587.
588.
589.
590.
591.
Pasal 35 . . .
- 22 -
592.
593.
594.
Pasal 35
595.
596.
597.
598.
600.
601.
Pasal 36
602.
603.
604.
607.
608.
609.
610.
611.
Pasal 37
612.
613.
614.
615.
(1)
Masyarakat
keberhasilan program
pemberian
harus
ASI
mendukung
Eksklusif
baik
secara
617.
619.
kebijakan
dan/atau
pelaksanaan
b.
penyebarluasan
informasi
kepada
masyarakat luas
c.
pemantauan
dan
evaluasi
pelaksanaan
623.
624.
d. penyediaan . . .
- 23 -
625.
626.
627.
pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
629.
630.
631.
632.
633.
634.
Pasal 38
635.
636.
637.
638.
dari
Anggaran
Pendapatan
dan
Pendapatan dan Belanja Daerah, atau sumber lain yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
639.
640.
641.
642.
BAB VIII
643.
(1)
fungsi, dan
pemberian
ASI
kewenangan masing-masing.
644.
645.
(2) Pembinaan
dan
pengawasan
sebagaimana
647.
648.
649.
650.
a.
meningkatkan . . .
- 24 -
651.
652.
653.
a. meningkatkan peran sumber daya
manusia di bidang
kesehatan,
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan, dan satuan pendidikan kesehatan dalam mendukung
keberhasilan
program pemberian ASI Eksklusif;
654.
b. meningkatkan peran dan dukungan
Keluarga dan
masyarakat untuk keberhasilan program
pemberian ASI Eksklusif; dan
655.
c.
meningkatkan peran dan dukungan
pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara sarana umum untuk
keberhasilan
program
pemberian
ASI
Eksklusif.
656.
(3) Pembinaan
dan
pengawasan
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
657.
658.
sebagaimana
659.
660.
b. pelatihan
dan
peningkatan
kualitas
Kesehatan dan tenaga terlatih; dan/atau
661.
c.
Tenaga
662.
(4)
Menteri, menteri terkait, kepala
lembaga
pemerintah
non
kementerian,
gubernur,
dan
bupati/walikota dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(3)
dapat
mengikutsertakan masyarakat.
663.
664.
665.
Pasal 40
666.
667.
668.
(1)
Pengawasan
terhadap
produsen
atau
distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yang
melakukan
kegiatan
pengiklanan
Susu
Formula Bayi yang dimuat dalam media massa, baik cetak
maupun elektronik, dan media luar ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 huruf e dilaksanakan oleh badan yang
melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang pengawasan
obat dan makanan.
(2) Ketentuan . . .
Universitas Sumatera Utara
- 25 -
669.
670.
671.
(2)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
tugas pemerintahan
di
yang
bidang
pengawasan
dan makanan.
672.
673.
674.
675.
676.
677.
Pasal 41
678.
679.
680.
681.
683.
684.
685.
686.
687.
Pasal 42
688.
689.
690.
Pada
saat
Peraturan
Pemerintah
ini
mulai
berlaku,
692.
693.
694.
695.
Pasal 43
696.
697.
698.
Peraturan
Pemerintah
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan.
Agar . . .
Universitas Sumatera Utara
- 26 -
699.
700.
701.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
703.
704.
705.
706.
Ditetapkan di Jakarta
707.
708.
709.
710.
711.
712.
713.
714.
715.
Diundangkan di
Jakarta pada
tanggal 1 Maret
2012
716.
717.
718.
719.
720.
ttd.
721.
722.
723.
AMIR SYAMSUDIN
724.
725.
726. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012
NOMOR 58
727.
728.
729.
731.
732.
733.
734.
735.
736.
Wisnu Setiawan
737.
738.
739.
740.
741.
742.
743.
744.
PENJELASAN ATAS
TENTANG
746.
747.
748.
749.
750.
751.
I.
UMUM
752.
757. Pola pemberian makan terbaik untuk Bayi sejak lahir sampai
anak berumur 2 (dua) tahun meliputi: (a) memberikan ASI kepada
Bayi segera dalam waktu 1 (satu) jam setelah lahir; (b)
memberikan hanya ASI saja sejak lahir sampai umur 6 (enam)
bulan. Hampir semua ibu dapat dengan sukses menyusui diukur
dari permulaan pemberian ASI dalam jam pertama kehidupan
Bayi. Menyusui menurunkan risiko infeksi akut seperti diare,
pnemonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan
infeksi saluran kemih. Menyusui juga melindungi Bayi dari
penyakit kronis masa depan seperti diabetes tipe 1. Menyusui
selama masa Bayi berhubungan dengan penurunan tekanan darah
dan kolesterol serum total, berhubungan dengan prevalensi
diabetes tipe 2 yang lebih rendah, serta kelebihan berat badan dan
obesitas pada masa remaja dan dewasa.
758.
759.
760.
761.
762.
Menyusui . . .
-2-
763.
764.
765.
766.
767.
bulan;
(MP-ASI)
yang
tepat
sejak
genap
umur
769.
Beberapa
kendala
dalam
hal
Pelayanan
Kesehatan,
dan
produsen
makanan
bayi
771.
pemberian
ASI
Eksklusif
perlu
dilakukan
upaya
untuk
Untuk
maksud
tersebut,
maka
diperlukan
Peraturan
773.
774.
1. tanggung
jawab
Pemerintah,
pemerintah
daerah
provinsi,
dan
776.
II. PASAL . . .
-3-
777.
778.
779.
780.
783.
784.
Pasal 1
785.
786.
Cukup jelas.
787.
788.
789.
Pasal 2
790.
791.
Cukup jelas.
792.
793.
794.
Pasal 3
795.
796.
Huruf a
797.
798.
800.
802.
Huruf b
803.
804.
Cukup jelas.
Huruf c
805.
Cukup jelas.
Huruf d
806.
Cukup jelas.
Huruf e
807.
Cukup jelas.
Huruf f
808.
Cukup jelas.
Huruf g
809.
Cukup jelas.
Huruf h
810.
Cukup jelas.
811.
812.
813.
814.
Pasal 4 . . .
-4-
815.
816.
817.
818.
819.
Pasal 4
820.
821.
Huruf a
822.
823.
Dalam
melaksanakan
kebijakan
nasional,
daerah
825.
Dalam
Eksklusif
menetapkan
di
daerah,
kebijakan
program
pemerintah
daerah
pemberian
provinsi
ASI
dapat
827.
Huruf b
828.
829.
Cukup
jelas. Huruf c
830.
Cukup
jelas. Huruf d
831.
Cukup
jelas. Huruf e
832.
Cukup
jelas. Huruf f
833.
Cukup
jelas. Huruf g
834.
Cukup
jelas. Huruf h
835. Cukup
jelas.
836.
837.
838.
839.
840.
841.
Pasal 5 . . .
-5-
842.
843.
844.
845.
846.
Pasal 5
847.
848.
Huruf a
849.
850.
Dalam
melaksanakan
kabupaten/kota
dapat
kebijakan
menetapkan
nasional,
peraturan
daerah
daerah
atau
852.
Dalam
menetapkan
kebijakan
program
pemberian
ASI
854.
Huruf b
855.
856.
Cukup
jelas. Huruf c
857.
Cukup
jelas. Huruf d
858.
Cukup
jelas. Huruf e
859.
Cukup
jelas. Huruf f
860.
Cukup
jelas. Huruf g
861.
Cukup
jelas. Huruf h
862. Cukup
jelas.
863.
864.
865.
Pasal 6 . . .
-6-
866.
867.
868.
869.
870.
Pasal 6
871.
872.
Cukup jelas.
873.
874.
875.
Pasal 7
876.
877.
Huruf a
878.
893.
894.
Kondisi . . .
-7-
895.
896.
897.
898.
899.
901.
a.
ibu
yang
dapat
dibenarkan
Virus.
Dalam
alasan
terinfeksi
kondisi
tidak
Human
tersebut,
pengganti
b. ibu
yang
dapat
dibenarkan
alasan
1.
misalnya
sepsis
(infeksi
demam
tinggi
2. infeksi
Virus
Herpes
Simplex
tipe
(HSV-1)
di
3. pengobatan ibu:
906.
907.
a) obatobatan
psikoterapi jenis
penenang,
obat
b)
910.
911.
Kondisi . . .
-8-
912.
913.
914.
915.
916.
c)
penggunaan yodium
atau
membran
hormon
mukosa,
tiroid
dapat
atau kelainan
920.
Huruf b
921.
922.
ibu
meninggal
dunia,
ibu
tidak
dapat
diketahui
tidak
dapat
memenuhi
kewajibannya
atau
anak tidak
memperoleh haknya.
923.
924. Huruf c
925.
926.
b.
927.
928.
929.
Pasal 8
930.
931.
Ayat (1)
932.
933.
Cukup
Cukup
943.
Pasal 9 . . .
-9-
944.
945.
946.
947.
948.
Pasal 9
949.
950.
Ayat (1)
951.
952.
setelah
melahirkan,
Bayi
masih
belum
1 (satu)
mau menyusu
954.
Ayat (2)
955.
956. Cukup
jelas.
957.
958.
959.
Pasal 10
960.
961.
Ayat (1)
962.
963.
965.
967.
Ayat (2)
968.
969. Cukup
jelas.
970.
971.
972.
Pasal 11
973.
974.
Ayat (1)
975.
976. Yang
yang
dimaksud
977. menyumbangkan
anaknya.
978.
979.
980.
dengan
ASI
pendonor
kepada
Bayi
ASI
yang
adalah
ibu
bukan
981.
- 10
-
982.
Ayat (2) . . .
- 11
-
983.
984.
985.
986.
987.
Ayat (2)
988.
989.
Cukup
kebersihan,
cara
penyimpanan,
cara
pemberian,
atau
cara
memerah ASI.
991.
992.
Ayat (4)
993.
994. Cukup
jelas.
995.
996.
997.
Pasal 12
998.
999.
Ayat (1)
1000.
1004.
1005. Pasal 13
1006.
1009. Cukup
jelas. Ayat (2)
1010. Huruf
a
1011.
1015.
1016.
1017.
1018.
- 12
-
1019. Huruf d
1020.
1024. A
yat (3)
1025.
1028. A
yat (4)
1029.
1034. Cukup
jelas.
1035.
1036. Pasal 15
1037.
1038. Cukup
jelas.
1039.
1040. Pasal 16
1041.
1044. Dalam hal ibu dari Bayi yang memerlukan Susu Formula Bayi
atau produk susu bayi lainnya tersebut telah meninggal dunia,
sakit berat, sedang menderita gangguan jiwa berat, dan/atau tidak
diketahui keberadaannya, peragaan dan penjelasan atas
penggunaan dan penyajian Susu Formula Bayi atau produk susu
bayi lainnya hanya dapat dilakukan terbatas pada Keluarga yang
Pasal 17 . . .
Universitas Sumatera Utara
- 13
akan mengurus dan merawat
- Bayi tersebut.
Pasal 17 . . .
Universitas Sumatera Utara
- 14
-
1045.
1046.
1047.
1048.
1049. Pasal 17
1050.
1053. Yang
dimaksud
dengan
produk
bayi
lainnya
adalah
1063.
1064. Pasal 19
1065.
1068.
1069. Pasal 20
1070.
1073.
1074. Pasal 21
1075.
1078.
1079. Pasal 22
1080.
1081. Huruf a
1082.
antara
pemberi bantuan
dan
penerima
Huruf b . . .
Universitas Sumatera Utara
- 15
-
1084.
1085.
1086.
1087.
1088. H
uruf b
1089.
1092. H
uruf c
1093.
1094. Cukup
jelas. Huruf d
1095. Cukup
jelas.
1096.
1097.
1098. Pasal 23
1099.
1100. Cukup
jelas.
1101.
1102.
1103. Pasal 24
1104.
perundang-undangan
antara
lain
peraturan
1109. Cukup
jelas.
1110.
1111.
1112. Pasal 26
1113.
1114. Cukup
jelas.
1115.
1116.
1117. Pasal 27
1118.
1119. Cukup
jelas.
1120.
1121.
1122. Pasal 28
1123.
Pasal 30 . . .
1124. Cukup
jelas.
- 16
-
1125.
1126.
1127. Pasal 29
1128.
1129. Cukup
jelas.
Pasal 30 . . .
- 17
-
1130.
1131.
1132.
1133.
1134. Pasal 30
1135.
1138. Dalam
ketentuan
ini
yang
dimaksud
dengan
1142. Cukup
jelas. Ayat (3)
1143. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan fasilitas khusus
adalah ruang menyusui dan/atau memerah ASI yang dinamai
dengan ruang ASI.
1144.
1147. Cukup
jelas.
1148.
1149.
1150. Pasal 31
1151.
1152. Huruf a
1153.
peraturan perundang-
1156. Huruf b
1157.
1158. Yang
lembaga
dimaksud
dengan
perkantoran
termasuk
1159. pemasyarakatan
.
1160.
1161.
1162. Pasal 32
1163.
1166.
1167. Pasal 33
1168.
Pasal 34 . . .
- 18
-
Pasal 34 . . .
- 19
-
1170.
1171.
1172.
1173.
1174. Pasal 34
1175.
1176. Cukup
jelas.
1177.
1178.
1179. Pasal 35
1180.
1181. Cukup
jelas.
1182.
1183.
1184. Pasal 36
1185.
1190. A
yat (1)
1191.
1194.
a.
meminta
mendapatkan
hak
pelayanan
untuk
inisiasi menyusu
dari ibunya;
1197.
dan
- 20
-
1204.
1205.
1206.
1207.
1208. j. memilih . . .
1209.
1210.
1211.
1212.
1213.
1214.
j.
memilih
- 21 Fasilitas
Kesehatan
dan
Kesehatan
menjalankan
Pelayanan
Tenaga
yang
10 (sepuluh)
langkah menu
1215.
1216. A
y
a
t
(
2
)
1217.
1218. Cuk
up jelas.
Ayat (3)
1219. Cukup jelas.
1220.
1221. Pasal 38
1222.
1223. C
u
k
u
p
jel
as
.
1224.
1225. Pasal 39
1226.
1231. C
uk
up
jel
as
.
1232.
1233. Pasal 41
1234.
- 22
-
1235. C
u
k
u
p
jel
as
.
1236.
1237. Pasal 42
1238.
1239. C
uk
up
jel
as
.
1240.
1241. Pasal 43
1242.
1243. C
uk
up
jel
as
.
1244.
1245.
1246.