Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TEKNIK PEMBORAN
Operasi pemboran bertujuan untuk mencari hidrokarbon baik berupa gas,
minyak ataupun kondensat. Tujuan utama atau objek yang paling penting
adalah mencapai kedalaman akhir dengan aman, cepat dan ekonomis
disamping menjaga agar sumur tersebut dapat diproduksikan dengan jumlah
dan tenggang waktu yang menguntungkan. Tetapi pengalaman menunjukkan
bahwa tujuan diatas tidak selalu dapat dicapai.
Bukanlah hal yang jarang terjadi jika sumur harus ditinggalkan lebih
awal (premature abandonment) dan terjadinya hambatan dalam operasi
pemboran misalnya; rangkaian terjepit, hilang aliran, pembesaran lubang bor,
semburan liar, rusaknya formasi produktif. Semua ini adalah resiko yang
mahal yang harus dihadapi didalam industri minyak. Jika dihubungkan
dengan fluida pemboran, hambatan-hambatan diatas dapat ditimbulkan oleh
antara lain:
a. Kegagalan fluida pemboran berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Ketidaksesuaian (incompatibility) jenis atau tipe lumpur yang dipakai
dengan sifat-sifat formasi ataupun dengan operasi pemboran.
c. Tidak atau kurang berfungsinya alat-alat permukaan misal alat pemisah
dan pengontrol padatan, pompa Lumpur.
d. Pengelolaan lumpur yang keliru dan tidak efektif.
44
45
15000 psi. Rig pengeboran minyak dan gas bumi dapat digunakan tidak
hanya untuk mengidentifikasi sifat geologis dari reservoir tetapi juga untuk
membuat lubang yang memungkinkan pengambilan kandungan minyak atau
gas bumi dari reservoir tersebut. Dalam suatu rig pemboran terdapat 5 sistem
utama, yaitu : hoisting system (sistem angkat), rotary system (sistem putar),
circulating system (sistem sirkulasi), Blow out preventer system (BOP sistem)
dan power system (sistem tenaga).
Rig pengeboran bisa berada di atas tanah (on shore) atau di atas laut/lepas
pantai (off shore) tergantung kebutuhan pemakaianya. Walaupun rig lepas
pantai dapat melakukan pengeboran hingga ke dasar laut untuk mencari
mineral-mineral, teknologi dan keekonomian tambang bawah laut belum
dapat dilakukan secara komersial. Jenis-jenis rig pengeboran ada beberapa
diantaranya, yaitu:
46
a. Land Rig
Merupakan rig yang beroperasi di daratan dan dibedakan atas rig
besar dan rig kecil. Pada rig kecil biasanya hanya digunakan untuk
pekerjaan sederhana seperti Well Service atau Work Over.
Sementara itu, untuk rig besar bisa digunakan untuk operasi
pemboran, baik secara vertikal maupun directional. Rig darat ini
sendiri dirancang secara portable sehingga dapat dengan mudah
untuk dilakukan pembongkaran dan pemasangannya dan akan
dibawa menggunakan truk. Untuk wilayah yang sulit terjangkau,
dapat menggunakan heliportable.
c. Jackup Rig
Rig jenis ini menggunakan platform yang dapat mengapung
dengan menggunakan tiga atau empat kakinya. Kaki-kaki pada rig
ini
dapat
dinaikan
dan
diturunkan,
sehingga
untuk
48
d. Semi-submersible Rig
Jenis rig yang sering disebut semis ini merupakan model rig
yang mengapung (Flooded atau Ballasted) yang menggunakan
Hull atau semacam kaki. Rig ini dapat didirikan dengan
menggunakan tali mooring dan jangkar agar posisinya tetap diatas
permukaan laut. Dengan menggunakan Thruster (semacam balingbaling) yang berada disekelilingnya, dan Ballast Control System,
sistem ini dijalalankan dengan menggunakan komputer sehingga
rig ini mampu mengatur posisinya secara dinamis dan pada level
diatas air sesuai keinginan. Rig ini sering dipakai jika Jackup Rig
tidak mampu menjangkau permukaan dasar laut. Karena jenis rig
ini sangat stabil, maka rig ini sering dipakai pada lokasi yang
berombak besar dan memiliki cuaca buruk, dan pada kedalaman 90
hingga 750 meter.
49
e. Drill Ship
Merupakan jenis rig yang bersifat mobile dan diletakan di atas
kapal laut, sehingga sangat cocok untuk pengeboran di laut dalam
(dengan kedalaman lebih dari 2800 meter). Pada kapal ini,
didirikan menara dan bagian bawahnya terbuka ke laut (Moon
Pool). Dengan sistem Thruster yang dikendalikan dengan
komputer, dapat memungkinkan sistem ini dapat mengendalikan
posisi kapalnya. Memiliki daya muat yang lebih banyak sehingga
sering dipakai pada daerah terpencil maupun jauh dari daratan.
50
51
1. Supporting Structure
Supporting structure
adalah
konstruksi
menara
yang
dengan
52
................ (3-20)
dimana :
P = Wind loads, lb/ft2
V = kecepatan angin, mph
Sedangkan compressive load dapat dihitung dari jumlah berat
yang diderita hook ditambah dengan jumlah berat menara itu
sendiri (yang diderita oleh kaki kaki pada substructure).
53
e s c o p in g
m ast
h y d r o lic
ra m
d ra w w o rk
e n g in e
S ta n d In
P acked
Hoisting system
Peralatan pengangkatan terdiri dari :
54
a. Drawwork
Drawwork merupakan otak dari derrick, karena melalui
drawwork, seorang driller melakukan dan mengatur operasi
pemboran. Drawwork juga merupakan rumah atau tempat dari
gulungan drilling line. Desain daripada drawwork tergantung
dari beban yang harus dilayani, biasanya didisain dengan horse
power (Hp) dan kedalaman pemboran, dimana kedalamannya
harus disesuaikan dengan drill pipe-nya. Horse power out put
drawwork yang diperlukan untuk hoisting (pengangkatan
traveling block dan beban bebannya) adalah :
Hp
W . Vh 1
x
33000
e
................... (3-21)
dimana :
W = Hook load, lb
Vh = Kecepatan naik traveling block, ft/min
E = Effisiensi hook ke drawwork, umumnya 80% - 90%,
tergantung
(sheave bearing).
55
b. Overhead tools
Overhead tool merupakan rangkaian sekumpulan peralatan
yang terdiri dari crown block, traveling block, hook dan
elevator.
c. Drilling line
Drilling line terdiri dari reveed drilling line, dead line, dead
line anchor dan storage and suplay. Drilling line digunakan
untuk menahan (menarik) beban pada hook. Drilling line terbuat
dari baja dan merupakan kumpulan kawat baja yang kecil dan
diatur sedemikian rupa hingga merupakan suatu lilitan. Lilitan
ini terdiri dari enam kumpulan dan satu bagian tengah yang
disebut core dan terbuat dari berbagai macam bahan seperti
plastic dan textile.
56
c r o w n b lo c k
w a te r t a b le
d r illin g lin e s
tr a v e llin g b lo c k
la tc h fo r
e le v a t o r lin k
s a f e t y la t c h
fo r h o o k
H o o k
f a s t lin e
re e v e d
d r illin g lin e
d e a d lin e
a n c h o r
s u p p ly re e l
(s to ra g e )
57
Sistem Putar
Fungsi utama dari sistem putar (rotary system) adalah untuk
pahat
untuk
penembusan
(penetration).
c. Meneruskan putaran ke mata bor dan
d. Menyalurkan fluida pemboran yang bertekanan ke mata bor.
Rangkaian pipa bor, meliputi :
a. Swivel.
b. Kelly.
c. Drill Pipe.
d. HWDP.
e. Drill Collar.
3. Mata bor atau bit.
Mata bor merupakan peralatan yang langsung menyentuh
formasi, berfungsi untuk menghancurkan dan menembus formasi,
dengan cara memberi beban pada mata bor. Jenis-jenis mata bor
terdiri dari :
a. Drag Bit
b. Roller-cone Bit
c. Diamond Bit
Sistem putar yang digunakan pada pemboran minyak terbagi
menjadi dua, yaitu :
1. Sistem Putaran Konvensional ( menggunakan rotary table ).
Digerakkan oleh power yang sama, yang digunakan pada sistem
angkat. Bisa digunakan bersama-sama atau sendiri-sendiri. Pada
sistem konvensional ini memerlukan alat yang disebut Kelly.
2. Sistem Putar Modern ( Top Drive )
Merupakan sistem putar tetapi sudah tidak menggunakan rotary
table ( meja putar ) tetapi sudah mempunyai mesin penggerak
sendiri yang terpisah dengan sistem angkat. Pada sistem putar
terdapat pipa putar yang mentransmisikan putaran dari meja
putar ke bit / pahat.
59
K e lly
Penam pang
K e lly
M a s te r B u s h in g
60
Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi terdiri dari empat sub-komponen utama, yaitu :
1. Fluida Pemboran.
Fluida pemboran adalah merupakan suatu campuran cairan
(liquid) dari beberapa komponen yang terdiri dari : air (tawar atau
asin), minyak, tanah liat (clay), bahan-bahan kimia (chemical
additives), gas, udara, busa maupun detergen. Dilapangan fluida
pemboran dikenal sebagai lumpur . Dalam penentuan
komposisinya ditentukan oleh kondisi lubang bor dan jenis formasi
yang di tembus mata bor. Ada dua hal penting dalam penentuan
komposisi lumpur pemboran, yaitu :
a. Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin
besar laju penembusan.
b. Semakin berat dan kental suatu lumpur pemboran, semakin
mudah untuk mengontrol kondisi di bawah permukaan, seperti
masuknya fluida formasi bertekanan tinggi (dikenal sebagai
kick ). Bila keadaan ini tidak dapat diatasi akan menyebabkan
terjadinya semburan liar (blowout).
61
2. Tempat Persiapan
Ditempatkan pada sistem sirkulasi dimulai yaitu dekat pompa
Lumpur. Tempat persiapan meliputi :
a. Mud house.
b. Steel mud pits / tanks.
c. Mixing hopper.
d. Chemical mixing barrel.
e. Bulk mud storage bins.
f. Water tanks.
g. Reserve pit.
3. Peralatan Sirkulasi.
Peralatan sirkulasi merupakan komponen utama dalam system
sirkulasi, turun kerangkaian pipa bor dan naik ke annulus
membawa serbuk bor kepermukaan menuju conditioning area
sebelum kembali ke mud pits untuk sirkulasi kembali. Peralatan
sirkulasi terdiri dari beberapa komponen khusus :
a. Mud pit
b. Mud pump.
c. Pump dischange and return lines.
d. Stand pipe.
e. Rotary house.
4. Conditioning Area.
Ditempatkan dekat rig. Area ini terdiri dari peralatan-perlatan
khusus yang digunakan untuk clean up Lumpur pemboran
setelah keluar dari lubang bor. Fungsi utama peralatan-peralatan ini
adalah untuk membersihkan Lumpur bor dari serbuk bor (cutting)
dan gas-gas yang terbawa. Ada dua metode pokok untuk
memisahkan cutting dan gas. Pertama yaitu menggunakan prinsip
gravitasi, dimana Lumpur dialirkan melalui shale shaker dan
setling tanks. Kedua yaitu secara mekanik, dimana peralatanperalatan khusus yang dipasang pada mud pits dapat memisahkan
Lumpur dan gas. Peralatannya terdiri dari :
a. Settling tanks : merupakan bak terbuat dari baja digunakan
untuk menampung lumpur bor selama conditioning.
62
peralatan
yang
63
64
D esander
S haker
Ta n k
D egasser
D e s ilt e r
M ix in g H o p p e r
S lu s h P u m p
S u c t io n T a n k
O p e n V a lv e
C lo s e V a l v e
O pen
V a lv e
C lo s e
V a lv e
O pen
V a lv e
C lo s e
V a lv e
H u b u n g a n S e ri
H u b u n g a n P a ra le l
65
o v e r flo w p ip e
u p p e r h o u s in g
fe e d
f e e d s e c t io n
lin e r
b o t to m s e c tio n
lin e r
v a lv e h o ld e r
v a lv e
c l a m p r in g
Gambar 2.20 Skema Penampang Desander
66
1 5
G o o s e -n e c k
In t . L in e - p ip e
T h re a d
E x t. L in e - p ip e
T h re a d
R o ta ry
D r illin g H o s e
A P I S ta n d a rd
R o ta r y C o n n e c tio n
L H
S w iv e l S t e m
S w iv e l S u b
untuk menahan tekanan dari lubang bor. Peralatan ini disediakan pada
operasi
pemboran
karena
peramalan
tekanan
tidak
selalu
67
68
69
Sistem Tenaga
Sistem tenaga dalam operasi pemboran terdiri dari power suplay
untuk
meneruskan
tenaga
yang
diperlukan
untuk
70
W=FxS
.................................. (3-22)
dimana :
W = Kerja (work), lb ft
F= Gaya, lb.
S= Jarak, ft
Prime mover sebagai sistem daya penggerak harus mampu
mendukung keperluan fungsi angkat, putar, pemompaan, penerangan,
dan lain lain. Dengan demikian perencanaan dan pemilihan tipe dan
jenis prime mover yang dipergunakan harus memperhatikan hal
tersebut.
T w o E n g in e s
T h r e e E n g in e s
F o u r E n g in e s
71
K e te ra n g a n :
1 . D ie s e l E n g i n e
2 . C o n tr o l U n it
3 . D r a w w o r k A s s e m b ly
4 . R o ta r y S y s te m
5. M ud Pum p
6 . D r i l l e r 's C o n s o l e
72
Sistem Penunjang
Peralatan penunjang membantu pelaksanaan maupun penyelesaian
suatu sumur pemboran. Peralatan penunjang ini terdiri dari sistem
penyemenan dan peralatan penunjang lainnya.
1. Sistem Penyemenan
Penyemenan suatu sumur merupakan salah satu faktor
yang penting dalam suatu operasi pemboran. Berhasilnya
atau tidaknya suatu pemboran, diantaranya tergantung dari
berhasil tidaknya penyemenan sumur tersebut. Peralatan
penyemenan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :
1. Peralatan di atas permukaan (surface equipment)
Peralatan penyemenan di atas permukaan meliputi :
a. Cementing unit
Adalah suatu unit pompa yang mempunyai fungsi
untuk
memompakan
bubur
semen
dan
lumpur
73
74
b. Flow line
Merupakan pipa yang berfungsi untuk mengalirkan
bubur semen yang dipompakan dari cementing unit ke
cementing head.
c. Cementing head
Berfungsi untuk mengatur aliran bubur semen yang
masuk ke lubang bor. Ada dua type cementing head,
yaitu :
Mac clatchie cementing head. Merupakan tipe
cementing head yang cara penggunaannya (pada
waktu pemasukan bottom plug dan top plug) dengan
jalan membuka dan memasang kembali.
Plug container. Tipe ini lebih praktis dari mac
clatchie, karena pada plug container ini pemasangan
top plug dan bottom plug tidak perlu membukanya,
akan tetapi sudah terpasang sebelumnya.
75
76
Surface casing
Intermediate casing
Production casing
Liner (Perforated Interval)
Diameter
Grade
Panjang
30 ft / stand
Berat
Thread
4 thread / inch. 60
b. Centralizer
Untuk mendapatkan cincin semen yang baik
(merata), casing harus terletak di tengah-tengah lubang,
untuk itu casing dilengkapi dengan centralizer.
77
Fungsi centralizer :
Menempatkan casing di tengah-tengah lubang
Menyekrap mud cake
Mencegah terjadinya differential sticking.
Centralizer dibuat dari bahan baja, sehingga mampu
mendorong casing di tengah-tengah lubang.
c. Scratchers
Adalah suatu alat yang dirangkaikan atau dipasang
pada casing dan berfungsi untuk membersihkan dinding
lubang bor dari mud cake, sehingga didapat lubang bor
yang bersih.
Ada dua jenis scratchers :
1. Rotation type wall scratcher
2. Reciprecasing type scratcher
78
d. Peralatan floating
Peralatan floating terdiri dari shoe dan collar.
Shoe
Ada dua jenis shoe yaitu casing shoe dan float shoe
yang masing-masing dari shoe tersebut memiliki
fungsi sendiri-sendiri.
1. Casing shoe
Biasanya berbentuk bulat pada bagian bawah
dan ditempatkan pada ujung terbawah dari
rangkaian casing dan dalamnya tidak terdapat
valve (katub). Casing shoe berfungsi sebagai
sepatu
dan
pemandu
untuk
memudahkan
80
Collar
Merupakan suatu shock penahan yang dipasang
beberapa meter di atas shoe, berfungsi untuk
menahan bottom plug dan top plug. Collar dibuat
dari bahan yang dapat dibor lagi (drillable).
Ada dua jenis collar :
1. Guide collar : tidak dilengkapi valve, sehingga
tidak dapat menahan tekanan balik.
2. Float collar : dilengkapi valve.
e. Shoe trach
Merupakan pipa casing yang dipasang antara shoe
dan collar sepanjang satu batang atau lebih, tergantung
dari ketinggian semen di annulus. Karena ketinggian
semen di annulus akan menentukan perbedaan tekanan
hidrostatik diluar dan didalam casing pada waktu
memasukkan top plug. Shoe trach berfungsi untuk
menampung bubur semen yang bercampur udara atau
lumpur pendorong, agar tidak keluar annulus disekitar
shoe.
f. Cementing plug
81
casing
dari
semen
dan
juga
untuk
mendorong
bubur
semen,
bottom
plug)
dibawah,maka
tekanan
82
R ubber
D ia p h r a g m
C ast
A lu m in iu m
S o lid
C o re
M o ld e d
R ubber Body
C ast
A lu m in iu m
H o llo w
C o re
M o ld e d
Rubber Body
Gambar 2.36 Penampang Top Plug (a) dan Bottom Plug (b)
T o p
P lu g
D ia p h r a g m
R u p tu re d
S o lid
C o re
B o tto m
P lu g
F lo a t
C o lla r
83
84
b. Power Tongs
Fungsinya sama dengan kunci Wilson, tetapi bekerja
secara hidrolis atau elektris.
85
3. Fishing Tools
a.
Operasi Pemancingan
Operasi pemancingan
adalah
operasi
untuk
86
b.
bermacam-macam
alat
dimana
setiap
alat
87
88
Fishing Magnet
Magnet dapat menarik benda-benda dari dasar lubang
bor. Jika terjadi twist off, pipa bagian diangkat dari dalam
lubang bor. Kedalaman twist off harus ditentukan dan
bagian atas dari pipa yang tertinggal dibubut dengan alat
khusus
untuk
menghilangkan
bagian-bagian
yang
89
90
Bit dan rangkaian peralatan yang rebah pada dasar lubang akan
menjadi panas karena efek gesekan dan putaran yang kontinyu.
Sistem lumpur dengan panas jenis yang memadai diperlukan agar
peralatan tidak menjadi rusak dan bit tahan lebih lama.
Media logging
Dalam pemboran horizontal digunakan MWD system yang
dapat mencatat resistivity dan radioaktivitas formasi. Sensor MWD
memerlukan media penghantar elektrolit untuk dapat mencatat data
dengan baik. Water base mud dan emulsion mud dapat digunakan
untuk tujuan ini.
Mengimbangi tekanan formasi
Lumpur
dengan
densitas
tertentu
diperlukan
untuk
91
Plastic Viscosity
Ukuran gaya gesek pada partikel lumpur antara partikel padat-
Yield Point
Sifat ini menunjukkan gaya elektrokimia antara padatan-padatan,
Laju Tapisan
Laju tapisan merupakan indikasi jumlah cairan yang masuk ke
Tebal Ampas
Tebal ampas berhubungan dengan presentasi padatan, sifat kimia
Alkalinity Pf dan Mf
92
Kesadahan Total
Sifat ini berhubungan dengan besarnya konsentrasi ion Ca +2 dan
PH
Sifat ini menunjukkan besarnya ion hydroxyl didalam lumpur,
93
94
95
resinorganik,
minyak.
Pertimbangan
seperti
temperature,
96
Hilang Aliran
Hilangya atau tidak kembalinya seluruh atau sebagian lumpur
Ketidakstabilan Shale
Ketidakstabilan shale menyebabkan kesulitan pemboran yang
masuknya
selubung,
97
penyemenan
yang
jelek
dan
dasar air adalah tidak bersifat korosif, tetapi rusaknya zat-zat organik
karena panas atau karena ulah bakteri akan menghasilkan bahan-bahan
korosif. Kontaminasi zat-zat asam seperti CO2 dan H2S juga air
formasi dapat menimbulkan korosi yang parah.
98
rangkaian casing akibat pemakaian lumpur dengan densitas yang tinggi untuk
mengimbangi tekanan formasi abnormal.
2.5.1 Perencanaan Setting Depth Casing
Suatu pemboran membutuhkan beberapa rangkaian casing dalam
pelaksanaannya untuk mencapai kedalaman total yang diinginkan. Beberapa
tipe casing yang ada, yaitu:
Drive atau structural pipe.
Conduktor casing.
Surface casing.
Intermediate casing.
Production casing.
Liner.
Tubing.
Sebelum memulai prosedur perencanaan setting depth point, ada
beberapa criteria perencanaan yang harus diikuti. Kriteria-kriteria tersebut
mengandung faktor-faktor keselamatan yang harus dimasukkan dalam
perencanaan setting depth casing. Ada 6 kriteria yang harus diperhatikan,
yaitu sebagai berikut:
1. Swab factor (atau dikenal sebagai trip margin), dinyatakan dalam ppg
ekivalen berat lumpur (EMW), menunjukkan sejumlah berat lumpur yang
harus ditambahkan agar melebihi besarnya tekanan formasi untuk
menghindari terjadinya efek swabbing pada saat pencabutan string.
2. Surge factor, dinyatakan dalam ppg EMW, merupakan sejumlah minimum
berat yang perlu ditambahkan pada gradient rekah dibawah kaki casing,
mengimbangi berat lumpur disumur, untuk menghindari pecahnya formasi
pada saat casing dimasukkan.
3. Safety factor, dinyatakan dalam ppg EMW, merupakan tambahan jumlah
pada gradient rekah minimum pada criteria 2, untuk memberikan harga
yang memadai pada saat prosedur operasional dilakukan.
99
100
60 RPM ...(1)
log
log
60 RPM
..(2)
12WOB
1000
dimana:
d = d-exponen
R = laju pemboran, ft/hr
WOB = weight on bit, 1000 lbs/in bit diameter
RPM = kecepatan putar
Persamaan (2) kemudian dimodifikasikan, dengan memasukkan pengaruh
densitas lumpur, menjadi:
mn
..(3)
dcorr d
mc
dimana:
dcorr = d-exponent terkoreksi.
mn = densitas lumpur pada tekanan formasi normal (9ppg).
mc = densitas lumpur pada saat sirkulasi, ppg.
Jika harga dcorr diplot terhadap kedalam, akan menunjukkan peningkatan
secara linier jika tekanan pori formasi normal, akan tetapi akan berkurang
secara tajam jika laju pemboran meningkat akibat peningkatan tekanan pori
formasi.
2.5.6 Deteksi Tekanan Rekah Formasi
Tekanan rekah adalah tekanan hidrostatik formasi maksimum yang dapat
ditahan tanpa menyebabkan terjadinya pecah. Besarnya gradient rekah
101
.(4)
D
3 D
D
dimana:
Pf = tekanan rekah, psi.
Pob = tekanan overburden, psi.
P = tekanan formasi, psi.
D = kedalaman, ft.
bila dianggap gradien tekanan overburden (Pob/D) adalah 1 psi/ft, maka
persamaan (4) menjadi:
Pf
1
D
1 2
D
3
Df
(5)
P Pob P
Ki
D
D
..(6)
102
P Pob P
(K )
D
D
..(7)
dimana :
K
Pmendatar
Ptegak ...(8)
P Pob P
D
D
1 (9)
Pob
0.94
D
.
(10)
Pob
Ka 3.2
2.24
D
jika
Pob
0.94
D
.(11)
Sedangkan bila kejadiannya berada dibawah permukaan laut maka hargaharga tersebut diatas perlu dikoreksi, hal ini dapat diterangkan oleh Zamora
sebagai berikut:
Fc
f D Dw 8.5Dw
D
..
(12)
dimana:
Fc = gradient tekanan rekah yang telah dikoreksi.
Dw = ketinggian air laut.
103