Вы находитесь на странице: 1из 60

BAB II

TEKNIK PEMBORAN
Operasi pemboran bertujuan untuk mencari hidrokarbon baik berupa gas,
minyak ataupun kondensat. Tujuan utama atau objek yang paling penting
adalah mencapai kedalaman akhir dengan aman, cepat dan ekonomis
disamping menjaga agar sumur tersebut dapat diproduksikan dengan jumlah
dan tenggang waktu yang menguntungkan. Tetapi pengalaman menunjukkan
bahwa tujuan diatas tidak selalu dapat dicapai.
Bukanlah hal yang jarang terjadi jika sumur harus ditinggalkan lebih
awal (premature abandonment) dan terjadinya hambatan dalam operasi
pemboran misalnya; rangkaian terjepit, hilang aliran, pembesaran lubang bor,
semburan liar, rusaknya formasi produktif. Semua ini adalah resiko yang
mahal yang harus dihadapi didalam industri minyak. Jika dihubungkan
dengan fluida pemboran, hambatan-hambatan diatas dapat ditimbulkan oleh
antara lain:
a. Kegagalan fluida pemboran berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Ketidaksesuaian (incompatibility) jenis atau tipe lumpur yang dipakai
dengan sifat-sifat formasi ataupun dengan operasi pemboran.
c. Tidak atau kurang berfungsinya alat-alat permukaan misal alat pemisah
dan pengontrol padatan, pompa Lumpur.
d. Pengelolaan lumpur yang keliru dan tidak efektif.

44

2.1. Tujuan Pemboran


Pemboran dalam industri minyak dan gas bumi umumnya bertujuan untuk
mencapai formasi produktif atau formasi yang mengandung hidrokarbon.
Tujuan utama dari proses pemboran adalah membuat lubang yang
menghubungkan surface dan subsurface. Selain itu pemboran juga berfungsi
untuk memperoleh data-data bawah permukaan dan membuktikan apakah
terdapat hidrokarbon atau tidak.
Untuk mendapatkan efisiensi yang besar dan hasil yang optimum, perlu
adanya perencanaan yang sangat matang dan cermat dalam suatu kegiatan
pemboran. Perencanaan yang dimaksud meliputi perencanaan peralatan
pemboran yang akan digunakan, perencanaan lumpur dan hidrolikanya,
perencanaan casing, perencanaan penyemenan dan perencanaan peralatan
penunjang lainnya

2.2 Rig Pemboran


Rig pengeboran adalah suatu instalasi peralatan untuk melakukan
pengeboran ke dalam reservoir bawah tanah untuk memperoleh air, minyak,
atau gas bumi, atau deposit mineral bawah tanah. Istilah "rig" mengacu pada
kumpulan peralatan yang digunakan untuk melakukan pengeboran pada
permukaan kerak Bumi untuk mengambil contoh minyak, air, atau mineral.
Dalam suatu Instalasi pemboran, terutama untuk pemboran migas &
geothermal, lazimnya menggunakan spesifikasi peralatan yang mampu
bekerja pada rating tekanan yang cukup tinggi mulai dari 2000 psi sampai

45

15000 psi. Rig pengeboran minyak dan gas bumi dapat digunakan tidak
hanya untuk mengidentifikasi sifat geologis dari reservoir tetapi juga untuk
membuat lubang yang memungkinkan pengambilan kandungan minyak atau
gas bumi dari reservoir tersebut. Dalam suatu rig pemboran terdapat 5 sistem
utama, yaitu : hoisting system (sistem angkat), rotary system (sistem putar),
circulating system (sistem sirkulasi), Blow out preventer system (BOP sistem)
dan power system (sistem tenaga).
Rig pengeboran bisa berada di atas tanah (on shore) atau di atas laut/lepas
pantai (off shore) tergantung kebutuhan pemakaianya. Walaupun rig lepas
pantai dapat melakukan pengeboran hingga ke dasar laut untuk mencari
mineral-mineral, teknologi dan keekonomian tambang bawah laut belum
dapat dilakukan secara komersial. Jenis-jenis rig pengeboran ada beberapa
diantaranya, yaitu:

Gambar 2.1 Rig Pengeboran

46

a. Land Rig
Merupakan rig yang beroperasi di daratan dan dibedakan atas rig
besar dan rig kecil. Pada rig kecil biasanya hanya digunakan untuk
pekerjaan sederhana seperti Well Service atau Work Over.
Sementara itu, untuk rig besar bisa digunakan untuk operasi
pemboran, baik secara vertikal maupun directional. Rig darat ini
sendiri dirancang secara portable sehingga dapat dengan mudah
untuk dilakukan pembongkaran dan pemasangannya dan akan
dibawa menggunakan truk. Untuk wilayah yang sulit terjangkau,
dapat menggunakan heliportable.

Gambar 2.2 Land Rig

b. Swamp Barge Rig


Merupakan jenis rig laut yang hanya pada kedalaman
maksimum 7 meter. Dan sangat sering dipakai pada daerah rawarawa dan delta sungai. Rig jenis ini dilakukan dengan cara
memobilisasi rig ke dalam sumur, kemudian ditenggelamkan
dengan cara mengisi Ballast Tanksnya dengan air. Pada rig jenis
47

ini, proses pengeboran dilakukan setelah rig duduk didasar dan


Spud Cannya tertancap didasar laut.

Gambar 2.3 Swamp Barge Rig

c. Jackup Rig
Rig jenis ini menggunakan platform yang dapat mengapung
dengan menggunakan tiga atau empat kakinya. Kaki-kaki pada rig
ini

dapat

dinaikan

dan

diturunkan,

sehingga

untuk

pengoperasiannya semua kakinya harus diturunkan hingga ke dasar


laut. Kemudian, badan dari rig ini diangkat hingga di atas
permukaan air dan memiliki bentuk seperti platform. Untuk
melakukan perpindahan tempat, semua kakinya harus dinaikan dan
badan rignya akan mengapung dan ditarik menggunakan kapal.
Pada operasi pengeboran menggunakan rig jenis ini dapat mencapai
kedalaman lima hingga 200 meter.

48

Gambar 2.4 Jack Up Rig

d. Semi-submersible Rig
Jenis rig yang sering disebut semis ini merupakan model rig
yang mengapung (Flooded atau Ballasted) yang menggunakan
Hull atau semacam kaki. Rig ini dapat didirikan dengan
menggunakan tali mooring dan jangkar agar posisinya tetap diatas
permukaan laut. Dengan menggunakan Thruster (semacam balingbaling) yang berada disekelilingnya, dan Ballast Control System,
sistem ini dijalalankan dengan menggunakan komputer sehingga
rig ini mampu mengatur posisinya secara dinamis dan pada level
diatas air sesuai keinginan. Rig ini sering dipakai jika Jackup Rig
tidak mampu menjangkau permukaan dasar laut. Karena jenis rig
ini sangat stabil, maka rig ini sering dipakai pada lokasi yang
berombak besar dan memiliki cuaca buruk, dan pada kedalaman 90
hingga 750 meter.

49

Gambar 2.5 Semi-Submersible Rig

e. Drill Ship
Merupakan jenis rig yang bersifat mobile dan diletakan di atas
kapal laut, sehingga sangat cocok untuk pengeboran di laut dalam
(dengan kedalaman lebih dari 2800 meter). Pada kapal ini,
didirikan menara dan bagian bawahnya terbuka ke laut (Moon
Pool). Dengan sistem Thruster yang dikendalikan dengan
komputer, dapat memungkinkan sistem ini dapat mengendalikan
posisi kapalnya. Memiliki daya muat yang lebih banyak sehingga
sering dipakai pada daerah terpencil maupun jauh dari daratan.

50

Gambar 2.6 Drill Ship

2.3 Sistem Peralatan Pemboran


Menurut fungsinya, secara garis besar peralatan pemboran dapat dibagi
menjadi lima sistem peralatan utama, yaitu sistem tenaga, sistem angkat,
sistem putar, sistem sirkulasi, sistem pencegah sembur liar dan sistem
penunjang.
Sistem Angkat
Sistem angkat (hoisting system) merupakan salah satu komponen
utama dari peralatan pemboran. Fungsi utama sistem ini adalah
memberikan ruang kerja yang cukup untuk pengangkatan dan
penurunan rangkaian pipa bor dan peralatan lainnya. Sistem angkat
terdiri dari dua bagian utama, yaitu :

51

1. Supporting Structure
Supporting structure

adalah

konstruksi

menara

yang

ditempatkan diatas titik bor. Fungsi utamanya adalah untuk


menyangga peralatan peralatan pemboran dan juga memberi
ruang yang cukup bagi operasi pemboran. Supporting strucure
terdiri dari drilling tower (derrick atau mast), sub structiure dan rig
floor. Drilling tower atau biasa disebut menara pemboran dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Conventional atau standart derrick
b. Portable Skid Mast.
c. Mobile atau trailer mounted type mast.
Menara tipe standar (derrick) tidak dapat didirikan dalam satu
unit, akan tetapi pendiriannya disambung bagian demi bagian.
Menara jenis ini banyak digunakan pada pemboran sumur dalam
dimana membutuhkan lantai yang luas untuk tempat pipa pipa
pemboran. Untuk memindahkan derrick ini harus dilepas satu
persatu bagian kemudian dirangkai kembali di suatu tempat yang
telah ditentukan letaknya. Menara tipe portable posisi berdirinya
dari bagian yang

dikaitkan satu dengan lainnya

dengan

menggunakan las maupun scrup. Tipe ini dapat juga didirikan


dengan cara ditahan oleh telescoping dan diperkuat oleh talitali
yang ditambatkan secara tersebar. Dibandingkan tipe derrick, tipe
menara ini lebih murah, mudah dan cepat dalam pendiriannya,
transportnya murah, tetapi dalam penggunaannya terbatas pada
pemboran yang tidak terlalu dalam.
Menurut API menara yang terbuat dari besi baja tercantum
dalam standar 4A dan menara kayu tercantum standar 4B.
Sedangkan untuk tipe mast termasuk dalam 4D. Ukuran menara
pemboran yang penting ialah kapasitas, tinggi, luas lantai dan
tinggi lantai bor. Ukuran kekuatan derrick dibagi berdasarkan dua
jenis pembebanan, yaitu :
a. Compressive Load
b. Wind Load

52

Wind load dapat dihitung dengan persamaan :


P = 0.004.V2

................ (3-20)

dimana :
P = Wind loads, lb/ft2
V = kecepatan angin, mph
Sedangkan compressive load dapat dihitung dari jumlah berat
yang diderita hook ditambah dengan jumlah berat menara itu
sendiri (yang diderita oleh kaki kaki pada substructure).

Gambar 2.7 Menara Bor Standar Derrick

53

Gambar 2.8 Standart Rig (a) dan Portable Rig (b)

e s c o p in g
m ast
h y d r o lic
ra m
d ra w w o rk
e n g in e

S ta n d In

P acked

Gambar 2.9 Mobile / Trailer Mounted Type Mast

Hoisting system
Peralatan pengangkatan terdiri dari :
54

a. Drawwork
Drawwork merupakan otak dari derrick, karena melalui
drawwork, seorang driller melakukan dan mengatur operasi
pemboran. Drawwork juga merupakan rumah atau tempat dari
gulungan drilling line. Desain daripada drawwork tergantung
dari beban yang harus dilayani, biasanya didisain dengan horse
power (Hp) dan kedalaman pemboran, dimana kedalamannya
harus disesuaikan dengan drill pipe-nya. Horse power out put
drawwork yang diperlukan untuk hoisting (pengangkatan
traveling block dan beban bebannya) adalah :
Hp

W . Vh 1
x
33000
e

................... (3-21)

dimana :
W = Hook load, lb
Vh = Kecepatan naik traveling block, ft/min
E = Effisiensi hook ke drawwork, umumnya 80% - 90%,
tergantung

dari jumlah line dan kondisi bantalan kerekan

(sheave bearing).

55

Gambar 2.10 Skema Instalasi Drawwork

b. Overhead tools
Overhead tool merupakan rangkaian sekumpulan peralatan
yang terdiri dari crown block, traveling block, hook dan
elevator.
c. Drilling line
Drilling line terdiri dari reveed drilling line, dead line, dead
line anchor dan storage and suplay. Drilling line digunakan
untuk menahan (menarik) beban pada hook. Drilling line terbuat
dari baja dan merupakan kumpulan kawat baja yang kecil dan
diatur sedemikian rupa hingga merupakan suatu lilitan. Lilitan
ini terdiri dari enam kumpulan dan satu bagian tengah yang
disebut core dan terbuat dari berbagai macam bahan seperti
plastic dan textile.

56

c r o w n b lo c k
w a te r t a b le

d r illin g lin e s

tr a v e llin g b lo c k
la tc h fo r
e le v a t o r lin k
s a f e t y la t c h
fo r h o o k
H o o k

Gambar 2.11 Over-head Tools

f a s t lin e

re e v e d
d r illin g lin e

d e a d lin e
a n c h o r
s u p p ly re e l
(s to ra g e )

Gambar 2.12. Drilling Line

57

Gambar 2.13 Sistem Pengangkatan

Sistem Putar
Fungsi utama dari sistem putar (rotary system) adalah untuk

memutar rangkaian pipa bor dan juga memberikan beratan di atas


pahat untuk membor suatu formasi. Rotary system terdiri dari tiga sub
komponen, yaitu :
1. Rotary assembly
Peralatan putar berfungsi untuk :
a. Memutar rangkaian pipa bor selama operasi pemboran
berlangsung.
b. Menggantungkan rangkaian pipa bor yaitu dengan slip yang
dipasang (dimasukkan) pada rotary table ketika disambung atau
melepas bagian-bagian drill pipe.

Peralatan putar ditempatkan pada lantai bor di bawah


crownblock diatas lubang, terdiri dari :
a. Meja putar ( rotary table ).
b. Top drive.
c. Masterbushing
d. Kelly bushing.
e. Rotary slip.
58

2. Rangkaian pipa pemboran.


Rangkaian pipa bor menghubungkan antara swivel dan mata bor,
berfungsi untuk :
a. Menaik turunkan mata bor.
b. Memberikan beban diatas

pahat

untuk

penembusan

(penetration).
c. Meneruskan putaran ke mata bor dan
d. Menyalurkan fluida pemboran yang bertekanan ke mata bor.
Rangkaian pipa bor, meliputi :
a. Swivel.
b. Kelly.
c. Drill Pipe.
d. HWDP.
e. Drill Collar.
3. Mata bor atau bit.
Mata bor merupakan peralatan yang langsung menyentuh
formasi, berfungsi untuk menghancurkan dan menembus formasi,
dengan cara memberi beban pada mata bor. Jenis-jenis mata bor
terdiri dari :
a. Drag Bit
b. Roller-cone Bit
c. Diamond Bit
Sistem putar yang digunakan pada pemboran minyak terbagi
menjadi dua, yaitu :
1. Sistem Putaran Konvensional ( menggunakan rotary table ).
Digerakkan oleh power yang sama, yang digunakan pada sistem
angkat. Bisa digunakan bersama-sama atau sendiri-sendiri. Pada
sistem konvensional ini memerlukan alat yang disebut Kelly.
2. Sistem Putar Modern ( Top Drive )
Merupakan sistem putar tetapi sudah tidak menggunakan rotary
table ( meja putar ) tetapi sudah mempunyai mesin penggerak
sendiri yang terpisah dengan sistem angkat. Pada sistem putar
terdapat pipa putar yang mentransmisikan putaran dari meja
putar ke bit / pahat.

59

K e lly
Penam pang
K e lly
M a s te r B u s h in g

Gambar 2.14 Skema Rotary Table Dengan Master Bushing

Gambar 2.15 Skema Sistem Putar Dengan Rotary Table

60

Gambar 2.16 Skema Sistem Putar Dengan Top Drive

Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi terdiri dari empat sub-komponen utama, yaitu :
1. Fluida Pemboran.
Fluida pemboran adalah merupakan suatu campuran cairan
(liquid) dari beberapa komponen yang terdiri dari : air (tawar atau
asin), minyak, tanah liat (clay), bahan-bahan kimia (chemical
additives), gas, udara, busa maupun detergen. Dilapangan fluida
pemboran dikenal sebagai lumpur . Dalam penentuan
komposisinya ditentukan oleh kondisi lubang bor dan jenis formasi
yang di tembus mata bor. Ada dua hal penting dalam penentuan
komposisi lumpur pemboran, yaitu :
a. Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin
besar laju penembusan.
b. Semakin berat dan kental suatu lumpur pemboran, semakin
mudah untuk mengontrol kondisi di bawah permukaan, seperti
masuknya fluida formasi bertekanan tinggi (dikenal sebagai
kick ). Bila keadaan ini tidak dapat diatasi akan menyebabkan
terjadinya semburan liar (blowout).

61

2. Tempat Persiapan
Ditempatkan pada sistem sirkulasi dimulai yaitu dekat pompa
Lumpur. Tempat persiapan meliputi :
a. Mud house.
b. Steel mud pits / tanks.
c. Mixing hopper.
d. Chemical mixing barrel.
e. Bulk mud storage bins.
f. Water tanks.
g. Reserve pit.
3. Peralatan Sirkulasi.
Peralatan sirkulasi merupakan komponen utama dalam system
sirkulasi, turun kerangkaian pipa bor dan naik ke annulus
membawa serbuk bor kepermukaan menuju conditioning area
sebelum kembali ke mud pits untuk sirkulasi kembali. Peralatan
sirkulasi terdiri dari beberapa komponen khusus :
a. Mud pit
b. Mud pump.
c. Pump dischange and return lines.
d. Stand pipe.
e. Rotary house.
4. Conditioning Area.
Ditempatkan dekat rig. Area ini terdiri dari peralatan-perlatan
khusus yang digunakan untuk clean up Lumpur pemboran
setelah keluar dari lubang bor. Fungsi utama peralatan-peralatan ini
adalah untuk membersihkan Lumpur bor dari serbuk bor (cutting)
dan gas-gas yang terbawa. Ada dua metode pokok untuk
memisahkan cutting dan gas. Pertama yaitu menggunakan prinsip
gravitasi, dimana Lumpur dialirkan melalui shale shaker dan
setling tanks. Kedua yaitu secara mekanik, dimana peralatanperalatan khusus yang dipasang pada mud pits dapat memisahkan
Lumpur dan gas. Peralatannya terdiri dari :
a. Settling tanks : merupakan bak terbuat dari baja digunakan
untuk menampung lumpur bor selama conditioning.

62

b. Reserve pits : merupakan kolam besar yang digunakan untuk


menmpung cutting dari dalam lubang bor dan kadang-kadang
untuk menampung kelebihan lumpur bor.
c. Mud-gas separator : merupakan suatu

peralatan

yang

memisahkan gas yang terlarut dalam lumpur bor dalam jumlah


besar.
d. Shale shaker : merupakan peralatan yang memisahkan cuttings
yang besar dari lumpur bor.
e. Desander : merupakan peralatan yang memisahkan butir-butir
pasir dari lumpur.
f. Desilter : merupakan peralatan yang memisahkan partikelpartikel cutting yang berukuran paling halus dari lumpur.
g. Degasser : merupakan peralatan yang secara kontinyu
memisahkan gas terlarut dari lumpur.

63

Gambar 2.17 Sistem Sirkulasi

64

D esander

S haker
Ta n k

D egasser

D e s ilt e r

M ix in g H o p p e r
S lu s h P u m p
S u c t io n T a n k

Gambar 2.18 Skema Recondition Area

O p e n V a lv e

C lo s e V a l v e
O pen
V a lv e

C lo s e
V a lv e

O pen
V a lv e

C lo s e
V a lv e

H u b u n g a n S e ri

H u b u n g a n P a ra le l

Gambar 2.19. Aliran Pompa Lumpur

65

o v e r flo w p ip e
u p p e r h o u s in g
fe e d
f e e d s e c t io n
lin e r
b o t to m s e c tio n
lin e r
v a lv e h o ld e r
v a lv e
c l a m p r in g
Gambar 2.20 Skema Penampang Desander

Gambar 2.21 Skema Penampang Desilter

66

1 5
G o o s e -n e c k
In t . L in e - p ip e
T h re a d
E x t. L in e - p ip e
T h re a d
R o ta ry
D r illin g H o s e

A P I S ta n d a rd
R o ta r y C o n n e c tio n
L H

S w iv e l S t e m

S w iv e l S u b

Gambar 2.22 Skema Penampang Swivel

Sistem Pencegah Semburan Liar


Sistem pencegahan sembur liar (blow out preventer) dipasang

untuk menahan tekanan dari lubang bor. Peralatan ini disediakan pada
operasi

pemboran

karena

peramalan

tekanan

tidak

selalu

memungkinkan. Apabila formasi mempunyai tekanan yang besar dan


kolom lumpur tidak dapat mengimbanginya maka akan terjadi kick,
yaitu intrusi fluida formasi yang bertekanan tinggi yang masuk ke
dalam lubang bor. Kick yang tidak terkendali dapat mengakibatkan
terjadinya blow out. Jadi blow out selalu diawali dengan adanya kick.
Blow Out Preventer (BOP) system berfungsi untuk menutup ruang
annular antara drill pipe dan casing bila terjadi gejala kick. Sistem
peralatan ini bekerja secara pneumatic (biasanya dipakai dengan
menggunakan udara dan gas) dan secara mekanik. BOP sistem terdiri
dari BOP stack, accumulator dan supporting system. BOP stack terdiri
dari rangkaian annular preventer, pipe ram preventer, drilling spools,
blind ram preventer dan casing head. Kesemuanya ini disetkan pada

67

surface casing. Sedangkan tipe dan ukurannya disesuaikan dengan


kondisi tekanan lubang bor dan disesuaikan dengan ke ekonomiannya.
1. BOP Stack dan Accumulator.
Ditempatkan pada kepala casing atau kepala sumur langsung di
bawah rotary table pada lantai bor. BOP stack meliputi :
a. Annular preventer.
Ditempatkan paling atas dari susunan BOP stack. Annular
preventer berisi rubber packing element yang dapat menutup
lubang annulus baik lubang dalam keadaan kosong ataupun ada
rangkaian pipa bor.
b. Pipe ram preventer.
Digunakan untuk menutup lubang annulus baik lubang pada
waktu rangkaian pipa bor berada pada lubang bor.
c. Drilling spool.
Terletak diantara preventers ( pada casing head ). Berfungsi
sebagai tempat pemasangan choke line ( yang mensirkulasikan
kick keluar dari lubang bor). Ram preventer pada sisa-sisanya
mempunyai cutlets yang digunakan untuk maksud yang sama.
d. Blind ram preventer.
Digunakan untuk menutup lubang bor pada waktu rangkaian
pipa bor tidak berada pada lubang bor.
e. Casing head.
Merupakan alat tambahan pada bagian atas casing yang
berfungsi sebagai pondasi BOP stack.
Accumulator biasanya ditempatkan agak jauh dari rig dengan
pertimbangan keselamatan, fungsi utamanya adalah menutup dengan
cepat valve BOP stack pada saat terjadi bahaya. Bekerja dengan high
pressure hydroulis .

68

2. Supporting Sistem, meliputi :


a. Choke manifold
Choke manifold merupakan suatu kumpulan fitting dengan
beberapa outlet yang dikendalikan secara manual dan atau
otomatis. Bekerja pada BOP stack dengan hig pressure line,
disebut choke line. Bila dihidupkan, choke manifold
membantu menjaga back pressure dalam lubang bor untuk
mencegah terjadinya intrusi fluida formasi. Lumpur bor dapat
dialirkan dari BOP stack ke sejumlah valve (yang membatasi
aliran dan langsung ke reserve pits), mud-gas separator atau
mud conditioning area back pressure dijaga sampai lubang bor
dapat di kontrol kembali.
b. Kill line.
Kill line bekerja pada BOP stack biasanya berlawanan,
berlangsung dengan choke manifold dan choke line. Lumpur
berat dipompakan melalui kill line

ke dalam Lumpur bor

sampai tekanan hidrostatik Lumpur dapat mengimbangi tekanan


formasi.

69

Gambar 2.23 Skema Penampang BOP

Sistem Tenaga
Sistem tenaga dalam operasi pemboran terdiri dari power suplay

equipment, yang dihasilkan oleh mesin mesin besar yang biasa


dikenal dengan nama prime mover dan distribution equipment yang
berfungsi

untuk

meneruskan

tenaga

yang

diperlukan

untuk

mendukung jalannya kegiatan pemboran.


Hampir semua rig menggunakan internal combustion engine,
dimana penggunaan prime mover ditentukan oleh besarnya tenaga
pada sumur yang didasarkan pada casing program dan kedalaman
sumur. Tenaga yang dihasilkan prime mover besarnya berkisar antara
500 5000 Hp. Jumlah prime mover yang diperlukan dalam suatu
operasi pemboran sangat bervariatif, tergantung dari jumlah tenaga
yang diperlukan. Pada umumnya suatu operasi pemboran memerlukan
dua atau tiga buah mesin. Sedangkan untuk pemboran yang lebih
dalam memerlukan tenaga yang lebih besar, sehingga prime mover
yang diperlukan dapat mencapai empat unit. Adapun prinsip kerja
prime mover adalah flexibility, yang dapat dinyatakan dalam
persamaan :

70

W=FxS

.................................. (3-22)

dimana :
W = Kerja (work), lb ft
F= Gaya, lb.
S= Jarak, ft
Prime mover sebagai sistem daya penggerak harus mampu
mendukung keperluan fungsi angkat, putar, pemompaan, penerangan,
dan lain lain. Dengan demikian perencanaan dan pemilihan tipe dan
jenis prime mover yang dipergunakan harus memperhatikan hal
tersebut.

T w o E n g in e s

T h r e e E n g in e s

F o u r E n g in e s

Gambar 2.24. Jenis Prime Mover

71

Gambar 2.25 Sistem Transmisi Mekanik

K e te ra n g a n :
1 . D ie s e l E n g i n e
2 . C o n tr o l U n it
3 . D r a w w o r k A s s e m b ly
4 . R o ta r y S y s te m
5. M ud Pum p
6 . D r i l l e r 's C o n s o l e

Gambar 2.26 Sistem Transmisi Elektrik

72

Sistem Penunjang
Peralatan penunjang membantu pelaksanaan maupun penyelesaian
suatu sumur pemboran. Peralatan penunjang ini terdiri dari sistem
penyemenan dan peralatan penunjang lainnya.
1. Sistem Penyemenan
Penyemenan suatu sumur merupakan salah satu faktor
yang penting dalam suatu operasi pemboran. Berhasilnya
atau tidaknya suatu pemboran, diantaranya tergantung dari
berhasil tidaknya penyemenan sumur tersebut. Peralatan
penyemenan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :
1. Peralatan di atas permukaan (surface equipment)
Peralatan penyemenan di atas permukaan meliputi :
a. Cementing unit
Adalah suatu unit pompa yang mempunyai fungsi
untuk

memompakan

bubur

semen

dan

lumpur

pendorong dalam proses penyemenan. Cementing unit


terdiri dari :
Tangki semen : untuk menyimpan semen kering.
Hopper : untuk mengatur aliran dari semen kering
dan air yang ditempatkan bersama-sama dalam
hopper, sehingga akan menghasilkan bubur semen
yang benar-benar homogen.
Jet Mixer : untuk mengaduk semen kering dan air
yang ditempatkan bersama-sama dalam hopper,
sehingga akan menghasilkan bubur semen yang
benar-benar homogen.
Motor penggerak pompa dan pompa : untuk
memompa bubur semen.
Jenis-jenis cementing unit :

73

1. Truck mounted cementing unit


2. Marine cementing unit
3. Skit mounted cementing unit

Gambar 2.27 Truck Mounted Cementing Unit

Gambar 2.28 Marine Cementing Unit

74

Gambar 2.29 Skit Mounted Cementing Unit

b. Flow line
Merupakan pipa yang berfungsi untuk mengalirkan
bubur semen yang dipompakan dari cementing unit ke
cementing head.
c. Cementing head
Berfungsi untuk mengatur aliran bubur semen yang
masuk ke lubang bor. Ada dua type cementing head,
yaitu :
Mac clatchie cementing head. Merupakan tipe
cementing head yang cara penggunaannya (pada
waktu pemasukan bottom plug dan top plug) dengan
jalan membuka dan memasang kembali.
Plug container. Tipe ini lebih praktis dari mac
clatchie, karena pada plug container ini pemasangan
top plug dan bottom plug tidak perlu membukanya,
akan tetapi sudah terpasang sebelumnya.

75

Gambar 2.30 Cementing Head

2. Peralatan di bawah permukaan (subsurface equipment)


Peralatan penyemenan dibawah permukaan meliputi :
a. Casing
Merupakan pipa selubung yang berfungsi untuk :
Melindungi lubang bor dari pengaruh-pengaruh
fluida formasi dan tekanan-tekanan di sekitarnya.
Melindungi lubang bor dari keguguran.
Memisahkan formasi produktif satu dengan lainnya.
Bersama-sama memperkuat dinding lubang bor serta
mempermudah operasi produksi nantinya.
Jenis-jenis casing :
Conductor casing

76

Surface casing
Intermediate casing
Production casing
Liner (Perforated Interval)

Gambar 2.31 Susunan Casing


Tabel 2.1 Spesifikasi Casing

Diameter

26, 20, 13 3/8, 9 5/8, 7

Grade

p. 110, h. 40, j. 55, n. 80.

Panjang

30 ft / stand

Berat

23 lb/ft, 26 lb/ft, 29 lb/ft

Thread

4 thread / inch. 60

b. Centralizer
Untuk mendapatkan cincin semen yang baik
(merata), casing harus terletak di tengah-tengah lubang,
untuk itu casing dilengkapi dengan centralizer.
77

Fungsi centralizer :
Menempatkan casing di tengah-tengah lubang
Menyekrap mud cake
Mencegah terjadinya differential sticking.
Centralizer dibuat dari bahan baja, sehingga mampu
mendorong casing di tengah-tengah lubang.

Gambar 2.32 Centralizer

c. Scratchers
Adalah suatu alat yang dirangkaikan atau dipasang
pada casing dan berfungsi untuk membersihkan dinding
lubang bor dari mud cake, sehingga didapat lubang bor
yang bersih.
Ada dua jenis scratchers :
1. Rotation type wall scratcher
2. Reciprecasing type scratcher

78

Pemasangan scratcher pada casing pada umumnya


dilas, tetapi dewasa ini dipasang dengan step collar
atau clamps.

Gambar 2.33 Scratcher

d. Peralatan floating
Peralatan floating terdiri dari shoe dan collar.
Shoe
Ada dua jenis shoe yaitu casing shoe dan float shoe
yang masing-masing dari shoe tersebut memiliki
fungsi sendiri-sendiri.
1. Casing shoe
Biasanya berbentuk bulat pada bagian bawah
dan ditempatkan pada ujung terbawah dari
rangkaian casing dan dalamnya tidak terdapat
valve (katub). Casing shoe berfungsi sebagai
sepatu

dan

pemandu

untuk

memudahkan

pemasukan rangkaian casing (running casing),


agar tidak terjadi sangkutan pada dinding lubang
79

bor, shoe ini dibuat dari bahan yang dapat dibor


lagi (drillable).
2. Float shoe
Pada prinsipnya sama dengan casing shoe,
hanya pada float shoe dilengkapi dengan valve
(katub), yang berfungsi untuk :
a. Mencegah aliran balik, mencegah blow out
melalui casing pada waktu casing diturunkan.
b. Mencegah aliran balik semen, setelah proses
penyemenan selesai.
c. Memperkecil beban menara, pada drilling line
dan casing itu sendiri
Jadi float ini hanya dapat mengalirkan semen
atau lumpur ke satu arah saja. Float shoe ini
dibuat dari bahan yang dapat dibor lagi.

Gambar 2.34 Float Shoe

80

Collar
Merupakan suatu shock penahan yang dipasang
beberapa meter di atas shoe, berfungsi untuk
menahan bottom plug dan top plug. Collar dibuat
dari bahan yang dapat dibor lagi (drillable).
Ada dua jenis collar :
1. Guide collar : tidak dilengkapi valve, sehingga
tidak dapat menahan tekanan balik.
2. Float collar : dilengkapi valve.
e. Shoe trach
Merupakan pipa casing yang dipasang antara shoe
dan collar sepanjang satu batang atau lebih, tergantung
dari ketinggian semen di annulus. Karena ketinggian
semen di annulus akan menentukan perbedaan tekanan
hidrostatik diluar dan didalam casing pada waktu
memasukkan top plug. Shoe trach berfungsi untuk
menampung bubur semen yang bercampur udara atau
lumpur pendorong, agar tidak keluar annulus disekitar
shoe.

Gambar 2.35 Shoe Trach

f. Cementing plug
81

Cementing plug dibagi menjadi dua bagian , yaitu :


Bottom plug
Berfungsi untuk mencegah adanya kontaminasi
antara lumpur dengan bubur semen. Jadi untuk
mendorong lumpur yang berada didalam casing dan
memisahkan

casing

dari

semen

dan

juga

membersihkan mud film didalam dinding casing,


pada bottom plug terdapat membran yang pada
tekanan tertentu dapat pecah, sehingga semen akan
mengalir keluar dan terdorong ke annulus sampai
mencapai tujuan yang diharapkan. Bottom plug
terbuat dari bahan karet, pada bagian luar dan cast
alluminium pada bagian dalamnya.
Top plug
Berfungsi

untuk

mendorong

bubur

semen,

memisahkan semen dari lumpur pendorong agar


tidak terjadi kontaminasi, membersihkan sisa-sisa
semen dalam casing. Alat ini sebagian besar terbuat
dari karet dan pada bagian bawahnya digunakan plat
aluminium dan tidak mempunyai membrane (selaput
tipis). Apabila top plug ini sudah duduk (sampai
pada

bottom

plug)

dibawah,maka

tekanan

pemompaan akan naik secara tiba-tiba (bumping


pressure) dan pada saat itu pemompaan dihentikan.

82

R ubber
D ia p h r a g m

C ast
A lu m in iu m

S o lid
C o re

M o ld e d
R ubber Body

C ast
A lu m in iu m

H o llo w
C o re
M o ld e d
Rubber Body

Gambar 2.36 Penampang Top Plug (a) dan Bottom Plug (b)

T o p
P lu g
D ia p h r a g m
R u p tu re d
S o lid
C o re
B o tto m
P lu g
F lo a t
C o lla r

Gambar 2.37 Posisi Top Plug pada Bottom Plug

83

Sistem Penunjang Lainnya


Dalam pelaksanaan operasi pemboran, sering terjadi
permasalahan dimana alat-alat pemboran jatuh kedalam lubang
pemboran sehingga perlu dilakukan fishing job. Fishing job
adalah pekerjaan dalam teknik pemboran yang mana pekerjaan
ini berhubungan dengan pengambilan kembali alat-alat atau
potongan-potongan alat ke permukaan. Alat yang jatuh harus
secepatnya diambil karena semakin lama semakin sulit diambil
karena tertutup cutting atau mud cake dan lainnya. Kerugian
dalam pekerjaan ini adalah rig timernya semakin panjang dan
ini tentunya akan menambah biaya pemboran.
Kejadian ini tidak jarang terjadi pada operasi pemboran
karenanya harus selalu hati-hati dan selalu mengontrol
peralatan misalnya bit yang sudah tumpul harus segera diganti
dan juga WOB yang tidak terlalu besar yang mengakibatkan
drill string patah. Apabila alat ini tidak dapat diambil maka
harus diadakan pemboran side tracking dan lubang tidak dapat
diteruskan lagi.
Sistem peralatan penunjang lainnya yang penting adalah
Kunci-kunci, Casing hanger, serta Fishing tools (alat-alat
pemancing)
1. Kunci-Kunci
Peralatan-peralatan yang termasuk dalam kategori ini, antara
lain adalah sebagai berikut :
a. Kunci Wilson (Make Up and Break Out Tongs)
Digunakan pada waktu menyambung atau melepas
sambungan rangkaian pipa bor, digantung pada menara
bor dan bekerja secara mekanis.

84

b. Power Tongs
Fungsinya sama dengan kunci Wilson, tetapi bekerja
secara hidrolis atau elektris.

Gambar 2.38 Power Tongs

c. Kunci-kunci dan rantai


d. Tali henep
Merupakan tali yang digunakan untuk memperkeras atau
melepas sambungan rangkaian pipa bor. Tali henep ini
dililitkan pada cathead.
2. Casing Hanger
Bagian casing yang terletak pada ujung atas berfungsi
untuk menggantungkan seluruh rangkaian casing yang
berada dalam lubang bor, disamping itu juga berfungsi
untuk fondasi dari BOP stack.

85

Gambar 2.39 Casing Hanger

3. Fishing Tools
a.
Operasi Pemancingan
Operasi pemancingan

adalah

operasi

untuk

mengambil benda-benda yang tidak diinginkan dari


lubang bor, termasuk potongan-potongan logam kecil,
peralatan atau rangkaian bagian pipa bor.
Ada tiga tipe utama operasi pemancingan, yaitu :
1. Mengambil kembali benda-benda kecil yang tidak
dapat dibor dari dalam lubang bor.
2. Pengambilan bagian dari rangkaian pipa bor yang
tertinggal di dalam lubang bor akibat twist off (patah
terpuntir).
3. "Membebaskan" (freeing) rangkaian pipa bor yang
terjepit di dalam lubang bor.

86

Gambar 2.40 Fishing Tools

b.

Pemecahan Masalah Pemancingan


Pemancingan dilakukan apabila ada sesuatu yang
kurang benar, dan mengganggu kelangsungan operasi
pemboran itu sendiri. Masalah-masalah tersebut dapat
berupa adanya benda-benda kecil di dalam lubang bor,
terjadinya twist off (patahnya pipa karena gaya pelintir
atau putaran), ataupun pipe sticking (penjepitan pipa).
Untuk mengambil benda-benda kecil di dalam lubang bor
ada

bermacam-macam

alat

dimana

setiap

alat

mempunyai fungsi yang berbeda-beda seperti :


Junk Basket
Junk Basket mempunyai jari-jari yang dapat ditekuk
disekeliling "fish" (ikan) jika ditekan.

87

Gambar 2.41 Junk Basket

Boot Junk Basket


Dipasang di atas bit (mata bor) dan pada waktu cairan
pemboran mengaduk benda-benda, maka benda-benda
tersebut akan mengendap di sekeliling boot yang
berfungsi sebagai keranjang (basket).

Gambar 2.42 Boot Junk Basket

88

Fishing Magnet
Magnet dapat menarik benda-benda dari dasar lubang
bor. Jika terjadi twist off, pipa bagian diangkat dari dalam
lubang bor. Kedalaman twist off harus ditentukan dan
bagian atas dari pipa yang tertinggal dibubut dengan alat
khusus

untuk

menghilangkan

bagian-bagian

yang

runcing. Selanjutnya digunakan overshot yang berfungsi


untuk mencekam bagian luar pipa atau gunakan Spear
yang berfungsi untuk mencengkeram bagian dalam pipa,
sehingga sisa patahan rangkaian pipa bor tersebut dapat
diambil kembali.

Gambar 2.43 Fishing Magnet

2.3 Lumpur Pemboran


Lumpur bor dapat didefinisikan sebagai semua jenis fluida (cairan,
cairan berbusa, gas bertekanan) yang dipergunakan untuk membantu operasi
pemboran dengan membersihkan dasar lubang dari serpih bor dan
mengangkatnya ke permuikaan, dengan demikian pemboran dapat berjalan
dengan lancar. Fluida tersebut dialirkan dari permukaan melalui ruang
antara diameter luar rangkaian pipa bor dengan dinding lubang bor.

89

Peranan Lumpur Pemboran adalah salah satu faktor penunjang dalam


pemboran baik pemboran eksplorasi maupun pengembangan. Kontrol
terhadap sifat fisiknya merupakan pekerjaan yang rutin sewaktu operasi
pemboran untuk memperkecil kemungkinan terjadinnya hole problem.
2.3.1 Fungsi Lumpur Pemboran
Pemilihan sistem lumpur berkenaan dengan sifat sifat lumpur
yang cocok dengan penanggulangan problem yang ditemui dalam
pemboran. Dalam hal ini lumpur yang diharapkan dapat memenuhi
fungsi fungsi sebagai berikut :
Sebagi Media Pengangkatan Cutting
Pada bagian pertambahan sudut, cutting sampai kedasar lubang
bor dengan jarak jatuh yang pendek. Oleh karena itu pembersihan
lubang memerlukan perencanaan hidrolika dan sistem lumpur yang
cocok. Lumpur dengan viskositas dan gel strength rendah baik
untuk pengangkatan cutting berukuran kecil. Sedangkan lumpur
dengan viskositas dan gel strength besar cocok untuk pengangkatan
cutting ukuran besar.
Membentuk mud cake yang tipis dan licin
Untuk menghindari gesekan yang berlebihan dan terjepitnya
rangkaian peralatan. Sistem lumpur yang dipilih harus mempunyai
sifat fluid loss kecil dan karakteristik mud cake yang baik dengan
harga koefisien friksi relatif kecil.
Menahan cutting saat sirkulasi berhenti
Sifat gel strength lumpur yang dipilih harus memadai dalam
menahan cutting. Pengendapan cutting memperbesar gesekan,
mempersulit kerja mekanis bit serta dapat menyebabkan terjepitnya
pipa.
Mendinginkan dan melumasi bit serta rangkaian pipa

90

Bit dan rangkaian peralatan yang rebah pada dasar lubang akan
menjadi panas karena efek gesekan dan putaran yang kontinyu.
Sistem lumpur dengan panas jenis yang memadai diperlukan agar
peralatan tidak menjadi rusak dan bit tahan lebih lama.
Media logging
Dalam pemboran horizontal digunakan MWD system yang
dapat mencatat resistivity dan radioaktivitas formasi. Sensor MWD
memerlukan media penghantar elektrolit untuk dapat mencatat data
dengan baik. Water base mud dan emulsion mud dapat digunakan
untuk tujuan ini.
Mengimbangi tekanan formasi
Lumpur

dengan

densitas

tertentu

diperlukan

untuk

mengimbangi tekanan formasi. Densitas lumpur yang besar akan


memberikan tekanan hidrostatis yang besar pula dan sebaliknya.
Membersihkan dasar lubang bor
Fluida dengan kandungan padatan (solid content) yang rendah
merupakan fluida yang paling baik untuk membersihkan lubang
bor.
Media informasi
Pada operasi pemboran, lumpur dapat dianalisis untuk
mengetahui ada tidaknya kandungan hidrokarbon berdasarkan mud
log. Analisa cutting untuk mengetahui jenis formasi yang sedang
dibor.
Mencegah gugurnya dinding lubang bor
Lumpur pemboran dapat menahan dinding lubang bor agar
tidak runtuh, sebab jika lubang bor kosong kemungkinan dinding
akan runtuh. Adanya kolom lumpur pada lubang bor memberikan
tekanan hidrostatik untuk menahan gugurnya dinding lubang bor.

91

2.3.2 Sifat-Sifat Penting dari Lumpur Bor


Semua fungsi dari lumpur bor dapat berlangsung dengan baik, jika sifatsifat lumpur bor dijaga dan selalu diamati secara kontinyu dalam setiap tahap
operasi pengeboran.

Berat, Berat Jenis dan Gradient Lumpur


Sifat ini penting didalam mengontrol tekanan, mencegah

gugurnya formasi, hilang aliran, mengontrol semburan liar.

Viscositas Mars Funnel


Sifat lumpur yang menunjukkan kekentalan relative dan

memberikan gambaran mengenai data pengangkatan serpih bor.

Plastic Viscosity
Ukuran gaya gesek pada partikel lumpur antara partikel padat-

padat, cairan-cairan. Sifat ini berhubungan dengan presentasi padatan


didalam lumpur.

Yield Point
Sifat ini menunjukkan gaya elektrokimia antara padatan-padatan,

cairan-cairan, cairan padatan zat kimia dalam kimia dinamis.


Berhubungan dengan pola aliran, pengangkatan, serpih, kehilangan
tekanan diannular dan kontaminasi.

Laju Tapisan
Laju tapisan merupakan indikasi jumlah cairan yang masuk ke

formasi yang tergantung pada temperature, tekanan dan padatan.

Tebal Ampas
Tebal ampas berhubungan dengan presentasi padatan, sifat kimia

dan kestabilan lumpur. Tebal Ampas dapat menyebabkan: gesekan,


torsi atau terjepitnya rangkaian dan dapat juga menaikkan kestabilan
dinding lubang.

Alkalinity Pf dan Mf

92

Sifat ini menunjukkan ukuran konsentrasi ion OH - (hydroxyl), ion


karbonat (CO3-2) dan ion bicarbonate (HCO3-) yang ada dalam fasa air.
Sifat ini juga menunjukkan kestabilan dari sifat-sifat kimia lumpur.

Kesadahan Total
Sifat ini berhubungan dengan besarnya konsentrasi ion Ca +2 dan

Mg+2, berhubungan dengan kontaminasi padatan semen. Sifat ini juga


penting untuk mengetahui kesadahan air bahan lumpur.

PH
Sifat ini menunjukkan besarnya ion hydroxyl didalam lumpur,

berhubungan langsung dengan kestabilan kimia. PH lumpur yang


terkontrol dapat juga untuk mencegah terjadinya korosi.

93

2.4 Komposisi dari Lumpur Bahan Dasar Air


Komposisi dari lumpur bor tergantung pada kebutuhan dan kondisi dari
operasi pengeboran. Lubang yang dibor melalui formasi yang berbeda-beda
membutuhkan lumpur yang berlainan juga. Pertimbangan ekonomi,
kontaminasi, jenis air yang tersedia, tekanan, temperature termasuk faktor
penting dalam menentukan pemilihan jenis lumpur yang akan dipakai.
Sering terjadi air saja sudah cukup sebagai lumpur bor. Dengan
bercampurnya padatan hasil bor akan menbuat suatu lumpur yang memadai,
tetapi masih perlu juga menambahkan bahan yang lain agar dapat berfungsi
dengan baik.
Kebanyakan dalam operasi pengeboran, harus ditambahkan lempung
komersil pada saat awal operasi bor. Fungsi lempung ini antara lain
mengentalkan lumpur bor dan melapisi dinding lubang sehingga lumpur bor
yang bersikulasi tidak hilang kedalam formasi permeable.
Lumpur bor yang paling banyak dipakai adalah lumpur bor dengan bahan
dasar air (water base mud) dimana air sebagai fasa cair kontinyu dan sebagai
pelarut atau penahan materi-materi didalam lumpur. Secara mendasar lumpur
air mempunyai tiga komponen:
a. Fasa cair.
b. Fasa padatan aktif.
c. Fasa padatan inert.

94

2.4.1 Material Pemberat


Berat jenis lumpur harus selalu diperikasa dengan kontinyu pada waktu
interval tertentu, supaya dapat:
a. Mencegah masuknya fluida dari formasi.
b. Menjaga tekanan dasar lubang yang tetap, yang harus sedikit lebih besar
daripada tekanan formasi.
c. Mengamati kalau ada masuknya fluida dari formasi misal gas atau air asin.
d. Mencegah berat lumpur yang berlebihan dan tidak perlu.
Materi-materi pemberat tersebut antara lain terdiri dari garam-garam
terlarut dan padatan tersuspensi. Materi pemberat padatan tersuspensi dapat
diklasifikasikan lagi menjadi:
1. Karbonat halus CaCO3 atau CaMg(CO3)2.
2. Barit halus (BaSO4).
3. Galena (PbS).
2.4.2 Material Pengencer
Zat-zat yang dapat menurunkan viskositas dan daya agar lumpur disebut
zat pengencer (thinner), juga disebut pendispersi (dispersant). Pada umumnya
zat-zat ini menurunkan viskositas yang ditimbulkan oleh perkembangan
struktur lempeng dari lempung tanpa mempengaruhi pengembangan
hidrasinya. Zat-zat pengencer ini dapat dikategorikan menjadi:
a. Garam phospat komplek inorganik.
b. Pengencer organik.

95

2.4.3 Material Pengontrol Laju Tapisan


Untuk memperoleh laju tapisan yang lebih baik, ke dalam lumpur air
bentonite ditambahkan zat-zat seperti starch (pati), gum, cellulose, sodium
polycrylat,

resinorganik,

minyak.

Pertimbangan

seperti

temperature,

kontaminasi dan faktor ekonomis menjadikan dasar pemilihan zat-zat


penurun laju tapisan ini.

2.5 Problema Pemboran yang Berhubungan Dengan Lumpur Bor


Proses pemboran tidak selalu berjalan dengan lancar, seringkali terjadi
hambatan yang dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Yang
dimaksud dengan hambatan yang terjadi dalam lubang bor. Beberapa
problema yang sering terjadi pada operasi pemboran, yaitu:
1. Terjepitnya rangkaian pipa bor (termasuk juga torsi dan gesek).
2. Hilang aliran (statis, dinamis, rembesan).
3. Ketidakstabilan shale (interaksi lumpur dengan shale).
4. Kontaminasi lumpur bor.
5. Korosi pipa bor.

Terjepitnya Rangkaian Pipa Bor


Terjepitnya rangkaian pipa bor adalah problema yang paling

sering dialami didalam pemboran. Ada banyak penyebab dari


terjepitnya rangkaian pipa ini. Mengenal penyebabnya adalah kunci
utama untuk menentukan metode yang paling cepat dan paling
ekonomis untuk membebaskan pipa tersebut. Berikut ini adalah daftar
berbagai penyebab pipa dapat terjepit:
a. Jepitan karena beda tekanan.
b. Penumpukan serpih bor dan barit.
c. Penyumbatan lubang karena gugurnya dinding.
d. Key-setting (duduknya pipa pada lubang yang berkelok-kelok).
e. Mengembangnya lempung dan menutupi annulus.

96

f. Pengerasan lumpur atau semen.


g. Terbenamnya pahat pada lubang sempit.
h. Runtuhnya selubung (collapse casing).

Hilang Aliran
Hilangya atau tidak kembalinya seluruh atau sebagian lumpur

karena masuk kedalam formasi adalah merupakan faktor utama yang


menyebabkan tingginya biaya lumpur. Problema lubang yang lain,
seperti runtuhnya dinding, terjepitnya pipa maka semburan liar dapat
terjadi karena hilang aliran.

Ketidakstabilan Shale
Ketidakstabilan shale menyebabkan kesulitan pemboran yang

paling merepotkan dan paling sukar diatasi. Alasan-alasan penyebab


ketidakstabilan shale ini antara lain secara kimia dan mekanik.
Problem mekanik seperti sifat plastic dari shale, deformasi shale yang
sangat lunak, rekahan dan tergeser, serta runtuhnya shale yang
merekah diatas lubang miring, juga pada bidang geser dari struktur
shale yang keras dan rapuh. Runtuh dan gugurnya shale karena
tekanan berlebih dan tegangan tektonik yang tidak berimbang.
Sebutan-sebutan sloughing, heaving, spalling, caving, mud balls
dan mud rings adalah istilah yang paling sering dipakai untuk
melukiskan shale ini. Gejala atau akibat yang diamati dari problema
ini antara lain lubang penuh waktu trip, torsi dan gesekan yang
tinggi, hilang aliran, pipa terjepit, penumpukan padatan halus,
kesulitan

masuknya

selubung,

keumingkinan kehilangan lubang.

97

penyemenan

yang

jelek

dan

Kontaminasi Lumpur Bor


Kontaminasi adalah suatu problem yang dapat muncul dengan

gejala yang perlahan-lahan ataupun dengan segera dan cepat, dan


biasanya diamati suatu fluktuasi sifat-sifat lumpur yang tadinya
normal saja menjadi naiknya yield point, naiknya daya agar, viscositas
yang berlebih dan laju tapisan yang tidak terkontrol. Kalau sudah
diperkirakan terjadinya kontaminasi didalam lumpur bor maka mulamula harus ditentukan sumber dari kontaminasi ini, apa yang menjadi
kontaminannya, bagaimana cara mengobatinya dan mungkin tidak
dicegah sebelumnya.

Korosi Pipa Bor


Meskipun komponen-komponen didalam fluida pemboran bahan

dasar air adalah tidak bersifat korosif, tetapi rusaknya zat-zat organik
karena panas atau karena ulah bakteri akan menghasilkan bahan-bahan
korosif. Kontaminasi zat-zat asam seperti CO2 dan H2S juga air
formasi dapat menimbulkan korosi yang parah.

2.5 Perencanaan Desain Sumur


Perencanaan pertama dalam desain sumur adalah seleksi kedalaman
dimana casing di run dan disemen. Dalam perencanaan setting depth casing
harus mempertimbangkan kondisi geologi, seperti: tekanan formasi dan
gradient fracture; hole problem; kondisi politik perusahaan, contohnya
mengenai tender beserta birokrasi yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan ;dan hal-hal lainnya. Setelah dilakukan perencanaan setting depth
casing, baru kita lakukan perencanaan sistem lumpur yang akan digunakan.
Selama operasi pemboran berlangsung, sering terjadi masalah lost
circulation akibat pecahnya formasi dibawah kaki casing, ini merupakan
akibat yang ditimbulkan oleh underground blow out. Masalah terjepitnya

98

rangkaian casing akibat pemakaian lumpur dengan densitas yang tinggi untuk
mengimbangi tekanan formasi abnormal.
2.5.1 Perencanaan Setting Depth Casing
Suatu pemboran membutuhkan beberapa rangkaian casing dalam
pelaksanaannya untuk mencapai kedalaman total yang diinginkan. Beberapa
tipe casing yang ada, yaitu:
Drive atau structural pipe.
Conduktor casing.
Surface casing.
Intermediate casing.
Production casing.
Liner.
Tubing.
Sebelum memulai prosedur perencanaan setting depth point, ada
beberapa criteria perencanaan yang harus diikuti. Kriteria-kriteria tersebut
mengandung faktor-faktor keselamatan yang harus dimasukkan dalam
perencanaan setting depth casing. Ada 6 kriteria yang harus diperhatikan,
yaitu sebagai berikut:
1. Swab factor (atau dikenal sebagai trip margin), dinyatakan dalam ppg
ekivalen berat lumpur (EMW), menunjukkan sejumlah berat lumpur yang
harus ditambahkan agar melebihi besarnya tekanan formasi untuk
menghindari terjadinya efek swabbing pada saat pencabutan string.
2. Surge factor, dinyatakan dalam ppg EMW, merupakan sejumlah minimum
berat yang perlu ditambahkan pada gradient rekah dibawah kaki casing,
mengimbangi berat lumpur disumur, untuk menghindari pecahnya formasi
pada saat casing dimasukkan.
3. Safety factor, dinyatakan dalam ppg EMW, merupakan tambahan jumlah
pada gradient rekah minimum pada criteria 2, untuk memberikan harga
yang memadai pada saat prosedur operasional dilakukan.

99

4. Kick load, dinyatakan dalam ppg EMW, menunjukkan sejumlah tambahan


berat lumpur yang diperlukan untuk mengimbangi dan menanggulangi
densitas kick di formasi.
5. Allowable differential pressure pada zona tekanan normal atau subnormal,
dinyatakan dalam psi, menunjukkan P yang diperbolehkan diinterval
open hole dan selalu dibandingkan dengan kondisi P actual maksimum
yang dihadapi.
6. Allowable differential pressure pada zona tekanan abnormal atau high
formation pressure, dinyatakan dalam psi, menunjukkan maksimum P
yang diperbolehkan pada interval open hole yang berada dalam zona
tekanan abnormal.

2.5.2 Pemilihan Ukuran Casing dan Bit


Perencanaan dan pemilihan ukuran casing dan bit mempunyai maksud
supaya pemboran berjalan dengan baik dengan tidak meninggalkan sumur
sebelum dikomplesi, secara teknik dan ekonomi sukses. Sukses didalam
pemboran belum tebtu sukses secara ekonomi bila investasi yang
dikemuarkan tidak sebanding dengan perolehan, demikian sebaliknya.
Prioritas tertinggi didalam peencanaan ukuran lubang sumur adalah
desain yang menyediakan secara ekonomis produksi dari pay zone. Artinya
bahwa pay zone dianalisa potensial alirannya dan problem pemboran
diperhitungkan, pendekatan ini disebut dengan pendekatan bottom to top.
Kebalikan dari pendekatan ini sering menghasilakn batasan produksi dari
kapasitas pay zona.
2.5.3 Deteksi Tekanan Pori Formasi
Berbagai metoda telah dikembangkan untuk mendeteksi tekanan formasi
yang lebih besar daripada gardien tekanan hidrostatik formasi normal (0.465
psi/ft atau 9 ppg berat lumpur). Metode yang paling banyak digunakan adalah
metode Drilling Rate, dimana metode ini didasarkan pada perhitungan dexponent.

100

Perbedaan tekanan yang besar antara tekanan hidrostatik lumpur dengan


tekanan formasi dapat menurunkan laju pemboran. Untuk meningkatkan laju
pemboran, densitas lumpur harus diturunkan atau dengan adanya kenaikan
tekanan formasi. Kenyataan ini dapat digunakan untuk mendeteksi zona overprssured, dengan menentukan nilai d-exponent pada setiap kedalaman melalui
persamaan berikut:
12WOB
1000

60 RPM ...(1)

yang dapat diubah menjadi: d

log

log

60 RPM
..(2)
12WOB

1000

dimana:
d = d-exponen
R = laju pemboran, ft/hr
WOB = weight on bit, 1000 lbs/in bit diameter
RPM = kecepatan putar
Persamaan (2) kemudian dimodifikasikan, dengan memasukkan pengaruh
densitas lumpur, menjadi:
mn
..(3)
dcorr d
mc

dimana:
dcorr = d-exponent terkoreksi.
mn = densitas lumpur pada tekanan formasi normal (9ppg).
mc = densitas lumpur pada saat sirkulasi, ppg.
Jika harga dcorr diplot terhadap kedalam, akan menunjukkan peningkatan
secara linier jika tekanan pori formasi normal, akan tetapi akan berkurang
secara tajam jika laju pemboran meningkat akibat peningkatan tekanan pori
formasi.
2.5.6 Deteksi Tekanan Rekah Formasi
Tekanan rekah adalah tekanan hidrostatik formasi maksimum yang dapat
ditahan tanpa menyebabkan terjadinya pecah. Besarnya gradient rekah
101

dipengaruhi oleh besarnya tekanan overburden, tekanan formasi dan kondisi


kekuatan batuan.
Mengetahui gradient tekanan rekah sangat berguna ketika meneliti
kekuatan dasar selubung (casing), sedangkan bila gradient tekanan rekah
tidak diketahui maka akan mendapat kesukaran dalam pekerjaan penyemenan
dan penyelubungan sumur. Selain dari hasil log, gradient tekanan rekah dapat
ditentukan dengan memakai prinsip leak-off test, yaitu memberikan tekanan
sedikit-sedikit sedemikian rupa sampai terlihat tanda-tanda mulai pecah, yaitu
ditunjukkan dengan kenaikkan tekanan terus-menerus kemudian tiba-tiba
turun. Penentuan gradient tekanan rekah ini juga bisa dari perhitungan, antara
lain:
Hubbert and Willis, yang menganggap tekanan overburden berpengaruh
efektif terhadap tekanan rekah.
Pf
1 Pob 2 P

.(4)
D
3 D
D

dimana:
Pf = tekanan rekah, psi.
Pob = tekanan overburden, psi.
P = tekanan formasi, psi.
D = kedalaman, ft.
bila dianggap gradien tekanan overburden (Pob/D) adalah 1 psi/ft, maka
persamaan (4) menjadi:
Pf
1
D
1 2
D
3
Df

(5)

Mattews and Kelley, memberikan persamaan:


Fr

P Pob P

Ki
D
D

..(6)

Kedua persamaan diatas menganggap gradient tekanan overburden tetap


untuk setiap kedalaman, karena pada kenyataanya tidak maka timbul
persamaan-persamaan lain yang lebih memperhitungkan masalah kondisi
batuan.

102

Pennebaker, menuliskan persamaan:


Fr

P Pob P

(K )
D
D

..(7)

dimana :
K

Pmendatar
Ptegak ...(8)

Eaton, menulis persamaan:


Fr

P Pob P

D
D
1 (9)

dimana, = poissins ratio.


Selanjutnya dari persamaan Eaton ini dibuat suatu nomograph untuk
menentukan gradient tekanan rekah.
Harga faktor-faktor perbandingan yang mengindahkan kekuatan batuan
diatas bermacam-macam, maka W. L Brister mendapatkan harga rata-ratanya
(Ka) sebagai berikut:
Pob
Ka 3.9
2.88
D
jika

Pob
0.94
D
.

(10)
Pob
Ka 3.2
2.24
D
jika

Pob
0.94
D
.(11)

Sedangkan bila kejadiannya berada dibawah permukaan laut maka hargaharga tersebut diatas perlu dikoreksi, hal ini dapat diterangkan oleh Zamora
sebagai berikut:
Fc

f D Dw 8.5Dw
D
..

(12)
dimana:
Fc = gradient tekanan rekah yang telah dikoreksi.
Dw = ketinggian air laut.

103

Вам также может понравиться