Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB IV

PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn.D dengan gangguan
sensori persepsi : halusinasi pendengaran di ruang Bukit Barisan RSJD Provsu, maka
penulis akan membahas kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus. Pembahasan
dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Tahap Pengkajian
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari
pasien dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam
menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang mengunjungi pasien di rumah
sakit jiwa. Maka penulis melakukan pendekatan kepada pasien melalui komunikasi
terapeutik yang lebih terbuka membantu pasien untuk memecahkan perasaannya
dan juga melakukan observasi kepada pasien. Adapun upaya tersebut yaitu :
1. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien
agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
2. Mengadakan pengkajian pasien dengan wawancara
3. Mengadakan pengkajian dengan cara membaca status, melihat buku rawatan
dan bertanya kepada pegawai ruang Bukit barisan.

Dalam pengkajian ini, penulis tidak menemukan kesenjangan karena ditemukan hal
yang sama seperti diteori: Halusinasi ditandai dengan mendengar suara tanpa ada
objek, senyum-senyum sendiri, sedangkan dikasus; klien mendengar suara suara,
senyum-senyum sendiri.

B. Tahap Diagnosa Keperawatan

Dalam tinjauan teoritis ditemukan diagnosa keperawatan : Gangguan sensori


persepsi : halusinasi pendengaran, sedangkan pada tinjauan kasus diagnosa
keperawatan yang ditemukan yaitu:
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
2. Resiko perilaku kekerasan
C. Tahap Perencanaan
Perencanaaan dan proses perawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan
keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pengkajian dan penentuan
diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis hanya menyusun rencana
tindakan perawatan sesuai dengan pohon masalah keperawatan yaitu : gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran, resiko perilaku kekerasan.
Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan
sehingga penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung
dengan terjadinya sarana ruangan perawat yang baik dan adanya bimbingan dan
petunjuk dari petugas kesehatan dari rumah sakit jiwa yang diberikan kepada
penulis.
Secara teoritis digunakan cara strategis pertemuan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya yang dilakukan penulis
yaitu :
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi
b. Mengidentifikasi isi halusinasi
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Melatih cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
g. Mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
h. Mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang biasa
dilakukan di rumah sakit.
2. Resiko perilaku kekerasan
a. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu
b. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan

c. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada


saat marah secara sosial/verbal, terhadap orang lain, terhadap diri sendiri,
terhadap lingkungan
d. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
e. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik,
obat, sosial verbal, spiritual.
D. Tahap Implementasi
Pada setiap diagnosa keperawatan, tahap implementasi baik antara tinjauan teoritis
dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan. Implementasi merupakan perwujudan
dari perencanaan yang merupakan serangkaian tindakan, disini perawat
menjelaskan rencana tindakan untuk diagnosa keperawatan, gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran, resiko perilaku kekerasan.
Dari setiap diagnosa keperawatan implementasi yang dilakukan sebagai berikut,
membina hubungan saling percaya, minum obat secara teratur, bercakap-cakap
dengan orang lain, melakukan aktivitas, mengidentifikasi kemampuan yang ada
pada klien dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti : membersihkan ruangan,
mendorong klien mengekspresikan perasaan, memberikan pujian yang positif atas
tindakan klien.
Untuk melakukan implementasi pada keluarga, pada tahap-tahap diagnosa tidak
dapat dilaksanakan karena penulis tidak pernah berjumpa dengan keluarga klien.
E. Tahap Evaluasi
Pada tinjauan teoritis evaluasi yag diharapkan adalah :
1. Pasien mempercayai perawat sebagai terapis
2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya
3. Data mengontrol dan mengidentifikasi halusinasi
4. Dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
5. Dapat melatih kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
6. Dapat berinteraksi dengan sekelilingnya
7. Dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian dalam berinteraksi
Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah
1.
2.
3.
4.
5.

Klien sudah dapat mengontrol dan mengidentifikasi halusinasi


Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain
Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
Klien mampu menilai kemampuan yang digunakan

6. Dapat melakukan kegiatan yang terjadwalkan

Вам также может понравиться