Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dosen Pembimbing
Komalasari, ST. MT
DISUSUN OLEH :
Kelompok II
ALFHAN KURNIA
1507035895
HENGKY FERNANDO
1507036536
DESDINA
1507035679
1507037021
1507035261
Tanggal Praktikum
: 17 Oktober 2016
: 20 Oktober 2016
ABSTRAK
Konduksi adalah perpindahan panas antara dua sustansi dari sustansi yang bersuhu
tinggi, panas berpindah ke sustansi yang bersuhu rendah dengan adanya kontak
kedua sustansi secara langsung Perpindahan kalor secara konduksi merupakan
perpindahan kalor yang terjadi jika dalam suatu bahan yang bersifat kontinu
terdapat gradient suhu, dimana kalor akan mengalir tanpa ada disertai oleh suatu
gerakan zat, prinsip dasarnya adalah jika ada dua benda yang berbeda suhu maka
kalor akan mengalir dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya
lebih rendah. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan laju aliran kalor melintasi
benda padat satu dimensi pada keadaan stedy, dan menentukan overall heat transfer
coefficient aliran kalor yang melintasi kombinasi pada suatu bahan dalam susunan
seri. Pada lempengan aluminium, brass dan steinless steel diperoleh laju aliran
kalor 0.01018 Watt. Overall heat transfer coefficient yang diperoleh dengan
lempengan aluminium yaitu -5.53989
W/m2oC. Pada lempengan brass Overall heat transfer coefficient yang diperoleh
-93.707W/m2 oC. Sedangkan pada bahan stainless stell Overall heat transfer
coefficient yang diperoleh -7.82592 W/m2 oC. Kemudian pada radial heat transfer
accessory diperoleh -36.8917 W/m2 oC.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
1.
Menentukan laju aliran kalor melintasi benda padat satu dimensi pada
2.
keadaan stedi.
Menentukan overall heat transfer coefficient aliran kalor melintasi kombinasi
bahan dalam susunan seri.
1.2
Dasar Teori
Pindah panas adalah ilmu teknik yang memperkirakan pemindahan energi
yang terjadi antara benda-benda sebagai akibat terjadinya perbedaan suhu antara
benda-benda tersebut. Pada pindah panas ini dua hukum alam yang utama merupakan
suatu hal yang harus selalu diingat. Hukum Utama II menjelaskan bahwa apabila
antara dua benda yang berlainan suhunya terjadi pemindahan panas, maka hal ini
selalu berlangsung sedemikian rupa sehingga benda yang lebih panas bertambah
dingin dan benda yang lebih dingin akan bertanbah panas. Dengan kata lain, bahwa
apabila dua benda yang bersuhu tidak sama, bersentuhan, maka akan terjadi
perubahan suhu kedua benda tersebut akibat adanya perpindahan panas, yaitu benda
yang bersuhu lebih tinggi akan memberikan sebagian panasnya kepada benda yang
bersuhu lebih rendah, sehingga benda yang bersuhu lebih tinggi akan menjadi lebih
dingin, sedangkan benda yang bersuhu lebih rendah akan menjadi lebih panas.
Hukum Utama I atau Azas Black, pada penukaran panas antara dua jenis benda, maka
jumlah kalor keseluruhan akan tetap (kecuali ada usaha yang dilakukan pada saat
perpindahan tersebut). Dengan kata lain bahwa jumlah yang diberikan oleh benda
yang bersuhu lebih tinggi akan sama dengan jumlah panas yang diterima oleh benda
yang bersuhu lebih rendah. Pindah panas dapat dipergunakan untuk memperkirakan
suhu, baik suhu benda padat, maupun suhu bahan cair, setelah beberapa saat berlalu.
Perpindahan panas terjadi melalui suatu medium ke medium lain sebelum sampai ke
obyek
yang
diinginkan.
Metode
pindah
panas
di
sini
terjadi
secara
Panas bisa diibaratkan seperti air yang secara spontan mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah tanpa peduli berapa banyak air yang sudah berada
di bawah. Panas juga mengalir secara spontan dari benda yang bertemperatur tinggi
ke benda yang bertemperatur rendah tidak peduli seberapa besar ukuran kedua benda
itu (ukuran benda menentukan banyaknya kandungan panas).
1.1.1
elektron yang tidak terikat. Konduktivitas termal berhubungan erat sekali dengan
konduktivitas listrik. Pada zat padat yang bukan penghantar listrik, konduksi termal
merupakan akibat dari transfer momentum oleh masing-masing molekul di samping
gradient suhu. Contoh perpindahan kalor secara konduksi antara lain: perpindahan
kalor pada logam cerek pemasak air atau batang logam pada dinding tungku.
Hubungan dasar yang menguasai aliran kalor melalui konduksi adalah
berupa kesebandingan antara laju aliran kalor melintas permukaan isothermal dan
gradient suhu yang terdapat pada permukaan itu. Hubungan umum ini disebut hukum
Fourier yang berlaku pada setiap lokasi di dalam suatu benda, pada setiap waktu.
Hukum tersebut dapat dituliskan sebagai:
dq
T
=k
dA
n
dimana
A = luas permukaan isothermal yang tegak lurus terhadap arah aliran kalor
n = jarak, diukur tegak lurus terhadap permukaan itu
q = laju aliran kalor melintas permukaan itu pada arah normal terhadap permukaan
T = suhu
k = konstanta proporsionalitas (tetapan kesebandingan)
Konduksi pada kondisi distribusi suhu konstan disebut konduksi keadaan
stedi (steady-state conduction). Pada keadaan stedi, T hanya merupakan fungsi posisi
saja dan laju aliran kalor pada setiap titik pada dinding itu konstan. Untuk aliran stedi
satu-dimensi, persamaan (1) dapat dituliskan :
q
dT
=k
A
dn
Konstanta proporsionalitas k di atas adalah suatu sifat fisika bahan yang disebut
konduktivitas termal.
1.1.3
bahwa k tidak tergantung pada suhu dan luas dinding sangat besar dibandingkan
dengan tebalnya, sehingga kehilangan kalor dari tepi-tepinya dapat diabaikan.
Permukaan-permukaan luar dinding tegak lurus terhadap bidang gambar, dan kedua
permukaan itu isothermal.
T1
T2
x1
x2
k . Nilai
rata aritmetik dari k pada kedua suhu permukaan, T1 dan T2, atau dengan menghitung
rata-rata aritmetik suhu dan menggunakan nilai k pada suhu itu.
Persamaan diatas dapat dituliskan dalam bentuk :
q=
T
R
dimana R adalah tahanan termal zat padat antara titik 1 dan titik 2.
Karena dalam aliran kalor stedi semua kalor yang melalui tahanan pertama
harus seluruhnya melalui tahanan kedua pula, dan lalu tahanan ketiga, maka qa, qb dan
qc tentulah sama, dan ketiganya dapat ditandai dengan q.
q k a T a k b T b k c T c
=
=
=
A
xa
xb
xc
Selanjutnya,
q xa
xb
xc
( T 1T 8 ) =( T a + T b + T c )= A k + k + k
a
b
c
atau
q
=U (T 1T 8 )
A
dimana
xa xb xc
1
= + + =R
U
ka kb kc
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1
Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan perpindahan panas secara
4
5
manual.
Power lead dan HT12 dihubungkan ke socket marked O/P3 pada service unit.
Suplai air pendingin dipastikan berhubungan ke masukan pressure regulating
valve pada HT12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran temperatur disetiap thermocouple
pada masing-masing bahan dengan menggunakan HT11 (aluminium, brass dan
stainless steel) dan HT12 dengan memvariasikan voltage. Pada masing-masing bahan
didapatkan data-data temperatur disetiap posisi thermocouple, Untuk setiap bahan
dengan variasi voltage yang berbeda, nilai temperatur pada thermocouple ialah tidak
stabil (naik turun). Dari data-data yang telah diketahui, maka laju alir kalor (Q) dan
overall heat transfer coefficient (U) dapat ditentukan. Dari percobaan yang telah
dilakukan didapatkan hasil dengan data sebagai berikut:
Tabel 3.1.1 Lempengan Brass
V
(Volt)
1
2
3
4
5
I
(Ampere
)
0,0007
0,0018
0,0026
0,0037
0,0048
T1
T2
T3
T4
T5
T6
T7
T8
(0C)
(0C)
(0C)
(0C)
(0C)
(0C)
(0C)
(0C)
32,2
31,7
31,6
31,6
31,4
32.35
31.75
31.65
31.65
31.5
32,5
31,8
31,7
31,7
31,6
31,7
31,7
31,6
31,6
31,6
31,5
31,6
31,55
31,6
31,5
31,3
31,5
31,5
31,5
31,4
31,2
31,4
31,2
31,4
31,2
31,4
31,3
31,3
31,4
31,2
T1
T2
(Volt) (Ampere)
(0C)
(0C)
1
0,0007
35,3
35,2
2
0,0018
34,1
34,25
3
0,0026
34,3
34,2
4
0,0037
34,6
34,45
5
0,0048
35,1
34,95
Tabel 3.1.3 Lempengan Stainless steel
T3
T6
T7
T8
(0C)
35,1
34,4
34,1
34,3
34,8
(0C)
31,1
30,9
31,1
31,1
31,2
(0C)
31,1
30,8
31,0
30,9
31,2
(0C)
31,2
30,8
31
31
31
T1
T2
T3
T6
T7
T8
(Volt)
1
2
3
4
5
(Ampere)
0,0007
00018
0,0026
0,0037
0,0048
(0C)
34,8
33,6
33,4
33,7
34,4
(0C)
34,6
33,5
33,3
33,55
34,3
(0C)
34,4
33,4
33,2
33,4
34,2
(0C)
31,6
31,6
31,3
31,4
31,6
(0C)
30,7
31,2
31,3
31,3
31,4
(0C)
31,3
31,1
31,1
31,3
31,4
I (A)
T1
T2
T3
T4
T5
T6
0,000
31,
31,
31.2
31,
31,
31,
0,001
31,
31,
31.3
31,
31,
31,
8
0,002
3
31,
4
33,
5
32.1
3
31,
1
31,
2
31,
Q
(Watt)
0,000
7
(W/m2
o
C)
-
14,2675
0,003
73,375
6 8
0,007
-
4
5
6
0,003
8
32,
1
33,
5
32.4
2
31,
4
31,
2
31,
8
0,014
26,4968
7
0,004
2
33,
3
33,
5
32.6
6
31,
4
31,
4
31,
-37,707
-
0,024
32,6115
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil perhitungan dengan data
sebagai berikut:
3.1.4. Tabel Perhitungan Pada Lempengan Aluminium.
Q
K hot
K cold
K int
K rata-rata
(Watt)
(W/m0C)
(W/m0C)
(W/m0C)
(W/m0C)
(W/m0C)
0,010836
0,0007
0,267516
-0,53503
1
0,062447
-0,08556
-0,34799
0,0036
-0,9172
2,751592
0,632281
-2,22351
0,0078
2,980892
5,961783
0,164463
3,035713
-4,8176
0,0148
3,770701
11,3121
0,299163
0,416316
5,127322
-8,37933
0,024
6,11465
9,171975
5,234314
-11,931
K hot
K cold
K int
K rata-rata
(Watt)
(W/m0C)
(W/m0C)
(W/m0C)
(W/m0C)
(W/m0C)
0,0007 -0,1783439
-0,53503 0,214013
0,0036
-2,7515924
1,375796
0,0078
-5,9617834
2,980892
0,0148 -11,312102
0,024
-9,1719745
11,3121
9,171975
2,201274
-0,16645
0,275159
-1,78344
-18,3439
9,538854
2,185987
-52,9936
18,09936
6,033121
-150,828
14,67516
4,89172
-244,586
K hot
(Watt)
K cold
0
K int
0
(W/m C)
K rata-rata
0
(W/m C)
U
(W/m0C)
(W/m C)
(W/m C)
0,0007
0,133758
0,178344 0,0190234
0,110375
-0,40764
0,0036
1,375796
0,550318 0,1420177
0,689377
-2,93503
0,0078
2,980892
2,980892 0,2578069
2,073197
-6,91221
0,0148
3,770701
11,3121 0,4826497
5,188484
-12,569
0,024
9,171975
9,171975 0,5989861
6,314312
-16,3057
3.2. Pembahasan
Percobaan Perpindahan Panas Secara Konduksi ini bertujuan untuk
menentukan laju aliran kalor dan menentukan overall heat transfer coefficient aliran
kalor pada setiap bahan yang digunakan.Nilai voltage yang digunakan pada setiap
bahan adalah sama. Voltage yang digunakan adalah 1 v, 2 v, 3 v, 4 v dan 5 v. Namun,
hasil kuat arus yang didapat memiliki variasi yang berbeda walaupun ada beberapa
yang memiliki kuat arus yang sama.
Setelah percobaan ini dilakukan, hasil nilai konduktivitas thermal, koefisien
perpindahan panas keseluruhan, dan laju aliran kalor memiliki nilai yang cukup kecil
bahkan menyentuh nilai minus. Besar nilai kalor mempengaruhi nilai konduktivitas
thermal. Bila nilai laju aliran kalor dihubungakan dengan jarak benda yang konstan,
luas penampang yang konstan, dan perubahan suhu yang konstan, makan akan
menghasilkan nilai konduktivitas thermal yang besar juga. Sama halnya dengan
koefisien perpindahan panas keseluruhan yang berbanding lurus dengan laju aliran
kalor.
Berdasarkan literature, semakin tinggi nilai konduktivitas thermal suatu
benda, maka semakin cepat benda tersebut mengalirkan panas yang diterima dari satu
sisi ke sisi yang lain. Bahan steinless steel menghasilkan nilai konduktivitas thermal
yang tertinggi pada percobaan ini yaitu 2.875149 W/moC dan nilai konduktivitas
thermal yang terkecil diperoleh dari bahan brass, yaitu 2.643907W/moC.
K
Percobaan
Literatur
(W/m0C)
(W/m0C))
Aluminium
2,788814
202
Brass
2,643907
97
Nama Bahan
Stainless Steel
2,875149
15,2
Tabel 3.2.1 merupakan perbandingan nilai konduktivitas thermal pada percoaan
dengan literature pada masing-masing bahan, (antara lain: aluminium, brass, dan
stainless steel)
Dari table diatas
konduktivitas thermal percobaan dengan literature pada bahan aluminium dan brass.
Hal ini disebabkan karena alat yang digunakan dalam keadaan tidak bagus atau rusak
sehingga terjadi perbedaan yang sangat besar.
Terdapat beberapa hasil minus pada beberapa besaran untuk setiap bahan.
Nilai temperatur yang didapat juga tidak konstan atau tidak stabil. Hal ini disebabkan
karena alat-alat yang digunakan pada percobaan ini mengalami sedikit masalah,
sehingga berpengaruh pada tingkat keakuratan dalam pengukuran temperatur dan
kuat arus. Selain itu, pada proses praktikum tidak menggunakan alat HT10X Heat
Transfer Service Unit dikarenakan alat rusak, sehingga menggunakan Power supply
untuk menghasilkan daya agar nilai temperatur bisa di peroleh.
Gambar 3.2.1 merupakan hubungan antara voltage (V) dan laju alir kalor (Q) pada
masing-masing lempengan, diantaranya : aluminium, brass, dan stainless steel.
6
5
4
Steinless steel
Aluminium
Brass
1
0
Voltage (V)
Gambar 3.2.1 Grafik Hubungan antara voltage dan laju alir kalor pada masingmasing lempengan.
Berdasarkan gambar 3.2.1, untuk setiap bahan (aluminium, brass dan stainless
steel), dapat dilihat bahwa voltage (V) berbanding lurus dengan laju alir kalor (Q).
Dimana hal ini dapat dilihat bahwa semakin besar voltage yang digunakan maka akan
semakin besar pula laju alir kalor yang dihasilkan. Hubungan ini sesuai dengan
persamaan penentuan laju aliran kalor, yaitu Q = V x I . Dari persamaan tersebut juga
di dapat hubungan antara Q dengan V, dimana harga Q sebanding dengan harga V. Ini
berarti setiap kenaikan voltage akan menyebabkan terjadinya kenaikan laju aliran
kalor juga. Akan tetapi nilai overall heat transfer coefficient (U) berbanding terbalik
dengan laju alir kalor maupun voltage, dimana semakin meningkan voltage yang
diberikan maka nilai overall heat transfer coefficient (U) semakin menurun. Dalam
percobaan juga dapat dilihat bahwa nilai overall heat transfer coefficient (U) negative
(-), hal ini disebabkan karena perubahan temperatur yang tidak stabil.
Gambar 3.2 merupakan hubungan antara voltage (V) dan overall heat transfer
coefficient (U) pada masing-masing lempengan, diantaranya : aluminium, brass, dan
stainless steel.
0
-50
-100
-150
Stainless Steel
Aluminium
-200
Brass
-250
-300
Voltage (V))
Gambar 3.2 Grafik Hubungan antara voltage dan laju overall heat transfer coefficient
pada masing-masing lempengan.
Berdasarkan gambar 3.2, untuk setiap bahan (aluminium, brass dan stainless
steel), dapat dilihat bahwa overall heat transfer coefficient (U) berbanding lurus
dengan voltage maupun laju alir kalor, dimana semakin besar voltage yang diberikan
maka nilai overall heat transfer coefficient (U) semakin naik. Pada percobaan yang
dilakukan digunakan 2 variasi alat yaitu HT11 Linier Heat Conduction Accessory dan
HT12 Radial Heat Conduction Accessory. Perbedaan pada alat ini adalah pada alat
HT11 Linier Heat Conduction Accessory dapat digunakan beberapa contoh
lempengan konduktor sehingga dapat diketahui apakah lempengan tersebut dapat
menyerap kalor dengan baik atau tidak. HT11 Linier Heat Conduction Accessory
lebih mudah digunakan karena lebih praktis untuk menggunakan lempenganlempengan konduktor. Lempengan-lempengan konduktor tersebut dapat ditukar
dengan lempengan yang lain sehingga dapat diketahui laju alir kalor dan overall heat
transfer coefficient (U) dari setiap lempengan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1 Laju aliran kalor rata rata yang diperoleh dengan bahan brass, steinless steel
dan aluminium yaitu 0,01018 Watt . Sedangkan pada alat HT12 laju aliran
2
4.2
Saran
Sebaiknya alat yang digunakan pada percobaan tersebut harus benar-benar
efisien, agar hasil yang diperoleh lebih akurat dan sesuai terhadap literature yang ada.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
A. Perhitungan
Xhot = 0,0375 m
Xint = 0,030 m
Xcold = 0,0375 m
D = 0,025 m
1. Pengolahan data untuk bahan brass pada voltase 1 V, dengan kuat arus (I) =
0,0007 A
Heat Flow
Q =VxI
= 1 V x 0,0007A
= 0.0007 Watt
Cross sectional area
2
D
A=
4
= 0.00049 m2
Temperature difference in heated section
Thot = T1 T3
= 32,2oC 32,5 oC
= -0,3 oC
Conductivity in heated section
X hot Q
K hot =
A T hot
K hot =
0,0375 0,0007
0,00049 0,3
= -0,1783493 W/moC
Temperature difference in cooled section
Tcold = T6 T8
= 31,3oC 31,4oC
= -0,1oC
Conductivity in cooled section
X cold Q
K cold=
A T cold
K cold=
0,0375 0,0007
0,000490,1
= -0.53503W/moC
Temperature at hotface of specimen
( T 2T 3 )
T hotface=T 3
2
32,5
( 32,3532,5 )
2
= 32,575 oC
(31,331,2 )
2
= 31,35 oC
Temperature difference across specimen
Tint = T4 T5
= 31,7oC 31,5 oC
= 0,2 oC
Conductivity in intermediate section
A T
X Q
K
0,030 0,0007
= 0,00049 0,2
K
= 0,214013 W/moC
+ K cold
1
K hot + K
3
K ratarata =
(0,1783439+0 , 2140130,53503)
= -0,214013 W/moC
Overall Heat Transfer Coefficient
Q
U=
A(T 8T 1)
1
3
0,0007
0,00049 (31,432,2)
= -1,78344 W/m2 oC
Untuk mencari data-data selanjutnya dapat digunakan cara seperti diatas.
2. Pengolahan data untuk bahan Aluminium pada voltase 1 V dengan kuat arus
(I) = 0,0007A
Heat Flow
Q =VxI
= 1 V x 0,0007A
= 0.0007 Watt
Cross sectional area
2
D
A=
4
= 0.00049 m2
Temperature difference in heated section
Thot = T1 T3
= 35,3oC 35,1 oC
= 0,2oC
Conductivity in heated section
X hot Q
K hot =
A T hot
K hot =
0,0375 0,0007
0,00049 0,2
= 0,267516W/moC
Temperature difference in cooled section
Tcold = T6 T8
= 31,1oC 31,2oC
= -0,1oC
Conductivity in cooled section
X cold Q
K cold=
A T cold
K cold=
0,0375 0,0007
0,000490,1
= -0,53503W/moC
Temperature at hotface of specimen
( T 2T 3 )
T hotface=T 3
2
35,1
( 35,235,1 )
2
= 35,05oC
( 31,131,1 )
2
= 31,1oC
Temperature difference across specimen
Tint = Thotface Tcoldface
= 35,05oC 31,1oC
= 3,95oC
Conductivity in intermediate section
A T
X Q
K
0,030 0,0007
= 0,00049 3,95
K
= 0,010836W/moC
+ K cold
1
K hot + K
3
K ratarata =
(0,267516+ 0,0108360,53503)
= -0,08556W/moC
Overall Heat Transfer Coefficient
Q
U=
A(T 8T 1)
1
3
0,0007
0,00049 (31,235,3)
= -0,34799W/m2 oC
Untuk mencari data-data selanjutnya dapat digunakan cara seperti diatas.
3. Pengolahan data untuk bahan Steinless steel pada voltase 1V dengan kuat arus
(I) = 0,0007 A
Heat Flow
Q =VxI
= 1V x 0,0007A
= 0,0007 Watt
Cross sectional area
2
D
A=
4
= 0,00049 m2
Temperature difference in heated section
Thot = T1 T3
= 34,8oC 33,4 oC
= 0,4oC
Conductivity in heated section
X hot Q
K hot =
A T hot
K hot =
0,0375 0,0007
0,00049 0,4
= 0,133758 W/moC
Temperature difference in cooled section
Tcold = T6 T8
= 31,6oC 31,3 oC
= 0,3oC
Conductivity in cooled section
X cold Q
K cold=
A T cold
K cold=
0,0375 0,0007
0,00049 0,3
= 0,178344 W/moC
Temperature at hotface of specimen
( T 2T 3 )
T hotface=T 3
2
34,4
( 34,634,4 )
2
= 34,3oC
( 31,630,7 )
2
= 32,05 oC
Temperature difference across specimen
Tint = Thotface Tcoldface
= 34,3 oC 32,05 oC
= 2,25oC
Conductivity in intermediate section
A T
X Q
K
0,03 0,0007
= 0,00049 2,25
K
= 0,019023 W/moC
+ K cold
1
K hot + K
3
K ratarata =
(0,133758+ 0,019023+ 0,178344)
= 0,110375 W/moC
0,0007
0,00049 (31,334,8)
= -0,40764 W/m2 oC
1
3
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, CJ.1987. Transport Processes and Unit Operations. 3rd edition. Eastern
Economy Edition. Prentice-Hall of India Private Ltd. New Delhi, India.
Gerald, C.F. 2005. Applied Numerical Analysis. Addison-Wesley Publishing
Company.
Kreith, F. 2005. Principles Heat Transfer. Harper & Row Publisher.
Mc.Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot, P. 1999. Operasi teknik Kimia. Ed. 4. Jilid 1
Jakarta: Erlangga.
Tim Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik Program Studi D-III Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau. 2016. Penuntun Praktikum Operasi
Teknik Kimia I. Pekanbaru