Вы находитесь на странице: 1из 28

BAB 1 PENDAHULUAN

1A APAKAH KIMIA ANALITIK ITU ?

% Ni = 100 [(massa titik A massa titik B)/massa sampel]

1B PERSPEKTIF ANALITIK
1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah
2. Merancang prosdur percobaan
3. Melaksanakan percobaan, dan mengumpulkan data
4. Menganalisis data percobaan
5. Mengusulkan pnyelesaian masalah

Sebelum melanjutkan, dapatkan suatu artikel unttuk dibaca, tempatkan


pembahasan berkenaan dengan tiap tahap pada diagram alir yang tertera
dalam Gambar 1.3. Sbagai tambahan, gunakan pertanyaan-pertanyaan
berikut ini :
1. Apa masalah analitiknya?
2. Jenis informasi apakah yang diperlukan untuk mnyelesaika masalah
ini?
3. Penyelesaian manakah yang digunakan ?
4. Kriteria apakah yang dikonsiderasikan dalam merancang prosedur
percobaan?
5. Apakah terdapat gangguan besar yang harus dieliminasi? Jika ada,
bagaimanakah hal itu dilakukan?
6. Apakah ada rencana validasi metoda percobaan?
7. Bagaimanakah sampel diperoleh?
8. Apakah diperlukan tahap pendekatan analitik 2, 3, dan 4 diulangi
lebih dari satu kali?
9. Apa kesimpulan tentang keberhasilan penyelesaian masalah?

1C MASALAH-MASALAH UMUM DALAM ANALITIK


1D ISTILAH-ISTILAH KUNCI
1E RANGKUMAN
IF SOAL-SOAL
IG BACAAN YANG DISARANKAN
IH REFERENSI

BAB 2 PIRANTI DASAR KIMIA ANALITIK


Bab berikut ini, mempelajari tentang kekhasan kimia analitik. Dalam proses,
terdapat pertanyaan dan jawaban terhadap pertanyaan Bagaimanakah
mendapatkan sampel yang mewakili populasi?, dan Bagaimanakah
memilih teknik analitik yang sesuai?. Sebelum meninjau lebih dekat
terhadap pertanyaan ini dan juga pertanyaan lainnya, terlebih dulu perlu
meninjau ulang beberapa piranti bilangan dan peralatan dasar yang penting
bagi kimiawan analitik.
2A BILANGAN DALAM KIMIA ANALITIK
Kimia analitik tidak dapat dipisahkan dari ilmu kuantitatif. Apakah itu
menentukan konsentrasi suatu spesi dalam larutan, evaluasi tetapan
kesetimbangan, menentukan laju reaksi, atau menggambar hubungan antara
struktur senyawa dengan kereaktifannya, kimiawan analitik melakukan
pengukuran dan mengerjakan perhitungan. Dalam bagian ini secara singkat
ditinjau ulang beberapa topik penting yang melibatkan penggunaan bilangan
dalam kimia analitik.
2A.1 SATUAN DASAR UKURAN
Bayangkan Anda menemukan petunjuk berikut ini dalam suatu prosedur
laboratorium:Dipindahkan 1,5 dari sampel anda ke dalam suatu labu ukur
100, dan encerkan hingga volumenya. Bagaimana anda melakukan hal ini?
Jelas petunjuk ini tidak lengkap, karena satuan ukurnya tidak dinyatakan.
Bandingkan dengan petunjuk yang lengkap ini: Pindahkan 1,5 g sampel
anda ke dalam labu takar 100 mL, dan encerkan hingga volumenya.Ini
merupakan petunjuk yang mudah diikuti.
Pengukuran biasanya terdiri dari satuan-satuan dan bilangan-bilangan yang
mengekspresikan kuantitas satuannya. Sayangnya, banyak satuan-satuan
yang berbeda digunakan untuk mengekspresikan pengukuran fisik yang
sama. Sebagai contoh, massa sampel yang ditimbang 1,5 g juga dapat
diekspresikan sebagai 0,0033 lb atau 0,053 oz. Untuk konsistennya, dan
mencegah kebingungan, ilmuwan menggunakan sekumpulan satuan dasar
yang umum, yang beberapa di antaranya diurutkan dalam Tabel 2.1. Satuan
ini disebut satuan internasional, atau SI unit, yang berasal dari Systme
International dUnits. Pengukuran lainnya menggunakan satuan dasar SI

ini. Sebagai contoh, mengukur kuantitas kalor yang dihasilkan selama suatu
reaksi kimia, dalam joule, (J), dimana,
m 2kg

1J=

s2

Tabel 2.2. berisi daftar satuan penting lainnya yang diturunkan dari satuan
SI, yang juga merupakan satuan bukan SI yang kerap digunakan.
Tabel 2.1. Satuan Dasar SI
Pengukuran
Massa
Volume
Jarak
Tmperatur
Waktu
Arus listrik
Jumlah zat

Satuan
Kilogram
Liter
Meter
Kelvin
Detik
Amper
Mol

Lambang
kg
L
m
K
s
A
mol

Tabel 2.2 Satuan SI dan non SI lainnya


Pengukuran
Satuan
Lambang
Padanan Satuan SI
angstrom
newton
pascal
atmosfer
Energi, kerja, joule
panas
Daya
watt
Muatan
colulomb
Potensial
volt

N
Pa
Atm
J

1 = 1 10-10 m
1N = 1 m.kg.s-2
1 Pa = 1 N.m-2 = 1 kg.m-1.s-2
1 atm = 101.325 Pa
1 J = 1 N.m = 1 m2.kg.s-2

W
C
V

Temperatur

1 W = 1 J.s-1 = 1 m2.kg.s-1
1 C = 1 A.s
1 V = 1 W.A-1
= 1 m2.kg.s-2.A-1
o
C = K 273,15
o
F = 1,8(K-273,15) + 32

Panjang
Gaya
Tekanan

derajat Celcius
derajat Fahrenheit

C
F

Kimiawan kerap kali bekerja dengan pengukuran yang sangat besar atau
sangat kecil. Misalanya 1 mol berisi 602.213.670.000.000.000.000.000

partikel, dan beberapa teknik analitik dapat mendeteksi 0,000000000000001


g suatu senyawa. Untuk memudahkan, digunakan notasi ilmiah, scientific
notation; sehingga 1 mol berisi 6,02213671023 partikel, dan massa yang
dinyatakan adalah 11015 g. Terkadang sangat diharapkan untuk
mengekspresikan pengukuran tanpa menggunakan pengertian eksponensial,
dan digantikan dengan suatu prefix. Suatu massa 11015 g sama dengan 1
femtogram. Tabel 2.3 memuat daftar prefix lainnya yang sering digunakan.
Tabel 2.3. Prefix yang lazim bagi notasi eksponensial
Eksponensial
1012
109
106
103
10-1
10-2
10-3
10-6
10-9
10-12
10-15
10-18

Prefiks
Tera
Giga
Mega
Kilo
Desi
Senti
Mili
Mikro
Nano
Piko
Femto
Ato

Lambang
T
G
M
k
d
c
m

n
P
F
a

2A.2 ANGKA BERMAKNA, ANGKA PENTING


(SIGNIFICANT FIGURES)
Mencatat suatu pengukuran memerlukan informasi mengenai baik nilai
maupun ketidakpastiannya. Sebagai contoh, jika menimbang sampel di atas
neraca dan mencatat massanya sebesar 1,2637 g, dengan menganggap semua
digit terkecuali yang terakhir, diketahui dengan pasti. Dimisalkan bahwa
digit terakhir memiliki ketidakpastian paling tidak 1, memberikan
ketidakpastian absolut paling tidak 0,0001 g, atau paling tidak
ketiakpastian relatifnya adalah:
0,0001g
100 = 0,0079%
1,2637 g

Bilangan penting merupakan refleksi ketidakpastian pengukuran. Jumlah


angka penting adalah sama dengan digit dalam pengukuran, dengan
ekspektasi bahwa (0) digunakan untuk menetapkan kedudukan titik desimal
adalah dianggap tidak penting. Definisi ini dapat membingungkan. Sebagai
contoh, berapa bilangan penting pada bilangan 100? Jika diukur mendekati
seratus, maka ada satu angka penting. Jika diukur mendekati sepuluh, maka
ada dua angka penting. Untuk mencegah kebingungan, digunakan scientific
notation. Maka, 1102 memiliki satu angka bermakna, sedangkan 1,0102
memiliki dua angka penting. Untuk pengukuran yang menggunakan
logaritma, seperti pH, jumlah angka penting adalah sama dengan digit
sebelah kanan decimal, termasuk semua nol. Digit sebelah kiri desimal tidak
dihitung sebagai angka penting, karena hanya menunjukkan kekuatan 10.
Maka, pH 2,45 memiliki dua angka penting. Bilangan eksak, seperti halnya
koefisien stoikhiometri dalam suatu rumus atau reaksi kimia, dan satuan
faktor perubah, memiliki angka penting tak hingga. Contohnya, satu mol
CaCl2 mengandung tepat dua mol khlorida dan satu mol kalsium. Dalam
kesamaan:
1000 mL = 1 L
kedua bilangan memiliki angka penting tak hingga.
Mencatat suatu pengukuran bilangan dengan angka penting yang benar
adalah penting, karena hal itu menceritrakan seberapa presis anda
melakukan pengukuran. Sebagai contoh, diandaikan anda menimbang suatu
obyek pada suatu neraca yang mampu mengukur massa mendekati 0,1 mg,
namun mencatat massanya sebesar 1,762 g tidak sebagai 1,7620 g. Dengan
kekeliruan tidak mencatat nol, yang adalah angka penting, maka anda
menetapkan bagi yang lainnya bahwa massa yang ditentukan menggunakan
neraca itu yang mampu menimbang hanya sekitar 1 mg. Hal yang sama,
suatu buret dengan skala ditandai setiap 0,1 mL dapat dibaca hampir 0,01
mL. Digit dalam tempat perseratusan merupakan angka penting terkecil,
karena harus mengestimasi nilainya. Melaporkan suatu volum 12,241 mL
berimplikasi bahwa skala buret anda lebih presis ketimbang yang
sesungguhnya, yakni pembagian skalanya adalah setiap 0,01 mL.
Angka penting juga penting, karena memandu dalam melaporkan hasil suatu
analisis. Jika menggunakan pengukuran dalam suatu perhitungan, hasil dari
perhitungan itu tidak pernah dapat lebih pasti daripada ketidakpastian
pengukurannya. Contoh sederhana, hasil suatu analisis tidak dapat lebih
pasti ketimbang pengukuran yang terkecil yang termasuk dalam analisis.

Sebagai aturan umum, operasi matematik melibatkan penambahan dan


pengurangan dilakukan terhadap digit terakhir dari semua bilangan yang
termasuk dalam perhitungan. Maka, jumlah 135,621, 0,33 dan 21,2163
adalah 157,17 karena digit terakhir adalah penting bagi semua bilangan tiga
adalah yang di tempat perseratusan.
135,621 + 0,33 + 21,2163 = 157,1673 = 157,17
Jika mengali atau membagi, aturan umum adalah bahwa jawabannya
mengandung jumlah angka penting yang sama seperti angka di dalam
perhitungan yang memiliki angka penting terkecil. Sehingga,
22,91 0,152
= 0,21361 = 0,214
16,302

Bagaimanapun juga penting diingat, bahwa aturan ini adalah umum. Yang
dibuat tetap adalah bukannya angka penting, namun ketidakpastian absolut
jika menambah atau mengurangi, dan ketidakpastian relatif jika mengkali
atau membagi. Sebagai contoh, perhitungan berikut memberitahukan
jawaban terhadap angka penting yang tepat, sekalipun itu menyalahi aturan
umum yang digarisbawahi sebelumnya.
101
= 1,02
99

Karena ketidakpastian relatif dari kedua pengukuran itu sekitar 1% (1011,


991), ketidakpastian relatif dalam jawaban akhir adalah sekitar 1%.
Melaporkan jawaban untuk hanya dua angka penting (1,0), sebagaimana
diperlukan oleh aturan umum, memberikan implikasi ketidakpastian relatif
10%. Jawaban yang benar, dengan tiga angka penting, menghasilkan
ketidakpastian relatif meluas. Bab 4 menampilkan perlakuan lebih lengkap
tentang ketidakpastian dan hal itu penting dalam melaporkan hasil analisis.
Akhirnya, untuk mencegah kesalahan yang terus menerus, adalah gagasan
yang baik untuk menahan paling tidak lebih satu angka penting dari seluruh
perhitungan. Hal ini praktis digunakan dalam buku ini. Lebih baik, gunakan
kalkulator yang memungkinkan anda melakukan perhitungan panjang tanpa
merekan nilai-nilai antara. Jika perhitungan telah sempurna, jawaban akhir
dapat dibulatkan menjadi angka penting dengan menggunakan aturan
sederhana berikut ini.
1. Pertahankan angka penting yag paling kecil jika angka itu dan digit
yang menyertainya kurang dari paruh jalan terhadap digit berikutnya
yang lebih besar; maka, bulatkan 12,442 ke puluhan terdekat untuk
memberikan 12,4 karena 0,442 adalah kurang dari paruh jalan 0,400
dan 0,500.
2. Naikkan angka penting terkecil dengan 1 dan jika angka itu dan digit
yang menyertainya lebih dari paruh jalan digit lebih besar berikutnya,

maka bulatkan 12,476 menjadi puluhan terdekat yang memberikan


12,5 karena 0,476 lebih dari paruh jalan antara 0,400 dan 0,500.
3. Jika angka penting dan digit yang menyertainya adalah tepat pada
paruh jalan dari digit yang lebih besar berikutnya, maka bulatkan
angka penting yang terkecil ke arah bilangan genap terdekat, sehingga
bulatkan 12,450 ke puluhan terdekat menghasilkan 12,4, akan tetapi
12,550 dibulatkan ke puluhan terdekat menjadi 12,6. Pembulatan
dengan cara ini mencegah dari munculnya kesalahan oleh selalu
membulatkan ke atas atau ke bawah.
2B SATUAN UNTUK MENYATAKAN KONSENTRASI
Konsentrasi merupakan satuan pengukuran umum yang menyatakan jumlah
zat terlarut yang ada dalam sejumlah tertentu larutan.
Konsentrasi =

jumlah zat terlarut


jumlah larutan

2.1

Namun, istilah zat terlarut (solut) dan larutan (solution) seringkali diartikan
dengan sampel cairan, hal itu dapat diperluas juga bagi sampel-sampel fasa
gas dan fasa padat. Satuan yang saat ini digunakan untuk melaporkan
konsentrasi tergantung pada berapa banyaknya zat terlarut dan larutan yang
diukur. Tabel 2.4 memberikan daftar satuan konsentrasi yang lazim.
2B1 MOLARITAS DAN FORMALITAS
Baik molaritas maupun formalitas menyatakan konsentrasi sebagai mol zat
terlarut tiap liter larutan. Namun, ada perbedaan mendasar antara molaritas
dan formalitas. Molaritas adalah konsentrasi dari spesi kimia tertentu dala
larutan. Formalitas, si sisi lain adalah konsentrasi total zat dalam larutan
tanpa memperhatikan bentuk kimia khususnya. Jika suatu zat terlarut tidak
mengalami disosiasi (penguraian) menjadi ion-ionnya, maka tidak perbedaan
antara molaritas zat dengan formalitas zat. Sebagai contoh, konsentrasi
molar larutan glukosa adalah sama dengan formalitasnya.
Bagi zat yang mengalami ionisasi dalam larutan seperti halnya NaCl, maka
molaritas berbeda dengan formalitasnya. Sebagai contoh, melarutkan 0,1
mol NaCl hingga volumenya tepat 1 L dalam air menghasilkan larutan yang
mengandung 0,1 mol Na+ dan 0,1 mol Cl, sehingga molaritas NaCl adalah

nol, kare, tidak ada lagi NaCl yang tidak terdisosiasi dalam larutan. Dengan
demikian, larutan adalah 0,1 M dalam Na + dan 0,1 M dalam Cl. Namun,
formalitas larutan adalah 0,1 F karena ini memperlihatkan jumlah total NaCl
dalam larutan. Definisi secara kasar bagi molaritas benar ataupun salah,
sebagian besar tidak dijumpai dalam pustaka, seperti halnya dalam buku ini.
Jika dinyatakan bahwa larutan NaCl 0,1 M, maka difahami bahwa itu terdiri
dari ion-ion Na+ dan Cl. Satuan formalitas digunakan jika diperlukan untuk
menjelaskan larutan kimia.
Konsentrasi molar digunakan demikian seringnya yang notasi simboliknua
sering digunakan untuk mensederhanakan penggunaannya dalam persamaan
dan penulisan. Penggunaan kurung persegi di sekitar spesi menunjukkan
bahwa merujuk pada konsentrasi molar spesi. Maka, [Na +] dibaca
konsentrasi molar ion natrium.
Tabel 2.4 Satuan yang biasa digunakan untuk menyatakan konsentrasi
Nama
Molaritas
Formalitas
Normalitas
Molalitas
% berat
% volum
% berat terhadap volum
Bagian per sejuta
Bagian per semilyar

Satuan
mol zat terlarut
liter larutan
Jumlah berat formula (FW) zat terlarut
liter larutan
Jumlah berat ekivalen (EW) zat terlarut
liter larutan
Jumlah mol zat terlarut
kg pelarut
Jumlah g zat terlarut
100 g larutan
Jumlah mL zat terlarut
100 mL larutan
Jumlah g zat terlarut
100 mL larutan
Jumlah g zat terlarut
106 g larutan
Jumlah g zat terlarut
109 g larutan

FW = formula weight ; EW = equivalent weight

Lambang
M
F
N
M
% w/w
% v/v
% w/v
ppm
ppb

2B.2 NORMALITAS
Normalitas merupakan satuan konsentrasi tertua yang walaupun telah biasa
digunakan, namun sering dilupakan di laboratorium masa kini. Normalitas
masih tetap digunakan dalam beberapa buku pedoman metoda analitik, dan,
untuk alasan inilah sangatlah bermanfaat untuk memahaminya. Sebagai
contoh, normalitas adalah satuan konsentrasi yang digunakan dalam
Standard Methodes for the Examination of Water and Wastewater, yang
lazim digunakan sebagai sumber metoda analitik bagi laboratorium
lingkungan.
Normalitas dikemukakan menggunakan ekivalen kimia, yakni jumlah satu
spesi kimia yang bereaksi secara stoikhiometri dengan spesi kimia lainnya,
Perlu dicatat bahwa definisi ini membuat satu ekivalen, sehingga normalitas
adalah suatu fungsi reaksi kimia dengan spesi-spesi itu berperan serta. Meski
suatu larutan H2SO4 memiliki molaritas tetap, namun normalitasnya
tergantung pada bagaimana reaksinya.
Jumlah ekivalen, n, didasarkan pada satuan reaksi, yang adalah bagian dari
suatu spesi kimia mengambil bagian dalam suatu reaksi. Sebagi contoh pada
reaksi pengendapan, satuan reaksi adalah muatan dari kation atau anion yang
serta dalam reaksi; sehingga bagi reaksi ini,
Pb2+(aq) + 2I(aq) PbI2(s)
n = 2 bagi Pb2+ dan n = 1 bagi I. Dalam reaksi asam-basa, satuan reaksi
adalah jumlah ion H+ yang disumbangkan oleh suatu asam atau yang
diterima oleh suatu basa. Bagi reaksi antara asam sulfat dengan amonia,
H2SO4(aq) + 2NH3(aq) 2NH4+(aq) + SO42-(aq)
ditemukan bahwa n = 2 bagi H2SO4 dan n = 1 bagi NH3. Bagi reaksi
kompleksasi, satuan reaksi adalah jumlah pasangan elektron yang dapat
diterima oleh logam atau yang diberikan oleh ligan. Dalam reaksi:
Ag+(aq) + 2NH3(aq) Ag(NH3)2(aq)

maka, n bagi Ag+ adalah 2 dan bagi NH3 adalah 1. Akhirnya, dalam reaksi
oksidasi-reduksi, satuan reaksi adalah jumlah elektron yang dibebaskan oleh
zat pereduksi atau yang diterima oleh zat pengoksidasi, sehingga bagi reaksi:
2Fe3+(aq) + Sn2+(aq) Sn4+(aq) + 2Fe2+(aq)
n = 1 bagi Fe3+ dan n = 2 bagi Sn2+. Secara jelas, penentuan jumlah ekivalen
bagi suatu spesi kimia memerlukan pemahaman tentang bagaimana ia
bereaksi.
Normalitas adalah jumlah berat ekivalen (EW) per satuan volum, dan seperti
halnya formalitas, itu tidak tergantung pada spesiasinya. Satu berat ekivalen
didefinisikan sebagai angka banding berat formula (FW) suatu spesi kima
terhadap jumlah ekivalennya.
EW =

FW
n

Konsekuensinya, muncul hubungan sederhana berikut ini di antara


normalitas dan molaritas:
N=nM
Contoh 2.1 menggambarkan hubungan antara reaktifitas kimia, berat
ekivalen dan normalitas.
Contoh 2.1
Hitunglah berat ekivalen dan normalitas bagi larutan H3PO4 6,0 M yang
memberikan reaksi berikut ini:
(a) H3PO4(aq) + 3OH(aq) PO43-(aq) + 3H2O(l)
(b) H3PO4(aq) + 2NH3(aq) HPO42-(aq) + 2NH4+(aq)
(c) H3PO4(aq) + F(aq) H2PO4-(aq) + HF(aq)
Penyelesaian
Bagi asam fosfat, jumlah ekivalen adalah jumlah ion H + yang disumbangkan
pada basa. Bagi reaksi (a), (b), dan (c) jumlah ekivalennya masing-masing
adalah 3, 2, dan 1. Maka, perhitungan berat ekivalen dan normalitasnya
adalah :
FW
97,994
=
= 32,665 dan N = n M = 3 6,0 = 18 N
n
3
FW
97,994
(b) EW =
=
= 48,997 dan N = n M = 2 6,0 = 12 N
n
2

(a) EW =

(c) EW =

FW
97,994
=
= 97,994 dan N = n M = 1 6,0 = 6 N
n
1

2B.3 Molalitas
Molalitas digunakan dalam perhitungan termodinamika ketika diperlukan
satuan konsentrasi yang tidak tergantung pada temperatur. Molaritas,
formalitas dan normalitas didasarkan pada volume larutan yang di dalamnya
terkandung zat terlarut. Karena kerapatan merupakan sifat larutan yang
tergantung pada temperatur, maka konsentrasi dalam molar, formal dan
normal akan berubah sebagai fungsi temperatur. Dengan menggunakan
massa pelarut sebagai ganti volumnya, menghasilkan konsentrasi yang tidak
tergantung pada temperatur.
2.B4 Angka banding berat, volum dan berat terhadap volum
Persen berat (%w/w), persen volum (%v/v) dan persen berat terhadap
volum (%w/v) mengekspresikan satuan konsentrasi zat terlarut dalam 100
satuan sampel. Suatu larutan yang zat terlarutnya memiliki konsentrasi 23%
w/v mengandung 23 g zat terlarut dalam 100 mL larutan. Bagian per sejuta
(part per million, ppm) dan bagian per semilyar (part per billion, ppb),
masing-masing adalah, massa zat terlarut dalam gram setiap satu juta atau
satu milyar gram sampel. Sebagai contoh, suatu baja yang kandungan Mnnya 450 ppm berarti bahwa setiap g baja mengandung 450 g Mn. Jika
kerapatan larutan dalam air diperkirakan 1,00 g/mL, maka konsentrasi dapat
diekspresikan dalam bagian per juta atau bagian per milyar dengan
menggunakan hubungan berikut ini.
ppm =

mg
g
=
liter mL

ppb =

g
ng
=
liter
liter

Bagi gas, ppm biasanya menggunakan angka banding volum. Maka,


konsentrasi helium 6,3 ppm berarti bahwa setiap 1 liter udara mengandung
6,3 L He.
2B.5 Mengubah di antara satuan-satuan konsentrasi

Satuan konsentrasi yang paling sering digunakan adalah molaritas, persen


berat, persen volum, persen berat ke volum, bagian per sejuta dan bagian per
milyar. Dengan mengingat definisi umum tentang konsentrasi yang
diberikan dalam Persamaan 2.1, maka akan mudah mengubah di antara
satuan konsentrasi.
Contoh 2.2
Larutan pekat ammonia dalam air adalah 28% w/w NH 3 dan memiliki
kerapatan 0,899 g/mL. Berapa molar konsentrasi NH3 dalam larutan ini?
Penyelesaian

28 g NH 3
1 mol NH 3
0,899 g larutan
100 mL

= 14,8 M
100 g larutan
17,04 g NH 3
mL larutan
liter

Contoh 2.3
Konsentrasi maksimum yang dibolehkan bagi khlorida dalam air minum
perusahaan daerah air minum (PDAM) adalah 2,50102 ppm Cl. Jika air
pasokan melempaui batas ini, seringkali dapat dibedakan dari rasanya yang
agak asin. Berapa mol Cl/liter konsentrasi ini.
Penyelesaian
1g
1 mol Cl
2,50 102 mgCl

= 7,05103 M
1000mg 35,453 g Cl
L

2.B6 FUNGSI p

Terkadang sangat tidak mudah menggunakan satuan konsentrasi seperti


dalam Tabel 2.4. Misalnya, selama reaksi konsentrasi pereaksi dapat
berubah menurut urutan besarnya. Jika tertarik untuk mengamati
kemajuan suatu reaksi secara grafik, maka dapat dibuat alur konsentrasi
pereaksi yang ditambahkan sebagai fungsi waktu atau sebagai fungsi
volume pereaksi yang ditambahkan pada reaksi. Seperti dalam hal pada
Gambar 2.1 ketika konsentrasi molar H+ dialurkan sebagai fungsi
volume NaOH yang ditambahkan ke dalam larutan HCl (sumbu y di
sebelah kiri gambar). Konsentrasi awal [H] adalah 0,10 M dan
konsentrasinya setelah penambahan 75 mL NaOH adalah 5,0 10 13 M.
Maka dengan mudah perubahan [H] diikuti setelah 14 penambahan
NaOH pertama. Pada 10 penambahan NaOH yang terakhir, perubahan
[H+] sangatlah kecil untuk dilihat. Jika bekerja dengan konsentrasi yang
jarak besarnya sangat banyak tingkatannya, maka lebih mudah jika
untuk menyatakan konsentrasi digunakan fungsi-p. Fungsi-p dari suatu
bilanganX dituliskan pX dan didefinisikan sebagai,
pX = -log(X)
Maka, pH larutan H nya 0,10 M adalah,
pH = -log [H+] = -loh (0,10) = 1,00
dan pH dari H+ 51013 M adalah
pH = -log (51013) = 12,3
Gambar 2.1 menunjukkan bagaimana alur pH menggantikan [H+]
menunjukkan lebih rinci bagaimana konsentrasi H+ berubah mengikuti
penambahan NaOH.
+

Contoh 2.5.
Berapakah pNa pada larutan 1,76103 M Na3PO4?
Penyelesaian
Karena setiap mol Na3PO4 mengandung tiga mol Na+, maka konsentrasi Na+
adalah:
3 mol Na
[Na ] =
1,76103 M = 5,28103 M
mol Na 3PO4
+

Dan pNa = -log (5,28103) = 2,277

Gambar 2.1 Grafik [H+] terhadap volume NaOH dan pH terhadap volume
NaOH pada reaksi antara HCl 0,10 M dengan NaOH 0,1 M
Contoh 2.5
Berapakah [H+] dalam larutan yang memiliki pH sebesar 5,16?
Penyelesaian
Konsentrasi H+ adalah,
pH = -log[H+] = 5,16 atau log[H+] = -5,16
sehingga [H+] = antilog (-5,16) = 105,16 = 6,9106 M.
2C PERHITUNGAN STOIKHIOMETRI
Suatu reaksi kimia yang setara menunjukkan hubungan kuantitatif antara
mol pereaksi dan produknya. Hubungan stoikhiometri ini merupakan dasar
bagi banyak perhitungan analitik. Sebagai contoh, misalkan soal ketika
menentukan jumlah asam oksalat, H2C2O4 di dalam rhubarb (sejenis
tanaman lobak). Salahsatu metoda untuk menganalisis asam oksalat H2C2O4
adalah menggunakan reaksi oksidasi asam oksalat menjadi CO2.
2Fe3+(aq) + H2C2O4(aq) + H2O(l) 2Fe2+(aq) + 2CO2(g) + 2H3O+(aq) 2.2
Reaksi setara menunjukkan hubungan stoikhiometri antar mol Fe 3+ yang
digunakan dan mol asam oksalat dalam sampel yang dianalisis, yang secara
spesifik, satu mol asam oksalat bereaksi dengan dua mol Fe 3+.Seperti

diperlihatkan dalam Contoh 2.6, reaksi setara dapat digunakan untuk


menentukan jumlah asam oksalat dalam sampel, asalkankan informasi
tentang jumlah mol Fe3+ diketahui.
Contoh 2.6
Jumlah asam oksalat dalam sampel rhubarb ditentukan dengan mereaksikan
Fe3+ seperti ditunjukkan dalam Reaksi 2.2. Dalam analisis tertentu, asam
oksalat dalam 10,62 g rhubarb diekstraksi dengan pelarut yang sesuai.
Oksidasi sempurna asam oksalat menjadi CO 2 memerlukan 36,44 mL
Fe3+ 0,0130 M, Berapakah % berat asam oksalat dalam rhubarb?
Penyelesaian
Dimulai dengan menghitung jumlah mol Fe3+yang digunakan dalam reaksi
0,013 mol Fe3+
0,03644 L = 4,737 104 mol Fe3+
L

Sehingga, mol asam oksalat yang bereaksi dengan Fe3+ adalah


4,737 104 mol Fe3+

1 mol C2 H 2O4
= 2,369 104 mol H2C2O4.
3+
2 mol Fe

Dengan merubah mol asam oksalat menjadi gram asam oksalat, maka,
2,369 104 mol H2C2O4

90,03 g H 2C2O4
2
mol H 2C2O4 = 2,132 10 g asam oksalat.

Dan selanjutnya merubah ke dalam persen berat asam oksalat dalam sampel
rhubarb,
2,132 10 2 g asam oksalat
100% = 0,201% w/w H2C2O4.
10,62 g rhubarb

Dalam analisis yang diuraikan dalam Contoh 2.6, asam oksalat sudah ada
dalam bentuk yang diinginkan. Dalam banyak metoda analitik, senyawa
yang ditentukan harus dirubah menjadi bentuk lain yang dapat dianlisis.
Sebagai contoh, salahsatu metoda analisis kuantitatif bagi tetraethylthiuram
disulfide (C10H20N2S4), memerlukan oksidasi S menjadi SO2, dengan
mengalirkan SO2 melalui H2O2, diikuti dengan titrasi asam-basa H2SO4
dengan NaOH. Walaupun demikian ditulskan reaksi kimia setara untuk
setiap tahapan ini, yang acapkali lebih mudah menggunakan prinsip
konservasi satuan reaksi. Suatu satuan reaksi adalah bahwa bagian dari spesi
kimia yang serta dalam reaksi. Misalkan, suatu reaksi kimia yang belum
setara :
A + B Produk

Satuan konservasi reaksi memerlukan bahwa jumlah satuan reaksi yang


berkaitan dengan pereaksi B. Dengan menjelaskan pernyataan
sebelumnya ke dalam bentuk matematik memberikan:
Jumlah satuan reaksi per A mol A = jumlah satuan reaksi per B mol B

2.3Jika

diketahui mol A dan jumlah satuan reaksi yeng berhubungan dengan A


dan B, maka selanjutnya dapat dihitung jumlah mol B. Perlu dicatat
bahwa konservasi satuan reaksi seperti didefinisikan oleh Persamaan
2.3, hanya dapat digunakan di anatara dua spesi. Ada lima prinsip
penting mengenai konservasi satuan reaksi: massa, muatan, proton,
pasangan elektron, dan elektron.

2C.1 Konservasi massa


Prinsip yang lebih mudah untuk diperhatikan adalah konservasi massa.
Kecuali reaksi inti, massa total suatu unsure pada akhir reaksi haruslah sama
seperti yang ada ketika reaksi baru mulai, sehingga suatu unsure berperan
sebagai satuan reaksi yang paling dasar. Misalkan, pembakaran yang butana
menghasilkan CO2 dan H2O, dengan reaksi yang belum setaranya adalah,
C4H10(g) + O2(g) CO2(g) + H2O(g)
Semua karbon dalam CO2 berasal dari butane, sehingga dapat memilih
karbon sebagai satuan reaksi. Karena terdapat empat atom karbon dalam
butana, dan satu atom karbon dalam CO2, maka dapat dituliskan :
4 mol C4H10 = 1 mol CO2
Hydrogen juga dapat dipilih sebagai satuan reaksi, karena semua hydrogen
dalam butana berakhir semuanya sebagai H2O yang dihasilkan selama
pembakaran. Maka dapat ditulis:
10 mol C4H10 = 2 mol H2O
Walaupun massa oksigen dikonservasikan selama reaksi, Persamaan 2.3
tidak dapat digunakan karena O2 yang digunakan selama reaksi tidak dapat
berakhir sebagai produk tunggal.
Konservasi massa dapat juga dengan hati-hati, digunakan bagi gugus atom.
Sebagai contoh, ion ammonium, NH4+ dapat diendapkan sebagai bentuk
Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O. Dengan memilih NH4+ sebagai satuan reaksi, maka:

2 mol Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O = 1 mol NH4+


2C.2 Konservasi muatan
Stoikhiometri di antara dua pereaksi dalam suatu pengendapan ditentukan oleh
konservasi muatan, yang mensyaratkankan muatan total kation dan muatan total anion
dalam endapan haruslah sama. Dalam hal ini satuan reaksi dalam suatu reaksi
pengendapan adalah nilai absolut muatan kation dan anion yang membentuk endaapan.
Dengan menggunakan Persamaan 2.3, untuk mengendapkan Ca3(PO4)2 berasal dari reaksi
antara Ca2+ dan PO43-, yang dapat dituliskan:
2 mol Ca2+ = 3 mol PO43-

2C.3 Konservasi proton


Dalam reaksi asam-basa, satuan reaksinya adalah proton. Bagi suatu asam,
jumlah satuan reaksi diberikan oleh jumlah proton yang disumbangkan pada
suatu basa; dan bagi suatu basa, adalah jumlah proton yang dapat diterima
dari suatu asam. Sebagai contoh dalam reaksi antara H 3PO4 dan NaOH, asam
lemah H3PO4 dapat menyumbangkan semua tiga protonnya pada NaOH,
yang dalam hal ini, NaOH merupakan basa kuat yang dapat menerima satu
proton. Sehingga, dapat dituliskan,
3 mol H3PO4 = 1 mol NaOH
Diperlukan kehati-hatian dalam menentukan jumlah satuan reaksi yang
berkaitan dengan asam dan basa. Sebagai contoh, jumlah satuan reaksi pada
suatu asam tergantung tidak hanya pada berapa banyaknya proton asam yang
ada, tetapi pada seberapa banyakproton mampu bereaksi dengan basa yang
dipilih. Dalam reaksi antara H3PO4 dengan NH3 berikut ini,
H3PO4(aq) + 2 NH3(aq) H2PO4(aq) + 2NH4+(aq)
Konservasi proton yang diperlukan bahwa,
2 mol H3PO4 = mol NH3
2C.4 Konservasi pasangan elektron
Dalam reaksi kompleksasi, satuan reaksinya adalah pasangan elektron. Bagi
logam, jumlah satuan reaksi adalah pusat koordinasi (bilangan koordinasi)
untuk mengikat ligan. Bagi suatu ligan, jumlah satuan reaksi adalah ekivalen

dengan jumlah pasangan elektron yang dapaat disumbangkan pada logam.


Salah satu reaksi kompleksasi penting dalam analitik adalah antara ligan
asam etilendiamintetraasetat (EDTA), yang mampu menyumbangkan 6
pasangan electron dan ion logam berkoordinasi 6, seperti misalnya Cu 2+,
sehingga,
6 mol Cu2+ = 6 mol EDTA
2C.5 Konservasi elektron
Dalam reaksi redoks, satuan reaksinya adalah elektron yang dipindahkan
dari suatu zat pereduksi ke pada suatu zat pengoksidasi. Jumlah satuan
reaksi bagi zat pereduksi adalah sama dengan satuan reaksi yang dibebaskan
selama oksidasinya. Bagi suatu zat pengoksidasi, jumlah satuan reaksinya
diberikan oleh jumlah elektron yang diperlukan untuk menyebabkan
reduksinya. Sebagai contoh dalam reaksi antara Fe3+ dengan asam oksalat
(Reaksi 2.2), Fe3+ mengalami 1 elektron reduksi. Setiap atom karbon dalam
adam oksalat diawali dengan kehadirannya dalam keadaan bilangan oksidasi
+3, sedangkan dalam CO2 bilangan oksidasinya adalah +4. Maka reaksinya
dapat dituliskan,
1 mol Fe3+ = 2 mol H2C2O4
Perlu dicatat bahwa mol asam oksalat dilipatkan dengan 2, karena ada dua
atom karbon, yang setiap atom karbonnya mengalami 1 elektron oksidasi.
2C.6 Menggunakan prinsip konservasi dalam masalah stoikhiometri.
Contoh 2.7
Kerjakan kembali soal 2.6 dengan menggunakan prinsip konservasi.
Penyelesaian
Kebutuhan konservasi elektron bagi reaksi redoks bahwa,
Mol Fe3+ = 2 mol H2C2O4
yang dapat dipindahkan oleh jumlah mol tertulis sebagi produk molaritas
dan volume atau gram per berat formulanya.
2 g H 2C 2 O 4
M Fe3 VFe3 =
FW H 2C2O4

Penyelesaian g H2C2O4 menghasilkan,


M Fe3+ VFe3+ FW H 2C2O 4
(0,0131 M) (0,03644 L) (90,03 g/mol)
=
2
2

= 2,132 102 g H2C2O4

Dan persen berat oksalatnya adalah


2,132 10-2 g H 2C2O4
100% = 0,201% w/w H2C2O4.
10,62 g rhubarb

Contoh 2.8
Suatu metoda analitik bagi penentuan tetraetilthiuram disulfida, C 10H20N2S4
(Antabuse), memerlukan oksidasi belerang menjadi SO2, dan mengalirkan
SO2 yang dihasilkan ke dalam H2O2 untuk menghasilkan H2SO4 yang
kemudian bereaksi dengan NaOH menurut reaksi berikut ini,
H2SO4(aq) + 2 NaOH(aq) Na2SO4(aq) + 2H2O(l)
Menggunakan prinsip konservasi yang sesuai, turunkan suatu persamaan
yang menghubungkan jumlah mol C10H20N2S4 dengan jumlah mol NaOH.
Berapakah % berat C10H20N2S4 dalam sampel jika H2SO4 yang dihasilkan
dari 0,4613 g Antabuse bereaksi dengan 34,85 mL NaOH 0,0250 M?
Penyelesaian
Reaksi-reaksi belum setara yang merubah C10H20N2S4 menjadi H2SO4 adalah
C10H20N2S4 SO2
SO2 H2SO4
Dengan menggunakan konservasi massa, maka
4 mol C10H20N2S4 = mol SO2 = mol H2SO4
Konservasi proton bagi reaksi antara H2SO4 dengan NaOH memberikan:
2 mol H2SO4 = mol NaOH
Dengan menggabungkan dua persamaan konservasi, memberikan persamaan
stoikhiometri antara C10H20N2S4 dengan NaOH
8 mol C10H20N2S4 = mol NaOH
Sekarang siap untuk menyelesaikan masalah. Dengan melakukan substitusi
yang sesuai bagi mol C10H20N2S4 dan NaOH, memberikan:
8 g C10 H 20 N 2S4
= MNaOH VNaOH
FW C10 H 20 N 2S4

Penyelesaian g C10H20N2S4 menghasilkan:


g C10H20N2S4 =

1
MNaOH VNaOH FW C10H20N2S4
8

1
(0,0250 M)(0,03485 L)(296,54 g/mol) = 0,032295 g C10H20N2S4
8

Sedangkan % berat C10H20N2S4 adalah:

0,032295 g C10 H 20 N 2S4


100% = 7,001% w/w C10H20N2S4
0,4613 g Antabuse

2D. Peralatan Dasar dan Instrumentasi


Pengukuran dibuat menggunakan peralatan yang memadai atau instrument.
Rangkaian peralatan dan instrumentasi yang digunakan dalam kimia analitik
adalah mengesankan, beragam dariyang sederhana dan tidak mahal, hingga
yang rumit dan mahal. Dengan dua pengecualian, diskusi tentang peralatan
dan instrumentasi akan ditunda hingga Bab yang memerlukannya.
Instrument yang digunakan untuk mengukur massa dan banyak peralatan
yang digunakan untuk mengukur volume adalah penting bagi semua teknik
analitik dan akan dibahas dalam bagian ini.
2D. 1 Instrumentasi bagi pengukuran massa
Suatu massa objek diukur menggunakan timbangan (neraca). Jenis
timbangan yang paling sering adalah neraca elektronik, yang dalam hal ini
piring neraca ditempatkan di lingkungan elektromanet (Gambar 2.2). Sampel
yang akan ditimbang ditempatkan pada nampan sampel, memindahkan
nampan sampel ke arah bawah dengan daya yang sama dengan produk
massa sampel dan percepatan gravitasi. Neraca mendeteksi ini dengan
gerakan ke bawah dan menimbulkan gaya melawan kesetimbangan terhadap
massa objek menggunakan suatu electromagnet. Arus yang diperlukan untuk
menghasilkan daya ini sebanding dengan massa objek. Neraca elektronik
yang khas memiliki kapasitas antara 100 hingga 200 g dan dapat mengukur
massa mendekati 0,01 hingga 1 mg.
Jenis neraca lainnya adalah nampan tunggal, lengan neraca uang tidak sama
(Gambar 2.3). Dalam neraca mekanik, nampan neraca dan seperangkat anak
timbangan standar yang dapat dipindahkan pada sisi lain dari lengan
disetimbangkan terhadap berat lawan pada lengan di sisi lainnya. Lengannya
sendiri disetimbangkan pada titik penyangga yang terbuat dari bagian sisi
tajam pisau. Dengan menambahkan sampel pada nampan neraca
memiringkan lengan jauh dari titik kesetimbangannya. Dengan memilih
berat standard dan kemudian memindahkannya hingga lengan kembali pada
titik kesetimbangannya. Gabungan massa berat yang dipindahkan sama
dengan massa sampel. Kapasitas dan limit pengukuran neraca ini dapat
dibandingkan dengan suatu neraca elektronik.

Gambar 2.2(a). Foto suatu neraca elektronik, (b) Diagram skema neraca
elektronik; menempatkan sampel menyebabkan nampan bergerak ke bawah,
membiarkan cahaya mencapai detektor. Rangkaian pengatur mengarahkan
servomotor elektromagnetik menghasilkan gaya lawan meningkatkan
intensitas cahaya pada detector mencapai intensitas semula, dan disimpan
kembali.

Gambar 2.3 Diagram skema neraca mekanik lengan tunggal


Massa sampel ditentukan dari selisihnya. Jika bahan yang ditimbang tidak
peka terhadap kelembaban, wadah yang bersih dan kering ditempatkan pada
neraca. Massa dari wadah ini disebut tare. Kebanyakan neraca bisa
melakukan tare yang secara otomatis diatur pada pembacaan massa
nol.Sampel selanjutnya dipindahkan ke wadah, dan massa yang baru diukur
dan massa sampel ditentukan dengan menguranginya terhadap tare. Sampel

yang menyerap kelembaban dari udara ditimbang secara berbeda. Sampel


ditempatkan dalam botol timbang bertutup dan massa gabungannya
ditentukan. Sejumlah tertentu sampel dikeluarkan, dan botol timbang beserta
isinya ditimbang kembali. Perbedaan antara dua massa memberikan massa
sampel yang dipindahkan.
Beberapa hal penting kehati-hatian membantu mengurangi kesalahan massa
objek yang ditimbang. Neraca harus ditempatkan pada permukaan yang
berat untuk mengurangi pengaruh getaran dalam lingkungan yang
mengelilinginya dan harus dipertahankan pada kedudukan yang rata. Neraca
analitik cukup peka, sehingga dapat mengukur massa bekas sidik jari. Untuk
alasan inilah, bahan yang ditempatkan dalam neraca harus dikendalikan
menggunakan penjepit atau tisu laboratorium. Sampel yang mudah menguap
harus ditimbang dalam wadah tertutup untuk mencegah kehilangan sampel
akibat penguapan. Aliran udara sangat berpengaruh sekali terhadap massa
sampel. Untuk mencegah aliran udara, pintu kaca pada neraca harus ditutup,
atau dipasang tabir penahan angin. Sampel yang temperaturnya lebih dingin
atau lebih panas dari temperature udara sekitarnya akan menghasilkan aliran
udara secara konveksi yang akibatnya mempengaruhi pengukuran massa.
Akhirnya, sampel kering dalam oven harus disimpan dalam desikator untuk
mencegah sampel itu menyerap kembali kelebaban dari atmosfer.
2D.2 Peralatan untuk mengukur volume
Kimiawan analitik menggunakan berbagai peralatan gelas untuk mengukur
volume, beberapa contoh diperlihatkan dalam Gambar 2.4. Jenis peralatan
gelas yang digunakan tergantung pada seberapa tepat volume yang
diperlukan. Beaker (gelas kimia), pipet tetes, dan gelas ukur digunakan
untuk mengukur volume secara kira-kira, yang kesalahannya mencapai
beberapa persen. Pipet dan labu takar digunakan untuk mengukur volume
lebih akurat. Jika diisi hingga tanda kalibrasinya, suatu labu takar dirancang
untuk berisi sejumlah volume yang spesifik pada temperature tertentu,
umumnya 20oC. Volume sesungguhnya yang dapat ditampung oleh labu
takar umumnya memiliki ketidakpastian antara 0,03-0,2% dari nilai yang
ditetapkan. Labu takar berisi kurang dari 100 mL umumnya mengukur
volume seperseratusan mL, sedangkan labu takar yang lebih besar mengukur
volume dengan ketidakpastian sepersepuluhan mL. Sebagai contoh, labu
takar 10 mL berisi 10,00 mL, tetapi labu takar 250 mL menampung 250,0
mL (hal ini penting jika tetap pada aturan menggunakan bilangan penting).
Karena suatu labu takar berisi larutan, sangat berguna untuk menyiapkan
larutan dengan konsentrasi yang tepat. Pereaksi dipindahkan ke dalam labu

takar, dan cukup menambahkan pelarut untuk melarutkan pereaksi. Setelah


pereaksinya larut, tambahkan kembali pelarut secukupnya, homogenkan
larutan setiap kali ditambahkan pelarutnya. Pengaturan ahir volum ke dalam
labu takar hingga tepat pada batas kalibrasi dilakukan dengan menggunakan
pipet tetes. Untuk menyempurnakan proses pencampuran, labu takar harus
dibolak-balik sedikitnya sepuluh kali.
Pipet digunakan untuk memindahkan volume tertentu suatu larutan. Tersedia
beberapa jenis pipet (Gambar 2.5). Pipet pemindah (transfer pipets), atau
pipet seukuran, digunakan untuk memindahkan volume larutan dengan
akurasi yang tinggi, yang kesalahannya dapat disamakan dengan labu takar.
Sebagai contoh, pipet seukuran 250 mL dapat memindahkan 250,0 mL
larutan. Untuk mengisi pipet seukuran, digunakan bola karet untuk
menghisap cairan masuk ke dalam pipet hingga melewati tanda batas
(jangan gunakan mulut anda untuk menghisap larutan ke dalam pipet).
Setelah mengganti bola karet dengan jari tangan anda, permukaan cairan
diatur hingga tanda kalibrasi, dan bagian luar pipet diseka dengan lap kering.
Isi pipet dibiarkan mengalir ke dalam wadah dengan cara bagian ujung pipet
menyentuh dinding wadah. Ada sedikit larutan tertinggal di bagian ujung
pipet, dan jangan lakukan upaya mengeluarkan cairan itu dengan cara
meniupnya. Pipet ukur digunakan untuk memindahkan volume cairan dalam
jumlah yang bervariasi, namun akurasinya kurang dibandingkan dengan
pipet seukuran.

(b)

(c)

(d)

(e)

Gambar 2.4 (a) Gelas kimia, (b) Gelas ukur (c) Labu takar
seukuran (e) Pipet ukur

(d) Pipet

Dengan menggunakan pipet ukur tertentu, pengeluaran volume larutan


terkalibrasi yang tertinggal dalam tip, ditiup. Pipet digital dan suntikan
digunakan untuk mengeluarkan volume dalam ukuran mikroliter. Tiga hal
kehati-hatian jika bekerja dengan pipet dan labu takar adalah sebagai
berikut. Pertama, volume yang dipindahkan oleh pipet atau diisikan dalam
labu takar, dianggap bahwa peralatan gelas adalah bersih. Kotoran dan
lemak di dalam permukaan gelas menahan aliran cairan, sehingga
menyisakan tetesan cairan di bagian dalam dinding alat gelas. Bagi pipet, ini
berarti volum yang dikeluarkan lebih kecil dari volum kalibrasinya,
sedangkan tetesan yang berada di bagian atas tanda kalibrasi menyebabkan
volume cairan dalam labu takar lebih besar dari volume terkalibrasi. Pada
saat ini, di pasaran tersedia cairan untuk membersihkan pipet dan labu takar.

Bab 4. EVALUASI DATA ANALITIK


1. Data berikut ini adalah hasil pengukuran massa (dalam gram) dari 12
keping uang logam 25 senan (quarter) yang beredar di Amerika:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Massa 5,683 5,549 5,548 5,552 5,620 5,536 5,539 5,684
No
9
10
11
12
Massa 5,551 5,552 5,554 5,632
Tentukan massa rata-rata (mean), median, mode, rentang (range),
simpangan baku (standard deviation), dan variansi dari data tersebut.
Solusi: jika data di atas disusun menurut urutan yang semakin
meningkat, didapat sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Massa 5,536 5,539 5,548 5,549 5,551 5,552 5,552 5,554
No
9
10
11
12
Massa 5,620 5,632 5,683 5,684

(a) x =
5,683+5,549+5,548+5,552+5,620+5,536+5,539+5,684+5,551+5,552+5,554+5,632
12

67,000
= 5,583
12

(b) Rentang: 5,684 5,536 = 0,148


5,552+5,552
(c) Median:
= 5,552
2
(d) Mode: 5,552
(e) Simpangan baku:
2. .

Вам также может понравиться