Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1B PERSPEKTIF ANALITIK
1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah
2. Merancang prosdur percobaan
3. Melaksanakan percobaan, dan mengumpulkan data
4. Menganalisis data percobaan
5. Mengusulkan pnyelesaian masalah
ini. Sebagai contoh, mengukur kuantitas kalor yang dihasilkan selama suatu
reaksi kimia, dalam joule, (J), dimana,
m 2kg
1J=
s2
Tabel 2.2. berisi daftar satuan penting lainnya yang diturunkan dari satuan
SI, yang juga merupakan satuan bukan SI yang kerap digunakan.
Tabel 2.1. Satuan Dasar SI
Pengukuran
Massa
Volume
Jarak
Tmperatur
Waktu
Arus listrik
Jumlah zat
Satuan
Kilogram
Liter
Meter
Kelvin
Detik
Amper
Mol
Lambang
kg
L
m
K
s
A
mol
N
Pa
Atm
J
1 = 1 10-10 m
1N = 1 m.kg.s-2
1 Pa = 1 N.m-2 = 1 kg.m-1.s-2
1 atm = 101.325 Pa
1 J = 1 N.m = 1 m2.kg.s-2
W
C
V
Temperatur
1 W = 1 J.s-1 = 1 m2.kg.s-1
1 C = 1 A.s
1 V = 1 W.A-1
= 1 m2.kg.s-2.A-1
o
C = K 273,15
o
F = 1,8(K-273,15) + 32
Panjang
Gaya
Tekanan
derajat Celcius
derajat Fahrenheit
C
F
Kimiawan kerap kali bekerja dengan pengukuran yang sangat besar atau
sangat kecil. Misalanya 1 mol berisi 602.213.670.000.000.000.000.000
Prefiks
Tera
Giga
Mega
Kilo
Desi
Senti
Mili
Mikro
Nano
Piko
Femto
Ato
Lambang
T
G
M
k
d
c
m
n
P
F
a
Bagaimanapun juga penting diingat, bahwa aturan ini adalah umum. Yang
dibuat tetap adalah bukannya angka penting, namun ketidakpastian absolut
jika menambah atau mengurangi, dan ketidakpastian relatif jika mengkali
atau membagi. Sebagai contoh, perhitungan berikut memberitahukan
jawaban terhadap angka penting yang tepat, sekalipun itu menyalahi aturan
umum yang digarisbawahi sebelumnya.
101
= 1,02
99
2.1
Namun, istilah zat terlarut (solut) dan larutan (solution) seringkali diartikan
dengan sampel cairan, hal itu dapat diperluas juga bagi sampel-sampel fasa
gas dan fasa padat. Satuan yang saat ini digunakan untuk melaporkan
konsentrasi tergantung pada berapa banyaknya zat terlarut dan larutan yang
diukur. Tabel 2.4 memberikan daftar satuan konsentrasi yang lazim.
2B1 MOLARITAS DAN FORMALITAS
Baik molaritas maupun formalitas menyatakan konsentrasi sebagai mol zat
terlarut tiap liter larutan. Namun, ada perbedaan mendasar antara molaritas
dan formalitas. Molaritas adalah konsentrasi dari spesi kimia tertentu dala
larutan. Formalitas, si sisi lain adalah konsentrasi total zat dalam larutan
tanpa memperhatikan bentuk kimia khususnya. Jika suatu zat terlarut tidak
mengalami disosiasi (penguraian) menjadi ion-ionnya, maka tidak perbedaan
antara molaritas zat dengan formalitas zat. Sebagai contoh, konsentrasi
molar larutan glukosa adalah sama dengan formalitasnya.
Bagi zat yang mengalami ionisasi dalam larutan seperti halnya NaCl, maka
molaritas berbeda dengan formalitasnya. Sebagai contoh, melarutkan 0,1
mol NaCl hingga volumenya tepat 1 L dalam air menghasilkan larutan yang
mengandung 0,1 mol Na+ dan 0,1 mol Cl, sehingga molaritas NaCl adalah
nol, kare, tidak ada lagi NaCl yang tidak terdisosiasi dalam larutan. Dengan
demikian, larutan adalah 0,1 M dalam Na + dan 0,1 M dalam Cl. Namun,
formalitas larutan adalah 0,1 F karena ini memperlihatkan jumlah total NaCl
dalam larutan. Definisi secara kasar bagi molaritas benar ataupun salah,
sebagian besar tidak dijumpai dalam pustaka, seperti halnya dalam buku ini.
Jika dinyatakan bahwa larutan NaCl 0,1 M, maka difahami bahwa itu terdiri
dari ion-ion Na+ dan Cl. Satuan formalitas digunakan jika diperlukan untuk
menjelaskan larutan kimia.
Konsentrasi molar digunakan demikian seringnya yang notasi simboliknua
sering digunakan untuk mensederhanakan penggunaannya dalam persamaan
dan penulisan. Penggunaan kurung persegi di sekitar spesi menunjukkan
bahwa merujuk pada konsentrasi molar spesi. Maka, [Na +] dibaca
konsentrasi molar ion natrium.
Tabel 2.4 Satuan yang biasa digunakan untuk menyatakan konsentrasi
Nama
Molaritas
Formalitas
Normalitas
Molalitas
% berat
% volum
% berat terhadap volum
Bagian per sejuta
Bagian per semilyar
Satuan
mol zat terlarut
liter larutan
Jumlah berat formula (FW) zat terlarut
liter larutan
Jumlah berat ekivalen (EW) zat terlarut
liter larutan
Jumlah mol zat terlarut
kg pelarut
Jumlah g zat terlarut
100 g larutan
Jumlah mL zat terlarut
100 mL larutan
Jumlah g zat terlarut
100 mL larutan
Jumlah g zat terlarut
106 g larutan
Jumlah g zat terlarut
109 g larutan
Lambang
M
F
N
M
% w/w
% v/v
% w/v
ppm
ppb
2B.2 NORMALITAS
Normalitas merupakan satuan konsentrasi tertua yang walaupun telah biasa
digunakan, namun sering dilupakan di laboratorium masa kini. Normalitas
masih tetap digunakan dalam beberapa buku pedoman metoda analitik, dan,
untuk alasan inilah sangatlah bermanfaat untuk memahaminya. Sebagai
contoh, normalitas adalah satuan konsentrasi yang digunakan dalam
Standard Methodes for the Examination of Water and Wastewater, yang
lazim digunakan sebagai sumber metoda analitik bagi laboratorium
lingkungan.
Normalitas dikemukakan menggunakan ekivalen kimia, yakni jumlah satu
spesi kimia yang bereaksi secara stoikhiometri dengan spesi kimia lainnya,
Perlu dicatat bahwa definisi ini membuat satu ekivalen, sehingga normalitas
adalah suatu fungsi reaksi kimia dengan spesi-spesi itu berperan serta. Meski
suatu larutan H2SO4 memiliki molaritas tetap, namun normalitasnya
tergantung pada bagaimana reaksinya.
Jumlah ekivalen, n, didasarkan pada satuan reaksi, yang adalah bagian dari
suatu spesi kimia mengambil bagian dalam suatu reaksi. Sebagi contoh pada
reaksi pengendapan, satuan reaksi adalah muatan dari kation atau anion yang
serta dalam reaksi; sehingga bagi reaksi ini,
Pb2+(aq) + 2I(aq) PbI2(s)
n = 2 bagi Pb2+ dan n = 1 bagi I. Dalam reaksi asam-basa, satuan reaksi
adalah jumlah ion H+ yang disumbangkan oleh suatu asam atau yang
diterima oleh suatu basa. Bagi reaksi antara asam sulfat dengan amonia,
H2SO4(aq) + 2NH3(aq) 2NH4+(aq) + SO42-(aq)
ditemukan bahwa n = 2 bagi H2SO4 dan n = 1 bagi NH3. Bagi reaksi
kompleksasi, satuan reaksi adalah jumlah pasangan elektron yang dapat
diterima oleh logam atau yang diberikan oleh ligan. Dalam reaksi:
Ag+(aq) + 2NH3(aq) Ag(NH3)2(aq)
maka, n bagi Ag+ adalah 2 dan bagi NH3 adalah 1. Akhirnya, dalam reaksi
oksidasi-reduksi, satuan reaksi adalah jumlah elektron yang dibebaskan oleh
zat pereduksi atau yang diterima oleh zat pengoksidasi, sehingga bagi reaksi:
2Fe3+(aq) + Sn2+(aq) Sn4+(aq) + 2Fe2+(aq)
n = 1 bagi Fe3+ dan n = 2 bagi Sn2+. Secara jelas, penentuan jumlah ekivalen
bagi suatu spesi kimia memerlukan pemahaman tentang bagaimana ia
bereaksi.
Normalitas adalah jumlah berat ekivalen (EW) per satuan volum, dan seperti
halnya formalitas, itu tidak tergantung pada spesiasinya. Satu berat ekivalen
didefinisikan sebagai angka banding berat formula (FW) suatu spesi kima
terhadap jumlah ekivalennya.
EW =
FW
n
(a) EW =
(c) EW =
FW
97,994
=
= 97,994 dan N = n M = 1 6,0 = 6 N
n
1
2B.3 Molalitas
Molalitas digunakan dalam perhitungan termodinamika ketika diperlukan
satuan konsentrasi yang tidak tergantung pada temperatur. Molaritas,
formalitas dan normalitas didasarkan pada volume larutan yang di dalamnya
terkandung zat terlarut. Karena kerapatan merupakan sifat larutan yang
tergantung pada temperatur, maka konsentrasi dalam molar, formal dan
normal akan berubah sebagai fungsi temperatur. Dengan menggunakan
massa pelarut sebagai ganti volumnya, menghasilkan konsentrasi yang tidak
tergantung pada temperatur.
2.B4 Angka banding berat, volum dan berat terhadap volum
Persen berat (%w/w), persen volum (%v/v) dan persen berat terhadap
volum (%w/v) mengekspresikan satuan konsentrasi zat terlarut dalam 100
satuan sampel. Suatu larutan yang zat terlarutnya memiliki konsentrasi 23%
w/v mengandung 23 g zat terlarut dalam 100 mL larutan. Bagian per sejuta
(part per million, ppm) dan bagian per semilyar (part per billion, ppb),
masing-masing adalah, massa zat terlarut dalam gram setiap satu juta atau
satu milyar gram sampel. Sebagai contoh, suatu baja yang kandungan Mnnya 450 ppm berarti bahwa setiap g baja mengandung 450 g Mn. Jika
kerapatan larutan dalam air diperkirakan 1,00 g/mL, maka konsentrasi dapat
diekspresikan dalam bagian per juta atau bagian per milyar dengan
menggunakan hubungan berikut ini.
ppm =
mg
g
=
liter mL
ppb =
g
ng
=
liter
liter
28 g NH 3
1 mol NH 3
0,899 g larutan
100 mL
= 14,8 M
100 g larutan
17,04 g NH 3
mL larutan
liter
Contoh 2.3
Konsentrasi maksimum yang dibolehkan bagi khlorida dalam air minum
perusahaan daerah air minum (PDAM) adalah 2,50102 ppm Cl. Jika air
pasokan melempaui batas ini, seringkali dapat dibedakan dari rasanya yang
agak asin. Berapa mol Cl/liter konsentrasi ini.
Penyelesaian
1g
1 mol Cl
2,50 102 mgCl
= 7,05103 M
1000mg 35,453 g Cl
L
2.B6 FUNGSI p
Contoh 2.5.
Berapakah pNa pada larutan 1,76103 M Na3PO4?
Penyelesaian
Karena setiap mol Na3PO4 mengandung tiga mol Na+, maka konsentrasi Na+
adalah:
3 mol Na
[Na ] =
1,76103 M = 5,28103 M
mol Na 3PO4
+
Gambar 2.1 Grafik [H+] terhadap volume NaOH dan pH terhadap volume
NaOH pada reaksi antara HCl 0,10 M dengan NaOH 0,1 M
Contoh 2.5
Berapakah [H+] dalam larutan yang memiliki pH sebesar 5,16?
Penyelesaian
Konsentrasi H+ adalah,
pH = -log[H+] = 5,16 atau log[H+] = -5,16
sehingga [H+] = antilog (-5,16) = 105,16 = 6,9106 M.
2C PERHITUNGAN STOIKHIOMETRI
Suatu reaksi kimia yang setara menunjukkan hubungan kuantitatif antara
mol pereaksi dan produknya. Hubungan stoikhiometri ini merupakan dasar
bagi banyak perhitungan analitik. Sebagai contoh, misalkan soal ketika
menentukan jumlah asam oksalat, H2C2O4 di dalam rhubarb (sejenis
tanaman lobak). Salahsatu metoda untuk menganalisis asam oksalat H2C2O4
adalah menggunakan reaksi oksidasi asam oksalat menjadi CO2.
2Fe3+(aq) + H2C2O4(aq) + H2O(l) 2Fe2+(aq) + 2CO2(g) + 2H3O+(aq) 2.2
Reaksi setara menunjukkan hubungan stoikhiometri antar mol Fe 3+ yang
digunakan dan mol asam oksalat dalam sampel yang dianalisis, yang secara
spesifik, satu mol asam oksalat bereaksi dengan dua mol Fe 3+.Seperti
1 mol C2 H 2O4
= 2,369 104 mol H2C2O4.
3+
2 mol Fe
Dengan merubah mol asam oksalat menjadi gram asam oksalat, maka,
2,369 104 mol H2C2O4
90,03 g H 2C2O4
2
mol H 2C2O4 = 2,132 10 g asam oksalat.
Dan selanjutnya merubah ke dalam persen berat asam oksalat dalam sampel
rhubarb,
2,132 10 2 g asam oksalat
100% = 0,201% w/w H2C2O4.
10,62 g rhubarb
Dalam analisis yang diuraikan dalam Contoh 2.6, asam oksalat sudah ada
dalam bentuk yang diinginkan. Dalam banyak metoda analitik, senyawa
yang ditentukan harus dirubah menjadi bentuk lain yang dapat dianlisis.
Sebagai contoh, salahsatu metoda analisis kuantitatif bagi tetraethylthiuram
disulfide (C10H20N2S4), memerlukan oksidasi S menjadi SO2, dengan
mengalirkan SO2 melalui H2O2, diikuti dengan titrasi asam-basa H2SO4
dengan NaOH. Walaupun demikian ditulskan reaksi kimia setara untuk
setiap tahapan ini, yang acapkali lebih mudah menggunakan prinsip
konservasi satuan reaksi. Suatu satuan reaksi adalah bahwa bagian dari spesi
kimia yang serta dalam reaksi. Misalkan, suatu reaksi kimia yang belum
setara :
A + B Produk
2.3Jika
Contoh 2.8
Suatu metoda analitik bagi penentuan tetraetilthiuram disulfida, C 10H20N2S4
(Antabuse), memerlukan oksidasi belerang menjadi SO2, dan mengalirkan
SO2 yang dihasilkan ke dalam H2O2 untuk menghasilkan H2SO4 yang
kemudian bereaksi dengan NaOH menurut reaksi berikut ini,
H2SO4(aq) + 2 NaOH(aq) Na2SO4(aq) + 2H2O(l)
Menggunakan prinsip konservasi yang sesuai, turunkan suatu persamaan
yang menghubungkan jumlah mol C10H20N2S4 dengan jumlah mol NaOH.
Berapakah % berat C10H20N2S4 dalam sampel jika H2SO4 yang dihasilkan
dari 0,4613 g Antabuse bereaksi dengan 34,85 mL NaOH 0,0250 M?
Penyelesaian
Reaksi-reaksi belum setara yang merubah C10H20N2S4 menjadi H2SO4 adalah
C10H20N2S4 SO2
SO2 H2SO4
Dengan menggunakan konservasi massa, maka
4 mol C10H20N2S4 = mol SO2 = mol H2SO4
Konservasi proton bagi reaksi antara H2SO4 dengan NaOH memberikan:
2 mol H2SO4 = mol NaOH
Dengan menggabungkan dua persamaan konservasi, memberikan persamaan
stoikhiometri antara C10H20N2S4 dengan NaOH
8 mol C10H20N2S4 = mol NaOH
Sekarang siap untuk menyelesaikan masalah. Dengan melakukan substitusi
yang sesuai bagi mol C10H20N2S4 dan NaOH, memberikan:
8 g C10 H 20 N 2S4
= MNaOH VNaOH
FW C10 H 20 N 2S4
1
MNaOH VNaOH FW C10H20N2S4
8
1
(0,0250 M)(0,03485 L)(296,54 g/mol) = 0,032295 g C10H20N2S4
8
Gambar 2.2(a). Foto suatu neraca elektronik, (b) Diagram skema neraca
elektronik; menempatkan sampel menyebabkan nampan bergerak ke bawah,
membiarkan cahaya mencapai detektor. Rangkaian pengatur mengarahkan
servomotor elektromagnetik menghasilkan gaya lawan meningkatkan
intensitas cahaya pada detector mencapai intensitas semula, dan disimpan
kembali.
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 2.4 (a) Gelas kimia, (b) Gelas ukur (c) Labu takar
seukuran (e) Pipet ukur
(d) Pipet
(a) x =
5,683+5,549+5,548+5,552+5,620+5,536+5,539+5,684+5,551+5,552+5,554+5,632
12
67,000
= 5,583
12