Вы находитесь на странице: 1из 6

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perasuransian Di Indonesia

Faktor yang mempengaruhi asuransi di indonesia tidak lepas dari tujuan dan minat masyarakat
mengapa mereka ingin ikut asuransi. Secara garis besar masyarakat ingin ikut asuransi karena
beberapa factor seperti :
a. Memberikan Jaminan Perlindungan
Asuransi memberikan jaminan perlindungan dan rasa aman dari risiko yang
mungkin akan datang. Risiko yang dialami akan ditanggung perusahaan asuransi sesuai
dengan kontrak yang sudah ditandatangani. Selain itu, memiliki asuransi juga membawa
ketenangan hidup dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Meningkatkan Efisiensi Sekaligus Transfer Risiko
Asuransi dapat meningkatkan efisiensi lantaran para pemegang polis tidak perlu
melakukan perlindungan diri sendiri yang sangat menguras tenaga, waktu serta biaya.
Asuransi juga bisa melakukan transfer risiko yang dihadapi, yakni memindahkan
ketidakpastian atau risiko hidup dan harta benda pemegang polis ke
perusahaan asuransi hanya dengan membayar premi yang relatif kecil nilainya.
c. Sebagai Investasi akan Rutin Menabung
Memiliki asuransi unitlink sebagai instrumen investasi akan membuat masyarakat
menjadi rutin menabung karena setiap bulan oaring yang terikat kontrak ini wajib
membayar asuransi dengan premi yang telah disepakati sesuai dalam kontrak antara
nasabah dengan perusahaan asuransi.
d. Untuk Menyusun Rencana Masa Depan
Kelebihan asuransi lainnya adalah untuk menyusun dan mewujudkan rencana
masa depan Misalnya, asuransi pendidikan untuk anak demi biaya kuliahnya kelak.
Selain itu, bisa menggunakan atau mencairkan asuransi yang juga sebagai investasi di
masa tua. Misal, menggunakannya sebagai dana pensiun atau untuk dibelikan rumah
maupun kendaraan.
e. Membantu Mengelola Keuangan
Alasan lainnya kenapa masyarakat berpikir harus memiliki asuransi adalah
karena dapat membantu dalam mengelola keuangan. Dengan membayar premi atau polis
tiap bulannya hingga beberapa tahun ke depan, itu berarti mereka sudah mengatur
keuangan. Dengan ikut asuransi, masyarakat berpikir akan menjadi lebih cermat
menggunakan penghasilan karena lantaran mereka akan mendahulukan pembayaran
kewajiban ini sebelum kebutuhan lainnya, yang akan memberi dampak positif di masa
depan. Kalau masih membutuhkan modal untuk usaha atau kebutuhan lainnya, dapat
memanfaatkan fasilitas pinjaman dari berbagai bank penyedia atau yang bekerjasama
dengan pihak asuransi, yang mana bunga pinjamannya biasanya akan lebih kecil
dibandingkan dengan yang tidak bekerjasama.

Dari alasan alasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa factor factor yang mempengaruhi
perkembangan asuransi di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Regulasi Pemerintah yang dinamis & mengikuti perkembangan Asuransi Di
Indonesia
Pemerintah berperan aktif dalam perubahan perubahan yang besar dalam sector asuransi,
sebagai contoh Pada Oktober 2014, DPR bersama pemerintah telah mengesahkan UU
No.40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. Kehadiran UU ini disambut baik Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) selaku regulator dan pengawas di sektor asuransi, Kepala Eksekutif
Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK, Firdaus Djaelani, mengatakan
kehadiran UU ini menggantikan UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang
dinilai sudah tak sesuai zaman.
Pada Undang Undang Yang Lama
a. usaha konsultan aktuaria merupakan salah satu bidang usaha perasuransian yang izin
usahanya diberikan oleh menteri.
b. Pada UU yang lama, bentuk badan hukum usaha perasuransian adalah perusahaan
perseroan (Persero), koperasi, perseroan terbatas (PT) dan usaha bersama (mutual)
c. untuk perusahaan perasuransian yang didirikan oleh warga negara Indonesia (WNI)
dan/ atau badan hukum Indonesia, tidak diatur kepemilikan dari badan hukum
Indonesia yang menjadi pendiri perusahaan perasuransian.
d. Untuk perusahaan perasuransian patungan, juga tidak diatur kriteria perusahaan asing
yang menjadi induk dari perusahaan perasuransian patungan tersebut. Selain itu juga
tidak diatur kepemilikan warga negara asing yang menjadi pemilik dari perusahaan
asuransi patungan tersebut.
e. tidak diatur tindak lanjut dari pencabutan izin usaha perusahaan asuransi dan
reasuransi.
Pada Undang Undang Yang Baru
a. konsultan aktuaria tidak lagi merupakan usaha perasuransian, tetapi merupakan salah
satu profesi penyedia jasa bagi perusahaan perasuransian. Konsultan aktuaria harus
terdaftar di OJK.Perbedaan lainnya berkaitan dengan bentuk badan hukum.
b. bentuk badan hukum usaha perasuransian adalah perseroan terbatas, koperasi dan
usaha bersama. bagi pihak yang ingin membentuk usaha bersama baru akan didorong
untuk menjadi koperasi.
c. perusahaan perasuransian yang didirikan oleh WNI dan/atau badan hukum Indonesia,
badan hukum Indonesia yang menjadi pendiri perusahaan perasuransian tersebut
harus dimiliki secara langsung atau tidak langsung oleh WNI.
d. Untuk perusahaan perasuransian patungan, pihak asing harus merupakan perusahaan
induk yang salah satu anak perusahaannya bergerak di bidang usaha perasuransian
yang sejenis.
e. bahwa paling lama 30 hari sejak tanggal dicabutnya izin usaha, perusahaan asuransi
dan reasuransi yang dicabut izinnya wajib menyelenggarakan RUPS untuk

memutuskan pembubaran badan hukum perusahaan yang bersangkutan dan


membentuk tim likuidasi.
Pemerintah berharap dengan diterbitkannya UU perasuransian ini diharapkan nantinya
penyelenggara usaha perasuransian dapat berjalan dengan lebih baik dan perlindungan
kepentingan masyarakat serta pengguna jasa asuransi dapat semakin ditingkatkan.
2. Perkembangan Produk Asuransi Dan Pemasaran Produk Asuransi
Faktor berikutnya yang mempengaruhi perkembangan asuransi di Indonesia adalah yang
berkaitan dengan produk asuransi dan pemasaran produk asuransi. Pemerintah melalui
OJK mengeluarkan peraturan khusus mengenai Produk asuransi dan pemasaran dan dapat
dilihat dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/Pojk.05/2015 Tentang Produk
Asuransi Dan Pemasaran Produk Asuransi.
Timbulnya peraturan ini di sebabkan karena beberapa factor :
a. Produk asuransi dan pemasaran produk asuransi yang semakin beragam dan
kompleks dapat meningkatkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan
asuransi maupun pemegang polis, tertanggung, atau peserta
b. Bahwa penerapan tata kelola yang baik (good corporate governance),
manajemen risiko yang memadai, dan praktik asuransi yang sehat pada
perusahaan asuransi serta pemberdayaan pemegang polis, tertanggung, atau
peserta perlu ditingkatkan sehingga risiko terkait produk asuransi dan
pemasaran produk asuransi dapat dikelola dengan baik
c. Bahwa dalam rangka meningkatkan akses masyarakat berpenghasilan
rendah terhadap produk asuransi diperlukan pengaturan dan pengawasan
yang dapat mendukung perkembangan asuransi mikro
Banyak sekali ragam baru perkembangan produk asuransi belakangan ini, Kelompok
kami akan memaparkan salah satu contoh produk baru dalam perkembangan dalam dunia
asuransi sebagai berikut :
PT Asuransi Allianz Life Indonesia menggandeng Indosat Ooredoo untuk
penjualan produk asuransi mikro terbarunya. Dalam kerjasama ini, produk
asuransi Allianz yang diberi nama Sekoci ini memakai kartu sim selayaknya
starter pack saat membeli kartu perdana dari sebuah provider telekomunikasi. Jadi
selain dapat proteksi, nasabah pun mendapat nomor ponsel baru.
Produk Sekoci ini menggunakan skema premi berkala dengan pembayaran
pertama sebesar Rp 25.000. Lalu tiap bulan harus melakukan top up sebesar Rp
20.000 dengan menggunakan jasa uang elektronik Dompetku dari Indosat. Dari
jumlah top up tiap bulan ini, sebagian dibayarkan untuk pembayaran premi dan
sebagian lagi untuk pembelian pulsa.

Sementara untuk uang pertanggungannya adalah sebesar Rp 5 juta untuk kematian


normal. Sedangkan kematian akibat kecelakaan nilai manfaatnya sebesar Rp 25
juta.
Yoga Prasetyo, Head of Credit Life & Emerging Consumer Allianz Life bilang,
dengan produk baru ini pihaknya berusaha untuk mengubah paradigma
masyarakat dalam berasuransi termasuk di segmen mikro. Saat ini pembelian
asuransi masih sering didasarkan atas kewajiban seperti dalam proses pengajuan
kredit di lembaga keuangan.
Menurut dia, kedua pihak akan melakukan evaluasi rutin dari kerja sama ini untuk
melihat potensi pengembangan pasar dan manfaat di masa depan. "Sementara
untuk enam bulan ke depan kami targetkan bisa jual 5.000 polis," kata dia, Selasa
(1/11).
Country Manager & Direktur Utama Allianz Life Joachim Wessling
menambahkan, potensi pemanfaatan teknologi untuk memasarkan asuransi mikro
kian terbuka. Pasalnya kini masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah juga
makin familiar dengan perkembangan teknologi. ( Sumber : Kontan.co.id /
Selasa 1 November 2016 )
3. Kepastian Hukum Pemegang Polis Asuransi Terhadap Perkembangan Produk
Asuransi Baru
Pada saat ini telah berkembang berbagai jenis asuransi di masyarakat, dalam manajemen
risiko, asuransi merupakan lembaga pengalihan risiko. Pasal 1 angka 1 UU No 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian menyatakan bahwa asuransi adalah perjanjian antara dua
pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang mejadi dasar bagi penerimaan
premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk : (a), Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul,
kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa tidak pasti,
atau; (b), Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung
atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Pada undang-undang perasuransian di atas sebagai hukum positif dikatakan bahwa asuransi merupakan lembaga pengalihan risiko, tetapi dalam praktiknya saat ini suransi telah
mengarah tidak hanya sebagai lembaga pengalihan risiko tetapi juga merupakan lembaga
investasi. Berdasarkan perkembangan praktik asuransi saat ini maka asuransi sudah mengalami perubahan generasi dari asuransi generasi pertama ke asuransi jenis kedua.
Dengan perkembangan usaha perasuransian dan perkembangan kebutuhan masyarakat
baik dari Pihak pelaku usaha asuransi maupun pihak Tertanggung atau masyarakat yang
mengikatkan diri pada perjanjian asuransi maka muncullah fungsi baru dari lembaga
perasuransian sebagai lembaga investasi. Setelah melewati krisis dan anomali ilmiah,

maka timbullah suatu paradigma baru dalam usaha bisnis asuransi tersebut. Paradigma
yang dihasilkan dari adanya revolusi ilmiah pengetahuan setelah melewati waktu yang
panjang.
Asuransi yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi sebagai lembaga pengalihan risiko
saja mulai ditinggalkan dan menambah ketidaktertarikan masyarakat terhadap lembaga
perasuransian sehingga perusahaan asuransi sebagai Pelaku bisnis asurasi mencari
strategi dengan menggeser fungsi asuransi sebagai investasi. Fungsi asuransi sebagai
lembaga investasi ternyata menarik minat masyarakat untuk mengikatkan dirinya pada
perjanjian asuransi ini. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kepastian hukum dalam
praktik dan norma perjanjian asuransi di Indonesia, karena pergeseran paradigma
lembaga asuransi yang terjadi pada masyarakat harus diiringi dengan hukum positif yang
bisa menjadi payung hukum terhadap paradigma asuransi saat ini.
4. Pentingnya Penyuluhan tehadap Produk Asuransi kepada Masyarakat
Minat masyarakat terhadap program asuransi ternyata masih rendah. Hal yang disinyalir
menjadi penyebab rendahnya tingkat ketertarikan masyarakat, khususnya masyarakat
Indonesia, terhadap lembaga keuangan non bank ini adalah ketidaklengkapan informasi
yang didapat masyarakat mengenai lembaga ini dalam usaha meningkatkan kualitas
kehidupan di masa mendatang.
Pemerintah harus berperan aktif dalam membantu kegiatan asuransi di Indonesia,
misalnya seperti memberikan penjelasan mengenai Fungsi utama asuransi yang mana
memiliki manfaat untuk memberikan proteksi dari risiko ketidakpastian dan dipercaya
lebih mampu meningkatkan rasa percaya diri bagi individu pemegangnya. Penggantian
yang akan diberikan dari pihak penyedia layanan jasa asuransi ini setidaknya akan mengcover sebagian hingga seluruh kewajiban pembayaran atas suatu kejadian. Asuransi juga
dikenal sebagai alternatif pengendalian kerugian atau loss control dengan melakukan
survei lapangan serta memberikan rekomendasi kepada pemegang polis untuk melakukan
tindakan preventif dan penanggulangan kerugian, fungsi lainnya dari kepemilikan
asuransi secara umum adalah membantu para pemegang polis untuk meminimalkan
kerugian dari kejadian tak terduga yang mungkin terjadi seperti biaya kerugian bencana
kebakaran, kecelakaan, biaya rumah sakit dan fungsi fungsi lainnya yang terdapat
didalam produk asuransi itu sendiri.
5. Teknologi dan Informasi mempermudah akses antara penyedia layanan asuransi
dan pemegang Polis.
Berdasarkan survei PWC Indonesia yang dipublikasikan menjelang pertengahan tahun
ini, menunjukkan bahwa 90% perusahaan asuransi berencana melakukan transformasi
tekonologi sampai dengan delapan belas bulan ke depan. hal tersebut juga ditanggapi
oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor
mengakui bahwa upaya pengembangan teknologi memang sedang marak dilakukan oleh
perusahaan asuransi. hal itu dilakukan sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi yang
serba digital seperti saat ini.

Sekarang ini masyarakat cenderung menyukai proses transaksi melalui sistem online,
karena dinilai lebih cepat dan praktis. Potensi inilah yang akan digali oleh para pelaku
asuransi, Terkait industri asuransi umum, sejumlah perusahaan saat ini tengah gencar
melakukan pemasaran secara digital (digital marketing). Selain itu, jumlah pelaku
asuransi kerugian yang melakukan penjualan polis secara online kepada konsumen juga
terus meningkat. Namun perkembangan penjualan polis melalui sistem online hanya
dapat dilakukan untuk produk-produk yang sederhana dan bersifat ritel misalnya asuransi
perjalanan.
Saat ini meskipun penjualan secara online tengah marak, baru sekitar 30% perusahaan
asuransi umum yang memasarkan penjualan secara digital. Sisanya belum menerapkan
strategi tersebut. Factor yang menjadi penyebab adalah belum tersedianya biaya investasi
yang memadai untuk pengembangan teknologi menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan beberapa perusahaan asuransi belum berminat menerapkan digital
marketing. Namun prediksi kedepan dapat dipastikan bahwa seluruh perusahaan asuransi
bakal menerapkan pemasaran produk asuransi melalui layanan digital pada lima tahun
mendatang. Selain itu perusahaan juga harus melakukan proteksi dan mengeluarkan biaya
ekstra dalam melakukan perlindungan asuransi dalam memanfaatkan teknologi guna
memerangi kejahatan dalam dunia cyber yang kian marak belakangan ini.

Вам также может понравиться