Вы находитесь на странице: 1из 18

ETIKA KEDOKTERAN INDONESIA

PENANGANAN DAN PELANGGARAN ETIKA DI INDONESIA


Kemungkinan terjadinya peningkatan ketidakpuasan
pasien terhadap layanan dokter atau rumah sakit atau
tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat
dari :
(a) semakin tinggi pendidikan rata-rata masyarakat
sehingga membuat mereka lebih tahu tentang haknya dan
lebih asertif,
(b) semakin tingginya harapan masyarakat kepada
layanan kedokteran sebagai hasil dari luasnya arus
informasi,
(c) komersialisasi dan tingginya biaya layanan kedokteran
dan kesehatan sehingga masyarakat semakin tidak
toleran terhadap layanan yang tidak sempurna, dan
(d) provokasi oleh ahli hukum dan oleh tenaga kesehatan
sendiri.
Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus
dapat dibendung dengan memberikan latihan dan teladan
yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter,
seperti:
autonomy (menghormati hak pasien, terutama hak
dalam memperoleh informasi dan hak membuat
keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap
dirinya),
beneficence (melakukan tindakan untuk kebaikan
pasien),

non maleficence (tidak melakukan perbuatan yang


memperburuk pasien) dan
justice (bersikap adil dan jujur), serta
sikap altruisme (pengabdian profesi).

Layanan Kesehatan Adalah Hak Pasien, FREE LIST


From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
Date: Sat, 27 Mar 2004 01:29:51 +0100
** Milis Nasional Indonesia ppi-india **
Suara Karya
27 Maret 2004
Layanan Kesehatan Adalah Hak Pasien
Oleh Erna K Takarina
Hak-hak pasien, antara lain :
hak atas pelayanan yang manusiawi, memperoleh
tindakan medis yang rasional dan sesuai standar
pelayanan,
hak memilih dokter, dan
hak berkonsultasi dengan dokter lain (biasanya untuk
mendapat informasi atau meminta pendapat kedua
tentang penyakitnya untuk tujuan crossing).
Hak pasien lainnya adalah hak atas privacy dan
kerahasiaan penyakit yang diderita,
hak mendapat informasi atas penyakit yang diderita,
tindakan medis yang dilakukan, besarnya biaya, dan
kemungkinan risiko tindakan medis, alternatif lain
dalam pengobatannya.

hak menolak tindakan medis yang dilakukan


terhadapnya, hak meminta tidak diinformasikan
penyakitnya,
hak mengajukan keluhan atas pelayanan tenaga
kesehatan,
hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis,
hak melaksanakan ibadah tanpa mengganggu pasien
lain,
hak mengakhiri pengobatan dan rawat inap dengan
risiko atau tanggung jawab sendiri, serta
hak mendapat ganti rugi bila dirugikan akibat
kelalaian atau kesalahan tenaga kesehatan.
hak dihindarkan dari wabah penyakit infeksi,
pencemaran radiasi radioaktif dan bahan kimia yang
terkadang muncul di lingkungan rumah sakit.
Kewajiban tersebut meliputi:
mengetahui sejarah penyakit atau riwayat
pengobatannya,
menerima segala konsekuensi dari keputusan yang
dibuat sendiri setelah mendapat informasi,
memberi informasi sejujurnya tentang kesehatan atau
keluhan pada tenaga kesehatan,
mengikuti petunjuk tenaga kesehatan dan kontrol,
membeli resep, serta meminum obat sesuai aturan.

Artikel
Hak dan Kewajiban Pasien RS
Oleh drg. SINTIA ROSHANA C.S.
Seorang dokter senantiasa harus melakukan daya dan
upaya semaksimal mungkin sesuai dengan perilaku
profesional medis yaitu, altruism, dokter mendahulukan
kepentingan pasien daripada kepentingan sendiri;
Accountability, dokter bertanggung jawab terhadap pasien
atas pelayanan medis yang diberikan, terhadap
masyarakat dalam masalah kesehatan masyarakat, dan
terhadap profesi;
Excellence, dokter mempunyai kewajiban untuk terus
belajar dan berlatih dalam meningkatkan dan
mempertahankan kompetensinya (life-long learning);
Duty, dokter harus selalu siap dan responsif jika
dibutuhkan (on call), menerima komitmen melayani dalam
profesi dan dalam masyarakat; Honor and integrity,
dokter harus jujur, tulus dan berterus terang dalam
berinteraksi dengan pasien dan profesi; Respect for
others, dokter harus memperlihatkan hormat terhadap
pasien dan keluarganya serta tim kerjanya dan etis.
Bentuk pertanggungjawaban petugas kesehatan terhadap
pelayanannya adalah dengan tidak melakukan
penelantaran terhadap pasien. Karena penelantaran
petugas kesehatan terhadap pasiennya kemungkinan akan
menimbulkan hal-hal yang berakibat buruk terhadap
keselamatan dan kesehatan pasien. Terlebih pada pasien
dengan keadaan yang kurang baik, yang membutuhkan
pemantauan dan perawatan yang intensif. Pasien adalah
konsumen kesehatan yang memiliki hak untuk
memperoleh keselamatan dan keamanan pelayanan
kesehatan. Hak pasien tersebut menuntut petugas

kesehatan sebagai pemberi jasa layanan kesehatan untuk


memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan
bertanggung jawab.
Biasanya, pasien sangat membutuhkan informasi
mengenai diagnosis, prosedur medis, prognosa
(perjalanan) penyakit, dan kondisi pasien lainnya. Jika
terdapat pertanyaan dari pasien atau keluarganya, para
petugas RS cenderung untuk menjawab dengan cara
menghindar atau dengan cara menggunakan istilah-istilah
medis yang sulit dimengerti oleh orang awam. Mereka
menganggap lebih baik pasien atau keluarganya mencari
tahu sendiri jawabannya secara alamiah. Dengan mencari
informasi ke sana ke mari memang pada akhirnya pihak
pasien dan keluarganya akan sedikit paham mengenai
penyakitnya. Sebagai konsumen kesehatan, masyarakat
memiliki sejumlah hak yang harus dihormati oleh pemberi
jasa layanan kesehatan. Konsumen kesehatan berhak atas
keselamatan, keamanan dan kenyamanan terhadap
pelayanan jasa kesehatan yang diterima. Dengan hak
tersebut maka konsumen akan terlindungi dari praktik
profesi yang mengancam keselamatan atau kesehatan.
Hak pasien yang lainnya sebagai konsumen adalah hak
untuk didengar dan mendapatkan ganti rugi apabila
pelayanan yang didapatkan tidak sebagaimana mestinya.
Masyarakat sebagai konsumen dapat menyampaikan
komplain dan keluhannya kepada pihak rumah sakit
sebagai upaya perbaikan interen rumah sakit dalam
pelayanannya atau juga kepada lembaga yang memberi
perhatian kepada konsumen kesehatan. Selain itu
konsumen berhak untuk memilih dokter yang diinginkan
dan berhak untuk mendapatkan opini kedua (second
opinion), juga berhak untuk mendapatkan rekam medik
(medical record).

Di samping UUPK yang telah berlaku terdapat juga


Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
yang mengatur mengenai hak-hak pasien. Pasal 14 UU
tersebut mengungkapkan, setiap orang berhak
mendapatkan kesehatan optimal. Pasal 53, setiap pasien
berhak atas informasi, rahasia kedokteran, dan hak
pendapat kedua. Pasal 55, setiap pasien berhak ganti rugi
karena kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan.
Surat Edaran No. YM.02.04.3.5.2504 tahun 1997 yang
dikeluarkan oleh Ditjen Yanmed Depkes RI berisikan
Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah
Sakit, dan pada Muktamar IDI akhir Oktober 2000 telah
dideklarasikan hak dan kewajiban pasien dan dokter, yang
wajib untuk diketahui dan dipatuhi oleh seluruh dokter di
Indonesia.
Seperti yang telah disampaikan oleh Dr. Budi Sampurna,
S.H., Sp.F., D.F.M., seorang praktisi dan dosen
perumahsakitan dalam suatu makalahnya bahwa salah
satu hak pasien yang utama adalah hak untuk
menentukan nasibnya sendiri (the right to self
determination), yang merupakan bagian dari hak asasi
manusia. Hak menentukan nasibnya sendiri berarti hak
memilih dokter, perawat dan sarana kesehatannya dan
hak untuk menerima, menolak atau menghentikan
pengobatan atau perawatan atas dirinya, tentu saja
setelah menerima informasi yang lengkap mengenai
keadaan kesehatan atau penyakitnya.
Hak pasien lainnya merupakan akibat dari standar
pelayanan kedokteran dan kesehatan, seperti misalnya
hak memperoleh pelayanan yang sebaik-baiknya,
perawatan yang layak dan hak untuk tidak dibuka
rahasianya kecuali atas sebab yang sah. Hak-hak tersebut

berkembang sesuai dengan sifatnya, seperti hak atas


informasi mengakibatkan munculnya hak untuk
mengakses rekam medisnya dan hak atas pendapat
kedua; hak menentukan nasib sendiri memunculkan hak
untuk memilih cara pengobatan termasuk memilih
perawatan minimal; dan hak atas rahasia kedokteran
memunculkan hak atas privasi.
Sementara itu pasien juga memiliki kewajiban, yaitu
memberikan informasi yang benar kepada dokter dengan
itikad baik, mematuhi anjuran dokter atau perawat, baik
dalam rangka diagnosis, pengobatan maupun
perawatannya, kewajiban memberi imbalan jasa yang
sesuai dan harkat pribadi dokter dan kebebasan
profesinya. Dalam hal ini pasien tidak diperkenankan
memaksakan keinginannya, meskipun hal itu merupakan
haknya, agar dilaksanakan oleh dokter apabila ternyata
berlawanan dengan kebebasan dan keluhuran profesi
dokter.
Hak pasien mengakibatkan kewajiban bagi dokter dan
sebaliknya kewajiban pasien berkaitan dengan hak dokter.
Masing-masing pihak juga memiliki hak untuk
memutuskan hubungan hukum di antara keduanya apabila
salah satu pihak mengingkari kewajibannya. **
Penulis mahasiswa program pascasarjana Kajian
Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia Jakarta.

Komunikasi Dokter-Pasien yang Mengecewakan

By: Sudiyatmo, S.ked on: Tue 18 of Sep, 2007

Kendala yang kerap timbul dalam komunikasi


antara pasien dan dokter antara lain adalah
keterbatasan waktu untuk bertemu atau
pertemuan yang tidak efektif karena yang
terjadi adalah komunikasi satu arah.
Komunikasi satu arah adalah bila dokter merasa
keluarga sudah paham akan keterangan yang
diberikan padahal mereka sebenarnya tidak
mengerti apa yang disampaikan. Padahal jika
seorang dokter sudah berhadapan dengan
pasien maka sudah seharusnya ia menyediakan
waktu untuk pasiennya.
Penting untuk diingat bahwa hubungan dan
komunikasi yang tidak berjalan dengan baik
akan membuat pasien merasa sungkan dan
enggan untuk bertanya pada dokter, pasien
hanya mengikuti saja apa yang disampaikan
sang dokter. Akibatnya kerjasama dokter-pasien
dalam menentukan arah pengobatan tidak
berjalan. Kita juga harus ingat bahwa memilih
menjadi dokter berarti harus siap untuk belajar
dan mengajar seumur hidup. Bukankah salah
satu konsep World Health Organization
(Organisasi Kesehatan Dunia/WHO) tentang
kriteria seorang dokter yang baik adalah
Comunicator, yang berarti mampu
mempromosikan gaya hidup sehat melalui
penjelasan dan advokasi efektif.

Profesionalisme Seorang Dokter


Kalau kita berbicara tentang profesionalisme
seorang dokter ketika berhubungan dengan

pasien, maka tidak ada kriteria yang jelas


tentang hal itu. Kendatipun demikian, untuk
menjadi seorang dokter yang baik dan
profesional minimal dalam dirinya harus
terdapat beberapa hal dibawah ini;
Terbuka : dokter yang profesional adalah sosok
yang terbuka pada pasiennya. Dengan kata lain,
dia mau memberikan berbagai informasi yang
dibutuhkan seorang pasien, baik diminta
ataupun tidak. Dokter juga mampu memberikan
penjelasan dengan baik dan benar. Tidak ada
keterangan yang sengaja ditutup-tutupi
sehingga pasien tahu pasti apa masalah yang
dialaminya.
Bersedia mendengarkan pasien : dokter juga
hendaknya mau mendengarkan keluhan dan
menanggapi pertanyaan pasiennya. Dengan
kata lain, komunikasi yang terjalin tidak
berlangsung satu arah atau sepihak saja.
Dokter tidak hanya memberikan instruksi, tapi
alangkah baiknya menampung dan memberikan
solusi bagi permasalahan yang dihadapi pasien.
Punya waktu cukup : agar dapat memberikan
informasi yang lengkap dan bisa mendengarkan
keluhan pasiennya, tentunya dokter butuh
waktu yang cukup. Memang persoalan waktu
adalah sesuatu yang relatif. Artinya, ada yang
merasa perlu punya waktu panjang, tapi ada
juga yang merasa cukup beberapa menit saja
untuk melayani pasien.
Menjadi seorang dokter juga harus selalu
bersedia menjelaskan pada pasien dan
keluarganya bagaimana kondisinya,
mendiskusikan bagaimana strategi
pengobatannya, membantu pasien mengambil
keputusan karena hak memilih pengobatan ada
di tangan pasien. Tentunya dengan dokter
memberikan informasi yang sejelas-jelasnya
tentang untung-rugi sebuah pengobatan

dengan baik akan mengurangi angka kejadian


tidak puasnya pasien pada dokter.

RanoCenter's Blog
RanoCenter's Blog ini akan mendampingi web
www.RanoCenter.net yang telah lebih dulu publish.
Artikel, berita, diskusi, forum, dll yang berkaitan dengan
Rekam Medis & Manajemen Informasi Kesehatan bisa
dikembangkan di Blog ini.
25 January 2007
INFORMED CONSENT
Hak-Hak Pasien dalam Menyatakan Persetujuan
Rencana Tindakan Medis
dr. Rano Indradi S, M.Kes
(Health Information Management Consultant)
Seorang pasien memiliki hak dan kewajiban yang layak
untuk dipahaminya selama dalam proses pelayanan
kesehatan. Ada 3 hal yang menjadi hak mendasar dalam
hal ini yaitu hal untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
(the right to health care), hak untuk mendapatkan
informasi (the right to information), dan hak untuk ikut
menentukan (the right to determination).
Hak atas informasi
Sebelum melakukan tindakan medis tersebut, dokter
seharusnya akan meminta persetujuan dari pasien. Untuk
jenis tindakan medis ringan, persetujuan dari pasien
dapat diwujudkan secara lisan atau bahkan hanya dengan
gerakan tubuh yang menunjukkan bahwa pasien setuju,
misalnya mengangguk. Untuk tindakan medis yang lebih

besar atau beresiko, persetujuan ini diwujudkan dengan


menandatangani formulir persetujuan tindakan medis.
Dalam proses ini, pasien sebenarnya memiliki beberapa
hak sebelum menyatakan persetujuannya, yaitu :
Pasien berhak mendapat informasi yang cukup mengenai
rencana tindakan medis yang akan dialaminya. Informasi
ini akan diberikan oleh dokter yang akan melakukan
tindakan atau petugas medis lain yang diberi wewenang.
Informasi ini meliputi :
Bentuk tindakan medis
Prosedur pelaksanaannya
Tujuan dan keuntungan dari pelaksanaannya
Resiko dan efek samping dari pelaksanaannya
Resiko / kerugian apabila rencana tindakan medis itu
tidak dilakukan
Alternatif lain sebagai pengganti rencana tindakan
medis itu, termasuk keuntungan dan kerugian dari
masing-masing alternatif tersebut
Pasien berhak bertanya tentang hal-hal seputar rencana
tindakan medis yang akan diterimanya tersebut apabila
informasi yang diberikan dirasakan masih belum jelas,
Pasien berhak meminta pendapat atau penjelasan dari
dokter lain untuk memperjelas atau membandingkan
informasi tentang rencana tindakan medis yang akan
dialaminya,
Pasien berhak menolak rencana tindakan medis tersebut
Semua informasi diatas sudah harus diterima pasien
SEBELUM rencana tindakan medis dilaksanakan.
Pemberian informasi ini selayaknya bersifat obyektif,
tidak memihak, dan tanpa tekanan. Setelah menerima

semua informasi tersebut, pasien seharusnya diberi waktu


untuk berfikir dan mempertimbangkan keputusannya.

Selamat Datang di NurSing RiZa


MOGA AJA BLOG INI ADA MAMFAATNYA BUAT REKAN REKAN SEJAWAT DAN BAGI YANG LAINNYA.NGAK ADA YANG
SEMPURNA JADI JANGAN MARAH KALO ADA YANG NGAK
BERKENAN.......
Saturday, July 7, 2007
Hak & Kewajiban Pasien
Hak-hak pasien telah dijamin dalam Pasal 4 Undangundang Nomor: 23 Tahun 1992 tanggal 17 September 1992
Tentang Kesehatan, yang isinya: Setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.
Hak pasien:
* Hak mendapat pelayanan yang manusiawi sesuai dengan
standar profesi kedokteran.
* Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang
penyakitnya dan tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap dirinya.
* Hak memilih dokter yang merawat dirinya.
* Hak memilih sarana kesehatan.
* Hak atas rahasia yang berkaitan dengan penyakit yang
diderita.
* Hak menolak tindakan medis tertentu atas dirinya.
* Hak untuk mengentikan pengobatan.
* Hak untuk mencari second opinion (pendapat lain).
* Hak atas rekam medis.

* Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan


kritis.
* Memeriksa dan menerima penjelasan pembayaran.
Kewajiban pasien:
* Memberi keterangan yang jujur tentang penyakitnya
kepada petugas kesehatan.
* Mematuhi nasihat dokter.
* Menjaga kesehatan dirinya.
* Memenuhi jasa pelayanan.
Posted by riza at 4:31 AM

file:///I:/etika/Yayasan%20Spiritia--Piagam%20Pasien
%20untuk%20Perawatan%20TB.htm
Piagam Pasien untuk Perawatan TB
(The Patients Charter for Tuberculosis Care)
Edisi 2006
HAK PASIEN
1. Perawatan
a. Hak terhadap akses perawatan TB yang bebas
dan adil, mulai dari diagnosis sampai pengobatan
selesai tanpa memandang asal-usul, suku, jender,
usia, bahasa, status hukum, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, budaya atau
penyakit lain yang diderita.
b. Hak untuk memperoleh nasehat dan pengobatan
yang sepenuhnya sesuai dengan Standar
Internasional Penanganan TB, yang berpihak
pada kebutuhan pasien, termasuk mereka yang

menderita MDR-TB atau ko-infeksi TB-HIV, serta


pengobatan pencegahan untuk anak-anak dan
mereka yang dianggap berisiko tinggi.
c. Hak untuk mendapatkan manfaat dari upaya
proaktif sektor kesehatan dalam komunitas,
penyuluhan dan kampanye pencegahan sebagai
bagian dari program perawatan menyeluruh.
2. Martabat
a. Hak untuk diperlakukan dengan hormat dan
bermartabat, termasuk memperoleh pelayanan
tanpa stigma, kecurigaan atau diskriminasi oleh
petugas dan pihak yang berwenang.
b. Hak untuk memperoleh perawatan kesehatan
yang bermutu di suasana yang bermartabat
dengan dukungan moral dari keluarga, temanteman dan masyarakat.
3. Informasi
a. Hak mendapatkan semua informasi mengenai
pelayanan kesehatan yang tersedia untuk TB,
dan tanggungjawab, keikutsertaan serta
pembiayaan.
b. Hak untuk memperoleh gambaran yang jelas,
singkat dan tepat waktu mengenai kondisi medis
yang terkait dengan diagnosis, prognosis
(tentang perjalanan penyakit selanjutnya), dan
pengobatan yang dianjurkan, dengan
menyampaikan risiko yang biasa terjadi dan
alternatif penanganan yang tepat.
c. Hak untuk mengetahui nama dan dosis semua
obat serta tindakan yang dilakukan, cara kerja
serta efek-efek samping yang mungkin terjadi,

dan dampak yang mungkin berpengaruh


terhadap keadaan pasien atau pengobatannya.
d. Hak untuk mendapatkan informasi medis yang
berkaitan dengan keadaan dan pengobatan
pasien, serta mendapatkan salinan catatan medis
apabila diperlukan oleh pasien atau orang yang
diberi kuasa oleh pasien.
e. Hak untuk berkumpul, berbagi pengalaman
dengan sesama dan pasien lainnya, serta
mendapatkan konseling sukarela sewaktu-waktu,
mulai dari diagnosis sampai selesai pengobatan.
4. Pilihan
a. Hak untuk memperoleh pendapat medis kedua
(second medical opinion), dengan akses terhadap
catatan medis sebelumnya.
b. Hak untuk menerima atau menolak tindakan
bedah jika pengobatan masih memungkinkan,
dan mendapatkan informasi tentang
kemungkinan konsekuensi medis dan hukum
dalam konteks penyakit menular.
c. Hak untuk memilih atau menolak ikut dalam
program penelitian tanpa membahayakan
perawatan.
5. Kerahasiaan
a. Hak untuk dihargai dalam kebebasan pribadi,
martabat, agama, kepercayaan, serta budaya.
b. Hak untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan kondisi medis yang dirahasiakan, dan
menyampaikan ke pihak lain yang berwenang
dengan persetujuan pasien.
6. Keadilan

a. Hak untuk menyampaikan keluhan melalui


saluran yang tersedia dan hak untuk
mendapatkan penanganan keluhan dengan tepat
dan adil.
b. Hak untuk menyampaikan ke pihak yang
berwenang jika keluhan tidak mendapatkan
tanggapan.
7. Organisasi
a. Hak untuk bergabung atau mendirikan organisasi
pasien TB dan mendapatkan dukungan untuk
pengembangan organisasi ini melalui petugas,
pihak yang berwenang, serta masyarakat
madani.
b. Hak untuk ikut serta sebagai stakeholder dalam
pengembangan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi kebijakan dan program TB dengan pihak
kesehatan setempat, nasional dan internasional
yang berwenang.
8. Keamanan
a. Hak untuk mendapatkan keamanan dalam
bekerja setelah diagnosis, selama pengobatan
dan setelah selesai pengobatan.
b. Hak untuk memperoleh gizi atau makanan
tambahan jika diperlukan, untuk memenuhi
pengobatan.
KEWAJIBAN PASIEN
1. Berbagi Informasi
a. Berkewajiban untuk memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada petugas kesehatan
mengenai kondisi kesehatannya saat ini,

penyakit- penyakit sebelumnya, semua alergi dan


informasi-informasi lain yang dibutuhkan.
b. Berkewajiban untuk memberikan informasi
kepada petugas kesehatan mengenai kontak
dengan keluarga dekat, teman atau siapa pun
yang mungkin rentan terhadap TB atau yang
mungkin tertular melalui kontak.
2. Mematuhi Pengobatan
a. Berkewajiban untuk mematuhi rencana
pengobatan yang telah disetujui, serta selalu
mematuhi instruksi yang diberikan untuk
melindungi kesehatan pasien dan orang lain.
b. Berkewajiban untuk menginformasikan kepada
petugas kesehatan mengenai kesulitan atau
masalah yang timbul dalam menjalani
pengobatan atau jika ada yang tidak dipahami
dengan jelas.
3. Peran Serta dalam Kesehatan Masyarakat
a. Berkewajiban untuk berperan serta dalam
kesejahteraan masyarakat dengan mengajak
orang lain untuk mendapatkan konsultasi medis
apabila mereka menunjukkan gejala-gejala TB.
b. Berkewajiban untuk mempertimbangkan hak-hak
pasien lain dan para petugas kesehatan, dengan
pengertian bahwa hal ini merupakan landasan
martabat dan kehormatan dari masyarakat TB.
4. Kesetiakawanan
a. Berkewajiban secara moral untuk
memperlihatkan kesetiakawanan pada pasien
lain dan melangkah bersama menuju
kesembuhan.

b. Berkewajiban secara moral untuk berbagi


informasi dan pengetahuan yang diperoleh
selama pengobatan, dan menyampaikannya
kepada orang lain, sehingga pemberdayaan
semakin kuat.
c. Berkewajiban secara moral untuk ikut serta
dalam upaya mewujudkan masyarakat bebas TB.
Bantulah mengubah kata-kata ini menjadi kenyataan.
Dukung upaya pelaksanaannya dalam masyarakat.
Pendaftaran-Online di World Care Council atau kirim SMS
ke: +33 679 486 024. Secara umum dengan saling
menghormati, kita dapat bersama-sama meningkatkan
standar pelayanan.
Referensi:
1. International Standards for Tuberculosis Care
2. United Nations CESCR General Comment 14 on the right
to health
Diterjemahkan oleh:
Sub Direktorat Tuberkulosis
Ditjen PP dan PL
Departemen Kesehatan RI
Jakarta 2006
Edit terakhir: 29 Juli 2006

Вам также может понравиться