Вы находитесь на странице: 1из 8

Pneumothorax spontan primer (PSP) adalah suatu pneumothoraks yang terjadi tanpa ada

riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya, umumnya pada individu sehat, dewasa
muda, tidak berhubungan dengan aktivitas fisik yang berat tetapi justru terjadi pada saat
istrahat dan sampai sekarang belum diketahui penyebabnya.(3)
Dari kata primer ini dapat diketahui penyebab dari pneumotoraks belum diketahui secara
pasti, banyak penelitian dan teori telah dikemukakan untuk mencoba menjelaskan tentang apa
sebenarnya penyebab dasar dari tipe pneumotoraks ini. Ada teori yang menyebutkan,
disebabkan oleh faktor konginetal yaitu terdapatnya bula pada subpleura viseral yang suatu
saat akan pecah akibat tingginya tekanan intra pleura, sehingga menyebabkan terjadinya
pneumotoraks. Bula subpleura ini dikatakan paling sering terdapat pada bagian apeks paru
dan juga pada percabangan trakeobronkial.(2)

Pneumotoraks spontan sekunder merupakan suatu pneumotoraks yang penyebabnya sangat


berhubungan dengan penyakit paru-paru, banyak penyakit paru-paru yang dikatakan sebagai
penyebab dasar terjadinya pneumotoraks tipe ini. Tuberkulosis paru, Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD), asma bronkial, pneumonia, tumor paru, infeksi yang disebabkan
oleh bakteri pneumocity carinii, adanya keadaan immunocompremise yang disebabkan oleh
infeksi virus HIV, serta banyak penyebab lainnya, disebutkan penderita pneumotoraks tipe ini
berumur diantara 60-65 tahun.(2,3)

Pneumotoraks trauma adalah pneumotoraks yang disebabkan oleh trauma yang secara
langsung mengenai dinding dada, bisa disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau
pedang, dan juga bisa disebabkan oleh benda tumpul.
Mekanisme terjadinya pneumotoraks pada trauma tumpul yaitu akibat terjadinya peningkatan
tekanan pada alveolar secara mendadak, sehingga menyebabkan alveolar menjadi ruptur
akibat kompresi yang ditimbulkan oleh trauma tumpul tersebut. Pecahnya alveolar akan
menyebabkan udara menumpuk pada pleura visceral. Menumpuknya udara terus menerus
akan menyebabkan pleura visceral ruptur atau robek sehingga menimbulkan pneumotorak.
Mekanisme terjadinya pneumotoraks pada trauma tajam disebabkan oleh penetrasi benda
tajam tersebut pada dinding dada dan merobek pleura parietal dan udara masuk melalui luka
tersebut ke dalam rongga pleura sehingga terjadi pneumotoraks.

1) Infeksi sekunder. Dapat menimbulkan pleuritis, empiema, hidropneumotoraks.


2) Gangguan hemodinamika. Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh mediastinum dan
jantung dapat tergeser ke arah yang sehat dan mengakibatkan penurunan kardiak
"output", sehingga dengan demikian dapat menimbulkan syok kardiogenik.
3) Emfisema. Dapat berupa emfisema kutis atau emfisema mediastinalis.

Setelah diagnosis pneumotoraks dapat ditegakkan, langkah selanjutnya yang


terpenting adalah melakukan observasi yang cermat. Apabila penderita datang dengan sesak
nafas, apalagi kalau sesak nafas makin lama makin bertambah kita harus segera mengambil
tindakan. Tindakan yang lazim dikerjakan ialah pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
Apabila penderita sesak sekali sebelum WSD dapat dipasang, kita harus segera menusukkan
jarum ke dalam rongga pleura. Tindakan sederhana ini akan dapat menolong dan
menyelamatkan jiwa penderita. Bila alat-alat WSD tidak ada, dapat kita gunakan infus set,
dimana jarumnya ditusukkan ke dalam rongga pleura ditempat yang paling sonor waktu
diperkusi. Sedangkan ujung selang infus yang lainnya dimasukkan ke dalam botol yang berisi
air. Pneumotoraks tertutup yang tidak terlalu luas (Kurang dari 20% paru yang kolaps) dapat
dirawat secara konservatif, tetapi pada umumnya untuk mempercepat pengembangan paru
lebih baik dipasang WSD. Pneumotoraks terbuka dapat dirawat secara konservatif dengan

mengusahakan penutupan fistula dengan cara memasukkan darah atau glukosa hipertonis
kedalam rongga pleura sebagai pleurodesi. Ada juga para ahli yang mengobati pneumotoraks
terbuka dengan memasang WSD disertai penghisap terus menerus.

WAKTU PENCABUTAN KAPAN WSD


WSD dicabut apabila paru telah mengembang sempurna. Untuk mengetahui paru
sudah mengembang ialah dengan jalan penderita disuruh batuk-batuk, apabila diselang WSD
tidak tampak lagi fluktuasi permukaan cairan, kemungkinan besar paru telah mengembang
dan juga disesuaikan dengan hasil pemeriksaan fisik. Untuk mengetahui secara pasti paru
telah mengembang dilakukan Rontgen foto toraks.
Setelah dipastikan bahwa paru telah mengembang sempurna, sebaiknya WSD jangan
langsung dicabut tapi diklem dulu selama 3 hari. Setelah 3 hari klem dibuka. Apabila paru
masih tetap mengembang dengan baik baru selang WSD dicabut.

Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti ditusuk, disertai
sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk-batuk. Rasa nyeri dan sesak nafas ini
makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat ringannya perasaan sesak nafas ini
tergantung dari derajat penguncupan paru dan apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak.
Pada penderita dengan COPD, pneumotoraks yang minimal sekali pun akan menimbulkan
sesak nafas yang hebat. Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-tusuk ditempat
pada sisi paru yang terkena. Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan batuk. Sakit dada
biasanya akan berangsur-angsur hilang dalam waktu satu sampai empat hari. Batuk-batuk
biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit paru lain. Biasanya
tidak berlangsung lama dan tidak produktif. Keluhan-keluhan tersebut di atas dapat terjadi
bersama-sama atau sendiri-sendiri, bahkan ada penderita pneumotoraks yang tidak
mempunyai keluhan sama sekali. Pada penderita pneumotoraks ventil, rasa nyeri dan sesak
nafas ini makin lama makin hebat, penderita gelisah, sianosis, akhirnya dapat mengalami

syok karena gangguan aliran darah akibat penekanan udara pada pembuluh darah di
mediastinum.

Inspeksi : mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang, batuk-batuk,

sianosis serta iktus kordis tergeser kearah yang sehat.


Palpasi : mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar, stemfremitus
melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau tergeser

ke arah yang sehat.


Perkusi : Mungkin dijumpai sonor atau hipersonor.
Auskultasi : mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang.

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan Rontgen foto toraks. Pada rontgen foto
toraks P.A akan terlihat garis penguncupan paru yang halus seperti rambut. Apabila
pneumotoraks disertai dengan adanya cairan di dalam rongga pleura, akan tampak gambaran
garis datar yang merupakan batas udara. Sebaiknya rontgen foto toraks dibuat dalam keadaan
ekspirasi maksimal.

Keadaan pneumotoraks terbuka ini tersering disebabkan oleh adanya penetrasi langsung dari
benda tajam pada dinding dada penderita sehingga menimbulkan luka atau defek pada
dinding dada. Dengan adanya defek tersebut yang merobek pleura parietal, sehingga udara
dapat masuk ke dalam rongga pleura. Terjadinya hubungan antara udara pada rongga pleura
dan udara dilingkungan luar menyebabkan samanya tekanan pada rongga pleura dengan
udara di diatmosper. Jika ini didiamkan akan sangat membahayakan pada penderita. Akibat
masuknya udara lingkungan luar kedalam rongga pleura ini, jika berlangsung lama kolaps
paru tak terhindarkan, dan berlanjut gangguan ventilasi dan perfusi oksigen ke jaringan
berkurang sehingga menyebabkan sianosis sampai distress respirasi.

Suatu pneumotoraks yang merupakan salah satu kegawat daruratan pada cedera dada.
Keadaan ini terjadi akibat kerusakan yang menyebabkan udara masuk kedalam rongga pleura
dan udara tersebut tidak dapat keluar, keadaan ini disebut dengan fenomena ventil (one way
valve). Udara yang terjebak didalam rongga pleura menyebabkan tekanan intrapleura
meningkat, akibatnya terjadi kolaps pada paru-paru, hingga menggeser mediastinum ke
bagian paru-paru kontralateral, penekanan pada aliran vena balik sehingga terjadi hipoksia.
Banyak literatur masih memperdebatkan efek dari pneumotoraks dapat menyebabkan
terjadinya kolaps pada sistem kardiovaskular. Dikatakan adanya pergeseran pada
mediastinum menyebabkan juga penekanan pada vena kava anterior dan superior, disebutkan
juga hipoksia menjadi dasar penyebabnya. Hipoksia yang memburuk menyebabkan
terjadinya resitensi terhadap vaskular dari paru-paru yang diakibatkan oleh vasokonstriksi.
Jika gejala hipoksia tidak ditangani secepatnya, hipoksia ini akan mengarah pada keadaan
asidosis, kemudian disusul dengan menurunnya cardiac output sampai akhirnya terjadi
keadaan henti jantung.

TEKNIK PEMASANGAN WSD


Tempat pemasangan drain sebaiknya ialah :
Linea aksilaris media pada sela iga 6 atau sela iga ke 7.
Linea media klavikularis pada sela iga ke dua.
Setelah dilakukan desinfeksi kulit, maka dilakukan anestesi setempat dengan cara infiltrasi
pada daerah kulit sampai pleura. Kemudian dibuat sayatan kulit sepanjang 2 cm sampai
jaringan di bawah kulit. Pleura parietalis ditembus dengan jarum pungsi yang pakai trokar
dan mandrin. Setelah tertembus, mandrin dicabut akan terasa keluar udara. Kemudian
mandrin diganti dengan kateter yang terlebih dahulu telah diberi lobang secukupnya pada
ujungnya. Setelah kateter masuk rongga pleura trokar dicabut dan pangkal kateter disambung
dengan selang yang dihubungkan dengan botol yang berisi air, di mana ujungnya terbenam
2 cm. Kateter diikat dengan benang yang dijahitkan kepada kulit sambil menutup luka.

Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat
antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang telah diketahui,
dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar
karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu
sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan
interkostalis eksternus mengangkat iga-iga.
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas
dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada
turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume
toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun
tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik,
sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi
sama kembali pada akhir ekspirasi.
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi
membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 m). Kekuatan pendorong
untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan
parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu
oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami
penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan
fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan saluran udara dan dengan
uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah
menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida ini kemudian
dikeluarkan ke atmosfir.
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler darah
paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75
detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki cukup cadangan waktu
difusi. Pada beberapa penyakit misal fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat
sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu
kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak
diakui sebagai faktor utama.

Pada trauma toraks WSD dapat berarti:

Diagnostik : menentukan jumlah perdarahan, sehingga dapat ditentukan perlu operasi

torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shok.


Terapi : mengeluarkan darah, cairan atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanic of breathing", dapat kembali

seperti yang seharusnya.


Preventive : mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga
"mechanic of breathing" tetap baik.

Вам также может понравиться