Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses
maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan
cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya
adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian
menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif
mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang
berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang kehidupan.
3. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan
kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa.
Perilaku hidup yang membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga
usia lanjut dan akan semakin menurunkan kualitas hidup.
umurnya.
Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan dengan
teman
Memelihara keterlibatan social, sipil dan politisi
Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya) yang meningkatkan
status
Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan
Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi penyakit
diri dan pasangan hidup dan kematian pasangan hidup dan orang yang
Proses Menua
Fase 1 subklinik
Fase 2 transisi
Usia 35-45
Penurunan hormon 25
%
Peningkatan radikal
bebas
Kerusakan sel-seDNA
(sel-sel tubuh)
Fase 3 klinik
Usia 45 produksi
hormon
sudah berkurang
hingga akhirnya
berhenti
Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)
Sistem Persarafan
Tanda:
a) Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel
neuroglial.
b) Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c) Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
d) Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala:
a) Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera
parkinsonisme
serebrovaskuler,
3.
Sistem Pendengaran.
Tanda :
a) Hilangnya neuron auditorius
b) Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
c) Peningkatan serumen
d) Angiosklerosis telinga
Gejala
a) Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya, penurunan
kemampuan untuk mendengar konsonan)
b) Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang mengganggu,
4.
5.
terang/gelap
Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan
Peningkatan insiden glaucoma
Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian jatuh
Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet
Peningkatan kekeringandan iritasi mata.
Sistem Kardiovaskuler
Tanda :
6.
8.
Sistem Gastrointestinal
Tanda:
a) Penurunan ukuran hati.
b) Penurunan tonus otot pada usus.
c) Pengosongan esophagus makin lambat
d) Penurunan sekresi asam lambung.
e) Atrofi lapisan mukosa
Gejala:
a) Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan
b) Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan melambat
c) Penurunan penyerapan kalsium dan besi
d) Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit divertikuler
9. Sistem Reproduksi
Tanda:
a) Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
b) Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
c) Penurunan hormone dan oosit.
d) Involusi jaringan kelenjar mamae.
Gejala:
a) Penurunan GFR
b) Penurunan kemampuan penghematan natrium
c) Peningkatan BUN
d) Penurunan aliran darah ginjal
e) Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin residual
f) Peningkatan urgensi
10. Sistem Endokrin
Tanda:
a) Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen,
aldosteron, hormone tiroid
b) Penurunan termoregulasi
c) Penurunan respons demam
d) Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid
e) Penurunan laju metabolic basal
Gejala:
a) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti pembedahan
b) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
c) Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d) Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik
e) Penambahan berat badan
f) Peningkatan insiden penyakit tiroid
11. Sistem Kulit Integumen
Tanda:
a) Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
b) Pendataran papilla
c) Atrofi kelenjar keringat
d) Penurunan vaskularisasi
e) Cross-link kolagen
f) Tidak adanya lemak sub kutan
g) Penurunan melanosit
h) Penurunan poliferasi dan fibroblas
Gejala:
a)
b)
c)
d)
e)
timbulnya nyeri
f) Penyembuhan luka makin lama
12. Sistem Muskuloskletal
Tanda:
a) Penurunan massa otot
b) Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c) Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d) Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala:
a) Penurunan kekuatan otot
b) Penurunan densitas tulang
c) Penurunan tinggi badan
d) Nyeri dan kekakuan pada sendi
e) Peningkatan risiko fraktur
f) Perubahan cara berjalan dan postur
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin yang perlu
diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan kesehatan yang sering
dijumpai pada pasien lansia yang belum diketahui adanya gangguan / penyakit
tertentu (penyakit degeneratif) yaitu :
1. Pemerikasaan hematologi rutin
2. Urin rutin
3. Glukosa
4. Profil lipid
5. Alkalin pospat
6. Fungsi hati
7. Fungsi ginjal
8. Fungsi tiroid
9. Pemeriksaan feses rutin
I. Pengkajian
Perawat mengkaji perubahan pada perkembanga fisiologis, kognitif dan perilaku
sosial pada lansia
a. Perubahan fisiologis
Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :
Sistem
Integumen
Warna kulit
Temuan Normal
Pigmentasi berbintik/bernoda
diarea yang terpajan sinar
matahari,
pucat
tidak anemia
meskipun
Kelembaba
n
Suhu
Ekstremitas
Tekstur
penurunan perspirasi
Penurunan
elastisitas,
kerutan,
Distribusi
kendur
Penurunan
lemak
pada
lebih
kondisi
dingin,
berlipat,
jumlah
ekstremitas,
peningkatan
Rambut
Kuku
Kepala
dan
lemak
jumlah
Kepala
diabdomen
Penipisan rambut
Penurunan laju pertumbuhan
Tulang
nasal,
wajah
Mata
leher
penglihatan,
adaptasi
telinga
akomodasi,
dalam
gelap,
Mulut,
faring
leher
Thoraxs
&
paru-paru
pendengaran kurang
Penurunan pengecapan, aropi
papilla ujung lateral lidah
Kelenjar tiroid nodular
Peningkatan diameter anteroposterior, peningkatan rigitas
dada, peningkatan RR dengan
penurunan
ekspansi
paru,
nafas
Peningkatan
vascular
sistolik,
kondisi
Sist
Penurunan
pencernaan
saliva,
Sist reproduksi
sekresi
peristatik,
keljar
enzim
wanita
digestif, konstppasi
Penurunan estrogen, ukuran
pria
Sist
perkemihan
renal,
kemih,
inkontenensia
Inkontenensia
urgensi
&
perineal
Sering berkemih & retensi
Sist
urine.
Penurunan masa & kekuatan
muskoloskelet
al
pemendekan
fosa
penyempitan
rongga
intravertebral,
mobilitas
Sist neorologi
gerak
Penurunan
penurunan
karena
penurunan
sendi,
rentang
laju
reflek,
kemampuan
dan mandi
kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari hari, kecuali satu dari fungsi
C:
tambahan
kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari hari, kecuali mandi dan satu
D:
fungsi tambahan
kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari hari, kecuali mandi,
E:
F:
intensitas gejala
c. Perubahan psikososial
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada penuaan.
Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasa terjadi pada
mayoritas lansia.
Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh tingkat
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk
mengkaji fungsi social lansia adalah APGAR Keluarga. Instrument disesuaikan untuk
digunakan pada klien yang mempunyai hubungan social lebih intim dengan temantemannya atau dengan keluarga. Nilai < 3 menandakan disfungsi keluarga sangat
tinggi, nilai 4 6 disfungsi keluarga sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth
A :Affection
R : Resolve
Keamanan Rumah
Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk menjamin tidak adanya
bahaya yang akan menempatkan lansia pada resiko cidera. Faktor lingkungan yang
harus diperhatikan :
Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari
Jalan bersih
Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat
Alas kaki stabil dan anti slip
Kain anti licin atau keset
Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi
J. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Wilkinson, 2011
(Berdasarkan NANDA 2011)
Defisit perawatan diri : berpakaian, makan, eliminasi
Gangguan sensori persepsi (tipe penglihatan, pendengaran, taktil, olfaktori)
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbetasan kognitif, salah
interpretasi, kurang minat dalam belajar, kurang dapat mengingat, tidak familier
B. Etiologi
1. Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzheimer, yang
penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit
Alzheimer disebabkan karena adanya kelainan faktor genetik atau adanya
kelainan gen tertentu. Pada penyakit alzheimer, beberapa bagian otak mengalami
kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap
bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan
jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang semrawut) dan
protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi.
2. Penyebab kedua dari Demensia yaitu, serangan stroke yang berturut-turut. Stroke
tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau
kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap
menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan
akibat tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang
disebabkan
oleh
stroke
kecil
disebut
demensia
multi-infark.
Sebagian
penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya
menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak.
D. Manifestasi klinis
Tanda dan Gejala dari Penyakit Demensia antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
E. Klasifikasi demensia
1.
intelektual :
Stadium I (amnesia)
Berlangsung 2-4 tahun
Amnesia menonjol
Perubahan emosi ringan
Memori jangka panjang baik
Keluarga biasanya tidak terganggu
Stadium II (Bingung)
Berlangsung 2 10 tahun
Episode psikotik
Agresif
Salah mengenali keluarga
Stadium III (Akhir)
Setelah 6 - 12 tahun
Memori dan intelektual lebih terganggu
Membisu dan gangguan berjalan
Inkontinensia urin
b. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan
setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia.
Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi
darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai demensia vaskular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
1) Peningkatan reflek tendon dalam
2) Kelainan gaya berjalan
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia
ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada
demensia reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia
Alzheimer dengan hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin
sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain:
pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum,
fungsi hati, hormone tiroid, kadar asam folat
2. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah
menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya
masih dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada
sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat
memberi gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.
4. Pemeriksaan cairan otak
suatu
derajat
demensia
yang
berat.
(Asosiasi
Alzheimer
Indonesia,2003, Golomb,2001)
G. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan
obat
obatan
2.
berjalan-jalan.
Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin,
a. Nama
b. Umur
c. Agama
d. Alamat asal
e. Tanggal datang
2.
Data keluarga
a. Nama
b. Hubungan
c. Pekerjaaan
d. Alamat
b. Spiritual
6. Lingkungan
7. Negative Fungtional Consequences
a. Kemampuan ADL
b. Aspek kognitif
c. Tes keseimbangan
d. Kecemasan
e. Status nutrisi
f. Hasil pemeriksaan diagnostik
B. DIAGNOSE KEPERAWATAN DEMENSIA
1. Sindrom stress akibat perpindahan b.d penurunan status kesehatan ditandai
dengan : depresi, enggan berpindah, frustasi, harga diri rendah, kehilangan
identitas, kesepian, ketakutan, ketergantungan, khawatir, menarik diri, merasa
sendirian, merasa tidak aman, perasaan asing, perubahan pola tidur.
2. Kerusakan memori b.d gangguan neurologis (proses penuaan) ditandai
dengan :ketidak mampuan mempelajari informasi baru, ketidak mampaun
mengingat informasi factual, ketidak mampuan mengingat perilaku tertentu
yang pernah dilakukan, ketidak mampuan mengingat peristiwa, ketidak
mampuan menyimpan informasi baru, mudah lupa.
3. Konfusi akut b.d dimensia ditandai dengan : ketidak tepatan mengikuti
perilaku terarah, salah persepsi, tidak mampu memulai prilaku berorientasi
tujuan, tidak mampu memulai perilaku terarah, gelisah, gangguan fungsi
kognitif.
4. Gangguan pola tidur b.d halangan lingkungan (lingkungan yang tidak dikenal)
di tandai dengan: ketidak puasan tidur, menyatakan tidak merasa cukup
istirahat, perubahan pola tidur normal, sering terjaga tanpa penyebab yang
jelas.
5. Defisit perawatan diri (makan, mandi, berpakaian, eliminasi) b.d kelemahan di
tandai dengan : ketidak mampuan memakan makanan dalam cara yang dapat
diterima, hambatat mengenekan pakaian, ketidak mampuan membasuh tubuh,
tidak mampu melakukan hiegene eliminasi secara komplit.
6. Resiko cedera b.d gangguan fungsi psikomotor
C. Intervensi keperawatan
No
Tujuan
Dx
hasil
dan
kriteria
Intervensi
Rasional
No
Tujuan
dan
Dx
2
hasil
Setelah diberikan tindakan
keperawatan
kriteria
Intervensi
Rasional
1. Kembangkan
1. Mengurangi
diharapkan
lingkungan
yang
kecemasan
mendukung
dan
hubungan
emosional.
2. Kebisingan
KH:
perawat
1. Mampu mempelajari
informasi baru
2. Mampu
mengingat
informasi factual,
3. Mampu
mengingat
mengingat
peristiwa,
5.
mampu menyimpan
yang
terapeutik.
2. Pertahankan
merupakan
sensori
berlebihan
yang
meningkatkan
lingkungan
yang
menyenangkan
dan
gangguan neuron.
3. Menimbulkan
perhatian,
tenang.
3. Tatap wajah
terutama
ketika
gangguan perceptual.
4. Nama adalah bentuk
namanya.
5. Gunakan suara yang
agak
rendah
berbicara
informasi baru,
klien-
dan
dan
dengan
identitas
diri
dan
menimbulkan
pengenalan terhadap
realita dan klien.
5. Meningkatkan
pemahaman. Ucapan
tinggi
dan
keras
menimbulkan stress
yg
mencetuskan
konfrontasi
3
respon marah.
1. Meningkatkan
diharapkan
akut
dapat
mengikuti
lingkungan
yang
kenyamanan
menurunkan
perawat-klien
kecemasan
terapeutik.
2. Bantu klien
dan
yang
dan
pada
klien.
untuk 2. Meningkatkan koping
memahami halusinasi.
dan
menurunkan
perilaku terarah
3. Kaji derajat sensori
2. persepsi baik
halusinasi.
3.
mampu memulai
atau gangguan persepsi 3. Keterlibatan
otak
prilaku
berorientasi
dan
bagaiman
hal
memperlihatkan
No
Tujuan
dan
Dx
hasil
tujuan
4. Mampu
kriteria
memulai
perilaku terarah
5. Tidak gelisah
6. fungsi kognitif baik.
a.
Intervensi
Rasional
tersebut mempengaruhi
klien
asimetris
termasuk
penurunan penglihatan
atau pendengaran.
4. Ajarkan strategi untuk
mengurangi stress.
5. Ajak piknik sederhana,
jalan-jalan
rumah
keliling
sakit.
Pantau
aktivitas.
menyebabkan
klien
kehilangan
kemampuan
pada
akan
halusinasi.
5. Piknik menunjukkan
realita
dan
memberikan stimulasi
sensori
yang
menurunkan perasaan
curiga dan halusinasi
yang
4
Setelah
tindakan
dilakukan
keperawatan
1. Jangan menganjurkan
(irama tidur-bangun)
yang tersinkronisasi
yang
panggunaan
1. Menyatakan
puasan
tidur
2. menyatakan merasa
cukup istirahat,
3. Pola tidur normal,
4. Tidak terjaga pada
saat tidur
tidur
perasaan terkekang.
1. Irama
sirkadian
siang
klien dengan KH :
klien
disebabkan
mengganggu
tidur.
3. Tentukan
dan
kortikosteroid,
kebiasaan
rutinitas
waktu
mood, insomnia.
3. Mengubah pola yang
sudah terbiasa dari
susu
hangat).
4. Memberikan
lingkungan
termasuk perubahan
malam
hari
terbukti mengganggu
yang
No
Tujuan
Dx
hasil
dan
kriteria
Intervensi
Rasional
nyaman
untuk
meningkatkan
tidur.
4. Hambatan
kortikal
pada
tidur(mematikan
lampu, ventilasi ruang
adekuat,
suhu
yang
sesuai,
menghindari
formasi
reticular
akan
berkurang
selama
tidur, meningkatkan
respon
kebisingan).
5. Buat
jadwal
tidur
otomatik,
karenanya
respon
kardiovakular
terhadap
meningkat
selama
tidur.
5. Penguatan
bahwa
tidur.
saatnya
suara
tidur
dan
mempertahankan
kesetabilan
5
diharapkan
dapat
dirinya
merawat
1. Identifikasi
dalam
kesulitan
berpakaian/
lingkungan.
1. Memahami
penyebab
mempengaruhi
yang
sesuai
dengan
keterbatasan
gerak
intervensi. Masalah
kemampuannya
dengan
dapat diminimalkan
penurunan
dengan
KH :
1. Mampu
memakan
mengalami
mengenekan pakaian
3.
mampu membasuh
mampu melakukan
hiegene
kebersihan
diri
dan
perawatan
rambut/kuku/
eliminasi
menyesuaikan
atau
memerlukan
konsultasi dari ahli
lain.
2. Seiring
perkembangan
kulit,
tubuh
4.
seperti apraksia.
2. Identifikasi kebutuhan
kebutuhan
hambatan
kognitif
penyakit, kebutuhan
kebersihan
dasar
mungkin dilupakan.
3. Kehilangan sensori
No
Tujuan
dan
kriteria
Dx
hasil
secara komplit.
Intervensi
Rasional
tanda-tanda nonverbal
a.
yang fisiologis.
4. Beri banyak waktu
untuk
melakukan
tugas.
5. Bantu
mengenakan
dan
penurunan
fungsi
bahasa
menyebabkan klien
mengungkapkan
kebutuhan perawatan
diri
dengan
nonverbal,
indah.
cara
seperti
terengah-engah,
ingin
berkemih
dengan
memegang
dirinya.
4. Pekerjaan
yang
tadinya
mudah
sekarang
menjadi
terhambat
karena
penurunan
motorik
dan
perubahan
kognitif.
5. Meningkatkan
kepercayaan
6
Setelah
tindakan
a.
untuk
hidup.
dilakukan 1. Kaji derajat gangguan 1. Mengidentifikasi
keperawatan
kemampuan,
laku
penurunan
Meningkatkan
tingkah
impulsive
dan
persepsi
risiko di lingkungan
dan
mempertinggi
kesadaran
perawat
tingkat
aktivitas.
b. Dapat beradaptasi dengan
mengidentifikasi risiko
impulsi
lingkungan
untuk
mungkin timbul.
mengurangi risiko trauma/ 2. Hilangkan
sumber
cedera.
c. Tidak mengalami cedera.
bahaya lingkungan.
3. Alihkan perhatian saat
perilaku
teragitasi/
berisiko
Penurunan
persepsi
visual
No
Tujuan
Dx
hasil
dan
kriteria
Intervensi
berbahaya,
Rasional
memenjat
berisiko terjatuh.
2. Klien
dengan
gangguan
kognitif,
gangguan
persepsi
ekstrapiramidal,
hipotensi
ortostatik,
gangguan penglihatan,
bertanggung
gangguan
terhadap
jawab
kebutuhan
gastrointestinal).
keamanan dasar.
5. Hindari
penggunaan 3. Mempertahankan
restrain terus-menerus.
keamanan
Berikan
kesempatan
menghindari
keluarga
tinggal
dengan
konfrontasi
yang
meningkatkan risiko
terjadinya trauma.
4. Klien yang tidak
dapat
melaporkan
tanda/gejala
dapat
obat
menimbulkan
obat
diperlukan
untuk
mengurangi
gangguan.
5. Membahayakan
klien, meningkatkan
agitasi
dan
timbul
lansia
(berhubungan dengan
penurunan
tulang).
kalsium
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. EGC : Jakarta.
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Salemba medika : Jakarta
Nanda, 2016.Diagnosis Keperawatan.Ed.10.EGC: Jakarta
Patricia Gonce Morton et.al. (2011). Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic
ed.8; alih bahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.
Psychologymania. (2012). Pengertian-lansia-lanjut-usia. Diakses pada hari Senin, 01
April,
2013.
http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertian-
lansia-lanjut-usia.html
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta:
EGC.
Wilkinson, Judith. (2011). Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA, intervensi NIC,
Kriteria hasil NOC, ed.9. Alih bahasa, Esty Wahyuningsih; editor edisi bahasa
Indonesia, Dwi Widiarti. Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN KASUS
DEMENSIA
OLEH
TEGUH ACHMALONA
NIM: 1612B0107