Вы находитесь на странице: 1из 8

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


SESI I EKSPLORASI PERASAAN PADA KLIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG WISMA NAKULA RSJ GHRASIA YOGYAKARTA

Oleh :
1.
2.
3.
4.

Roni Laksono
Kirmanto
Ni Wayan Suryantini
Gaudensia Ati

(16160082)
(16160065)
(16160011)
(16160041)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FALKUTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK


PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG WISMA NAKULA RSJ GHRASIA YOGYAKARTA
A. Topik
Eksplorasi perasaan pada pasien Perilaku Kekerasan Di Ruang Wisma Nakula RSJ Ghrasia
Yogyakarta.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti TAK (Terapi Bermain Kelompok) diharapkan klien dapat
mengeksplorasikan perasaan marah atau perilaku kekerasan
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) diharapkan :
a. Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahan
b. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah)
c. Klien dapat menjelaskan akibat perilaku kekerasan
d. Klien dapat menyebutkan bentuk perilaku kekerasan
C. Latar Belakang
Seiring dengan perkembanga masyarakat saat ini, yang banyak mengalami perubahan
dalam segala aspek kehidupan sehari-hari, sebagai manusia tentu saja tidak terlepas dari
masalah. Setiap individu mempunyai cara tersendiri untuk mengatasi masalah tersebut. Besar
kecilnya suatu masalah dalam kehidupan memang harus dihadapi, tetapi tidak sedikit pula
individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Hal inilah yang dapat
mempengaruhi seseorang mengalami masalah psikologi atau gangguan kesehatan jiwa.
Gangguan kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial di
Indonesia dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat mempengaruhi
perkembangan seseorang baik fisik, internal dan emosional untuk tercapainya kemampuan
menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain dan masyarakat. Seperti yang dijelaskan
oleh Stuart dan Sundeen (2005) bahwa ketika manusia tidak dapat beradaptasi dengan
lingkungan, maka akan terjadi gangguan kesehatan yaitu kesehatan jiwa atau mental (Stuart
dan Sundeen 2005).
Gangguan jiwa

adalah

gangguan

dalam

cara

berpikir

(cognitive),

kemauan

(volition,emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007).


Salah satu gangguan jiwa yang umum terjadi adalah skizoprenia. Menurut Isaac (2005)
schizophrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area

fungsi individu termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima, menginterpretasikan


realitas, merasakan dan menunjukkan emosi serta perilaku dengan sikap yang dapat diterima
secara sosial. Prevalensi skizofrenia di Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima perseribu
penduduk. Bila diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang akan terdapat
gangguan jiwa dengan skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampai satu juta orang. Hal ini
merupakan angka yang cukup besar serta perlu penanganan yang serius (Sulistyowati dkk
2006).
Salah satu contoh dari schizofrenia adalah perilaku kekerasan. Menurut Maramis (2004),
perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana klien mengalami perilaku yang dapat
membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang.
Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yaitu upaya kesehatan jiwa yang
bertujuan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal, baik intelektual maupun sosial.
Pelayanan "Tri Upaya Bina Jiwa" dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi usaha promotif
yaitu pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa, usaha) yaitu pencegahan dan
penanggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa, usaha xehabilitatif yaitu
penyembuhan dan pemulihan penderita gangguan jiwa (Hawari 2001). Seseorang yang
menderita skizofrenia dan mempunyai perilaku kekerasan harus mendapatkan penanganan
atau tindakan keperawatan yang cepat dan tepat. Penanganan skizofrenia di rumah sakit
memerlukan kerja sama yang baik dari perawat, dokter dan psikiater. Perawat dalam
menangani klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan asuhan keperawatan yang
bersifat komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan meliputi: pengkajian,
diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
Salah satu intervensi keperawatan yang ada adalah terapi aktivitas kelompok. Terapi
aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terapi aktivitas
kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan
sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Kelliat, 2005). Dari beberapa
penelitian seperti hasil penelitian (wibowo) yang menyebutkan pemberian TAK stimulasi
persepsi yang dilakukan secara intensif dan efektif dapat meningkatkan kemampuan klien
dalam mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan, dan Sri Anggarini (2012) menjelaskan

kemampuan mengontrol perilaku kekerasan responden sebelum dan setelah, dilakukan TAK
stimulasi persepsi berbeda secara signifikan. Jadi terapi aktivitas kelompok menunjukan
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku kekerasan dan bisa diterapkan pada setiap RSJ
dengan pasien Schizofrenia pada perilaku kekerasan pada khususnya.
D. Seleksi Pasien
1. Klien yang tidak terlalu gelisah
2. Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas
Kelompok
3. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam kelompok
kecil
4. Klien tenang dan kooperatif
5. Kondisi fisik dalam keadaan baik
6. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas

E. Jadwal Kegiatan
Tempat pelaksanaan terapi modalitas : Ruang Makan Wisma Nakula
Lama Pelaksanaan terapi modalitas : 20 menit
Waktu pelaksanaan terapi modalitas : Kamis, 15 Desember 2016
F. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Permainan
G. Media dan Alat
1. Kertas
2. Pulpen
3. Music
H. Pengorganisasian
1. Leader : Roni
Bertugas :
a. Katalisator,

yaitu

mempermudah

komunikasi

dan

interaksi

dengan

jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
c. Koordinator, Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara
memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan

2. Co Leader : Desy
Bertugas :
a. Mendampingi leader jika terjadi blocking
b. Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
c. Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
3. Fasilitator : Kirmanto
Bertugas :
a. Mengatur sound,music
b. Memfalitasi segala keperluan selama TAK
4. Observer : Surya dan Kirmanto
Bertugas :
a. Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
b. Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok
c. Mengobservasi perilaku pasien

I. Setting Tempat
Peserta
TAK
Leader dan co
leader
fasilitator

Arena
Permainan

U
Peserta
TAK

Peserta
TAK

J. Program Antisipasi
Kegiatan TAK akan ditunda apabila tidak sesuai dengan rencana yang sudah dibuat sebelum
TAK dimulai. Misalkan ada salah satu peserta tidak kooperatif dan mengganggu jalannya
TAK.
K. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam

1) Mengucapkan salam pada peserta TAK


2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien
b. Menjelasan Tujuan TAK
Menjelaskan tujuan dari TAK yang akan diberikan pada peserta
c. Menjelasan aturan main selama TAK
1) Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.
2) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Kontrak waktu
Lama kegiatan 20 menit
3. Kerja
a. Leader membacakan aturan permainan
b. Seluruh peserta TAK berjoged dan fasilitator memainkan musik
c. Bila musik berhenti dan ada salah satu peserta TAK yang masih berjoged maka ia
harus mengambil undian
d. Klien dan terapis mendiskusikan tentang isi dalam kartu undian
e. Klien berdiri di depan dan mengikuti perintah dari kartu undian
f. Permainan akan selesai apabila undian sudah habis
g. Memberikan reinforcement pada peran serta klien
h. Dalam menjalankan kegiatan TAK mengupayakan semua klien terlibat
4. Terminasi
a. Leader mengevaluasi subyektif dan obyektif terkait dengan topik TAK yang sudah
dilakukan
b. Leader bersama pasien membuat rencana tindak lanjut terkait topik TAK untuk
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
c. Membuat kontrak dengan pasien tentang topik TAK, waktu TAK, tempat TAK yang
akan datang
d. Memberi kesimpulan/evaluasi tentang jalannya TAK
e. Leader memberikan pujian atas peran serta klien dalam pelaksanaan TAK serta
memberi motivasi pada klien untuk selalu mengungkapkan kemarahannya dengan
cara yang benar
L. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemempuan klien dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, mengenal tanda dan gejala perilaku kekerasan, akibat dari perilaku kekerasan
yang dilakukan dan jenis perilaku kekerasan yang dilakukan. Formulir evaluasi sebagai
berikut :
Stimulasi perilaku Kekerasan

Memberi Tanggapan Tentang


No.

Nama klien
Penyebab PK

Tanda & gejala


PK

Akibat PK

Perilaku
Kekerasan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :
1.
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2.
Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat
perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas
dalam. Beri tanda + jika mampu dan beri tanda - jika tidak mampu.

DAFTAR PUSTAKA
Stuart dan Sundeen (1998). Buku saku keperawatan jiwa (edisi 3), Alih bahasa, Achir Yani,
Editor Yasmin Asih, EGC, Jakarta.

Yosep, (2007). Keperawatan Jiwa. Reflika Aditama.


Isaac (2005). Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Ed 3. EGC:
Jakarta.
Sulistyowati dkk (2006). Gambaran penerapan diagnosis Nanda, NOC dan NIC pada klien
Skizofrenia dengan kasus halusinasi, PSIK Fakultas Kedoteran UGM,
Yogyakarta.
Maramis (2004). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya : Airlangga Universitas Press
Hawari (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Wibowo(http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/54/93
Sri Anggarini (2012) (http://library.stikesnh.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=elibrary%20stikes%20nani%20hasanuddin--jusmanmail-102).

Вам также может понравиться